Anda di halaman 1dari 41

BREAKWATER DAN PERENCANAAN TIANG PANCANG

OLEH:
1. FAJAR ALAMSYAH
2. WAHID SYAH BALWAD
3. MUH. CAHYA PURNAMA ADI

KELAS / SEMESTER:
A / V (GANJIL)

UNIVERSITAS KHAIRUN
TAHUN AJARAN 2016/2017
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat


yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan
seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”Breakwater dan Tang Pancang”.
Dalam penyusunannya, kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak yang telah
memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini
berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang
lebih baik lagi. Meskipun kami berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,
namun selalu ada yang kurang.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat
lebih baik lagi. Akhir kata kami berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………………… 1


Daftar Isi ……………………………………………………………………. 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………… 3
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………….. 3
1.3 Tujuan Penulisan ……………………………………………………. 4
BAB II PEMBAHASAN (BREAKWATER)
2.1 PENGERTIAN …………………………………………………………. 5
2.2 TIPE BREAKWATER ……………………………………………….. 6
BAB III PEMBAHASAN (TIANG PANCANG)
3.1 PENGERTIAN ..…………………………………………………….. 25
3.2 PENGGOLONGAN TIANG PANCANG ……………………………. 29
3.3 PERENANAAN TIANG PANCANG ……………………………….. 30
BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN …………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Tsunami adalah rangkaian gelombang laut yang mampu menjalar dengan kecepatan hingga lebih
900 km per jam, terutama diakibatkan oleh gempa bumi yang terjadi di dasar laut. Gempa ini diikuti
oleh perubahan permukaan laut yang mengakibatkan timbulnya penjalaran gelombang air laut secara
serentak tersebar ke seluruh penjuru mata angin. Sedangkan pengertian gempa adalah pergeseran
lapisan tanah dibawah permukaan bumi. Ketika terjadi pergeseran tersebut timbul getaran yang
disebut gelombang seismik dari pusat gempa menjalar ke segala penjuru. Tsunami dapat juga diartikan
sebagai perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan air laut secara vertical
dengan tiba-tiba.
Pondasi tiang sudah digunakan sebagai penerima beban dan sistem transfer beban bertahun-
tahun. Pada awal peradaban, dari komunikasi, pertahanan, dan hal-hal yang strategik dari desa dan kota
yang terletak dekat sungai dan danau. Oleh sebab itu perlu memperkuat tanah penunjang dengan
beberapa tiang. Tiang yang terbuat dari kayu (timber pile) dipasang dengan dipukul ke dalam tanah
dengan tanah atau lubang yang digali dan diisi dengan pasir dan batu.
Pada tahun 1740, Christoffoer Polhem menemukan peralatan pile driving yang mana menyerupai
mekanisme Pile driving saat ini. Tiang baja (steel pile) sudah digunakan selama 1800 dan tiang beton
(concrete pile) sejak 1900. Revolusi industri membawa perubahan yang penting pada sistem pile
driving melalui penemuan mesin uap dan mesin diesel. Lebih lagi baru-baru ini, meningkatnya
permintaan akan rumah dan konstruksi memaksa para pengembang memanfaatkan tanah-tanah yang
mempunyai karakteristik yang kurang bagus. Hal ini membuat pengembangan dan peningkatan sistem
pile driving. Saat ini banyak teknik-teknik instalansi tiang pancang bermunculan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa itu Breakwater dan tiang pancang?
2. Apa saja tipe breakwater?
3. Bagaimana penggolongan tiang pancang

3
1.3 TUJUAN PENULISAN
Baik penulis maupun pembaca dapat lebih mengetahui tentang breakwater dan tiang pancang,
serta dapat mengaplikasikannya dalam perencanaan agar pelabuhan yang di bangun dapat sesuai
dengan spesifikasi yang di rencanakan sehingga nyaman bagi masyarakat untuk menggunakan
pelabuhan.

4
BAB II
PEMBAHASAN
(BREAKWATER)
2.1. Pengertian
Pemecah gelombang adalah bangunan yang digunakan untuk melindungi daerah perairan
pelabuhan dari gangguan gelombang. Bangunan ini memisahkan daerah perairan dari laut bebas,
sehingga perairan pelabuhan tidak banyak dipengaruhi oleh gelombang besar di laut. Daerah perairan
dihubungkan dengan laut oleh mulut pelabuhan dengan lebar tertentu, dan kapal ke luar/masuk
pelabuhan melalui celah tersebut. Dengan adanya pemecah gelombang ini daerah perairan pelabuhan
menjadi tenang dan kapal bisa melakukan bongkar muat barang dengan mudah.
Pada prinsipnya, pemecah gelombang dibuat sedemikian rupa sehingga mulut pelabuhan tidak
menghadap kea rah gelombang dan arus dominan yang terjadi di lokasi pelabuhan. Gelombang yang
dating dengan membentuk sudut terhadap garis pantai dapat menimbulkan arus sepanjang pantai.
Kecepatan arus yang besar akan bisa mengangkut sedimentasi dasar dan membawanya searah dengan
arus tersebut. Mulut pelabuhan yang menghadap arus tersebut akan memungkinkan masuknya sedimen
ke dalam perairan pelabuhan yang berakibat terjadinya pendangkalan.

Gambar 1. Pemecah Gelombang Sisi Miring


Ada beberapa macam pemevah gelombang ditinjau dari bentuk dan bahan bangunan yang
digunakan. Menurut bentuknya pemecah gelombang dapat dibedakan menjadi pemecah gelombang sisi
miring, sisi tegak, dan campuran.
Pemecah gelombang bisa dibuat dari tumpukan batu, blok beton, beton massa, turap dan
sebagainya.
Dimensi pemecah geelombang tergantung pada banyak faktor, di antaranya adalah ukuran dan
layout perairan pelabuhan, kedalaman laut, tinggi pasang surut dan gelombang, ketenangan pelabuhan
yang diharapkan (besarnya limpasan air melalui puncak bangunan yang diijinkan), transport sedimen
di sekitar lokasi pelabuhan.
Pemecah gelombang harus mampu menahan gaya-gaya gelombang yang bekerja. Pada pemecah
gelombang sisi miring, butir-butir batu atau blok beton harus diperhitungkan sedemikian rupa sehingga

5
tidak runtuh oleh serangan gelombang. Demikian juga pemecah gelombang dinding tegak harus
mampu menahan gaya-gaya pengguling yang disebabkan oleh gayagelombang dan tekanan hidrostatis.
Resultan dari gaya berat sendiri dan gaya-gaya gelombang harus berada pada sepertiga lebar dasar
bagian tengah. Selain itu tanah dasar juga harus mampu mendukung beban bangunan di atasnya.

2.2. Tipe Pemecah Gelombang


Berdasarkan Bentuk Model Penampang Melintangnya (Triatmodjo, 1999):
1) Pemecah gelombang dengan sisi miring
Pemecah gelombang dengan sisi miring dibuat dari beberapa lapisan material yang ditumpuk dan
dibentuk sedemikian rupa sehingga terlihat seperti sebuah gundukan besar batu alam dengan lapisan
terluar dari material dengan butiran sangat besar yang dilindungi oleh lapis pelindung berupa batu
besar atau beton dengan ukuran tertentu. Pemecah gelombang tipe ini bersifat fleksibel. Kerusakan
yang terjadi karena serangan gelombang tidak secara tiba-tiba. Jenis lapis pelindung pemecah
gelombang tipe ini adalah Quadripod, Tetrapod, Dolos. Pemecah gelombang dengan sisi miring dibuat
untuk kedalaman kolam labuh yang relative dangkal.

Gambar 3.1 Breakwater sisi miring

2) Pemecah gelombang dengan sisi tegak

6
Untuk tipe sisi tegak pemecah gelombang dibuat dari material-material seperti pasangan batu, sel
turap baja yang didalamnya diisi tanah atau batu, tumpukan buis beton, dinding turap baja atau beton,
kaison beton dan lain sebagainya.Pemecah gelombang tipe ini ditempatkan di laut dengan kedalaman
kolam labuh yang lebih besar dari tinggi gelombang. Dimaksudkan untuk mengurangi jumlah material
penyusunnya. Pemecah ini dibuat apabila tanah dasar mempunyai daya dukung besar dan tahan
terhadap erosi. Bisa dibuat dari blok-blok beton massa yang disusun secara vertikal, kaison beton,
turap beton atau baja.
Syarat yang harus diperhatikan pada tipe pemecah gelombang sisi miring adalah:
1.Tinggi gelombang maksimum rencana harus ditentukan dengan baik
2.Tinggi dinding harus cukup untuk memungkinkan
3.Pondasi dibuat sedemikian rupa sehingga tidak terjadi erosi pada kaki bangunan yang dapat
membahayakan stabilitas bangunan

Gambar 3.2 Berbagai jenis breakwater sisi tegak

3) Pemecah gelombang bertipe campuran.

7
Ketiga model breakwater seperti ini, dicontohkan dengan tipe cellular cofferdam yaitu suatu
konstruksi yang menggunakan sheet pile secara langsung, dimana pile tersebut saling menutup atau
mengunci (interlocking ) satu dengan yang lain sehingga membentuk suatu rangkaian elemen (cell) 
dimana cell tersebut berisikan material yang tak kohesif seperti pasir untuk pemberat struktur di bagian
bawahnya sedangkan bagian atasnya terdiri dari batu lindung yang dapat berfungsi menjaga stabilitas
struktur akibat pengaruh gelombang.
Konstruksi breakwater tipe cellular cofferdam seperti halnya beberapa jenis Offshore Breakwater
yang lain dibangun dengan puncak elevasi struktur yang mendekati Mean Sea Level (MSL), sehingga
hal tersebut memungkinkan energi yang menyertai terjadinya gelombang dapat diteruskan melalui
breakwater. Kondisi tersebut dinamakan dengan istilah keadaan overtopping atau kondisi gelombang
dapat melimpas. Alasan struktur dibangun dengan kondisi overtopping adalah untuk pertimbangan
disain secara ekonomis, dan juga karena pertimbangan kondisi gelombang rata-rata yang terjadi cukup
kecil.
Pemecah gelombang tipe ini dibuat apabila kedalaman air sangat besar dan tanah dasar tidak
mampu menahan beban dari pemecah gelombang sisi tegak. Ada tiga macam pertimbangan tinggi sisi
tegak dengan tumpukan batunya :
1.Tumpukan batu dibuat sampai setinggi air yang tertinggi, sedangkan bangunan sisi tegak
hanya sebagai penutup bagian atas
2.Tumpukan batu setinggi air terendah sedang bangunan sisi tegak harus menahan air tertinggi
3.Tumpukan batu hanya merupakan tambahan pondasi dari bangunan sisi tegak

8
Tabel 2.1. Keuntungan dan Kerugian ketiga Pemecah Gelombang

Berdasarkan Letaknya
Pemecah gelombang dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu pemecah gelombang sambung
pantai dan lepas pantai. Tipe pertama banyak digunakan pada perlindungan perairan pelabuhan,
sedangkan tipe kedua untuk perlindungan pantai terhadap erosi. Secara umum kondisi perencanaan
kedua tipe adalah sama, hanya pada tipe pertama perlu ditinjau karakteristik gelombang di beberapa
lokasi di sepanjang pemecah gelombang, seperti halnya pada perencanaan groin dan jetty. Selanjutnya
dalam bagian ini tinjauan lebih difokuskan pada pemecah gelombang lepas pantai.
1. Pemecah gelombang sambung pantai (Shore-connected Breakwater)
Tipe ini banyak digunakan pada perlindungan perairan pelabuhan. perlu ditinjau karakteristik
gelombang di beberapa lokasi di sepanjang pemecah gelombang, seperti halnya pada perencanaan
groin dan jetty.

9
Gambar 3.3 Pemecah gelombang sambung pantai
2. Pemecah gelombang lepas pantai (Offshore Breakwater)
Pemecah gelombang lepas pantai adalah bangunan yang dibuat sejajar pantai dan berada pada
jarak tertentu dari garis pantai. Bangunan ini direncanakan untuk melindungi pantai yang terletak
dibelakangnya dan serangan gelombang. Tergantung pada panjang pantai yang dilindungi, pemecah
gelombang lepas pantai dapat dibuat dari satu pemecah gelombang atau suatu seri bangunan yang
terdiri dari beberapa ruas pemecah gelombang yang dipisahkan oleh celah.
Perlindungan oleh pemecahan gelombang lepas pantai terjadi karena berkurangnya
energi gelombang yang sampai di perairan di belakang bangunan. Berkurangnya energi gelombang di
daerah terlindung akan mengurangi pengiriman sedimen di daerah tersebut. Pengiriman sedimen
sepanjang pantai yang berasal dari daerah di sekitarnya akan diendapkan dibelakang bangunan.
Pengendapan tersebut menyebabkan terbentuknya cuspate. Apabila bangunan ini cukup panjang
terhadap jaraknya dari garis pantai, maka akan terbentuk tombolo.
Pengaruh pemecah gelombang lepas pantai terhadap perubahan bentuk garis pantai dapat
dijelaskan sebagai berikut ini. Apabila garis puncak gelombang pecah sejajar dengan garis pantai asli,
terjadi difraksi di daerah terlindung di belakang bangunan, di mana garis puncak gelombang membelok
dan berbentuk busur lingkaran. Perambatan gelombang yang terdifraksi tersebut disertai dengan
angkutan sedimen menuju ke daerah terlindung dan diendapkan di perairan di belakang bangunan.
Penambahan Suplai Pasir di Pantai (Sand Nourishment). Pantai berpasir mempunyai kemampuan
perlindungan alami terhadap serangan gelombang dan arus. Perlindungan tersebut berupa kemiringan
dasar pantai di daerah nearshore yang menyebabkan gelombang pecah di lepas pantai, dan kemudian
energinya dihancurkan selama dalam penjalaran menuju garis pantai di surf zone. Dalam proses
pecahnya gelombang tersebut sering terbentuk offshore bar di ujung luar surf zone yang dapat
berfungsi sebagai penghalang gelombang yang datang (menyebabkan gelombang pecah).

10
Erosi pantai terjadi apabila di suatu pantai yang ditinjau terdapat kekurangan suplai pasir.
Stabilisasi pantai dapat dilakukan dengan penambahan suplay pasir ke daerah tersebut. Apabila pantai
mengalami erosi secara terus menerus, maka penambahan pasir tersebut perlu dilakukan secara
berkala, dengan laju sama dengan kehilangan pasir yang disebabkan oleh erosi.

Gambar 3.4 Pemecah gelombang lepas pantai


Untuk mencegah hilangnya pasir yang ditimbun di ruas pantai karena terangkut oleh arus
sepanjang pantai, sering dibuat sistem groin. Dengan adanya groin tersebut, pasir yang ditimbun akan
tertahan dalam ruas-ruas pantai di dalam sistem groin. Tetapi perlu dipikirkan pula bahwa pembuatan
groin tersebut dapat menghalangi suplay sedimen ke daerah hilir, yang dapat menimbulkan
permasalahan baru di daerah tersebut.
1. Memasang karang Buatan
Karang buatan yang dikembangkan pertama kali di Selandia Baru mulai tahun 1996, energi
gelombang akan berkurang sampai 70 persen ketika sampai di pantai. Pembangunan konstruksi di
bawah laut itu juga memungkinkan tumbuhnya terumbu karang baru.
2. Kubus Beton Tumpuk
Terlepas garis pantai terlindungi atau tidak, upaya menghentikan terjadinya abrasi secara terus
menerus perlu dilakukan langkah-langkah penanggulangannya. Terdapat banyak metode dalam
penanggulangan abrasi namun prinsip pokok penanggulangannya adalah memecah gelombang atau
meredam energi gelombang yang terjadi.

11
Gambar 3.5 Pemecah gelombang kubus
beton tumbuk untuk melindungi kapal dari gelombang

Untuk mendapatkan type pemecah/peredam energi gelombang yang efektif perlu dilakukan
pengkajian yang mendalam terhadap :
1. Sifat dari pada karakteristik dan tinggi gelombang
2. Kondisi tanah
3. Pasang surut Bathimetry dan gradient pantai
Memperlihatkan kondisi tanah dan fungsi dari pada Breakwater itu sendiri, maka type
pemecah/peredam energi gelombang ada bermacam-macam dan salah satunya adalah type box-beton
(kubus beton), tipe ini memiliki beberapa keuntungan seperti :
1) Dari segi teknis sangat efektif sebagai peredam energi gelombang Kubus Beton memiliki
perbedaan berat jenis sekitar 2,4 kali dari berat jenis air atau sekitar 2,4 ton untuk 1 m3 beton
2) Dari segi pelaksanaan data dibuat di tempat dan mudah dalam penataan. Bentuk kubus
memudahkan kita untuk menata bentuk breakwater sesuai keinginan kita. Kadang breakwater
murni kita gunakan sebagai pemecah gelombang namun kita dapat juga menyusunnya hanya
untuk mengurangi energi gelombangnya saja dengan bentuk susunan berpori.
3) Untuk kondisi tertentu dari segi biaya jauh lebih murah. Untuk daerah-daerah yang tidak
memiliki tambang kelas C yang menyangkut batu gunung mulai berat 5 kg – 700 kg keputusan
untuk menggunakan kubus beton dapat membantu dan mengurangi biaya pengadaan dan
mobilisasinya.
2.3. Perencanaan Breakwater
1) Pemecah gelomang Sisi Miring
a) Stabilitas batu pelindung

12
Dalam perencanaan pemecah gelombang sisi miring, ditentukan berat butir batu pelindung, yang
dapat dihitung dengan menggunakan rumus Hudson.
γr H3
W= 3
K D ( S r−1) cot θ

γr
Sr =
γa
Dengan :
W : berat butir batu pelindung
γr : berat jenis batu
γa : berat jenis air aut
H : tinggi gelombang rencana
θ : sudut kemiringan sisi pemecah gelombang
KD : koefisien stabilitas yang tergantug pada bentuk batu pelindung (batu alam atau
buatan), kekasaran permukaan batu, ketajaman sisi-sisinya, ikatan antara butir,
keadaan pecahnya gelombang. Nilai KD untuk berbagai bentuk batu pelindung
diberikan pada table berikut.

13
Catatan :
n : Jumlah susunan butir batu dalam lapis pelindung
1
* : pengunaan n = 1 tidak disarankan untuk kondisi gelombang pecah
*2 : sampai ada ketentuan lebih lanjut tentang nilai K D, penggunaan KD dibatasi pada
kemiringan 1 : 1,5 sampai 1 : 3
*3 : batu ditempatkan dengan sumbu panjangnya tegak lurus permukaan bangunan
Rumus di atas memberikan berat butir batu pelindung yang sangat besar. Untuk mendapatkan
batu yang sangat besar tersebut adalah sulit dan mahal. Untuk memperkecil harga pemecah gelombang,
maka pemecah gelombang dibuat dalam beberapa lapis. Lapis terluar terdiri dari batu dengan ukuran

14
seperti yang diberikan oleh persamaan di atas. Berat butir batu pada lapis di bawahnya adalah semakin
kecil.
b) Dimensi pemecah gelombang sisi miring
Elevasi puncak pemecah gelombang tumpukan batu tergantung pada limpasan (overtopping)
yang diijinkan. Air yang melimpas puncak pemecah gelombang akan menggaggu ketenangan di kolam
pelabuhan. Elevasi puncak bangunan dihitung berdasarkan kenaikan (runup) gelombang, yang
tergantung pada karakteristik gelombang, kemiringan bangunan, porositas, dan kekasaran lapis
pelindung.
Lebar puncak juga tergantung pada limpasan yang diijinkan. Pada kondisi limpasan diijinkan,
lebar puncak minimum sama dengan lebar dari tiga butir batu pelindung yang disusun berdampingan
(n=3). Untuk bangunan tanpa terjadi limpasan, lebar puncak pemecah gelombang bisa lebih kecil.
Selain batasan tersebut, lebar puncak harus cukup lebar untuk keperluan operasi peralatan pada waktu
pelaksanaan dan perawatan.
Lebar puncak pemecah gelombang dapat dihitung dengan rumus berikut ini.
1
W
B=n k ∆
[ ]
γr
3

15
Gambar 3.2. Pemecah gelombang sisi mirng dengan serangan gelombang pada satu sisi

16
Gambar 3.3. Pemecah gelombang sisi miring dengan serangan gelombang pada kedua sisi
Dengan :
B : lebar puncak
n : jumlah butir batu (nminimum=3)
k∆ : koefisien lapis
W : berat butir batu pelindung
γr : berat jenis batu pelindung
Kadang-kadang di puncak pemecah gelombang tumpukan batu dibuat dinding dan lapis beton
yang dicor di tempat. Lapis beton ini mempunyai tiga fungsi yaitu:
1. Memperkuat puncak bangunan
2. Menambah tinggi puncak bangunan
3. Sebagai jalan untuk perawatan
Tebal lapis pelindung dan jumlah butir batu tiap satu luasan diberikan oleh rumus berikut ini.
1
W
t=n k ∆
[ ]
γr
3

17
2
P γr
[
N= An k ∆ 1−
100 ][ ]
W
3

Dengan :
t : tebal lapis pelindung
n : jumlah lapis batu dalam lapis pelindung
k∆ : koefisien lapis
A : luas permukaan
P : porositas rerata dari lapis pelindung (%) yang diberikan dalam table Koefisien lapis
N : jumlah butir batu untuk satu satuan luas permukaan A
γr : berat jenis batu

Tabel 3.2. Koefisien Lapis


Untuk membuat peindung dengan berat sesuai dengan rancana, gambar dan table di bawah ini
dapat digunakan sebagai acuan.Gambar dan table tersebut adalah untuk butir tetrapod. Selain
memberikan dimensi tetrapod, table tersebut juga memberikan tebal lapis lindung dan jumlah tetrapod
yang diperlukn untuk setiap 10 m2 luasan.

18
Gambar 3.6. Dimensi Tetrapod

Tabel. Dimensi Tetrapod


Catatan :
Berat jenis beton : 2,4 ton/m3
Volume Butir Lapis Lindung (V) = 0,280 H3

19
Dengan :
A = 0,302 H G = 0,215
B = 0,151 H H = Tingg tetrapod
C = 0,477 H I = 0,606 H
D = 0,470 H J = 0,303 H
E = 0,235 H K = 1,091 H
F = 0,644 H L = 1,201 H
Tebal Lapis Lindung (2 lapis) t = 1,361 H
Jumlah butir lapis lindung tiap 10 m2 Ns = 24,3 H2
TTl : Tebal lapis lindung
JBLL : Jumlah butir lapis lindung tiap 10 m2
c) Runup Gelombang
Pada waktu gelombang menghantam suatu bangunan, gelombang tersebut akan naik (runup)
pada permukaan bangunan. Elevasi (tinggi) bangunan yang direncanakan tergantung pada runup dan
limpasan yang diijinkan. Runup tergantung pada bentuk dan kekasaran bangunan, kedalaman air pada
kaki bangunan, kemiringan dasar laut di depan bangunan, dan karakteristik gelombang. Gambar 3.7.
menunjukkan runup gelombang yang terjadi karena gelombang membentur bangunan dengan
permukaan miring.
Gambar 3.8 adalah hasil percobaan di laboratorium yang dilakukan oleh Irribaren untuk menentukan
besar runup gelombang pada bangunan dengan permukaan miring untuk berbagai tipe material, sebagai
fungsi bilangan Irribaren untuk berbagai jenis lapis lindung yang mempunyai bentuk berikut:

Gambar 3.7. Runup gelombang


tan θ
I r=
H 0,5
( )
L0

20
Dengan :
θ : sudut kemiringan sisi pemecah gelombang
H : tinggi gelombang di lokasi bangunan
L0 : panjang gelombang di laut dalam

Grafik tersebut juga dapat digunakan untuk menghitung run down (Rd) yaitu tuurunnya
permukaan air karena gelombang pada sisi pemecah gelombang.
Kurva pada gambar 3.7 tersebut mempunyai bentuk tak berdimensi untuk runup relative R u/H
atau Rd/H sebagai fungsi dari bilangan Irribaren, dimana R u dan Rd adalah runup dan run down yang
dihitung darri muka air laut rerata.

Gambar 3.8. Grafik runup gelombang


2) Pemecah Gelombang Sisi Tegak

21
Kedalaman maksimum dimana pemecah gelombang sisi tegak masih bisa dibangun adalah antara
15 dan 20 m. Apabila lebih besar dari kedalaman tersebut maka pemecah gelombang menjadi sangat
lebar, hal ini mengingat lebar bangunan tidak boleh kurang dari ¾ tingginya. Di laut dengan kedalaman
lebih besar maka pemecah gelombang sisi tegak dibangun di atas pemecah gelombang tumpukan batu
(pemecah gelombang campuran) pemecah gelombang ini dapat dibangun di laut sampai kedalaman 40
m.
Pemecah gelombang sisi tegak dibuat apabila tanah dasar mempunyai daya dukung besar dan
tahan terhadap erosi. Apabila tanah dasar mempunyai lapis atas berupa lumpur atau pasir halus, maka
lapis tersebut harus dikeruk dahulu. Pada tanah dasar dengan daya dukung kecil, dibuat dasar dari
tumpukan batu untuk menyebarkan beban pada luasan yang lebih besar. Dasar tumpukan batu ini
dibuat agak lebar sehingga kaki bangunan dapat lebih aman terhadap gerusan. Supaya benar-benar
aman terhadap gerusan, panjang dasar dari bangunan adalah ¼ kali panjang gelombang terbesar.
Kegagalan yang sering terjadi bukan karena kelemahan konstruksinya, tetapi terjadi karena erosi pada
kaki bangunan, tekanan yang terlalu besar dan tergesernya tanah fondasi. Pemecah gelombang sisi
tegak bisa dibuat dari blok-blok beton massa yang disusun secara vertikal, kaison beton, turap beton
atau baja yang dipancang dan sebagainya. Suatu blok beton mempunyai berat 10 sampai 50 ton.
Kaison adalah konstruksi yang berupa kotak dari beton bertulang yang dapat terapung di laut.
Pengangkutan ke loaksi dilakukan dengan pengapungan dan menariknya. Setelah sampai di tempat
yang dikehendaki kotak ini diturunkan ke dasar laut dan kemudian diisi dengan beton atau batu.
Pemecah gelombang turap bisa berupa satu jalur turap yang diperkuat dengan tiang-tiang pancang dan
blok beton diatasnya. Atau berupa dua jalur turap yang dipancang vertikal dan satu dengan yang lain
dihubungkan dengan batang-batang angker dan kemudian diisi dengan pasir dan batu.
Di dalam perencanaan pemecah gelombang sisi tegak perlu diperhatikan hal-hal berikut ini :
1. Tinggi gelombang maksimum rencana harus ditentukan dengan baik, karena tidak seperti
pemecah gelombang sisi miring, stabilitas terhadap penggulingan merupakan faktor penting.
2.   Tinggi dinding harus cukup untuk memungkinkan terjadinya klapotis.
3. Fondasi bangunan harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak terjadi erosi pada kaki  bangunan
yang dapat membahayakan stabilitas bangunan.
Karena dinding breakwater tegak maka akan terjadi gelombang diam atau klapotis yaitu
superposisi antara gelombang datang dan gelombang pantul.
Tinggi gelombang klapotis adalah 2 kali tinggi gelombang datang.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:

22
1. Tinggi pemecah gelombang dia atas muka air pasang tertinggi tidak boleh kurang dari
1,333-1,50 kali tinggi gelombang datang.
2. Kedalaman di bawah muka air terendah ke dasar bangunan tidak kurang dari 1,25-1,50 kali
atau lebih baik 2 kali tinggi gelombang datang.
3. Lebar pemecah gelombang minimal ¾ tingginya.
4. Kedalaman maksimum perairan 15-20 m.
5. Untuk kedalaman lebih dari 20 m, breakwater sisi tegak dibangun di atas breakwater sisi
miring (breakwater campuran)
3) Pemecah Gelombang Tipe Campuran
Pada pemecah gelombang gabungan konstruksi dikombinasikan antara pemecah gelombang sisi
Tegak yang dibuat di atas pemecah gelombang sisi miring. Breakwater campuran dibuat apabila
kedalaman air sangat besar dan tanah dasar tidak mampu menahan beban dari pemecah gelombang sisi
tegak. Pada waktu air surut bangunan berfungsi sebagai pemecah gelombang sisi miring, sedang pada
waktu air pasang berfungsi sebagai pemecah gelombang sisi tegak.
Adapun pertimbangan lebih lanjut mengenai perbandingan sisi tegak dengan tumpukan batunya.
Pada dasarnya ada tiga macam yaitu :
 Tumpukan batu dibuat sampai setinggi air yang tertinggi, sedangkan bangunan sisi tegak hanya
sebagai penutup bagian atas.
 Tumpukan batu setinggi air terendah sedang bangunan sisi tegak harus menahan air tertingg.  
 Tumpukan batu hanya merupakan tambahan pondasi dari bangunan sisi tegak.

 
Gambar Potongan Melintang Breakwater Tipe Gabungan 

 Berdasarkan sistem semburan breakwater dibedakan menjadi: 


 Semburan Air

23
 Semburan Udara
Pada pemecah gelombang tipe ini menggunakan pancaran air dan udara dalam menghancurkan 
gelombang laut yang datang. Kedua sistem ini menggunakan supplay udara dan air untuk dipancarkan
ke permukaan laut yang berfungsi sebagai penghancur gelombang yang datang.

Gambar Breakwater  Tipe Semburan Air dan Udara

24
BAB III
PEMBAHASAN
(TIANG PANCANG)
3.1. Pengertian
Pondasi tiang pancang (pile foundation) adalah bagian dari struktur yang digunakan untuk
menerima dan mentransfer (menyalurkan) beban dari struktur atas ke tanah penunjang yang terletak
pada kedalaman tertentu. Tiang pancang bentuknya panjang dan langsing yang menyalurkan beban ke
tanah yang lebih dalam. Bahan utama dari tiang adalah kayu, baja (steel), dan beton. Tiang pancang
yang terbuat dari bahan ini adalah dipukul, dibor atau di dongkrak ke dalam tanah dan dihubungkan
dengan pile cap (poer). Tergantung juga pada tipe tanah, material dan karakteristik penyebaran beban
tiang pancnag diklasifikasikan berbeda-beda.
Struktur yang menggunakan pondasi tiang pancang apabila tanah dasar tidak mempunyai
kapasitas daya pikul yang memadai. Kalau hasil pemeriksaan tanah menunjukkan bahwa tanah dangkal
tidak stabil dan kurang keras apabila besarnya hasil estimasi penurunan tidak dapat diterima pondasi
tiang pancang dapat menjadi bahan pertimbangan. Lebih jauh lagi, estimasi biaya dapat menjadi
indicator bahwa pondasi tiang pancang biayanya lebih murah daripada jenis pondasi yang lain
dibandingkan dengan biaya perbaikan tanah.
Dalam kasus konstruksi berat, sepertinya bahwa kapasitas daya pikul dari tanah dangkal tidak
akan memuaskan, dan konstruksi seharusnya di bangun di atas pondasi tiang. Tiang pancang juga
digunakan untuk kondisi tanah yang normal untuk menahan beban horizontal. Tiang pancang
merupakan metode yang tepat untuk pekerjaan diatas air, seperti jertty atau dermaga.
Penggunaan pondasi tiang pancang sebagai pondasi bangunan apabila tanah yang berada
dibawah dasar bangunan tidak mempunyai daya dukung (bearing capacity) yang cukup untuk memikul
berat bangunan beban yang bekerja padanya (Sardjono HS, 1988). Atau apabila tanah yang
mempunyai daya dukung yang cukup untuk memikul berat bangunan dan seluruh beban yang bekerja
berada pada lapisan yang sangat dalam dari permukaan tanah kedalaman > 8 m (Bowles, 1991). Fungsi
dan kegunaan dari pondasi tiang pancang adalah untuk memindahkan atau mentransfer beban-beban
dari konstruksi di atasnya (super struktur) ke lapisan tanah keras yang letaknya sangat dalam.
3.2.   Penggolongan Pondasi Tiang Pancang
Pondasi tiang pancang dapat digolongkan berdasarkan pemakaian bahan, cara tiang meneruskan
beban dan cara pemasangannya, berikut ini akan dijelaskan satu persatu.
3.2.1 Pondasi tiang pancang menurut pemakaian bahan dan karakteristik strukturnya
Tiang pancang dapat dibagi kedalam beberapa kategori (Bowles, 1991) antara lain:

25
a.        Tiang Pancang Kayu
Tiang pancang dengan bahan material kayu dapat digunakan sebagai tiang pancang pada suatu
dermaga. Tiang pancang kayu dibuat dari batang pohon yang cabang-cabangnya telah dipotong dengan
hati-hati, biasanya diberi bahan pengawet dan didorong dengan ujungnya yang kecil sebagai bagian
yang runcing. Kadang-kadang ujungnya yang besar didorong untuk maksud-maksud khusus, seperti
dalam tanah yang sangat lembek dimana tanah tersebut akan bergerak kembali melawan poros. Kadang
kala ujungnya runcing dilengkapi dengan sebuah sepatu pemancangan yang terbuat dari logam bila
tiang pancang harus menembus tanah keras atau tanah kerikil.
Pemakaian tiang pancang kayu ini adalah cara tertua dalam penggunaan tiang pancang sebagai
pondasi. Tiang kayu akan tahan lama dan tidak mudah busuk apabila tiang katu tersebut dalam keadaan
selalu terendam penuh di bawah muka air tanah. Tiang pancang dari kayu akan lebih cepat rusak atau
busuk apabila dalam keadaan kering dan basah yang selalu berganti-ganti. Sedangkan pengawetan
serta pemakaian obat-obatan pengawet untuk kayu hanya akan menunda atau memperlambat kerusakan
daripada kayu, akan tetapi tetap tidak akan dapat melindungi untuk seterusnya. Pada pemakaian tiang
pancang kayu ini biasanya tidak diijinkan untuk menahan muatan lebih besar dari 25 sampai 30 ton
untuk setiap tiang.
Tiang pancang kayu ini sangat cocok untuk daerah rawa dan daerah-daerah dimana sangat banyak
terdapat hutan kayu seperti daerah Kalimantan, sehingga mudah memperoleh balok/tiang kayu yang
panjang dan lurus dengan diameter yang cukup besar untuk digunakan sebagai tiang pancang.
Persyaratan dari tiang pancang tongkat kayu tersebut adalah : bahan kayu yang dipergunakan
harus cukup tua, berkualitas baik dan tidak cacat, contohnya kayu berlian. Semula tiang pancang kayu
harus diperiksa terlebih dahulu sebelum dipancang untuk memastikan bahwa tiang pancang kayu
tersebut memenuhi ketentuan dari bahan dan toleransi yang diijinkan. Semua kayu lunak yang
digunakan untuk tiang pancang memerlukan pengawetan, yang harus dilaksanakan sesuai dengan
AASHTO M133 – 86 dengan menggunakan instalasi peresapan bertekanan.
b.    Tiang Pancang Beton
1)   Precast Reinforced Concrete Pile
Precast renforced concrete pile adalah tiang pancang dari beton bertulang yang dicetak dan dicor
dalam acuan beton (bekisting), kemudian setelah cukup kuat lalu diangkat dan dipancangkan. Karena
tegangan tarik beton adalah kecil dan praktis dianggap sama dengan nol, sedangkan berat sendiri dari
pada beton adalah besar, maka tiang pancang beton ini haruslah dieri penulangan-penulangan yang
cukup kuat untuk menahan momen lentur yang akan timbul pada waktu pengangkatan dan

26
pemancangan. Karena berat sendiri adalah besar, biasanya pancang beton ini dicetak dan dicor di
tempat pekerjaan, jadi tidak membawa kesulitan untuk transport.
Tiang pancang ini dapat memikul beban yang besar (>50 ton untuk setiap tiang), hal ini
tergantung dari dimensinya. Dalam perencanaan tiang pancang beton precast ini panjang dari pada
tiang harus dihitung dengan teliti, sebab kalau ternyata panjang dari pada tiang ini kurang terpaksa
harus dilakukan penyambungan, hal ini adalah sulit dan banyak memakan waktu.
Reinforced Concrete Pile penampangnya dapat berupa lingkaran, segi empat, segi delapan dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Tiang pancang beton precast concrete pile (Bowles, 1991)

2) Precast Prestressed Concrete Pile


Precast Prestressed Concrete Pile adalah tiang pancang dari beton prategang yang menggunakan
baja penguat dan kabel kawat sebagai gaya prategangnya.

Gambar 2.3 Tiang pancang Precast Prestressed Concrete Pile ( Bowles, 1991 )
3)    Cast in Place Pile
Pondasi tiang pancang tipe ini adalah pondasi yang di cetak di tempat dengan jalan dibuatkan
lubang terlebih dahulu dalam tanah dengan cara mengebor tanah seperti pada pengeboran tanah pada
waktu penyelidikan tanah. Pada Cast in Place ini dapat dilaksanakan dua cara:
1. Dengan pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi dengan beton dan
ditumbuk sambil pipa tersebut ditarik keatas.

27
2. Dengan pipa baja yang di pancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi dengan beton, sedangkan
pipa tersebut tetap tinggal di dalam tanah.
c.    Tiang Pancang Baja.
Pada umumnya, tiang pancang baja struktur harus berupa profil baja gilas biasa, tetapi tiang
pancang pipa dan kotak dapat digunakan. Bilamana tiang pancang pipa atau kotak digunakan, dan akan
diisi dengan beton, mutu beton tersebut minimum harus K250.
Kebanyakan tiang pancang baja ini berbentuk profil H. Karena terbuat dari baja maka kekuatan dari
tiang ini sendiri sangat besar sehingga dalam pengangkutan dan pemancangan tidak menimbulkan
bahaya patah seperti halnya pada tiang beton precast. Jadi pemakaian tiang pancang baja ini akan
sangat bermanfaat apabila kita memerlukan tiang pancang yang panjang dengan tahanan ujung yang
besar.
Tingkat karat pada tiang pancang baja sangat berbeda-beda terhadap texture tanah, panjang tiang
yang berada dalam tanah dan keadaan kelembaban tanah.
a. Pada tanah yang memiliki texture tanah yang kasar/kesap, maka karat yang terjadi karena adanya
sirkulasi air dalam tanah tersebut hampir mendekati keadaan karat yang terjadi pada udara
terbuka.
b. Pada tanah liat (clay) yang mana kurang mengandung oxygen maka akan menghasilkan tingkat
karat yang mendekati keadaan karat yang terjadi karena terendam air.
c.   Pada lapisan pasir yang dalam letaknya dan terletak dibawah lapisan tanah yang padat akan
sedikit sekali mengandung oxygen maka lapisan pasir tersebut juga akan akan menghasilkan
karat yang kecil sekali pada tiang pancang baja.
Pada umumnya tiang pancang baja akan berkarat di bagian atas yang dekat dengan permukaan
tanah. Hal ini disebabkan karena Aerated-Condition (keadaan udara pada pori-pori tanah) pada lapisan
tanah tersebut dan adanya bahan-bahan organis dari air tanah. Hal ini dapat ditanggulangi dengan
memoles tiang baja tersebut dengan (coaltar) atau dengan sarung beton sekurang-kurangnya 20” (± 60
cm) dari muka air tanah terendah.
Karat /korosi yang terjadi karena udara (atmosphere corrosion) pada bagian tiang yang terletak di
atas tanah dapat dicegah dengan pengecatan seperti pada konstruksi baja biasa.
d.    Tiang Pancang Komposit.
Tiang pancang komposit adalah tiang pancang yang terdiri dari dua bahan yang berbeda yang
bekerja bersama-sama sehingga merupakan satu tiang. Kadang-kadang pondasi tiang dibentuk dengan
menghubungkan bagian atas dan bagian bawah tiang dengan bahan yang berbeda, misalnya dengan

28
bahan beton di atas muka air tanah dan bahan kayu tanpa perlakuan apapun disebelah bawahnya. Biaya
dan kesulitan yang timbul dalam pembuatan sambungan menyebabkan cara ini diabaikan.
3.2.2 Pondasi tiang pancang menurut pemasangannya
       Pondasi tiang pancang menurut cara pemasangannya dibagi dua bagian besar, yaitu:

a.    Tiang pancang pracetak


    Tiang pancang pracetak adalah tiang pancang yang dicetak dan dicor didalam acuan beton
(bekisting), kemudian setelah cukup kuat lalu diangkat dan dipancangkan. Tiang pancang pracetak ini
menurut cara pemasangannya terdiri dari :
1. Cara penumbukan
         Dimana tiang pancang tersebut dipancangkan kedalam tanah dengan cara penumbukan oleh alat
penumbuk (hammer).
2. Cara penggetaran
        Dimana tiang pancang tersebut dipancangkan kedalam tanah dengan cara penggetaran oleh alat
penggetar (vibrator).
3. Cara penanaman
         Dimana permukaan tanah dilubangi terlebih dahulu sampai kedalaman tertentu, lalu tiang
pancang dimasukkan, kemudian lubang tadi ditimbun lagi dengan tanah.
Cara penanaman ini ada beberapa metode yang digunakan :
a.    Cara pengeboran sebelumnya, yaitu dengan cara mengebor tanah sebelumnya lalu tiang
dimasukkan kedalamnya dan ditimbun kembali.
b.    Cara pengeboran inti, yaitu tiang ditanamkan dengan mengeluarkan tanah dari bagian
dalam tiang.
c.    Cara pemasangan dengan tekanan, yaitu tiang dipancangkan kedalam tanah dengan
memberikan tekanan pada tiang.
d.    Cara pemancaran, yaitu tanah pondasi diganggu dengan semburan air yang keluar dari
ujung serta keliling tiang, sehingga tidak dapat dipancangkan kedalam tanah.

b.    Tiang yang dicor ditempat (cast in place pile)


            Tiang yang dicor ditempat (cast in place pile) ini menurut teknik penggaliannya terdiri dari
beberapa macam cara yaitu :
1.    Cara penetrasi alas

29
       Cara penetrasi alas yaitu pipa baja yang dipancangkan kedalam tanah kemudian pipa baja
tersebut dicor dengan beton.
2.    Cara penggalian
       Cara ini dapat dibagi lagi urut peralatan pendukung yang digunakan antara lain :
a.  Penggalian dengan tenaga manusia
         Penggalian lubang pondasi tiang pancang dengan tenaga manusia adalah penggalian         lubang
pondsi yang masih sangat sederhana dan merupakan cara konvensional. Hal          ini dapat
dilihat dengan cara pembuatan pondasi dalam, yang pada umumnya hanya mampu dilakukan
pada kedalaman tertentu.
b. Penggalian dengan tenaga mesin
         Penggalian lubang pondasi tiang pancang dengan tenaga mesin adalah penggalian lubang pondasi
dengan bantuan tenaga mesin, yang memiliki kemampuan lebih baik dan lebih canggih.

3.3. Perencanaan Tiang Pancang pada Dermaga


3.3.1. Perencanaan Plat Dermaga
a. Perhitungan momen plat
Asumsi perhitungan-perhitungan yang dipakai adalah perletakan jepit elastis.
- Perhitungan Momen akibat beban terbagi rata :
Mlx = Mtx = ± 0.001 . q . lx2 . x
Mly = Mty = ± 0.001 . q . lx2 . x
Dimana :
Mlx, Mly = momen lentur plat per satuan panjang di lapangan arah bentang lx, ly (tm)
Mtx, Mty = momen lemtur plat persatuan panjang di tumpuan arah bentang lx, ly (tm)
q = beban total terbagi rata pada plat (t/m)
Lx = ukuran bentang terkecil plat, bentang yang memikul plat dalam satu arah (m)
x = koefisien pada table 13.3.2 PBI 1971
- Perhitungan Momen akibat beban terpusat :

bx by
[ ] [ ]
M=
[
Dimana :
a1 x
lx
bx
lx
+a2 x

+
by
[ ][ ]
ly
ly

+ a4
+a3

]
lx = bentang pendek plat

30
ly = bentang panjang plat
bx = ukuran beban w arah bentang pendek (m)
by = ukuran beban w arah bentang panjang
Mx = mome positif maksimum arah bentang pendek
My = momen positif maksimum arah bentang panjang (m)
w = beban terpusat (ton)
a1, a2, a3, a4 = koefisien yang tergantung dari lx/ly dan derajat jepit masing-masing sis
(table VI KBI Ir. Sutami)
Pada beban terpusat yang bergerak,penulangan dimensi berdasarkan momen maksimum yang
didapat, diambil tetap sepanjang seluruh plat (tepi-tepi)
Lebar pembesian ini tidak tergantung pada tempat beban dan ditentukan dengan rumus-rumus
berikut:
Sx=¿
Sx = lebar jalur dimana pembesian menahan momen My harus dipasang
Sy=¿
Sy = lebar jalur dimana pembesian menahan momen Mx harus dipasang
Six=¿
Six = lebar jalur dimana pembesian menahan momen Miy harus dipasang
Siy=¿
Siy = lebar jalur dimana pembesian menahan momen Mix harus di pasang
Dimana :
C1 dan C2 = Koefisien yang tergantung pada keadaan derajat jepit dan sisi plat
C1 = 0 , jika kedua sisi sejajar lx ditumpu bebas
C1= 0.1 , jika kedua sisi sejajar ly dijepit dan lainnya ditum[u bebas
C2 = 0 , jika kedua sisi sejajar lx ditum[u bebas
C2 = 0.1 , jika kedua sisi sejajar ly dijepit dan lainnya di tumpu bebas

b. Distribusi Beban Plat Pada Balok


Plat yang membebani balok harus didistribusikan terlebih dahulu sesuai dengan area yang
dipikul, distribusi beban plat dermaga dan trestle terbagi atas :

31
P’ = ½.P.1/2.lx = 1.4 p lx
VA = VB = P’ = ¼ p lx
Mmax = VA . ½ lx – P’ . 1/3 . (1/2 lx)
= ¼ . p . lx – ½ lx – ¼.p.lx.1/6 lx = ¼.p.lx.1/3lx
= 1/12.p.lx = 1/12.1/2.q.lx2 = 1/24.q.lx3
Mmax eq = M max
1/8.qeq.lx2 = 1/24 p.q.lx = 1/3.q.lx
Sehingga untuk beban segitiga :
Qeq = 2/3.P = 2/3 p.q.lx = 1/3.q.lx

32
c. Penulangan Plat
Perhitungan tulangan pada plat berdasarkan PBI 1971 :

33
h
Ca=
nxM

Dengan :
√ bx τ ' b

σa
∅ o=
nx τ ' b
12
Amin=
σ σu
Dimana :
M = momen lentur akibat bebam kerja
B = lebar penampang balok persegi, lebar badan penampang balok T
H = tinggi manfaat penampang
H = tinggi manfaat penampang
n = angka ekivalen antara satuan luas dengan luas beton
Eb = modulus elastisitas beton berdasarkan PBI 1971 pasal 11.1.1 untuk beban mati
Ea = modulus elastisitas beton menurut PBI 1971 pasal 10.9.1
σ'bk = mutu beton (kg/cm2), PBI 1971
σ’a = tegangan tarik baja yang diizinkan, PBI 1971
σ’b = tegangan tarik baja yang diizinkan, PBI 1971

Apabila , mak ukuran penampang harus diperbesar sedemikian rupa sehingga


memenuhi persyaratan berikut :

34
Sebagai tulangan geser dipakai sengkang dengan luas efektif As dan Jarak As dan tulangan
miring dengan luas efektif Am. Perumusan yang digunakan untuk menghitung tulangan geser
berdasarkan PBI 1971.

d. Kontrol Retak
Lebar retak maksimum untuk beton diluar bangunan yang tidak terlindungi dari hujan dan terik
matahari langsung, kontinu perhubungan air dan tanah atau berada dalam lingkunagn agresif adalah
0,01 cm.

35
Lebar retak ada pembebanan tetap akbat beban kerja, PBI 1971 pasal 10.7.3 dapat dihitung
dengan rumus dibawah ini:

Tipe material untuk tiang pancang meliputi : kayu, beton precast, beton prestress, pipa baja bulat
maupun kotak dengan atau tanpa sepatu tiang, baja pita yang dibentuk pipa, profil baja bentuk I atau H
dengan atau tanpa selimut beton, tiang ulir baja, dan sebagainya. Penjelasan mengenai tipe-tipe tiang
pancang sebagai berikut :
1. Tiang Pancang Kayu, hanya digunakan pada dermaga untuk sandar kapal rakyat di bawah 100
DWT, mampu menembus tanah dengan SPT maksimum 25 dan kedalaman 15 m, di samping itu
umur konstruksi sangat pendek maksimum 15 tahun bila dirawat dapat sedikit lebih lama.

36
Dengan harga kayu yang berkualitas baik makin mahal tiang ini menjadi semakin jarang
digunakan.
2. Tiang Pancang Beton, baik precast maupun prestress memiliki keuntungan harganya murah dan
tidak membutuhkan bahan pelindung anti korosi.
Kerugiannya adalah kekuatan bahan rendah dan bila terlalu berat akan menyulitkan
pengangkatan, tidak bisa menembus lapisan tanah keras (maksimum SPT < 40), bila dipancang
lebih dari 15 m cenderung pecah atau meleset di bagian bawah, posisi sambungan akan banyak
dan merupakan titik terlemah menghadapi gaya horizontal setempat tetapi kuat terhadap gaya
vertical dalam hal ini berupa tekan.
3. Tiang Pancang Baja, dengan berbagai tipe yang ada dapat dipilih sesuai kondisi tanah setempat,
dimana pipa baja dengan sepatu dapat menembus SPT < 60 blow/10 cm sedang baja profil dapat
menembus hingga SPT = 125. Penggunaan pipa baja berdiameter besar akan mampu bertahan
terhadap tekanan gelombang.
3.3.2 Contoh Perencanaan Tiang Pancang
Direncanakan suatu dermaga untuk berlabuh kapal berukuran 4000 ton. Bentuk dermaga seperti
terlihat pada gambar dibawah. Lebar dermaga adalah 7 m dan jarak antara balok melintang adalah 3.5
m. Sifat tanah adalah sebagai berikut.

Tanah Lapis I
Berat jenis tenih timbunan : γ =1,7 gr /cm3
Sudut gesek dalam : φ=31°
Tanah Lapis II
Berat jenis tanah timbunan : γ =1,0 gr /cm 3
Sudut gesek dalam : φ=28 °

37
Perbedaan muka air di hulu dan hilir dermaga : h1 =0,4 m
Kedalaman air dermaga : h2 =2,7 m

Koefisien permeabilitas tanah : k 1=1,1× 10−2


Tanah Lapis III
Berat jenis tanah timbunan : γ =1,0 gr /cm 3
Sudut gesek dalam : φ=28 °
Perbedaan muka air di hulu dan hilir dermaga : h1 =4 m
Kohesi tanah : C=0,05 kg /cm2

Koefisien permeabilitas tanah : k 1=1,1× 10−3


Beberapa data lainnya
Ukuran tiang pancang : 40 cm x 40 cm
Berat jenis beton : 2,4 gr/cm3
σ Larsen =1800 kg /cm2

Perencanaan
Di dalam perencanaan dermaga ini perlu dihitung gaya-gaya luar yang bekerja pada bangunan, yang
terdiri dari :
1. Tekanan air pada turap
2. Tekanan tanah pada turap, yang dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :
a. Tekanan tanah aktif di belakang
b. Tekanan tanah pasif di depan bagian turap yang dipancangkan ke dalam tanah
3. Gaya tarikan kapal
4. Gaya benturan kapal

38
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Pada tahun 1740, Christoffoer Polhem menemukan peralatan pile driving yang mana menyerupai
mekanisme Pile driving saat ini. Tiang baja (steel pile) sudah digunakan selama 1800 dan tiang beton
(concrete pile) sejak 1900. Revolusi industri membawa perubahan yang penting pada sistem pile
driving melalui penemuan mesin uap dan mesin diesel. Lebih lagi baru-baru ini, meningkatnya
permintaan akan rumah dan konstruksi memaksa para pengembang memanfaatkan tanah-tanah yang
mempunyai karakteristik yang kurang bagus. Hal ini membuat pengembangan dan peningkatan sistem
pile driving. Saat ini banyak teknik-teknik instalansi tiang pancang bermunculan.

39
DAFTAR PUSTAKA

Triatmodjo, Bambang. 2009. Perencanaan Pelabuhan. Beta Offset. Yogyakarta, Sleman.

Aspsiplump. 26 Januari,2009. aspsiplump.wordpress.com

Hasian Harahap, Rizaldy. PONDASI TIANG PANCANG (PILE POUNDATION).


http://rizaldyberbagidata.blogspot.co.id/2012/06/pondasi-tiang-pancang-pile-
foundation.html, 1 Desember 2016

Anonim. Pemecah Gelombang. https://id.wikipedia.org/wiki/Pemecah_gelombang, 2 Desember 2016

40

Anda mungkin juga menyukai