PENDAHULUAN
menjelaskan bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang
dalam segala bidang. Pada pasal 1 ayat 1 dikatakan sumber daya air adalah air, sumber
Pada pasal 1 ayat 2 UU No. 7 tahun 2004 menjelaskan bahwa air adalah semua
air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam
pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat. Air
hujan adalah air murni yang berasal dari sublimasi uap air di udara yang ketika turun
melarutkan benda-benda di udara yang dapat mengotori dan mencemari air hujan seperti
Pemasalahan sumber daya air saat ini sudah menjadi satu permasalahan yang
sangat penting di Indonesia. Permasalahan sumber daya air ini dipengaruhi oleh
Salah satu solusi permasalahan sumber daya air yaitu dengan mengolah air
hujan. Permenpu No. 11/PRT/M/2014 pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa pengelolaan air
hujan pada bangunan dan persilnya adalah upaya dan kegiatan untuk mempertahankan
kondisi hidrologi alami dengan cara memaksimalkan pemanfaatan air hujan, infiltrasi air
hujan dan menyimpan sementara air hujan untuk menurunkan debit banjir melalui optimasi
1
Kebutuhan akan air besih umumnya disuplai oleh PDAM Kota Ternate yang di
dapat dari air tanah maupun sungai yang ada di sekitar wilayah Kota Ternate. Selain itu,
ada juga masyarakat maupun kawasan yang tidak mendapatkan suplai air bersih dari
PDAM sehingga air tanah digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Akan menjadi
bahaya jika terjadi eksploitasi berlebihan terhadap air tanah. Eksploitasi air tanah dapat
menyebabkan tanah menjadi amlbes (land subsidence). Selain itu juga akan terjadi
kesulitan air bersih karena air tanah semakin sulit diperoleh. Apabila eksploitasi air tanah
Kegiatan pengolahan air hujan dalam hal ini memanen air hujan di Kota Ternate
telah dilaksanakan di beberapa kawasan yang ada di Kecamatan Ternate Utara. Kegiatan
ini dilaksanakan dalam rangka usaha untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat
dan mengurangi resiko banjir yang sempat terjadi di beberapa kelurahan di Kecamatan
Ternate Utara.
pompa untuk mendistribusikan air bersih dari daerah rendah ke daerah pegunungan.
Lokasi Kampus Universitas Khairun berada pada ketinggian, sehingga distribusi air bersih
alasan peneliti melakukan penelitian ini guna dapat memenuhi kebutuhan air bersih
dengan baik, mengingat dalam waktu tertentu masyarakat dapat membeli air bersih untuk
memenuhi kebutuhan di areal kampus, baik itu kebutuhan individu, kelompok, tempat
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah yang akan
3. Mengetahui volume air hujan yang dapat ditampung guna memenuhi kebutuhan
Teknik
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika
penulisan.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini memuat teori-teori dan penelitian terkait yang digunakan dalam penelitian.
Bab ini berisis uraian tentang gambaran umum penelitian dan prosedur penelitian.
Bab ini berisi tentang hasil dari analisis penelitian dan pembahasannya.
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang didapat dari penulisan BAB I, BAB II,
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hujan
Hujan terjadi karena udara basah yang naik ke atmosfir mengalami pendinginan
sehingga terjadi proses kondensasi. Naiknya udara ke atas dapat terjadi secara siklonik,
a) Hujan konvektif
Di daerah tropis pada musim kemarau udara yang berada di dekat permukan
massa udara berkurang, sehingga terjadi kondensasi dan hujan. Hujan terjadi
karena proses ini disebut hujan konvektif, yang biasanya bersifat setempat,
b) Hujan siklonik
Jika massa udara panas yang relatif ringan bertemu dengan massa udara dingin
yang relatif berat, maka udara panas tersebut akan bergerak di atas udara dingin.
kondensasi dan terbentuk awan dan hujan. Hujan yang terjadi disebut hujan
siklonik, yang mempunyai sifat tidak terlalu lebat dan berlangsung dalam waktu
lebih lama.
c) Hujan orografis
Udara lembab yang tertiup angin dan melintasi daerah pegunungan akan naik
dan mengalami pendinginan, sehingga terbentuk awan dan hujan. Sisi gunung
yang dilalui oleh udara tersebut banyak mendapatkan hujan dan disebut lereng
5
hujan, sedang sisi belakang yang dilalui udara kering (uap air leleh menjadi hujan
di lereng) disebut lereng bayangan hujan. Daerah tersebut tidak permanen dan
dapat berubah tergantung pegunungan (hulu DAS), dan merupakan pemasok air
Air hujan merupakan sumber air yang sangat penting terutama di daerah yang
tidak terdapat sistem penyediaan air bersih, kualitas air permukaan yang rendah sarta
Selain bermanfaat untuk mengurangi limpasan air hujan dan mereduksi potensi
hujan dan kumpulan polutan serta dapat mengurangi frekuensi dan tingkatan
infiltrasi berbasis vegetasi tanah dapat digunakan untuk mengisi ulang air
6
Dengan pemanfaatan air hujan secara optimal untuk kegiatan sehari-hari,
seperti mengairi kebun, taman, dan toilet tentunya penggunaan air dari
dan air permukaan sebagai sumber air minum. Di samping itu implementasi
Dengan pengelolaan air hujan pada bangunan gedung dan persilnya melalui
pemanfaatan air hujan dan infiltrasi tanah, limpasan air hujan akan berkurang
Dengan terisinya air tanah melalui kegiatan pengelolaan air hujan pada
menggunakan air untuk kebutuhan bangunan, mengisi ulang air tanah, dan
7
langkah positif untuk memperbaiki kondisi lingkungan yang pada akhirnya
merupakan rerata kebutuhan air minum, wudhu, mencuci tangan/kaki, kakus dan lain
6 SLTP 50 Liter/siswa/hari
9 Kantor/Pabrik 50 Liter/pegawai/hari
11 Restoran 15 Liter/kursi
8
13 Hotel Melati/Penginapan 150 Liter/tempat tidur/hari
Gedung Pertunjukan,
4 10 Liter/kursi
Bioskop
15 Gedung Serba Guna 25 Liter/kursi
2)
Permen Kesehatan RI No. 986/Menkes/Per/IX/1992
Tabel 2.2 Pemakaian air dingin pada alat plumbing menurut SNI 03-7065-2005
Setiap Pemakaian
No. Nama Alat Plumbing Waktu Pengisian (detik)
(liter)
1 Kloset, katup gelontor 15 10
9
Intensitas hujan adalah laju hujan atau curah hujan atau tinggi air persatuan
waktu. Intensitas curah hujan dinotasikan dengan huruf I dengan satuan mm/jam,
Durasi adalah lamanya suatu kejadian hujan. Intensitas hujan yang tinggi pada
umumnya berlangsung dengan durasi pendek dan meliputi daerah yang tidak begitu luas.
Hujan yang meliputi daerah yang luas, jarang sekali dengan intensitas yang tinggi tetapi
dapat berlangsung dengan durasi yang cukup panjang. Volume air bagaikanditumpahkan
Dalam menghitung intensitas hujan yang dipakai adalah hujan harian, Mononobe
(Suryono dan Takeda 1983) mengusulkan persamaan di bawah ini untuk menurunkan
kurva IDF.
R 24 24 2
I =t h=
( )
24 t c
3
........................................................................................................2.1
Ketersediaan air adalah jumlah air debit yang diperkirakan terus menerus ada di
suatu lokasi (bendung atau bangunan air lainnya) di sungai dengan jumlah tertentu dan
dalam jangka waktu periode tertentu (Direktorat Irigasi, 1980). Air yang tersedia dapat
digunakan untuk berbagai keperluan seperti air baku yang meliputi air domestik (air minum
dan rumah tangga) dan industri, pemeliharaan sungai, peternakan, perikanan, irigasi dan
10
Ketersediaan air di bumi sangat melimpah, hampir 70% permukaan bumi tertutup
oleh air atau berjumlah 1.36 x 109 km 3. Namun dari jumlah ini hanya 0.0033% saja yang
bisa dimanfaatkan dan 33% sisanya hampir tersimpan di kutub atau air tanah yang sangat
dalam. Kebutuhan air satu daerah berbeda dengan daerah lain (Shalahudin dalam
Dwiningsih, 2003).
Untuk pemanfaatan air hujan, perlu diketahui informasi ketersediaan air andalan
(debit hujan). Curah hujan andalan adalah besarnya curah hujan bulanan yang terjadi
pada periode waktu tertentu yang peluang terjadinya 80%. Data curah hujan andalan
dapat terlihat penyebaran curah hujan sehingga dapat diketahui saat-saat terjadinya
musim penghujan dan musim kemarau yang ditandai besarnya curah hujan setiap
tahunan yang ada dengan mengurutkan pengikat data debit rerata tahunan dari nilai
tertinggi ke nilai terendah berdasarkan besar curah hujan rata-rata tahunan. Lalu
m
P= 100 ..............................................................................................................2.2
n+1
n = jumlah data
P = peluang
teknik yang digunakan untuk mengumpulkan air hujan untuk kemudian dapat diresapkan
11
ke dalam tanah, dimanfaatkan untuk kebutuhan tertentu, atau disalurkan ke saluran
drainase perkotaan.
Pemanenan Air Hujan (PAH) merupakan metode atau teknologi yang digunakan
untuk mengumpulkan air hujan yang berasal dari atap bangunan, permukaan tanah, jalan
atau perbukitan batu dan dimanfaatkan sebagai salah satu sumber suplai air bersih
Pemanenan air hujan dengan teknik modern sudah dipraktikkan di banyak negara
maju. Banyak perusahaan air minum yang sudah menjual peralatan satu paket dan siap
harga yang telah ditentukan sesuai dengan tipe rumah (luas atap) dan jumlah anggota
Kelebihan dari memanen air hujan adlah sebagai berikut (Krisan dalam Yudhi,
2014)
3. Air hujan dapat menjadi sumber air alternatif ketika air tanah tidak tersedia atau
4. Panen air hujan mengurangi arus ke aliran limpasan permukaan dan juga
5. Panen air hujan mengurangi permintaan kebutuhan air puncak musim kemarau
12
2.6 Tipe Sistem Pemanenan Air Hujan
Beberapa sistem pemanenan air hujan yang dapat diterapkan adalah sebagai
berikut:
memungkinkan air yang akan terkumpul tidak terlalu signifikan, namun apabila
Dibandingkan dengan sistem atap, pemanenan air hujan dengan sistem ini lebih
banyak mengumpulkan air hujan dari daerah tangkapan yang lebih luas. Air hujan
yang terkumpul dengan sistem ini lebih cocok digunakan untuk pertanian, karena
kualitas air yang rendah. Air dapat ditampung dalam embung atau danau kecil.
Namun, ada kemungkinan sebagian air yang tertampung akan meresap ke dalam
tanah.
Sistem pemanenan air hujan biasanya terdiri dari area tangkapan, aluran
pengumpulan atau pipa yang mengalirkan air hujan yang turun di atap tangki penyimpanan
(cistern or tanks). Saluran pengumpulan atau pipa mempunyai ukuran, kemiringan, dan
dipasang sedemikian rupa agar kuantitas air hujan dapat tertampung semaksimal
mungkin. Ukuran saluran penampung tergantung pada luas area tangkapan hujan,
biasanya diameter saluran penampung berukuran 20-50 cm (Abdulla et al., 2009). Filter
dibutuhkan untuk menyaring sampah (daun, plastik, dan ranting) yang ikut bersama air
13
hujan dalam saluran penampung sehingga kualitas air hujan terjaga. Dalam kondisi
tertentu, filter harus bisa dilepas dengan mudah dan dibersihkan dari sampah.
Komponen dasar dari suatu pemanen air hujan terdiri dari lima dasar yaitu :
Atap bangunan merupakan pilihan sebagai area penangkapan air hujan. Jumlah
air yang dapat ditampung dari sebuah atap tergantung dari material atap tersebut,
Berfungsi menangkap dan menyalurkan air hujan yang melimpas dari atap menuju
tempat penampungan. Material yang biasa dipergunakan pada unit adalah PVP,
14
Gambar 2.2 Talang yang Terpasang Saringan Daun
(Sumber : Heather Kinkade-Levario, 2007)
3. Saringan daun, saluran penggelontar air hujan pertama ( fisrt flush diverters) dan
penampungan, air hujan yang pertama kali turun dialirkan terebih melalui saluran
penggelontor air hujan pertama ( first flush diverters). Karena air hujan yang
pertama kali jatuh membasahi atap membawa berbagai kotoran, zat kimia
berbahaya, dan beberapa jenis bakteri yang berasal dari sisa-sisa orgasme.
15
4. Tangki/bak penampungan
Bagian ini merupakan bagian termahal dari sistem panen air hujan. Ukuran tangki
penampungan ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain: persediaan air hujan
Komponen ini hanya dipakai pada sistem pemanen air hujan sebagai sumber air
minum.
Sedangkan contoh komponen lengkap sebuah pemanen air hujan modern pada sebuah
Keterangan :
1. Atap
2. Talang
16
3. Pipa
4. Pipa downspout
8. Catchbasin
17
Setelah sistem jaringan pipa penghubung terpasang dari talang ke tangki
ruang di luar bangunan. Tangki bisa diletakkan dalam tanah atau di atas permukaan tanah.
Peletakan tangki lebih baik menyesuaikan dengan keadaan talang dan perpipaan air
bersih di bangunan sehingga air dapat mengalir dengan gravitasi dan dapat menghemat
penggunaan pompa. Apabila tidak memungkinkan, dapat menggunakan sistem dua tangki
yang mana tangki bawah dipompa ke tangki atas bangunan sehingga air dapat mengalir
secara gravitasi. Apabila ingin menyimpan cadangan air hujan dengan kapasitas besar,
18
Gambar 2.6 Tangki air hujan bawah tanah
Gambar 2.7 Tangki air hujan terletak berada ditengah antara lantai 1 dan lantai 2
Apabila ingin menyimpan cadangan air hujan dengan kapasitas yang lebih besar,
19
Gambar 2.8 Sistem 3 tangki penampung air yang saling berhubungan
Koefisien runoff atau koefisien k didefinisikan sebagai nisbah antara puncak aliran
permukaan terhadap intensitas hujan. Faktor ini merupakan variabel yang paling
menentukan hasil perhitungan debit banjir. Pemilihan harga k yang tepat memerlukan
pengalaman hidrologi yang luas. Faktor utama yang mempengaruhi nilai k adalah laju
infiltrasi tanah atau presentase lahan kedap air, kemiringan lahan, tanaman penutup tanah,
dan intensitas hujan. Permukaan kedap air, seperti perkerasan aspal dan atap bangunan,
akan menghasilkan aliran hampir 100% setelah permukaan menjadi basah, seberapa pun
kemiringannya (Suripin, 2004). Koefisien runoff nilainya dberikan dalam tabel 2.3.
20
Tabel 2.3 Koefisien k untuk Metode Rasional
21
Untuk menghitung ketersediaan air atau volume air hujan yang jatuh di atap
V =R ∙ A ∙ k pers. 2.3
Kebutuhan air suatu bangunan gedung baik kebutuhan air indoor maupun outdoor
dapat sihitung sesuai dengan SNI 03-7065-2005. Volume pemakaian dapat di sesuaikan
dari fungsi bangunan atau dengan menghitung rata-rata penggunaan air pada alat
kebutuhan air sepanjang tahun atau minimal sepanjang musim hujan. Untuk itu sebelum
melaksanakan pembuatan tangki perlu dilakukan perhitungan volume air hujan yang dapat
22
Penentuan ukuran tangki dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
menghitung volume air yang dibutuhkan yang langsung dianggap sebagai volume
Metode ini mengambil asumsi bahwa curah hujan dan daerah tangkapan memadai
Metode ini hanya memperhitungkan jumlah air yang bisa di tangkap oleh suatu
bahwa volume ketersediaan air harus lebih besar dari kebutuhan air yang
keseimbangan ketersediaan air dan kebutuhan air yang terjadi. Ketersediaan air
berasal dari atap sedangkan kebutuhan air merupakan volume air yang
dibutuhkan.
Dari ketiga metode di atas, metode yang dipilih adalah metode perhitungan neraca
air. Metode ini dipilih karena volume ketersediaan air berbeda setiap harinya karena
perbedaan curah hujan setiap hari dan ditambah lagi dengan dua musim yang terjadi di
23
Indonesia sehingga suplai air pada musim penghujan melimpah dan pada musim kemarau
suplai atau ketersediaan air sangat sedikit, sedangkan kebutuhan air setiap bulan
dianggap sama. Maka dengan metode ini menyesuaikan dengan kondisi antar dua musim
ini. Sehingga suplai air yang ditampung pada musim penghujan ada sebagian yang
ditabung untuk menutupi kekurangan air sehingga neraca suplai dengan demand menjadi
seimbang.
Untuk menghitung debit air baku yang diperoleh dari hujan dapat digunakan
I × A atap
Q= ................................................................................................................2.6
T
Untuk menghitung dimensi talang tegak dapat digunakan persamaan berikut ini:
v =√ 2 gh ......................................................................................................................2.7
Q
A= ...........................................................................................................................2.8
v
1
A= π r 2 .....................................................................................................................2.9
2
d=2 r ........................................................................................................................2.10
24
d=
√ 4 ∙Q
π ∙V
.................................................................................................................2.11
π = 3,14
Untuk menghitung jumlah tulangan dan struktur pada plat dasar tangki PAH
dengan tujuan desain dan keamanan struktur dapat dihitung dengan persamaan di bawah
ini:
Tebal minimum pelat hmin menurut persyaratan, untuk f y = 240 MPa dan pelat
L
hmin = .................................................................................................2.12
27
b) Hitung beban-beban
1/24 1/24
25
1/8
2
Pada lapangan, M u=1/8 ∙ qu ∙ L ...........................................................2.14
M u=1/24 ∙ qu ∙ L2 ....................................................................................2.15
d) Perhitungan tulangan
Mu
M n= ..................................................................................................2.19
ϕ
Mn
Rn= 2 .................................................................................................2.20
bd
fy
m= .............................................................................................2.21
0,85 f 'c
ρ=
1
m [ √
1− 1−
2 ∙ m∙ Rn
fy ] ......................................................................2.22
Persyaratan :
Dengan :
26
As = Luas tulangan tarik (mm2)
Faisal Nurrohman, Satria Waskita Eka Paksi, Sri Sangkawatim Sugiyanto dalam
Perencanaan Panen Air Hujan Sebagai Sumber Air Alternatif Pada Kampus Universitas
Diponegoro pada tahun 2015: Perencanaan bangunan panen air hujan dilengkapi dengan
27
perencanaan sumur resapan, taman resapan, dan resapan untuk meresapkan air ke
dalam tanah. Hasil simulasi panen air hujan didapatkan besar volume tampungan yang
dapat memenuhi kebutuhan air selama 75% bulan dalam setahun. Penggunaan panen air
hujan mengembalikan pengambilan air sumur menjadi normal pada kondisi debit
pengambilan optimum. Air hujan yang dapat diresap oleh bangunan retensi sebesar 51%
Endah Lestari, Buddy Pamuji dalam Perencanaan Teknologi Pemanen Air Hujan
Sebagai Sumber Air Bersih Pada Masjid Agung Banjarbaru pada tahun 2017: Air hujan
dapat memenuhi kebutuhan air bersih pada Masjid Agung Banjarbaru di karenakan volume
air yang dihasilkan suplai air hujan lebih besar dari volume kebutuhan air baku setiap
bulannya. Area koleksi pada bangunan Masjid Agung adalah bagian atap. Sistem drainase
atau pengiriman air hujan dari permukaan atap ke wadah penyimpanan menggunakan
talang dan pipa vertikal. Kolam-kolam penampung air hujan juga berfungsi sebagai elemen
estetika bagi bangunan, yang menglirkan air hujan ke ruang-ruang wudhu dan kamar
mandi.
Yogi Septian Malik, Imam Suprayogi, Jecky Asmura dalam Kajian Pemanenan Air
Hujan sebagai Alternatif Pemenuhan Air Baku di Kecamatan Bengkalis pada tahun 2016:
air/permintaan fluks dan masalah biaya sekitar struktur Rainwater Harvesting. Bak
28
dengan kemampuan penghasilan masyarakat di kawasan tersebut serta kepemilikan luas
Resti Kharisma, Ananto Yudono, Rita Tahir Lopa dalam Pemanfaatan Rainwater
Harvesting (Pemanenan Air Hujan) Berbasis Low Impact Development (Studi Kasus :
konsep Low Impact Development atau pengelolaan air hujan secara lokal yang ramah
lingkungan. Pemanenan air hujan dibagi menjadi dua yaitu pada bangunan dan ruang
terbuka. Rata-rata penggunaan air hujan yang dapat digunakan untuk mengurangi
penggunaan sumber air tanah (sumur) yaitu 10,55 % dari total pemanenan air hujan itu
sendiri. Penampungan hasil dari pemanenan air hujan menggunakan tangki dan kolam.
Pemanenan Air Hujan Skala Individu untuk Kebutuhan Air Bersih pada Pulau Kecil, pada
tahun 2017: Simulasi perencanaan pemanenan air hujan menggunakan software Rain
Cycle 2 dengan input yang terdiri dari luas efektif atap rumah, jumlah hujan harian dalam
satu tahun, koefisien pengaliran dari atap dan data kebutuhan air berdasarkan jumlah
Pemanenan Air Hujan untuk Penyediaan Air Bersih di Selatpanjang Riau pada tahun 2016:
Riau. Pengembangan sistem ini untuk mengantisipasi kekurangan air bersih pada saat
29
hujan disesuaikan dengan kondisi wilayah. Alternatif pertama dengan memanfaatkan atap
rumah sebagai penangkap air hujan skala individu, skala tiga rumah dan skala lima rumah.
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Time scedhule
WAKTU (BULAN)
NOVEMBE DESEMBE
No. KEGIATAN
OKTOBER JANUARI
R R
1 Studi Literature
2 Penyusunan Proposal
3 Ujian Propossal
4 Pengambilan Data
5 Analisis Data
6 Ujian Hasil
7 Revisi
8 Ujian Tutup
31
2. Data hujan harian, bulanan dan tahunan dari stasiun Meteorologi Klas I
Sultan Babullah
1. Perumusan Masalah
Dalam bagian ini dipaparkan permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan
skripsi.
2. Studi Literature
Dalam bagian ini dikumpulkan data dari berbagai sumber serta penelitian
3. Pengumpulan Data
analisis penelitian.
Dalam bagian ini dilakukan pengolahan data curah hujan untuk memperoleh curah
hujan andalan kemudian dengan data luasan atap setiap area maka didapatkan volume
Dalam bagian ini dilakukan perhitungan kebutuhan air baku Fakultas Teknik
32
7. Desain Bangunan Pemanen Air Hujan
Dalam bagian ini dilakukan desain bak penampung air hujan hasil pemanenan.
Pada bagian ini disimpulkan dari hasil pengolahan data dan dari analisa penelitian
Kebutuhan air suatu bangunan gedung baik kebutuhan air indoor maupun outdoor
air pada alat plumbing seperti yang dijelaskan pada sub bab 2.3.
Perhitungan roof drain menggunakan persamaan 2.7, 2.8, 2.9 dan 2.10
33
Konstruksi tangki PAH dari pasangan bata. Jenis tangki ini terhitung lebih murah
Perumusan Masalah
Studi Literature
Pengumpulan
data
Analisis Data
Neraca Air
Selesai
34