BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Breakwater atau pemecah gelombang merupakan bangunan yang berfungsi
sebagai pemecah gelombang. Gelombang yang datang mengenai breakwater akan
terpecah, sehingga tempat yang dilindungi break water akan menjadi perairan
yang tenang.
Kelompok TRB (Tugas Rancang Besar) 1 kami memilih untuk membuat
suatu perancangan breakwater untuk dermaga Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI)
dengan daerah perencanaan di Kota Tegal.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari Tugas Rancang Besar I ini adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
1.3. Lokasi
Lokasi yang kami pilih adalah daerah Kota Tegal, Jawa Tengah karena pada
daerah tersebut merupakan daerah perairan terbuka dan pada daerah tersebut
banyak perahu nelayan yang bersandar. Sehingga diperlukan breakwater untuk
menjaga perairan di sekitar agar tetap tenang. Penentuan jenis bangunan
didasarkan data daerah tersebut yang kami dapatkan.
Peramalan gelombang :
a) Analisa data angin, dengan membuat wind rose (mawar angin),
menentukan kecepatan angin dominan.
b) Menghitung fetch efektif untuk mengukur panjang pembangkitan
gelombang oleh angin.
c) Mentranformasikan data angin menjadi data gelombang.
d) Menghitung tinggi dan periode gelombang signifikan.
2.
3.
4.
Perhitungan sedimentasi
5.
6.
Perhitungan material
a) Berat batu butir lapisan pelindung primer dan sekunder
b) Tebal lapisan pelindung primer dan sekunder
c) Jumlah batu pelindung primer maupun sekunder
7.
BAB II
DASAR TEORI
Masalah yang ada di pantai adalah erosi yang menimbulkan kerugian sangat
besar dengan rusaknya kawasan pemukiman dan fasilitas-fasilitas di daerah
tersebut. Untuk menanggulangi erosi pantai langkah pertama yang harus di
lakukan adalah mencari penyebab terjadinya erosi.
Cara menanggulangi erosi di pantai (abrasi) adalah membangun bangunan
pelindung pantai, bangunan tersebut digunakan untuk melindungi pantai dari
serangan gelombang dan arus, menurut B.Triatmodjo (1999) terdapat beberapa
cara dalam melindungi pantai, yaitu:
1.
2.
3.
4.
oleh berbagai sebab, secara umum sebab erosi tersebut dapat dikelompokan
menjadi dua hal, yaitu sebab alami dan sebab buatan (disebabkan oleh manusia).
1.
lepas diperlukan suatu bangunan pelindung. Salah satu bangunan pelindung pantai
tersebut adalah breakwater. Breakwater adalah suatu bangunan pantai yang
bertujuan untuk mematahkan atau menahan energi gelombang yang datang
menuju pantai sehingga karakteristik gelombang yang datang sesuai dengan yang
direncanakan atau disyaratkan. Fungsi dari bangunan ini adalah untuk menahan
atau melindungi pelabuhan dari serangan gelombang. Bangunan tersebut biasanya
terbuat dari tumpukan batu, beton ataupun baja sesuai dengan type breakwaternya.
Breakwater merupakan bangunan yang digunakan untuk melindungi daerah
pelabuhan dari gangguan gelombang. Bangunan ini memisahkan daerah perairan
dari laut bebas, sehingga perairan pelabuhan tidak banyak dipengaruhi oleh
gelombang besar di laut. daerah perairan dihubungkan dengan laut oleh mulut
pelabuhan dengan lebar tertentu, dan kapal dapat keluar masuk pelabuhan melalui
celah tersebut. Dengan adanya breakwater ini daerah perairan pelabuhan menjadi
tenang dan kapal bisa melakukan bongkar muat barang dengan mudah. Dalam
merencanakan breakwater, air yang melimpas (overtopping) juga menjadi bahan
pertimbangan,
jika
struktur
yang
tak
mengijinkan
overtopping
biaya
Struktur yang di bangun di pantai dan sejajar dengan garis pantai, yakni
dinding pantai atau revetment, Sea wall, Bulk head;
2.
Struktur yang di bangun tegak lurus dengan pantai dan sambung ke pantai
yakni jetty dan groin;
3.
2.2 HIDROOCEANOGRAFI
2.2.1 Angin
Data angin yang digunakan untuk peramalan gelombang adalah data
dipermukaan laut pada lokasi pembangkitan. Data tersebut dapat diperoleh dari
lokasi pengukuran langsung di atas permukaan laut atau pengukuran di darat
didekat lokasi peramalan yang kemudian dikonversi menjadi data angin di laut.
Kecepatan angin diukur dengan anemometer, dan biasanya dinyatakan dalam
satuan knot. Satu knot adalah panjang satu menit garis bujur melalui katulistiwa
yang ditempuh dalam satu jam, atau 1 knot = 1,852 km/jam = 0,5 m/detik. Data
angin dicatat tiap jam dan disajikan dalam bentuk tabel. Dengan pencatatan angin
berjam-jam tersebut akan dapat diketahui angin dengan kecepatan tertentu dan
durasinya, kecepatan angin maksimum, arah angin, dan dapat pula dihitung
kecepatan angin rerata harian.
Jumlah data angin yang disajikan dalam bentuk tabel biasanya merupakan
hasil pengamatan beberapa tahun dan datanya begitu besar. Untuk itu data tersebut
harus diolah dan disajikan dalam bentuk tabel ringkasan (diagram). Data angin
dapat diperoleh dari pencatatan di permukaan laut dengan menggunakan kapal
yang sedang berlayar atau pengukuran di darat yang biasanya di bandara
(lapangan terbang). Pengukuran data angin dipermukaan laut adalah yang paling
= 2,16 Us 7/9
Dengan :
U
= RT . RL (U10)L
Dengan :
RT = Koreksi akibat perbedaan temperatur antara udara dan air (Gb. 1.1)
RL = Koreksi terhadap pencatatan angin yang dilakukan di darat (Gb.1.2 )
(U10)L = Kecepatan angin pada ketinggian 10 m di atas tanah (land).
F eff =
Dengan :
F eff = Fetch effektif
Xi
= Panjang fetch
10
Muka air tinggi (high water level, HWL), muka air tertinggi yang dicapai
pada saat air pasang dalam satu siklus pasang surut.
2.
Muka air rendah (low water level, LWL), kedudukan air terendah yang
dicapai pada saat air surut dalam satu siklus pasang surut.
3.
Muka air tinggi rerata (mean high water level, MHWL), adalah rerata dari
muka air tinggi selama periode 19 tahun.
4.
Muka air rendah rerata (mean low water level, MLWL), adalah rerata dari
muka air rendah selama periode 19 tahun.
5.
Muka air laut rerata (mean sea level, MSL), adalah muka air rerata antara
muka air tinggi rerata dan muka air rendah rerata. Elevasi ini digunakan
sebagai referansi untuk elevasi di daratan.
6.
Muka air tinggi tertinggi (highest high water level, HHWL), adalah air
tertinggi pada saat pasang surut purnama atau bulan mati.
7.
Muka air rendah terendah (lowest low water level, LLWL), adalah air
terendah pada saat pasang surut purnama atau bulan mati.
11
Higher high water level, adalah air tertinggi dari dua air tinggi dalam satu
hari, seperti dalam pasang surut tipe campuran.
9.
Lower low water level, adalah air terendah dari dua air rendah dalam satu
hari.
Pada umumnya tipe pasang surut di perairan ditentukan dengan menggunakan
= 0.26 1.50 ; pasut bertipe campuran dengan tipe ganda yang menonjol
O1 = unsur pasut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan
K1 = unsur pasut tunggal yang disebabkan oleh gaya tarik matahari
M2 = unsur pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan
S2 = unsur pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik matahari
12
A(t) = Amplitudo
So = Tinggi muka laut rata-rata (MSL)
An = Amplitudo komponen harmonis pasang surut.
Gn = Phase komponen pasang surut
n
= waktu
Bench
mark
Elevasi di atas
duduk tengah
elevasi datum
Gambar 2.3. Macam permukaan air laut yang digunakan sebagai datum referensi
Penentuan tinggi dan rendahnya pasang surut ditentukan dengan rumusrumus sebagai berikut :
1. Muka Surutan
Muka surutan (Zo) merupakan sebuah bidang khayal yang diletakkan
serendah mungkin.
2. Duduk Tengah
Secara umum istilah duduk tengah permukaan laut (disingkat : Duduk
Tengah; dalam bahasa Inggris disebut Mean Sea Level) sebagai titik nol.
13
= Zo +
= Komponen Pasang surut , M2 , S2 , N1 , P2 , O1 , K1
= Zo -
14
x
L
b
sin
dimana
KR =
15
16
Arah Gelombang
Rintangan
A
Titik yang ditinjau
gelombang di titik yang terletak di daerah terlindung dan tinggi gelombang datang
(r/L) disebut koefisien difraksi KD.
17
Ks =
18
Ks =
(Bambang Triatmojo)
Dimana harga no = 0,5 (di dalam laut), n, Lo, L di dapat pada tabel L-1.
2.3. STABILITAS PEMECAH GELOMBANG.
Menurut Yuwono (1982) penyebab kegagalan utama bangunan pemecah
gelombang monolit adalah :
a)
Penggulingan (overturning).
19
20
Tahanan geser dari massa tanah pada setiap titik sepanjang bidang longsor
tidak tergantung dari orientasi permukaan longsoran, atau dengan kata lain
kuat geser tanah dianggap isotropis.
21
S=
Dimana :
S = Settlement ( m )
Cc = Indeks penyusutan
Pc = Tegangan prakonsolidasi ( Ton/m2 )
Po = Tegangan effektif ( Ton/m2 )
H = Tinggi tanah pada saat tegangan effektif bekerja
22
Tahanan geser dari massa tanah pada setiap titik sepanjang bidang longsor
tidak tergantung dari orientasi permukaan longsoran, atau dengan kata lain
kuat geser tanah dianggap isotropis.
Perumusan untuk menghitung pergeseran tanah dasar ( sliding ) tersebut
diberikan oleh Bishop maupun Fellenius dengan indikasi adanya angka keamanan
( SF ) yang di hitung dengan metode irisan ( slice method ), seperti rumus berikut
ini :
n p
m. (n)
SF
n p
Wn. sin
n 1
Dimana :
SF = Faktor keamanan
C
23
24
Rs = gaya hidrostatis
Momen gaya hidrostatis
Stabilitas guling
>2
> 1,5
25
26
BAB III
METODOLOGI
Mulai
2.
Studi literatur
3.
Mengumpulkan data
4.
Analisa data
a) Angin
b) Fetch
c) Periode ulang
d) Refraksi
e) Tinggi dan periode gelombang pecah
f)
Sedimen
Pasang surut
6.
Analisa stabilitas
a) Settlement
b) Sliding
c) Stabilitas guling dan geser
7.
Laporan
8.
Selesai
27
4.1
Secara administrasi lokasi daerah studi adalah Pantai Desa Muara Reja :
Kota
: Tegal
Provinsi
: Jawa Tengah
4.2
dipermukaan laut pada lokasi pembangkitan. Data terebut dapat diperoleh dari
pengukuran langsung di atas permukaan laut atau pengukuran di darat di dekat
lokasi pengukuran. Resume data angin maksimum yang dapat disajikan dapat
dilihat pada tabel dibawah ini, sementara pada gambar selanjutnya disajikan Wind
Rose di sekitar pantai Tegal.
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Kejadian Angin September 2006 Oktober 2009
28
Data angin yang disebutkan dalam tabel diatas adalah data angin dari hasil
pengukuran didarat, sehingga perlu dilakukan konversi agar menjadi data angin
laut. Diperlukannya koversi karena nantinya data angin laut ini dapat digunakan
untuk menghitung besarnya pembangkit gelombang.
4.3
berikut:
1. Mengukur panjang jari-jari fetch berdasarkan gambar peta lokasi yang ada
dan menghitung panjang segmen fetch (Xi dalam km).
2. Menghitung besarnya fetch effektif
Di dalam tinjauan pembangkitan gelombang di laut, fetch di batasi oleh
bentuk daratan yang mengelilingi laut. Arah angin yang berpengaruh terhadap
fetch pada daerah pantai Muarareja adalah arah angin dari arah 90 (Utara). Dari
pengukuran yang dilakukan didapatkan hasil seperti tabel dibawah ini. Setelah itu
dihitung panjang fetch effektif menggunakan persamaan berikut :
F eff =
Dengan :
Xi
= panjang Fetch
29
cos a
Xi (km)
Xi cos a
42
36
30
24
18
12
6
0
6
12
18
24
30
36
42
0,74
0,81
0,87
0,91
0,95
0,98
0,99
1,00
0,99
0,98
0,95
0,91
0,87
0,81
0,74
13,51
56,22
55,63
53,88
49,60
47,74
57,24
68,33
61,74
51,85
43,03
45,11
46,86
53,65
58,21
55,83
525,91
520,39
504,02
463,99
446,59
535,45
639,20
577,55
485,03
402,53
421,98
438,35
501,87
544,53
522,26
390,83
421,01
436,50
423,87
424,73
523,75
635,69
577,55
482,38
393,73
401,33
400,46
434,63
440,53
388,12
6775,10
F eff =
501,45380
km =
501453,80 M
F eff =
X cos
i
Dimana :
cos
Xi : panjang fetch (km)
: sudut deviasi
30
Setelah Mengetahui besarnya Feff dan kecepatan angin, maka kita dapat
melakukan peramalan tinggi dan periode gelombang yang terjadi di laut dalam.
Tinggi dan periode gelombang dapat dihitung berdasarkan roemula menurut SPM
(Shore Protection Manual), 1984 vol.1 sebagai berikut :
dimana :
Ho
To
= durasi gelombang
= faktor tegangan angin
31
Hrms
Hs
Havg
Tavg
UW
UL
No
1
2
3
4
5
UL
knots
2
3
4
5
6
22
UL
m/s
1,03
1,55
2,06
2,58
3,09
Rt
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
90
No
1
2
3
4
5
n
0,01636
0,27625
0,00000
0,00281
0,00159
0,2970
Hrms
n x H02 ( m )
0,00514
0,12607
0,00000
0,00435
0,00353
0,1391
0,68
RL
1,83
1,42
1,50
1,40
1,35
UW
m/s
1,88
2,19
3,09
3,61
4,17
H0 1/3( m )
Hrms
UA
m/s
1,55
1,87
2,84
3,44
4,11
= 1,42 x Hrms
H0 1/3( m )
0,68
0,97
Trms
T0 1/3 ( s )
Hrms =
0,68 m
Trms =
1,81 Detik
H(1/3) =
0,97 M
T (1/3)=
2,57 Detik
T avg =
6,54 Detik
H avg =
1 m
F eff ( m )
501453,80
501453,80
501453,80
501453,80
501453,80
90 0
H0 ( m )
0,56
0,68
1,03
1,24
1,49
5,00
T0 ( s )
5,48
5,83
6,70
7,13
7,57
32,70
n x T02 ( s )
0,491
9,384
0,000
0,143
0,091
10,11
1,81
2,57
32
m
1
2
3
4
5
Hsm (m)
1,49
1,24
1,03
0,68
0,56
4,999
K
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
P
0,9024
0,7182
0,5341
0,3499
0,1657
2,6703
ym
Hsm x ym
ym2
2,327
3,465
5,414
1,267
1,576
1,604
0,764
0,786
0,583
0,431
0,291
0,185
0,181
0,102
0,033
4,969
6,220
7,820
Tabel 4.4 Periode Ulang
(Hsm - Hr)2
0,2394
0,0598
0,0009
0,1051
0,1930
0,5982
H^sm
1,579
1,118
0,900
0,755
0,647
4,999
Keterangan :
P
Hsm
33
Hsm - H^sm
-0,090
0,126
0,130
-0,080
-0,086
NT
Hnr
Snr
Sr
sHs
Tr
(tahun)
5
10
15
20
25
yr
(tahun)
1,609
2,303
2,708
2,996
3,219
Hsr
(m)
1,267
1,568
1,744
1,869
1,966
nr
1,700
2,547
3,048
3,405
3,682
0,657
0,985
1,179
1,317
1,424
Hsr - 1.28 x r
(m)
0,426
0,307
0,235
0,184
0,144
Hsr + 1.28 x r
(m)
2,108
2,829
3,253
3,555
3,789
= 1,267 m
= 1,568 m
= 1,744 m
= 1,869 m
= 1,966 m
konstanta
harmonik untuk menentukan jenis pasang surut dan didapatkan ketinggian pasang
maksimum untuk perhitungan selanjutnya.
34
MSL
= 0,6 m
MHWL
= 0,86 m
HHWL
= 1,02 m
MLWL
= 0,34 m
LLWL
= 0,18 m
HWL
= 1,11 m
LWL
= 0,51 m
Hs
0,970
Ts
2,570
35
Lo
Kr
= Koefisien refraksi.
Ks
= Koefisien pendangkalan.
Ho'
36
= H x Kr ................................................................... (4.25)
= dbmin / Hb (4.27)
Cb
= ( g x db )0.5 (4.28)
dimana :
Ho
Kr
= koefesien refraksi
Hb
Cb
= percepatan gravitasi
db
perhitungan terlampir.
Tabel 4.6 Rata-Rata Gelombang Pecah
arah
Hb rata2
90
Cb rata2
1,606
db rata2
3,755
0,456
4.9 Sedimentasi
Untuk
mendapatkan
gambaran
tentang
transpor
sedimentasi
yang
mempengaruhi garis pantai akibat gelombang, maka perlu adanya analisa transpor
sedimentasi. Analisa transpor sedimen dilakukan ketika sebelum dibangunnya
struktur pelindung pantai. Hal ini bertujuan untuk mengetahui perpindahan
angkutan sedimentasi sepanjang pantai. Sedangkan cara untuk mencari
perpindahan angkutan sedimentasi sepanjang pantai menggunakan berbagai
metode dibawah ini :
V = 1,17 (g Hbx)0,5 sin b cos b
Dimana:
V
37
= kecepatan gravitasi
Hbx
Arah
90
Hbx
9,81
1,606
V (m/s)
70,00
1,493
Dimana:
Qs
P1
Arah
90
Hbx
Cbx
Kondisi
g/8
Hbx
Hbx2
Cbx
Normal
1,257
1,606
2,579
3,755
70,0
Sin b
Cos b
P1
Qs
0,940
0,342
3,912
504,692
2.
Tentukan bentuk garis pantai awal (dalam hal ini menganalisa sepanjang
4900 m garis pantai).
38
Bagi garis pantai dalam sejumlah sel (dalam hal ini dibagi menjadi 49 pias
dengan jarak per 100 m).
4.
Tentukan berbagai sumber sedimen dan sedimen yang hilang pada seluruh
pias.
5.
Hitung transpor sedimen pada setiap pias berdasarkan tinggi dan periode
gelombang serta sudut datang gelombang.
kedalaman tempat gelombang pecah (db), celerity gelombang pecah (cb) dan
sudut gelombang pecah.
Berdasarkan data diatas selanjutnya dilaksanakan perhitungan budget sedimen
dan perubahan garis pantai dengan menggunakan program komputer pada tiaptiap pias untuk waktu tertentu. Perhitungan terlampir.
Grafik 4.4 Perubahan Garis Pantai Kota Tegal
39
0,536.Hb
2/3
1/ 2
g T
Sw
= Ds Sb
DS
= 0,15 db
db
= 1,28 Hb
Sw
= 0,19 (1 2,82(Hb/gt2)0,5)Hb
Dimana:
Sw
Sb
= periode gelombang
Hb
db
40
Hb(m)
1,606
T(s)
2,570
db
0,456
Sb (m)
0,091
Sw (m)
0,170
HHWL(m)
E.rencana
2,18
2,350
41
Ir =
Dimana:
Ir
= bilangan irribaren
d(m)
H (m)
Lo (m)
90
-1
0,972
9,123
tg
0,5
Ir
1,532
Ru/H
0,75
Ru ( m )
0,729
42
Ru
= run up gelombang
Pg
Hu
= tinggi breakwater
Ed.L
HHWL(m)
Ru (m)
Pg (m)
2,18
0,729
Hu (m)
0,25
El. P (m)
Ed.L (m)
H.B(m)
3,16
-1
4,16
H Breakwater
(m)
-1,000
(m)
4,159
W=
Kd .( Sr 1).... cot
Sr = a
Dimana:
43
Kd
W (kg)
447,0
W10 (kg)
44,70
W200 (kg)
2,24
W (kg)
223,5
W10 (kg)
22,4
W200 (kg)
1,117505
B nk
t = n . k. [ W r)1/3
P
r
N = A n k[ 1- 100) ( W )2/3
44
= lebar puncak
ts
Perhitungan terlampir.
45
BAB VI
ANALISA STABILITAS STRUKTUR
6.1. SETTLEMENT
Perhitungan settlement diperlukan untuk menghindari kerusakan bangunan
laut akibat penurunan tanah yang tidak diperhitungkan pada perencanaan
pembangunannya, akibatnya bangunan dapat mengalami keretakan dan akhirnya
runtuh. Untuk menghitung setlement diperlukan data investigasi tanah dilokasi.
Dari data (terlampir) kita dapat menghitung besar settlement yang terjadi di
tempat dibangunnya breakwater maupun revetment. Dengan rumus berikut maka
besar settlement yang akan terjadi dapat dihitung:
Perhitungan menggunakan over consolidated karena tanah berada dibawah
pemukaan air dimana tanah selalu (pernah) mendapatkan tegangan (adanya
tegangan prakonsolidasi). Perhitungan setiap detail potongan ditunjukkan di
bagian lampiran. Dari perhitungan didapatkan bahwa struktrur akan mengalami
penurunan sebesar 0,843 m dalam 5,53 tahun atau 0,015 m/tahun.
6.2 ANALISA SLIDING
Analisa sliding penting dilakukan untuk menghitung kestabilan bangunan laut
yang kita bangun dari kelongsoran yang terjadi serangan ombak atau hal yang
lain. Untuk menentukan apakah bangunan yang akan kita bangun itu satabil atau
tidak maka kita harus menghitung nilai safe faktornya ( SF ). Dari hasil
perhitungan didapatkan SF = 2645,612 > 1.dimana jika:
SF < 1 : breakwater tidak stabil
SF = 1 : breakwater keadaan kritis
46
= Rm x (ds +
= 0,83x (1 +
= 0,83 x 1,3
= 1,07 tm
2. perhitungan gaya hidrostatis
Rs
= x 1,025 x 6,79
= 1,15 tm
47
= 3 x 0,68
= 2,04 m2
=(
x 4,15
= 3,02 x 4,15
= 12,53 m2
4
= 2,02 x 1,35
= 2,72 m2
= 2,02 x 2,8
= 5,65 m2
= 12,53 m2
= 2,04 m2
= 0,35 m2
Gaya
1
2
3
4
5
6
7
8
Rs
Rm
Jumlah
Luas (m2)
0,35
2,04
12,53
2,72
5,65
12,53
2,04
0,35
V (ton)
0,77
4,488
27,566
5,984
12,43
27,566
4,488
0,77
H (ton)
Lengan (m)
0,34
0,34
2,41
0,67
1,4
2,41
0,34
0,34
3,46
0,83
84,062
4,29
Tabel 6.1 Perhitungan stabilitas
MV (ton m)
0,2618
1,52592
66,43406
4,00928
17,402
66,43406
1,52592
0,2618
MH (ton m)
1,15
1,07
2,22
157,85484
>2
= 157,85/2,22 > 2
48
(OK)
> 1,5
(OK)
49
BAB VII
KESIMPULAN
Dari analisa data yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa
untuk perencanaan breakwater di daerah Pantai Muarareja Kota Tegal didapatkan :
1. Kecepatan angin yang paling dominan terdapat di arah utara
2. Panjang fetch effektif yang dominan terdapat pada arah utara 501453,80 m
3. Tinggi gelombang signifikan periode ulang 25 tahun sebesar 1,966 m
4. Elevasi muka air pasang surut
MSL
= 0,6 m
MHWL
= 0,86 m
HHWL
= 1,02 m
MLWL
= 0,34 m
LLWL
= 0,18 m
HWL
= 1,11 m
LWL
= 0,51 m
5. Perhitungan analisa refraksi didapat hasil sebagai berikut dari arah utara
dengan Ho = 0,97 m dan Lo = 10,3 m didapat H =0,972 m dan L = 10,309 m
pada kedalaman 10 m.
6. Hasil perancangan detail struktur adalah sebagai berikut :
50
Dari analisa guling dan geser memberikan hasil struktur mempunyai masing-
masing SF > 2 dan SF > 1,5 sehingga struktru akan tetap stabil dari bahaya
kelongsoran.
51
DAFTAR PUSTAKA
52