Anda di halaman 1dari 11

JURNAL REKAYASA SIPIL (JRS-UNAND)

“PENGARUH KETERSEDIAAN DATA CURAH


HUJAN TERHADAP DEBIT RENCANA BATANG
KURANJI”
FADHILAH AUFI

ABSTRAK

Hidrologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk air di bumi, kejadian, peredaran dan
distribusinya, sifat alam dan kimianya serta reaksinya terhadap lingkungan dan hubungannya dengan
kehidupan. Data hidrologi merupakan kumpulan keterangan atau fakta mengenai fenomena hidrologi.
Kekeliruan dalam analisa hidrologi sangat berpengaruh fatal terhadap akurasi atau ketepatan dalam
perencanaan bangunan hidrolis, baik berupa perencanaan bangunan irigasi, bangunan pengendali banjir,
sistem drainase, bendung, dan lain sebagainya. Sebagaimana telah kita ketahui, data curah hujan merupakan
data yang paling utama dalam analisa hidrologi. Jumlah minimal data curah hujan yang dibutuhkan dalam
analisa statistik hidrologi adalah 10 tahun. Untuk memperoleh data 10 tahun ini, seringkali dijumpai ketidak
lengkapan dalam pencatatan data curah hujan tersebut. Sedangkan Analisa hidrologi selalu diperlukan dalam
setiap perencanaan bangunan air. Berdasarkan pernyataan di atas, maka dilakukan analisis seberapa besar
pengaruh kelengkapan data dan ketersediaan data curah hujan suatu wilayah terhadap akurasi dalam
memprediksi debit rencana dalam kala ulang yang berbeda dan membuat Rating Curve. Dalam menentukan
hidrograf satuan digunakan metode Nakayasu. Hasil penenlitian ini menunjukkan bahwa kelengkapan data
tidak terlalu berpengaruh. Hal ini dibuktikan dengan diperolehnya nilai debit pada kala ulang tertentu yang
tidak begitu berbeda. Dari kurva hidrograf satuan dapat dilihat bahwa pada kondisi pertama dengan periode
ulang 100 tahun di peroleh debit sebesar 801,841 m 3/s, untuk kondisi kedua yang terdiri dari 11 data curah
hujan diperoleh debit sebesar 833,848 m 3/s, dan untuk kondisi ketiga dengan mengabaikan data curah hujan
yang hilang diperoleh debit sebebsar 816,489 m 3/s. Dimana selisih akurasi kondisi pertama adalah 3,838%
terhadap kondisi kedua dan selisih akurasi kondisi ketiga adalah 2,082% terhadap kondisi kedua. Pada rating
curve penampang Batang Kuranji diperoleh debit muka air normal yaitu 169,948 m3/s dengan elevasi 2,89 m.
Sedangkan debit maksimum pada penampang Batang Kuranji adalah 748,260 m3/s dengan elevasi 6,99 m.
Kata kunci : Curah Hujan, Debit Banjir, Hidrograf Satuan, Rating Curve

1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kekeliruan dalam analisa hidrologi sangat berpengaruh fatal terhadap akurasi atau
ketepatan dalam perencanaan bangunan hidrolis, baik berupa perencanaan bangunan irigasi,
bangunan pengendali banjir, sistem drainase, bendung, dan lain sebagainya. Sebagaimana telah kita
ketahui, data curah hujan adalah data paling utama dalam analisa hidrologi. Jumlah minimal data
curah hujan yang dibutuhkan dalam analisa statistik hidrologi adalah 10 tahun (Irfan Ardiansah,
2018). Untuk memperoleh data 10 tahun ini seringkali dijumpai ketidak lengkapan dalam pencatatan

1
Pengaruh Ketersediaan Data Curah Hujan Terhadap Debit Rencana Batang Kuranji

data curah hujan, banyak bagian-bagian data yang hilang atau rusak (Harto,1993). Sedangkan
Analisa hidrologi selalu diperlukan dalam setiap perencanaan bangunan air.

Tujuan dan Manfaat


Tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis seberapa besar pengaruh kelengkapan data dan ketersediaan data curah hujan suatu
wilayah terhadap keakuratan data untuk memprediksi debit rencana dalam kala ulang yang
berbeda.
2. Membuat Rating Curve dari penampang Batang Kuranji.

Batasan Masalah
Batasan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data curah hujan yang digunakan yaitu data tahun 1994-2013 untuk kondisi pertama, data tahun
1994-2004 untuk kondisi kedua, dan data tahun 1996-2004, 2006-2007, dan 2009-2013 untuk
kondisi ketiga.
2. Data curah hujan yang dipakai berasal dari pencatatan tiga stasiun hujan yaitu stasiun Gunung
Nago, stasiun Batu Busuk, dan stasiun Ladang Padi. Dimana stasiun hujan tersebut merupakan
stasiun hujan yang berada di dan dekat dengan DAS yang ditinjau.
3. Daerah aliran sungai pada penelitian tugas akhir ini adalah daerah aliran sungai Batang Kuranji.
4. Penampang Batang Kuranji diambil dari jurnal Analisa Pengendalian Banjir pada Daerah Aliran
Sungai Batang Kuranji oleh Sofyan.Z.

2. STUDI LITERATUR
Daerah Aliran Sungai (DAS)
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah sebuah wilayah daratan yang menjadi satu kesatuan dengan
sungai serta anak-anak sungainya dimana wilayah tersebut berfungsi menampung, menyimpan, dan
mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke laut secara alami dan pada batas daratnya
merupakan pemisah topografi kemudian pada batas laut sampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktifitas daratan (PERMEN PUPR No. 28 Tahun 2015).

Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat diklasifikasikan menjadi 3 daerah, yaitu bagian hulu,
bagian tengah, dan bagian hilir. Daerah hulu merupakan daerah konservasi sedangkan daerah hilir
merupakan daerah pemanfaatan. Daerah hulu memiliki peran penting dalam perlindungan fungsi tata
air. Setiap kejadian yang terjadi di daerah hulu akan berdampak bagi daerah hilir berupa fluktuasi
debit dan transport sedimen serta material lain yang terlarut dalam sistem aliran airnya.

2 | JURNAL REKAYASA SIPIL


Fadhilah Aufi

Analisa Hidrologi
Hidrologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk air di bumi,
peredaran dan distribusinya, kejadian, sifat alami dan kimianya serta reaksinya terhadap lingkungan.
Siklus hidroloki dapat diilustrasikan pada gambar 1 berikut:

Gambar 1. Siklus Hidrologi


Curah Hujan
Curah hujan merupakan tinggiana air hujan yang dapat terkumpul pada tempat yang datar, tidak
mengalami penguapan, tidak meresap, dan juga tidak mengalir (Suroso, 2006). Curah hujan di
Indonesia ditentukan dalam satuan milimeter. Curah hujan dalam satu milimeter berarti bahwa pada
tempat datar yang memiliki luasan satu meter persegi tertampung air setinggi satu milimeter atau air
tertampung sebanyak satu liter.
Perkiraan Curah Hujan yang Hilang
Untuk memperbaiki data curah hujan yang hilang, maka perlu dilakukan perkiraan. Perkiraan ini
dapat dihitung dengan beberapa metode yaitu metode kebalikan kuadrat jarak, metode normal rasio,
dan metode rata-rata aljabar.
Curah Hujan Rata-Rata
Curah hujan rata-rata dapat dihitung dengan metode-metode berikut:
a. Metode Rata-Rata Aljabar
Menurut Seyhan (1990:55), metode ini adalah metode paling sederhana. Perhitungan ini diperoleh
dengan menghitung rata-rata aritmatik dari semua total pencatat curah hujan di semua kawasan.
Metode ini bisa digunakan pada daerah yang relatif datar dan memiliki jumlah stasiun hujan yang
banyak dengan menganggap bahwa hujan pada DAS tersebut bersifat merata. Metode Rata-Rata
Aljabar dapat dirumuskan dengan persamaan berikut:

R 1+ R 2+ R 3+ ⋯+ R n
Rrata −rata = (2)
n
Keterangan:
Rrata-rata = Curah hujan rata-rata (mm)
n = Jumlah data

| 3
Pengaruh Ketersediaan Data Curah Hujan Terhadap Debit Rencana Batang Kuranji

R1, R2, R3,Rn = Curah hujan di titik 1, 2, 3, n (mm)

b. Metode Poligon Thiessen


Metode Poligon Thiessen biasanya digunakan pada wilayah yang memilki jarak penakar yang tidak
merata dan membutuhkan stasiun pencatat curah hujan di dan dekat kawasan tersebut dan metode ini
tidak memperhitungkan topografi. Metode Polygon Thiessen dapat dirumuskan dengan persamaan
berikut:

A 1 x R 1+ A 2 x R 2+ …+ An x Rn
Rrata −rata = (3)
A 1+ A 2 +…+ An

Keterangan:
Rrata-rata = Curah hujan rata-rata(mm)
A1, A2, An = Luas stasiun 1, 2, n (km2)
R1, R2, Rn = Curah hujan di stasiun 1, 2, n (mm)
n = Jumlah stasiun

Setelah melakukan perhitungan curah hujan rata-rata dengan kedua metode. Selanjutnya dilakukan error
checking pada masing-masing metode untuk menentukan metode mana yang terbaik. Error checking dapat
dihitung dengan rumus di bawah ini:

∑ ¿ R−Ri ∨ R¿ (4)
i=1 i
Error= ¿
n
Keterangan:
Ri = Curah hujan pada stasiun ke-i
R = Curah hujan rata-rata
n = Jumalah stasiun

Konsistensi Data
. Uji konsistensi data dengan menggunakan metode Kurva Massa Ganda dapat dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut :
a. Menentukan curah hujan tahunan yang terjadi pada masing–masing stasiun.
b. Menentukan rata-rata curah hujan untuk stasiun pembanding.
c. Menentukan nilai kumulatif dari curah hujan untuk stasiun yang akan diuji.
d. Menentukan nilai kumulatif dari curah hujan untuk stasiun pembanding.
e. Membuat diagram pencar (scatter diagram) antara stasiun yang akan diuji dan stasiun pembanding,
dimana pada sumbu X merupakan stasiun pembanding dan sumbu Y adalah stasiun yang akan diuji.
f. Menganalisa konsistensi data curah hujan dengan cara membuat garis lurus pada diagram pencar dan
melakukan analisa apakah terdapat perubaan slope pada garis lurus yang dibuat pada diagram pencar.
Jika terjadi perubaan slope, maka perlu dilakukan koreksi terhadap pencatatan data hujan dengan cara
mengalikan dengan koefisien (K). Dimana koefisien (K) merupakan perbandingan slope setelah
mengalami perubahan (S2) dan slope sebelum mengalami perubahan (S1).

4 | JURNAL REKAYASA SIPIL


Fadhilah Aufi

Debit Banjir Rencana


Metode yang sering digunakan untuk menghitung debit di suatu daerah aliran sungai yang
tidak memiliki data pengamatan debitnya adalah Metode Rasional. Dalam hal ini besarnya debit
tersebut merupakan fungsi dari luas DAS, intensitas hujan, keadaan permukaan tanah yang dinyatakan
dalam koefisien limpasan dan kemiringan sungai (Joesron Loebis, 1992).
Berikut rumus debit dengan metode Rasional:

Q=0.278 x C x I x A (26)
Keterangan:
Q = Debit (m3/s)
C = Koefisien limpasan
I = Intensitas hujan (mm/jam)
A = Luas daerah aliran sungai (km2)

Koefisien aliran permukaan (C) merupakan suatu nilai rasio antara aliran permukaan dengan intensitas
hujan pada suatu daerah aliran sungai tertentu. Koefisien ini dihitung dari besarnya nilai hambatan atau
kehilangan dari curah hujan yang menjadi aliran permukaan. Besarnya nilai kehilangan ini tergantung
pada kondisi vegetasi, infiltrasi, kolam-kolam permukaan, dan evapotranspirasi. Intensitas hujan (I)
adalah tinggi curah hujan yang terjadi dalam periode tertentu yang dinyatakan dalam satuan mm/jam.
Untuk menentukan besar intensitas hujan dipergunakan rumus Mononobe (Joesron Loebis, 1992):

( )
2/ 3
R 24
I¿ x (27)
24 tc

Sebelum menentukan intensitas hujan, kita menentukan waktu konsentrasi (tc) terlebih dahulu dengan
rumus Kirpich berikut:

( )
2 0.385
tc¿
0.87 x L (28)
1000 x S

Waktu Konsentrasi (tc) merupakan waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir dari tempat yang
paling jauh (hulu DAS) sampai ke titik pengamatan aliran air (outlet) (Imam Subarkah, 1978).
Hidrograf Satuan
Hidrograf satuan merupakan hidrograf limpasan langsung tanpa aliran dasar yang tercatat di
ujung hilir daerah aliran sungai yang ditimbulkan oleh hujan efektif sebesar 1 milimeter yang terjadi
secara merata di permukaan daerah aliran sungai dengan intensitas tetap dalam suatu durasi tertentu.

Hidrograf satuan sintetis Nakayasu dibuat dari hasil penelitian yang dilakukan pada beberapa
sungai dari Jepang. Berikut tahapan perhitungan hidrograf satuan dengan menggunakan metode
Nakayasu:
Menentukan nilai waktu konsentrasi (Tg)

| 5
Pengaruh Ketersediaan Data Curah Hujan Terhadap Debit Rencana Batang Kuranji

Tg=0.4+0.058 L (29)

L adalah panjang sugai.


Menentukan nilai waktu satuan hujan (Tr)

Tr=0.5Tg (30)

Menentukan nilai tenggang waktu dari pemulaan hujan sampai puncak (Tp)

Tp=Tg+0.8 x Tr (31)

Mencari waktu yang diperlukan oleh penurunan debit dari debit puncak sampai menjadi 30% dari debit
puncak (T0.3)

T 0.3=α x Tg (32)

Menentukan nilai puncak debit banjir (Qp)

CxAxRo
Qp= (33)
3.6 x ( 0.3 xTp+T 0.3 )

Menentukan bagian lengkung naik (Qa)

( )
2.4
t
Qa=Qp x (34)
Tp

Menentukan bagian lengkung turun (Qd)

Qd =Qp x 0.3
( T )
t −Tp
0.3 (35)

¿¿
Qd =Qp x 0.3 (36)

( )
( t−Tp ) +( 1.5 x T 0.3 )
2 x T 0.3 (37)
Qd =Qp x 0.3
Menghitung nisbah jam-jaman (Rt)

( )()
2 /3
R 24 t
RT = x (38)
t T

Rt =T x RT −( T −1 ) x ( Rt−1 ) (39)

ℜ=Rt x Rn (40)

Pada grafik hidrograf satuan dilakukan perhitungan persentase selisih akurasi debit yang diperoleh.
Persentase akurasi debit dapat dihitung dengan persamaan berikut:

Q2
% Q 2= x 100 % (41)
Q1
Rating Curve

6 | JURNAL REKAYASA SIPIL


Fadhilah Aufi

Rating curve atau lengkung debit merupakan grafik yang menampilkan hubungan debit dengan
elevasi air. Untuk menentukan debit saluran, dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Manning
di bawah ini

2 1
1
Q= x A x R 3 x S 2 (42)
n
Keterangan:
Q = Kapasitas saluran (m3/dtk)
n = Koefisien kekasaran Manning
A = Luas basah (m2)
R = Jari-jari hidrolis saluran (m)
S = Kemiringan dasar saluran
Koefisien kekasaran Manning dapat dilihat pada tabel 6 berikut:
Tabel 1. Koefisien Kekasaran Manning

KEADAAN SALURAN HARGA

Tanah 0.002

Batu 0.025
Material n
Dasar 0
Gravel Halus 0.024

Gravel Kasar 0.028

Halus 0.000

Tingkat Agak Halus 0.005


Ketidak n
Seragaman 1
Saluran Sedang 0.010

Kesat 0.020

Lambat Laun 0.000


Variasi
Penampang n
Berubah 0.005
Melintang 2
Saluran
Sering Berubah 0.01-0.015

Pengaruh Diabaikan 0.000


Adanya
Bangunan, Agak Berpengaruh 0.01-0.015
n
Penyempitan,
3
dll pada Cukup Berpengaruh 0.020-0.03
Penampang
Pelintang Terlalu Berpengaruh 0.040-0.06

Rendah 0.005-0.01

Menengah/Sedang 0.01-0.025
n
Tanaman
4
Tinggi 0.025-0.05

Sangat Tinggi 0.050-0.10

Tingkat dari Rendah n 1.000


pada 5
Meander Menengah/Sedang 1.150

| 7
Pengaruh Ketersediaan Data Curah Hujan Terhadap Debit Rencana Batang Kuranji

Tinggi 1.300

3. METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi
Pada penenlitian ini, data curah hujan yang digunakan berasal dari pencatatan tiga stasiun
hujan yaitu stasiun Gunung Nago, stasiun Batu Busuk, dan stasiun Ladang Padi. Ketiga stasiun
hujan tersebut merupakan stasiun terdekat dengan daerah aliran sungai yang diamati. Data curah
hujan maksimum harian yang digunakan merupakan data curah hujan maksimum harian
perbulan
Tahapan Penelitian
1. Studi Literatur
2. Pengumpulan Data
3. Pengolahan Data

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


Penentuan Daerah Aliran Sungai
Pada tugas akhir kali ini daerah aliran sungai ditentukan dengan menggunakan aplikasi
ArcGIS versi 10.4.1. Dalam pembuatan Daerah Aliran Sungai (DAS) dibutuhkan data DEM
(Digital Elevation Models). Data DEM (Digital Elevation Models) yang digunakan adalah data
DEMNAS yang di download pada web DEMNAS. Selanjutnya, input data DEM (Digital
Elevation Models) ke dalam aplikasi ArcGIS 10.4.1. Dengan menggunakan Spatial Analyst
Tools-Hydrology diperoleh saerah aliran sungai. Selanjutnya, lakukan Clip untuk daerah aliran
sungai yang akan digunakan sehingga diperoleh gambar daerah aliran sungai seperti gambar di
bawah ini.

Gambar 2. Daerah Aliran Sungai

Hasil Analisa Hidrologi


Perhitungan Curah Hujan
Kondisi pertama terdiri atas data curah hujan selama 20 tahun yaitu data tahun 1994-2013. Data
curah hujan yang hilang akan dilengkapi dengan melakukan perkiraan curah hujan yang hilang. Pada
kondisi kedua terdiri dari 11 data curah hujan yaitu tahun 1994-2004 yang juga dilengkapi dengan
perkiraan data curah hujan yang hilang. Kemudian, untuk kondisi ketiga terdiri dari 16 data curah

8 | JURNAL REKAYASA SIPIL


Fadhilah Aufi

hujan yaitu tahun 1996-2004, 2006-2007, dan 2009-2013. Dimana pada kondisi ketiga ini data curah
hujan yang hilang diabaikan dan tidak dimasukkan dalam perhitungan.
Analisa Frekuensi Curah Hujan
Pada hasil analisa frekuensi berikut Xi merupakan curah hujan rata-rata maksimum. Untuk kondisi
pertama curah hujan rata-rata maksimum diperoleh dari analisa curah hujan rata-rata dengan
menggunakan metode Rata-Rata Aljabar
Uji Keselarasan Sebaran
Uji keselarasan sebararan dilakukan dengan menggunakan metode Chi-kuadrat.
Perhitungan Curah Hujan Rencana
Perhitungan curah hujan rencana dihitung dengan menggunakan metode Normal, metode Log
Normal, metode Gumbel, dan metode Log Pearson Tipe III.

Konsistensi Data
Sebelum dilakukan analisa lebih lanjut, data curah hujan diperiksa konsistensi datanya terlebih
dahulu. Pada penelitian tugas akhir ini pemeriksaan konsistensi data dilakukan dengan menggunakan
metode Kurva Massa Ganda. Data curah hujan yang digunakan memiliki konsistensi data yang
konsisten. Hal ini dibuktikan dengan grafik yang terbentuk hampir berupa garis lurus.

Debit Banjir Rencana


Hasil perhitungan debit banjir rencana dengan menggunakan metode Rasional.
Hidrograf Satuan
Dari perhitungan hidrograf satuan dengan menggunakan metode Nakayasu diperoleh:
Waktu konsentrasi Tg=1.299 jam
Waktu satuan hujan Tr=0.650 jam
Waktu dari permulaan hujan sampai puncak Tp=1.819 jam
Waktu penurunan debit dari debit puncak sampai 30% debit puncak T 0.3=2.598 jam

Puncak debit banjir Qp=3.208 m 3 /s


Rating Curve
Rating Curve merupakan grafik yang menampilkan hubungan antara data debit pada penampang batang
Kuranji dengan elevasi air. Rating Curve dapat dilihat pada gambar 7 berikut:

| 9
Pengaruh Ketersediaan Data Curah Hujan Terhadap Debit Rencana Batang Kuranji

1.
Gambar 3. Rating Curve
Keterangan:
I = Kondisi pertama, data diisi dengan perkiraan curah hujan yang hilang terdiri dari 20 data
II = Kondisi kedua, data dipotong menjadi 11 data
III = Kondisi ketiga, data curah hujan yang hilang diabaikan terdiri dari 16 data

5. SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan uraian pada analisa dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Dari kurva hidrograf satuan dapat dilihat bahwa pada kondisi pertama dengan periode ulang
100 tahun di peroleh debit sebesar 801,775 m 3/s, untuk kondisi kedua yang terdiri dari 11 data
curah hujan diperoleh debit sebesar 833,848 m3/s, dan untuk kondisi ketiga dengan
mengabaikan data hujan yang hilang diperoleh debit sebesar 816,489 m3/s.
2. Persentase selisih akurasi kondisi pertama adalah 3,846% terhadap kondisi kedua dan selisih
akurasi kondisi ketiga adalah 2,082% terhadap kondisi kedua. Maka, pengaruh ketersediaan
data curah hujan terhadap debit rencana tidak terlalu besar.
3. Pada rating curve penampang Batang Kuranji diperoleh debit muka air normal yaitu 169,948
m3/s dengan elevasi 2,89 m. Sedangkan debit maksimum pada penampang Batang Kuranji
adalah 748,260 m3/s dengan elevasi 6,99 m.
Saran untuk penenlitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk data curah hujan sebaiknya diperoleh dari sumber yang memiliki data curah hujan yang
panjang dan lengkap.
2. Sebaiknya stasiun hujan yang digunkana lebih banyak agar pembanding data curah hujan lebih
baik.
3. Sebaiknya dilakukan validasi dari hasil perhitungan debit dengan data debit sebenarnya di
lapangan.
4. Untuk memastikan hipotesa ini valid, maka perlu dilakukan uji yang sama untuk data hujan
dari stasiun pencatat curah hujan yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansah, Irfan. 2018. Penentuan Panjang Rekaman Data Curah Hujan untuk Menggambarkan Kondisi
Iklim di Kecamatan Jatinangor. Jurnal of Agritachnology, 20, No 1.

10 | JURNAL REKAYASA SIPIL


Fadhilah Aufi

Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press,
Yokyakarta.
Departemen Pekerjaan Umum. 1989. Standar Metode Perhitungan Debit Banjir.Jakarta.
Harto, Sri. 1993. Analisis Hidrologi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Harto, Sri. 1992. Hidrologi Terapan. Erlangga, Bandung.
Linsley Jr, Ray K dkk. 1988. Hydrology for Engineers.
Loebis, Joesron. 1992. Banjir Rencana Untuk Bangunan Air. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.
Loebis, J., Soewarno dan Suprihadi. 1993. Hidrologi Sungai. Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan
Umum, Jakarta.
Pariarta, P.G.S. 2012. Analisa Pola Penempatan dan Jumlah Stasiun Hujan Berdasarkan Persamaan
Kagan pada DAS Keduang Waduk Wanogiri. Jurnal Teknik Sipil, 16. No 1.
Salamun. 1998. Suspended Load: Indikator Kerusakan DAS. Media Komunikasi Teknik Sipil Edisi
X/XI Agustus 1998.
Soentoro, Edy Anto dan Dantje Kardana Natakusumah. 2014. Catatan Kuliah Hidrologi. Bandung
Sosrodarsono, Suyono dan Kensaku Takeda. 1976. Hidrologi Untuk Pengairan. Pradanya Paramita,
Jakarta.
Soemarto, C.D. 1995. Hidrologi Teknik. Erlangga, Jakarta.
Soewarno. 1995. Hidrologi. Nova, Bandung.
Sosrodarsono, S., dan M.Tominaga. 2008. Perbaikan dan Pengaturan Sungai. PT. Pradnya Paramita,
Jakarta.
Subarkah Imam, Ir. 1978. Hidrolohi Untuk Perencanaan Bangunan Air. Idea Dharma, Bandung.
Suripin. 2004. Sistem Drainase yang Berkelanjutan. Andi Offset, Yogyakarta.
Suroso. 2006. Analisa Curah Hujan untuk Membuat Kurva Intensity-Duration Frequency (IDF) di
Kawasan Rawan Banjir Kabupaten Banyumas. Jurnal Teknik Sipil, 3, No.1.
Syofyan, Z. 2017. Analisa Pengendalian Banjir pada Daerah Aliran Sungai Batang Kuranji Kota
Padang. Jurnal Teknik Sipil, 3, No 2.
Triadmodjo, Bambang. 2008. Hidrologi Terapan. Beta Offset, Jogjakarta.
Ward, R.C, dan M. Robinson. 1990. Principles of Hydrology 3rd edition. McGraw-Hill, Maidenhead
England.

| 11

Anda mungkin juga menyukai