Anda di halaman 1dari 50

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................1
BAB I.......................................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................2
1.1 Definisi Pantai...........................................................................................2
1.2 Gelombang................................................................................................4
1.2.1 Teori dan Definisi Gelombang...........................................................5
1.2.2 Deformasi Gelombang.....................................................................12
1.2.3 Statistik Gelombang.........................................................................18
1.3 Pasang Surut............................................................................................21
1.3.1 Tipe Pasang Surut Air Laut..............................................................22
1.3.2 Penyebab asang Surut Air Laut........................................................22
1.4 Proses−Proses Pantai...............................................................................23
1.5 Bangunan−Bangunan Pantai...................................................................26
9)   Terumbu Buatan.......................................................................................31
1.6 Pelabuhan dan Kapal...............................................................................31
1.6.1 Pelabuhan.........................................................................................31
1.6.1.1 Definisi.............................................................................................31
1.6.2 Kapal................................................................................................32
1.7 Alur Pelayaran.........................................................................................35
1.7.1 Definisi.............................................................................................35
1.7.2 Kedalaman Laut...............................................................................36
1.8 Dermaga..................................................................................................38
1.8.1 Definisi.............................................................................................38
1.8.2 Tipe Dermaga...................................................................................38
1.9 Fender dan Bollard..................................................................................41
1.9.1 Fender...............................................................................................41
1.9.2 Bollard..............................................................................................47
1.10 Fasilitas pelabuhan di Daratan................................................................49

1
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Definisi Pantai

Dalam Triatmodjo (1999) ada dua istilah tentang kepantaian yaitu


pesisir (coast) dan pantai (shore). Berdasarkan pada gambar dapat dijelaskan
mengenai beberapa definisi tentang kepantaian.

Gambar 1.1 Kawasan Pantai


1. Pesisir adalah daerah darat di tepi laut yang masih mendapat pengaruh
laut, seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air laut.
2. Pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang
tertinggi dan air surut terendah.
3. Daratan adalah daerah yang terletak di atas dan di bawah permukaan
daratan dimulai dari batas garis pasang tertinggi.
4. Lautan adalah daerah yang terletak di atas dan di bawah permukaan laut
dimulai dari sisi laut pada garis surut terendah, termasuk dasar laut dan
bagian bumi dibawahnya.
5. Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan air laut,
dimana posisinya tidak tetap dan dapat berpindah sesuai dengan pasang
surut air laut dan erosi pantai yang terjadi.
6. Sempadan pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi
pantai. Kriteria sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian yang

2
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
lebarnya sesuai dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 m
dari titik pasang tertinggi ke arah daratan.
Selain definisi di atas, beberapa definisi yang berkaitan dengan
karakteristik gelombang di daerah sekitar pantai juga perlu diketahui.
Gelombang yang merambat dari laut dalam menuju pantai mengalami
perubahan bentuk karena pengaruh perubahan kedalaman laut. Berkurangnya
kedalaman laut menyebabkan semakin berkurangnya panjang gelombang dan
bertambahnya tinggi gelombang.
Pada saat gelombang (perbandingan antara tinggi dan panjang
gelombang) mencapai batas maksimum, gelombang akan pecah. Untuk
penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 1.2 Bagian – Bagian Pantai


a. Garis gelombang pecah merupakan batas perubahan perilaku gelombang
dan juga transpor sedimen pantai.
b. Offshore adalah daerah dari garis gelombang pecah ke arah laut.
c. Breaker zone (daerah gelombang pecah) adalah daerah di mana gelombang
yang datang dari laut (lepas pantai) mencapai ketidak-stabilan dan
akhirnya pecah.
d. Surf zone adalah daerah yang terbentang antara bagian dalam dari
gelombang pecah dan batas naik-turunnya gelombang di pantai.
e. Swash zone adalah daerah yang dibatasi oleh garis batas tertinggi naiknya
gelombang dan batas terendah turunya gelombang di pantai.
f. Inshore adalah daerah yang membentang ke arah laut dari foreshore
sampai tepat di luar breaker zone.

3
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
g. Longshore bar yaitu gumuk pasir yang memanjang dan kira-kira sejajar
dengan garis pantai. Longshore bar terbentuk karena proses gelombang
pecah di daerah inshore.
h. Foreshore adalah daerah yang terbentang dari garis pantai pada saat muka
air rendah sampai batas atas dari uprush pada saat air pasang tinggi.
i) Backshore adalah daerah yang dibatasi oleh foreshore dan garis pantai
yang terbentuk pada saat terjadi gelombang badai bersamaan dengan muka
air tinggi.
1.2 Gelombang

Gelombang di laut dapat dibedakan menjadi beberapa macam


yang tergantung pada gaya pembangkitnya. Diantaranya adalah:
a) gelombang angin yang diakibatkan oleh tiupan angin di permukaan laut
b) gelombang pasang surut dibangkitkan oleh gaya tarik benda – benda langit
terutama matahari dan bulan,
c) gelombang tsunami terjadi karena letusan gunung berapi atau gempa di
laut, gelombang yang dibangkitkan oleh kapal yang bergerak, dan
sebagainya.
Gelombang dapat menimbulkan energi yang dapat mempengaruhi
profil pantai. Selain itu gelombang juga menimbulkan arus dan transpor
sedimen dalam arah tegak lurus maupun sepanjang pantai, serta menyebabkan
gaya – gaya yang bekerja pada bangunan pantai. Terdapat beberapa teori
gelombang dengan beberapa derajad kekompleksan dan ketelitian untuk
menggambarkan kondisi gelombang di alam diantaranya adalah teori Airy,
Stokes, Gerstner, Mich, Knoidal dan Tunggal. Teori Gelombang Airy
merupakan teori gelombang amplitudo kecil, sedangkan teori gelombang
yang lain adalah gelombang amplitudo terbatas ( finite amplitude waves ).

4
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
1.2.1 Teori dan Definisi Gelombang
1. Teori Gelombang Airy
Teori Gelombang Airy ( teori amplitudo kecil ) diturunkan
berdasarkan persamaan Laplace untuk aliran tak rotasi
(irrotational flow) dengan kondisi batas di dasar laut dan di
permukaan air. Terdapat beberapa anggapan yang digunakan
untuk menurunkan persamaan gelombang adalah sebagai berikut.
1. Zat cair adalah homogen dan tidak termampatkan, sehingga
rapat masa adalah konstan.
2. Tegangan permukaan diabaikan.
3. Gaya coriolis ( akibat perputaran bumi di abaikan ).
4. Tekanan pada permukaan air adalah seragam dan konstan.
5. Zat cair adalah ideal, sehingga berlaku aliran tak rotasi.
6. Dasar laut adalah horizontal, tetap dan impermeable
sehingga kecepatan vertikal di dasar adalah nol.
7. Amplitudo gelombang kecil terhadap panjang gelombang
dan kedalaman air.
8. Gerak gelombang berbentuk silinder yang tegak lurus
arah penjalaran gelombang sehingga gelombang adalah
dua dimensi.

Beberapa notasi yang digunakan di dalam perhitungan Gelombang


Airy adalah :
d : jarak antara muka air rerata dan dasar laut (kedalaman
laut)
η(x,t) : fluktuasi muka air terhadap muka air diam = η = a
cos(kx − σt)
a : amplitudo gelombang
H : tinggi gelombang = 2 a
L : panjang gelombang, yaitu jarak antara dua
puncak gelombang yang berurutan

5
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
T : Periode gelombang, yaitu interval waktu yang
diperlukan oleh partikel air untuk kembali pada
kedudukan yang sama dengan kedudukan
sebelumnya
C : Kecepatan rambat gelombang = L/T
k : angka gelombang = 2π / L
σ : frekuensi gelombang = 2π / T
g : gravitasi = 9,81 m/d2

Hubungan cepat rambat gelombang dengan panjang gelombang


dan kedalaman adalah :
gT 2 πd
C= tan h (2.1)
2π L
Dan hubungan panjang gelombang sebagai fungsi kedalaman
adalah:

gT 2 πd (2.2)
L= tan h
2π L

Gambar 1.3 Sketsa Definisi Gelombang

2. Teori Gelombang Stokes


Teori Stokes mengembangkan teori orde kedua
untuk gelombang yang mempunyai tinggi gelombang

6
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
kecil tetapi berhingga. Beberapa karakteristik pengerjaan
Teori Gelombang Stokes diberikan berikut ini :

a) Panjang dan kecepatan rambat gelombang.

Panjang dan kecepatan rambat gelombang untuk Teori


Gelombang Stokes sama dengan Teori Gelombang Airy
yaitu:
Hubungan cepat rambat gelombang dengan T dan d adalah
gT 2 πd (2.3)
C= tan h
2π L

Dan hubungan panjang gelombang sebagai fungsi kedalaman


adalah ;
gT 2 πd
L= tan h (2.4)
2π L

b) Fluktuasi muka air


Persamaan muka air untuk teori orde kedua adalah sebagai
berikut:
H 2
cos h kd
η= cos (kx - σt ¿ + π H 3 (2 + cos h kd) cos 2 (kx -
(2.5)
2 8 L sin h
σt ¿
Untuk laut dalam (d/1 > 0.5) persamaan di atas menjadi :

η=
Hο 2 πx 2 πt π Hο 2 4 πx 4 πt (2.6)
cos ( - ¿+ cos [ - ]
2 L0 T 4 Lο Lο T
c) Kecepatan partikel
Komponen kecepatan partikel dalam arah x dan y mempunyai
bentuk berikut :
πH cos h k (d + y) 3
u= cos ( kx−σt ) +¿ ¿ ¿
T sin h kd 4 (2.7)
cos h 2 k (d + y )
c 4 cos 2 ( kx - σt ¿
sin h kd
πH sin h k ( d + y) 3
v¿ sin ( kx−σt ) +¿ ¿¿
T sin h kd 4 (2.8)
sin h 2k (d + y )
c sin 2 ( kx - σt ¿
sin h 4 kd
7
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
d) Perpindahan (displacement) partikel
Persamaan orde kedua dari perpindahan partikel terhadap
posisi rerata untuk gelombang amplitudo berhingga
mempunyai bentuk berikut ini.

H cos h k ( d + y ) π H2 1
ξ= sin ( kx−σt )+ ¿ ¿
2 sin h kd 8 L sin h 2 kd (2.9)

[ 1−
3 cos h 2 k (d + y )
2 sin h2 kd ] sin 2 ¿ ¿

H sin h k ( d+ y) 3 πH ² sin h 2k (d + y ) (2.10)


ℇ= + cos 2 (kx -
2 sin h kd 16 L 4
sin h kd
σt ¿
e) Kecepatan transpor massa
Teori Stokes menagnggap bahwa partikel air bergerak dalam
orbit berupa lingkaran atau elips tidak tertutup. Sehingga hal ini
menyebabkan terjadinya aliran massa air dalam arah penjalaran
gelobang, seperti terlihat pada Gambar 1.4

Gambar 1.4 Orbit partikel air pada Gelombang Stokes

U ( y) =
L[ ]
πH C
²
2
(2.11)

cos h 2 k gelombang
f) Tekanan (d + y )
2
sin h kd
Distribusi tekanan gelombang pada kedalaman air diberikan
oleh bentuk berikut :

H cos k ( d + y ) 1 π H 2 tan kd
p= ρg cos (kx - σt ¿ ρgy− ρg
cos kd 8 L sin 2 kd
2 (2.12)
π H tan kd
¿ ρg
L sin2 kd
cos 2 k (d + y ) 1
{ - } cos 2 (kx -σt ¿
2
sin kd 3

8
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
3. Teori Gelombang Knoidal

Teori Gelombang Knoidal merupakan teori gelombang


amplitudo berhingga yang cocok digunakan pada perairan dangkal
dengan perbandingan d/L < 1/8. Gelombang Knoidal adalah
gelombang periodik yang biasanya mempunyai puncak tajam yang
dipisahkan oleh lembah yang cukup panjang.
Gambar 2.8. menunjukkan beberapa parameter Gelombang
Knoidal. Karakteristik gelombang dinyatakan dalam parameter
yang mempunyai fungsi dari k. Parameter k tidak mempunyai arti
fisik, dan hanya digunakan untuk menyatakan hubungan antara
berbagai parameter gelombang. Ordinat dari permukaan air ”ys”
diukur terhadap dasar diberikan oleh :

{ ( )}
ys= yt + H . cn² 2 K ( k )
x t
− ,k
L T
(2.13)

Dengan :

yt : jarak dari dasar ke lembah gelombang

En : fungsi cosinus elips

K(k) : integral elips

K : modulus dari integral elips (nilai k berkisar antara 0-1)

Jarak dari dasar ke lembah gelombang (yt) adalah :


2
yt yc H 16 d H (2.14)
=¿ − = K ( k ) { K ( k )−E ( k ) }+ 1−
vc d d 3 L2 d
Dengan yc adalah jarak dari dasar ke puncak gelombang
Panjang gelombang diberikan oleh rumus :

L=
√ 16 d ³
3H
k . K (k )
(2.15)

9
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
Gambar 1.5 Gelombang Knoidal

4. Teori Gelombang Tunggal ( Solitary Wave )


Gelombang Tunggal adalah gelombang berjalan yang terdiri dari
satu puncak gelombang. Apabila gelombang memasuki perairan yang
sangat dangkal, amplitudo gelombang menjadi semakin tinggi,
puncaknya menjadi semakin tajam dan lembahnya menjadi semakin
datar. Gelombang tunggal merupakan gelombang translasi, di mana
kecepatan partikel air hanya bergerak dalam arah penjalaran
gelombang.

Gambar 1.6 merupakan sistem koordinat dari


Gelombang Tunggal. Diberikan oleh persamaan berikut ini :

Gambar 1.6 Gelombang Tunggal

ys=d + H sec h ² {√ 3 H
}
− (x−Ct ) atau η = H sec h ²
4 d3
(2.16)

{√ 3 H
− (x−Ct )
4 d3 }
10
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
Dimana sumbu x berawal dari puncak gelombang.
Kecepatan rambat gelombang memiliki bentuk seperti berikut :

C=√ g(H +d ) (2.17)

Kecepatan partikel gelombang diberikan oleh :

u=CN
( d )
My
1+cos cos h (
d )
Mx
(2.18)

{cos ( Myd )+cos h( Mxd )}²


Tekanan gelombang diberikan oleh bentuk :

¿ CN
( My
sin
d ) sin h (
d )
Mx
(2.19)
v
{cos (
My
d ) + cos h (
d )}
Mx
²
Dengan M dan N adalah fungsi H/d seperti di berikan pada Gambar 1.6
Dan y diukur dari dasar. Kecepatan horizontal u sering dipergunakan
untuk memprediksi gaya gelombang pada bangunan pantai di air
dangkal. Kecepatan horizontal u sering dipergunakan untuk
memprediksi gaya gelombang pada bangunan pantai di air dangkal.
Kecepatan maksimum Umaks terjadi apabila x = t = 0, sehingga :
CN
U maks =
1+cos ⁡ ( Myd ) (2.20)

Energi gelombang total tiap satuan lebar :


3 3
8
E= . ρ.g. H2 d2
3 √3 (2.21)
Tekanan gelombang diberikan oleh bentuk :
P= ρ. g .( yc− y )
(2.22)
Gelombang pecah akan terjadi jika

( Hd )
maks
=0.78 (2.23)

11
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
1.2.2 Deformasi Gelombang
Apabila suatu deretan gelombang bergerak menuju pantai,
gelombang tersebut akan mengalami perubahan bentuk yang
disebabkan oleh proses refraksi dan pendangkalan gelombang, difraksi,
refleksi dan gelombang pecah (dalam Triatmodjo, 1999).
a. Gelombang Laut Dalam Ekivalen
Analisis transformasi gelombang sering dilakukan dengan
konsep gelombang laut dalam ekivalen, yaitu tinggi gelombang di
laut dalam apabila gelombang tidak mengalami refraksi. Tinggi
gelombang laut dalam ekivalen menurut Triatmodjo (1999)
diberikan oleh bentuk (dalam Triatmodjo, 1999) :
H’o = K’. Kr . Ho (2.24)
Dimana :
H’ o = tinggi gelombang laut dalam ekivalen
Ho = tinggi gelombang laut dalam
K’ = koefisien difraksi
Kr = koefisien refraksi
Konsep tinggi gelombang laut dalam ekivalen ini digunakan dalam
analisis gelombang pecah, limpasan gelombang dan proses lain.
b. Refraksi Gelombang
Refraksi terjadi karena pengaruh perubahan kedalaman laut.
Didaerah dimana kedalaman air lebih besar dari setengah panjang
gelombang, yaitu di laut dalam, gelombang menjalar tanpa
dipengaruhi dasar laut. Tetapi di laut transisi dan dangkal, dasar laut
mempengaruhi gelombang. Di daerah ini, apabila ditinjau suatu garis
puncak gelombang, bagian dari puncak gelombang yang berada di
air yang lebih dangkal akan menjalar dengan kecepatan yang lebih
kecil daripada bagian di air yang lebih dalam. Akibatnya garis
puncak gelombang akan membelok dan berusaha untuk sejajar
dengan garis kontur dasar laut. Garis ortogonal gelombang, yaitu
garis yang tegak lurus dengan garis puncak gelombang dan

12
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
menunjukkan arah penjalaran gelombang juga akan membelok dan
berusaha untuk menuju tegak lurus dengan garis kontur dasar laut
(Triatmodjo, 1999).

Gambar 1.7 Refraksi Gelombang

Gambar 1.8 Refraksi Gelombang Arah Sejajar


Proses refraksi gelombang adalah sama dengan refraksi cahaya
karena cahaya melintasi dua media perantara yang berbeda. Dengan
kesamaan tersebut, maka pemakaian hukum Snell pada optik dapat
digunakan untuk menyelesaikan masalah refraksi gelombang karena
perubahan kedalaman (Triatmodjo, 1999).
Pada gambar di yang ada dilampiran, suatu deretan gelombang
menjalar dari laut dengan kedalaman d1 menuju kedalaman d2.

13
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
Karena adanya perubahan kedalaman maka cepat rambat dan
panjang
gelombang berkurang dari C1 dan L1 menjadi C2 dan L2. Sesuai
hukum Snell, berlaku (dalam Triatmodjo, 1999) :
dimana : (2.25)
α1 = sudut antara garis puncak gelombang dengan kontur dasar
dimana gelombang melintas
α2 = sudut yang sama yang diukur saat garis puncak gelombang
melintasi kontur dasar berikutnya
C1 = kecepatan gelombang pada kedalaman di kontur pertama
C2 = kecepatan gelombang pada kedalaman di kontur kedua
Sehingga koefisien refraksi adalah ( dalam Triatmodjo, 1999 ) :

Kr=
√ cos ∝0
cos ∝1 (2.26)

dimana :
Kr = koefisien refraksi
α1 = sudut antara garis puncak gelombang dengan kontur dasar
dimana gelombang melintas
α2 = sudut yang sama yang diukur saat garis puncak
gelombang melintasi kontur dasar berikutnya.

c. Difraksi Gelombang
Apabila gelombang datang terhalang oleh suatu rintangan
seperti pemecah gelombang atau pulau, maka gelombang tersebut
akan membelok di sekitar ujung rintangan dan masuk di daerah
terlindung dibelakangnya, seperti terlihat dalam gambar dibawah ini.
Fenomena ini dikenal dengan difraksi gelombang.
Dalam difraksi gelombang ini terjadi transfer energi dalam arah
tegak lurus penjalaran gelombang menuju daerah terlindung. Seperti
terlihat dalam gambar dibawah ini, apabila tidak terjadi difraksi

14
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
gelombang, daerah di belakang rintangan akan tenang. Tetapi karena
adanya proses difraksi maka daerah tersebut terpengaruh oleh
gelombang datang. Transfer energi ke daerah terlindung
menyebabkan terbentuknya gelombang di daerah tersebut, meskipun
tidak sebesar gelombang diluar daerah terlindung (Triatmodjo,
1999).

d. Refleksi Gelombang
Gelombang datang yang mengenai / membentur suatu rintangan
akan dipantulkan sebagian atau seluruhnya. Tinjauan refleksi
gelombang penting di dalam perencanaan bangunan pantai, terutama
pada bangunan pelabuhan. Refleksi gelombang di dalam pelabuhan
akan menyebabkan ketidaktenangan di dalam perairan pelabuhan.
Untuk mendapatkan ketenangan di kolam pelabuhan, maka
bangunan–bangunan yang ada di pelabuhan harus dapat menyerap/
menghancurkan energi gelombang. Suatu bangunan yang
mempunyai sisi miring dan terbuat dari tumpukan batu akan bisa
menyerap energi gelombang lebih banyak dibanding dengan
bangunan tegak dan masif. Pada bangunan vertikal, halus dan
dinding tidak permeable, gelombang akan dipantulkan seluruhnya
(dalam Triatmodjo, 1999).
Besar kemampuan suatu bangunan memantulkan gelombang
diberikan oleh koefisien refleksi, yaitu perbandingan antara tinggi
gelombang refleksi Hr dan tinggi gelombang datang Hi (dalam
Triatmodjo, 1999):

Hr (2.27)
X=
Hi
Koefisien refleksi bangunan diperkirakan berdasarkan tes
model. Koefisien refleksi berbagai tipe bangunan disajikan dalam
tabel berikut ini (dalam Triatmodjo, 1999) :

15
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
Dinding vertikal dan tak permeable memantulkan sebagian
besar gelombang. Pada bangunan seperti itu koefisien refleksi adalah
X=1, dan tinggi gelombang yang dipantulkan sama dengan tinggi
gelombang datang. Gelombang di depan dinding vertikal merupakan
superposisi dari kedua gelombang dengan periode, tinggi dan angka
gelombang yang sama tetapi berlawanan arah.
Apabila refleksi adalah sempurna X=1 maka (dalam Triatmodjo, 1999):
η = Hi cos kx cos σ t (2.28)

e. Gelombang Pecah
Gelombang yang menjalar dari laut dalam menuju pantai
mengalami perubahan bentuk karena adanya pengaruh perubahan
kedalaman laut. Pengaruh kedalaman laut mulai terasa pada
kedalaman lebih kecil dari setengah kali panjang gelombang. Di laut
dalam, profil gelombang adalah sinusoidal, semakin menuju
keperairan yang lebih dangkal, puncak gelombang semakin tajam
dan lembah gelombang semakin datar. Selain itu, kecepatan dan
panjang gelombang berkurang secara berangsur-angsur sementara
tinggi gelombang bertambah.
Gelombang pecah dipengaruhi oleh kemiringannya, yaitu
perbandingan antara tinggi dan panjang gelombang. Kemiringan
yang lebih tajam dari batas maksimum menyebabkan kecepatan
partikel di puncak gelombang lebih besar dari kecepatan rambat
gelombang, sehingga terjadi ketidak-stabilan dan pecah (dalam
Triatmodjo, 1999).

16
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
Apabila gelombang bergerak menuju laut dangkal, kemiringan
batas tersebut tergantung pada kedalaman relatif d/L dan kemiringan
dasar laut m. Gelombang dari laut dalam yang bergerak menuju
pantai akan bertambah kemiringannya sampaiakhirnya tidak stabil
dan pecah pada kedalaman tertentu, yang disebut dengan kedalaman
gelombang (db), sedangkan tinggi gelombang pecah diberi notasi
Hb. Munk (1949), dalam Coastal Engineering Research Center
(CERC, 1984) memberikan persamaan untuk menentukan tinggi dan
kedalaman gelombang pecah sebagai berikut (dalam Triatmodjo,
1999):

Hb 1
= (2.29)
H ' o 3.3 ( H ' o / Lo )1/ 3

db
=1.28 (2.30)
Hb

Parameter Hb/Ho` disebut dengan indeks tinggi gelombang pecah.


Persamaan diatas tidak memberikan pengaruh kemiringan dasar
laut terhadap gelombang pecah. Beberapa peneliti lain (Iversen,
Galvin, Goda : dalam CERC, 1984) membuktikan bahwa Hb/Ho` dan
db/Hb tergantung pada kemiringan pantai dan kemiringan
gelombang datang. Untuk menunjukkan hubungan antara Hb/Ho` dan
Ho/Lo` untuk berbagai kemiringan dasar laut, dibuat grafik penentuan
tinggi gelombang pecah. Sedangkan untuk menunjukkan hubungan
antara db/Hb dan Hb/gT2 untuk berbagai kemiringan dasar laut
dibuat grafik penentuan kedalaman gelombang pecah. Untuk
menghitung tinggi dan kedalaman gelombang pecah pada kedalaman
tertentu, disarankan menggunakan kedua jenis grafik tersebut
daripada menggunakan.

17
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
Grafik yang diberikan dalam gambar dapat ditulis dalam bentuk
berikut :
db 1
= (2.31)
H b b−( a H b / gT 2 )

Dimana a dan b merupakan fungsi kemiringan pantai m dan


diberikan oleh persamaan berikut :

a=43,75 ( 1−e−19m ) (2.32)

1,56 (2.33)
b=
( 1+ e−19,5 m )

dimana :
Hb : tinggi gelombang pecah
H’o : tinggi gelombang laut dalam ekivalen
Lo : panjang gelombang di laut dalam
db : kedalaman air pada saat gelombang pecah
m : kemiringan dasar laut
g : percepatan gravitasi
T : periode gelombang

1.2.3 Statistik Gelombang


1. Gelombang Representatif
Untuk keperluan perencanaan bangunan-bangunan pantai
perlu dipilih tinggi dan periode individu (individual wave) yang
dapat diwakili pada sprektum gelombang. Gelombang
tersebut dikenal dengan gelombang representatif. Apabila
tinggi gelombang dari suatu pencatatan diurutkan dari nilai
tertinggi ke terendah atau sebaliknya, maka akan dapat
ditentukan nilai Hn yang merupakan rerata dari n persen
gelombang tertinggi. Dengan bentuk seperti ini akan dapat
dinyatakan karakteristik gelombang dalam bentuk gelombang
tunggal

18
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
2. Analisis Frekuensi
Ada dua metode yang digunakan untuk memprediksi
gelombang dengan periode ulang tertentu, yaitu distribusi Gumbel
(Fisher – Tippett Type 1) dan distribusi Weibull (CERC, 1984),
kedua distribusi tersebut mempunyai bentuk berikut ini.
a. Distribusi Fisher – Tippet Type I
H−B
P ( Hs≤ Hs )=¿ e n− A (2.34)

b. Distribusi Weibull
−H −B
P ( Hs≤ Hs )=¿ 1−e A
(2.35)

Keterangan :

∝ ∝
Tabel 1. Koefisien Untuk Menghitung Deviasi Standar
Distribusi 1 1 k C €
FT - 1 0,64 9,0 0,93 0,0 1,33
Weibull (k=0,75) 1,65 11,4 0,63 0,0 1,15
Weibull (k=1,0) 1,92 11,4 0,00 0,3 0,90
Weibull (k=1,4) 2,05 11,4 0,69 0,4 0,72
Weibull (k=2,0) 2,24 11,4 1,34 0,5 0,54
Sumber : Teknik Pantai Bambang Tri Atmojo, 1999
Data masukan disusun dalam urutan dari besar ke kecil.
Selanjutnya probabilitas ditetapkan untuk setiap tinggi gelombang
sebagai berikut :
a) Distribusi Fisher – Tippet Type I

19
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
H− B
P ( Hs≤ Hs )=¿ e n− A
(2.36)

b) Distribusi Weibull

P ( Hs≤ Hm )=¿
(2.37)
0,27
m−O 2−
1− √k
0.23
N t + :O2+
Keterangan
√k
P (Hs ≤ Hsm) : Probabilitas dari tinggi gelombang representative
ke-m yang tidak melampui
Hsm : Tinggi gelombang urutan ke-m
m : Nomor urut tinggi gelombang signifikan = 1,2,…N
NT : Jumlah kejadian gelombang selama pencatatan
(biasa lebih besar dari gelombang representatif)
Parameter A dan B di dalam persamaan 24 dihitung dari metode
kuadrat terkecil untuk setiap tipe distribusi yang digunakan.
Hitungan didasarkan pada analisis regresi linier dari hubungan
berikut :
H m =Ay m + B (2.37)
Dimana ym diberikan oleh bentuk berikut :
Untuk distribusi Fisher Tippet tipe I

y m=−ln {−lnF (Hs ≤ Hsm) } (2.38)


Untuk distribusi Weibull

y m=−ln {−ln ⁡(1−F)( Hs ≤ Hsm) } √ k (2.39)

Dengan A^ dan B^ adalah perkiraan dari parameter skala dan local


yang diperoleh dari analisis regresi linier.
c) Periode ulang
Tinggi gelombang signifikan untuk berbagai periode ulang
dihitung dari fungsi frekuensi probabilitas dengan rumus
berikut ini.
¿
Hsr= A yr+ B (2.40)

20
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
Dimana yr diberikan oleh bentuk berikut :
Untuk distribusi Fisher – Typpet Tipe I :

y r =−ln ¿
(2.41)

Untuk distribusi Weibull :


1
y r ={ ln ⁡( LT r ) } k (2.42)

Keterangan :
Hsr : Tinggi gelombang signifikan dengan periode ulang
Tr
Tr : Periode ulang (tahun)
K : Panjang data (tahun)
L : Rerata jumlah kejadian per tahun Nr/K

1.3 Pasang Surut

Pasang surut adalah naik atau turunnya permukaan air laut yang
disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi bulan dan matahari. Ada tiga sumber
gaya yang saling berinteraksi: laut, Matahari, dan bulan.[1] Pasang laut
menyebabkan perubahan kedalaman perairan dan mengakibatkan arus
pusaran yang dikenal sebagai arus pasang, sehingga perkiraan kejadian
pasang sangat diperlukan dalam navigasi pantai. Wilayah pantai yang
terbenam sewaktu pasang naik dan terpapar sewaktu pasang surut, disebut
mintakat pasang surut.
Periode pasang surut laut adalah waktu antara puncak atau lembah
gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya. Panjang periode
pasang surut 12 jam 25 menit atau 24 jam 50 menit.

21
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
1.3.1 Tipe Pasang Surut Air Laut
1. Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide)
Dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan dua kali air surut
dengan tinggi yang hampir sama dan pasang surut terjadi secara
berurutan secara teratur. Periode pasang surut adalah 12 jam 24
menit. Pada jenis harian ganda misalnya terdapat di perairan Selat
Malaka sampai ke Laut Andaman.
2. Pasang surut harian tunggal (diurnal tide)
Dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut.
Periode pasang surut rata-rata adalah 24 jam 50 menit. Jenis harian
tunggal misalnya terdapat di perairan sekitar selat Karimata, antara
Sumatra dan Kalimantan.
3. Pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide
prevailing semidiurnal)
Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut,
tetapi tinggi dan periodenya berbeda. Pada pasang-surut campuran
condong ke harian ganda (mixed tide, prevailing semidiurnal)
misalnya terjadi di sebagian besar perairan Indonesia bagian timur.
4. Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide
prevailing diurnal)

1.3.2 Penyebab asang Surut Air Laut


Dalam sebulan, variasi harian dari rentang pasang laut berubah
secara sistematis terhadap siklus bulan. Rentang pasang laut juga
bergantung pada bentuk perairan dan konfigurasi lantai samudera.
Pasang laut merupakan hasil dari gaya gravitasi dan efek
sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi
(bumi). Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi
berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil
dari Matahari, tetapi gaya gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada
gaya tarik Matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena

22
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
jarak bulan lebih dekat daripada jarak Matahari ke bumi. Gaya
gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan Matahari dan
menghasilkan dua tonjolan pasang surut gravitasional di laut. Lintang
dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara
sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan Matahari.
Pasang laut purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan
Matahari berada dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan
pasang naik yang sangat tinggi dan pasang surut yang sangat rendah.
Pasang laut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan
purnama.[2]
Pasang laut perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan
Matahari membentuk sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan
pasang naik yang rendah dan pasang surut yang tinggi. Pasang laut
perbani ini terjadi pada saat bulan kuarter pertama dan kuarter ketiga.

1.4 Proses−Proses Pantai

Pantai merupakan kenampakan alam dimana terjadi interaksi


keseimbangan dinamis antara air, angin, dan material (sedimen). Angin
dan air bergerak membawa material (sedimen) dari satu tempat ke tempat
yang lain, mengikis dan kemudian mengendapkannya lagi di daerah lain
secara berkesinambungan. Fenomena transport sedimen tersebut
mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk morfologi pantai. Pantai
mempunyai pertahanan alami dari serangan arus dan gelombang dimana
bentuknya akan terus-menerus menyesuaikan sehingga dapat meminimalkan
energi gelombang yang menerpanya. Sistem pertahanan alami ini dapat
berupa karang penghalang, atol, sand dune, longshore bar, kemiringan
dasar pantai dan vegetasi yang hidup di pantai ( bakau, api-api, dan
sebagainya )
Ada dua tipe tanggapan dinamis pantai terhadap gerak gelombang,
yaitu tanggapan terhadap kondisi gelombang normal dan tanggapan terhadap

23
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
kondisi gelombang badai. Pada saat badai terjadi, pertahanan alami pantai
tidak mampu menahan serangan energi gelombang yang besar, sehingga
pantai dapat tererosi. Setelah gelombang besar reda ,berangsur-angsur pantai
akan kembali ke bentuk semula oleh pengaruh gelombang normal. Tetapi ada
kalanya pantai yang tererosi tersebut tidak dapat kembali ke bentuk semula
karena material pembentuk pantai terbawa arus dan tidak dapat kembali
ke lokasi semula. Proses dinamis pantai sangat dipengaruhi oleh littoral
transport, yang di definisikan sebagai gerak sedimen di daerah dekat
pantai (nearshore zone) oleh gelombang dan arus. Littoral transport
dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu transport sepanjang pantai
(longshore-transport) dan transport tegak lurus pantai (onshore-offshore
transport). Material (pasir) yang di transpor disebut dengan littoral
drift (Triadmodjo,1999).

Gambar 1.9 Proses pembentukan pantai (Triatmodjo, 1999)

Gelombang pecah menimbulkan arus dan turbulensi yang sangat


besar yang dapat menggerakkan sedimen dasar. Laju transpor sedimen
sepanjang pantai tergantung pada sudut datang gelombang, durasi, dan
besarnya energi gelombang. Apabila gelombang yang terjadi membentuk
sudut terhadap garis pantai, maka akan terjadi dua proses angkutan
sedimen yang bekerja secara bersamaan , yaitu komponen tegak lurus dan

24
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
sejajar garis pantai. Suatu pantai mengalami erosi atau akresi (sedimentasi)
atau tetap stabil tergantung pada sedimen yang masuk (suplai) dan
yang meninggalkan pantai tersebut.

Gambar 1.10 Arus sedimen pantai tampak atas

Gambar 1.11 Pergerakan partikel air saat penjalaran

gelombang menuju pantai


Bentuk profil pantai sangat dipengaruhi oleh serangan gelombang,
sifat-sifat sedimen seperti rapat massa dan tahanan terhadap erosi,
ukuran dan bentuk partikel, kondisi gelombang dan arus, serta
bathimetri pantai. Pantai dapat terbentuk dari material dasar yang
berupa lumpur, pasir atau kerikil (gravel). Kemiringan dasar pantai
tergantung pada bentuk dan ukuran material dasar. Pantai lumpur

25
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
mempunyai kemiringan sangat kecil sampai mencapai 1:5000.
Kemiringan pantai berpasir lebih besar berkisar antara 1:20 – 1:50.
Sedangkan kemiringan pantai berkerikil bisa mencapai 1:4. Pantai
Semarang bagian timur merupakan pantai berlumpur (Triadmodjo, 1999).

1.5 Bangunan−Bangunan Pantai

Bangunan Pantai adalah segala jenis infrastruktur yang dibangun di


garis pantai dan dapat berfungsi sebagai pelindung pantai dan darat atau
pelabuhan. Dibawah ini merupakan 9 macam jenis bangunan pantai dan
pengertiannya.
Berikut beberapa jenis dari bangunan pantai:

1)   Sea Dikes
Sea Dikes salah satu struktur pantai yang memiliki fungsi utama untuk
melindungi daerah dataran rendah terhadap banjir akibat air laut yang
masuk. Sea dikes dibangun dari material halus seperti pasir dan tanah liat
dan dibentuk seperti gundukan dengan kemiringan yang landai agar
mengurangi efek erosi dari gelombang yang datang. Permukaan tanggul
biasanya berupa rumput, aspal, bebatuan ataupun beton bertulang.

Menurut ilmu geologi, adalah lembaran batuan yang terbentuk


di rekahan pada tubuh batuan yang sudah ada.Dike dapat berasal
baik magmatik maupun sedimen, dike magmatik terbentuk
ketika magma mengintrusi ke celah batuan yang ada kemudian
mengkristal sebagai intrusi lembar, baik memotong seluruh lapisan batuan
atau melalui massa batuan yang tak berlapis. Dike klastik terbentuk ketika
sedimen mengisi rekahan batuan yang telah ada.

2)   Seawalls dan Revetments


Seawalls merupakan struktur pantai yang memiliki fungsi utama untuk
mencegah atau mengurangi limpasan air laut dan banjir terhadap tanah dan
struktur yang berada di belakang daerah pantai akibat badai dan

26
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
gelombang. Seawalls dibangun sejajar dengan garis pantai sebagai penguat
bagian dari profil pantai. 

Seawalls biasanya juga sering digunakan untuk melindungi promenade,


jalan, dan rumah-rumah, biasanya struktur ini dipasang menghadap ke laut
dari tepi puncak profil alami pantai. Seawall pada umumnya dibuat dari
konstruksi padat seperti beton, turap baja/kayu, pasangan batu atau pipa
beton sehingga seawall tidak meredam energi gelombang, tetapi
gelombang yang memukul permukaan seawall akan dipantulkan kembali
dan menyebabkan gerusan pada bagian tumitnya. Revetments adalah
struktur onshore dengan fungsi utama melindungi garis pantai dari erosi. 

Struktur revetment biasanya terdiri dari batu, beton, atau aspal untuk
armornya, bentuknya melandai mengikuti profil alami dari garis pantai.
Dalam Corps of Engineers, perbedaan fungsional dibuat antara seawalls
dan revetments untuk tujuan proyek, namun dalam literatur teknis
seringkali tidak ada perbedaan antara seawalls dan revetments.

3)   Bulkhead
Struktur pantai-paralel vertikal yang dirancang untuk mencegah limpasan,
banjir, atau erosi tanah. Bulkheads biasanya ditempatkan di sepanjang
daerah yang mudah terkikis atau lereng curam dan dibangun dari kayu,
baja, atau lembaran vinyl.

Bulkheads idealnya diletakkan di tempat-tempat dengan lebar basin


terbatas, kanal sempit, cekungan buatan, dan sepanjang tebing curam
tinggi. Bulkheads dapat tahan lama, merupakan struktur tahan lama yang
dapat dirancang untuk menahan berbagai kekuatan gelombang.

4)   Groins
Groin adalah struktur pengaman pantai yang dibangun menjorok relatif
tegak lurus terhadap arah pantai. Bahan konstruksinya umumnya kayu, baja,
beton (pipa beton), dan batu. Pemasangan groins menginterupsi aliran arus
pantai sehingga pasir terperangkap pada “upcurrent side,” sedangkan pada

27
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
“downcurrent side” terjadi erosi, karena pergerakan arus pantai yang
berlanjut. 

Penggunaan Groin dengan mneggunakan satu buah groin tidaklah efektif.


Biasanya perlindungan pantai dilakukan dengan membuat suatu seri
bangunan yang terdiri dari beberapa groin yang ditempatkan dengan jarak
tertentu. Hal ini dimaksudkan agar perubahan garis pantai tidak terlalu
signifikan.

5)   Jetty
Jetty merupakan struktur sempit yang melindungi garis pantai dari arus dan
pasang surut. Jetty biasanya terbuat dari kayu, tanah, batu, atau beton.
Mereka membentang dari pantai ke tengah perairan. Arus dan pasang surut
dari lautan secara bertahap membasuh pantai atau fitur lain di sepanjang
garis pantai. Ini disebut erosi. 

Arus sungai yang kuat atau gelombang dari danau juga dapat mengikis garis
pantai. Jetty melindungi garis pantai dari badan air dengan bertindak sebagai
penghalang terhadap erosi dari arus, pasang surut, dan gelombang. Jetty
juga dapat digunakan untuk menghubungkan tanah dengan air dalam lebih
jauh dari pantai untuk keperluan kapal docking muat kargo. Selain untuk
melindingi alur pelayaran, jetty juga dapat digunakan untuk mencegah
pendangkalan dimuara dalam kaitannya dengan pengendalian banjir.
Sungai-sungai yang bermuara pada pantai yang berpasir engan gelombang
yang cukup besar sering mengalami penyumbatan muara oleh endapan
pasir. Karena pengaruh gelombang dan angin, endapan pasir terbentuk di
muara. Transport akan terdorong oleh gelombang masuk kemuara dan
kemudian diendapkan. endapan yang sangat besar dapat menyebabkan
tersumbatnya muara sungai. penutupan muara sungai dapat menyebabkan
terjadinya banjir didaerah sebelah hulu muara. 

Pada musim penghujan air banjir dapat mengerosi endapan sehingga sedikit
demi sedikit muara sungai terbuka kembali. Selama proses penutupan dan

28
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
pembukaan kembali tersebut biasanya disertai dengan membeloknya muara
sungai dalam arah yang sama dengan arah transport sedimen sepanjang
pantai.

6)   Breakwater
Breakwater dibangun untuk mengurangi aksi gelombang yang diperkirakan
dapat mengganggu sebuah struktur. Aksi gelombang berkurang melalui
kombinasi refleksi dan disipasi energi gelombang yang masuk. Jika
digunakan untuk pelabuhan, pemecah gelombang yang dibangun
dimaksudkan untuk menciptakan perairan cukup tenang agar operasi
bongkar muat pada kapal menjadi mudah dan aman, dan juga sebagai
perlindungan fasilitas pelabuhan. 

Breakwater juga dibangun untuk memperbaiki kondisi manuver di pintu


masuk pelabuhan dan untuk membantu mengatur sedimentasi dengan
mengarahkan arus dan dengan menciptakan daerah dengan tingkat yang
berbeda dari gangguan gelombang. Selain itu, perlindungan garis pantai
terhadap gelombang tsunami merupakan salah satu aplikasi lain dari
pemecah gelombang (breakwater). Ketika digunakan untuk perlindungan
pantai, pemecah gelombang yang dibangun di perairan dekat pantai dan
biasanya sejajar dengan pantai seperti breakwater terpisah berorientasi
(detached breakwater). Tata letak breakwater yang digunakan untuk
melindungi pelabuhan ditentukan oleh ukuran dan bentuk area yang akan
dilindungi serta dengan arah yang berlaku dari gelombang badai, arah bersih
arus, dan manuver dari kapal yang menggunakan pelabuhan tersebut.
Pemecah gelombang yang melindungi pelabuhan dan saluran masuk (untuk
kapal) dapat berupa detached atau shore-connected. 

Sebenarnya breakwater atau pemecah gelombang dapat dibedakan menjadi


dua macam yaitu pemecah gelombang sambung pantai dan lepas pantai.
Tipe pertama banyak digunakan pada perlindungan perairan pelabuhan,
sedangkan tipe kedua untuk perlindungan pantai terhadap erosi. Secara
umum kondisi perencanaan kedua tipe adalah sama, hanya pada tipe

29
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
pertama perlu ditinjau karakteristik gelombang di beberapa lokasi di
sepanjang pemecah gelombang, seperti halnya pada perencanaan groin dan
jetty. 

Penjelasan lebih rinci mengenai pemecah gelombang sambung pantai lebih


cenderung berkaitan dengan palabuhan dan bukan dengan perlindungan
pantai terhadap erosi. pemecah gelombang lepas pantai dibuat sejajar pantai
dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai, maka tergantung pada
panjang pantai yang dilindungi, pemecah gelombang lepas pantai dapat
dibuat dari satu pemecah gelombang atau suatu seri bangunan yang terdiri
dari beberapa ruas pemecah gelombang yang dipisahkan oleh celah.

7)   Artificial Headland
Sebuah tanjung buatan (artificial headland) akan mencegah pasir bermigrasi
di sepanjang pantai. Biasanya berbentuk struktur rubble mound (bentuknya
seperti trapesium), dengan batu pada bagian luar untuk memberikan
perlindungan dari gelombang badai. Biasanya dibagian atas dari struktur ini
dapat dijadikan akses pejalan kaki, dan tidak jarang digunakan sebagai
tempat memancing. 

Tujuan menggunakan tanjung buatan (artificial land) adalah untuk


membentuk profil pantai yang stabil di sekitar belakang Tanjung, salah
satunya pemulihan bagian pantai yang mengalami erosi, akibat pasir yang
terkikis.

8)   Beach Nourishment
Beach Nourishment merupakan usaha yang dilakukan untuk memindahkan
sedimentasi pada pantai ke daerah yang terjadi erosi, sehingga menjaga
pantai tetap stabil. 

Kita ketahui erosi dapat terjadi jika di suatu pantai yang ditinjau terdapat
kekurangan suplai pasir. Stabilitasi pantai dapat dilakukan dengan
penambahan suplai pasir ke daerah yang terjadi erosi itu. Apabila erosi
terjadi secara terus menerus, maka suplai pasir harus dilakukan secara

30
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
berkala dengan laju sama dengan kehilangan pasir. Untuk pantai yang cukup
panjang maka penambahan pasir dengan cara pembelian kurang efektif
sehingga digunakan alternatif pasir diambil dari hasil sedimentasi sisi lain
dari pantai.

9)   Terumbu Buatan
Terumbu buatan (artificial reef) bukanlah hal baru, di Jepang dan Amerika
usaha ini telah dilakukan lebih dari 100 tahun yang lalu. Mula-mula
dilakukan dengan menempatkan material natural berukuran kecil sebagai
upaya untuk menarik dan meningkatkan populasi ikan. 

1.6 Pelabuhan dan Kapal

1.6.1 Pelabuhan
1.6.1.1 Definisi
Pelabuhan adalah salah satu bagian dari ilmu bangunan
maritim/kepulauan dimana peranan pelayaran ialah sangat
penting bagi kehidupan sosial, ekonomi, pemerintahan,
pertahanan/keamanan dan sebagainya. Dari kegiatan yang
dilakukan dimungkinkan kapal-kapal berlabuh atau bersandar
yang meliputi angkutan penumpang, bongkar muat barang, dan
lain sebagainya. Ditinjau dari sub angkutan (transport), maka
pelabuhan adalah salah satu simpul dari mata rantai kelancaran
angkutan muatan laut dan darat. Jadi secara umum
pelabuhanadalah suatu daerah perairan yang terlindung
terhadap badai/ombak/arus. Sehingga kapal dapat berputar
(Turning Basin), bersandar/membuang sauh, demikian rupa
hingga bongkar muat atas barang dan perpindahan penumpang
dapat dilaksanakan, guna mendukung fungsi-fungsi tersebut
dibangun dermaga (Piers or Wharves), jalan, gudang, fasilitas
penerangan, telekomunikasi dan sebagainya, sehingga fungsi
perpindahan muatan dari kapal/ke kapal yang bersandar
dipelabuhan menuju tujuan selanjutnya dapat dilakukan.

31
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
1.6.1.2 Macam-macam Pelabuhan
a. Pelabuhan umum

Pelabuhan umum diselenggarakan untuk kepentingan


pelayaran masyarakat umum. Penyelenggaraan pelabuhan
umum dilakukan oleh Pemerintah dan pelaksanaannya
dapat dilimpahkan kepada badan usaha milik negara yang
diberi wewenang mengelola pelabuhan umum diusahakan.
Keempat badan usaha tersebut adalah PT Persero Indonesia
II berkedudukan di Jakarta, Pelabuhan Indonesia III
berkedudukan di Surabaya dan Pelabuhan Indonesia IV
berkedudukan di Ujung Pandang.

b. Pelabuhan Khusus

Pelabuhan khusus diselenggarakan untuk kepentingan


sendiri guna menunjang kegiatan tertentu. Pelabuhan ini
tidak boleh digunakan untuk kepentingan umum, kecuali
dalam keadaan tertentu dengan ijin Pemerintah. Pelabuhan
khusus dibangun oleh suatu perusahaan baik pemerintah
maupun swasta, yang berfungsi untuk prasarana pengiriman
hasil produksi perusahaan tersebut.

1.6.2 Kapal
1.6.2.1 Definisi
Kapal adalah kendaraan pengangkut penumpang dan barang di
laut (sungai dsb) seperti halnya sampan atau perahu yang lebih
kecil. Ukuran isi tolak kapal bermuatan penuh disebut dengan
displacement tonnage loaded, yaitu berat kapal maksimum.
Apanila kapal sudah mencapai displacement tonnage loaded
masih dimuati lagi, kapal akan ternganggu stabilitasnya
sehingga kemungkinan kapal tenggelam menjadi besar.
Ukuran isi tolak dalam keadaan kosong disebut dengan

32
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
displacement tonnage light, yaitu berat kapal tanpa muatan.
Deadweight tonnage,DWT (Bobot Mati) yaitu berat total
muatan di mana kapal dapat mengangkut dalam keadaan
pelayaran optimal( draf maksimum). Jadi DWT adalah selisih
antara displacement tonnage loaded dan displacement tonnage
light.

Sarat (draf) adalah bangian kapal yang terendam air pada


keadaan muatan maksimum, atau jarak antara garis air pada
beban yang direncanakan dengan titik terendah kapal. Panjang
total (length overall, Loa) adalah panjang kapal dihitung dari
ujung depan (haluan) sampai ujung belakang(buritan). Panjang
garis air (length between perpendiculars,Lpp) adalah panjang
antara kedua ujung design lood water line. Lebar kapal (beam)
adalah jarak maksimu antara dua sisi kapal.Definisi

1.6.2.2 Macam-macam Kapal

a. Kapal Penumpang

Kapal yang digunakan untuk angkutan penumpang, untuk


menigkatkan effisiensi atau melayani keperluan yang lebih
luas kapal penumpang dapat berupa kapal Ro-Ro, ataupun
untuk pekerjaan pendek dalam bentuk kapal feri.

b. Kapal barang

Kapal barang khusus dibuat untuk mengangkut


barang.pada umumnya kapal barang mempunyai ukuran
yang lebih besar dari pada kapal penumpang. Bongkar
muat barang bisa dilakukan dengan dua cara yaitu secara
vertikal atau horisontal. Bongkar muat secar vertikal yang
biasa disebut lift on/ lift off (Lo/Lo) dilakukan dengan
keran kapal, keran mobil atau keran tetap yang ada
didermaga. Pada bongkar muat secara horisontal yang juga
33
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
disebut roll omn/roll off(Ro/Ro) barang-barang diangkut
dengan menggunakan truk.

Gambar 1.12 Kapal barang umum


(Sumber: Bambang Triadmojo 2010, hal. 29)

Gambar 1.13 Kapal peti kemas


(Sumber: Bambang Triadmojo 2010,)

1.6.2.3 Karkteristik Kapal


Perencanaan pelabuhan harus meninjau
pengembangan pelabuhan di masa mendatang, dengan
memperhatikan daerah perairan dan daratan. Daerah perairan
harus cukup luas yang diperlukan untuk alur pelayaran,

34
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
kolamputar, penambatan, dermaga. Daerah daratan harus
mencukupi fasilitas gudang, lapangan penumpukan,
perkantoran, jalan dan fasilitas di darat lainnya. Dimensi
berbagai fasilitas pelabuhan tersebut tergantung karakteristik
kapal. Sebagai contoh kedalaman dan lebar alur pelayaran
tergantung pada kapal terbesar yang menggunakan pelabuhan.
Panjang dermaga ditentukan berdasarkan panjang kapal rerata
yang berlabuh dipelabuhan (Bambang Triadmojo, 2010).
Table 1. Karakteristikkapal

(Sumber: Bambang Triatmodjo, Hal.37)


1.7 Alur Pelayaran

1.7.1 Definisi
Alur pelayaran adalah perairan yang dari segi kedalaman, lebar, dan
bebas hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk
dilayari oleh kapal di laut, sungai atau danau.

Alur pelayaran digunakan untuk mengarahkan kapal yang akan


digunakan untuk mengarahkan kapal yang akan masuk kekolam

35
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
pelabuhan. Alur pelayaran dan kolam pelabuhan harus cukup tenang
terhadap pengaruh gelombang dan arus. Alur pelayaran ini ditandi
dengan alat bantu berupa pelampung atau lampu-lampu.Perencanaan
alur pelayaran dan kolam pelabuhan ditentukan oleh kapal besar yang
akan masuk kepelabuhan dan kondisi metereologi dan oseanografi.

1.7.2 Kedalaman Laut


Untuk mendapatkan kondisi operasi yang ideal kedalaman air di alur
masuk harus cukup besar untuk memungkinkan pelayaran pada muka
air terendah dengan kapal bermuatan penuh. Persamaan yang digunakan
untuk mendapatkan kedalam alur ideal adalah:
H=D+G+Z+P+R+S+K (2.43)
(Triatmodjo,2009:147)
Dimana:
H = Kedalaman total air di alur pelayaran saat muka air
terendah
D = draft kapal (meter)
G = gerakan vertical kapal karena
B
= 𝑥sin α (2.44)
2
Dengan α = sudut oleng kapal (diambil 5º )
B = lebar kapal (m)
∆. Fr
Z = squat = 2,4 (2.45)
Lpp2 √ (1−Fr 2)
Dimana :
∆ = volume air yang dipindahkan (m³)
Lpp = panjanggaris air (m) = 0,846 Loa1,0193 (2.46)
V
Fr = angka Fraude=
√ gh
V = kecepatankapal (m/s)
Kecepatan merapat kapal merupakan salah satu factor penting
dalam perencanaan dermaga. Secara umum kecepatan merapat

36
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
kapal dapat dilihat padaTabel2.2.
g = percepatan gravitasi (m/s²)
h = kedalaman air (m)
P = Ketelitian pengukuran.
R= Ruang kebebasan bersih (clearance) sebagai pengaman
antara lunas dengan dasar laut.
S = Endapan sedimen diantara dua pengerukan.
K= Toleransi pengerukan. P + S + K = 1 m

Tabel 2. Kecepatan merapat kapal pada dermaga


Ukurankapal Kecepatan Merapat
(DWT) Pelabuhan (m/d) Pelabuhan (m/d)
Sampai 500 0,25 0,30
500 – 10.000 0,15 0,20
10.000 – 30.000 0,15 0,15
Di atas 30.000 0,12 0,15
Sumber :Triatmodjo,2009

Gambar 1.14 Kedalaman Alur pelayaran (Triatmodjo, 2009)

37
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
1.8 Dermaga

1.8.1 Definisi
Dermaga adalah suatu bangunan pelabuhan yang digunakan untuk
merapat dan menambatkan kapal yang melakukan bongkar muat barang
dan menarik/menurunkan penumpang. Dimensi dermaga didasarkan
pada jenis dan ukuran kapal yang merapat dan bertambat pada dermaga
tersebut. Di belakang dermaga terdapat apron, gudang transit, tempat
bongkar muat barang dan penumpang. Dimana apron adalah daerah
yang terletakan tarasisi dermaga dan sisi depan gudang yang terdapat
pengalihan kegiatan angkutan laut (kapal) kekegiatan angkutan darat.

Dermaga yang dibangun untuk melayani kebutuhan tertentu, pemilihan


tipe dermaga sangat dipengaruhi oleh kebutuhan yang akan dilayani,
ukuran kapal arah gelombang dan angin kondisi topografi dan tanah
besar laut, dan yang paling penting adalah tinjauan ekonomi untuk
mendapatkan bangunan yang paling ekonomis.

1.8.2 Tipe Dermaga

Gambar 1.15 Tipe Dermaga


(Sumber: Bambang Triadmojo 2010)

38
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
 Wharf (Paralel)

Wharf adalah dermaga yang dibuat sejajar pantai dan dapat


dibuat berimpit dengan garis pantai atau agak menjorok kelaut.
Wharf dibangun apabila garis kedalam laut hamper merata dan
sejajar dengan garis pantai dan kemiringan dasar cukup curam.
Menurut strukturnya wharf dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam
yaitu :
1) Dermaga konstruksi terbuka dimana lantai dermaga didukung
oleh tiang–tiang pancang.

2) Dermaga konstruksi tertutup atau dolid, seperti dinding massa,


kaison, turap dan dinding penahan tanah.

Gambar 1.16 Tipe Wharf


(Sumber: Slide Share)
 Pier
Pier adalah dermaga yang berada pada garis pantai dan
posisinya tegak lurus dengan garis pantai (berbentuk jaril). Berbeda
dengan wharf yang digunakan untuk merapat pada satusisinya, pier
bisa digunakan pada satu sisi atau dua sisinya sehingga digunakan
untuk merapat lebih banyak kapal

39
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
Gambar 1.17 Tipe Pier
(Sumber: Slide Share)
 Jetty

Jetty adalah dermaga yang menjorok kelaut sedemikian


sehingga sisi depannya berada pada kedalaman yang cukup untuk
merapat kapal. Jetty digunakan untuk merapat kapal tanker atau kapal
pengangkut gas alam yang mempunyai ukuran sangat besar. Sisi muka
jetty ini biasanya sejajar dengan pantai yang dihubungkan dengan
daratan oleh jembatan yang membentuk sudut tegak lurus dengan
jetty.

Gambar 1.18 Tipe Jetty


(Sumber:Slide Share)

40
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
1.9 Fender dan Bollard

1.9.1 Fender
1.9.1.1 Definisi
Fender berfungsi sebagai bantalan yang ditempatkan
didepan dermaga,fender akan menyerap energi benturan antara
kapaldan dermaga dan meneruskan gaya ke struktur dermaga.
1.9.1.2 Tipe Fender
Fender dibuat dari bahan elastis, seperti kayu atau karet.
Berikut tipe tipe fender :
a. Fender kayu
Fender kayu bias berupa barang-barang kayu yang
dipasang horizontal atau sejumlah batang kayu vertical.
Fender kayu dapat berupa fender dari kayu yang digantung
pada sisi dermaga. Fender tiang panjang kayu yang
ditempatkan didepan dermaga dengan kemiringan 1:24
fender kayu yang dipasang pada tiang panjang dan besi
profil. Fender kayu mempunyai sifat untuk menyerap
energy dan penyerapan energy diperoleh dari defleksi tiang
kayu/besi karet dan balok kayu/besi

.
Gambar 1.19 Contoh fender kayu
(Sumber :BambangTriadmojo, 2010)

41
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
b. Fender Karet
Karet banyak digunakan sebagai fender. Bentuk
paling sederhana dari fender ini berupa ban-ban war mobil
yang dipasang pada sisi depan disepanjang dermaga. Fender
ban mobil ini digunakan untuk kapal-kapal kecil. Fender
karet mempunyai bentuk berbeda seprti fender tabung
silinder dan segi empat, balok aret berbentuk segi empat.
Fender karet dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu :
a. Fender yang dipasang pada struktur dermaga, yang masih
dapat dibedakan menjadi fender tekuk (buckling fender)
yaitu fender yang mengalami tekuk jika menerima gaya
tekan, seperti Fender Tipe V, Fender Tipe A, Fender
Sell, dan fender tak tertekuk( non-bukling fender )seperti
fender dari ban mobil bekas dan fender silinder.
b. Fender terapung yang ditempatkan antara kapal dan
struktur dermaga, seperti fender pneumatic

Gambar 1.20 Fender tipe A (PT. Kemenangan Jakarta)


(Sumber : Bambang Triadmojo, 2010)

42
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
Gambar 1.21 Fender tipe V
(Sumber : Bambang Triadmojo, 2010)

Gambar 1.22 Fender Silinder


(Sumber : Bambang Triadmojo, 2010)

Gambar 1.23 Fender Sel


(Sumber : Bambang Triadmojo, 2010)

43
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
Gambar 1.24 Fender Pneumatic
(Sumber : Bambang Triadmojo, 2010)

c. Fender Gravitasi
Fender grafitasi digantung disepanjang dermaga
fender ini terbuat dari tabung baja yang diisi dengan beton
dan sisi depannya diberi pelindung kayu dengan berat
sampai 15 ton. Apabila terbentur kapal, fender tersebut akan
bergerak ke belakang dan keatas, sedemikian sehingga
kapal dapat dikurangi kecepatannya, karena untuk dapat
menggerakkan kebelakang diperlukan tenaga yang cukup
besar, prinsip kerja fender ini adalah mengubah energy
kinetis menjadi energy kinetis menjadi energy potensial.
Bentuk lain dari fender gravitasi yang terdiri dari
balok beton besar yang digantungkan dengan menggunakan
rantai pada lantai dermaga. Sisi depan blok beton dilengkapi
dengan fender kayu.

44
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
1.9.1.3 Perencanaan Fender
Kapal yang merapat kedermaga membentuk sudut
terhadap sisi dermaga dan mempunyai kecepatan tertentu
dalam perncanaan dermaga dianggap bahwa kapal bermuatan
penuh dan merapat dengan sudut 10° terhadap sisi depan
dermaga. Pada saat kapal merapat dan bertambat di dermaga
terjadi benturan, gesekan dan tekanan antara kapal dan
dermaga. Gaya-gaya yang timbul pada waktu penambatan
kapal adalah benturan kapal, gesekan antara kapal dan
dermaga dan tekanan kapal pada dermaga. Gaya-gaya tersebut
dapat menyebabkan kerusakan pada kapal dan struktur
dermaga. Untuk mencegah kerusakan tersebut didepan sisi
dermaga dipasang fender yang dapat menyerap energy
benturan. Jumlah energy yang diserap dan gaya maksimum
yang diteruskan pada struktur dermaga digunakan untuk
menentukan jenis dan ukuran fender.
Energi yang diserap oleh system fender dan dermaga
biasanya ditetapkan ½ E. setelah energy lain diserap oleh kapal
dan air. Tahanan naik dari nol sampai maksimal dan kerja yang
dilakukan oleh dermaga adalah :
1 (2.47)
K= F . D
2
(Sumber: Bambang Triadmojo 2010)

Karena benturan kapal pada dermaga, fender memberikan


gaya reaksi F. Apabila d adalah defleksi fender, maka terdapat
hubungan berikut ini :
1 (2.48)
E: F.D
2
1 W 2 1
. .V : F . D (2.49)
2 6 2

45
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
W 2 (2.50)
F: V
29
(Sumber: Bambang Triadmojo 2010)
Dengan :
E : Energi benturan
F : Gaya bentur yang diserap sistem fender
D : Defleksi fender
V : Komponen kecepatan dalam arah tegak lurus sisi dermaga
W: Bobot kapal bermuatan penuh
Untuk fender kayu d adalah tebal kayu dibagi 26
Sistem fender direncanakan untuk menyerap energi tersebut
dan gaya yang ditahan oleh dermaga tergantung pada type
fender, persamaan berikut ini dapat digunakan untuk
menentukan jarak maksimum antara fender.

L= √ r 2 −¿ ¿ (2.51)
(Sumber: Buku Bambang Triadmojo,)
Dimana :
L = Jarak maksimum antara fender (m)
r = Jari-jari
h = Tinggi fender (m)
Apabila data jari-jari kelengkungan sisi haluan kapal tidak
diketahui maka persamaan berikut dapat digunakan sebagai
pedoman untuk menghitungnya
a. Kapal barang dengan bobot 500-5000 (DWT)
Log r = -1,055 + 0,650 (DWT) (2.52)
(Sumber: Bambang Triadmojo 2010, hal. 279)
b. Kapal tagker dengan bobot 5000-200000 (DWT)
Log r = -0,113 + 0,440 log (DWT) (2.53)
(Sumber: Bambang Triadmojo 2010,)

46
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
OCDI (1991) memberikan jarak interval antara fender
sebagai fungsi ke dalaman air seperti diberikan dalam table
berikut ini.
Tabel 7. Jarak Antara Fender
Kedalaman Air Jarak Antara Fender
(m) (m)
4~6 4~7
6~8 7 ~ 10
8 ~ 10 10 ~ 15
(Sumber: Bambang Triatmodjo 2010,)
1.9.2 Bollard
1.9.2.1 Definisi
Bollard adalah fasilitas pelabuhan dan dermaga yang
berfungsi sebagai penambat tali kapal saat kapal sedang
berlabuh. Bollard kapal ini juga biasa disebut dengan bolder
kapal. Bollard kapal atau bolder kapal terbuat dari bahan besi
cor (cast iron). Oleh sebab itu, tipe besi yang digunakan sangat
keras mengingat obyek yang ditambatkan adalah kapal. Bolder
kapal ini biasanya dipasang di setiap sisi dermaga. Kegunaan
lainnya adalah untuk melindungi kapal dari gelombang,
angina, dan ombak besar.
1.9.2.2 Jenis Bollard

1. Bitt Bollard

47
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
Bitt bollard juga disebut dengan straight bollard karena
bentuknya yang statis dengan pembatas diatasnya berbentuk
bulat. Bitt bollard ini kami produksi menggunakan bahan
besi cor (cast iron). Kapasitas bitt bollard ini antara 10-200
ton. 

2. Tee Bollard

Tee bollard yang satu ini juga dinamakan bollard jamur


karena bentuk yang menyerupai jamur. Tee bollard juga
berbahan dasar cor logam (besi cor). Kapasitas beban Tee
Bollard juga antara 10-100 ton. 

3. Curve Bollard

48
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
Jenis bollard yang satu ini juga dinamakan Harbour Bollard.
Banyak orang mengatakan bentuk bollard ini menyerupai
cocor bebek. Sama dengan sebelumnya, Curve Bollard kami
produksi juga menggunaan bahan besi cor (cast iron)
dengan kapasitas beban antara 10-150 ton.

1.10 Fasilitas pelabuhan di Daratan

Fasilitas pelabuhan secara umum terdiri dari 2 macam fasilitas yaitu:


fasilitas bergerak dan fasilitas tidak bergerak. Fasilitas bergerak meliputi
kapal dan peralatan bongkar muat, sedangkan fasilitas tidak bergerak
meliputi dermaga, terminal penumpang, gedung, lapangan penumpukan,
gudang, alur pelayaran, menara pengawas, dan sebagainya. Barang yang
diangkut oleh kapal terdiri dari : Barang potongan, barang curah dan peti
kemas. Barang potongan terdiri dari barang satuan seperti mobil, mesin-
mesin, material yang ditempatkan dalam bungkusan, karung atau peti.
Barang-barang ini memerlukan perlakuan khusus dalam pengangkutannya
untuk menghindari kerusakan. Barang curah terdiri dari barang lepas dan
tidak dibungkus, yang dapat dituangkan ke dalam kapal. Barang ini dapat
berupa biji-bijian (jagung,beras, gandum, dsb) , butiran atau batu bara;
atau juga bisa berbentuk cairan seperti minyak. "Sedangkan peti kemas
adalah peti yang besar yang diisi dengan barang. Biasanya peti kemas di
angkut dengan kapal khususyang disebut kapal peti kemas, sedang didarat
diangkut dengan truk triler. Terminal merupakan tempat untuk
memindahkan muatan di antara sistem pengangkutan yang berbeda yaitu
dari angkutan darat keangkutan laut atau sebaliknya, berikut ini merupakan
gambar dari terminal pelabuhan secara umum:

49
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
Gambar 1.25 Terminal Dermaga

Untuk mendukung penanganan muatan di pelabuhan, selain fasilitas


pelabuhan yang berada di perairan seperti alur pelayaran, pemecah
gelombang, dermaga, alat penambat dan sebagainya, diperlukan pula
fasilitas yang ada di darat seperti gudang laut, gudang, bangunan,bangunan
pendinginan, gedung administrasi, gedung pabean, kantorpolisi, kantor
keamanan, ruang untuk buruh&pekerja pelabuhan, bengkel reparasi,
rumah pemadam kebakaran, dan rumah tenaga. Untuk terminal pengiriman
barang curah harus dilengkapi dengan elevator, silo, tangki penyimpanan,
gudang-gudang untuk gula, pupuk dan sebagainya. Sedangkan untuk
terminal peti kemas diperlukan gudang penyortiran, garasi perawatan dan
menara kontrol. Dari beberapa fasilitas yang ada diatas yang dapat berada
dalam satu bangunan adalah gudang laut dengan kantor pabean, kantor
administrasi dengan perusahaan pelayaran. Untuk pelabuhan-pelabuhan
besar diperlukan kantor-kantor pusat dari berbagai fasilitas yang ada dalam
satu bangunan. Kantor pusat ini merupakan tempat kedudukan kepala
pelabuhan, kepala pemeriksa pabean, kepala polisi, kepala gudang,
departemen akuntansi. "emua kegiatan yang ada di pelabuhan dikendalikan
oleh kantor pusat ini.

50
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120

Anda mungkin juga menyukai