Anda di halaman 1dari 50

Struktur Perlindungan Pantai

Tugas Desain Breakwater

Dosen Pembimbing:
Dr. Eng. Muhammad Zikra, S.T., M.Sc.

Disusun oleh:
Akabrito Amsal Dewa S 04311840000095
Adinusa Gibran M 04311840000104
Bella Rosa Aliyani 04311840000097
Kevin Fadila Zahra 04311840000089
M. Yusuf Nur Prasetyo Wibowo 04311840000085

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER


FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
SURABAYA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-NYA, sehingga kami
dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Tak lupa kami panjatkan shalawat serta
salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta keluarganya,para sahabatnya, dan
seluruh insan yang dikehendaki-Nya.

Laporan ini berbentuk tulisan yang bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Struktur Perlindungan Pantai bimbingan Pak Dr. Eng. Muhammad Zikra, S.T., M.Sc.. Laporan
ini mencoba menjelaskan proses dalam pengerjaan Desain Breakwater. Sehingga pada proses
pembelajaran, laporan ini dapat digunakan oleh orang lain sebagai modul atau referensi dalam
pengerjaan breakwater.

Kami cukup menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan makalah di penyusunan
laporan yang lebih baik kedepanya. Harapan kami semoga laporan ini bermanfaat dan memenuhi
harapan berbagai pihak. Amiin.

Surabaya, 03 Januari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………………1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………………...2
1.3 Tujuan………………………………………………………………………………………..2
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pantai…………………………………………………………………………………………3
2.2 Angin…………………………………………………………………………………………3
2.3 Fetch………………………………………………………………………………………….9
2.4 Gelombang……………………………………………………………………………….....10
2.5 Pasang Surut…………………………………………………………………………………11
2.6 Return Period………………………………………………………………………………...15
2.7 Batimetri……………………………………………………………………………………..18
2.8 Refraksi……………………………………………………………………………………...18
2.9 Shoaling……………………………………………………………………………………..18
2.10 Difraksi Gelombang………………………………………………………………………..19
2.11 Refreksi Gelombang………………………………………………………………………..21
2.12 Breaking Wave……………………………………………………………………………...21
2.13 Faktor Erosi Pantai………………………………………………………………………….22
2.14 Breakwater………………………………………………………………………………….25
BAB III METODOLOGI………………………………………………………………………28
BAB IV ANALISIS DATA
4.1 Wave Set Up…………………………………………………………………………………32
4.2 Kenaikan Muka Air Laut Dalam……………………………………………………………..34
4.3 Pemanasan Global……………………………………………………………………………35
4.4 Analisis Gelombang Air Laut Dalam………………………………………………………..35
4.5 Desain Breakwater…………………………………………………………………………...37
BAB V PENTUP………………………………………………………………………………..44
BAB I
1.1 Latar Belakang
Abrasi pantai dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar dengan rusaknya beberapa
struktur pelindung pantai seperti breakwater. Sehingga dengan menghubungkan kausalitas
dari abrasi tersebut, maka gelombang yang datang dari offshore menuju shoreline memiliki
energi yang terlalu besar. Dalam mencari solusi dari masalah tersebut, diperlukan ilmu yang
mendalam untuk menentukan struktur apa-apa saja yang tepat dalam memberikan solusi. Pada
masalah ini struktur yang ditanjau berupa pemecah gelombang (breakwater) yang berfungsi
untuk meredam energi gelombang yang datang dari laut lepas.

Pemecah gelombang (breakwater) adalah bagunan yang digunakan untuk melindungi


daerah perairan pelabuhan dari gangguan gelombang. Bangunan ini memisahkan daerah
perairan dari laut lepas, sehingga perairan pelabuhan tidak banyak dipengaruhi oleh
gelombang besar di laut. Daerah perairan dihubungkan dengan laut oleh mulut pelabuhan
dengan lebar tertentu dimana kapal keluar masuk melalui celah tersebut.

Sebenarnya breakwater atau pemecah gelombang dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu pemecah gelombang “sambung pantai” dan “lepas pantai”. Tipe pertama banyak
digunakan pada perlindungan perairan pelabuhan, sedangkan tipe kedua untuk perlindungan
pantai terhadap erosi. Secara umum kondisi perencanaan kedua tipe adalah sama, hanya pada
tipe pertama perlu ditinjau karakteristik gelombang di beberapa lokasi di sepanjang pemecah
gelombang, seperti halnya pada perencanaan jetty.

Breakwater atau dalam hal ini pemecah gelombang lepas pantai adalah bangunan yang
dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai. Pemecah gelombang
dibangun sebagai salah satu bentuk perlindungan pantai terhadap erosi dengan menghancurkan
energi gelombang sebelum sampai ke pantai, sehingga terjadi endapan dibelakang bangunan.
Endapan ini dapat menghalangi transport sedimen sepanjang pantai.

1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari beberapa aspek seperti berikut ini:

1. Analisa deformasi gelombang


a. Bagaimana perhitungan shoaling dan refraksi gelombang?
b. Bagaimana menentukan tinggi dan kedalaman gelombang pecah?
2. Analisa pasang surut
a. Bagaimana menentukan tipe pasang surut muka air laut?
b. Bagaimana menghitung elevasi MSL, MHWL, HHWL, MLWL, dan LLWL?
c. Bagaimana menghitung Elevasi Muka air rencana dengan memperhitungan komponen
wave set-up, pemanasan global, dan gelombang rencana?
3. Menentukan dimensi struktur breakwater
a. Bagaimana menghitung lebar puncak struktur?
b. Bagaimana menghitung elevasi struktur?
4. Perhitungan material
a. Bagaimana menghitung berat batu butir lapisan pelindung primer dan sekunder?
b. Bagaimana menghitung tebal lapisan pelindung primer dan sekunder?
c. Bagaimana menghitung jumlah batu pelindung primer maupun sekunder?
5. Mengecek stabilitas struktur

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari Tugas ini adalah :

1. Mahasiswa mampu melakukan analisa deformasi gelombang


2. Mahasiswa mampu meramalkan analisa pasang surut muka air laut
3. Mahasiswa mampu melakukan perhitungan sedimentasi
4. Mahasiswa mampu mendesain Lay out Struktur breakwater
5. Mahasiswa mampu menentukan dimensi struktur yang akan dibangun
6. Mahasiswa mampu melakukan cek stabilitas struktur dari desain yang dibuat

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pantai

Definisi dari pantai adalah suatu daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang
tertinggi dan air surut terendah. Daerah yang berada di sekitar pantai dinamakan pesisir, yakni
suatu daerah darat di tepi laut yang masih mendapat pengaruh laut, seperti pasang surut, angin laut
dan rembesan air laut.

Muka air tinggi

Muka air rendah


Sempadan

Pantai
Perairan pantai
Daratan
Laut

Gambar 2.1. Definisi Pantai dan Batasan Pantai

Pantai menyesuaikan profilnya sehingga hal ini berguna untuk menghancurkan


energi gelombang yang datang. Penyesuaian bentuk tersebut merupakan tanggapan dinamis alami
pantai terhadap laut

2.2 Angin

Angin merupakan udara yang bergerak karena adanya perbedaan tekanan udara
dengan arah aliran angin dari tempat yang memiliki tekanan tinggi ke tempat yang bertekanan
rendah atau dari daerah yang memiliki suhu atau temperature rendah ke wilyah bersuhu tinggi.
Hal ini merupakan dampak dari adanya rotasi bumi. Apabila dipanaskan, udara memuai. Udara
yang telah memuai menjadi lebih ringan sehingga hal ini menyebabkan terjadinya kenaikan.

3
Udara yang dingin mengalir ke tempat bertekanan rendah tadi. Selanjutnya udara menyusut
menjadi lebih berat lalu turun ke tanak. Di atas permukaan tanah, udara menjadi panas sehingga
naik Kembali. Aliran naiknya udara panas dan turunnya udara dingin ini dikarenakan konveksi
(proses merambatnya kalor melalui medium udara dan air).

Gambar 2.2 Peredaran angin tetap di bumi

Angin memiliki relasi yang erat dengan sinar matahari karena daerah yang terkena
banyak paparan sinar matahari akan memiliki suhu yang lebih tinggi serta tekanan udara udara
yang lebih rendah dari daerah lain di sekitarnya sehingga menyebabkan terjadinya aliran udara.
Hal ini terbukti saat siang hari angin akan bergerak lebih cepat daripada malam hari dan juga pada
daerah khatulistiwa angin akan bergerak lebih cepat dikarenakan daerah sekitar khatulistiwa, yaitu
pada busur nol derajat, merupakan daerah yang mengalami pemanasan lebih banyak daripada
daerah lainnya di bumi.

Menurut Campbell (1986), sifat angin yang dapat dirasakan langsung oleh setiap
manusia adalah sebagai berikut:

1. Angin menyebabkan tekanan terhadap permukaan yang menentang arah angin tersebut.

2. Angin mempercepat pendinginan benda yang panas.

3. Angin memiliki kecepatan yang beragam antar tempat dan antar waktu.

Angin juga disebabkan oleh pergerakan benda sehingga mendorong udara di


sekitarnya untuk bergerak ke tempat lain. Seperti halnya di jalan tol, kendaran yang melintas di
jalan tol dapat menimbulkan Gerakan angin.

4
Data angin yang digunakan untuk peramalan gelombang adalah data di permukaan
laut pada lokasi pembangkitan. Data tersebut dapat diperoleh dari pengukuran langsung di atas
permukaan laut (menggunakan kapal yang sedang berlayar) atau pengukuran di darat (di lapangan
terbang) di dekat lokasi peramalan yang kemudian dikonversi menjadi data angin laut.

Data angin yang diperlukan merupakan hasil pengamatan beberapa tahun yang
disajikan dalam bentuk tabel dengan jumlah data yang sangat besar. Kemudian diolah dan
disajikan dalam bentuk diagram yang disebut dengan mawar angin. Gambar 2.3 adalah contoh
mawar angin yang dibuat berdasarkan pengolahan data angin yang tercatat oleh Badan
Meteorologi dan Geofisika (BMG) yang terdapat di sekitar daerah pantai yang direncanakan.

Gambar 2.3 Mawar angin

Gambar tersebut menunjukan presentasi kejadian angin dengan kecepatan tertentu dari
berbagai arah dalam periode waktu pencatatan. Dalam gambar tersebut garis – garis radial adalah
arah angin dan tiap lingkaran menunjukan presentasi kejadian angin dalam periode waktu
pengukuran.

Data angin dari pengukuran dengan kapal perlu dikoreksi dengan menggunakan persamaan
berikut (Triatmodjo, 1999) :

U = 2,16 Us 7/9 …………………………………………………… (2.1)

5
Dimana :

U = kecepatan angin terkoreksi (knot)

Us = kecepatan angin yang diukur oleh kapal (knot)

Biasanya pengukuran angin dilakukan didaratan, padahal dirumus-rumus pembangkit


gelombang data angin yang digunakan adalah yang ada dipermukaan laut. Oleh karena itu
diperlukan transformasi dari data angin diatas daratan yang terdekat dengan lokasi studi ke data
angin di atas permukaan laut.

Kecepatan angin yang akan dipergunakan untuk peramalan gelombang adalah (Yuwono,
1992) :

U = RT . RL (U10)L ........................................................ (2.2)

Dimana :

RT = Koreksi akibat perbedaan temperatur antara udara dan air (Gb. 2.6)

RL = Koreksi terhadap pencatatan angin yang dilakukan di darat (Gb.2.7)

(U10)L = Kecepatan angin pada ketinggian 10 m di atas tanah (land).

6
Gambar 2.4 Koefisien koreksi kecepatan terhadap perbedaan temperatur

Gambar 2.5. Koefisien Koreksi terhadap pencatatan kecepatan di darat

Untuk menggunakan grafik yang ada pada buku Shore Protection Manual (1984),
kecepatan angin tersebut masih harus dirubah ke faktor tegangan angin U A (wind-stress factor)
yang dapat dihitung dengan rumus berikut (Yuwono, 1992) :

UA = 0,71 U 1,23 ……………………………………………… (2.3)

7
Dimana :

U = kecepatan angin dalam m/det.

UA = faktor tegangan angin (wind stress factror)

Peramalan tinggi gelombang signifikan Hs dan periode gelombang signifikan Ts, dapat
dilakukan dengan cara memasukkan nilai Wind Stress U A; panjang fetch F; dan lama hembus t D
pada Grafik SPM, 1984 . Selain dengan cara grafik, tinggi dan periode tersebut dapat dihitung
dengan menggunakan rumus berikut :

Ho = 5.112 x 10-4 x UA x Feff0.5 ..................................................... (2.4)

To = 6.238 x 10-2 x [ UA x Feff ]0.5 ................................................. (2.5)

T = 3.2115 x [ Feff2 / Ua ]1/3 ........................................................ (2.6)

Dimana :

Ho = tinggi gelombang

To = periode gelombang

T = durasi gelombang

Feff = panjang rerata efektif

UA = faktor tegangan angin

Sehingga dapat dihitung nilai Hs dan Ts menggunakan rumus berikut :

Hrms = ∑ n x Ho ……………………………………………. (2.7)

Hs = 1.416 x Hrms ……………………………………..…. (2.8)

8
Ts = ∑ n x To ……………………………………………. (2.9)

Dimana:

Hrms = H root mean square

Hs = Hsignifikan

Ts = Tsignifikan

n = prosentase kejadian angin

Ho = tinggi gelombang

To = periode gelombang

2.3 Fetch

Fetch adalah jarak perjalanan tempuh gelombang dari awal


pembangkitannya. Fetch ini dibatasi oleh bentuk daratan yang mengelilingi laut. Semakin panjang
jarak fetch nya, ketinggian gelombangnya akan semakin besar. Angin juga mempunyai pengaruh
yang penting pada ketinggian gelombang. Fetch rerata efektif diberikan oleh persamaan berikut
:

Feff = i cos
Σ cos α

Dengan :

Feff : fetch rerata efektif

I : panjang segmen fetch yang diukur dari titik observasi gelombang


ke ujung akhir fetch
α : deviasi pada kedua sisi dari arah angin, dengan menggunakan

9
pertambahan 6o sampai sudut sebesar 42o pada kedua sisi dari
arah angin.

2.4 Gelombang

Gelombang adalah pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus
permukaan air laut yang membentuk kurva/grafik sinusoidal. Gelombang laut disebabkan oleh
angin. Angin di atas lautan mentransfer energinya ke perairan, menyebabkan riak-riak, alun/bukit,
dan berubah menjadi apa yang kita sebut sebagai gelombang.

Gelombang di laut dapat dibedakan menjadi beberapa macam yang tergantung pada gaya
pembangkitnya. Diantaranya adalah:

a) gelombang angin yang diakibatkan oleh tiupan angin di permukaan laut

b) gelombang pasang surut dibangkitkan oleh gaya tarik benda – benda langit
terutama matahari dan bulan,

c) gelombang tsunami terjadi karena letusan gunung berapi atau gempa di laut,
gelombang yang dibangkitkan oleh kapal yang bergerak, dan sebagainya.

Gelombang dapat menimbulkan energi yang dapat mempengaruhi profil pantai. Selain itu
gelombang juga menimbulkan arus dan transpor sedimen dalam arah tegak lurus maupun
sepanjang pantai, serta menyebabkan gaya – gaya yang bekerja pada bangunan pantai.

Peramalan gelombang berdasarkan data angin sebagai pembangkit utama gelombang dan
daerah pembentukan gelombang (fetch). Dari data angin dan fetch gelombang akan didapatkan
jenis, tinggi dan periode gelombang yang ada di daerah pantai. Dengan menggunakan rumus –
rumus seperti berikut :

10
START

2 / .3
gt  gF 
Non Fully Developed  68.8.  2   7.1
UA UA 

Fully Developed

Fetch Limited
1 /2
U  gF 
2
2
H mo  0 .0016 . A . 2  U
g UA 
 H mo  0 . 2433 . A
g
1/ 3
U  gF 
Tmo  0.2857. A .  UA
g UA 2 T mo  8 . 134 .
g

Finish
Finish

Gambar 2.6 Flow Chart untuk peramalan gelombang (SPM,1984)

Dimana :

Hmo : Wave Height ( tinggi gelombang signifikan ) adalah tinggi


rerata dari 33% nilai tertinggi gelombang yang terjadi.
Tmo : Wave Period ( Periode Gelombang)

Feff : Efective fetch length ( panjang fetch efektif )

Ua : Wind Stres Factor ( Modified Wind Speed ) faktor


tegangan angin g : gravitasi
t : waktu

2.5 Pasang Surut

Pasang surut air laut adalah peristiwa naik turunnya muka air laut sebagai akibat adanya gaya
tarik-menarik antara planet-planet yang mempunyai suatu gerakan periodik, sehingga gaya yang

11
akan terjadi pada bumi akibat gaya tarik tersebut besarnya berbanding terbalik dengan kuadrat
jarak dan berbanding langsung dengan massa-masssanya.

Gambar 2.7 Contoh Pasang Surut

Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut sebagai fungsi waktu karena adanya gaya tarik
benda-benda di langit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air laut dibumi. Meskipun
massa dibulan jauh lebih dekat, maka pengaruh gaya tarik bulan terhadap bumi lebih besar dari
pada pengaruh gaya tarik matahari.

Pengetahuan pasang surut sangat penting di dalam perencanaan pelabuhan. Elevasi muka
air tertinggi (pasang) dan terendah (surut) sangat penting untuk merencanakan baengunan-
bangunan pelabuhan. Sebagai contoh, elevasi puncak bangunan pemecah gelombang, dermaga,
dsb. Ditentukan oleh elevasi muka air pasang, sementara kedalaman alur pelayaran/pelabuhan
ditentukan oleh muka air surut. Tinggi pasang surut adalah jarak vertikal antara air tertinggi
(puncak air pasang) dan air terendah (lembah air surut) yang berurutan. Periode pasang surut
adalah waktu yang diperlukan dari posisi muka air pada muka air rerata ke posisi yang sama
berikutnya. Periode pasang surut bisa 12 jam 25 menit atau 24 jam 50 menit, yang tergantung
pada tipe pasang surut. Periode pada muka air naik disebut pasang, sedang pada saat sir turun
disebut surut. Variasi muka air menimbulkan arus yang disebut dengan arus pasang surut, yang
mengangkut massa air dalam jumlah sangat besar. Arus pasang terjadi pada waktu periode pasang
dan arus surut terjadi pada periode air surut. Titik balik (slack) adalah saat dimana arus berbalik
antara arus pasang dan arus surut. Titik balik ini bisa terjadi pada saat muka air tertinggi dan muka
air terendah. Pada saat tersebut kecepatan arus adalah nol.

12
Bentuk pasang surut di berbagai daerah tidak sama. Di sutau daerah dalam satu hari dapat
terjadi satu kali pasang surut. Secara umum pasang surut di berbagai daerah dapat dibedakan empat
tipe, yaitu pasang surut harian tunggal (diurnal tide), harian ganda (semidiurnal tide) dan dua jenis
campuran.

Mengingat elevasi di laut selalu berubah satiap saat, maka diperlukan suatu elevasi yang
ditetapkan berdasar data pasang surut, yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan
bangunan panatai. Beberapa elevasi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Muka air tinggi (high water level), muka air tertinggi yang dicapai pada saat air pasang
dalam satu siklus pasang surut.

2. Muka air rendah (low water level), kedudukan air terendah yang dicapai pada saat air surut
dalam satu siklus pasang surut.

3. Muka air tinggi rerata (mean high water level, MHWL), adalah rerata dari muka air tinggi
selama periode 19 tahun.

4. Muka air rendah rerata (mean low water level, MLWL), adalah rerata dari muka air rendah
selama periode 19 tahun.

5. Muka air laut rerata (mean sea level, MSL), adalah muka air rerata antara muka air tinggi
rerata dan muka air rendah rerata. Elevasi ini digunakan sebagai referansi untuk elevasi di
daratan.

6. Muka air tinggi tertinggi (highest high water level, HHWL), adalah air tertinggi pada saat
pasang surut purnama atau bulan mati.

7. Muka air rendah terendah (lowest low water level, LLWL), adalah air terendah pada saat
pasang surut purnama atau bulan mati.

8. Higher high water level, adalah air tertinggi dari dua air tinggi dalam satu hari, seperti
dalam pasang surut tipe campuran.

9. Lower low water level, adalah air terendah dari dua air rendah dalam satu hari.

Pada umumnya sifat pasang surut di perairan ditentukan dengan menggunakan rumus Formzahl,
yang berbentuk :

13
K O
F 1 1
M2 S2 ………………………………………. (2.1)

dimana nilai Formzahl,

F = 0.00 – 0.25 ; pasut bertipe ganda (semi diurnal)

F = 0.26 – 1.50 ; pasut bertipe campuran dengan tipe ganda yang menonjol (mixed,
mainly semi diurnal)

F = 1.51 – 3.00 ; pasut bertipe campuran dengan tipe tunggal yang

menonjol (mixed, mainly diurnal)

F > 3.00 ; pasut bertipe ( diurnal)

O1 = unsur pasut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan

K1 = unsur pasut tunggal yang disebabkan oleh gaya tarik matahari

M2 = unsur pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan

S2 = unsur pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik matahari

Metode yang digunakan adalah metode Admiralty untuk mendapatkan konstanta harmonik pada
melalui persamaan pasang surut :


  
nk
A
 S A .
cos(
WG
)
t n n
n
1 n
…………………………. (2.2)

dimana :

A(t) = Amplitudo

So = Tinggi muka laut rata-rata (MSL)

An = Amplitudo komponen harmonis pasang surut.

Gn = Phase komponen pasang surut

n = konstanta yang diperoleh dari hasil perhitungan astronomis

14
t = waktu

Gambar 2.8 Macam permukaan air laut yang digunakan

sebagai datum referensi

2.6 Return Period

Perkiraan interval keyakinan adalah penting dalam analisis gelombang ekstrim. Hal ini
mengingat bahwa biasanya periode pencatatan gelombang adalah pendek, dan tingkat
ketidakpastian yang tinggi dalam perkiraan gelombang ekstrim. Batas keyakinan sangat
dipengaruhi oleh penyebaran data, sehingga nilainya tergantung pada deviasi standar. Dalam
laporan ini digunakan pendekatan yang dilakukan oleh Gumbel (1958) dan Goda (1988)(dalam
CERC, 1992) untuk perkiraan deviasi standar dari nilai ulang. Deviasi standar yang dinormalkan
dihitung dengan persamaan berikut :

15

1
N

1
y
nr
c
 
ln
v r
1
22

................... (2.3)

1
e 2
N 
1.3
kln
v
......................................... (2.4)

Dimana :

σnr = standar deviasi yang dinormalkan dari tinggi gelombang signifikan


dengan periode ulang Tr

N = jumlah data tinggi gelombang signifikan

α1, α2, yr , k, e = koefisien empiris (dari tabel 2.1)

Tabel 2.1. Koefisien untuk menghitung deviasi standar

Distribusi α1 α2 K c

FT – 1 0.64 9.0 0.93 0.0 1.33

Weibull
1.65 11.4 -0.63 0.0 1.15
(k=0.75)

Weibull
1.92 11.4 0.00 0.3 0.90
(k=1.0)

Weibull
2.05 11.4 0.69 0.4 0.72
(k=1.4)

Weibull
2.24 11.4 1.34 0.5 0.54
(k=2.0)

16
Besaran absolut dari deviasi standar dari tinggi gelombang signifikan dihitung dengan rumus
berikut :

αr=σnr σHs ..................................................................................... (2.5)

dimana :

σr = kesalahan standar tinggi gelombang signifikan dengan periode ulang Tr.

σHs = deviasi standar dari data tinggi gelombang signifikan

Interval keyakinan dihitung dengan anggapan bahwa perkiraan tinggi gelombang signifikan pada
periode ulang tertentu terdistribusi normal terhadap fungsi distribusi yang diperkirakan. Batas
interval keyakinan terhadap Hsr dengan berbagai tingkat keyakinan diberikan dalam tabel 2.2.

Tabel 2.2. Batas interval keyakinan tinggi gelombang signifikan ekstrim

Tingkat keyakinan(%) Batas interval keyakinan Probabilitas batas atas


terhadap Hsr terlampaui (%)

80 1.28 σr 10.0

85 1.44 σr 7.5

90 1.65 σr 5.0

95 1.96 σr 2.5

99 2.58 σr 0.5

17
2.7 Batimetri
Pembuatan peta batimetri merupakan salah satu bidang kajian hidrografi. Batimetri adalah
ukuran dari tinggi rendahnya dasar iaut yang merupakan sumber informasi utama mengenai dasar
laut. Perubahan kondisi hidrografi di wiiayah perairan laut dan pantai, disamping disebabkan oleh
faktor alam, juga disebabkan oleh fenomena perubahan penggunaan lahan di wilayah tersebut dan
proses-proses yang terjadi di wilayah hulu sungai. Terbawanya berbagai material partikel dan
kandungan padatan tersuspensi oleh aliran sungai semakin mempercepat proses pendangkalan di
perairan pantai. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan suatu upaya pengkajian yang berkaitan
dengan faktor-faktor keselamatan pelayaran, salah satunya adalah pengukuran kedalaman
perairan. Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh dapat digunakan untuk mendapatkan
informasi kondisi hidro oseanografi secara cepat dengan cakupan wilayah yang luas.

2.8 Refraksi
Analisis transformasi gelombang sering dilakukan dengan konsep gelombang laut dalam
ekivalen, yaitu tinggi gelombang di laut dalam apabila gelombang tidak mengalami refraksi.
Pemakaian gelombang ini bertujuan untuk menetapkan tinggi gelombang yang mengalami
refraksi, difraksi dan transformasi lainnya, sehingga perkiraan transformasi dan deformasi
gelombang dapat dilakukan dengan lebih mudah. Tinggi gelombang laut dalam ekivalen diberikan
oleh bentuk :
H’0 = K’ Kr H0 ............................................................................. (2.6)
dimana :
H’0 = tinggi gelombang laut dalam ekivalen
H0 = tinggi gelombang laut dalam
K’ = koefesien difraksi
Kr = koefesien refraksi

Konsep tinggi gelombang laut dalam ekivalen ini digunakan dalam analisis gelombang
pecah, limpasan gelombang dan proses lain.

2.9 Shoaling

18
Jika suatu gelombang menuju perairan dangkal, maka terjadi perubahan karakteristik gelombang
yang meliputi perubahan tinggi, panjang dan kecepatan gelombang. Dengan menganggap bahwa
kemiringan perairan dapat diabaikan (Pratikto dkk, 1996). Proses pendangkalan gelombang
(shoaling) adalah proses berkurangnya tinggi gelombang akibat perubahan kedalaman. Kecepatan
gerak gelombang juga berkurang seiring dengan pengurangan kedalaman dasar laut, sehingga
menyebabkan puncak gelombang yang ada di air dangkal bergerak lebih lambat dibandingkan
puncak gelombang yang berada di perairan yang lebih dalam.
Koefisien Shoaling dapat dituliskan dalam bentuk :

1
/4
C 1L L
o


0
 
0, 4o
4464
2gh8
nh h
Ks = Atau
n o Lo
Ks = n.L …………………………………………… (2.7)
dimana :
no = 0,5 (di dalam laut)
Ks = koefesien shoaling (diperoleh dari tabel L-1 buku Teknik Pantai – Triatmodjo
1999).

Maka tinggi gelombang pada kedalaman H o akibat adanya refraksi dan shoaling adalah
H = Ks . Kr . Ho …………………………………………… (2.8)
dimana :
Ks = koefisien Shoaling
Kr = koefisien Refraksi
Ho = tinggi gelombang di laut dalam.

2.10 Difraksi Gelombang


Apabila gelombang datang terhalang oleh suatu rintangan seperti pemecah gelombang atau
pulau, maka gelombang tersebut akam membelok di sekitar ujung rintangan dan masuk di daerah
terlindung di belakangya. Difraksi terjadi ketika terdapat perbedaan energi gelombang yang tajam
di sepanjang puncak gelombang. Pada awalnya kondisi di daerah yang terlindung penghalang
cukup tenang (tidak terdapat gelombang), saat gelombang melintasi penghalang. Perairan yang

19
jauh dari penghalang akan memiliki energi lebih banyak (energi gelombang awal) dibandingkan
perairan di belakang penghalang yang semula tenang (tidak ada energi karena tidak ada
gelombang), terjadilah proses pemindahan energi di panjang puncak gelombang tersebut ke arah
daerah yang terlindung bangunan pantai.
Transfer energi ke daerah terlindung menyebabkan terbentuknya gelombang di daerah
tersebut, meskipun tidak sebesar gelombang di luar daerah terlindung. Garis puncak gelombang di
belakang rintangan membelok dan mempunyai bentuk busur linngkaran dengan pusatnya pada
ujung rintangan. Dianggap bahwa kedalaman air adalah konstan. Apabila tidak maka selain
difraksi juga terjadi refraksi gelombang. Biasanya tinggi gelombang berkurang di sepanjang
puncak gelombang menuju daerah terlindung.
Ketika gelombang berjalan melewati sebuah struktur maka akan terjadi transfer energi
gelombang sejalan dengan puncak gelombang ke balik struktur gambar (2.1). Konsentrasi densitas
energi akan menuju periode gelombang yang lebih tinggi dari spektrum. Dengan menentukan KD
untuk jarak dari periode gelombang dan arah, salah satu dapat mengevaluasi karakteristik dari
spektrum gelombang di suatu titik di daerah yang telindung oleh struktur pantai guna perencanaan
bangunan peredam gelombang.

ArahGelombang

L
Rintangan



r
A

Titikyangditinjau

Gambar 2.9 Difraksi Gelombang di belakang rintangan

Tinggi gelombang di suatu tempat di daerah terlindung tergantung pada jarak titik tersebut
terhadap ujung rintangan r, sudut antar rintangan dan garis yang menghubungkan titik tersebut
dengan ujung rintangan  , dan sudut antara arah penjalaran gelombang dan rintangan  , dan

20
perbandingan antara tinggi gelombang di titik yang terletak di daerah terlindung dan tinggi
gelombang datang (r/L) disebut koefisien difraksi Kd.
HA = Kd . HP........................................................................... (2.9)

2.11 Refleksi Gelombang


Refleksi gelombang adalah pemantulan gelombang baik itu dipantulkan sebagian atupun
seluruhnya, refleksi disebabkan karena gelombang yang datang mengenai ataupun membentur
suatu rintangan. Refleksi gelombang di dalam pelabuhan akan menyebabkan ketidak tenangan di
dalam perairan pelabuhan. Suatu bangunan yang mempunyai sisi miring dan terbuat dari tumpukan
batu akan bias menyerap energi gelombang lebih banyak dibandingkan bangunan tegak dan masif.
Apabila refleksi sempurna maka koefisien refleksi (X) = 1, gelombang dengan tinggi
gelombang Hi menurut teori gelombang amplitudo kecil fluktuasi muka air yang datang adalah :
A = Hi cos kx cos αt ……………………………………… (2.10)
Persamaan diatas menunjukkan fluktuasi muka air dari gelombang berdiri (standing wave
atau clapotis) yang periodik terhadap waktu (t) dan terhadap jarak (x). Apabila cos kx = cos αt =
1 maka tinggi maksimum adalah 2Hi, yang berarti bahwa tinggi gelombang didepan bangunan
vertikal bisa mencapai dua kali tinggi gelombang datang.

2.12 Breaking Wave


Gelombang yang menjalar dari laut menuju pantai akan mengalami perubahan bentuk
karena adanya perubahan kedalaman laut. Pengaruh kedalaman laut mulai terasa pada kedalaman
lebih kecil dari setengah kali panjang gelombang. Di laut dalam, profil gelombang adalah
gelombang semakin tajam dan lembah gelombang semakin mendatar. Selain itu kecepatan dan
panjang gelombang berkurang secara berangsur-angsur sementara tinggi gelombang bertambah.
Gelombang pecah dipengaruhi oleh kemiringan, yaitu perbandingan antara tinggi gelombang
dan panjang gelombang. Apabila gelombang bergerak menuju laut dangkal, kemiringan batas
tergantung pada kedalaman relatif d/L dan kemiringan dasar laut. Gelombang laut dalam yang
bergerak menuju pantai akan bertambah kemiringannya sampai akhirnya tidak stabil dan pecah
pada kedalaman tertentu.. Munk 1949 dalam CERC 1984, memberikan rumus untuk menentukan
tinggi dan kedalaman gelombang pecah sebagai berikut:

21
Hb 1

H0' 1
H  '
0
3 ; db = 1.28 Hb ............................................ (2.11)
3.3 
 L0 
dimana :
db = kedalaman gelombang pecah
Hb = Tinggi gelombang pecah

Gelombang pecah dapat dibedakan menjadi tiga tipe berikut ini.


1. Spilling
Spilling biasanya terjadi apabila gelombang dengan kemiringan kecil menuju ke pantai yang
datar (kemiringan kecil). Gelombang mulai pecah pada jarak yang cukup jauh dari pantai dan
pecahnya terjadi berangsur-angsur. Buih terjadi pada puncak gelombang selama mengalami
pecah dan meninggalkan suatu lapis tipis buih pada jarak yang cukup panjang.
2. Plunging
Apabila kemiringan gelombang dan dasar bertambah , gelombang akan pecah dan puncak
gelombang akan memutar dengan massa air pada puncak gelombang akan terjun ke depan.
Energi gelombang pecah dihancurkan dalam turbulensi, sebagian kecil dipantulkan pantai ke
laut, dan tidak banyak gelombang baru terjadi pada air yang lebih dangkal.
3. Surging
Surging terjadi pada pantai dengan kemiringan yang sangat besar seperti yang terjadi pada
pantai berkarang. Daerah gelombang pecah sangat sempit, dan sebagian besar energi
dipantulkan kembali ke laut dalam. Gelombang pecah tipe surging ini mirip dengan plunging,
tetapi sebelum puncaknya terjun, dasar gelombang sudah pecah.

2.13 Faktor Erosi Pantai


Informasi tentang faktor-faktor terjadinya erosi sangat berguna untuk mengatasi
permasalahan yang terjadi di pantai. Dalam melakukan perencanaan bangunan pantai langkah
pertama yang harus diambil adalah menganalisis sebab-sebab timbulnya permasalahan pantai
tersebut. Menurut Stuktur Pelindung Pantai (Pratikto,1999) erosi pantai dapat terjadi oleh berbagai

22
sebab, secara umum sebab erosi tersebut dapat dikelompokan menjadi dua hal, yaitu sebab alami
dan sebab buatan (disebabkan oleh manusia).
1. Sebab-sebab alami erosi pantai meliputi :
a. Naiknya muka air laut
Naiknya muka air laut dalam jangka panjang banyak terjadi di banyak tempat di dunia.
Kenaikan muka air laut relatif terjadi karena turunnya muka tanah (Land Subsidence) atau
karena muka air laut yang naik secara absolute. Akibat dari naiknya muka air laut tersebut,
garis pantai dapat mundur secara perlahan ke arah daratan
b. Perubahan suplai sedimen
Suplai sedimen ke daerah pantai dapat berasal dari daratan (blastic sediment) ataupun dari
laut (biogenic sediment). Berubahnya sumber sediment tersebut bias disebabkan oleh
proses alami pelapukan batuan di daratan ataupun karena berkurangnya debit sungai yang
mengangkut sediment. Berkurangya suplai sediment dari laut dapat disebabkan karena
daerah karang yang rusak ataupun terhambatnya pertumbuhan karang.
c. Gelombang Badai
Gelombang badai dapat menyebabkan erosi pantai, hal ini disebabkan oleh pada saat badai
terjadi arus tegak lurus pantai yang cukup besar mengangkut material pantai. Umumnya
proses erosi yang terjadi akibat gelombang badai iniberlangsung dalam waktu yang singkat
dan bersifat termporer, karena material yang tererosi akan tertinggal di surf zone dan akan
kembali ke pantai pada saait gelombang tenang (swell). Namun apabila batimetri pantau
tersebut terjal dan memiliki palung-palung pantai maka sediment yang terbawa tidak bias
kembali lagi ke pantai.
d. Overwash (limpasan)
Overwash terjadi apabila pasang tinggi yang disertai gelombang tinggi membentur pantai
melimpas diatas lidah pasir (dune). Akibat Overwash tersebut lidah pasir pantai akan
tererosi dan diendapkan di sisi dalam lidah pasir.
e. Angkutan sejajar pantai
Pemilihan (sorting) material pantai dapat berubah sesuai dengan gradasi butiran dan
keadaan lingkungan gelombangnya hal ini diakibatkan karena aktivitas gelombang.
Perbubahan tersebut dapat mengakibatkan berubahnya garis pantai ataupun erosi dan
akresi pantai.

23
f. Angkutan oleh angin
Erosi pantai dapat disebabkan karena terangkutnya sedimen oleh angin darat. Angin
berberan dalam mendistribusikan pasir pantai ke arah sejajar pantai, apabila suplai pasir
lebih kecil daripada kapasitas angkutan angin maka erosi pantai dapat terjadi.

2. Sebab-sebab buatan erosi pantai meliputi :


a. Penurunan tanah
Penurunan tanah dapat terjadi karena pengambilan air tanah yang tidak terkendali, ataupun
karena penambangan minyak dan bahan mineral lainnya.
b. Penggalian pasir
Salah satu sebab erosi pantai adalah penggalian pasir dan bahan mineral lainnya dari daerah
pesisir dan pantai. Penggalian tersebut akan mengurangi cadangan pasir di daerah tersebut
sehingga garis pantai dapat tererosi
c. Interupsi angkutan sejajar pantai
Hal ini dapat terjadi karena pembuatan bangunan tegak lurus pantai. Bangunan tegak lurus
tersebut dapat menahan laju angkutan angkutan sedimen dari daerah hulu, sehingga pada
bagian hilir kekurangan sediment, akibatnya akan terjadi di bagian hulu terjadi akresi dan
terjadi erosi di bagian hilir.
d. Pengurangan suplai sediment ke arah pantai
Suplai sediment kea rah pantai dapat terjadi karena aktivitas manusia di darat, seperti
pembuatan bendungan dan pengaturan aliran sungai. Karena suplai sediment berkurang
maka akan terjadi pengangkutan material pantai.
e. Pemusatan energi gelombang di pantai
Pembuatan bangunan pantai dapat menyebabkan terjadinya pemusatan energi gelombang
di daerah tersebut, hal ini dapat menyebabkan erosi.
f. Perusakan pelindung alam
Pada umumnya pantai memiliki pelindung alami seperti tumbuhan dan cadangan pasir
berupa dune. Perusakan ataupun pada pelindung alam tersebut dapat mengakibatkan daerah
pantai terbuka terhadap gelombang, sehingga daerah yang terlindung tersebut tidak
memiliki perlindungan terhadap gempuran ombak.

24
2.14 Breakwater
Pemecah gelombang atau breakwater adalah prasarana yang dibangun untuk memecahkan gelombang
atau ombak dengan cara menyerap sebagian energi gelombang. Pemecah gelombang digunakan untuk
mengendalikan abrasi yang dapat menggerus garis pantai dan juga untuk menenangkan gelombang
dipelabuhan sehingga kapal dapat merapat dipelabuhan dengan lebih mudah dan cepat.

Gambar 2.10 Breakwater

a) Reef Breakwater

Reef Breakwater Reef Breakwater adalah struktur paralel setengah tenggelam, yang
dibangun di daerah pantai guna mengurangi kekuatan gelombang ketika mencapai daerah pantai.
Hal ini dilakukan dengan menghilangkan sebagian energi gelombang ketika melewati karang.
Biasanya struktur ini dibangun dengan menggunakan struktur homogen seperti penggunaan tiang,
menggunakan armor. Struktur ini dapat didesain dengan dua jenis yaitu :

1. Dapat didesain dengan kokoh sehingga tidak dapat bergerak jika terkena ombak.

2. Juga dapat didesain secara fleksibel agar posisinya dapat ber reposisi jika terkena hantaman
gelombanng.

25
Gambar 2.11 Reef Breakwater

b) Detached Breakwater

Detachment Breakwater Detached breakwater adalah jenis pemecah gelombang yang


ditempatkan secara terpisah-pisah pada jarak tertentu dari garis pantai dengan posisi sejajar
pantai. Struktur pemecah gelombang ini dimaksudkan untuk melindungi pantai dari hantaman
gelombang yang datang dari arah lepas pantai. Prinsip kerja dari breakwater jenis ini adalah
dengan memanfaatkan defraksi gelombang. Akibat adanya defraksi gelombang akan
menimbulkan pengaruh terhadap angkutan sedimen yang dibawa, salah satunya dengan
terbentuknya tombolo di belakang posisi Breakwater. Break water jenis ini memiliki beberapa
kaunggulan dan kekurangan antara lain :

KEUNGGULAN :

• Tidak dibangun sepanjang garis pantai yang akan di lindungi sehingga volume bahan yang
lebih sedikit..

• Berfungsi juga untuk mengurangi ketinggian gelombang.

KELEMAHAN

• Proses pembuatan relatif lebih sulit dikarenakan pembangunan dilakukan terpisah dari pantai sehingga
membutuhkan teknik khusus guna menempatkan peralatan konstruksi.

• Membutuhkan waktu agar dapat bekerja sesuai dengan fungsi karena harus menunggu terjadinya
tombolo.

26
Gambar 2.12 Detached Breakwater

c) Offshore Breakwater

Merupakan struktur yang direncanakan untuk menghasilkan perlindungan terhadap aksi


gelombang pada sebuah area atau garis pantai yang berada di sisi dalam struktur tersebut. Sesuai
dengan namanya maka offshore breakwater dibangun di laut lepas (offshore). Breakwater jenis ini
biasanya diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu: • Rubble-mound breakwater • Cellular-steel
sheet-pile breakwater Yang sering digunakan dari tipe offshore breakwater ini adalah konstruksi
rubblemound. Bahan material kayu dan beton caisson juga dapat digunakan dalam konstruksi
breakwater. Variasi dari offshore breakwater adalah breakwater yang mengambang/mengapung.
Struktur ini didesain terutama untuk melindungi pelabuhan kapal kecil dan tidak
direkomendasikan untuk aplikasi pada pantai terbuka.

Gambar 2.12 Offshore Breakwater

27
BAB III
METODOLOGI
3.1 Parameter pada Lokasi

28
3.2 Fungsi dari bangunan breakwater
Pengurangan tenaga gelombang yang menghantam pantai dapat dilakukan dengan membuat
bangunan pemecah gelombang sejajar pantai (Offshore Breakwater). dengan adanya breakwater
gelombang yang datang akan menghantam pantai sudah pecah pada suatu tempat yang agak jauh
dari pantai, sehingga energi gelombang yang sampai di pantai cukup kecil. Breakwater juga
digunakan untuk menahan sedimen yang kembali ke laut yang disebabkan oleh arus laut (onshore-
offshore transport). Lama-kelamaan sedimen yang tertahan tersebut menumpuk dan membentuk
tombolo, tombolo ini nantinya berfungsi sebagai penahan sedimen sejajar pantai, tapi
pembentukan tombolo ini memakan waktu yang lama.

3.3 Pengumpulan Data

Data angin.
Jika tidak diperoleh data pengukuran langsung, data angin dapat pula
dipergunakan untuk menaksir tinggi gelombang lepas pantai, menggunakan berbagai
persamaan empiris. Untuk tujuan perancangan, suatu prosedur yang disederhanakan adalah
sbb. :
1. Pilih periode ulang yang terkait dengan usia layan struktur;
2. Analisislah data angin untuk menentukan rerata kecepatan angin setiap jam menurut
periode ulangnya;
3. Tentukan fetch efektif untuk setiap arah kompas;
4. Dapatkan kondisi-kondisi gelombang lepas pantai (Hso, Ts).

Data Batimetri Lokasi


Dalam rangka menentukan kondisi-kondisi gelombang di lokasi, adalah perlu
untuk memperhitungkan efek-efek modifikasi akibat kedalaman air yang semakin dangkal
ketika gelombang semakin mendekati pantai.

Dua efek modifikasi ini adalah refraksi gelombang dan ‘shoaling’ gelombang. Kedua efek
tersebut menjadikan ekspresi Hs efektif sbb. :

29
Hs = Kr.Ks.Hso

Koefisien refraksi Kr memperhitungkan modifikasi tinggi gelombang akibat penyebaran


atau penggabungan gelombang ketika mendekati kontur dasar laut yang semakin dangkal.
Nilai Kr karenanya adalah khas untuk setiap lokasi. Untuk garis pantai yang lurus dan
kontur dasar laut paralel, tinggi gelombang cenderung mengecil. Sementara itu untuk garis
pantai yang menjorok ke laut akan mengalami efek yang sebaliknya. Nilai-nilai yang teliti
dapat diperoleh lewat analisis refraksi, tetapi untuk keperluan estimasi kasar dapat
dianggap Kr mendekati 1,0. Umumnya berlaku

0.5 < Kr < 1.0 embayment, garispantai lurus


1.0 < Kr < 1.5 promontory, garispantai menjorok

Koefisien shoaling (Ks) memperhitungkan modifikasi tinggi gelombang akibat perubahan


kedalaman air ketika mendekati garis pantai.
Data Pasang Surut
Kejadian pasang surut yang sering juga disebut dengan pasut merupakan kejadian proses
naik dan turunnya pasar laut secara periodik yang ditimbulkan oleh adanya gaya tarik
menarik dari benda-benda angkasa, yang terutama sekali disebabkan oleh gaya tarik
matahari dan gaya tarik bulan terhadap massa air di bumi. Proses kejadian pasang surut dapat
dilihat secara langsung kalau kita berada di pantai. Gerakan naik turunnya permukaan air
yang secara periodik juga mempengaruhi akitifitas kehidupan manusia yang ditinggal
didaerah pantai. Seperti pelayaran, pembangunan dermaga di daerah pantai, akitifitas para
nelayan, dan sebagainya.

30
3.4 Flow Chart

31
BAB 4
ANALISIS DATA

4.1 Perhitungan Wave Set Up


Telah diketahui data sebagai berikut :
Slope 1:50
Water Depth 12.68 m
H 8.80 m
MHWL 0.8 m
MSL 0.65 m
MLWL 0.4 m
Tmo 9.7 s
Top 11.6 s
Concrete Dencity 2400 kg/m3
Rock Density 2670 kg/m3
Water Density 1022 kg/m3
Type of BW Unit TETRAPOD

Dengan Formula ;

L0 = 1.56 x T2 (m)

C0 = L0 / T (m/s)

C = L/T (m/s)

sin a = (C / C0) x sin a0

Kr = (cos a0 / cos a)0.5

Ks = (n0 x L0 / n x L)0.5

H = Ks x Kr x H0 (m)

Dengan keterangan ;

d : kedalaman (m)

32
Periode
T : (s)
gelombang

tinggi gelombang laut


H0 : (m)
dalam

panjang gelombang
L0 : (m)
laut dalam

cepat rambat
C0 : (m/s)
gelombang laut dalam

sudut datang gelombang


a0 : laut dalam terhadap garis (°)
pantai

sudut datang gelombang


a : pada kedalaman yang (°)
ditinjau

cepat rambat gelombang


C : pada kedalaman yang (m/s)
ditinjau

panjang gelombang pada


L : (m)
kedalaman yang ditinjau

tinggi gelombang pada


H'0 : kedalaman yang ditinjau (m)
akibat refraksi

koefisien
Kr :
refraksi

koefisien shoaling
Ks :
(pendangkalan)

33
Kemudian didapatkan perhitungan sebagai berikut ini ;

d H0 T a0 n0 sin a0
(m) (m) (s) (°)
0,40 8,80 9,70 45 0,50 0,71

cos a0 L0 C0 d/L0 d/L0 d/L0


(m) (m/s) Atas Bawah
0,71 146,78 15,13 0,0027 0,00272 0,00268

d/L d/L d/L L C1


sin a
Atas Bawah (m) (m/s)
0,00280 0,002726 0,002809 142,38 14,68 0,69

a H'0
cos a Kr Ks
(°) (m)
43 0,73 0,986 1,583 8,67

4.2 Kenaikan Muka Air Karena Gelombang (Wave Set Up)


Dengan menggunakan persamaan empiris yang dikembangkan oleh Longuet-Higgins dan
Stewart (SPM Vol I, 1984), kita dapat memprediksi berapa kenaikan elevasi muka air rerata
pada kedalaman dangkal akibat gelombang pecah (Sw).
Dengan Formula sebagai berikut ;

Keterangan ;

Hb = Tinggi gelombang pecah (m)

Periode
T = (s)
gelombang

34
Percepatan
g = (m/s2)
gravitasi

Set-down di daerah gelombang


Sb = (m)
pecah

Set-up di daerah gelombang


Sw = (m)
pecah

Hb(m) T(s) db Sb (m) Sw (m)


6,750 9,700 8,639555 -0,063 0,973

4.3 Pemanasan Global


Menurut Gambar 4.9. Buku Teknik Pantai Bambang Triatmodjo Hal. 115. Untuk perkiraan
muka air laut pada tahun 2069 adalah 40 cm = 0,4 m
4.4 Analisis Gelombang di Air Laut Dalam
Ketika gelombang datang dari laut dalam menuju perairan dangkal, kemiringan gelombang
akan mencapai batas maksimumnya sebelum akhirnya pecah (dampak pendangkalan).
Oleh Munk (1940), hubungan antara kedalaman terjadinya gelombang pecah (db) dengan
tinggi gelombang saat pecah (Hb) dituliskan dalam persamaan 2-90 dan 2-91, SPM Vol I.

𝐇𝐛 𝟏
=
𝐇′𝟎 𝟑. 𝟑 × √𝐇′𝟎 /𝐋𝟎
𝟑
(Eq. 2-90) (m)

𝐝𝐛
= 𝟏. 𝟐𝟖
(Eq. 2-91) 𝐇𝐛 (m)

𝐇′𝟎 = 𝐊 𝐫 × 𝐇𝟎
(Section III.A) (m)

Dengan,
Hb = Tinggi gelombang saat pecah (m)
H'0 = Tinggi gelombang refracted (m)
L0 = Panjang gelombang laut dalam (m)
db = Kedalaman saat gelombang pecah (m)
H0 = Tinggi gelombang laut dalam (m)
Kr = Koefisien refraksi

35
Slope Pantai 1:50 = 0,02

H0 T H'0
m Kr H'0/gT2 Hb/H'0
(m) (s) (m)
0,02 8,80 9,70 0,986 8,6768 0,00941 0,777897

Hb db Cb
Hb/gT2 a b db/Hb
(m) (m) (m/s)
6,749652 0,00732 13,83106 4,934545 0,206898 8,639555 9,206196

4.5 Run Up
Bilangan
Irribaren
Ir = tan θ / (H'0/L0)0,5
dimana
Ir = Irribaren number
Sudut kemiringan sisi pemecah
θ = (°)
gelombang
H'0 = Tinggi gelombang di lokasi bangunan (m)
L0 = Panjang gelombang di laut dalam (m)

Bilangan
Irribaren
Ir = 2,06

Dari Gambar 7.33. untuk Batu


Pecah
Ru/H'0 = 0,9
Ru = 7,8 meter

Dari Gambar 7.33. untuk Tetrapod


Ru/H'0 = 0,71
Ru = 6,2 meter

36
4.6 Desain Breakwater
Penentuan struktur breakwater berdasarkan kedalaamn air dan data surt, run-up dan elevasi puncak
gelombang.

HWL MSL LWL


1,10 0,65 0,10

dHWL dMWL dLWL


10,10 9,65 9,10

Penentuan kondisi gelombang

tan (ϴ) H (m) Lo (m)


0,5 8,68 146,78

Ir Ru/H Ru
2,06 0,71 6,2

37
Sb Sw
Hb(m) T(s) db (m) (m)
6,750 9,700 8,600 -0,063 0,973

Penentuan Elevasi Puncak Gelombang.

Mencari DWL
HHWL Sw SLR DWL
1,10 0,973 0,5 2,57

Mencari ELP
DWL Ru Hu ELP
2,57 6,2 0,5 9,27

Perancangan Detail Struktur.

Ho H Hb Lo T g Zo
8,80 8,68 6,750 146,78 9,70 9,81
MSL db MLWL LLWL HHWL MHWL
0,65 8,600 0,40 0,10 1,10 0,80

Tinggi Keseluruhan Breakwater


H
ELP dLWL
breakwater
9,27 9,10 18,37

Jenis Batuan

38
Spesifikasi Tetrapod

39
Perhitungan Primary Layer.

Perhitungan Secondary Layer

Perhitungan Core Layer

Perhitungan Toe Layer

40
Didapatkan Data sebagai berikut :

Data Value unit


Yr 2,4 t/m3
YR air laut 1,025
Hgel 8,68 m
Kd Lee 8
Kd Head 5,5
Cot ϴ 2

1,04
Tetrapod
KΔ Kubus 1,04
A 10 m2
P
50
Tetrapod
P Kubus 50
nt 2 lapis

Sehingga didapatkan perhitungan, sebagai berikut ini ;

HEAD LEE
Berat butir (W) Berat butir (W)

= 59,11 ton = 40,64 ton


Lebar Puncak Lebar Puncak
(B) (B)

= 6,05 m = 5,34 m
Tebal Layer Tebal Layer

= 6,05 m = 5,34 m
Jum. Butir per Jum. Butir per
10m2 10m2

= 1 butir = 2 butir

Dimensi Tetrapod (W/Yr)^1/3 2,909444

41
Secondary Layer
HEAD LEE
Berat butir (W) Berat butir (W)

= 5,91 ton = 4,06 ton


Tebal Lapisan Tebal Lapisan
Filter Filter

= 2,81 m = 2,10 m
Jum. Butir per Jum. Butir per
10m2 10m2

= 6 butir = 7 butir
Dimensi kubus (W/Yr)^1/3 1,350444

Core Layer
Berat butir (W) Berat butir (W)

= 0,296 ton = 0,203 ton


Jum. Butir per Jum. Butir per
10m2 10m2

= 42 butir = 54 butir
Dimensi batuan (W/Yr)^1/3 0,497508

42
Toe Layer
HEAD LEE
Berat butir (W) Berat butir (W)

= 5,91 ton = 4,06 ton


Lebar Puncak Lebar Puncak

= 4,21 m = 3,72 m
Jum. Butir per Jum. Butir per
10m2 10m2

= 6 butir = 7 butir
Tinggi Berm Tinggi Berm

= 2,70 m = 2,38 m

43
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari pengerjaan perancangan bangunan pelindung pantai
breakwater ini adalah, telah didapatkan data dimensi Breakwater yang dirancang, yaitu
sebagai berikut ;
Tinggi breakwater 18,37318
Lebar Alas Head 74
Lebar Alas Lee 72,5
Lebar puncak 6,051643
Head
Lebar Puncak Lee 5,341102
Panjang 150
Breakwater

44
DAFTAR PUSTAKA

Pratikno, W. A., Suntoyo, Sholihin, & Kriyo S. 2013. Struktur Perlindungan Pantai. Surabaya.
Surabaya: Medisa.
Triatmodjo, B. 1999. Teknik Pantai. Cetakan 5. Yogyakarta: Beta Offset.

45
HEAD
6.0503

PRIMARY LAYER

SECONDARY
MSL 18.3700

6.0500 CORE LAYER 6.0500


4.2000 4.2000
2.8100 2.8100
2.7000 2.7000

74.0000
LENGAN
5.3400

Primary Layer
MSL
Secondary
18.3000
5.3400

2.1000 Core Layer


3.7200 2.1000 5.3400 3.7200
2.3800 2.3800

72.5000

Anda mungkin juga menyukai