Anda di halaman 1dari 18

Tanggul/Tembok Laut (Seawall)

Tanggul/Tembok taut (seawall) adalah bentuk pertahanan pesisir yang dibangun untuk
melindungi daerah konservasi, tempat tinggal manusia, dan kegiatan rekreasi dari kekuatan
pasang surut dan gelombang (Kamphuis, 2010). Seawall hampir serupa dengan dinding pantai/
revetment. Revetment merupakan struktur pelindung pantai yang dibuat sejajar pantai dan
biasanya memiliki permukaan miring sedangkan seawall rnemiliki dinding relatif tegak atau
lengkung {Pope, 1997).
Seawall juga dapat dikatakan sebagai dinding yang berfungsi sebagai
pelindung/penahan terhadap kekuatan gelombang. Seawall pada umumnya dibuat dari
konstruksi padat seperti beton, turap baja/kayu, pasangan batu atau pipa beton, sehingga
seawall tidak meredam energi gelombang, tetapi gelombang yang memukul permukaan
seawall akan dipantulkan kembali dan menyebabkan gerusan pada bagian tumitnya. Bahan
konstruksi tambahan seawall antara lain: vinil, kayu, aluminium, fiberglass komposit, dan
karung pasir biodegrable besar yang terbuat dari rami dan sabut (Clark, 1994).
Seawall yang bersifat statis akan mengganggu dinamika pantai sehingga
menghambat pertukaran sedimen antara darat dan laut (Shipman & Stojanovic, 2007).
Dinamika lingkungan pantai umumnya terjadi di berbagai skala spasial dan temporal (Allan
et.al.1999). Mengingat kekuatan alam yang terus-menerus menghantam seawall, pemeliharaan
(bahkan penggantian) merupakan persyaratan mutlakjika seawall memberikan solusi yang
efektif pada jangka panjang yang berkelanjutan.
Seawall yang diklasifikasikan sebagai struktur pantai berbasis rekayasa keras (hard
engineering) digunakan untuk memberikan perlindungan dan untuk mengurangi erosi pantai.
Namun, pembangunan seawall bisa memungkinkan timbulnya berbagai masalah lingkungan,
termasuk mengganggu pola transportasi dan pergerakan sedimen (Kraus & Mcdougal, 1996).
Aspek-aspek seperti: iklim setempat, posisi pantai, tinggi gelombang, dan bentuk lahan di
lokasi yang hendak dibangun seawall sangat menentukan opsi apa yang dipilih. Seawall
memantulkan energy gelombang kembali ke laut, sehingga mengurangi energi yang bisa
menyebabkan erosi di pantai. Narnun, refleksi gelombang yang disebabkan oleb seawall
dapat menyebabkan gerusan dan selanjutnya menurunkan tingkat pasir pantai (Massei ink &
Hughes, 2003).
Tembok laut biasanya dibangun untuk melindungi pantai atau tebing dari hantaman
gelombang laut, sehingga tidak terjadi erosi ataupun abrasi.Tembok laut pada umumnya
dipasang di garis pantai dengan struktur pondasi sampai tanah keras.dan pada kondisi pantai
yang curam. Tembok Laut Harus dibuat cukup tinggi untuk mengakomodasi tinggi gelombang
dan run-up Pondasi harus dipasang sampai tanah keras dan diberi toe protection agar dapat
bertahan dari gempuran gelombang.

Jenis-Jenis Seawall:
 Curved Sea Wall
Curved Seawall biasanya berbentuk struktur besar dan dibuat dengan campuran beton. Curved
Seawall memiliki bentuk kurva cekung yang dirancang untuk membelokkan energi gelombang
yang datang ke arah atas dan menjauh dari bagian bawah seawall, hal ini dimaksudkan untuk
mengurangi gerusan di dasar dinding.


Gravity Sea Wall
Gravity Seawall merupakan konstruksi yang bergantung pada berat bahan material yang
menyusunnya untuk memberikan stabilitas terhadap gaya gelombang yang datang. Konstruksi ini
membutuhkan tanah fondasi yang kuat untuk mendukung gaya berat konstruksi secara memadai.
Gravity Seawall dalam menahan gelombang bergantung pada kekuatan geser sepanjang dasar
struktur untuk mendukung beban yang diterapkan.

 Steel Sheet Pile Sea Wall


Steel Sheet Pile Seawall merupakan jenis seawall yang menggunakan baja lembaran yang
ditancapkan ke dalam tanah. Seawall jenis ini biasanya digunakan di daerah yang intensitas
gelombangnya relatif kecil.

 Concrete Block and Rock Walls


Concrete Block and Rock Walls dibangun dari blok-blok beton dan batu-batu yang dipasang di
lereng buatan manusia. Konstruksi ini biasanya memiliki biaya operasi yang lebih rendah dari
seawall jenis lainnya dan memiliki usia layan yang tidak lama. Bentuk lereng yang landai akan
menghilangkan kekuatan gelombang sedangkan batu-batu yang telah disusun akan menyerap
energi gelombang dan membagi gelombang utama yang datang menjadi gelombang yang lebih
kecil.
Selain mengendalikan erosi, efek dari seawall pada ekosistem pesisir alami dan buatan atau
properti manusia harus dipertimbangkan. Seawall sebagai fitur statis yang bertentangan
dengan sifat pantai yang dinamis dapat menghambat pertukaran sedimen antara darat dan laut.
Beberapa efek positif dan negatif dari seawall (Tabel 1) yang dapat digunakan ketika
membandingkan efektivitas seawall dengan opsi pengelolaan pesisir lainnya menurut Short
(1999):

Tabel 1. Efek Positif dan Negatif Seawall


Efek Positif Efek Negatif

1. Solusi jangka panjang 1. Sangat mahal


2. Secara efektif meminimalkan korban 2. Mengurangi fungsi pantai
jiwa dalam kejadian ekstrem dan 3. 'Merusak pemandangan', tidak alami
kerusakan properti yang disebabkan 4. Energi gelombang yang memantul dapat
oleh erosi. menyebabkan gerusan
3. Tahan lama 5. Dapat mengganggu proses alami pantai dan
4. Dapat digunakan untuk rekreasi dan menghancurkan habitat pantai seperti lahan
wisata. basah dan pantai intertidal.
5. Bentuk pertahanan pesisir keras dan 6. Terhambatnya proses transportasi sedimen
kuat. dapat mengganggu gerakan pasir yang
dapat menyebabkan peningkatan erosi
bawah pergeseran dari struktur.
7. Tidak Menambah Lahan, erosi terjadi didepan revetment
pantai bisa lenyap
8. Tidak mengurangi energi gelombang yang sampai di pantai
9. Run-up Besar, sehingga bangunan harus tinggi agar tidak
terjadi overtopping
10. Akses masyarakat ke pantai terganggu

Umumnya seawall bisa rnengendalikan erosi pantai, tetapi hanya jika dibangun dengan
baik dan dari bahan-bahan yang dapat rnenahan kekuatan energi gelombang yang sedang
berlangsung. diperlukan pemahaman mengenai proses terbentuknya pesisir dan morfodinamika
yang spesifik di lokasi seawall. Seawall bisa sangat membantu mengingat keefektifannya dalam
solusi jangka panjang, selain itu juga memberikan peluang sebagai tempat wisata/rekreasi dan
perlindungan dari peristiwa ekstrim serta erosi sehari-hari (Short,1999). Namun peristiwa alam
yang ekstrim dapat melernahkan kinerja seawall, dan analisis ini dapat menyebabkan peninjauan
ulang kembali pembangunan seawall untuk perbaikan di masa depan.
Revetment/Dinding Pantai

Revetment/Dinding Pantai merupakan bangunan yang ditempatkan pada suatu lereng


yang berfungsi melindungi suatu tebing alur pantai atau permukaan lereng dan secara
kesuluruhan berperan meningkatkan stabilitas alur pantai atau tubuh tanggul yang dilindungi.
Secara khusus, dinding pantai atau revetment juga dapat didefinisikan sebagai bangunan yang
memisahkan daratan dan perairan pantai, yang terutama berfungsi sebagai dinding pelindung
pantai terhadap erosi dan limpasan gelombang (overtopping) ke darat. Daerah yang dilindungi
adalah daratan tepat di belakang bangunan. Permukaan bangunan yang menghadap arah
datangnya gelombang dapat berupa sisi vertikal atau miring. Dinding pantai biasanya berbentuk
dinding vertikal sedangkan revetment mempunyai sisi miring.
Revetment ditempatkan di tebing pantai untuk menyerap energi air yang masuk guna
melindungi suatu tebing alur pantai atau permukaan lereng tanggul terhadap erosi dan limpasan
gelombang (overtopping) ke darat.

A. Klasifikasi Revetment
1. Klasifikasi berdasarkan lokasi
a. Perkuatan lereng tanggul (levee revetment)
Dibangun untuk melindungi tanggul terhadap gerusan gelombang pantai.

b. Perkuatan tebing sungai (low water revetment)


Berfungsi untuk melindungi tebing dari gerusan gelombang dan mencegah proses
meander pada tebing pantai. Dan bangunan ini akan terendam air seluruhnya pada
saat banjir.

c. Perkuatan lereng menerus (high water revetment)


Dibangun pada lereng tanggul dan tebing secara menerus atau pada bagian pantai
yang tidak ada bantarannya.

2. Berdasarkan perlindungan alur arah horizontal


a. Perkuatan tebing secara langsung dan tidak langsung:
1) Struktur kaku dari beton bertulang atau pasangan batu kali;
2) Struktur lentur dari bronjong batu, pasangan blok beton terkunci, batu curah
(dumpstone).
b. Perkuatan tebing secara langsung:
Penggunaan perkuatan tebing secara langsung jika palung sungai belum terlanjur
berpindah ke kondisi yang tidak menguntungkan, dan lahan di sisi luar palung
diharapkan sama sekali tidak boleh tergerus oleh aliran sungai.

c. Perkuatan tebing secara tidak langsung:


1) Struktur tiang pancang beton, besi, kayu atau bambu;
2) Struktur krib bronjong batu atau blok beton terkunci, krib bambu dikombinasi
dengan tanaman bambu/tanaman yang lain. Penggunaan perkuatan tebing secara
tidak langsung jika palung sungai sudah terlanjur pada kondisi yang kurang
menguntungkan sehingga perlu diubah/dikendalikan ke kondisi yang lebih baik.
B. Bahan Revetment
Bangunan revetment ditempatkan sejajar atau hampir sejajar dengan garis pantai dan bisa
terbuat dari pasangan batu, beton, tumpukan pipa (buis) beton, turap, kayu atau tumpukan batu.
Dalam perencanaan dinding pantai atau revetment perlu ditinjau fungsi dan bentuk bangunan,
lokasi, panjang, tinggi, stabilitas bangunan dan tanah pondasi, elevasi muka air baik di depan
maupun di belakang bangunan, ketersediaan bahan bangunan dan sebagainya.

Ada dua kelompok revetment, yaitu permeable dan impermeable.


1) Permeable Revetment
 Open filter material (rip rap)

Yaitu revetment yang terbuat dari batu alam atau batu buatan yang dilapisi filter pada
bagian dasar bangunan.

 Stone pitching

Yaitu revetment yang terbuat dari batu alam saja dengan lapisan filter pada bagian dasar
bangunan.

 Concrete block revetment

Yaitu revetment yang terbuat dari blok beton dengan ukuran tertentu dan lapisan filter
pada bagian dasar bangunan.

2) Impermeable Revetment
 Aspalt revetment

Yaitu revetment yang bahannya dari aspal pada tebing yang dilindungi.
 Bitumen grouted stone

Yaitu revetment yang terbuat dari blok beton yang diisi oleh aspal (spaesi aspal).

Beberapa contoh bahan penyusun revetment secara umum antara lain:


a) Revetment dari susunan blok beton

Bangunan masif ini digunakan untuk menahan gelombang besar dan tanah dasar relatif
kuat (misalnya terdapat batu karang). Selain itu bangunan ini juga digunakan untuk
melindungi bangunan (jalan raya) yang berada sangat dekat dengan garis pantai.
b) Revetment dengan turap baja

Bangunan ini didukung oleh fondasi tiang dan dilengkapi dengan turap baja yang
berfungsi untuk mencegah erosi tanah fondasi oleh serangan gelombang dan piping oleh
aliran air tanah. Selain itu kaki bangunan juga dilindungi dengan batu pelindung. Fondasi
bangunan harus direncanakan dengan baik untuk menghindari terjadinya penurunan tidak
merata yang dapat menyebabkan pecahnya konstruksi.
c) Revetment dengan sisi tegak

Bangunan ini dapat juga dimanfaatkan sebagai dermaga untuk merapat/bertambatnya


perahu-perahu/kapal kecil pada saat laut tenang. Untuk menahan tekanan tanah
dibelakangnya, turap tersebut diperkuat dengan angker. Kaki bangunan harus dilindungi
dengan batu pelindung.
d) Revetment dari tumpukan bronjong

Bronjong adalah anyaman kawat berbentuk kotak yang didalamnya diiisi batu. Bangunan
ini bisa menyerap energi gelombang, sehingga elevasi puncak bangunan bisa rendah
(runup kecil). Kelemahan bronjong adalah korosi dari kawat anyaman, yang merupakan
faktor pembatas dari umur bangunan. Supaya bisa lebih awet, kawat anyaman dilapisi
dengan plastic (PVC).
e) Revetment dari tumpukan batu pecah

Bangunan ini biasanya dibuat dalam beberapa lapis. Lapis terluar merupakan lapis
pelindung yang terbuat dari batu dengan ukuran besar yang direncanakan mampu
menahan serangan gelombang. Lapis di bawahnya terdiri dari tumpukan batu dengan
ukuran lebih kecil. Bangunan ini merupakan konstruksi fleksibel yang dapat mengikuti
penurunan atau konsolidasi tanah dasar. Kerusakan yang terjadi, seperti longsornya batu
pelindung, mudah diperbaiki dengan menambah batu tersebut. Oleh karena itu diperlukan
persediaan batu pelindung di dekat lokasi bangunan.

f) Revetment dari tumpukan pipa (buis) beton


Bangunan pelindung pantai dari susunan pipa beton telah banyak digunakan di Indonesia.
Bangunan ini terbuat dari pipa beton berbentuk bulat, yang banyak dijumpai di pasaran
dan biasanya digunakan untuk membuat gorong-gorong, sumur gali, dan sebagainya.
Pipa tersebut disusun secara berjajar atau bertumpuk dan didalamnya dapat diisi dengan
batu atau beton siklop.

B.1 Concrette Mattresses


Suatu matras beton secara sederhana adalah suatu elemen konstruksi yang dibentuk
dengan cara menyuntikkan suatu bahan grout koloid ke dalam suatu cetakan yang terbuat dari
bahan fabric sintetik. Ketebalan matras ditentukan oleh penyekat woven di dalam fabric tersebut.
Sistem ini mengijinkan konstruksi dari elemen-elemen yang berbeda, yang dapat digunakan
untuk pencegahan erosi, memperbaiki aliran air, atau sebagai bahan kedap air (waterproofing).
Berbagai jenis matras telah dipatenkan.

Matras beton digunakan untuk berbagai keperluan, antara lain: proteksi dan konsolidasi
lereng atau dasar kanal, sungai, saluran, tebing pantai, atau struktur-struktur sejenis. Matras
beton dapat disesuaikan untuk pelbagai keperluan yang berbeda dalam badan air atau konstruksi
maritim, dan kemudian dimensinya ditentukan menurut kebutuhan. Campuran beton yang biasa
digunakan sebagai bahan pengisi adalah semen (tipe V untuk aplikasi pada lingkungan maritim)
sebesar 600 kg/m3, pasir 1200 kg/m3, air 360 kg/m3 (rasio w/c = 0,6).
Menurut tipenya dikenal 2 kelompok:

 Matras standar; yang biasanya digunakan jika tanah dasar keras, untuk memenuhi fungsi
perlindungan tebing dan dasar sungai atau untuk menyekat struktur-struktur hidrolis.
 Matras panel; memiliki kapasitas drainasi yang tinggi karena lubang-lubang drain (weep
hole) yang besar pada selang 0,6 dan 2,0 pada kedua arah menurut kebutuhan. Tersedia untuk
sebarang panjang dan lebar dengan berat luas antara 200 sampai 1000 kp/m2 sehingga dapat
dirakit sesuai dengan keperluan khusus.
Beberapa keuntungan penggunaan matras beton adalah sebagai berikut:

1. Kekuatan, yaitu berat dasar sesuai dengan keperluan


2. Dapat dibuat dalam bentuk kaku atau lentur
3. Dengan atau tanpa sambungan
4. Tembus atau kedap air
5. Relatif tidak terpengaruh oleh kondisi cuaca buruk selama pelaksanaan
6. Instalasi di bawah air juga dimungkinkan
7. Tidak diperlukan ‘predraining’
8. Pelaksanaan relatif cepat
9. Ketahanan (durability) hampir tidak terbatas
10. Tidak memerlukan ‘sheet piling’
11. Ekonomis
12. Penyederhanaan prosedur pelaksanaan karena hanya menggunakan satu proses dan satu
bahan (buatan) saja
13. Berbagai tipe matras dapat dikombinasikan sesuai dengan keperluan
14. Secara ekologis menguntungkan
15. Telah terbukti memuaskan dalam pelbagai aplikasi
16. Cocok diterapkan pada hampir semua kondisi lereng/kontur
17. Proteksi tebing (Bank & lock protection)
Di daerah pelabuhan, matras diletakkan menutupi tebing pantai yang sebagian besar dapat
tertutup air dan ditempatkan sampai mencapai kedalaman 12 m. Tujuan matras adalah untuk
memproteksi tanah berpasir terhadap bahaya gerusan. Matras panel dengan ketebalan 18 cm
dan suatu bantalan (cushion) berukuran 0,85 x 0,85 m2 telah digunakan. Matras panel juga
digunakan untuk melindungi pantai terhadap gelombang pasang bertekanan kuat.

18. Rekayasa Pantai


Tanggul tua di pulau North Sea telah diperbaiki dengan matras panel. Matras tersebut
memberikan proteksi terhadap erosi ekstrim yang disebabkan oleh gelombang dan arus.
Suatu timbunan dyke dibuat untuk melindungi reklamasi pantai pada pantai North Sea.
Panjang garis lereng antara kaki dyke dan kepalanya adalah sekitar 15 m. Untuk mencapai
suatu keadaan tanpa sambungan, matras dijahit bersama-sama di lokasi untuk membentuk
jalur sepanjang 400 m. Outlet-outlet berbentuk kurva dan gorong-gorong pipa dibuat secara
khusus untuk menyesuaikan dengan bentuk lereng.

19. Stabilitas
Sistem ini memberikan proteksi yang tahan-erosi untuk menstabilkan lereng terhadap gaya-
gaya perusak yang ditimbulkan air. Ukuran, berat, dan konfigurasi persisnya harus ditentukan
oleh kecepatan rencana atau tinggi gelombang rencana. Perlu dicatat bahwa sementara
instalasi dapat dilaksanakan pada lereng yang lebih curam daripada untuk proteksi dengan
riprap, metode revetment itu sendiri tidak dapat dipergunakan untuk memperbaiki stabilitas
lereng.

20. Fleksibilitas
Biasanya revetment tidak direkomendasikan untuk kondisi-kondisi di mana konsolidasi yang
besar diperkirakan dapat terjadi. Beberapa bentuk cetakan mampu mengakomodasi
penurunan lebih baik dari yang lain. Artikulasi minor diijinkan oleh karena fungsi
penulangan modulus rendah dari lapisan tekstil. Ini mengijinkan retakan minor pada beton,
dan mencegah kehancuran sistem revetment oleh retakan yang tak terkontrol.

21. Filtrasi
Suatu sifat penting dalam beberapa konfigurasi adalah kemampuan melewatkan air tanah
untuk melepas tekanan uplift hidrostatik. Permeabilitas revetment adalah suatu fungsi dari
pelipatan (weave) tekstil, area permukaan, dan frekuensi lubang drain (weep holes).
Diperlukan bahwa permeabilitas adalah sama dengan drainase natural dari embankment yang
diproteksi. Sebagai suatu aturan umum :

k(fabric) > 10 x k(soil)


Setara dengan hal tersebut efek filtrasi pada lubang drain mestilah sama dengan :

O90/D85 < 1
Vegetasi Algae dan kebanyakan tipe vegetasi biasanya tumbuh melampaui permukaan sistem
revetment. Profil yang lebih tidak beraturan mengijinkan deposit lanau dan titik-titik
tangkapan untuk mengapung dan memberikan suatu kondisi lingkungan yang sempurna
untuk memantapkan vegetasi. Bahkan akar-akaran dari tanaman-tanaman kecil dapat
menembus filter, memberikan penjangkaran dan estetika yang lebih baik kepada hasil
instalasi.
22. Ketahanan Aliran

Jelas terlihat bahwa koefisien kekasaran (nilai ‘n’ dalam formula Manning) dapat bervariasi
banyak. Ketebalan konstan dari cetakan memiliki nilai ‘n’ serendah 0,01 sementara bentuk
yang paling tidak beraturan dapat memiliki harga 0,05.
23. Kecepatan Arus dan Tinggi Gelombang

Kinerja hasil akhir revetment dalam aspek ini berkaitan langsung dengan ketebalan potongan,
kekuatan tekan, dan stabilitas lereng. Potongan yang tidak seragam dengan ketebalan
nominal 100 mm memiliki batas ketinggian gelombang 3-4 kaki. Ketinggian ini selanjutnya
tereduksi jika kecepatan arus di atas 5 ft/sec; mis. tinggi gelombang 2 kaki dan kecepatan air
20 ft/sec telah dapat diakomodasi. Potongan-potongan yang regular dengan ketebalan 300
mm atau lebih besar menghasilkan struktur yang sangat berbeda untuk menahan kondisi
badai yang paling buruk.
B.2 Revetment Pabrikasi

a) Filter Hidrostatis
Lapisan Permukaan Beton Filter Hidrostatis dari Revetment Systems International ini
merupakan penanganan erosi monolitik kuat yang terdiri dari pembungkusan tanah berlapis
ganda diisi dengan beton yang seluruhnya padat. Proses pembentukan multi-arah khusus
yang diterapkan memungkinkan lapisan-lapisan bahan yang berbeda dibentuk bersama-sama
pada pusat tertentu untuk membentuk filter hidrostatis yang memungkinkan perlindungan
lapisan untuk ‘bernafas’, mengeluarkan tekanan hidrostatis di belakang struktur terpasang.

Lapisan Permukaan Beton Filter Hidrostatis berbiaya rendah, permanen dan merupakan
alternatif utama dalam metode tradisional pengendalian erosi seperti beton cast-in-situ atau
beton shot-in-situ, pemasangan batu, penutupan atau pelapisan dengan batu. Oleh karena
keunikan konstruksi yang dibungkus bahan ini, Lapisan Permukaan Beton Filter Hidrostatis
dapat dipasang baik di atas maupun di bawah permukaan air.
Keberagaman fungsi rancangan dan pemasangan Lapisan Permukaan Beton Filter Hidrostatis
membuatnya sesuai untuk berbagai proyek yang tak terbatas.

b) Flexbox
Sementara mempertahankan semua sifat sistem Lapisan permukaan Beton Filter Hidrostatis,
sistem lapisan Flexblock dirancang untuk mengakomodasi pergerakan di tanah yang
mendasari. Sifat ini benar-benar mengembangkan konsep perlindungan erosi dengan beton
lapisan tersusun. Proses pembentukan yang dipatenkan ini yang dikembangkan oleh
Revetment Systems International ini menciptakan sebuah lapisan yang terbagi menjadi panel-
panel yang saling berhubungan dengan tabung grout.

Tabung-tabung tersebut memungkinkan adanya keseragaman inflasi lapisan. Setiap tabung


grout dirancang untuk berfungsi sebagai titik potong yang memungkinkan setiap panel
bergerak secara bebas sewaktu lapisan tersusun mempertahankan kelengkapan perlindungan.
Seperti halnya dengan berbagai macam sistem perlindungan yang ditawarkan oleh Revetment
Systems International, sistem Flexblock dapat dipasang baik di atas maupun di bawah
permukaan air. Sifat unik sistem Flexblock ini menawarkan solusi efektif terhadap masalah
pengendalian erosi yang memerlukan sistem perlindungan yang fleksibel dengan biaya
kompetitif.
c) Growth Matt

Produk ini telah dirancang dengan memanfaatkan efek-efek pengikatan dan kamuflase
tumbuh-tumbuhan, dengan stabilitas dan perlindungan tanggung yang dijaga melalui
gabungan jaringan yang berkelanjutan dari susunan yang dimasuki tabung grout.
Growth Matt diletakkan di atas permukaan yang ada atau yang bagian atasnya tanah dengan
grout berkekuatan tinggi. Ulir susunan antara jaringan tabung bertujuan untuk
mempertahankan tanah sebelum penanaman tumbuhan.

Jika area yang diberi benih telah terbentuk dengan sendirinya, ulir-ulir susunan dapat
membantu mengikat tanahan ke struktur jaringan, dan kemudian membentuk perisai
pelindung yang terpadu terhadap erosi. Seperti yang dijelaskan di atas, susunan tersebut
dapat diwarnai di lokasi atau di mill untuk mengkamuflasekan produk lebih lanjut.
Aplikasi produknya beragam dari pengaliran dengan garis keliling hingga saluran
pengalihan, aliran air banjir dengan kekentalan rendah, perlindungan tanggul dan pekerjaan
lapangan (batu kerikil dapat disebarkan di atas area untuk menggantikan tumbuhan).

Penggunaan grout yang efisien di seluruh sistem merupakan alternatif yang efektif dengan
harga yang menguntungkan.
B.3 Revetment Tipe Blok Beton Bergigi

Struktur revetment terdiri dari unit-unit pelindung yang disusun membentuk kemiringan dikenal
dengan struktur tipe rubel (periksa Gambar 4) . Unit pelindung bagian luar yang dikenal dengan
istilah armor ini dapat dibuat dari batu belah/bulat atau dari blok-blok beton. Blok beton sebagai
armor yang sudah dikenal antara lain kubus, tetrapod, aknon, dan dolos.
Blok Beton Bergigi ini merupakan balok beton dengan perbandingan ukuran panjang (p): lebar
(l) : tinggi (t) = 6 : 4 : 5. Ukuran minimum = 20 cm. Pada bagian depan dipasang gigi dengan
tebal 8 cm dan tinggi 10 cm. Di bagian belakang diberi lubang dan dilengkapi dengan sekat.
Sekat dimaksudkan agar tidak terjadi pergeseran posisi blok beton arah horizontal. Pada Gambar
5 disajikan sketsa blok beton bergigi.

Terbatasnya batu alam dengan ukuran dan berat tertentu, telah mendorong penelitian dan inovasi
yang menghasilkan batu pengganti, yang dikenal dengan blok beton bergigi. Stabilitas unit
armor ditentukan oleh koefisien stabilitas yang disingkat KD. Untuk tinggi gelombang
yang sama, makin besar harga KD, maka berat armor yang diperlukan makin ringan, yang berarti
lebih ekonomis.
Armor tidak dapat berdiri sendiri-sendiri, tetapi bekerja bersama-sama. Ikatan antar unit yang
satu dengan yang lain tergantung dari jenis armor.

Salah satu fungsi dari penelitian di Puslitbang Sumber Daya Air adalah mencari jenis armor
yang mempunyai harga KD yang besar, sehingga diperoleh unit armor yang ringan dan apabila
memungkinkan dalam pelaksanaannya tidak menggunakan alat-alat berat. Dari beberapa blok
beton yang telah diuji coba, salah satunya adalah blok beton bergigi.
Ikatan antara blok yang satu dengan yang lain (interlocking) diperkuat dengan adanya gigi,
sehingga sulit lepas. Dari hasil penelitian diperoleh harga KD untuk blok beton bergigi ini
adalah 4.0.

Selain berat armor, salah satu besaran lain adalah tinggi rayapan. Pada tembok yang kedap dan
halus, tinggi rayapan akan lebih tinggi dibandingkan dengan lapisan permeabel yang kasar.
Untuk mengurangi tinggi rayapan, maka dalam pemasangan blok-blok beton diberi celah.
Bidang celah diusahakan agar terjadi suatu proses aliran air yang masuk ke celah yang dapat
mengurangi tinggi rayapan. Makin rendah tinggi rayapan, elevasi struktur akan makin rendah
dan biaya yang diperlukan akan lebih murah.
C. Langkah-langkah Pokok Perancangan

Dalam perencanaan dinding pantai atau revetment perlu ditinjau fungsi dan bentuk bangunan,
lokasi, panjang, tinggi, stabilitas bangunan dan tanah pondasi, elevasi muka air baik di depan
maupun di belakang bangunan.
1. Filosofi dan Parameter Disain

Dalam menyelesaikan permasalahan proteksi pantai (coastal), filosofi perancangannya adalah


mula-mula menghargai dan kemudian meningkatkan metode-metode alamiah untuk
melindungi garis pantai. Filosofi tersebut dapat dipenuhi dengan jalan menghindarkan gaya-
gaya destruktif dari gelombang besar laut menumbuk langsung (head-on). Selanjutnya
perhatian dapat diarahkan pada zona-zona yang berenergi lebih rendah seperti dasar laut di
sekitar pantai, berm, dan pada perlindungan pantai-pantai stabil.
Parameter-parameter yang mempengaruhi kebanyakan desain adalah muka air laut dan
gelombang-gelombang yang terjadi; biasanya dapat ditentukan dengan bantuan tabel-tabel
perencanaan. Umumnya prediksi gelombang tersebut perlu diberi angka pengaman terhadap
kemungkinan variasi tekanan atmosfer atau akibat angin, yang untuk kondisi-kondisi ekstrim
dapat mencapai 2,0 m.

Kondisi-kondisi gelombang di suatu lokasi dapat ditentukan menggunakan teknik-teknik


spektral, (permukaan laut dianggap sebagai paduan acak dari tinggi gelombang dan periode),
atau suatu gelombang deterministik tunggal yang mengandung suatu energi ekivalen tertentu
dengan periode Ts dan tinggi gelombang signifikan Hs. Yang terakhir tersebut adalah suatu
‘wakil statistik’ dari tinggi gelombang rerata dari satu sepertiga kali gelombang tertinggi
yang diukur dalam suatu periode tertentu. Hs juga berkorelasi sangat baik dengan perkiraan
visual terhadap ‘tinggi gelombang rerata’.
Pendekatan deterministik biasanya diambil untuk keperluan perancangan kasar dan
digunakan di sini untuk memilih parameter-parameter gelombang yang dapat diperoleh dari
tiga jenis informasi, yaitu :

2. Pengukuran gelombang langsung.


Pengukuran gelombang langsung memerlukan penggunaan alat pengukur lepas pantai,
misalnya pelampung gelombang (wave rider buoy). Data dari pelampung pengukur tersebut
dikonversikan ke dalam kondisi pantai dan diekstrapolasikan untuk memberikan tinggi
gelombang rencana yang sesuai untuk usia rencana struktur yang ditinjau.

3. Data angin.
Jika tidak diperoleh data pengukuran langsung, data angin dapat pula dipergunakan untuk
menaksir tinggi gelombang lepas pantai, menggunakan berbagai persamaan empiris. Untuk
tujuan perancangan, suatu prosedur yang disederhanakan adalah sbb. :

 pilih periode ulang yang terkait dengan usia layan struktur;


 analisislah data angin untuk menentukan rerata kecepatan angin setiap jam menurut
periode ulangnya;
 tentukan fetch efektif untuk setiap arah kompas;
 dapatkan kondisi-kondisi gelombang lepas pantai (Hso, Ts)

Dalam rangka menentukan kondisi-kondisi gelombang di lokasi, adalah perlu untuk


memperhitungkan efek-efek modifikasi akibat kedalaman air yang semakin dangkal ketika
gelombang semakin mendekati pantai.
Dua efek modifikasi ini adalah refraksi gelombang dan ‘shoaling’ gelombang. Kedua efek
tersebut menjadikan ekspresi Hs efektif sbb. :

Hs = Kr.Ks.Hso
Koefisien refraksi Kr memperhitungkan modifikasi tinggi gelombang akibat penyebaran atau
penggabungan gelombang ketika mendekati kontur dasar laut yang semakin dangkal. Nilai
Kr karenanya adalah khas untuk setiap lokasi. Untuk garis pantai yang lurus dan kontur dasar
laut paralel, tinggi gelombang cenderung mengecil. Sementara itu untuk garis pantai yang
menjorok ke laut akan mengalami efek yang sebaliknya. Nilai-nilai yang teliti dapat
diperoleh lewat analisis refraksi, tetapi untuk keperluan estimasi kasar dapat dianggap Kr
mendekati 1,0. Umumnya berlaku :

0.5 < Kr < 1.0 embayment, garispantai lurus


1.0 < Kr < 1.5 promontory, garispantai menjorok

Koefisien shoaling (Ks) memperhitungkan modifikasi tinggi gelombang akibat perubahan


kedalaman air ketika mendekati garis pantai.
Tabel 1. Efek Positif dan Negatif Seawall
Efek Positif Efek Negatif

6. Solusi jangka panjang 11. Sangat mahal


7. Secara efektif meminimalkan korban 12. Mengurangi fungsi pantai
jiwa dalam kejadian ekstrem dan 13. 'Merusak pemandangan', tidak alami
kerusakan properti yang disebabkan 14. Energi gelombang yang memantul dapat
oleh erosi. menyebabkan gerusan
8. Tahan lama 15. Dapat mengganggu proses alami pantai dan
9. Dapat digunakan untuk rekreasi dan menghancurkan habitat pantai seperti lahan
wisata. basah dan pantai intertidal.
10. Bentuk pertahanan pesisir keras dan 16. Terhambatnya proses transportasi sedimen
kuat. dapat mengganggu gerakan pasir yang
dapat menyebabkan peningkatan erosi
bawah pergeseran dari struktur.
17. Tidak Menambah Lahan, erosi terjadi didepan revetment
pantai bisa lenyap
18. Tidak mengurangi energi gelombang yang sampai di pantai
19. Run-up Besar, sehingga bangunan harus tinggi agar tidak
terjadi overtopping
20. Akses masyarakat ke pantai terganggu
Bulkhead
Struktur pantai-paralel vertikal yang dirancang untuk mencegah limpasan, banjir, atau erosi
tanah. Bulkheads biasanya ditempatkan di sepanjang daerah yang mudah terkikis atau lereng
curam dan dibangun dari kayu, baja, atau lembaran vinyl. Bulkheads idealnya diletakkan di
tempat-tempat dengan lebar basin terbatas, kanal sempit, cekungan buatan, dan sepanjang tebing
curam tinggi. Bulkheads dapat tahan lama, merupakan struktur tahan lama yang dapat dirancang
untuk menahan berbagai kekuatan gelombang.

Anda mungkin juga menyukai