MODUL PERTEMUAN KE – 10
MATA KULIAH :
BAHAN PERKERASAN JALAN (2 SKS)
- Density
- Marshall Quoitient (M
Ketepatan menjelaskan parameter Marshall
Ketepatan dalam menentukan kadar aspal optimum (KAO)
Ketepatan menjelaskan sifat volumetric campuran meliputi
Ketepatan menjelaskan hubungan volumetric campuran aspal terhadap sifat
dan karateristik campuran aspal
serta durabilitas
Ketepatan menjelaskan syarat dan ketentuan penggunaan lapisan tack out
dan lapisan prime coat pada struktur lapisan perkerasan jalan
METODE PEMBELAJARAN :
Kuliah
Dikusi
Penugasan dalam persentasi makalah
TM : 2 x (2 x 50”)
PT : 2 x (2 x 60”)
BM : 2 x (2 x 60”)
PUSTAKA :
1. Departemen Pekerjaan Umum Badan, (2005), Modul Road Design Engineer
(RDE)-12 : Bahan Perkerasan Jalan, Jakarta, Badan Pembinaan Konstruksi
dan Sumber Daya Manusia Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan
Konstruksi (PUSBIN-KPK)
2. Departemen Pekerjaan Umum Badan, (2005), Teknik Bahan Perkerasan
Jalan, Seri Panduan Pemeliharaan Jalan Kabupaten, Jakarta, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pusat Penelitian Pengembangan Prasarana
Transportasi
3. Departemen Pekerjaan Umum, 2018. “Spesifikasi Umum Perkerasan Aspal”,
Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga
4. Departemen Pekerjaan Umum Badan, (2005), Modul-3 : Jenis Bahan Lapis
Perkerasan Lentur, Jakarta, Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat
Penelitian Pengembangan Prasarana Transportasi
5. Silvia Sukirman, 2003, Beton Campuran Panas, Jakarta, Penerbit Granit.
POKOK BAHASAN :
Marshall Retained Stability atau durabilitas standar dan dengan cara lain
menghitung Indeks Penurunan Stabilitas atau yang bisa disebut durabilitas
modifikasi. Perbedaan keduanya adalah dasar perbandingan dari variasi
lamanya peredaman dalam alat Water Bath. Prosedur pengujian durabilitas
mengikuti rujukan SNI M-58-2990.
Beton aspal dibentuk dari agregat, aspal dan atau tanpa bahan tambahan
yang dicampur secara merata atau homogeny pada suhu tertentu.Campuran
kemudian dihamparkan dan dipadatkan, sehingga terbentuk beton aspal padat.
Sifat-sifat campuran beton aspal dapat dilihat dari parameter-parameter
pengujian dengan alat marshall antara lain :
10.1.1 Stabilitas
Stabilitas adalah kemampuan perkerasan jalan menerima beban lalu
lintas tanpa terjadi perubahan bentuk tetap seperti gelombang, alur, dan
bleeding. Kebutuhan akan stabilitas sebanding dengan fungsi jalan, dan beban
lalu lintas yang akan dilayani. Jalan yang melayani volume lalu lintas tinggi dan
dominan terdiri dari kendaraan berat, membutuhkan perkerasn jalan dengan
stabilitas tinggi. Sebaliknya perkerasan yang peruntukkan untuk melayani lalu
lintas kendaraan ringan tentu tidak perlu mempunyai nilai stabilitas tinggi. Nilai
stabilitas yang terlalu tinggi akan menghasilkan perkerasan yang terlalu kaku
sehingga tingkat keawetannya berkurang. Nilai stabilitas mempunyai korelasi
dengan parameter lainnya yaitu nilai density dan void in Mix (VIM) atau rongga
dalam campuran
Faktok-faktor yang mempengaruhi stabiltas campuran
a. Gesekan internal, yang dapat berasal dari kekasaran permukaan dari butir-
butir agregat, luas bidang kontak antar butir dan bentuk butir, gradasi agregat,
kepadatan campuran dan tebal film aspal. Stabilitas terbentuk dasri kondisi
gesekan internal yang terjadi di antara butir-butor agregat, saling mengunci
dan mengisinya butir-butir saling terikat, akibat gesekan antar butir dan
adanya aspal. Kepadatan campuran menentukan pula tekanan kontak, dan
nilai stabilitas campuran. Pemilihan agregat bergradasi baik atau rapat akan
memperkecil rongga antar agergat, sehingga aspal yang dapat ditambahkan
dalam campuran menjadi sedikit. Hal ini berakibat film aspal menjadi tips.
Kadar aspal yang optimal akan memberikan nilai stabilitas yang maksimum.
b. Kohesi adalah gaya ikat aspal yang berasal dari daya lekatnya, sehingga
mampu memelihara tekanan kontar antar butir agrega. Daya kohesi terutama
ditentukan oleh penetasi aspal, perubahan viscositas akibat temperature,
tingkat pembebanan, komposisi kimiawi aspal, efek dari waktu dan umur
aspal,. Sifat rheologi aspal menentukan kepekaan aspal untuk megeras dan
rapuh, yang akan mengurangi daya kohesinya.
Nilai stabilitas diperoleh berdasarkan nilai masing masing yang ditunjukkan oleh
jarum arloji. Untuk nilai stabilitas, nilai yang ditunjukkanpada arloji perlu ikonversi
terhadap alat Marshall. Hasil pembacaan di arlojistabiilitas harus dikalikan
dengan nilai kalibrasi proving ring yang digunakan pada alat Marshall. Pada
penelitian ini, alat Marshall yang digunakan mempunyai nilai kalibrasi proving ring
sebesar 15,9. Selanjutnya, nilai tersebutjuga harus disesuaikan dengan angka
koreksi terhadap ketebalan benda uji.
Tabel 10. 1 Angka Koreksi Tebal Benda Uji
perkerasan, semakin tinggi nilai VIM menunjukkan semakin besar rongga dalam
campuran sehingga campuran bersifat porous. Hal ini mengakibatkan campuran
menjadi kurang rapat sehingga air dan udara mudah memasuki rongga-rongga
dalam campuran yang menyebabkan aspal mudah teroksidasi sehingga
menyebabkan lekatan antar butiran agregat berkurang sehingga terjadi
pelepasan butiran (revelling) dan pengelupasan permukaan (stripping) pada lapis
perkerasan. Nilai VIM yang terlalu rendah akan menyebabkan bleeding karena
suhu yang tinggi, maka viskositas aspal menurun sesuai sifat termoplastisnya.
Pada saat itu apabila lapis perkerasan menerima beban lalu lintas maka aspal
akan terdesak keluar permukaan karena tidak cukupnya rongga bagi aspal untuk
melakukan penetrasi dalam lapis perkerasan.
VIM menyatakan banyaknya prosentase rongga dalam campuran total. Nilai
rongga dalam campuran dipengaruhi oleh kadar aspal pada campuran beraspal
panas, dengan bertambahnya kadar aspal, maka jumlah aspal yang dapat
mengisi rongga antar butiran agregat semakin bertambah, sehingga volume
rongga dalam campuran semakin berkurang.
VIM adalah volume pori yang masih tersisa setelah campuran dipadatkan. VIM
dibutuhkan untuk tempat bergesernya butir-butir agregat akibat pemadatan
tambahan yang terjadi oleh repetisi beban lalu lintas, atau tempat jika aspal
menjadi lunak akibat meningkatnya temperatur
VIM besar → Campuran berkemungkinan terjadi kerusakan retak.
VIM kecil → Campuran berkemungkinan terjadi kerusakan deformasi
plastisSifat VIM berbanding terbalik dengan sifat VFB.
Faktor gradasi agregat sangat penting untuk merencanakan VIM
10.1.5 Void Filled With Bitument ( % ) Rongga Terisi Aspal (VFB)
Void Filled With Bitumen (VFB) merupakan persentase rongga terisi aspal
pada campuran setelah mengalami proses pemadatan, yaitu jumlah dan
temperatur pemadatan, gradasi agregat dan kadar aspal. Nilai VFB berpengaruh
pada sifat kekedapan campuran terhadap air dan udara serta sifat elastisitas
campuran. Dengan kata lain VFB menentukan stabilitas, fleksibilitas dan
durabilitas.
Rongga terisi aspal (VFB) adalah persen rongga yang terdapat diantara partikel
agregat (VMA) yang terisi oleh aspal, tidak termasuk aspal yang diserap oleh
agregat.
campuran yang memiliki MQ tinggi, campuran beraspal panas akan kaku dan
kurang lentur. Faktor yang mempengaruhi nilai MQ adalah gradasi bahan susun,
bentuk butir, kadar aspal, kohesi, energi pemadatan dan temperatur pemadatan.
Besarnya nilai MQ tergantung dari besarnya nilai stabilitas yang
dipengaruhi oleh gesekan antar butiran ( fictional resistance ) dan saling
mengunci antar butiran (interlocking ) yang terjadi antara partikel agregat dan
kohesi campuran bahan susun, serta nilai flow yang dipengaruhi oleh viscositas,
kadar aspal, gradasi bahan susun dan jumlah tumbukan.
10.1.7 Hubungan Stabilitas, Flow, VIM. VMA, VFB, MQ dan desnity
Flow merupakan indikator kelenturan campuran beraspal panas dalam
menahan beban lalu lintas. Nilai flow menyatakan besarnya deformasi bahan
susun benda uji, campuran yang mempunyai angka flow rendah dengan
stabilitas tinggi akan cenderung menghasilkan campuran beraspal panas yang
kaku dan getas, sehingga akan mudah retak apabila terkena beban lalu lintas
yang tinggi dan berat. Sebaliknya apabila campuran beraspal panas mempunyai
flow terlalu tinggi maka akan bersifat plastis sehingga mudah berubah bentuk
( deformasi plastis) akibat beban lalu lintas yang tinggi dan berat
Peningkatan jumlah pemadatan akan mempengaruhi nilai kerapatan
dan volume rongga yang ada dalam campuran aspal padat, semakin besar
jumlah pemadatan maka akan diperoleh nilai kerapatan campuran aspal padat
semakin tinggi. Semakin tingginya nilai kerapatan maka volume rongga diantara
mineral agregat ( VMA ) dan volume rongga di dalam campuran aspal
padat ( VIM ) yang tersisa dipaksa menjadi semakin kecil, berarti campuran
menjadi lebih mampat. Dengan mengecilkan VMA dan VIM mengakibatkan
volume rongga diantara agregat yang terisi aspal ( VFA ) semakin naik.
Nilai VIM yang rendah berarti rongga pada campuran relatif kecil,
mengakibatkan stabilitas dan MQ mengalami penurunan Sebaliknya untuk nilai
VIM yang tinggi, diatas 6 % akan menyebabkan campuran kurang kedap air dan
udara sehingga campuran beraspal panas tersebut kurang awet dan mudah
retak ( crack ).
Keterangan :
Vma = Volume rongga diantara mineral agregat (VMA)
Vmb = Volume bulk campuran padat
Vmm = Volume campuran padat tanpa rongga
Vfa = Volume rongga terisi aspal (VFA)
Va = Volume rongga dalam campuran (VIM)
Vb = Volume aspal
Vba = Volume aspal yang diserap agregat
Vsb = Volume agregat (berdasarkan berat jenis bulk)
Vse = Volume agregat (berdasarkan berat jenis efektif)
b. Tebal Lapisan dan Temperatur
Faktor utama lain yang mempengaruhi pemadatan adalah ketebalan
lapisan. Meskipun, ada banyak penelitian tentang pengaruh ketebalan terhadap
kompaktibilitas campuran HMA. Tebal lapisan aspal akan mempengaruhi
terhadap kecepatan terjadinya pelapukan aspal (Aging Index), makin tipis tebal
lapisan aspal yang diakibatkan rendahnya kadar aspal maka indek pelapukan
menjadi besar, umur pelayanan menjadi lebih rendah. Pelapukan yang terbesar
terjadi pada saat pemanasan aspal dan pencampuran aspal dan agregat. Pada
saat pemanasan aspal terjadi oksidasi / penguapan fraksi ringan sehingga terjadi
pengerasan aspal, sedangkan pada saat pelayanan di perkerasan jalan
pelapukan aspal sangat tergantung besarnya rongga sebagai hasil dari
pelaksanaan pemadatan.
Sementara itu, beberapa faktor yang mempengaruhi kompaktibilitas
campuran dalam mengurangi rongga udara dan tercapainya kepadatan tertinggi
yang diperoleh antara lain: suhu HMA, ketebalan lapisan / nominal maksimum,
ukuran agregat, suhu dan tebal dari lapisan HMA, suhu udara, kecepatan angin
dan kelembaban,dan tingkat radiasi matahari Dubois, et al, (2010
10.2.2 Sifat Volumetrik dari Campuran Aspal yang Telah Dipadatkan
a). VMA = Void in mineral aggregate (%) rongga udara diantara agregat
(1) VMA besar maka akan banyak aspal yang mengisi rongga yang ada
sehingga muncul deformasi plastis karena rendahnya VIM ( ini terjadi jika
VMA rendah, diberikan kadar aspal yang banyak). VMA yang rendah
diberikan kadar aspal yang sedikti, agar VIM minimum tercapai sehingga
timbul masalah keawetan dan retak leleh karena kekurangan aspal.
(2) VMA besar maka akan tersedia banyak ruang sehingga dapat menampung
banyak aspal, tanpa membuat VIM rendah.
(3) Perlu persyaratan minimal dari VMA.
(4) HRS → VMA = 18 % ; AC → VMA = 16 Persyaratan VIM dan VMA agar
diperoleh campuran yang seimbang, yaitu mempunyai stabilitas terhadap
deformasi permanen dan mempunyai ketahanan terhadap retak lelah.
b) VIM = Void in Mix ( % ) rongga udara dalam campuran
(1). VIM besar → Campuran berkemungkinan terjadi kerusakan retak.
VIM kecil → Campuran berkemungkinan terjadi kerusakan deformasi
plastis.
(2) sifat VIM berbanding terbalik dengan sifat VFB.
(3). Faktor gradasi agregat sangat penting untuk merencanakan VIM
(4) VIM versus Probabilitas Kondisi Perkerasan setelah 5 tahun.
c) VFB = Void Filled With Bitument ( % ) Rongga Terisi Aspal
(1) VFB besar, maka kadar aspal tinggi sehingga tebal film aspal tinggi,
dengan demikian keawetan campuran tinggi.
(2) Perlu persyaratan minimal VFB. VFB besar maka campuran lebih awet
dan lentur sehingga ketahanan terhadap retak lelah (fatique) menjadi
lebih baik. Kondisi rongga pada campuran seperti pada gambar 10.2.
Lalu lintas ringan → HRS = AC → VFB = 75 %
Lalu lintas berat → HRS → VFB = 65 %, AC → VFB = 65 %
............................ (10.1)
................................. (10.2)
...................................... (10.3)
............................. (10.4)
Kadar efektif campuran beraspal adalah kadar aspal total dikurangi jumlah aspal
yang terserap oleh partikel agregat. Kadar aspal efektif ini akan menyelimuti
permukaan agregat bagian luar yang pada akhirnya akan menentukan kinerja
perkerasan beraspal. Kadar aspal efektif ini dirumuskan sebagai berikut :
............................ (10.5)
Rongga diantara mineral agregat (VMA) adalah ruang diantara partikel agregat
pada suatu perkerasan beraspal, termasuk rongga udara dan volume aspal
efektif (tidak termasuk volume aspal yang diserap agregat). VMA dihitung
berdasarkan Berat Jenis Bulk Agregat dan dinyatakan sebagai persen volume
bulk campuran yang dipadatkan. VMA dapat dihitung pula terhadap berat
campuran total atau terhadap berat agregat total. Perhitungan VMA terhadap
campuran total dengan persamaan :
(1) Terhadap Berat Campuran Total.
……………………….…… (10.6)
................. (10.7)
Rongga udara dalam campuran atau VIM dalam campuran perkerasan beraspal
terdiri atas ruang udara diantara partikel agregat yang terselimuti aspal.
Volume rongga udara dalam persen dapat ditentukan dengan persamaan :
................................... (10.8)
Kepadatan atau density diperoleh dari berat campuran yang diukur dalam
satuan volume. Density adalah menunjukkan kepadatan campuran Asphlat
concret wearing course (AC-WC). kepadatan dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain gradasi campuran, jenis dan kualitas bahan yang digunakan, kadar
aspal, kekentalan aspal, jumlah dan suhu pemadatan.
Nilai Density dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
...........................................................(10.9)
dengan :
D = density (gr/cm3)
Ma = berat benda uji diudara (gram)
d = diameter benda uji (cm)
h = tinggi benda uji (cm)
.............................. (10.10)
dengan :
%Wak = Persen berat agregat kasar (%)
%Wah = Persen berat agregat halus (%)
%Wb = Persen berat aspal (%)
Gsagk = Spesific Gravity agregat kasar
Gsagh = Spesific Gravity agregat halus
Gsb = Spesific Gravity aspal
j) Perhitungan Tebal film Campuran AC-WC
Tabel 10.3 Ketentuan Viscositas & Temperatur Aspal untuk Pencampuran &
Pemadatan
5. Bila keluarnya agregat sudah konstan, tandai ban berjalan dan pada saat
yang sama hidupkan stop watch
6. Tentukan Panjang agregat yang ada di ban berjalan dan pada saat yang
bersamaan matikan stop watch
7. Ukur Panjang aliran agergat dan waktu yang dibutuhkan untuk menenpuh
jarak tertentu
8. Pindahkan agregat yang ada pada ban berjalan pada segmen yang
sudah ditandai dan dtimbang
9. Ambil contoh agregat yang ada di bin dingin dan uji kadat airnya
10. Lakukan proses seperti diatas 1 sampai 9 kali paling sedikit 3 kali, untuk
masing-masing bahan minimum 4 bukaan pintu bin dingin
11. Pada bin dingin system ban atau apron, bukaan pintu bin dingin
dipertahankan tetap yang diperlakukan sebagai variable kecepatan ban
atau apron
12. Hasil-hasil pemeriksaan untuk masing-masing bin dingin tersebut
digambarkan dalam suatu garafik.
Hal yang harus diperhatikan :
Durasi harus cukup agar kesalahan dapat diperkecil
Koreksi kadar air diharuskan
Ploting harus pada 1 lembar kertas untuk semua grafik
Titik 0 (nol) sebagai titik bantu
Grafik berupan titik bantu
X : Outout dan Y : open Gate maka kurva cembung
Gambar 10.4 Grafik Hubungan besar bukaan dan banyaknnya agregat yang
keluar
b. Hot Bin
Bin Panas adalah tempat menyimpan sementara agregat panas yang telah
disaring, sebelum dicampur ke dalam bagian pencampur (pugmil). Bin panas
disekat menjadi 3 atau 4 bagian dan berpintu. Masing-masing bagian bin panas
untuk satu ukuran agregat tertentu. Jika pemasokan dari bin dingin
mengakibatkan agregat panas yang masuk lebih banyak dari kapasitas bin
panas, maka agregat ini akan dibuang keluar dari AMP. Kapasitas bin panas
cukup untuk melayani alat pencampur (pugmil/mixer) jika dioperasikan dengan
kapasitas penuh.
Ayakan Saringan (hot screen)
1. Periksa kondisi dan fungsi kerja dari elevator panas termasuk cashing,
bukaan atas (upper chute), tutup elevator.
2. Periksa kondisi dan fungsi kerja dari wheel, bantalan, roda sproket, rantai
roller, motor roda gigi, dan pin-pin penghubung.
3. Periksa kondisi dan fungsi kerja serta kebersihan dari ayakan getar, lubang
ayakan dan kawat ayakan (wire net).
4. Periksa kemampuan muat, ukuran (mm) dan kapasitas ayakan (t/jam).
5. Periksa kondisi dari dek ayakan, jika rusak atau robek harus diganti.
6. Periksa kondisi dan fungsi kerja dari penggetar, jika terdapat bunyi yang
tidak normal periksa bantalannya.
7. Periksa kondisi dan fungsi kerja dari motor penggerak, fan belt dan tutup
belt, tutup seal debu dan pegas ellips
Agregat Kasar
Medium Agregat kasar
Agregat Halus
Gambar 10.4 Skema Keluarnya Agregat dari Ayakan Panas (hot screen)