Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTIKUM

PRAKTIKUM JALAN MIX-01

MIX – 01
MIX DESAIN
KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL DAN AGREGAT

1. Tujuan
a. Tujuan Praktikum
Tujuan dilakukannya praktikum karakteristik campuran aspal dan agregat adalah:
 Mahasiswa mampu memahami prosedur pelakasanaan pengujian campuran
aspal dengan agregat dengan baik dan benar.
 Mahasiswa dapat menggunakan alat penumbuk (manual) campuran aspal dan
agregat  dengan baik dan benar.
 Mahasiswa mengerti cara menggunakan alat uji Marshall.
 Mahasiswa dapat membuat Design Mix Formula (DMF) campuran M
MMMMMMMMM M, M, dan agregat.
b. Tujuan Mix Design
Mendapatkan Design Mix Formula ( DMF ) campuran aspal dan agregat yang
meliputi
 Proporsi agregat dalam campuran yang memenuhi spesifikasi gradasi campuran,
 Kadar Aspal Optimum ( KAO ) dalam campuran,
 Persentase aspal terhadap agregat dan persentase aspal terhadap campuran.

2. Terminologi
a. Stabilitas
Kemampuan suatu campuran aspal untuk menerima beban sampai terjadi kelelehan
plastis yang dinyatakan dalam kilogram atau pound.
b. Flow / Kelelehan
Perubahan bentuk plastis suatu campuran aspal yang terjadi akibat beban sampai
batas runtuh yang dinyatakan dalam mm atau 0,01”.
c. VIM (Voids in Mixture/Rongga didalam Campuran)Volume rongga yang berisi
udara di dalam campuran aspal, dinyatakan dalam % volume.
d. VMA (Voids in Mineral Aggregate/Rongga didalam Agregat)
Volume rongga yang terdapat diantara butir-butir agregat dari suatu campuran aspal
yang telah dipadatkan, termasuk didalamnya adalah rongga udara dan rongga yang

KELOMPOK B1 MIX - 01 - 1
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01

terisi aspal efektif, dinyatakan dalam % volume.

e. VFB (Voids Filled with Bitumen/Rongga terisi Aspal)


Bagian dari volume rongga didalam agregat (VMA) yang terisi aspal efektif,
dinyatakan dalam % VMA.
f. Kadar Aspal Efektif
Total kandungan aspal dari suatu campuran dikurangi bagian aspal yang hilang
karena penyerapan oleh agregat, dinyatakan dalam %.

3. Teori Dasar
a. Umum
Terdapat bermacam-macam tipe campuran aspal dan agregat, yang paling umum
adalah campuran Aspal Beton (Asphaltic Concrete/AC) yang lebih dikenal dengan
AC atau LASTON dan campuran Hot Rolled Asphalt (HRA). Perbedaan mendasar
dari kedua tipe campuran ini adalah pada gradasi agregat pembentuknya. Campuran
tipe AC menggunakan agregat bergradasi menerus (continuous graded) sedangkan
campuran tipe HRA menggunakan agregat bergradasi senjang (gap graded).
Sifat-sifat penting yang harus dimiliki oleh suatu campuran aspal dan agregat
diantaranya :
1. Stabilitas
Campuran harus memiliki ketahanan terhadap deformasi permanen yang
disebabkan oleh beban lalu lintas. Stabilitas suatu campuran dapat diperoleh
dari adanya sifat interlocking agregat dalam campuran ataupun dengan
menggunakan aspal berpenetrasi rendah.
2. Fleksibilitas
Campuran harus dapat menahan defleksi dan momen tanpa timbul retak pada
campuran tersebut yang diakibatkan oleh perubahan jangka panjang pada daya
dukung tanah atau lapis pondasi, lendutan yang berulang akibat beban lalu
lintas, perubahan volume campuran akibat perubahan suhu. Fleksibilitas suatu
campuran dapat diperoleh dengan cara meninggikan kadar aspal dalam
campuran, menggunakan aspal berpenetrasi tinggi, dan juga dengan
menggunakan agregat bergradasi terbuka (open graded).

KELOMPOK B1 MIX - 01 - 2
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01

3. Durabilitas
Durabilitas berkaitan dengan keawetan suatu campuran terhadap beban lalu
lintas dan pengaruh cuaca. Campuran harus tahan terhadap air dan perubahan
sifat aspal karena penguapan dan oksidasi. Durabilitas dapat ditingkatkan
dengan cara membuat campuran yang padat dan kedap air, yang dapat diperoleh
dari penggunaan agregat bergradasi rapat (dense graded) dan kadar aspal yang
tinggi.
4. Workabilitas
Workabilitas berarti kemudahan suatu campuran untuk dihamparkan dan
dipadatkan untuk mencapai tingkat kepadatan yang diinginkan. Hal ini dapat
tercapai jika viskositas campuran pada suhu pencampuran dan pemadatan cukup
rendah.
5. Ekonomis
Campuran harus direncanakan dengan menggunakan jenis dan kombinasi
material yang menghasilkan biaya termurah tetapi memenuhi persyaratan
stabilitas, flexibilitas, durabilitas dan workabilitas.
Perencanaan suatu campuran agregat dan aspal terutama ditujukan agar
campuran tersebut dapat memiliki sifat-sifat seperti yang tersebut diatas. Tujuan
akhir dari perencanaan tersebut adalah menentukan suatu kadar aspal optimum
yang akan memberikan keseimbangan dari semua sifat campuran tersebut,
karena tidak ada satu kadar aspal pun yang akan dapat memaksimalkan semua
sifat campuran.

4. Perencanaan Campuran Aspal dan Agregat

Ada bermacam-macam metoda perencanaan campuran, yang paling dikenal adalah


metoda Marshall dan metoda Hveem. Secara umum semua metoda itu terdiri dari proses-
proses :

1. persiapan benda uji


2. pemadatan
3. perhitungan rongga dan tes stabilitas dan kadar rongga
4. analisis

Persiapan benda uji terdiri dari penyiapan agregat dan aspal serta pembuatan benda uji
sesuai spek yang direncanakan.

KELOMPOK B1 MIX - 01 - 3
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01

Pemadatan benda uji dilakukan untuk mensimulasikan kepadatan campuran tersebut di


lapangan setelah beban lalu lintas tertentu. Metoda pemadatan yang umum adalah :

a. Impact Compaction, yang digunakan pada metoda Marshall


b. Kneading Compation, yang digunakan pada metoda Hveem
c. Gyratory Compaction
Setelah pemadatan selesai, proses selanjutnya adalah pengujian berat jenis benda uji
untuk menghitung kandungan rongga didalam campuran dan kemudian diikuti
dengan pengujian stabilitas.
Jumlah benda uji yang harus dibuat untuk suatu kadar aspal tertentu adalah tiga
buah, agar hasil pengujian terjamin secara statistik. Umumnya kadar aspal
divariasikan dengan kenaikan 0,5% atau 1%. Banyaknya kadar aspal yang
divariasikan tergantung dari jenis campurannya, umumnya pada setiap pengujian
cukup dibuat lima kadar aspal.
5. Teori rongga dalam campuran aspal dan agregat
Jenis-jenis rongga didalam suatu campuran aspal dan agregat dibedakan menjadi
VIM (rongga didalam campuran), VMA (rongga didalam agregat), dan VFA (rongga
terisi aspal). Perbedaan dari ketiga jenis rongga tersebut tampak pada Gambar 1.

Gambar 1. Representasi Volume dalam Campuran Padat

Keterangan :

Vma : Volume rongga didalam agregat (VMA)

Vmb : Volume bulk dari campuran padat

Vmm : Volume campuran yang tidak berongga

KELOMPOK B1 MIX - 01 - 4
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01

6. Prosedur Praktikum
Secara umum, prosedur perencanaan dan pengujian campuran aspal dan agregat dengan
menggunakan Metoda Marshall dapat dilihat pada bagan alir berikut ini.
Mulai

Pengambilan Material

Aspal Agregat

KELOMPOK B1 MIX - 01 - 5
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01

Uji Marshall & Volmetrik


campuran kondisi PKAO

Pembuatan benda
uji PRDbenda
Pembuatan
Penentuan KAO
uji PRD

Pembuatan Benda Uji Kondisi KAO

Pemeriksaan Material
Aspal dan agregat
Pengujian Marshall dan Volmetrik Pengujian Marshall
benda uij kondisi KAO Design Mix Formula ( DMF) Sisa Benda Uji kondisi
KAO
Tidak Memenuhi
Spesifikasi
Selesai

Memenuhi

Desain Gradasi Campuran Beraspal

Spesifikasi Tidak
Gradasi

Memenuhi
PenentuanYaPerkiraan Kadar
Aspal Optimum(PKAO )

Pembuana Benda Uji (PKAO )

KELOMPOK B1 MIX - 01 - 6
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01

Gambar 2. Bagan Alir Perencanaan dan Pengujian Campuran (lanjutan)

Prosedur perencanaan yang diterangkan disini adalah perencanaan campuran


dengan menggunakan Uji Marshall. Proses perencanaan dimulai dengan memilih
spesifikasi (spek) umum 2018 divisi 6 perkerasan aspal. Dari spek ini akan diperoleh
keterangan mengenai komposisi campuran, yaitu gradasi agregat yang harus digunakan
serta jenis aspal yang boleh digunakan.

Proses selanjutnya adalah pembuatan benda uji campuran yang diikuti oleh
pemadatan. Disarankan paling sedikit dibuat 5 variasi kadar aspal, dan untuk setiap
kadar aspal tersebut dibuat 3 benda uji. Pemadatan benda uji, dalam hal ini
menggunakan Metoda Marshall, dinyatakan dalam jumlah tumbukan yang dikenakan
pada benda uji tersebut. Jumlah tumbukan ini didasarkan pada jenis lalu lintas rencana
(dapat dilihat pada Kriteria Perencanaan).

Sebelum melakukan uji Marshall terlebih dahulu dilakukan pengujian berat isi
dan berat jenis untuk dapat menghitung kandungan rongga didalam campuran. Setelah
semua perhitungan selesai dilakukan, dapat ditentukan kadar aspal optimum
berdasarkan kriteria perencanaan yang diambil.

7. Peralatan
Peralatan yang digunakan terdiri dari :
1. Cetakan benda uji dari logam yang berdiameter 10,16 cm dan tinggi 7,62 cm,
lengkap dengan pelat alas dan leher sambung.

KELOMPOK B1 MIX - 01 - 7
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01

Gambar 3. Cetakan Benda Uji


Sumber : Dok. Praktikum Jalan 2022

2. Alat penumbuk manual, dengan bagian-bagian sebagai berikut :


a. Penumbuk yang mempunyai permukaan tumbuk rata yang berbentuk silinder,
dengan berat 4,536 kg dan tinggi jatuh bebas 45,7 cm.
b. Landasan pemadat terdiri dari balok kayu (jati atau yang sejenis) berukuran
20,32  20,32  45,72 cm dilapisi dengan pelat baja berukuran 30,48  30,48 
2,54 cm dan dijangkarkan pada lantai beton di keempat bagian sudutnya.
c. Pemegang cetakan benda uji

KELOMPOK B1 MIX - 01 - 8
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01

Pemegang cetakan
benda uji

Alat
penumbuk

Landasan
penumbuk

Gambar 4. Alat Penumbuk dan Penumbuk


Sumber : Dok. Praktikum Jalan 2022

3. Alat untuk mengeluarkan benda uji yang sudah dipadatkan dari dalam cetakan benda
uji dipakai sebuah alat ekstruder yang berdiameter 10 cm.

Gambar 5. Alat Pengeluar Benda Uji


Sumber : Dok. Praktikum Jalan 2022

KELOMPOK B1 MIX - 01 - 9
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01

4. Alat Marshall Digital

Gambar 6. Alat Marshall Digital dan Bak perendam


Sumber : Dok. Praktikum Jalan 2022

5. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu yang mampu memanasi sampai 200 oC
( 3oC).

Gambar 7. Oven
Sumber : Dok. Praktikum Jalan 2022
6. Bak perendam (waterbath) dilengkapi dgn pengatur suhu mulai 20 – 60o C ( 1oC).

Gambar 8. Bak perendam


Sumber : Dok. Praktikum Jalan 2022

KELOMPOK B1 MIX - 01 - 10
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01

7. Timbangan yang dilengkapi dengan penggantung benda uji berkapasitas 2 kg dengan


ketelitian 0,1 gram dan timbangan berkapasitas 5 kg dengan ketelitian 1 gram.

Gambar 9. Timbangan
Sumber : Dok. Praktikum Jalan 2022

8. Pengukur suhu dari logam (metal thermometer) berkapasitas 250oC dan 100oC
dengan ketelitian 1% dari kapasitas.

Gambar 10. Termometer


Sumber : Dok. Praktikum Jalan 2022

9. Perlengkapan lain :
a. Panci-panci untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran aspal.
b. Sendok pengaduk dan spatula.
c. Kompor dan pemanas (hot plate).
d. Sarung tangan dari asbes, sarung tangan dari karet dan pelindung pernapasan
atau masker.
e. Kantong plastik kapasitas 2 kg
f. Kompor gas elpiji atau minyak tanah

KELOMPOK B1 MIX - 01 - 11
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01

Gambar 11. Kompor


Sumber : Dok. Praktikum Jalan 2022

8. Pembuatan Benda Uji


1. Kengeringkan agregat pada suhu 105 - 110oC minimum selama 4 jam, dikeluarkan
dari alat pengering (oven) dan tunggu sampai beratnya tetap.
2. Memisah-misahkan agregat ke dalam fraksi-fraksi yang dikehendaki (sesuai spek)
dengan cara penyaringan.

Fraksi 3/8
Fraksi 3/4

Fraksi
abu batu

Gambar 12. Proses menimbang Agregat


Sumber : Dok. Praktikum Jalan 2022
3. Memanaskan aspal sampai mencapai tingkat kekentalan (viskositas) yang
disyaratkan baik untuk pekerjaan pencampuran maupun pemadatan seperti Gambar
13. Suhu pencampuran dan pemadatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

KELOMPOK B1 MIX - 01 - 12
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01

Gambar 13. Grafik hubungan antara suhu dan viskositas aspal

Tabel 1. Tingkat Kekentalan (Viskositas) Aspal Untuk Aspal Padat dan Aspal
Cair
Suhu Pencampuran (C°) Suhu Pemadatan (C°)
Alat Aspal Aspal Aspal Aspal
Satuan Satuan
Padat Cair Padat Cair
Kinematik
170  20 170  20 C.ST 280  30 280  30 C.ST
Viscosimeter
Saybolt Furol DET. DET.
85  10 85  10 140  15 140  15
Viscometer S.F S.F

(Sumber : SNI-06-2489-1991)

KELOMPOK B1 MIX - 01 - 13
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01

Gambar 14. Proses Pemanasan Agregat dan Aspal


Sumber : Dok. Praktikum Jalan 2022

9. Proses pencampuran
1. Bahan disiapkan untuk setiap benda uji yang diperlukan yaitu agregat sebanyak 
1200 gram sehingga menghasilkan tinggi benda uji kira-kira 63,5 mm  1,27 mm.
Pencampuran agregat agar sesuai dengan gradasi yang diinginkan dilakukan dengan
cara mengambil nilai tengah dari batas spek. Untuk memperoleh berat agregat yang
diperlukan dari masing-masing fraksi untuk membuat satu benda uji adalah dengan
mengalikan nilai tengah tersebut terhadap total berat agregat.
2. Panci pencampur dipanaskan beserta agregat kira-kira 28oC di atas suhu
pencampuran untuk aspal padat, bila menggunakan aspal cair pemanasan sampai
14oC di atas suhu pencampuran.
3. Aspal dituangkan yang sudah mencapai tingkat kekentalan seperti Tabel 1 di atas
sebanyak yang dibutuhkan ke dalam agregat yang sudah dipanaskan tersebut,
kemudian aduklah dengan cepat pada suhu sesuai butir 4.3 b sampai agregat
terselimuti aspal secara merata

KELOMPOK B1 MIX - 01 - 14
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01

Gambar 15. Proses Pencampuran Aspal Dengan Agregat


Sumber : Dok. Praktikum Jalan 2022

10. Proses pemadatan


a. Perlengkapan cetakan benda uji dibersihkan serta bagian muka penumbuk dengan
seksama dan panaskan sampai suhu antara 93,3 - 148,9 oC.
b. Cetakan diletakkan di atas landasan pemadat dan tahan dengan pemegang cetakan.
c. Selembar kertas saring atau kertas penghisap yang sudah digunting menurut ukuran
cetakan diletakkan ke dalam dasar cetakan.
d. Seluruh campuran dimasukkan ke dalam cetakan dan tusuk-tusuk campuran keras-
keras dengan spatula yang dipanaskan sebanyak 15 kali keliling pinggirannya dan
10 kali di bagian tengahnya.

Gambar 16. Proses Memasukkan Campuran Aspal dan Agregat Kedalam Cetakan
Sumber : Dok. Praktikum Jalan 2022

KELOMPOK B1 MIX - 01 - 15
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01

e. Pemadatan dilakukan dengan alat penumbuk sebanyak :


- 75 kali tumbukan untuk lalu lintas berat
- 50 kali tumbukan untuk lalu lintas sedang
- 35 kali tumbukan untuk lalu lintas ringan
dengan tinggi jatuh 457,2 mm. Selama pemadatan harus diperhatikan agar
kedudukan sumbu palu pemadat selalu tegak lurus pada alas cetakan.

Gambar 17. Proses Penumbukan Campuran Agregat dan Aspal


Sumber : Dok. Praktikum Jalan 2022

f. Plat alas dan leher sambung dilepaskan dari cetakan benda uji, kemudian cetakan
yang berisi benda uji dibalikkan dan pasang kembali pelat alas dan leher sambung
pada cetakan yang telah dibalikkan.
g. Dilakukan tumbukkan dengan jumlah tumbukan yang sama sesuai butir 4.4.e
terhadap permukaan benda uji yang sudah dibalikkan ini.
h. keping alas dilepaskan dan pasanglah alat pengeluar benda uji pada permukaan
ujung ini.
i. benda uji dikeluarkan dengan hati-hati dan diletakkan di atas permukaan yang rata
dan biarkan selama kira-kira 24 jam pada suhu ruang.
j. Benda uji didinginkan dengan kipas angin meja bila diperlukan pendinginan yang
lebih cepat.

KELOMPOK B1 MIX - 01 - 16
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01

11. Prosedur Pengujian


a. Pengujian Berat Jenis Campuran (ASTM D 2726-73)
1. Benda uji kering ditimbang sehingga didapat berat benda uji kering.

Gambar 18. Penimbangan sampel briket


Sumber : Dok. Praktikum Jalan 2022

2. Benda uji direndam didalam bak perendam pada 25oC selama 3 sampai 5 menit
dan timbang didalam air, akan didapat berat benda uji di dalam air.

Gambar 19. Penimbangan sampel briket dalam air


Sumber : Dok. Praktikum Jalan 2022

KELOMPOK B1 MIX - 01 - 17
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01

3. Permukaan benda uji dikeringkan dengan lap kering kemudian ditimbang, akan
didapat berat kering permukaan jenuh (ssd).

Gambar 20. Penimbangan sampel briket kondisi SSD


Sumber : Dok. Praktikum Jalan 2022

4. Hasil pengujian dicatat pada formulir yang telah disediakan dan hitung berat
jenis campuran sesuai dengan rumus yang disediakan.

b. Pengujian Campuran Aspal Metoda Marshall (SNI 06-2489)


1. Benda uji direndam dalam bak perendam selama 30-40 menit dengan suhu
tetap 60oC (1oC) untuk benda uji yang menggunakan aspal padat, untuk benda
uji yang menggunakan aspal cair masukkan benda uji ke dalam oven selama
minimum 2 jam dengan suhu tetap 250 C ( 10C).

Gambar 21. Proses Perendaman Sampel Briket didalam Bak Air


Sumber : Dok. Praktikum Jalan 2022

KELOMPOK B1 MIX - 01 - 18
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01

2. Benda uji dikeluarkan dari bak perendam atau dari oven dan letakkan ke dalam
segmen bawah kepala penekan dengan catatan bahwa waktu yang diperlukan
dari saat diangkatnya benda uji dari bak perendaman atau oven sampai
tercapainya beban maksimum tidak boleh melebihi 30 detik.
3. Segmen dipasang di atas benda uji dan letakkan keseluruhannya dalam mesin
penguji.
4. Arloji dipasang untuk mengukur pelelehan (flow) pada kedudukannya di atas
salah satu batang penuntun dan atur kedudukan jarum penunjuk pada angka
nol, sementara selubung tangkai arloji (sleeve) dpegang teguh terhadap segmen
atas kepala penekan.
5. Kepala penekan beserta benda ujinya dinaikkan hingga menyentuh alas cincin
penguji, sebelum pembebanan diberikan.
6. Jarum arloji tekan diatur pada kedudukan angka nol.
7. Pembebanan diberikan pada benda uji dengan kecepatan tetap sekitar 50 mm
per menit sampai pembebanan maksimum tercapai, atau pembebanan menurun
seperti yang ditunjukkan oleh jarum arloji tekan dan catat pembebanan
maksimum atau stabilitas (stability) yang dicapai, koreksilah bebannya dengan
menggunakan faktor perkalian yang bersangkutan dari Tabel 2 bila benda uji
tebalnya kurang atau lebih besar dari 63,5 mm.
8. Nilai pelelehan (flow) yang ditunjukkan oleh jarum arloji pengukur pelelehan
pada saat pembebanan maksimum tercapai dicatat.

Gambar 22. Pengujian Stabilitas & Flow sampel briket menggunakan alat
Marshall

Sumber : Dok. Praktikum Jalan 2022

KELOMPOK B1 MIX - 01 - 19
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01

Tabel 2. Ketentuan Sifat-sifat Campuran Laston (AC)

Sumber : spesifikasi umum 2018 revisi 2 perkerasan aspal

Tabel 3. Ketentuan Viskositas & Temperatur Aspal untuk Pencampuran dan Pemadatan

Sumber : spesifikasi umum 2018 revisi 2 perkerasan aspal

KELOMPOK B1 MIX - 01 - 20
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01

Tabel 4. Faktor Koreksi Stabilitas

Volume Tinggi Volume Tinggi


Faktor Faktor
Benda Uji, Benda Uji, Benda Uji, Benda Uji,
Koreksi Koreksi
cm3 mm cm3 mm
200 – 213 25,4 5,56 421 - 431 52,4 1,39
214 – 225 27,0 5,00 432 - 443 54,0 1,32
226 – 237 28,6 4,55 444 - 456 55,6 1,25
238 – 250 30,2 4,17 457 - 470 57,2 1,19
251 – 264 31,8 3,85 471 - 482 58,7 1,14
265 – 276 33,3 3,57 483 - 495 60,3 1,09
277 – 289 34,9 3,33 496 - 508 61,9 1,04
290 – 301 36,5 3,03 509 - 522 63,5 1,00
302 – 316 38,1 2,78 523 - 535 65,1 0,96
317 – 328 39,7 2,50 536 - 546 66,7 0,93
329 – 340 41,3 2,27 547 - 559 68,3 0,89
341 – 353 42,9 2,08 560 - 573 69,8 0,86
354 – 367 44,4 1,92 574 - 585 71,4 0,83
368 – 379 46,0 1,79 586 - 598 73,0 0,81
380 – 392 47,6 1,67 599 - 610 74,6 0,78
393 – 405 49,2 1,56 611 - 625 76,2 0,76
406 – 420 50,8 1,47

Tabel 5. Amplop Gradasi Campuran Aspal

Sumber : spesifikasi umum 2018 revisi 2 perkerasan aspal

KELOMPOK B1 MIX - 01 - 21
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01

12. Hasil Perhitungan dan Pelaporan


a. Rancangan Gradasi Campuran yang dihasilkan
 Analisa Saringan
1. Agregat ¾
Tabel 5. Analisa Saringan untuk Agregat ¾
Berat kering contoh sebelum disaring = 3667.10 gr
Berat Kumulatif
Sieve No. Bukaan (mm) % Tertahan % Lolos
Tertahan (gr) Tertahan (gr)
3/4 " 19.10 0.00 0.00 0.00 100.00
1/2 " 12.70 2182.50 2182.50 59.52 40.48
3/8 " 9.52 781.70 2964.20 80.83 19.17
#4 4.76 585.00 3549.20 96.78 3.22
#8 2.38 87.20 3636.40 99.16 0.84
#16 1.16 6.10 3642.50 99.33 0.67
#30 0.59 3.30 3645.80 99.42 0.58
#50 0.28 0.90 3646.70 99.44 0.56
#100 0.15 5.00 3651.70 99.58 0.42
#200 0.07 5.80 3657.50 99.74 0.26
PAN 9.60 3667.10 100.00 0.00

Contoh Perhitungan untuk saringan No. 4


 Pada saringan No. 4 Berat tertahan = 585 gr
 Kumulatif Tertahan
= Berat Tertahan + Kumulatif Tertahan sebelumnya
= 585,00 gr + 2964,20 gr
= 3549,20 gr
 % Tertahan
= Komulatif Tertahan / Berat agregat x 100%
= 3549,20 gr / 3667,10 gr x 100%
= 96,78 %
 % Lolos
= 100 % - % Tertahan
= 100 % - 96,78 %
= 3,22 %

KELOMPOK B1 MIX - 01 - 22
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01

2. Agregat 3/8”
Tabel 6. Analisa Saringan untuk Agregat 3/8”
Berat kering contoh sebelum disaring = 3495.10 gr
Berat Kumulatif
Sieve No. Bukaan (mm) % Tertahan % Lolos
Tertahan (gr) Tertahan (gr)
3/4 " 19.10 0.00 0.00 0.00 100.00
1/2 " 12.70 30.80 30.80 0.88 99.12
3/8 " 9.52 52.60 83.40 2.39 97.61
#4 4.76 1990.10 2073.50 59.33 40.67
#8 2.38 1149.50 3223.00 92.21 7.79
#16 1.16 55.80 3278.80 93.81 6.19
#30 0.59 54.80 3333.60 95.38 4.62
#50 0.28 16.00 3349.60 95.84 4.16
#100 0.15 81.20 3430.80 98.16 1.84
#200 0.07 56.60 3487.40 99.78 0.22
PAN 7.70 3495.10 100.00 0.00
Contoh Perhitungan untuk saringan No. 8
 Pada saringan No. 8 Berat tertahan = 1149,50 gr
 Kumulatif Tertahan
= Berat Tertahan + Kumulatif Tertahan sebelumnya
= 1149,50 gr + 2073,50gr
= 3223,00 gr
 % Tertahan
= Komulatif Tertahan / Berat agregat x 100%
= 3223,00 gr / 3495,10 gr x 100%
= 92,21 %
 % Lolos
= 100 % - % Tertahan
= 100 % - 92,21 %
= 7,79 %

KELOMPOK B1 MIX - 01 - 23
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01

3. Abu Batu
Tabel 7. Analisa Saringan untuk Abu Batu
Berat kering contoh sebelum disaring = 2985.70 gr
Berat Kumulatif
Sieve No. Bukaan (mm) % Tertahan % Lolos
Tertahan (gr) Tertahan (gr)
3/4 " 19.10 0.00 0.00 0.00 100.00
1/2 " 12.70 0.00 0.00 0.00 100.00
3/8 " 9.52 0.00 0.00 0.00 100.00
#4 4.76 17.20 17.20 0.58 99.42
#8 2.38 589.80 607.00 20.33 79.67
#16 1.16 743.30 1350.30 45.23 54.77
#30 0.59 600.00 1950.30 65.32 34.68
#50 0.28 182.30 2132.60 71.43 28.57
#100 0.15 260.20 2392.80 80.14 19.86
#200 0.07 153.00 2545.80 85.27 14.73
PAN 439.90 2985.70 100.00 0.00

Contoh Perhitungan untuk saringan No. 8


 Pada saringan No. 8 Berat tertahan = 589,80 gr
 Kumulatif Tertahan
= Berat Tertahan + Kumulatif Tertahan sebelumnya
= 589,80 gr + 17,20 gr
= 607,00 gr
 % Tertahan
= Komulatif Tertahan / Berat agregat x 100%
= 607,00 gr / 2985,70 gr x 100%
= 20,33 %
 % Lolos
= 100 % - % Tertahan
= 100 % - 20,33 %
= 79,67 %

KELOMPOK B1 MIX - 01 - 24
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01

 Gradasi Gabungan
Tabel 9. Gradasi Gabungan
Fraksi 3/4" Fraksi 3/8" Abu Batu Gradasi
Sieve No. Bukaan (mm) Spesifikasi
% lolos 15% % lolos 27% % lolos 58% Gabungan
3/4 " 19.00 100.00 15.00 100.00 27.00 100.00 58.00 100.00 100.00
1/2 " 12.50 40.48 6.07 99.12 26.76 100.00 58.00 90.83 90-100
3/8 " 9.50 19.17 2.88 97.61 26.36 100.00 58.00 87.23 77-90
#4 4.75 3.22 0.48 40.67 10.98 99.42 57.67 69.13 53-69
#8 2.36 0.84 0.13 7.79 2.10 79.67 46.21 48.44 33-53
#16 1.18 0.67 0.10 6.19 1.67 54.77 31.77 33.54 21-40
#30 0.60 0.58 0.09 4.62 1.25 34.68 20.11 21.45 14-30
#50 0.30 0.56 0.08 4.16 1.12 28.57 16.57 17.78 9-22
#100 0.15 0.42 0.06 1.84 0.50 19.86 11.52 12.08 6-15
#200 0.08 0.26 0.04 0.22 0.06 14.73 8.55 8.64 4-9
PAN - 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 -

Contoh Perhitungan untuk saringan No. 8


 Fraksi ¾” Dengan Komposisi campuran 15%
= (% lolos saringan no. 8 x 15%) / 100%
= (0,84 % x 15%) / 100%
= 0,13 %
 Fraksi 3/8” Dengan Komposisi campuran 25%
= (% lolos saringan no. 8 x 27%) / 100%
= (7,79 % x 27%) / 100%
= 2,10 %
 Abu Batu Dengan Komposisi campuran 50%
= (% lolos saringan no. 8 x 58%) / 100%
= (79,67 % x 58%) / 100%
= 46,21 %
 Gradasi gabungan untuk saringan no. 8
= 0,13 + 2,10% + 46,21%
= 48,44 %

KELOMPOK B1 MIX - 01 - 25
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01

Kontrol
33 % ≤ 48,44 % ≤ 53% (Memenuhi Spesifikasi)
Berdasarkan persentase proporsi tiap agregat seperti di atas diperoleh gradasi campuran
seperti tergambar pada grafik berikut:

Gambar 11. Gradasi Agregat Gabungan Campuran AC-WC

 Hasil proporsi fraksi agregat dalam campuran:


o Agregat Kasar:
a. Fraksi Agregat ¾” = 15 %
b. Fraksi Agregat 3/8” = 27 %
o Agregat Halus:
Abu Batu = 58 %

 Menghitung Perkiraan Kadar Aspal:


Course Aggregate (CA) = 100% - Lolos saringan No. 8
= 100% - 48,44 %
= 51,56 %
Fine Aggregate (FA) = Lolos saringan No. 8 – Lolos saringan No. 200
= 48,44 % - 8,64 %
= 39,80 %
Filler = Lolos saringan No. 200
= 8,64 %

KELOMPOK B1 MIX - 01 - 26
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01

Total = Course Aggregate+ Fine Aggregate+Filler


= 51,56 % + 39,80% + 8,64%
= 100 %
pKAO = 0,035(% CA) + 0,045(% FA) + 0,18 (%Filler) + Konstanta
Diketahui:
pKAO : Kadar aspal tengah/ideal, persen terhadap berat campuran.
CA : Persen agregat tertahan saringan No.8.
FA : Persen agregat lolos saringan No.8 dan tertahan saringan No.200.
Filler : Persen agregat lolos No.200.
Konstanta : 0,5 – 1,0 untuk Asphalt Concrete, diambil 1,0 berdasarkan besarnya
penyerapan agregat untuk memperoleh nilai pKAO. Semakin besar
penyerapan agregat yang digunakan maka konstanta yang di ambil
mendekati atau sama dengan 1,0.
Sehingga:
pKAO = 0,035(%CA)+0,045(%FA)+0,18(%FF)+ konstanta
= 0,035(61,78) + 0,045(32,85) + 0,18(5,37) + 1,0
= 6,09% ≈ 6,0%

13. Contoh Perhitungan Hasil Uji Volumetrik Campuran


Contoh perhitunngan untuk sampel 1
 Berat jenis aspal = 1,048
 Berat jenis agregat = 2,623
 % aspal terhadap campuran untuk sampel 1 (b) = 7,0 %

 % aspal terhadap agregat (a)


( b
= 100 %−b
) x 100%
7%
¿ x 100 %
100 %−7 %
= 5,26 %
 Berat benda uji kering udara (c)
Sampel 1 = 1272,2 gr

 Berat benda uji jenuh air (d)


Sampel 1 = 1275,9 gr

 Berat benda uji dalam dalam air (e)

KELOMPOK B1 MIX - 01 - 27
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01

Sampel 1 = 721,0 gr

 Isi benda uji (f)


Sampel 1 =d-e
= 1275,9 gr – 721,0 gr
= 554,9 gr = 554,9 cm3

 Berat isi benda uji (kepadatan) (g)


Sampel 1 =c/f
= 1272,2 gr / 554,9 cm3
= 2,29 gr/cm3
Rata-Rata = 2,29 gr/cm3

 Berat jenis maks. Teoritis campuran (h)


= 100% / ((100% – b ) / bj agg + b / bj aspal )
= 100 % / ((100% – 7,0%) / 2,623 + 7,0% / 1,048)
= 2,37%
 %Volume aspal dalam campuran (i)
Sampel 1 = (b.g) / bj Aspal
= (7,0% . 2,29) / 1,048
= 15,31%
Rata-Rata = 15,31%

 %Volume agregat dalam campuran (j)


Sampel 1 = (100% – b ) x g / bj agregat
= (100% – 7,0%) x 2,29 / 2,623
= 81,29%
Rata -Rata = 81,29 %

 Jumlah kandungan rongga udara dalam campuran (%) (k)


Sampel 1 = 100% – i - j
= 100% – 15,31% – 81,29%
= 3,40 %
Rata -Rata = 3,40 %

 % rongga antar agregat dalam campuran, VMA (l)


Sampel 1 = 100% – j

KELOMPOK B1 MIX - 01 - 28
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01

= 100% – 81,29%
= 18,71 %
Rata -Rata = 18,71 %

 % rongga terisi aspal dalam campuran, VFB (m)


Sampel 1 = 100% x i / l
= 100% x 15,31% / 18,71%
= 81,84%
Rata -Rata = 81,84%

 % rongga udara dalam campuran, VIM (n)


Sampel 1 = 100% – ((100% x g) / h )
= 100% – ((100% x 2,29) / 2,37)
= 3,40%
Rata -Rata = 3,40%

14. Hasil Uji Marshall Campuran


Untuk Sampel 1
 Didapatkan hasil pengukuran benda uji:
i. Diameter (D) = 10,191 cm
ii. Tinggi benda uji (T) = 7,062 cm
iii. Volume (V) = (1/4 π ) D2 x T
= (1/4 π ) x 10,191² x 7,062 cm
= 575,746 cm3 (Dari Tabel 4. diperoleh Faktor
Koreksi Stabilitas = 0,83)
 Pembacaan arloji stabilitas (o)
Sampel 1; o = 11,96 kN

 Stabilitas (p) kalibrasi alat


1000
Sampel 1; p = o x konversi satuan (1 kN = 2 = 101,97 kg)
9,81 m/ s
= 11,96 x 101,97 kg
= 1219 ,58 kg
Rata-Rata; p = 1219,58 kg

 Stabilitas campuran setelah dikoreksi (q)

KELOMPOK B1 MIX - 01 - 29
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01

Sampel 1; q = p x Faktor Koreksi


= 1219,58 kN x 0,83
= 1012,26 kN
Rata-Rata; q = 1012,26 kg

 Kelelehan, Flow (r)


Sampel 1; r = 3,92 mm

 Marshall Quotient, MQ (s)


Sampel 1; s = q/r
= 1012,26 kg / 3,92 mm
= 258,23 kg/mm

Rata-Rata ; s = 258,23 kg/mm

Tabel 10. Hasil Uji Volumetrik & Uji Marshall AC-WC


Kadar aspal (%) 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 Spesifikasi
3
Kepadatan (gram/cm ) 2.29 2.29 2.30 2.31 2.31 Min 2.2
VIM (%) 6.20 5.33 4.18 3.24 2.36 3-5%
VMA (%) 17.35 17.62 17.65 17.87 18.15 Min 15
VFB (%) 64.25 69.76 76.32 81.87 87.01 Min 65
Stabilitas (kg) 789.00 812.71 895.22 991.94 1068.76 Min 800 kg
Flow (mm) 3.04 3.75 3.81 3.97 4.33 2-4
*Berdasarkan Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 (Divisi 6)

15. Hasil Penentuan Kadar Aspal Optimum ( KAO )


Berdasarkan nilai-nilai pada Tabel 11 diatas digambarkan grafik hasil Kadar
Aspal dengan karakteristik-karakteristik campuran, seperti pada Gambar berikut:

KELOMPOK B1 MIX - 01 - 30
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01

Gambar 25. Hubungan Kadar Aspal vs Kepadatan

Diketahui persamaan garis adalah y = -0.0182x2 + 0.2273x + 1.6068


dy
Dengan menggunakan rumus turunan =0
dx
0 = 2 x -0.0182x + 0.2273
2 x 0.0182x = 0.2273
x = 0.2273 / ( 2 x 0.0182 )
Maka didapat nilai x = 6,244%
y = -0.0182(6,244)2 + 0.2273(6,244) + 1.6068
Maka didapat nilai y = 2,316 gr/cm3

Kadar aspal vs VIM


10
9
8
7
VIM(%)

6
f(x)
5 = 0.05585833 x² − 2.62543595 x + 17.9752799
R²4 = 0.99828870068765
3
2
1
0
5.0 5.5 6.0 6.5 7.0

Kadar aspal (%)

Gambar 26. Hubungan Kadar Aspal vs VIM

Berdasarkan persamaan dari grafik hubungan antara VIM dan Kadar Aspal
Diketahui persamaan garis adalah y = 0,7549x2 - 10,736x + 41,029
Dengan menggunakan cara coba-coba pada persamaan y = 0,7549x2 - 10,736x + 41,029 :
 Untuk y = 5 %
Didapatkan nilai x = 5,426 % ( termasuk dalam interval kadar aspal )
 Untuk y = 3 %
Didapatkan nilai x = 7,239 % ( termasuk dalam interval kadar aspal )

KELOMPOK B1 MIX - 01 - 31
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01

Gambar 27. Hubungan Kadar Aspal vs VMA

Diketahui persamaan garis adalah y = 0,6537x2 - 7,2849x + 37,218


dy
Dengan menggunakan rumus turunan =0
dx
0 = 2 x 0,6537x - 7,2849
2 x 0,6537x = 7,2849
x = 7,2849 / ( 2 x 0,6537 )
Maka didapat nilai x = 5,572%
y = 0,6537(5,572)2 - 7,2849(5,572) + 37,218
Maka didapat nilai y = 16,922%

Gambar 28. Hubungan Kadar Aspal vs VFB

Berdasarkan persamaan dari grafik hubungan antara VFB dan Kadar Aspal
Diketahui persamaan garis adalah y = -3,7763x2 + 55,569x – 119,67
Dengan menggunakan cara coba-coba pada persamaan y = -3,7763x2 + 55,569x – 119,67 :
 Untuk y = 65 %
Didapatkan nilai x = 5,070 % ( termasuk dalam interval kadar aspal )

KELOMPOK B1 MIX - 01 - 32
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01

Gambar 29. Hubungan Kadar Aspal vs Stabillitas

Diketahui persamaan garis adalah y = -131,01x2 + 1633,9x - 3994,5


dy
Dengan menggunakan rumus turunan =0
dx
0 = 2 x -131,01x + 1633,9
2 x 131,01x = 1633,9
x = 1633,9 / ( 2 x 131,01)
Maka didapat nilai x = 6,235 %
y = -131,01(6,235)2 + 1633,9(6,235) - 3994,5
Maka didapat nilai y = 1099,823 kg

Gambar 30. Hubungan Kadar Aspal vs Flow

Diketahui persamaan garis adalah y = -0,135x2 + 1,4104x + 0,1821


Semua kadar aspal yang di uji masuk dalam interval

KELOMPOK B1 MIX - 01 - 33
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01

Berdasarkan grafik pada Gambar 25 – Gambar 31 seperti di atas dan dengan


memperhatikan spesifikasi yang ada, maka digambarkan Bar Chart seperti pada
Gambar 32 berikut:

Gambar 32. Bar Chart Penentuan Kadar Aspal Optimum


Berdasarkan Bar Chart diatas dapat ditentukan rentang nilai Kadar Aspal Optimum
(KAO) campuran yang memenuhi spesifikasi berada pada kisaran nilai 5,64% - 6,54%
dengan nilai rata-rata yaitu (5,64% + 6,54%)/2= 6,09%
16. Pembahasan
 Berdasarkan kurva hubungan kadar aspal vs kepadatan didapatkan bahwa kepadatan
akan meningkat seiring bertambahnya kadar aspal hingga mencapai kepadatan
maksimum 2,316 gr/cm3 pada kadar aspal 6,244%. Selanjutnya kepadatan akan
menurun seiring bertambahnya kadar aspal.
 Berdasarkan kurva hubungan kadar aspal vs VIM (kandungan rongga dalam
campuran) didapatkan bahwa kandungan dalam campuran (VIM) akan menurun
dengan seiring bertambahnya kadar aspal. Hal ini karena rongga dalam campuran
telah terisi oleh aspal. Dari hasil yang didapatkan, pada saat nilai VIM 5% nilai
kadar aspal yang didapat adalah 5,426 %.
 Berdasarkan kurva hubungan kadar aspal vs VMA (kandungan rongga dalam
agregat) didapatkan bahwa VMA akan menurun seiring bertambahnya kadar aspal

KELOMPOK B1 MIX - 01 - 34
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01

hingga nilai VMA minimum 16,922 % pada kadar aspal 5,572%. Selanjutnya nilai
VMA akan meningkat seiring bertambahnya kadar aspal.
 Berdasarkan kurva hubungan kadar aspal vs VFB (Rongga yang terisi aspal) akan
meningkat seiring dengan bertambahnya kadar aspal. Dari hasil yang didapatkan,
pada saat nilai VFB 65% nilai kadar aspal yang didapatkan sebesar 5,025%.
 Berdasarkan kurva hubungan kadar aspal vs stabilitas didapatkan bahwa stabilitas
akan meningkat seiring bertambahnya kadar aspal sampai mencapai stabilitas
maksimum 1099,823 kg pada kadar aspal 6,235%. Setelah itu stabilitas akan
menurun seiring bertambahnya kadar aspal.
 Berdasarkan kurva hubungan kadar aspal vs flow / kelelehan didapatkan bahwa flow
akan menurun seiring bertambahnya kadar aspal.
 Berdasarkan kurva hubungan kadar aspal vs MQ didapatkan bahwa nilai MQ
merupakan perbandingan stabilitas dengan flow / kelelehan. Nilai stabilitas dan flow
akan mempengaruhi nilai MQ. Perbandingan nilai stabilitas yang tinggi dengan flow
yang rendah menandakan bahwa campuran tersebut kaku. Dari hasil yang
didapatkan, pada saat nilai MQ 250 kg/mm nilai kadar aspal yang didapatkan
sebesar 5,244%. Berdasarkan kurva hubungan kadar aspal vs MQ akan meningkat
seiring dengan bertambahnya kadar aspal.
 Bar Chart untuk penentuan kadar aspal optimum (KAO) campuran menunjukkan
bahwa kadar aspal yang memenuhi spesifikasi keseluruhan dimulai dari kadar aspal
5,426 % hingga 7,249 %. Dengan mencari nilai rata-ratanya, diperoleh KAO 6,333
%.
 Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa kadar aspal optimum tidak memenuhi
terhadap kurva VMA, dimana VMA optimum berada pada kadar aspal 5,572%.
Kadar aspal yang memenuhi terhadap kurva VMA berkisar antara 5,404% sampai
5,739%. Seharusnya kadar aspal optimum untuk campuran laston ini juga berada
pada kisaran antara kadar aspal 5,244% sampai 5,426%. Dengan kadar aspal 6,333%
yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa campuran yang diuji dapat
dikategorikan sebagai campuran HRS.
 Penyebab besarnya kadar aspal optimum yang didapatkan karena pada perkiraan
kadar aspal optimum digunakan konstanta = 1,0 sehingga berpengaruh pada
besarnya pKAO untuk digunakan dalam proses pengujian dengan kadar aspal 5,0% -
7,5%. Jika digunakan kadar aspal pengujian mulai dari kisaran 4,5% maka

KELOMPOK B1 MIX - 01 - 35
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01

kemungkinan KAO yang didapatkan lebih kecil karena kurva kadar aspal terhadap
VIM akan bergeser ke kiri.
17. Kesimpulan dan Saran

a. Kesimpulan
Dari hasil pengujian campuran aspal dengan alat marshall, diperoleh:
1. Proporsi tiap fraksi terhadap agregat sebagai berikut:
 Agregat 3/4" = 15 %
 Agregat 3/8" = 25 %
 Pasir = 10 %
 Abu batu = 50 % +
Total = 100%
2. Proporsi tiap fraksi agregat dalam campuran sebagai berikut:
 Aspal = 6,333 %
 Agregat 3/4" = 15 % x (100% - 6,333%) = 14,05%
 Agregat 3/8" = 25 % x (100% - 6,333%) = 23,41%
 Pasir = 10 % x (100% - 6,333%) = 09,37%
 Abu batu = 50 % x (100% - 6,333%) = 46,83% +
Total = 100 %
3. Jenis material yang digunakan:
Course Aggregate (CA) = 100% - Lolos No.8 = 61,78%
Fine Aggregate (FA) = Lolos No.8 – Lolos No.200 = 56,41%
Filler = Tertahan No.200 = 05,37% +
Total = 100%
4. Rentang Kadar Aspal yang memenuhi spesifikasi yaitu 5,64% - 654%
5. Nilai Kadar Aspal Optimum (KAO) = 6,09%
b. Saran
1. Pada waktu memanaskan dan mencampur aspal usahakan untuk menjaga suhu
agar tetap berada pada suhu 115o C atau suhu terlalu tinggi dari 115o C karena
kandungan minyak pada Aspal dapat berkurang banyak dan Aspal menjadi
sangat encer sehingga dapat berpengaruh pada daya ikat terhadap aggregate.

KELOMPOK B1 MIX - 01 - 36
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01

2. Pada waktu penumbukkan sebaiknya mengecek suhu campuran Aspal sebelum


dipadatkan (Tidak boleh < 145o C). Karena suhu pencampuran Aspal saat
diangkat dari kompor pemanas sampai diletakkan pada cetakan akan berkurang.

KELOMPOK B1 MIX - 01 - 37

Anda mungkin juga menyukai