Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1. Pantai

Pantai adalah jalur yang merupakan batas antara darat dan laut, diukur

pada saat pasang tertinggi dan surut terendah, dipengaruhi oleh fisik laut dan

sosial ekonomi bahari, sedangkan ke arah darat dibatasi oleh proses alami dan

kegiatan manusia di lingkungan darat (Triatmodjo, 1999, hal. 1). Penjelasan

mengenai definisi daerah pantai dapat dilihat dalam Gambar 2.1 berikut :

Gambar 2.1. Definisi daerah pantai

1. Pesisir adalah daerah darat di tepi laut yang masih mendapat pengaruh

laut seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air laut.

2. Pantai adalah daerah di tepi perairan sebatas antara surut terendah dan

pasang tertinggi.

3. Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan air laut,

dimana posisinya tidak tetap dan dapat bergerak sesuai dengan pasang

surut air laut dan erosi pantai yang terjadi.

4. Sempadan pantai adalah daerah sepanjang pantai yang diperuntukkan

bagi pengamanan dan pelestarian pantai.


5. Perairan pantai adalah daerah yang masih dipengaruhi aktivitas daratan.

Morfologi pantai dan dasar laut dekat pantai akibat pengaruh

gelombang dibagi menjadi empat kelompok yang berurutan dari darat ke laut

sebagai berikut:

1. Backshore merupakan bagian dari pantai yang tidak terendam air laut

kecuali bila terjadi gelombang badai

2. Foreshore merupakan bagian pantai yang dibatasi oleh beach face atau

muka pantai pada saat surut terendah hingga uprush pada saat air pasang

tinggi.

3. Inshore merupakan daerah dimana terjadinya gelombang pecah,

memanjang dari surut terendah sampai ke garis gelombang pecah.

4. Offshore yaitu bagian laut yang terjauh dari pantai (lepas pantai), yaitu

daerah dari garis gelombang pecah ke arah laut.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari Gambar 2.2 berikut:

Gambar 2.2. Definisi dan karakteristik gelombang di daerah pantai


Pantai merupakan gambaran nyata interaksi dinamis antara air,

gelombang dan material (tanah). Angin dan air bergerak membawa material

tanah dari satu tempat ke tempat lain, mengikis tanah dan kemudian
mengendapkannya lagi di daerah lain secara terus-menerus. Dengan

kejadian ini menyebabkan terjadinya perubahan garis pantai. Dalam kondisi

normal, pantai selalu bisa menahan gelombang dan mempunyai pertahanan

alami (sand dune, hutan bakau, terumbu karang) untuk melindungi diri dari

serangan arus dan gelombang.

Jenis-jenis atau tipe pantai berpengaruh pada kemudahan terjadinya

erosi pantai. Berikut adalah penggolongan pantai di Indonesia berdasarkan

tipe-tipe paparan (shelf) dan perairan :

1. Pantai Paparan

Pantai paparan merupakan pantai dengan proses pengendapan yang

lebih dominan dibanding proses erosi/abrasi. Pantai paparan umumnya

terdapat di Pantai Utara Jawa, Pantai Timur Sumatera, Pantai Timur dan

Selatan Kalimantan dan Pantai Selatan Papua, dan mempunyai karakteristik

sebagai berikut:

a. Muara sungai memiliki delta, airnya keruh mengandung lumpur dan

terdapat proses sedimentasi.

b. Pantainya landai dengan perubahan kemiringan ke arah laut bersifat

gradual dan teratur.

c. Daratan pantainya dapat lebih dari 20 km.

2. Pantai Samudra

Pantai samudra merupakan pantai dimana proses erosi lebih dominan

dibanding proses sedimentasi. Terdapat di Pantai Selatan Jawa, Pantai

Barat Sumatera, Pantai Utara dan Timur Sulawesi serta Pantai Utara Papua,

dan mempunyai karakteristik sebagai berikut:

a. Muara sungai berada dalam teluk, delata tidak berkembang biak dan
airnya jernih.

b. Batas antara daratan pantai dan garis pantai (yang umumnya lurus)

sempit.

c. Kedalaman pantai ke arah laut berubah tiba-tiba (curam).

3. Pantai Pulau

Pantai pulau merupakan pantai yang mengelilingi pulau kecil. Pantai

ini dibentuk oleh endapan sungai, batu gamping, endapan gunung berapi

atau endapan lainnya. Pantai pulau umumnya terdapat di Kepulauan Riau,

Kepulauan Seribu, dan Kepulauan Nias.

2.2. Kerusakan Pantai

Proses kerusakan pantai yang berupa abrasi/erosi pantai dapat terjadi

karena sebab alami dan buatan. Pemahaman akan sebab abrasi/erosi

merupakan dasar yang penting dalam perencanaan perlindungan pantai.

Perlindungan pantai yang baik seharusnya bersifat komprehensif dan efektif

untuk menanggulangi permasalahan kerusakan yang ada. Hal itu akan dapat

tercapai apabila penyebab kerusakan pantai dapat diketahui, yaitu :

2.2.1. Kerusakan Pantai Secara Alami


1. Sifat dataran pantai yang masih muda dan belum berimbang, dimana

sumber sedimen (source) lebih kecil dari kehilangan sedimen (sink).

2. Naiknya ketinggian gelombang.

3. Hilangnya perlindungan pantai (bakau, terumbu karang, sand dune).

4. Naiknya muka air karena pengaruh global warming.

2.2.2. Kerusakan Pantai Karena Sebab Buatan


1. Perusakan perlindungan pantai alami, seperti kegiatan penebangan

bakau, perusakan terumbu karang, pengambilan pasir di pantai, dan lain-

lain.
2. Perubahan imbangan transportasi sedimen sejajar pantai akibat pembuatan

bangunan pantai, seperti: jetty, pemecah gelombang, pelabuhan, dan lain-

lain.

3. Perubahan suplai sedimen dari daratan, contohnya: perubahan aliran sungai

atau sudetan sungai, pembuatan bendungan di hulu sungai, dan lain-lain.

4. Pengembangan pantai yang tidak sesuai dengan proses pantai.

Pada umumnya sebab-sebab kerusakan pantai merupakan gabungan dari

beberapa faktor diatas. Agar penanganan masalah abrasi/erosi pantai dapat

dilakukan dengan baik, maka penyebabnya harus diidentifikasi terlebih dahulu.

Secara umum, gaya yang menyebabkan terjadinya kerusakan pantai adalah

gelombang angin.

Gelombang angin adalah gelombang yang dibangkitkan oleh tiupan angin

di permukaan laut. Gelombang angin merupakan faktor paling dominan dalam

analisis gelombang. Dalam penjalaran ke pantai, gelombang mengalami proses

shoaling refraksi dan difraksi yang menyebabkan gelombang selalu berusaha

tegak lurus garis pantai. Gerakan osilasi partikel air berperan penting dalam

transportasi sedimen pantai. Pada zona surf zone turbulensi yang dibangkitkan

oleh gelombang pecah mendominasi proses pantai. Selain ombak di surf zone

menimbulkan kemungkinan arus sejajar pantai (longshore current) dan arus

tegak lurus pantai (ripp current) serta arus sirkulasi yang sangat berperan dalam

pembentukan garis pantai.

Dengan adanya pengembangan pantai untuk berbagai kepentingan, maka

perimbangan dan perlindungan alami pantai yang ada dapat terusik ataupun

rusak. Hal ini menyebebkan pantai menjadi terbuka dan rentan terhadap erosi
atau abrasi. Maka dalam hal ini perlu dilakukan penanganan terhadap masalah

tersebut.

2.3. Gelombang

Gelombang adalah gerakan naik turunnya air laut dengan arah tegak lurus

permukaan air laut yang berbentuk serupa grafik sinusoidal, seperti yang

ditunjukkan pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Sketsa definisi gelombang

Gelombang disebabkan oleh banyak hal bisa berupa angin, gaya akibat

permukaan laut, gaya tarik menarik benda langit, ataupun sebuah gaya benda laut.

Angin yang menyebabkan terbentuknya gelombang akan mentransfer energinya ke

perairan dan menyebabkan riak – riak.

2.3.1. Gelombang Pecah

Jika gelombang menjalar dari tempat yang dalam menuju ke tempat yang

makin lama makin dangkal, pada suatu lokasi tertentu gelombang tersebut akan

pecah. Kondisi gelombang pecah tergantung pada kemiringan dasar pantai dan

kecuraman gelombang. Tinggi gelombang pecah dapat dihitung dengan rumus

berikut ini.

Persamaan (1)
Kedalaman air dimana gelombang pecah diberikan oleh rumus berikut :

Persamaan (2)

Dimana a dan b adalah fungsi kemiringan pantai m dan diberikan oleh

persamaan berikut :

Persamaan (3)

Persamaan (4)

Dimana :

Hb : tinggi gelombang pecah

H’ ₒ : tinggi gelombang laut dalam ekivalen

Lₒ : panjang gelombang di laut dalam

db : kedalaman air pada saat gelombang pecah

m : kemiringan dasar laut

g : percepatan gravitas

T : periode gelombang

1. Wave Setup

Pada waktu gelombang pecah akan terjadi penurunan elevasi

muka air rerata terhadap elevasi muka air diam di sekitar lokasi

gelombang pecah.

Wave set up di pantai diberikan sebagai berikut :

Persamaan (5)

2. Run Up
Struktur bangunan pantai juga harus mampu menahan gesekan air

laut akibat adanya rayapan gelombang laut, terutama saat badai atau akibat

pasang surut.

Persamaan (6)

Dimana :

Ir : bilangan Irrabaren

ɵ : sudut kemiringan sisi bangunan

H : tinggi gelombang di lokasi bangunan

Lₒ : panjang gelombang dilaut dalam

2.3.2. Tinggi Gelombang Rencana

Langkah – langkah perhitungan tinggi gelombang rencana :

Persamaan (7)

Persamaan (8)

Persamaan (9)

Persamaan (10)

Persamaan (11)

Persamaan (12)

Dimana :

H : tinggi gelombang rencana (m)

UA : kecepatan (m/dt)
F : fetch effektif (m)

T : periode gelombang (dt)

Hₒ : tinggi gelombang (m)

Lₒ : panjang gelombang (m)

2.3.3. Teori Gelombang Amplitudo Kecil (Airy)

Teori paling sederhana adalah teori gelombang Airy, yang juga disebut teori

gelombang linier atau teori gelombang amplitudo kecil, yang pertama kali

dikemukakan oleh Sir. George Biddell Airy pada tahun 1845. Selain mudah

dipahami, teori tersebut sudah dapat digunakan sebagai dasar dalam

merencanakan bangunan pantai.

2.3.4. Hindcasting Gelombang

Hindcasting gelombang adalah teknik peramalan gelombang yang akan

datang dengan menggunakan data angin dimasa lampau. Data angin dapat

digunakan untuk memperkirakan tinggi dan periode gelombang di laut. Terjadinya

gelombang di laut paling dipengaruhi oleh tiupan angin.

2.3.5. Fetch

Fetch adalah daerah pembangkit gelombang laut yang dibatasi oleh daratan

yang mengelilingi laut tersebut. Daerah fetch adalah daerah dengan kecepatan

angin konstan. Sedangkan jarak fetch merupakan jarak tanpa rintangan dimana

angin sedang bertiup3.

Arah fetch bisa datang dari segala arah, yang besarnya dapat dihitung

sebagai berikut :

Persamaan (13)

Dimana :
Feff : Fetch efektif

F : panjang segmen Fetch yang diukur dari titik observasi gelombang ke

akhir ujung Fetch

Α : deviasi pada kedua sisi dari arah angina dengan menggunakan

pertambahan 6º sampai sudut sebesar 24º pada kedua sisi dari arah

angin

2.3.6. Analisis Peramalan Tinggi Gelombang Rencana

Tinggi dan periode gelombang perairan Desa Dimomalia didapat dari data

kantor konsultan perencana selama 10 tahun yaitu tahun 2009, 2010, 2011, 2012,

2013, 2014, 2015, 2016, 2017 dan 2018. Setelah didapat tinggi dan periode

gelombang perairan Desa Dimomalia, selanjutnya dapat dilakukan analisis

ekstrem untuk memprediksi tinggi gelombang rencana. Periode ulang yang

digunakan dalam peramalan gelombang rencana adalah periode ulang 50 tahun.

Analisis harga ekstrem dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa

distribusi, seperti yaitu Normal, Log Normal, Log Pearson III, serta Gumbell.

Keempat jenis distribusi tersebut digunakan pada tugas akhir ini dan selanjutnya

dibandingkan untuk ditentukan distribusi mana yang menghasilkan eror paling

kecil. Distribusi yang menghasilkan eror terkecil akan digunakan untuk

memprediksi tinggi gelombang rencana.

1. Normal

Analisis harga ekstrem dengan menggunakan distribusi normal ditentukan

dengan menggunakan persamaan berikut.

Persamaan (14)
Persamaan (15)

Persamaan (16)

Dimana :

X T : Perkiraan nilai pada periode ulang T

X́ : Nilai rata-rata data

S : Standar deviasi data

K T : Faktor frekuensi

T r : Periode ulang ( T r = 1/p )

P : Probabilitas terlampaui gelombang siginifikan ( P = m/( N T -1))

m : Nomor urut tinggi gelombang signifikan

N T : Jumlah gelombang selama pencatatan

Nilai K T merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang dan tipe model

matematis distribusi peluang yang digunakan pada metode distribusi

normal. Nilai factor frekuensi dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Faktor Frekuensi Distribusi Gaus

Tr Peluang (%) Kr

2 50 0

5 20 0.84

10 10 1.28

25 4 1.75

50 2 2.05

100 1 2.33
2. Log Normal

Analisis harga ekstrem dengan menggunakan metode log normal

ditentukan dengan mengubah analisis normal kedalam bentuk logaritma,

dengan Y = Log X. Analisis ini ditunjukkan sebagai persamaan berikut.

Persamaan (17)

Dimana :

Yt : Tinggi gelombang dengan dengan periode ulang t tahun (m)

Ý : Nilai rata-rata data (m)

Kt : Faktor frekuensi Distribusi (Tabel 2.1.)

S : Standar deviasi

3. Log Person III

Dalam melakukan analisis ekstrem dengan menggunakan Log Person III,

perhitungan dilakukan dengan persamaan berikut.

Persamaan (18)

Dimana :

XT : Tinggi gelombang dengan periode ulang t tahun (m)

log´ X : Tinggi gelombang rata – rata

Slog X : Standar deviasi dari Log X

KT : Faktor frekuensi, bergantung pada C

n∑(log X −log´ X )3
C : Koefisien kemencengan (Tabel 2.2)
( n−1 ) ( n−2 )( Slog X ) 3
Tabel 2.2. Koefisien Kemencengan
(Sumber: Soewarno. 1995. Hidrologi : Aplikasi Metode Statistik Analisis
Data)

4. Gumbell

Analisis ekstrem dengan menggunakan metode Gumbell ditentukan

dengan persamaan berikut.

Persamaan (18)

Dimana :

XT : Tinggi gelombang dengan periode ulang t tahun (m)

X́ : Nilai rata-rata data (m)

Slog X : Standar deviasi dari Log X

Yn : Nilai rata – rata dari reduksi variat, nilainya tergantung dari

jumlah data (n)

Sn : Standar deviasi dari reduksi variat, nilainya tergantung dari

jumlah data (n)


Tr−1
Y : -ln [ -In ]
T

Untuk besar nilai Sn, dan Yn ditunjukkan pada Tabel 2.3, dan Tabel 2.4.

Tabel 2.3 : Nilai Sn


(Sumber: https://dokumen.tips/documents/distribusi-gumbel-
55c1e98bc27bc.html)
N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0.949 0.967 0.983 0.997 1.009 1.020 1.031 1.041 1.049 1.056
20 1.062 1.069 1.075 1.081 1.086 1.091 1.096 1.100 1.104 1.108
30 1.112 1.115 1.119 1.122 1.125 1.128 1.131 1.133 1.136 1.138
40 1.141 1.143 1.145 1.1248 1.149 1.151 1.538 1.155 1.157 1.159
50 1.160 1.162 1.163 1.165 1.167 1.681 1.169 1.170 1.172 1.173
60 1.174 1.175 1.177 1.178 1.179 1.180 1.181 1.182 1.183 1.184
70 1.185 1.186 1.187 1.188 1.189 1.189 1.190 1.191 1.192 1.930
80 1.193 1.194 1.195 1.195 1.196 1.197 1.198 1.198 1.199 1.200
90 1.200 1.201 1.202 1.202 1.203 1.203 1.204 1.204 1.205 1.205
100 1.206 1.206 1.207 1.207 1.208 1.208 1.208 1.209 1.209 1.209

Tabel 2.4 : Nilai Yn


(Sumber: https://dokumen.tips/documents/distribusi-gumbel-
55c1e98bc27bc.html)
N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0.495 0.499 0.503 0.507 0.510 0.512 0.515 0.518 0.520 0.522
20 0.523 0.525 0.526 0.528 0.529 0.530 0.532 0.533 0.534 0.535
30 0.536 0.537 0.538 0.538 0.839 0.530 0.541 0.542 0.542 0.543
40 0.543 0.544 0.544 0.545 0.545 0.546 0.546 0.547 0.547 0.548
50 0.548 0.548 0.549 0.549 0.550 0.550 0.550 0.551 0.551 0.551
60 0.552 0.552 0.552 0.553 0.553 0.553 0.553 0.554 0.554 0.554
70 0.554 0.555 0.552 0.555 0.555 0.555 0.556 0.556 0.556 0.556
80 0.556 0.557 0.557 0.557 0.557 0.557 0.558 0.558 0.558 0.558
90 0.558 0.558 0.558 0.559 0.559 0.559 0.559 0.559 0.559 0.559
100 0.560 0.560 0.560 0.560 0.560 0.560 0.560 0.560 0.560 0.560

2.4. Batimetri
Peta batimetri adalah elevasi kedalaman permukaan bawah laut di sekitar

lokasi untuk pengerjan tugas akhir ini yaitu peta batimetri perairan Desa Dimomalia

Kabupaten Bolaang Mongondow. Peta batimetri didapat dari hasil survei lapangan

oleh Instansi terkait.

2.5. Pasang Surut

Pasang surut adalah fenomena naik turunnya permukaan air laut secara

periodik akibat gaya tarik menarik benda-benda langit yang dalam kasus ini adalah

bumi, bulan, dan matahari. Periode pasang surut adalah waktu antara puncak atau

lembang gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya.

Elevasi muka air tertinggi (pasang) dan terendah (surut) sangat penting untuk

merencanakan bangunan-bangunan pelabuhan. Elevasi puncak bangunan

didasarkan pada elevasi muka air saat pasang, sedangkan kedalaman alur

didasarkan pada elevasi muka air saat surut.

Data pasang surut didapatkan dari pengukuran pasang surut di lokasi yang

dituju. Namun karena pasang surut merupakan fenomena yang memiliki pola maka

dapat dilakukan pendekatan untuk meramalkan elevasi pasang surut selama 10

tahun hanya dengan data 1 bulan.

Pada elevasi muka air laut, terdapat beberapa definisi yang digunakan.

Definisi tersebut dapat dilihat di Tabel 2.5


Tabel 2.5. Definisi Muka Air Laut

2.6. Pemodelan Delft3d

Pemodelan hidrodinamika dilakukan sebagai analisis kondisi perairan pada

lokasi rencana pengerjaan tugas akhir yang berada di Desa Dimomalia Kabupaten

Bolaang Mongondow. Kondisi perairan yang dilihat adalah gelombang yang


dibangkitkan oleh angin (Significant height of combined wind waves and swell) serta

penjalaran gelombang yang menghasilkan ketinggian gelombang (Significant height),

periode rata – rata (Mean wave period) dan arah datang rambat (mean wave

direction). Pemodelan ini dapat dilakukan dengan berbagai macam software.

Pada pengerjaan tugas akhir ini digunakan perangkat lunak Delft3D.

Delft3D adalah perangkat lunak yang dikembangkan oleh Deltares sebagai

paket perangkat lunak komputer terpadu untuk multi-disiplin. Pendekatan dan

perhitungan di daerah pesisir, sungai dan muara dapat dilakukan dengan simulasi

gelombang.

2.7. Bangunan Pengaman Pantai

Bangunan pantai digunakan untuk melindungi pantai terhadap kerusakan

karena serangan gelombang dan arus. Beberapa cara yang dapat dilakukan

untuk melindungi pantai yaitu:

1. Memperkuat atau melindungi pantai agar mampu menahan serangan

gelombang.

2. Mengubah laju transport sedimen sepanjang pantai

3. Mengurangi energi gelombang yang sampai ke pantai

4. Reklamasi dengan menambah suplai sedimen ke pantai atau dengan cara

lain Sesuai dengan fungsinya, bangunan pantai diklasifikasikan menjadi 3

kelompok, yaitu:

1. Konstruksi yang dibangun di pantai dan sejajar dengan garis pantai,

misalnya dinding pantai (revetment) dan tembok laut (seawall).

2. Konstruksi yang dibangun kira-kira tegak lurus pantai dan tersambung ke

pantai, misalnya groin dan jetty.

3. Konstruksi yang dibangun di lepas pantai dan kira-kira sejajar garis pantai,
misalnya pemecah gelombang (breakwater).

2.7.1. Dinding Pantai ( Revetment )

Dinding pantai (revetmet) adalah bangunan yang memisahkan daratan

dan perairan pantai, yang berfungsi sebagai pelindung pantai terhadap erosi

dan limpasan gelombang (overtopping) ke darat. Daerah yang dilindungi adalah

daratan tepat di belakang bangunan. Gambar 2.16 menunjukkan penempatan

dinding pantai (revetmet) dan detailnya.

Dalam perencanaan dinding pantai perlu diperhatikan kemungkinan

terjadinya erosi di kaki bangunan. Kedalamam erosi yang terjadi tergantung

pada bentuk sisi bangunan, kondisi gelombang dan sifat tanah dasar.

(Triatmodjo, 1999, hal. 205-207).

Gambar 2.4. Dinding pantai (revetment) dan penampang melintangnya

A
Dinding pantai (revetment)

Garis pantai

+ 3.00
Sisi darat Sisi laut

w = 0.2-6 kg
+ 1.00
HWL

+ 0.50

w = 80-120 kg t
t = 1.7 m
= 0.8 m
2.7.2. Tembok Laut ( Seawall )

Tembok laut digunakan untuk melindungi pantai atau tebing dari

gempuran gelombang sehingga tidak terjadi erosi atau abrasi. Tembok laut ada

dua macam yaitu tembok laut masif, dibuat dari konstruksi beton atau pasangan

batu dan tembok laut tidak masif, berupa tumpukan batu.

Gambar 2.5. Tembok laut (Seawall)

Deklamasi
Beton pracetak

Pasangan batu

Geotextile

2.7.3. Groin

Groin adalah bangunan pelindung pantai yang biasanya dibuat tegak lurus

garis pantai, dan berfungsi untuk menahan transpor sedimen sepanjang pantai,

sehingga bisa mengurangi atau menghentikan erosi yang terjadi, seperti

ditunjukkan pada Gambar 2.18. (Triatmodjo, 1999, hal.213).

Gambar 2.6. Groin dan perubahan garis pantai


2.7.4. Jetty

Jetty adalah bangunan tegak lurus pantai yang diletakkan pada kedua

sisi muara sungai yang berfungsi untuk mengurangi pedangkalan alur oleh

sedimen pantai (Triatmodjo, 1999, hal.220).

Jetty dibagi menjadi tiga jenis menurut fungsinya, yaitu:

1. Jetty panjang

Jetty ini ujungnya berada diluar gelombang pecah, tipe ini efektif untuk

mencegah masuknya sedimen ke muara, tetapi biaya konstruksi sangat mahal.

Jetty ini dibangun apabila daerah yang dilindungi sangat penting.

2. Jetty sedang

Jetty sedang ujungnya berada antara muka air surut dan gelombang pecah,

dapat menahan sebagian transpor sedimen sepanjang pantai, alur diujung jetty

masih memungkinkan terjadinya endapan pasir.

3. Jetty pendek

Dimana kaki ujung bangunan berada pada muka air surut, fungsi utama

bangunan ini adalah menahan berbeloknya muara sungai dan

mengkonsentrasikan aliran pada alur yang telah ditetapkan untuk bisa

mengerosi endapan.
Garis gelombang
pecah

Qs
Qs

Garis air surut

Jetty panjang Jetty sedang

Qs Qs

Garis air surut

Jetty pendek Bangunan di tebing

Gambar 2.7. Beberapa tipe Jetty

2.7.5. Pemecah Gelombang ( Breakwater )

Breakwater atau pemecah gelombang lepas pantai adalah bangunan

yang dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai.

Bangunan ini direncanakan untuk melindungi pantai yang terletak di belakangnya

dari serangan gelombang. Tergantung pada panjang pantai yang dilindungi,

breakwater dapat dibuat dari satu pemecah gelombang atau suatu seri

bangunan yang terdiri dari beberapa ruas pemecah gelombang yang dipisahkan

oleh celah. Perlindungan oleh breakwater terjadi karena berkurangnya energi

gelombang yang sampai di perairan di belakang bangunan. Berkurangnya energi

gelombang di daerah terlindung akan mengurangi transpor sedimen di daerah

tersebut. Transpor sedimen sepanjang pantai yang berasal dari daerah di

sekitarnya akan diendapkan di belakang bangunan. Pengendapan tersebut

menyebabkan terbentuknya tombolo. Pembentukan tombolo memerlukan waktu

yang cukup lama. Selain itu, breakwater juga bermanfaat untuk menahan
sedimen yang terbawa arus pasang surut ke arah laut.

Gambar 2.8. Formasi tombolo Breakwater

Anda mungkin juga menyukai