DAFTAR ISI............................................................................................................1
BAB I.......................................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................2
1.1 Definisi Pantai...........................................................................................2
1.2 Gelombang................................................................................................4
1.2.1 Teori dan Definisi Gelombang...........................................................5
1.2.2 Deformasi Gelombang.....................................................................12
1.2.3 Statistik Gelombang.........................................................................18
1.3 Pasang Surut............................................................................................21
1.3.1 Tipe Pasang Surut Air Laut..............................................................22
1.3.2 Penyebab asang Surut Air Laut........................................................22
1.4 Proses−Proses Pantai...............................................................................23
1.5 Bangunan−Bangunan Pantai...................................................................26
9) Terumbu Buatan.......................................................................................31
1.6 Pelabuhan dan Kapal...............................................................................31
1.6.1 Pelabuhan.........................................................................................31
1.6.1.1 Definisi.............................................................................................31
1.6.2 Kapal................................................................................................32
1.7 Alur Pelayaran.........................................................................................35
1.7.1 Definisi.............................................................................................35
1.7.2 Kedalaman Laut...............................................................................36
1.8 Dermaga..................................................................................................38
1.8.1 Definisi.............................................................................................38
1.8.2 Tipe Dermaga...................................................................................38
1.9 Fender dan Bollard..................................................................................41
1.9.1 Fender...............................................................................................41
1.9.2 Bollard..............................................................................................47
1.10 Fasilitas pelabuhan di Daratan................................................................49
1
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Definisi Pantai
2
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
lebarnya sesuai dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 m
dari titik pasang tertinggi ke arah daratan.
Selain definisi di atas, beberapa definisi yang berkaitan dengan
karakteristik gelombang di daerah sekitar pantai juga perlu diketahui.
Gelombang yang merambat dari laut dalam menuju pantai mengalami
perubahan bentuk karena pengaruh perubahan kedalaman laut. Berkurangnya
kedalaman laut menyebabkan semakin berkurangnya panjang gelombang dan
bertambahnya tinggi gelombang.
Pada saat gelombang (perbandingan antara tinggi dan panjang
gelombang) mencapai batas maksimum, gelombang akan pecah. Untuk
penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
3
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
g. Longshore bar yaitu gumuk pasir yang memanjang dan kira-kira sejajar
dengan garis pantai. Longshore bar terbentuk karena proses gelombang
pecah di daerah inshore.
h. Foreshore adalah daerah yang terbentang dari garis pantai pada saat muka
air rendah sampai batas atas dari uprush pada saat air pasang tinggi.
i) Backshore adalah daerah yang dibatasi oleh foreshore dan garis pantai
yang terbentuk pada saat terjadi gelombang badai bersamaan dengan muka
air tinggi.
1.2 Gelombang
4
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
1.2.1 Teori dan Definisi Gelombang
1. Teori Gelombang Airy
Teori Gelombang Airy ( teori amplitudo kecil ) diturunkan
berdasarkan persamaan Laplace untuk aliran tak rotasi
(irrotational flow) dengan kondisi batas di dasar laut dan di
permukaan air. Terdapat beberapa anggapan yang digunakan
untuk menurunkan persamaan gelombang adalah sebagai berikut.
1. Zat cair adalah homogen dan tidak termampatkan, sehingga
rapat masa adalah konstan.
2. Tegangan permukaan diabaikan.
3. Gaya coriolis ( akibat perputaran bumi di abaikan ).
4. Tekanan pada permukaan air adalah seragam dan konstan.
5. Zat cair adalah ideal, sehingga berlaku aliran tak rotasi.
6. Dasar laut adalah horizontal, tetap dan impermeable
sehingga kecepatan vertikal di dasar adalah nol.
7. Amplitudo gelombang kecil terhadap panjang gelombang
dan kedalaman air.
8. Gerak gelombang berbentuk silinder yang tegak lurus
arah penjalaran gelombang sehingga gelombang adalah
dua dimensi.
5
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
T : Periode gelombang, yaitu interval waktu yang
diperlukan oleh partikel air untuk kembali pada
kedudukan yang sama dengan kedudukan
sebelumnya
C : Kecepatan rambat gelombang = L/T
k : angka gelombang = 2π / L
σ : frekuensi gelombang = 2π / T
g : gravitasi = 9,81 m/d2
gT 2 πd (2.2)
L= tan h
2π L
6
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
kecil tetapi berhingga. Beberapa karakteristik pengerjaan
Teori Gelombang Stokes diberikan berikut ini :
η=
Hο 2 πx 2 πt π Hο 2 4 πx 4 πt (2.6)
cos ( - ¿+ cos [ - ]
2 L0 T 4 Lο Lο T
c) Kecepatan partikel
Komponen kecepatan partikel dalam arah x dan y mempunyai
bentuk berikut :
πH cos h k (d + y) 3
u= cos ( kx−σt ) +¿ ¿ ¿
T sin h kd 4 (2.7)
cos h 2 k (d + y )
c 4 cos 2 ( kx - σt ¿
sin h kd
πH sin h k ( d + y) 3
v¿ sin ( kx−σt ) +¿ ¿¿
T sin h kd 4 (2.8)
sin h 2k (d + y )
c sin 2 ( kx - σt ¿
sin h 4 kd
7
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
d) Perpindahan (displacement) partikel
Persamaan orde kedua dari perpindahan partikel terhadap
posisi rerata untuk gelombang amplitudo berhingga
mempunyai bentuk berikut ini.
H cos h k ( d + y ) π H2 1
ξ= sin ( kx−σt )+ ¿ ¿
2 sin h kd 8 L sin h 2 kd (2.9)
[ 1−
3 cos h 2 k (d + y )
2 sin h2 kd ] sin 2 ¿ ¿
U ( y) =
L[ ]
πH C
²
2
(2.11)
cos h 2 k gelombang
f) Tekanan (d + y )
2
sin h kd
Distribusi tekanan gelombang pada kedalaman air diberikan
oleh bentuk berikut :
H cos k ( d + y ) 1 π H 2 tan kd
p= ρg cos (kx - σt ¿ ρgy− ρg
cos kd 8 L sin 2 kd
2 (2.12)
π H tan kd
¿ ρg
L sin2 kd
cos 2 k (d + y ) 1
{ - } cos 2 (kx -σt ¿
2
sin kd 3
8
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
3. Teori Gelombang Knoidal
{ ( )}
ys= yt + H . cn² 2 K ( k )
x t
− ,k
L T
(2.13)
Dengan :
L=
√ 16 d ³
3H
k . K (k )
(2.15)
9
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
Gambar 1.5 Gelombang Knoidal
ys=d + H sec h ² {√ 3 H
}
− (x−Ct ) atau η = H sec h ²
4 d3
(2.16)
{√ 3 H
− (x−Ct )
4 d3 }
10
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
Dimana sumbu x berawal dari puncak gelombang.
Kecepatan rambat gelombang memiliki bentuk seperti berikut :
u=CN
( d )
My
1+cos cos h (
d )
Mx
(2.18)
¿ CN
( My
sin
d ) sin h (
d )
Mx
(2.19)
v
{cos (
My
d ) + cos h (
d )}
Mx
²
Dengan M dan N adalah fungsi H/d seperti di berikan pada Gambar 1.6
Dan y diukur dari dasar. Kecepatan horizontal u sering dipergunakan
untuk memprediksi gaya gelombang pada bangunan pantai di air
dangkal. Kecepatan horizontal u sering dipergunakan untuk
memprediksi gaya gelombang pada bangunan pantai di air dangkal.
Kecepatan maksimum Umaks terjadi apabila x = t = 0, sehingga :
CN
U maks =
1+cos ( Myd ) (2.20)
( Hd )
maks
=0.78 (2.23)
11
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
1.2.2 Deformasi Gelombang
Apabila suatu deretan gelombang bergerak menuju pantai,
gelombang tersebut akan mengalami perubahan bentuk yang
disebabkan oleh proses refraksi dan pendangkalan gelombang, difraksi,
refleksi dan gelombang pecah (dalam Triatmodjo, 1999).
a. Gelombang Laut Dalam Ekivalen
Analisis transformasi gelombang sering dilakukan dengan
konsep gelombang laut dalam ekivalen, yaitu tinggi gelombang di
laut dalam apabila gelombang tidak mengalami refraksi. Tinggi
gelombang laut dalam ekivalen menurut Triatmodjo (1999)
diberikan oleh bentuk (dalam Triatmodjo, 1999) :
H’o = K’. Kr . Ho (2.24)
Dimana :
H’ o = tinggi gelombang laut dalam ekivalen
Ho = tinggi gelombang laut dalam
K’ = koefisien difraksi
Kr = koefisien refraksi
Konsep tinggi gelombang laut dalam ekivalen ini digunakan dalam
analisis gelombang pecah, limpasan gelombang dan proses lain.
b. Refraksi Gelombang
Refraksi terjadi karena pengaruh perubahan kedalaman laut.
Didaerah dimana kedalaman air lebih besar dari setengah panjang
gelombang, yaitu di laut dalam, gelombang menjalar tanpa
dipengaruhi dasar laut. Tetapi di laut transisi dan dangkal, dasar laut
mempengaruhi gelombang. Di daerah ini, apabila ditinjau suatu garis
puncak gelombang, bagian dari puncak gelombang yang berada di
air yang lebih dangkal akan menjalar dengan kecepatan yang lebih
kecil daripada bagian di air yang lebih dalam. Akibatnya garis
puncak gelombang akan membelok dan berusaha untuk sejajar
dengan garis kontur dasar laut. Garis ortogonal gelombang, yaitu
garis yang tegak lurus dengan garis puncak gelombang dan
12
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
menunjukkan arah penjalaran gelombang juga akan membelok dan
berusaha untuk menuju tegak lurus dengan garis kontur dasar laut
(Triatmodjo, 1999).
13
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
Karena adanya perubahan kedalaman maka cepat rambat dan
panjang
gelombang berkurang dari C1 dan L1 menjadi C2 dan L2. Sesuai
hukum Snell, berlaku (dalam Triatmodjo, 1999) :
dimana : (2.25)
α1 = sudut antara garis puncak gelombang dengan kontur dasar
dimana gelombang melintas
α2 = sudut yang sama yang diukur saat garis puncak gelombang
melintasi kontur dasar berikutnya
C1 = kecepatan gelombang pada kedalaman di kontur pertama
C2 = kecepatan gelombang pada kedalaman di kontur kedua
Sehingga koefisien refraksi adalah ( dalam Triatmodjo, 1999 ) :
Kr=
√ cos ∝0
cos ∝1 (2.26)
dimana :
Kr = koefisien refraksi
α1 = sudut antara garis puncak gelombang dengan kontur dasar
dimana gelombang melintas
α2 = sudut yang sama yang diukur saat garis puncak
gelombang melintasi kontur dasar berikutnya.
c. Difraksi Gelombang
Apabila gelombang datang terhalang oleh suatu rintangan
seperti pemecah gelombang atau pulau, maka gelombang tersebut
akan membelok di sekitar ujung rintangan dan masuk di daerah
terlindung dibelakangnya, seperti terlihat dalam gambar dibawah ini.
Fenomena ini dikenal dengan difraksi gelombang.
Dalam difraksi gelombang ini terjadi transfer energi dalam arah
tegak lurus penjalaran gelombang menuju daerah terlindung. Seperti
terlihat dalam gambar dibawah ini, apabila tidak terjadi difraksi
14
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
gelombang, daerah di belakang rintangan akan tenang. Tetapi karena
adanya proses difraksi maka daerah tersebut terpengaruh oleh
gelombang datang. Transfer energi ke daerah terlindung
menyebabkan terbentuknya gelombang di daerah tersebut, meskipun
tidak sebesar gelombang diluar daerah terlindung (Triatmodjo,
1999).
d. Refleksi Gelombang
Gelombang datang yang mengenai / membentur suatu rintangan
akan dipantulkan sebagian atau seluruhnya. Tinjauan refleksi
gelombang penting di dalam perencanaan bangunan pantai, terutama
pada bangunan pelabuhan. Refleksi gelombang di dalam pelabuhan
akan menyebabkan ketidaktenangan di dalam perairan pelabuhan.
Untuk mendapatkan ketenangan di kolam pelabuhan, maka
bangunan–bangunan yang ada di pelabuhan harus dapat menyerap/
menghancurkan energi gelombang. Suatu bangunan yang
mempunyai sisi miring dan terbuat dari tumpukan batu akan bisa
menyerap energi gelombang lebih banyak dibanding dengan
bangunan tegak dan masif. Pada bangunan vertikal, halus dan
dinding tidak permeable, gelombang akan dipantulkan seluruhnya
(dalam Triatmodjo, 1999).
Besar kemampuan suatu bangunan memantulkan gelombang
diberikan oleh koefisien refleksi, yaitu perbandingan antara tinggi
gelombang refleksi Hr dan tinggi gelombang datang Hi (dalam
Triatmodjo, 1999):
Hr (2.27)
X=
Hi
Koefisien refleksi bangunan diperkirakan berdasarkan tes
model. Koefisien refleksi berbagai tipe bangunan disajikan dalam
tabel berikut ini (dalam Triatmodjo, 1999) :
15
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
Dinding vertikal dan tak permeable memantulkan sebagian
besar gelombang. Pada bangunan seperti itu koefisien refleksi adalah
X=1, dan tinggi gelombang yang dipantulkan sama dengan tinggi
gelombang datang. Gelombang di depan dinding vertikal merupakan
superposisi dari kedua gelombang dengan periode, tinggi dan angka
gelombang yang sama tetapi berlawanan arah.
Apabila refleksi adalah sempurna X=1 maka (dalam Triatmodjo, 1999):
η = Hi cos kx cos σ t (2.28)
e. Gelombang Pecah
Gelombang yang menjalar dari laut dalam menuju pantai
mengalami perubahan bentuk karena adanya pengaruh perubahan
kedalaman laut. Pengaruh kedalaman laut mulai terasa pada
kedalaman lebih kecil dari setengah kali panjang gelombang. Di laut
dalam, profil gelombang adalah sinusoidal, semakin menuju
keperairan yang lebih dangkal, puncak gelombang semakin tajam
dan lembah gelombang semakin datar. Selain itu, kecepatan dan
panjang gelombang berkurang secara berangsur-angsur sementara
tinggi gelombang bertambah.
Gelombang pecah dipengaruhi oleh kemiringannya, yaitu
perbandingan antara tinggi dan panjang gelombang. Kemiringan
yang lebih tajam dari batas maksimum menyebabkan kecepatan
partikel di puncak gelombang lebih besar dari kecepatan rambat
gelombang, sehingga terjadi ketidak-stabilan dan pecah (dalam
Triatmodjo, 1999).
16
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
Apabila gelombang bergerak menuju laut dangkal, kemiringan
batas tersebut tergantung pada kedalaman relatif d/L dan kemiringan
dasar laut m. Gelombang dari laut dalam yang bergerak menuju
pantai akan bertambah kemiringannya sampaiakhirnya tidak stabil
dan pecah pada kedalaman tertentu, yang disebut dengan kedalaman
gelombang (db), sedangkan tinggi gelombang pecah diberi notasi
Hb. Munk (1949), dalam Coastal Engineering Research Center
(CERC, 1984) memberikan persamaan untuk menentukan tinggi dan
kedalaman gelombang pecah sebagai berikut (dalam Triatmodjo,
1999):
Hb 1
= (2.29)
H ' o 3.3 ( H ' o / Lo )1/ 3
db
=1.28 (2.30)
Hb
17
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
Grafik yang diberikan dalam gambar dapat ditulis dalam bentuk
berikut :
db 1
= (2.31)
H b b−( a H b / gT 2 )
1,56 (2.33)
b=
( 1+ e−19,5 m )
dimana :
Hb : tinggi gelombang pecah
H’o : tinggi gelombang laut dalam ekivalen
Lo : panjang gelombang di laut dalam
db : kedalaman air pada saat gelombang pecah
m : kemiringan dasar laut
g : percepatan gravitasi
T : periode gelombang
18
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
2. Analisis Frekuensi
Ada dua metode yang digunakan untuk memprediksi
gelombang dengan periode ulang tertentu, yaitu distribusi Gumbel
(Fisher – Tippett Type 1) dan distribusi Weibull (CERC, 1984),
kedua distribusi tersebut mempunyai bentuk berikut ini.
a. Distribusi Fisher – Tippet Type I
H−B
P ( Hs≤ Hs )=¿ e n− A (2.34)
b. Distribusi Weibull
−H −B
P ( Hs≤ Hs )=¿ 1−e A
(2.35)
Keterangan :
∝ ∝
Tabel 1. Koefisien Untuk Menghitung Deviasi Standar
Distribusi 1 1 k C €
FT - 1 0,64 9,0 0,93 0,0 1,33
Weibull (k=0,75) 1,65 11,4 0,63 0,0 1,15
Weibull (k=1,0) 1,92 11,4 0,00 0,3 0,90
Weibull (k=1,4) 2,05 11,4 0,69 0,4 0,72
Weibull (k=2,0) 2,24 11,4 1,34 0,5 0,54
Sumber : Teknik Pantai Bambang Tri Atmojo, 1999
Data masukan disusun dalam urutan dari besar ke kecil.
Selanjutnya probabilitas ditetapkan untuk setiap tinggi gelombang
sebagai berikut :
a) Distribusi Fisher – Tippet Type I
19
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
H− B
P ( Hs≤ Hs )=¿ e n− A
(2.36)
b) Distribusi Weibull
P ( Hs≤ Hm )=¿
(2.37)
0,27
m−O 2−
1− √k
0.23
N t + :O2+
Keterangan
√k
P (Hs ≤ Hsm) : Probabilitas dari tinggi gelombang representative
ke-m yang tidak melampui
Hsm : Tinggi gelombang urutan ke-m
m : Nomor urut tinggi gelombang signifikan = 1,2,…N
NT : Jumlah kejadian gelombang selama pencatatan
(biasa lebih besar dari gelombang representatif)
Parameter A dan B di dalam persamaan 24 dihitung dari metode
kuadrat terkecil untuk setiap tipe distribusi yang digunakan.
Hitungan didasarkan pada analisis regresi linier dari hubungan
berikut :
H m =Ay m + B (2.37)
Dimana ym diberikan oleh bentuk berikut :
Untuk distribusi Fisher Tippet tipe I
20
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
Dimana yr diberikan oleh bentuk berikut :
Untuk distribusi Fisher – Typpet Tipe I :
y r =−ln ¿
(2.41)
Keterangan :
Hsr : Tinggi gelombang signifikan dengan periode ulang
Tr
Tr : Periode ulang (tahun)
K : Panjang data (tahun)
L : Rerata jumlah kejadian per tahun Nr/K
Pasang surut adalah naik atau turunnya permukaan air laut yang
disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi bulan dan matahari. Ada tiga sumber
gaya yang saling berinteraksi: laut, Matahari, dan bulan.[1] Pasang laut
menyebabkan perubahan kedalaman perairan dan mengakibatkan arus
pusaran yang dikenal sebagai arus pasang, sehingga perkiraan kejadian
pasang sangat diperlukan dalam navigasi pantai. Wilayah pantai yang
terbenam sewaktu pasang naik dan terpapar sewaktu pasang surut, disebut
mintakat pasang surut.
Periode pasang surut laut adalah waktu antara puncak atau lembah
gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya. Panjang periode
pasang surut 12 jam 25 menit atau 24 jam 50 menit.
21
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
1.3.1 Tipe Pasang Surut Air Laut
1. Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide)
Dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan dua kali air surut
dengan tinggi yang hampir sama dan pasang surut terjadi secara
berurutan secara teratur. Periode pasang surut adalah 12 jam 24
menit. Pada jenis harian ganda misalnya terdapat di perairan Selat
Malaka sampai ke Laut Andaman.
2. Pasang surut harian tunggal (diurnal tide)
Dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut.
Periode pasang surut rata-rata adalah 24 jam 50 menit. Jenis harian
tunggal misalnya terdapat di perairan sekitar selat Karimata, antara
Sumatra dan Kalimantan.
3. Pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide
prevailing semidiurnal)
Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut,
tetapi tinggi dan periodenya berbeda. Pada pasang-surut campuran
condong ke harian ganda (mixed tide, prevailing semidiurnal)
misalnya terjadi di sebagian besar perairan Indonesia bagian timur.
4. Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide
prevailing diurnal)
22
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
jarak bulan lebih dekat daripada jarak Matahari ke bumi. Gaya
gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan Matahari dan
menghasilkan dua tonjolan pasang surut gravitasional di laut. Lintang
dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara
sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan Matahari.
Pasang laut purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan
Matahari berada dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan
pasang naik yang sangat tinggi dan pasang surut yang sangat rendah.
Pasang laut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan
purnama.[2]
Pasang laut perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan
Matahari membentuk sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan
pasang naik yang rendah dan pasang surut yang tinggi. Pasang laut
perbani ini terjadi pada saat bulan kuarter pertama dan kuarter ketiga.
23
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
kondisi gelombang badai. Pada saat badai terjadi, pertahanan alami pantai
tidak mampu menahan serangan energi gelombang yang besar, sehingga
pantai dapat tererosi. Setelah gelombang besar reda ,berangsur-angsur pantai
akan kembali ke bentuk semula oleh pengaruh gelombang normal. Tetapi ada
kalanya pantai yang tererosi tersebut tidak dapat kembali ke bentuk semula
karena material pembentuk pantai terbawa arus dan tidak dapat kembali
ke lokasi semula. Proses dinamis pantai sangat dipengaruhi oleh littoral
transport, yang di definisikan sebagai gerak sedimen di daerah dekat
pantai (nearshore zone) oleh gelombang dan arus. Littoral transport
dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu transport sepanjang pantai
(longshore-transport) dan transport tegak lurus pantai (onshore-offshore
transport). Material (pasir) yang di transpor disebut dengan littoral
drift (Triadmodjo,1999).
24
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
sejajar garis pantai. Suatu pantai mengalami erosi atau akresi (sedimentasi)
atau tetap stabil tergantung pada sedimen yang masuk (suplai) dan
yang meninggalkan pantai tersebut.
25
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
mempunyai kemiringan sangat kecil sampai mencapai 1:5000.
Kemiringan pantai berpasir lebih besar berkisar antara 1:20 – 1:50.
Sedangkan kemiringan pantai berkerikil bisa mencapai 1:4. Pantai
Semarang bagian timur merupakan pantai berlumpur (Triadmodjo, 1999).
1) Sea Dikes
Sea Dikes salah satu struktur pantai yang memiliki fungsi utama untuk
melindungi daerah dataran rendah terhadap banjir akibat air laut yang
masuk. Sea dikes dibangun dari material halus seperti pasir dan tanah liat
dan dibentuk seperti gundukan dengan kemiringan yang landai agar
mengurangi efek erosi dari gelombang yang datang. Permukaan tanggul
biasanya berupa rumput, aspal, bebatuan ataupun beton bertulang.
26
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
gelombang. Seawalls dibangun sejajar dengan garis pantai sebagai penguat
bagian dari profil pantai.
Struktur revetment biasanya terdiri dari batu, beton, atau aspal untuk
armornya, bentuknya melandai mengikuti profil alami dari garis pantai.
Dalam Corps of Engineers, perbedaan fungsional dibuat antara seawalls
dan revetments untuk tujuan proyek, namun dalam literatur teknis
seringkali tidak ada perbedaan antara seawalls dan revetments.
3) Bulkhead
Struktur pantai-paralel vertikal yang dirancang untuk mencegah limpasan,
banjir, atau erosi tanah. Bulkheads biasanya ditempatkan di sepanjang
daerah yang mudah terkikis atau lereng curam dan dibangun dari kayu,
baja, atau lembaran vinyl.
4) Groins
Groin adalah struktur pengaman pantai yang dibangun menjorok relatif
tegak lurus terhadap arah pantai. Bahan konstruksinya umumnya kayu, baja,
beton (pipa beton), dan batu. Pemasangan groins menginterupsi aliran arus
pantai sehingga pasir terperangkap pada “upcurrent side,” sedangkan pada
27
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
“downcurrent side” terjadi erosi, karena pergerakan arus pantai yang
berlanjut.
5) Jetty
Jetty merupakan struktur sempit yang melindungi garis pantai dari arus dan
pasang surut. Jetty biasanya terbuat dari kayu, tanah, batu, atau beton.
Mereka membentang dari pantai ke tengah perairan. Arus dan pasang surut
dari lautan secara bertahap membasuh pantai atau fitur lain di sepanjang
garis pantai. Ini disebut erosi.
Arus sungai yang kuat atau gelombang dari danau juga dapat mengikis garis
pantai. Jetty melindungi garis pantai dari badan air dengan bertindak sebagai
penghalang terhadap erosi dari arus, pasang surut, dan gelombang. Jetty
juga dapat digunakan untuk menghubungkan tanah dengan air dalam lebih
jauh dari pantai untuk keperluan kapal docking muat kargo. Selain untuk
melindingi alur pelayaran, jetty juga dapat digunakan untuk mencegah
pendangkalan dimuara dalam kaitannya dengan pengendalian banjir.
Sungai-sungai yang bermuara pada pantai yang berpasir engan gelombang
yang cukup besar sering mengalami penyumbatan muara oleh endapan
pasir. Karena pengaruh gelombang dan angin, endapan pasir terbentuk di
muara. Transport akan terdorong oleh gelombang masuk kemuara dan
kemudian diendapkan. endapan yang sangat besar dapat menyebabkan
tersumbatnya muara sungai. penutupan muara sungai dapat menyebabkan
terjadinya banjir didaerah sebelah hulu muara.
Pada musim penghujan air banjir dapat mengerosi endapan sehingga sedikit
demi sedikit muara sungai terbuka kembali. Selama proses penutupan dan
28
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
pembukaan kembali tersebut biasanya disertai dengan membeloknya muara
sungai dalam arah yang sama dengan arah transport sedimen sepanjang
pantai.
6) Breakwater
Breakwater dibangun untuk mengurangi aksi gelombang yang diperkirakan
dapat mengganggu sebuah struktur. Aksi gelombang berkurang melalui
kombinasi refleksi dan disipasi energi gelombang yang masuk. Jika
digunakan untuk pelabuhan, pemecah gelombang yang dibangun
dimaksudkan untuk menciptakan perairan cukup tenang agar operasi
bongkar muat pada kapal menjadi mudah dan aman, dan juga sebagai
perlindungan fasilitas pelabuhan.
29
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
pertama perlu ditinjau karakteristik gelombang di beberapa lokasi di
sepanjang pemecah gelombang, seperti halnya pada perencanaan groin dan
jetty.
7) Artificial Headland
Sebuah tanjung buatan (artificial headland) akan mencegah pasir bermigrasi
di sepanjang pantai. Biasanya berbentuk struktur rubble mound (bentuknya
seperti trapesium), dengan batu pada bagian luar untuk memberikan
perlindungan dari gelombang badai. Biasanya dibagian atas dari struktur ini
dapat dijadikan akses pejalan kaki, dan tidak jarang digunakan sebagai
tempat memancing.
8) Beach Nourishment
Beach Nourishment merupakan usaha yang dilakukan untuk memindahkan
sedimentasi pada pantai ke daerah yang terjadi erosi, sehingga menjaga
pantai tetap stabil.
Kita ketahui erosi dapat terjadi jika di suatu pantai yang ditinjau terdapat
kekurangan suplai pasir. Stabilitasi pantai dapat dilakukan dengan
penambahan suplai pasir ke daerah yang terjadi erosi itu. Apabila erosi
terjadi secara terus menerus, maka suplai pasir harus dilakukan secara
30
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
berkala dengan laju sama dengan kehilangan pasir. Untuk pantai yang cukup
panjang maka penambahan pasir dengan cara pembelian kurang efektif
sehingga digunakan alternatif pasir diambil dari hasil sedimentasi sisi lain
dari pantai.
9) Terumbu Buatan
Terumbu buatan (artificial reef) bukanlah hal baru, di Jepang dan Amerika
usaha ini telah dilakukan lebih dari 100 tahun yang lalu. Mula-mula
dilakukan dengan menempatkan material natural berukuran kecil sebagai
upaya untuk menarik dan meningkatkan populasi ikan.
1.6.1 Pelabuhan
1.6.1.1 Definisi
Pelabuhan adalah salah satu bagian dari ilmu bangunan
maritim/kepulauan dimana peranan pelayaran ialah sangat
penting bagi kehidupan sosial, ekonomi, pemerintahan,
pertahanan/keamanan dan sebagainya. Dari kegiatan yang
dilakukan dimungkinkan kapal-kapal berlabuh atau bersandar
yang meliputi angkutan penumpang, bongkar muat barang, dan
lain sebagainya. Ditinjau dari sub angkutan (transport), maka
pelabuhan adalah salah satu simpul dari mata rantai kelancaran
angkutan muatan laut dan darat. Jadi secara umum
pelabuhanadalah suatu daerah perairan yang terlindung
terhadap badai/ombak/arus. Sehingga kapal dapat berputar
(Turning Basin), bersandar/membuang sauh, demikian rupa
hingga bongkar muat atas barang dan perpindahan penumpang
dapat dilaksanakan, guna mendukung fungsi-fungsi tersebut
dibangun dermaga (Piers or Wharves), jalan, gudang, fasilitas
penerangan, telekomunikasi dan sebagainya, sehingga fungsi
perpindahan muatan dari kapal/ke kapal yang bersandar
dipelabuhan menuju tujuan selanjutnya dapat dilakukan.
31
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
1.6.1.2 Macam-macam Pelabuhan
a. Pelabuhan umum
b. Pelabuhan Khusus
1.6.2 Kapal
1.6.2.1 Definisi
Kapal adalah kendaraan pengangkut penumpang dan barang di
laut (sungai dsb) seperti halnya sampan atau perahu yang lebih
kecil. Ukuran isi tolak kapal bermuatan penuh disebut dengan
displacement tonnage loaded, yaitu berat kapal maksimum.
Apanila kapal sudah mencapai displacement tonnage loaded
masih dimuati lagi, kapal akan ternganggu stabilitasnya
sehingga kemungkinan kapal tenggelam menjadi besar.
Ukuran isi tolak dalam keadaan kosong disebut dengan
32
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
displacement tonnage light, yaitu berat kapal tanpa muatan.
Deadweight tonnage,DWT (Bobot Mati) yaitu berat total
muatan di mana kapal dapat mengangkut dalam keadaan
pelayaran optimal( draf maksimum). Jadi DWT adalah selisih
antara displacement tonnage loaded dan displacement tonnage
light.
a. Kapal Penumpang
b. Kapal barang
34
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
kolamputar, penambatan, dermaga. Daerah daratan harus
mencukupi fasilitas gudang, lapangan penumpukan,
perkantoran, jalan dan fasilitas di darat lainnya. Dimensi
berbagai fasilitas pelabuhan tersebut tergantung karakteristik
kapal. Sebagai contoh kedalaman dan lebar alur pelayaran
tergantung pada kapal terbesar yang menggunakan pelabuhan.
Panjang dermaga ditentukan berdasarkan panjang kapal rerata
yang berlabuh dipelabuhan (Bambang Triadmojo, 2010).
Table 1. Karakteristikkapal
1.7.1 Definisi
Alur pelayaran adalah perairan yang dari segi kedalaman, lebar, dan
bebas hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk
dilayari oleh kapal di laut, sungai atau danau.
35
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
pelabuhan. Alur pelayaran dan kolam pelabuhan harus cukup tenang
terhadap pengaruh gelombang dan arus. Alur pelayaran ini ditandi
dengan alat bantu berupa pelampung atau lampu-lampu.Perencanaan
alur pelayaran dan kolam pelabuhan ditentukan oleh kapal besar yang
akan masuk kepelabuhan dan kondisi metereologi dan oseanografi.
36
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
kapal dapat dilihat padaTabel2.2.
g = percepatan gravitasi (m/s²)
h = kedalaman air (m)
P = Ketelitian pengukuran.
R= Ruang kebebasan bersih (clearance) sebagai pengaman
antara lunas dengan dasar laut.
S = Endapan sedimen diantara dua pengerukan.
K= Toleransi pengerukan. P + S + K = 1 m
37
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
1.8 Dermaga
1.8.1 Definisi
Dermaga adalah suatu bangunan pelabuhan yang digunakan untuk
merapat dan menambatkan kapal yang melakukan bongkar muat barang
dan menarik/menurunkan penumpang. Dimensi dermaga didasarkan
pada jenis dan ukuran kapal yang merapat dan bertambat pada dermaga
tersebut. Di belakang dermaga terdapat apron, gudang transit, tempat
bongkar muat barang dan penumpang. Dimana apron adalah daerah
yang terletakan tarasisi dermaga dan sisi depan gudang yang terdapat
pengalihan kegiatan angkutan laut (kapal) kekegiatan angkutan darat.
38
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
Wharf (Paralel)
39
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
Gambar 1.17 Tipe Pier
(Sumber: Slide Share)
Jetty
40
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
1.9 Fender dan Bollard
1.9.1 Fender
1.9.1.1 Definisi
Fender berfungsi sebagai bantalan yang ditempatkan
didepan dermaga,fender akan menyerap energi benturan antara
kapaldan dermaga dan meneruskan gaya ke struktur dermaga.
1.9.1.2 Tipe Fender
Fender dibuat dari bahan elastis, seperti kayu atau karet.
Berikut tipe tipe fender :
a. Fender kayu
Fender kayu bias berupa barang-barang kayu yang
dipasang horizontal atau sejumlah batang kayu vertical.
Fender kayu dapat berupa fender dari kayu yang digantung
pada sisi dermaga. Fender tiang panjang kayu yang
ditempatkan didepan dermaga dengan kemiringan 1:24
fender kayu yang dipasang pada tiang panjang dan besi
profil. Fender kayu mempunyai sifat untuk menyerap
energy dan penyerapan energy diperoleh dari defleksi tiang
kayu/besi karet dan balok kayu/besi
.
Gambar 1.19 Contoh fender kayu
(Sumber :BambangTriadmojo, 2010)
41
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
b. Fender Karet
Karet banyak digunakan sebagai fender. Bentuk
paling sederhana dari fender ini berupa ban-ban war mobil
yang dipasang pada sisi depan disepanjang dermaga. Fender
ban mobil ini digunakan untuk kapal-kapal kecil. Fender
karet mempunyai bentuk berbeda seprti fender tabung
silinder dan segi empat, balok aret berbentuk segi empat.
Fender karet dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu :
a. Fender yang dipasang pada struktur dermaga, yang masih
dapat dibedakan menjadi fender tekuk (buckling fender)
yaitu fender yang mengalami tekuk jika menerima gaya
tekan, seperti Fender Tipe V, Fender Tipe A, Fender
Sell, dan fender tak tertekuk( non-bukling fender )seperti
fender dari ban mobil bekas dan fender silinder.
b. Fender terapung yang ditempatkan antara kapal dan
struktur dermaga, seperti fender pneumatic
42
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
Gambar 1.21 Fender tipe V
(Sumber : Bambang Triadmojo, 2010)
43
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
Gambar 1.24 Fender Pneumatic
(Sumber : Bambang Triadmojo, 2010)
c. Fender Gravitasi
Fender grafitasi digantung disepanjang dermaga
fender ini terbuat dari tabung baja yang diisi dengan beton
dan sisi depannya diberi pelindung kayu dengan berat
sampai 15 ton. Apabila terbentur kapal, fender tersebut akan
bergerak ke belakang dan keatas, sedemikian sehingga
kapal dapat dikurangi kecepatannya, karena untuk dapat
menggerakkan kebelakang diperlukan tenaga yang cukup
besar, prinsip kerja fender ini adalah mengubah energy
kinetis menjadi energy kinetis menjadi energy potensial.
Bentuk lain dari fender gravitasi yang terdiri dari
balok beton besar yang digantungkan dengan menggunakan
rantai pada lantai dermaga. Sisi depan blok beton dilengkapi
dengan fender kayu.
44
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
1.9.1.3 Perencanaan Fender
Kapal yang merapat kedermaga membentuk sudut
terhadap sisi dermaga dan mempunyai kecepatan tertentu
dalam perncanaan dermaga dianggap bahwa kapal bermuatan
penuh dan merapat dengan sudut 10° terhadap sisi depan
dermaga. Pada saat kapal merapat dan bertambat di dermaga
terjadi benturan, gesekan dan tekanan antara kapal dan
dermaga. Gaya-gaya yang timbul pada waktu penambatan
kapal adalah benturan kapal, gesekan antara kapal dan
dermaga dan tekanan kapal pada dermaga. Gaya-gaya tersebut
dapat menyebabkan kerusakan pada kapal dan struktur
dermaga. Untuk mencegah kerusakan tersebut didepan sisi
dermaga dipasang fender yang dapat menyerap energy
benturan. Jumlah energy yang diserap dan gaya maksimum
yang diteruskan pada struktur dermaga digunakan untuk
menentukan jenis dan ukuran fender.
Energi yang diserap oleh system fender dan dermaga
biasanya ditetapkan ½ E. setelah energy lain diserap oleh kapal
dan air. Tahanan naik dari nol sampai maksimal dan kerja yang
dilakukan oleh dermaga adalah :
1 (2.47)
K= F . D
2
(Sumber: Bambang Triadmojo 2010)
45
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
W 2 (2.50)
F: V
29
(Sumber: Bambang Triadmojo 2010)
Dengan :
E : Energi benturan
F : Gaya bentur yang diserap sistem fender
D : Defleksi fender
V : Komponen kecepatan dalam arah tegak lurus sisi dermaga
W: Bobot kapal bermuatan penuh
Untuk fender kayu d adalah tebal kayu dibagi 26
Sistem fender direncanakan untuk menyerap energi tersebut
dan gaya yang ditahan oleh dermaga tergantung pada type
fender, persamaan berikut ini dapat digunakan untuk
menentukan jarak maksimum antara fender.
L= √ r 2 −¿ ¿ (2.51)
(Sumber: Buku Bambang Triadmojo,)
Dimana :
L = Jarak maksimum antara fender (m)
r = Jari-jari
h = Tinggi fender (m)
Apabila data jari-jari kelengkungan sisi haluan kapal tidak
diketahui maka persamaan berikut dapat digunakan sebagai
pedoman untuk menghitungnya
a. Kapal barang dengan bobot 500-5000 (DWT)
Log r = -1,055 + 0,650 (DWT) (2.52)
(Sumber: Bambang Triadmojo 2010, hal. 279)
b. Kapal tagker dengan bobot 5000-200000 (DWT)
Log r = -0,113 + 0,440 log (DWT) (2.53)
(Sumber: Bambang Triadmojo 2010,)
46
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
OCDI (1991) memberikan jarak interval antara fender
sebagai fungsi ke dalaman air seperti diberikan dalam table
berikut ini.
Tabel 7. Jarak Antara Fender
Kedalaman Air Jarak Antara Fender
(m) (m)
4~6 4~7
6~8 7 ~ 10
8 ~ 10 10 ~ 15
(Sumber: Bambang Triatmodjo 2010,)
1.9.2 Bollard
1.9.2.1 Definisi
Bollard adalah fasilitas pelabuhan dan dermaga yang
berfungsi sebagai penambat tali kapal saat kapal sedang
berlabuh. Bollard kapal ini juga biasa disebut dengan bolder
kapal. Bollard kapal atau bolder kapal terbuat dari bahan besi
cor (cast iron). Oleh sebab itu, tipe besi yang digunakan sangat
keras mengingat obyek yang ditambatkan adalah kapal. Bolder
kapal ini biasanya dipasang di setiap sisi dermaga. Kegunaan
lainnya adalah untuk melindungi kapal dari gelombang,
angina, dan ombak besar.
1.9.2.2 Jenis Bollard
1. Bitt Bollard
47
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
Bitt bollard juga disebut dengan straight bollard karena
bentuknya yang statis dengan pembatas diatasnya berbentuk
bulat. Bitt bollard ini kami produksi menggunakan bahan
besi cor (cast iron). Kapasitas bitt bollard ini antara 10-200
ton.
2. Tee Bollard
3. Curve Bollard
48
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
Jenis bollard yang satu ini juga dinamakan Harbour Bollard.
Banyak orang mengatakan bentuk bollard ini menyerupai
cocor bebek. Sama dengan sebelumnya, Curve Bollard kami
produksi juga menggunaan bahan besi cor (cast iron)
dengan kapasitas beban antara 10-150 ton.
49
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
Gambar 1.25 Terminal Dermaga
50
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120