Anda di halaman 1dari 17

NAMA : GUSMIARNI

NIM : 105811117517
KELAS: SIPIL 6-D

PERENCANAAN BANGUNAN PANTAI


1. Beberapa Defenisi dan Bangunan Pantai (1x pertemuan)
1.1. Definisi Pantai

Beberapa pengertian yang berkaitan dengan masalah pengamanan pantai


yang diambil dari referensi yang terkait dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Pantai, adalah suatu jalur yang merupakan pertemuan air laut dan daratan.

b. Garis Pantai, adalah garis batas pertemuan antara daratan dan air laut, dimana
posisinya tidak tetap dan dapat berpindah sesuai dengan pasang surut air laut

1
c. Sempadan Pantai, adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai.

d. Daerah daratan, adalah daerah yang terletak di atas dan di bawah permukaan
daratan di mulai dari batas garis pasang tertinggi.

e. Daerah lautan, adalah daerah yang terletak di atas dan di bawah permukaan
air laut dimulai dari sisi laut pada garis surut terendah, termasuk dasar laut dan
bagian bumi di bawahnya.

2
f. Pasang Surut, adalah fluktuasi muka air laut akibat adanya gaya tarik benda-
benda langit yang terjadi secara periodik.

g. Abrasi, adalah proses erosi yang diikuti longsoran (runtuhan) pada material
yang masif (batu) seperti tebing pantai.

3
h. Erosi Pantai, adalah proses mundurnya pantai dari kedudukan semula yang
disebabkan oleh tidak adanya keseimbangan antara pasok dan kapasitas angkutan
sedimen.

i. Sedimentasi, adalah proses terjadinya pengendapan sedimen.

Hasil perencanaan pengamanan pantai akan sangat tergantung pada data-data


pendukung yang telah dikumpulkan serta ketajaman hasil kajian dan analisis serta
konsep pengamanan pantai.

4
1.2. Jenis Bangunan Pantai dan Kegunaannya

Pada Umumnya bangunan pantai digunakan sebagai infrastruktur yang

berfungsi sebagai pelindung pantai. Akibat pengaruh dari beberapa faktor seperti

pasang surut air laut, akan mudah menggerakkan sedimen-sedimen di sekitar garis

pantai, sehingga akan sering terjadi erosi pada pantai. 

Selain itu, di beberapa daerah yang memiliki fetching area yang cukup panjang

mampu menghasilkan gelombang laut yang cukup besar, untuk itu perlu sebuah

bangunan yang mampu meredam kekuatan dari gelombang laut yang mendekati

pantai. 

Bangunan Pantai adalah segala jenis infrastruktur yang dibangun di

garis pantai dan dapat berfungsi sebagai pelindung pantai dan darat atau pelabuhan.

Dibawah ini merupakan 9 macam jenis bangunan pantai dan pengertiannya.

Berikut beberapa jenis dari bangunan pantai:

a.) Sea Dikes


Sea Dikes salah satu struktur pantai yang memiliki fungsi utama untuk
melindungi daerah dataran rendah terhadap banjir akibat air laut yang masuk. Sea
dikes dibangun dari material halus seperti pasir dan tanah liat dan dibentuk seperti
gundukan dengan kemiringan yang landai agar mengurangi efek erosi dari
gelombang yang datang. Permukaan tanggul biasanya berupa rumput, aspal,
bebatuan ataupun beton bertulang.

5
Menurut ilmu geologi, adalah lembaran batuan yang terbentuk
di rekahan pada tubuh batuan yang sudah ada.Dike dapat berasal
baik magmatik maupun sedimen, dike magmatik terbentuk
ketika magma mengintrusi ke celah batuan yang ada kemudian mengkristal
sebagai intrusi lembar, baik memotong seluruh lapisan batuan atau melalui massa
batuan yang tak berlapis. Dike klastik terbentuk ketika sedimen mengisi rekahan
batuan yang telah ada.

b)  Seawalls dan Revetments

Seawalls merupakan struktur pantai yang memiliki fungsi utama untuk


mencegah atau mengurangi limpasan air laut dan banjir terhadap tanah dan
struktur yang berada di belakang daerah pantai akibat badai dan gelombang.
Seawalls dibangun sejajar dengan garis pantai sebagai penguat bagian dari profil
pantai. 

Seawalls biasanya juga sering digunakan untuk melindungi promenade,


jalan, dan rumah-rumah, biasanya struktur ini dipasang menghadap ke laut dari
tepi puncak profil alami pantai. Seawall pada umumnya dibuat dari konstruksi padat
seperti beton, turap baja/kayu, pasangan batu atau pipa beton sehingga seawall
tidak meredam energi gelombang, tetapi gelombang yang memukul permukaan
seawall akan dipantulkan kembali dan menyebabkan gerusan pada bagian
tumitnya. Revetments adalah struktur onshore dengan fungsi utama melindungi
garis pantai dari erosi. 

Struktur revetment biasanya terdiri dari batu, beton, atau aspal untuk
armornya, bentuknya melandai mengikuti profil alami dari garis pantai. Dalam
Corps of Engineers, perbedaan fungsional dibuat antara seawalls dan revetments

6
untuk tujuan proyek, namun dalam literatur teknis seringkali tidak ada perbedaan
antara seawalls dan revetments.

c)  Bulkhead

Struktur pantai-paralel vertikal yang dirancang untuk mencegah limpasan,


banjir, atau erosi tanah. Bulkheads biasanya ditempatkan di sepanjang daerah
yang mudah terkikis atau lereng curam dan dibangun dari kayu, baja, atau
lembaran vinyl.

Bulkheads idealnya diletakkan di tempat-tempat dengan lebar basin


terbatas, kanal sempit, cekungan buatan, dan sepanjang tebing curam tinggi.
Bulkheads dapat tahan lama, merupakan struktur tahan lama yang dapat
dirancang untuk menahan berbagai kekuatan gelombang.

7
d)  Groins

Groin adalah struktur pengaman pantai yang dibangun menjorok relatif tegak

lurus terhadap arah pantai. Bahan konstruksinya umumnya kayu, baja, beton (pipa

beton), dan batu. Pemasangan groins menginterupsi aliran arus pantai sehingga

pasir terperangkap pada “upcurrent side,” sedangkan pada “downcurrent side”

terjadi erosi, karena pergerakan arus pantai yang berlanjut. 

Penggunaan Groin dengan mneggunakan satu buah groin tidaklah efektif.

Biasanya perlindungan pantai dilakukan dengan membuat suatu seri bangunan

yang terdiri dari beberapa groin yang ditempatkan dengan jarak tertentu. Hal ini

dimaksudkan agar perubahan garis pantai tidak terlalu signifikan.

e)  Jetty

Jetty merupakan struktur sempit yang melindungi garis pantai dari arus dan

pasang surut. Jetty biasanya terbuat dari kayu, tanah, batu, atau beton. Mereka

membentang dari pantai ke tengah perairan. Arus dan pasang surut dari lautan

secara bertahap membasuh pantai atau fitur lain di sepanjang garis pantai. Ini

disebut erosi. 

Arus sungai yang kuat atau gelombang dari danau juga dapat mengikis garis

pantai. Jetty melindungi garis pantai dari badan air dengan bertindak sebagai

penghalang terhadap erosi dari arus, pasang surut, dan gelombang. Jetty juga

8
dapat digunakan untuk menghubungkan tanah dengan air dalam lebih jauh dari

pantai untuk keperluan kapal docking muat kargo. 

Selain untuk melindingi alur pelayaran, jetty juga dapat digunakan untuk
mencegah pendangkalan dimuara dalam kaitannya dengan pengendalian banjir.
Sungai-sungai yang bermuara pada pantai yang berpasir engan gelombang yang
cukup besar sering mengalami penyumbatan muara oleh endapan pasir. Karena
pengaruh gelombang dan angin, endapan pasir terbentuk di muara. Transport
akan terdorong oleh gelombang masuk kemuara dan kemudian diendapkan.
endapan yang sangat besar dapat menyebabkan tersumbatnya muara sungai.
penutupan muara sungai dapat menyebabkan terjadinya banjir didaerah sebelah
hulu muara. 

Pada musim penghujan air banjir dapat mengerosi endapan sehingga sedikit
demi sedikit muara sungai terbuka kembali. Selama proses penutupan dan
pembukaan kembali tersebut biasanya disertai dengan membeloknya muara
sungai dalam arah yang sama dengan arah transport sedimen sepanjang pantai.

f)   Breakwater

Breakwater dibangun untuk mengurangi aksi gelombang yang diperkirakan


dapat mengganggu sebuah struktur. Aksi gelombang berkurang melalui kombinasi
refleksi dan disipasi energi gelombang yang masuk. Jika digunakan untuk
pelabuhan, pemecah gelombang yang dibangun dimaksudkan untuk menciptakan

9
perairan cukup tenang agar operasi bongkar muat pada kapal menjadi mudah dan
aman, dan juga sebagai perlindungan fasilitas pelabuhan. 

Breakwater juga dibangun untuk memperbaiki kondisi manuver di pintu


masuk pelabuhan dan untuk membantu mengatur sedimentasi dengan
mengarahkan arus dan dengan menciptakan daerah dengan tingkat yang berbeda
dari gangguan gelombang. Selain itu, perlindungan garis pantai terhadap
gelombang tsunami merupakan salah satu aplikasi lain dari pemecah gelombang
(breakwater). Ketika digunakan untuk perlindungan pantai, pemecah gelombang
yang dibangun di perairan dekat pantai dan biasanya sejajar dengan pantai seperti
breakwater terpisah berorientasi (detached breakwater).

Tata letak breakwater yang digunakan untuk melindungi pelabuhan


ditentukan oleh ukuran dan bentuk area yang akan dilindungi serta dengan arah
yang berlaku dari gelombang badai, arah bersih arus, dan manuver dari kapal yang
menggunakan pelabuhan tersebut. Pemecah gelombang yang melindungi
pelabuhan dan saluran masuk (untuk kapal) dapat berupa detached atau shore-
connected. 

Sebenarnya breakwater atau pemecah gelombang dapat dibedakan menjadi


dua macam yaitu pemecah gelombang sambung pantai dan lepas pantai. Tipe
pertama banyak digunakan pada perlindungan perairan pelabuhan, sedangkan tipe
kedua untuk perlindungan pantai terhadap erosi. Secara umum kondisi
perencanaan kedua tipe adalah sama, hanya pada tipe pertama perlu ditinjau
karakteristik gelombang di beberapa lokasi di sepanjang pemecah gelombang,
seperti halnya pada perencanaan groin dan jetty. 

Penjelasan lebih rinci mengenai pemecah gelombang sambung pantai lebih


cenderung berkaitan dengan palabuhan dan bukan dengan perlindungan pantai
terhadap erosi. pemecah gelombang lepas pantai dibuat sejajar pantai dan berada
pada jarak tertentu dari garis pantai, maka tergantung pada panjang pantai yang
dilindungi, pemecah gelombang lepas pantai dapat dibuat dari satu pemecah
gelombang atau suatu seri bangunan yang terdiri dari beberapa ruas pemecah
gelombang yang dipisahkan oleh celah.

10
g) Artificial Headland

Sebuah tanjung buatan (artificial headland) akan mencegah pasir bermigrasi


di sepanjang pantai. Biasanya berbentuk struktur rubble mound (bentuknya seperti
trapesium), dengan batu pada bagian luar untuk memberikan perlindungan dari
gelombang badai. Biasanya dibagian atas dari struktur ini dapat dijadikan akses
pejalan kaki, dan tidak jarang digunakan sebagai tempat memancing. 

Tujuan menggunakan tanjung buatan (artificial land) adalah untuk


membentuk profil pantai yang stabil di sekitar belakang Tanjung, salah satunya
pemulihan bagian pantai yang mengalami erosi, akibat pasir yang terkikis.

h)  Beach Nourishment

11
Beach Nourishment merupakan usaha yang dilakukan untuk memindahkan
sedimentasi pada pantai ke daerah yang terjadi erosi, sehingga menjaga pantai
tetap stabil. 

Kita ketahui erosi dapat terjadi jika di suatu pantai yang ditinjau terdapat
kekurangan suplai pasir. Stabilitasi pantai dapat dilakukan dengan penambahan
suplai pasir ke daerah yang terjadi erosi itu. Apabila erosi terjadi secara terus
menerus, maka suplai pasir harus dilakukan secara berkala dengan laju sama
dengan kehilangan pasir. 

Untuk pantai yang cukup panjang maka penambahan pasir dengan cara
pembelian kurang efektif sehingga digunakan alternatif pasir diambil dari hasil
sedimentasi sisi lain dari pantai.

i)  Terumbu Buatan

Terumbu buatan (artificial reef) bukanlah hal baru, di Jepang dan Amerika
usaha ini telah dilakukan lebih dari 100 tahun yang lalu. Mula-mula dilakukan
dengan menempatkan material natural berukuran kecil sebagai upaya untuk
menarik dan meningkatkan populasi ikan. 

Di Indonesia, terumbu buatan mulai disadari peranan dan kehadirannya oleh


masyarakat luas sejak tahun 1980-an, pada saat dimana Pemda DKI. Jakarta
menyelenggarakan program bebas becak, dengan merazia seluruh becak yang
beroperasi di ibu kota dan kemudian mengalami kesulitan dalam
penampungannya, sehingga pada akhirnya bangkai becak tersebut dibuang ke
laut. Berbagai macam cara, baik tradisional maupun modern, bentuk dan bahan

12
telah digunakan sebagai terumbu buatan untuk meningkatkan kualitas habitat ikan
dan biota laut lainnya. 

Saat ini sedang terjadi pergeseran paradigma rekayasa pantai dari


pendekatan rekayasa secara teknis yang lugas (hard engineering approach) ke
arah pendekatan yang lebih ramah lingkungan (soft engineering approach). Salah
satu contoh misalnya adalah bangunan pemecah gelombang (breakwater) yang
semula ambangnya selalu terletak di atas muka air laut, kini diturunkan elevasinya
hingga terletak dibawah muka air laut.

2. Kondisi dan Kriterian Perencanaan (1x pertemuan)


1. Kondisi Perencanaan terutama meliputi:

13
 Kondisi batas hidraulik (Sea level rise, Pasang surut, gelombang, arus, angkutan
sedimen, debit banjir sungai).
 Kondisi topografi dan batimetri
 Kondisi tanah dasar
 Kondisi Meteorologi dan Klimatologi
 Zona Gempa
 Kondisi Sosek dan Lingkungan

2. Kriteria Perencanaan

Kriteria perencanaan secara umum disusun dengan mempertimbangkan beberapa


hal di antaranya:

 Dampak lingkungan dan aspek ekologi


 Tata guna lahan dan RTRD
 Pemberdayaan masyarakat setempat
 Efektifitas fungsi perlindungan
 Kekuatan dan stabilitas struktur
 Ketahanan struktur (umur pakai)
 Pembiayaan

Data Gelombang, Pasang Surut dan Arus (hydraulic boundary conditions)

Coastal Sediment Cell Data Hidrologi dan Penampang Sungai

Peta situasi, Data Topografi & Bahtimetri


KONDISI PERENCANAAN Kondisi Tanah Dasar

Data Transpor Sedimen Kondisi Kerusakan Pantai

Gambar 1. Prosedur perumusan kondisi perencanaan bangunan pengaman pantai

Perumusan kriteria perencanaan dapat dilakukan mengikuti bagan alir Gambar 2.

14
Aspek Legal Termasuk RTRD Community Based

Persyaratan Lingkungan KRITERIA PERENCANAAN Ecological Aspect

Technical Feasibility Sosio/Economic Feasibility

- Efektifitas Fungsi
- Kekuatan Struktur
- Ketahanan Struktur (lifetime)
- Pembiayaan

Gambar 2. Rumusan umum kriteria perencanaan bangunan pengaman pantai.

Salah satu bagian perencanaan yang penting adalah penetapan kriteria


perencanaan yang akan menjadi pedoman arahan yang digunakan dalam mencapai
tujuan akhir perencanaan. Ada 4 kriteria umum perencanaan bangunan pantai yaitu
kinerja bangunan, kelayakan teknis, ekonomis dan sosial/politik. Kriteria untuk
kekuatan dan stabilitas ketahanan struktur (umur pakai) dan pembiayaan meliputi
semua persyaratan teknis baik dari kode dan standar resmi seperti SNI, PBI, PKKI,
ASTM, maupun yang ditetapkan sendiri oleh ahli dan mendapatkan persetujuan dari
direksi.

Tidak sedikit bangunan pengaman pantai yang telah dibangun tetapi gagal
memenuhi fungsinya atau runtuh sebelum berfungsi dengan baik. Kegagalan atau
tidak terpenuhinya fungsi tersebut dapat disebabkan oleh kekeliruan dalam
pertimbangan teknis perencanaan atau kesalahan konstruksi. Terdapat kesan bahwa
sering terjadi kekeliruan dalam memilih tipe dan/atau material konstruksi pengaman
pantai dari yang semestinya, keliru dalam memprediksikan unjuk kerja struktur bila
telah beroperasi nantinya. Banyak permasalahan kepantaian yang belum sepenuhnya
bisa diselesaikan dengan teori yang ada. Keliru dalam penerapan teori
keteknikpantaian akan berdampak pada kegagalan sistem pengamanan pantai
memenuhi fungsinya.

15
Kinerja bangunan pantai diukur dengan efektifitas fungsionalnya,
kemampuannya melawan energi gelombang, arus dan tekanan hidrolika lainnya tanpa
mengalami kerusakan dan keruntuhan serta durabilitasnya terhadap cuaca dan waktu.
Kinerja bangunan tersebut akan sangat ditentukan oleh kebenaran data perencanaan,
pemahaman terhadap kondisi yang terjadi, penetapan kriteria yang benar untuk
mendukung fungsi tujuan dan pendekatan/metodologi disain yang digunakan.
Kebenaran data perencanaan dapat dijamin selama pelaksanaan survei/pengukuran
dan investigasi lapangan dilaksanakan dengan baik. Pemahaman terhadap kondisi
dan pembuatan kriteria disain juga dapat dilakukan dengan baik, namun jika
pendekatan dan metode yang digunakan dalam disain kurang tepat, maka hasil disain
juga dapat mengalami kegagalan.

Untuk mencapai kinerja bangunan yang diharapkan dari aspek pendekatan


dan metode, maka pada tahap perencanaan sebaiknya dilakukan studi dengan
permodelan bertingkat baik model matematik maupun model fisik dua dan tiga
dimensi. Pada permodelan tingkat 1, dipelajari fenomena hidrodinamika yang terjadi
yang mengakibatkan timbulnya masalah. Output dari studi ini adalah memahami akar
permasalahan agar dapat disusun konsep solusi penyelesaiannya dengan benar.
Model matematik umumnya dilakukan dengan model numerik dalam software
keteknikpantaian seperti Surface Water Modeling System (SMS) yang terdiri atas
model gelombang CGWAVE yang dikembangkan oleh University of Maine
bekerjasama dengan U.S Army Corpsof Engineers, Waterways Experiment Station.
Untuk keperluan kajian pola arus dan sebaran sedimen ini akan dipakai paket program
aplikasi RMA2 (Resources Management Association Inc.), yaitu sebuah model
hidrodinamika elemen hingga dua dimensi horisontal dengan rerata kedalaman.
Sedangkan model numeris dalam paket software Boss SMS yang digunakan untuk
perhitungan proses perubahan dasar pantai (erosi-sedimentasi) adalah model SED2D
yang didasarkan pada aliran 2D, hasil simulasi dari model RMA2. Model fisik 3 dimensi
juga dapat digunakan untuk mempelajari permasalahan ini, namun membutuhkan
biaya yang besar untuk pembuatan model dan peralatannya.

Pada permodelan tingkat 2 akan dipelajari beberapa alternatif solusi system


pengamanan pantai yang secara teknis layak dipertimbangkan. Output dari studi ini
adalah ditemukan alternatif terbaik system pengamanan yang efektif dan efisien sesuai
dengan kondisi dan kriteria yang ditetapkan. Permodelan tingkat 3 adalah untuk
mengkaji stabilitas dan kinerja struktur bangunan yang umumnya dilakukan dengan
model fisik 2D. Permodelan ini terdiri atas 2 macam yaitu uji model untuk tipe struktur

16
bangunan yang sudah umum dikenal dalam disain dan studi model bagi suatu tipe
struktur yang baru yang dihasilkan dari suatu kajian konsep untuk penyelesaian suatu
fenomena yang belum lazim terjadi atau untuk mendapatkan suatu efisiensi yang
lebihtinggi tanpa mengurangi nilai fungsionalnya. Pada pemodelan dengan uji model
2D umumnya ditujukan untuk menguji stabilitas dan kinerja struktur saja, sedangkan
pada studi model yang dilakukan dengan simulasi, output yang diharapkan adalah
selain uji stabilitas dan kinerja, juga menghasilkan formula-formula disain berupa
persamaan empiris dan grafik-grafik dalam hubungan parameter tak berdimensi.

Seluruh kajian pemodelan bila dilakukan dengan benar dan tepat memenuhi
semua persyaratan pemodelan yang ditentukan, maka hasilnya dapat diyakini
menggambarkan kondisi prototipnya dilapanga. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa tahapan disain yang dilengkapi dengan pemodelan akan memberikan hasil
disain dan kinerja operasional bangunan pengamn patai harus mampu memenuhi
fungsinya untuk melawan energi gelombang.

17

Anda mungkin juga menyukai