Anda di halaman 1dari 31

C i v i l E n g i n e e r i n g ‘19 PERKERASAN JALAN

MIX - 01
KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL DAN AGREGAT

1. Tujuan
a. Tujuan Praktikum
 Mahasiswa dapat memahami prosedur pelakasanaan pengujian campuran aspal
dengan agregat dengan baik dan benar.
 Mahasiswa Dapat menggunakan alat penumbuk (manual) campuran aspal dan
agregat  dengan baik dan benar.
 Mahasiswa mengerti cara menggunakan alat uji marshall.
 Mahasiswa dapat membuat Design Mix Formula (DMF) campuran aspal dan agregat.
b. Tujuan Mix Design
 Mendapatkan Design Mix Formula ( DMF ) campuran aspal dan agregat yang
meliputi :
 Proporsi agregat dalam campuran yang memenuhi spesifikasi gradasi
campuran,
 Kadar Aspal Optimum ( KAO ) dalam campuran,
 Persentase aspal terhadap agregat dan persentase aspal terhadap campuran.

2. Terminologi

a. Stabilitas
Kemampuan suatu campuran aspal untuk menerima beban sampai terjadi
kelelehan plastis yang dinyatakan dalam kilogram atau pound.
b. Flow / Kelelehan
Perubahan bentuk plastis suatu campuran aspal yang terjadi akibat beban sampai
batas runtuh yang dinyatakan dalam mm atau 0,01”.
c. VIM (Voids in Mixture/Rongga didalam Campuran)Volume rongga yang berisi
udara di dalam campuran aspal, dinyatakan dalam % volume.
d. VMA (Voids in Mineral Aggregate/Rongga didalam Agregat)
Volume rongga yang terdapat diantara butir-butir agregat dari suatu campuran
aspal yang telah dipadatkan, termasuk didalamnya adalah rongga udara dan
rongga yang terisi aspal efektif, dinyatakan dalam % volume.

KELAS E KELOMPOK 2
C i v i l E n g i n e e r i n g ‘19 PERKERASAN JALAN

e. VFB (Voids Filled with Bitumen/Rongga terisi Aspal)


Bagian dari volume rongga didalam agregat (VMA) yang terisi aspal efektif,
dinyatakan dalam % VMA.
f. Kadar Aspal Efektif
Total kandungan aspal dari suatu campuran dikurangi bagian aspal yang hilang
karena penyerapan oleh agregat, dinyatakan dalam %.

3. Teori Dasar
3.1 Umum
Terdapat bermacam-macam tipe campuran aspal dan agregat, yang paling
umum adalah campuran Aspal Beton (Asphaltic Concrete/AC) yang lebih dikenal
dengan AC atau LASTON dan campuran Hot Rolled Asphalt (HRA). Perbedaan
mendasar dari kedua tipe campuran ini adalah pada gradasi agregat
pembentuknya. Campuran tipe AC menggunakan agregat bergradasi menerus
(continuous graded) sedangkan campuran tipe HRA menggunakan agregat
bergradasi senjang (gap graded).

Sifat-sifat penting yang harus dimiliki oleh suatu campuran aspal dan
agregat diantaranya :

a. Stabilitas
Campuran harus memiliki ketahanan terhadap deformasi permanen yang
disebabkan oleh beban lalu lintas. Stabilitas suatu campuran dapat diperoleh
dari adanya sifat interlocking agregat dalam campuran ataupun dengan
menggunakan aspal berpenetrasi rendah.
b. Fleksibilitas
Campuran harus dapat menahan defleksi dan momen tanpa timbul retak
pada campuran tersebut yang diakibatkan oleh perubahan jangka panjang
pada daya dukung tanah atau lapis pondasi, lendutan yang berulang akibat
beban lalu lintas, perubahan volume campuran akibat perubahan suhu.
Fleksibilitas suatu campuran dapat diperoleh dengan cara meninggikan
kadar aspal dalam campuran, menggunakan aspal berpenetrasi tinggi, dan
juga dengan menggunakan agregat bergradasi terbuka (open graded).

KELAS E KELOMPOK 2
C i v i l E n g i n e e r i n g ‘19 PERKERASAN JALAN

c. Durabilitas
Durabilitas berkaitan dengan keawetan suatu campuran terhadap beban lalu
lintas dan pengaruh cuaca. Campuran harus tahan terhadap air dan
perubahan sifat aspal karena penguapan dan oksidasi. Durabilitas dapat
ditingkatkan dengan cara membuat campuran yang padat dan kedap air,
yang dapat diperoleh dari penggunaan agregat bergradasi rapat (dense
graded) dan kadar aspal yang tinggi.
d. Workabilitas
Workabilitas berarti kemudahan suatu campuran untuk dihamparkan dan
dipadatkan untuk mencapai tingkat kepadatan yang diinginkan. Hal ini
dapat tercapai jika viskositas campuran pada suhu pencampuran dan
pemadatan cukup rendah.
e. Ekonomis
Campuran harus direncanakan dengan menggunakan jenis dan kombinasi
material yang menghasilkan biaya termurah tetapi memenuhi persyaratan
stabilitas, flexibilitas, durabilitas dan workabilitas.

Perencanaan suatu campuran agregat dan aspal terutama ditujukan agar


campuran tersebut dapat memiliki sifat-sifat seperti yang tersebut diatas. Tujuan
akhir dari perencanaan tersebut adalah menentukan suatu kadar aspal optimum
yang akan memberikan keseimbangan dari semua sifat campuran tersebut, karena
tidak ada satu kadar aspal pun yang akan dapat memaksimalkan semua sifat
campuran.

3.2 Perencanaan Campuran Aspal dan Agregat

Ada bermacam-macam metoda perencanaan campuran, yang paling dikenal


adalah metoda Marshall dan metoda Hveem. Secara umum semua metoda itu terdiri
dari proses-proses :

1) persiapan benda uji


2) pemadatan
3) perhitungan rongga dan tes stabilitas dan kadar rongga
4) analisis

KELAS E KELOMPOK 2
C i v i l E n g i n e e r i n g ‘19 PERKERASAN JALAN

Persiapan benda uji terdiri dari penyiapan agregat dan aspal serta pembuatan
benda uji sesuai spek yang direncanakan.

Pemadatan benda uji dilakukan untuk mensimulasikan kepadatan campuran


tersebut di lapangan setelah beban lalu lintas tertentu. Metoda pemadatan yang
umum adalah :

a) Impact Compaction, yang digunakan pada metoda Marshall

b) Kneading Compation, yang digunakan pada metoda Hveem

c) Gyratory Compaction

Setelah pemadatan selesai, proses selanjutnya adalah pengujian berat jenis


benda uji untuk menghitung kandungan rongga didalam campuran dan kemudian
diikuti dengan pengujian stabilitas.

Jumlah benda uji yang harus dibuat untuk suatu kadar aspal tertentu adalah
tiga buah, agar hasil pengujian terjamin secara statistik. Umumnya kadar aspal
divariasikan dengan kenaikan 0,5% atau 1%. Banyaknya kadar aspal yang
divariasikan tergantung dari jenis campurannya, umumnya pada setiap pengujian
cukup dibuat lima kadar aspal.

3.3 Teori Rongga


Jenis-jenis rongga didalam suatu campuran aspal dan agregat dibedakan
menjadi VIM (rongga didalam campuran), VMA (rongga didalam agregat), dan
VFA (rongga terisi aspal). Perbedaan dari ketiga jenis rongga tersebut tampak
pada Gambar 1.

KELAS E KELOMPOK 2
C i v i l E n g i n e e r i n g ‘19 PERKERASAN JALAN

Gambar 1. Representasi Volume dalam Campuran Padat

Keterangan :
Vma : Volume rongga didalam agregat (VMA)

Vmb : Volume bulk dari campuran padat

Vmm : Volume campuran yang tidak berongga

Vfa : Volume rongga yang terisi aspal (VFB)

Va : Volume rongga didalam campuran (VIM)

Vb : Volume aspal didalam campuran

Vba : Volume aspal yang terserap ke dalam agregat

Vsb : Volume agregat (untuk menghitung berat jenis bulk)

Vse : Volume agregat (untuk menghitung berat jenis efektif)

Modul perencanaan campuran aspal dan agregat ini akan terkait dengan
modul perhitungan berat jenis dan penyerapan untuk agregat serta modul
perhitungan berat jenis aspal.

KELAS E KELOMPOK 2
C i v i l E n g i n e e r i n g ‘19 PERKERASAN JALAN

4. Prosedur Praktikum
Secara umum, prosedur perencanaan dan pengujian campuran aspal dan agregat
dengan menggu nakan Metoda Marshall dapat dilihat pada bagan alir berikut ini.

Mulai

Pengambilan Material

Aspal Agregat

Pemeriksaan Material Spesifikasi


Aspal dan agregat

Tidak Memenuhi
Spesifikasi

Ya

Desain Gradasi Campuran


Beraspal

Spesifikasi Tidak
Gradasi

Penentuan Perkiraan Kadar


Ya
Aspal Optimum(PKAO )

Pembuatan benda uji (PKAO)

A
Gambar 2. Bagan Alir Perencanaan dan Pengujian Campuran

KELAS E KELOMPOK 2
C i v i l E n g i n e e r i n g ‘19 PERKERASAN JALAN

Uji Marshall & Volmetrik


campuran kondisi PKAO

Pembuatan benda
uji PRD
Penentuan KAO

Pembuatan Benda Uji Kondisi KAO

Selesai Gambar 2.

Pengujian Marshall dan Volmetrik Pengujian Marshall


benda uij kondisi KAO Design Mix Formula ( DMF) Sisa Benda Uji
kondisi KAO
Bagan Alir Perencanaan dan Pengujian
Campuran ( lanjutan )

Prosedur perencanaan yang diterangkan disini adalah perencanaan


campuran dengan menggunakan Uji Marshall. Proses perencanaan dimulai
dengan memilih spesifikasi (spek) campuran tertentu. Dari spek ini akan diperoleh
keterangan mengenai komposisi campuran, yaitu gradasi agregat yang harus digunakan
serta jenis aspal yang boleh digunakan.

KELAS E KELOMPOK 2
C i v i l E n g i n e e r i n g ‘19 PERKERASAN JALAN

Proses selanjutnya adalah pembuatan benda uji campuran yang diikuti oleh
pemadatan. Disarankan paling sedikit dibuat 5 variasi kadar aspal, dan untuk setiap
kadar aspal tersebut dibuat 3 benda uji. Pemadatan benda uji, dalam hal ini
menggunakan Metoda Marshall, dinyatakan dalam jumlah tumbukan yang dikenakan
pada benda uji tersebut. Jumlah tumbukan ini didasarkan pada jenis lalu lintas rencana
(dapat dilihat pada Kriteria Perencanaan).

Sebelum melakukan uji Marshall terlebih dahulu dilakukan pengujian berat isi dan
berat jenis untuk dapat menghitung kandungan rongga didalam campuran. Setelah
semua perhitungan selesai dilakukan, dapat ditentukan kadar aspal optimum
berdasarkan kriteria perencanaan yang diambil.

4.1 Peralatan
Peralatan yang digunakan terdiri dari :

1. Tiga buah cetakan benda uji dari logam yang berdiameter 10,16 cm dan tinggi
7,62 cm, lengkap dengan pelat alas dan leher sambung.
2. Mesin penumbuk manual atau otomatis lengkap dengan :
a. Penumbuk yang mempunyai permukaan tumbuk rata yang berbentuk
silinder, dengan berat 4,536 kg dan tinggi jatuh bebas 45,7 cm.
b. Landasan pemadat terdiri dari balok kayu (jati atau yang sejenis)
berukuran 20,32  20,32  45,72 cm dilapisi dengan pelat baja
berukuran 30,48  30,48  2,54 cm dan dijangkarkan pada lantai beton
di keempat bagian sudutnya.
c. Pemegang cetakan benda uji
3. Alat pengluar benda uji.
Untuk mengeluarkan benda uji yang sudah dipadatkan dari dalam cetakan
benda uji dipakai sebuah alat ekstruder yang berdiameter 10 cm.
4. Alat Marshall lengkap dengan :
a. Kepala penekan (breaking head) berbentuk lengkung.
b. Cincin penguji (proving ring) kapasitas 2500 kg dan atau 5000 kg,
dilengkapi arloji (dial) tekan dengan ketelitian 0,0025 mm.
c. Arloji pengukur pelelehan (flow) dengan ketelitian 0,25 mm beserta
perlengkapannya

KELAS E KELOMPOK 2
C i v i l E n g i n e e r i n g ‘19 PERKERASAN JALAN

5. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu yang mampu memanasi sampai
200oC ( 3oC).
6. Bak perendam (waterbath) dilengkapi dgn pengatur suhu mulai 20 – 60 o C (
1oC).
7. Timbangan yang dilengkapi dengan penggantung benda uji berkapasitas 2 kg
dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan berkapasitas 5 kg dengan ketelitian
1 gram.
8. Pengukur suhu dari logam (metal thermometer) berkapasitas 250oC dan 100oC
dengan ketelitian 1% dari kapasitas.
9. Perlengkapan lain :
a. Panci-panci untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran aspal.
b. Sendok pengaduk dan spatula.
c. Kompor dan pemanas (hot plate).
d. Sarung tangan dari asbes, sarung tangan dari karet dan pelindung
pernapasan atau masker.
e. Kantong plastik kapasitas 2 kg
f. Kompor gas elpiji atau minyak tanah

4.2 Pembuatan Benda Uji


1. Kengeringkan agregat pada suhu 105 - 110oC minimum selama 4 jam,
dikeluarkan dari alat pengering (oven) dan tunggu sampai beratnya tetap.
2. Memisah-misahkan agregat ke dalam fraksi-fraksi yang dikehendaki (sesuai
spek) dengan cara penyaringan.
3. Memanaskan aspal sampai mencapai tingkat kekentalan (viskositas) yang
disyaratkan baik untuk pekerjaan pencampuran maupun pemadatan seperti
Tabel 1. Suhu pencampuran dan pemadatan tersebut dapat dilihat pada
Gambar 3.

KELAS E KELOMPOK 2
C i v i l E n g i n e e r i n g ‘19 PERKERASAN JALAN

TABEL 1. TINGKAT KEKENTALAN (VISKOSITAS) ASPAL UNTUK ASPAL


PADAT DAN ASPAL CAIR
Pencampuran Pemadatan
Alat Aspal Aspal Aspal Aspal
Satuan Satuan
Padat Cair Padat Cair
Kinematik 170 
170  20 C.ST 280  30 280  30 C.ST
Viscometer 20
Saybolt DET. DET.
Furol 85  10 85  10 140  15 140  15
Viscometer S.F S.F

Sumber : SNI-06-2489-1991

4.3 Proses pencampuran


a. Menyiapkan bahan untuk setiap benda uji yang diperlukan yaitu agregat
sebanyak  1200 gram sehingga menghasilkan tinggi benda uji kira-kira
63,5 mm  1,27 mm. Pencampuran agregat agar sesuai dengan gradasi yang
diinginkan dilakukan dengan cara mengambil nilai tengah dari batas spek.
Untuk memperoleh berat agregat yang diperlukan dari masing-masing fraksi
untuk membuat satu benda uji adalah dengan mengalikan nilai tengah
tersebut terhadap total berat agregat.
b. Memanaskan panci pencampur beserta agregat kira-kira 28oC di atas suhu
pencampuran untuk aspal padat, bila menggunakan aspal cair pemanasan
sampai 14oC di atas suhu pencampuran.
c. Menuangkan aspal yang sudah mencapai tingkat kekentalan seperti Tabel 1
di atas sebanyak yang dibutuhkan ke dalam agregat yang sudah dipanaskan
tersebut, kemudian aduklah dengan cepat pada suhu sesuai butir 4.2.4 b
sampai agregat terselimuti aspal secara merata

KELAS E KELOMPOK 2
C i v i l E n g i n e e r i n g ‘19 PERKERASAN JALAN

Gambar 3. Grafik untuk Penentuan Suhu Pemadatan dan


Suhu Pencampuran
4.4 Proses pemadatan

a. Membersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka penumbuk


dengan seksama dan panaskan sampai suhu antara 93,3 - 148,9 oC.
b. Meletakkan cetakan di atas landasan pemadat dan tahan dengan pemegang
cetakan.
c. Meletakkan selembar kertas saring atau kertas penghisap yang sudah digunting
menurut ukuran cetakan ke dalam dasar cetakan.
d. Memasukkan seluruh campuran ke dalam cetakan dan tusuk-tusuk campuran
keras-keras dengan spatula yang dipanaskan sebanyak 15 kali keliling
pinggirannya dan 10 kali di bagian tengahnya.
e. Melakukan pemadatan dengan alat penumbuk sebanyak :
- 75 kali tumbukan untuk lalu lintas berat
- 50 kali tumbukan untuk lalu lintas sedang

KELAS E KELOMPOK 2
C i v i l E n g i n e e r i n g ‘19 PERKERASAN JALAN

- 35 kali tumbukan untuk lalu lintas ringan


dengan tinggi jatuh 457,2 mm. Selama pemadatan harus diperhatikan agar
kedudukan sumbu palu pemadat selalu tegak lurus pada alas cetakan.
f. Melepaskan pelat alas berikut leher sambung dari cetakan benda uji, kemudian
cetakan yang berisi benda uji dibalikkan dan pasang kembali pelat alas berikut
leher sambung pada cetakan yang dibalikkan tadi.
g. Menumbuk dengan jumlah tumbukan yang sama sesuai butir 4.2.5.e terhadap
permukaan benda uji yang sudah dibalikkan ini.
h. Melepaskan keping alas dan pasanglah alat pengeluar benda uji pada
permukaan ujung ini.
i. Mengeluarkan dengan hati-hati dan letakkan benda uji di atas permukaan yang
rata dan biarkan selama kira-kira 24 jam pada suhu ruang.
j. Mendinginkan dengan kipas angin meja bila diperlukan pendinginan yang
lebih cepat.

4.5 Prosedur Pengujian


4.5.1 Pengujian Berat Jenis Campuran (ASTM D 2726-73)
a. Menimbang benda uji kering sehingga didapat berat benda uji kering.
b. Merendam benda uji didalam bak perendam pada 25oC selama 3
sampai 5 menit dan timbang didalam air, akan didapat berat benda uji
di dalam air.
c. Mengeringkan permukaan benda uji dengan lap kering kemudian
ditimbang, akan didapat berat kering permukaan jenuh (ssd).
d. Mencatat hasil pengujian pada formulir yang telah disediakan dan
hitung berat jenis campuran sesuai dengan rumus yang disediakan.

4.3.2 Pengujian Campuran Aspal Metoda Marshall (SNI 06-2489)

a. Merendam benda uji dalam bak perendam selama 30-40 menit dengan
suhu tetap 60oC (1oC) untuk benda uji yang menggunakan aspal padat,
untuk benda uji yang menggunakan aspal cair masukkan benda uji ke
dalam oven selama minimum 2 jam dengan suhu tetap 250 C ( 10C).

KELAS E KELOMPOK 2
C i v i l E n g i n e e r i n g ‘19 PERKERASAN JALAN

b. Mengeluarkan benda uji dari bak perendam atau dari oven dan letakkan
ke dalam segmen bawah kepala penekan dengan catatan bahwa waktu
yang diperlukan dari saat diangkatnya benda uji dari bak perendaman
atau oven sampai tercapainya beban maksimum tidak boleh melebihi 30
detik.
c. Memasang segmen atas di atas benda uji dan letakkan keseluruhannya
dalam mesin penguji.
d. Memasang arloji pengukur pelelehan (flow) pada kedudukannya di atas
salah satu batang penuntun dan atur kedudukan jarum penunjuk pada
angka nol, sementara selubung tangkai arloji (sleeve) dpegang teguh
terhadap segmen atas kepala penekan.
e. Menaikkan kepala penekan beserta benda ujinya dinaikkan hingga
menyentuh alas cincin penguji, sebelum pembebanan diberikan.
f. Mengatur jarum arloji tekan pada kedudukan angka nol.
g. Memberikan pembebanan pada benda uji dengan kecepatan tetap
sekitar 50 mm per menit sampai pembebanan maksimum tercapai, atau
pembebanan menurun seperti yang ditunjukkan oleh jarum arloji tekan
dan catat pembebanan maksimum atau stabilitas (stability) yang
dicapai, koreksilah bebannya dengan menggunakan faktor perkalian
yang bersangkutan dari Tabel 2 bila benda uji tebalnya kurang atau
lebih besar dari 63,5 mm.
h. Mencatat nilai pelelehan (flow) yang ditunjukkan oleh jarum arloji
pengukur pelelehan pada saat pembebanan maksimum tercapai.

KELAS E KELOMPOK 2
C i v i l E n g i n e e r i n g ‘19 PERKERASAN JALAN

Gambar 4. Alat Uji Marshall

Sumber : Dok. Praktikum Jalan Raya Tahun 2021, Kelompok 2

Gambar 5. Alat Penumbuk (Manual)

Sumber : Dok. Praktikum Jalan Raya Tahun 2021, Kelompok 2

KELAS E KELOMPOK 2
C i v i l E n g i n e e r i n g ‘19 PERKERASAN JALAN

Tabel 2. Ketentuan Sifat-sifat Campuran Laston (AC)

Laston
Sifat-sifat Campuran
Lapis Aus Lapis Antara Pondasi
Jumlah tumbukan per bidang   75 112(1)
Rasio partikel lolos ayakan 0,075mm Min. 1,0
dengan kadar aspal efektif Maks. 1,4
Min. 3,0
Rongga dalam campuran (%)(2)
Maks. 5,0
Rongga dalam agregat (VMA) (%) Min. 15 14 13
Rongga Terisi Aspal (%) Min. 65 65 65
Stabilitas Marshall (Kg) Min. 800 1800(1)
Min. 2 3
Pelelehan (mm)
Maks. 4 6(1)
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah
Min. 90
perendaman selama 24 jam, 60o C (3)
Rongga dalam campuran (%) pada
Min 2
Kepadatan membal (refusal)(4)
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)

Tabel 3. Ketentuan Viskositas & Temperatur Aspal untuk Pencampuran dan Pemadatan
Viskositas Perkiraan Temperatur Aspal
No. Prosedur Pelaksanaan Aspal (OC)
(PAS) Tipe I Tipe IIB
1 Pencampuran benda uji Marshall 0,2 155+1 165+1
2 Pemadatan benda uji Marshall 0,4 145+1 155+1
Pencampuran, rentang temperaturan
3 0,2 - 0,5 145 - 155 155 - 165
Sasaran
Menuangkan campuran aspal dari
4 +0,5 135 - 150 145 - 160
alat pencampuran ke dalam truk
5 Pemasokan ke Alat Penghampar 0,5 - 1,0 130 - 150 140 - 160
6 Pemadatan Awal (roda baja) 1-2 125 - 145 135 - 155
7 Pemadatan Antara (roda karet) 2 - 20 100 - 125 110 - 135
8 Pemadatan Akhir (roda baja) >20 >95 >105
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)

KELAS E KELOMPOK 2
C i v i l E n g i n e e r i n g ‘19 PERKERASAN JALAN

Tabel 4. Faktor Koreksi Stabilitas

Volume Benda Tinggi Benda Faktor Volume Benda Tinggi Benda


Faktor Kereksi
Uji ( cm 3 ) Uji ( mm ) Kereksi Uji ( cm 3 ) Uji ( mm )

200-213 25,4 5,56 421-431 52,4 1,39

214-225 27,0 5,00 432-443 54,0 1,32

226-237 28,6 4,55 444-456 55,6 1,25

238-250 30,2 4,17 457-470 57,2 1,19

251-264 31,8 3,85 471-482 58,7 1,14

265-276 33,3 3,57 483-495 60,3 1,09

277-289 34,9 3,33 496-508 61,9 1,04

290-301 36,5 3,03 509-522 63,5 1,00

302-316 38,1 2,78 523-535 65,1 0,96

317-328 39,7 2,50 536-546 66,7 0,93

329-340 41,3 2,27 547-559 68,3 0,89

341-353 42,9 2,08 560-573 69,8 0,86

354-367 44,4 1,92 574-585 71,4 0,83

368-379 46,0 1,79 586-598 73,0 0,81

380-392 47,6 1,67 599-610 74,6 0,78

393-405 49,2 1,56 611-625 76,2 0,76


406-420 50,8 1,47

Tabel 5. Amplop Gradasi Agregat Gabungan Untuk Campuran Aspal

Ukuran
% Berat Yang Lolos terhadap Total Agregat dalam Campuran
Ayakan Latasir (SS) Lataston ( HRS ) Laston ( AC )
(mm) Gradasi Senjang3 Gradasi Semi Senjang2
Kelas A Kelas B WC Base WC Base WC BC Base
37,5 100
25 100 90 - 100
19 100 100 100 100 100 100 100 90 - 100 76 - 90
12,5 90 - 100 90 - 100 87 - 100 90 - 100 90 - 100 75 - 90 60 - 78
9,5 90 - 100 75 - 85 65 - 90 55 - 88 55 - 70 77 - 90 66 - 82 52 - 71
4,75 53 - 69 46 - 64 35 - 54
2,36 75 - 100 50 - 72 3 35 - 55 3 50 - 62 32 - 44 33 - 53 30 - 49 23 - 41
1,18 21 - 40 18 - 38 13 - 30
0,600 35 - 60 15 - 35 20 - 45 15 - 35 14 - 30 12 - 28 10 - 22
0,300 15 - 35 5 - 35 9 - 22 7 - 20 6 - 15
0,150 6 - 15 5 - 13 4 - 10
0,075 10 - 15 8 -13 6 - 10 2-9 6 - 10 4-8 4-9 4-8 3-7
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 ( Revisi 3 )

KELAS E KELOMPOK 2
C i v i l E n g i n e e r i n g ‘19 PERKERASAN JALAN

5. Hasil Perhitungan dan Pelaporan


5.1 Rancangan Gradasi Campuran yang Dihasilkan
5.1.1 Analisa saringan
1. Fraksi Agregat ¾”
Tabel 6. Gradasi Fraksi Agregat ¾
Berat Kumulatif
Sieve No. Bukaan (mm) % Tertahan % Lolos
Tertahan (gr) Tertahan (gr)
3/4 " 19.1 0.00 0 0.00 100.00
1/2 " 12.70 1038.80 1038.80 47.34 52.66
3/8 " 9.52 695.40 1734.20 79.03 20.97
#4 4.760 434.60 2168.80 98.83 1.17
#8 2.38 4.60 2173.40 99.04 0.96
#16 1.160 1.10 2174.50 99.09 0.91
#30 0.590 0.40 2174.90 99.11 0.89
#50 0.279 0.70 2175.60 99.14 0.86
#100 0.150 4.50 2180.10 99.35 0.65
#200 0.074 5.70 2185.80 99.61 0.39
PAN 8.60 2194.40 100.00 0.00

Contoh Perhitungan untuk saringan No. 4


 Pada saringan No. 4 Berat tertahan = 434,60 gr
 Kumulatif Tertahan
= Berat Tertahan + Kumulatif Tertahan sebelumnya
= 434,60 gr + 2168,80 gr
= 2603,4 gr
 % Tertahan
= Komulatif Tertahan / Berat agregat x 100%
= 2603,4 gr / 2194,40 gr x 100%
= 1,18%
 % Lolos
= 100 % - % Tertahan
= 100 % - 1,18 %
= 0,98 %

KELAS E KELOMPOK 2
C i v i l E n g i n e e r i n g ‘19 PERKERASAN JALAN

2. Fraksi Agregat 3/8”


Tabel 7. Gradari Fraksi Agregat 3/8”
Berat Kumulatif
Sieve No. Bukaan (mm) % Tertahan % Lolos
Tertahan (gr) Tertahan (gr)
3/4 " 19.100 0.00 0 0 100
1/2 " 12.700 0.00 0.00 0.00 100.00
3/8 " 9.520 2.50 2.50 0.26 99.74
#4 4.760 839.37 841.87 87.72 12.28
#8 2.380 95.05 936.92 97.62 2.38
#16 1.160 2.94 939.86 97.93 2.07
#30 0.590 1.30 941.16 98.06 1.94
#50 0.279 1.17 942.33 98.19 1.81
#100 0.150 5.87 948.20 98.80 1.20
#200 0.074 6.28 954.48 99.45 0.55
PAN 5.26 959.74 100.00 0.00

Contoh Perhitungan untuk saringan No. 8


 Pada saringan No. 8 Berat tertahan = 95,05 gr
 Kumulatif Tertahan
= Berat Tertahan + Kumulatif Tertahan sebelumnya
= 95,05 gr + 936,92 gr
= 1031,97 gr
 % Tertahan
= Komulatif Tertahan / Berat agregat x 100%
= 1031,97 gr / 959,74 gr x 100%
= 1,07 %
 % Lolos
= 100 % - % Tertahan
= 100 % - 1,07 %
= 0,99 %

KELAS E KELOMPOK 2
C i v i l E n g i n e e r i n g ‘19 PERKERASAN JALAN

3. Fraksi Agregat Halus (Abu Batu)


Tabel 8. Gradari Fraksi Agregat Halus (Abu Batu)
Berat Kumulatif
Sieve No. Bukaan (mm) % Tertahan % Lolos
Tertahan (gr) Tertahan (gr)
3/4 " 19.1 0.00 0.00 0.00 100.00
1/2 " 12.70 0.00 0.00 0.00 100.00
3/8 " 9.52 0.00 0.00 0.00 100.00
#4 4.760 4.60 4.60 0.21 99.79
#8 2.38 196.40 201.00 9.13 90.87
#16 1.160 783.00 984.00 44.72 55.28
#30 0.590 559.90 1543.90 70.16 29.84
#50 0.279 238.40 1782.30 80.99 19.01
#100 0.150 208.30 1990.60 90.46 9.54
#200 0.074 109.50 2100.10 95.43 4.57
PAN 100.50 2200.60 100.00 0.00

Contoh Perhitungan untuk saringan No. 4


 Pada saringan No. 4 Berat tertahan = 4,60 gr
 Kumulatif Tertahan
= Berat Tertahan + Kumulatif Tertahan sebelumnya
= 4,60 gr + 4,60 gr
= 9,2 gr
 % Tertahan
= Komulatif Tertahan / Berat agregat x 100%
= 9,2 gr / 2200,60 gr x 100%
= 0,004 %
 % Lolos
= 100 % - % Tertahan
= 100 % - 0,004 %
= 0,99 %

KELAS E KELOMPOK 2
C i v i l E n g i n e e r i n g ‘19 PERKERASAN JALAN

4. Gradasi Gabungan
Tabel 10. Gradasi Gabungan Campuran AC-WC
Bukaan Fraksi 3/4" Fraksi 3/8" Abu Batu Gradasi
Sieve No.
(mm)
Spesifikasi
% lolos 17% % lolos 26% % lolos 57% Gabungan
3/4 " 19.0 100 17 100 26.00 100.00 57.00 100.00 100
1/2 " 12.50 52.66 8.95 100.00 26.00 100.00 57.00 91.95 90-100
3/8 " 9.50 20.97 3.57 99.74 25.93 100.00 57.00 86.50 77-90
#4 4.750 1.17 0.20 12.28 3.19 99.79 56.88 60.27 53-69
#8 2.36 0.96 0.16 2.38 0.62 90.87 51.79 52.57 33-53
#16 1.180 0.91 0.15 2.07 0.54 55.28 31.51 32.21 21-40
#30 0.600 0.89 0.15 1.94 0.50 29.84 17.01 17.66 14-30
#50 0.300 0.86 0.15 1.81 0.47 19.01 10.83 11.45 9-22
#100 0.150 0.65 0.11 1.20 0.31 9.54 5.44 5.86 6-15
#200 0.075 0.39 0.07 0.55 0.14 4.57 2.60 2.81 4-9
PAN - 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 -

Contoh Perhitungan untuk saringan No. 8


 Fraksi ¾” Dengan Komposisi campuran 17%
= (% lolos saringan no. 8 x 17%) / 100%
= (0,96 % x 17%) / 100%
= 0,001 %
 Fraksi 3/8” Dengan Komposisi campuran 26%
= (% lolos saringan no. 8 x 26%) / 100%
= (2,38 % x 26%) / 100%
= 0,006 %
 Abu Batu Dengan Komposisi campuran 57%
= (% lolos saringan no. 8 x 57%) / 100%
= (90,87 % x 57%) / 100%
= 0,517 %
 Gradasi gabungan untuk saringan no. 8
= 0,001% + 0,006% + 0,499%
= 0,524 %
Kontrol
33 % ≤ 0,524 % ≤ 53% (Memenuhi Spesifikasi)
Berdasarkan persentase proporsi tiap agregat seperti di atas diperoleh gradasi campuran
seperti tergambar pada grafik berikut:

KELAS E KELOMPOK 2
C i v i l E n g i n e e r i n g ‘19 PERKERASAN JALAN

Gambar 6. Grafik Gradasi Agregat Gabungan Campuran AC-WC

 Hasil proporsi fraksi agregat dalam campuran:


o Agregat Kasar:
a. Fraksi Agregat 3/4” = 17 %
b. Fraksi Agregat 3/8” = 26%
o Agregat Halus:
a. Abu Batu = 57 %
 Menghitung Perkiraan Kadar Aspal:
Course Aggregate (CA) = 100% - Lolos saringan No. 8
= 100% - 52,57 %
= 47,43 %
Fine Aggregate (FA) = Lolos saringan No. 8 – Lolos saringan No. 200
= 47,43% - 2,81%
= 44,62%
Filler = Lolos saringan No. 200
= 2,81 %
Total = Course Aggregate+ Fine Aggregate+Filler+ Konstanta
= 47,43 % + 44,62 % + 2,81 %
= 94,86 %
pKAO = 0,035(%CA)+0,045(%FA)+0,18(%FF)+ konstanta
= 0,035(47,43) + 0,045(44,62) + 0,18(2,81) + 1,0
= 6,94% ≈ 7,00%

KELAS E KELOMPOK 2
C i v i l E n g i n e e r i n g ‘19 PERKERASAN JALAN

5.2 Uji Volumetrik Campuran


 Berat jenis aspal = 1,048
 Berat jenis agregat = 2,603

 % aspal terhadap agregat (a) = x 100%

6,0%
= x 100%
100%-6,0%

= 6,38 %
 % aspal terhadap campuran (b) = 6,0 %
 Berat (c)
Sampel 5 = 1233,1 gr

 Berat jenuh (d)


Sampel 5 = 1236,7 cm3

 Berat dalam air (e)


Sampel 5 = 702,0 cm3

 Isi (f)
Sampel 5 =d-e
= 1236,7 cm3 – 702,0 cm3
= 534,7 cm3

 Berat isi benda uji (g)


Sampel 5 =c/f
= 1233,1 gr / 534,7 cm3
= 2,306 gr/cm3

 Berat jenis maks. Teoritis (h)


= 100%/ ((100% – b ) / bj agg + b / bj aspal )
= 100 %/ ((100% – 6,0%) / 2,603 + 6,0% / 1,048)
= 2,390

KELAS E KELOMPOK 2
C i v i l E n g i n e e r i n g ‘19 PERKERASAN JALAN

 %Volume aspal terhadap volume benda uji (i)


Sampel 5 = (b.g) / bj Aspal
= (6,0% . 2,306) / 1,048
= 13,203%

 % rongga terhadap agregat (j)


Sampel 5 = (100% – b ) x g / bj agregat
= (100% – 6,0%) x 2,306 / 2,603
= 83,28%

 Jumlah kandungan rongga (%) (k)


Sampel 5 = 100% – i - j
= 100% – 13,203% – 83,28%
= 3,517 %

 % rongga terhadap agregat, VMA (l)


Sampel 5 = 100% – j
= 100% – 83,28%
= 16,720 %

 % rongga terhadap aspal, VFB (m)


Sampel 5 = 100% x i / l
= 100% x 13,203% / 16,720%
= 78,97%

 % rongga terhadap campuran, VIM (n)


Sampel 5 = 100% – ((100% x g) / h
= 100% – ((100% x 2,306) / 2,390)
= 3,517%

KELAS E KELOMPOK 2
C i v i l E n g i n e e r i n g ‘19 PERKERASAN JALAN

5.3 Hasil Uji Marshall Campuran


Untuk Sampel 5
 Didapatkan hasil pengukuran benda uji:
- Diameter (D) = 10,2 cm
- Tinggi benda uji (T) = 6,7 cm
- Volume (V) = (1/4 ) D2 x T

= (1/4 ) x 10,2² x 6,7 cm

= 547,476 cm3 (Dari Tabel 4. diperoleh Faktor Koreksi


Stabilitas = 0,89)
 Pembacaan arloji stabilitas (o)
Sampel 5 ; o = 12,41 kN

 Stabilitas (p) kalibrasi alat

Sampel 5 ; p = o x konversi satuan (1 kN = = 102 kg)

= 12,41 x 102 kg
= 1265,82 kg
 Stabilitas (q) koreksi benda uji
Sampel 5 ; q = p x Faktor Koreksi
= 1265,82 kg x 0,95
= 1215 kg

 Kelelehan, Flow (r)


Sampel 5 ; r = 3,9 mm

 Marshall Quotient, MQ (s)


Sampel 1 ; s = q/r
= 1215 kg / 3,9 mm
= 308,38 kg/mm

Untuk nilai hasil uji volumetrik dan uji Marshall campuran lainnya pada berbagai
macam kadar aspal dapat dilihat pada Tabel 11.

KELAS E KELOMPOK 2
C i v i l E n g i n e e r i n g ‘19 PERKERASAN JALAN

Tabel 11. Hasil Uji Volumerik & Uji Marshall AC-WC

Kadar
(%) 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 Spesifikasi*
aspal
Kepadatan (gr/cm3) 2,283 2,294 2,300 2,306 2,318 2,20
VIM (%) 6,424 5,317 4,439 3,517 2,366 3-5%
VMA (%) 16,23 16,26 16,51 16,72 16,74 Min 15
VFB (%) 60,415 67,307 73,111 78,967 85,869 Min 65
Stabilitas (kg) 966,00 1003,00 1119,00 1215,00 1226,00 Min 800 kg
Flow (mm) 3,140 3,640 3,970 3,940 4,300 2-4
MQ (kg/mm) 307,643 275,549 281,864 308,376 285,116 Min 250
*Berdasarkan Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)

5.4 Hasil Penentuan Kadar Aspal Optimum ( KAO )


Berdasarkan nilai-nilai pada Tabel 11 diatas digambarkan grafik hasil Kadar Aspal
dengan karakteristik-karakteristik campuran, seperti pada Gambar berikut:

Gambar 7. Grafik Hubungan Kadar Aspal vs Kepadatan

Gambar 8. Grafik Hubungan Kadar Aspal vs VIM

KELAS E KELOMPOK 2
C i v i l E n g i n e e r i n g ‘19 PERKERASAN JALAN

Diketahui persamaan garis adalah y = -0,0376x2 - 1,5694x + 14,201


 Untuk y = 3
3 = -0,0376x2 – 1,5694x + 14,201
-0,0376x2 – 1,5694x + 14,201 = 0
Dengan menggunakan rumus abc, maka didapatkan, x = 4,36%
 Untuk y = 5
5 = -0,0376x2 – 1,5694x + 14,201
-0,0376x2 – 1,5694x + 14,201 = 0
Dengan menggunakan rumus abc, maka didapatkan , x = 5,04%

Gambar 9. Grafik Hubungan Kadar Aspal vs VMA

Gambar 10. Grafik Hubungan Kadar Aspal vs VFB

Diketahui persamaan garis adalah y = 0,0201x2 + 12,292x + 4,9099


 Untuk y = 65
65 = 0,0201x2 + 12,292x – 4,9099
0,0201x2 + 12,292x – 4,9099 = 0

KELAS E KELOMPOK 2
C i v i l E n g i n e e r i n g ‘19 PERKERASAN JALAN

Dengan menggunakan rumus abc, maka didapatkan , x = 5,74%

Gambar 11. Grafik Hubungan Kadar Aspal vs Stabillitas

Gambar 12. Grafik Hubungan Kadar Aspal vs Flow

Diketahui persamaan garis adalah y = -20,571x2 +371,69x -311,4


 Untuk y = 4
4 = -20,571x2 +371,69x -311,4
-20,571x2 +371,69x -311,4 = 0
Dengan menggunakan rumus abc, maka didapatkan , x1 = -18,87% dan
x2 = 0,802%

KELAS E KELOMPOK 2
C i v i l E n g i n e e r i n g ‘19 PERKERASAN JALAN

Gambar 13. Grafik Hubungan Kadar Aspal vs MQ

Berdasarkan grafik pada Gambar 7 – Gambar 13 seperti di atas dan dengan


memperhatikan spesifikasi yang ada, maka digambarkan Bar Chart seperti pada
Gambar 14 berikut:

Gambar 14. Bar Chart Penentuan Kadar Aspal Optimum

KELAS E KELOMPOK 2
C i v i l E n g i n e e r i n g ‘19 PERKERASAN JALAN

Berdasarkan Bar Chart diatas dapat ditentukan rentang nilai Kadar Aspal
Optimum (KAO) campuran yang memenuhi spesifikasi berada pada kisaran nilai
5,04% - 7,00% dengan nilai rata-rata yaitu 5,04 + 7,00 / 2 = 6,02%
1. Proporsi tiap fraksi terhadap agregat sebagai berikut:
- Agregat 3/4" = 17 %
- Agregat 3/8" = 26 %
- Abu batu = 57 %
Total = 100%
2. Proporsi tiap fraksi agregat dalam campuran sebagai berikut:
- Aspal = 6,02 %
- Agregat 3/4" = 17 % x (100% - 6,02%) = 15,97 %
- Agregat 3/8" = 26 % x (100% - 6,02%) = 24,43 %
- Abu batu = 55 % x (100% - 6,02%) = 53,56 % +
Total = 93,96 %

KELAS E KELOMPOK 2
C i v i l E n g i n e e r i n g ‘19 PERKERASAN JALAN

6. Diskusi
 Berdasarkan kurva hubungan kadar aspal vs kepadatan didapatkan bahwa kepadatan
akan meningkat seiring bertambahnya kadar aspal sampai mencapai kepadatan
maksimum 2,32 gr/cm3 pada kadar aspal 6,25%, setelah itu kepadatan akan turun
kembali bila kadar aspal terus bertambah.
 Berdasarkan kurva hubungan kadar aspal vs VIM (kandungan rongga dalam
campuran) didapatkan bahwa kandungan dalam campuran (VIM) akan menurun
dengan seiring bertambahnya kadar aspal. Hal ini karena rongga dalam campuran
telah terisi oleh aspal.
 Berdasarkan kurva hubungan kadar aspal vs VMA (kandungan rongga dalam agregat)
didapatkan bahwa VIM akan turun seiring bertambahnya kadar aspal sampai mencapai
penurunan maksimum sebesar 16,15% pada kadar aspal 5,04%, setelah itu akan
meningkat kembali bila kadar aspal terus ditambahkan.
 Berdasarkan kurva hubungan kadar aspal vs VFB (Rongga yang terisi aspal) akan
meningkat seiring dengan bertambahnya kadar aspal. Dari hasil yang didapatkan, pada
saat nilai VFB 65% nilai kadar aspal yang didapatkan sebesar 5,74%.
 Berdasarkan kurva hubungan kadar aspal vs stabilitas didapatkan bahwa stabilitas
akan meningkat seiring bertambahnya kadar aspal sampai mencapai stabilitas
maksimum 1180,65 kg pada kadar aspal 6,3%, setelah itu stabilitas akan turun kembali
bila kadar aspal terus bertambah.
 Berdasarkan kurva hubungan kadar aspal vs flow / kelelehan didapatkan bahwa flow
akan meningkat seiring bertambahnya kadar aspal. Penggunaan kadar aspal yang
terlalu banyak akan mengakibatkan kelebihan aspal pada campuran sehingga
sampuran tersebut menjadi lembek.
 Berdasarkan kurva hubungan kadar aspal vs MQ didapatkan bahwa nilai MQ
merupakan perbandingan stabilitas dengan flow / kelelehan. Pada kondisi kadar aspal
optimum MQ menjadi tinggi karena nilai stabilitas naik dan kelehan turun. Namun,
bila kadar aspal ditambah melewati kadar aspal optimum maka nilai MQ akan
menurun karena nilai staibilitas turun dan kelelehan naik. Dari hasil yang didapatkan,
pada saat nilai MQ 250 kg/mm nilai kadar aspal yang didapatkan sebesar 6,605%.

KELAS E KELOMPOK 2
C i v i l E n g i n e e r i n g ‘19 PERKERASAN JALAN

 Bar Chart untuk penentuan kadar aspal optimum (KAO) campuran menunjukkan
bahwa kadar aspal yang memenuhi spesifikasi keseluruhan dimulai dari kadar aspal
4,36 % hingga 5,74 %. Dengan mencari nilai rata-ratanya, diperoleh KAO 5,0 %.

KELAS E KELOMPOK 2

Anda mungkin juga menyukai