MIX – 01
MIX DESAIN
KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL DAN AGREGAT
1. Tujuan
a. Tujuan Praktikum
Tujuan dilakukannya praktikum karakteristik campuran aspal dan agregat adalah:
Mahasiswa mampu memahami prosedur pelakasanaan pengujian campuran
aspal dengan agregat dengan baik dan benar.
Mahasiswa dapat menggunakan alat penumbuk (manual) campuran aspal dan
agregat dengan baik dan benar.
Mahasiswa mengerti cara menggunakan alat uji Marshall.
Mahasiswa dapat membuat Design Mix Formula (DMF) campuran M
MMMMMMMMM M, M, dan agregat.
b. Tujuan Mix Design
Mendapatkan Design Mix Formula ( DMF ) campuran aspal dan agregat yang
meliputi
Proporsi agregat dalam campuran yang memenuhi spesifikasi gradasi campuran,
Kadar Aspal Optimum ( KAO ) dalam campuran,
Persentase aspal terhadap agregat dan persentase aspal terhadap campuran.
2. Terminologi
a. Stabilitas
Kemampuan suatu campuran aspal untuk menerima beban sampai terjadi kelelehan
plastis yang dinyatakan dalam kilogram atau pound.
b. Flow / Kelelehan
Perubahan bentuk plastis suatu campuran aspal yang terjadi akibat beban sampai
batas runtuh yang dinyatakan dalam mm atau 0,01”.
c. VIM (Voids in Mixture/Rongga didalam Campuran)Volume rongga yang berisi
udara di dalam campuran aspal, dinyatakan dalam % volume.
d. VMA (Voids in Mineral Aggregate/Rongga didalam Agregat)
Volume rongga yang terdapat diantara butir-butir agregat dari suatu campuran aspal
yang telah dipadatkan, termasuk didalamnya adalah rongga udara dan rongga yang
KELOMPOK B1 MIX - 01 - 1
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01
3. Teori Dasar
a. Umum
Terdapat bermacam-macam tipe campuran aspal dan agregat, yang paling umum
adalah campuran Aspal Beton (Asphaltic Concrete/AC) yang lebih dikenal dengan
AC atau LASTON dan campuran Hot Rolled Asphalt (HRA). Perbedaan mendasar
dari kedua tipe campuran ini adalah pada gradasi agregat pembentuknya. Campuran
tipe AC menggunakan agregat bergradasi menerus (continuous graded) sedangkan
campuran tipe HRA menggunakan agregat bergradasi senjang (gap graded).
Sifat-sifat penting yang harus dimiliki oleh suatu campuran aspal dan agregat
diantaranya :
1. Stabilitas
Campuran harus memiliki ketahanan terhadap deformasi permanen yang
disebabkan oleh beban lalu lintas. Stabilitas suatu campuran dapat diperoleh
dari adanya sifat interlocking agregat dalam campuran ataupun dengan
menggunakan aspal berpenetrasi rendah.
2. Fleksibilitas
Campuran harus dapat menahan defleksi dan momen tanpa timbul retak pada
campuran tersebut yang diakibatkan oleh perubahan jangka panjang pada daya
dukung tanah atau lapis pondasi, lendutan yang berulang akibat beban lalu
lintas, perubahan volume campuran akibat perubahan suhu. Fleksibilitas suatu
campuran dapat diperoleh dengan cara meninggikan kadar aspal dalam
campuran, menggunakan aspal berpenetrasi tinggi, dan juga dengan
menggunakan agregat bergradasi terbuka (open graded).
KELOMPOK B1 MIX - 01 - 2
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01
3. Durabilitas
Durabilitas berkaitan dengan keawetan suatu campuran terhadap beban lalu
lintas dan pengaruh cuaca. Campuran harus tahan terhadap air dan perubahan
sifat aspal karena penguapan dan oksidasi. Durabilitas dapat ditingkatkan
dengan cara membuat campuran yang padat dan kedap air, yang dapat diperoleh
dari penggunaan agregat bergradasi rapat (dense graded) dan kadar aspal yang
tinggi.
4. Workabilitas
Workabilitas berarti kemudahan suatu campuran untuk dihamparkan dan
dipadatkan untuk mencapai tingkat kepadatan yang diinginkan. Hal ini dapat
tercapai jika viskositas campuran pada suhu pencampuran dan pemadatan cukup
rendah.
5. Ekonomis
Campuran harus direncanakan dengan menggunakan jenis dan kombinasi
material yang menghasilkan biaya termurah tetapi memenuhi persyaratan
stabilitas, flexibilitas, durabilitas dan workabilitas.
Perencanaan suatu campuran agregat dan aspal terutama ditujukan agar
campuran tersebut dapat memiliki sifat-sifat seperti yang tersebut diatas. Tujuan
akhir dari perencanaan tersebut adalah menentukan suatu kadar aspal optimum
yang akan memberikan keseimbangan dari semua sifat campuran tersebut,
karena tidak ada satu kadar aspal pun yang akan dapat memaksimalkan semua
sifat campuran.
Persiapan benda uji terdiri dari penyiapan agregat dan aspal serta pembuatan benda uji
sesuai spek yang direncanakan.
KELOMPOK B1 MIX - 01 - 3
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01
Keterangan :
KELOMPOK B1 MIX - 01 - 4
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01
6. Prosedur Praktikum
Secara umum, prosedur perencanaan dan pengujian campuran aspal dan agregat dengan
menggunakan Metoda Marshall dapat dilihat pada bagan alir berikut ini.
Mulai
Pengambilan Material
Aspal Agregat
KELOMPOK B1 MIX - 01 - 5
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01
Pembuatan benda
uji PRDbenda
Pembuatan
Penentuan KAO
uji PRD
Pemeriksaan Material
Aspal dan agregat
Pengujian Marshall dan Volmetrik Pengujian Marshall
benda uij kondisi KAO Design Mix Formula ( DMF) Sisa Benda Uji kondisi
KAO
Tidak Memenuhi
Spesifikasi
Selesai
Memenuhi
Spesifikasi Tidak
Gradasi
Memenuhi
PenentuanYaPerkiraan Kadar
Aspal Optimum(PKAO )
KELOMPOK B1 MIX - 01 - 6
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01
Proses selanjutnya adalah pembuatan benda uji campuran yang diikuti oleh
pemadatan. Disarankan paling sedikit dibuat 5 variasi kadar aspal, dan untuk setiap
kadar aspal tersebut dibuat 3 benda uji. Pemadatan benda uji, dalam hal ini
menggunakan Metoda Marshall, dinyatakan dalam jumlah tumbukan yang dikenakan
pada benda uji tersebut. Jumlah tumbukan ini didasarkan pada jenis lalu lintas rencana
(dapat dilihat pada Kriteria Perencanaan).
Sebelum melakukan uji Marshall terlebih dahulu dilakukan pengujian berat isi
dan berat jenis untuk dapat menghitung kandungan rongga didalam campuran. Setelah
semua perhitungan selesai dilakukan, dapat ditentukan kadar aspal optimum
berdasarkan kriteria perencanaan yang diambil.
7. Peralatan
Peralatan yang digunakan terdiri dari :
1. Cetakan benda uji dari logam yang berdiameter 10,16 cm dan tinggi 7,62 cm,
lengkap dengan pelat alas dan leher sambung.
KELOMPOK B1 MIX - 01 - 7
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01
KELOMPOK B1 MIX - 01 - 8
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01
Pemegang cetakan
benda uji
Alat
penumbuk
Landasan
penumbuk
3. Alat untuk mengeluarkan benda uji yang sudah dipadatkan dari dalam cetakan benda
uji dipakai sebuah alat ekstruder yang berdiameter 10 cm.
KELOMPOK B1 MIX - 01 - 9
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01
5. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu yang mampu memanasi sampai 200 oC
( 3oC).
Gambar 7. Oven
Sumber : Dok. Praktikum Jalan 2022
6. Bak perendam (waterbath) dilengkapi dgn pengatur suhu mulai 20 – 60o C ( 1oC).
KELOMPOK B1 MIX - 01 - 10
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01
Gambar 9. Timbangan
Sumber : Dok. Praktikum Jalan 2022
8. Pengukur suhu dari logam (metal thermometer) berkapasitas 250oC dan 100oC
dengan ketelitian 1% dari kapasitas.
9. Perlengkapan lain :
a. Panci-panci untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran aspal.
b. Sendok pengaduk dan spatula.
c. Kompor dan pemanas (hot plate).
d. Sarung tangan dari asbes, sarung tangan dari karet dan pelindung pernapasan
atau masker.
e. Kantong plastik kapasitas 2 kg
f. Kompor gas elpiji atau minyak tanah
KELOMPOK B1 MIX - 01 - 11
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01
Fraksi 3/8
Fraksi 3/4
Fraksi
abu batu
KELOMPOK B1 MIX - 01 - 12
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01
Tabel 1. Tingkat Kekentalan (Viskositas) Aspal Untuk Aspal Padat dan Aspal
Cair
Suhu Pencampuran (C°) Suhu Pemadatan (C°)
Alat Aspal Aspal Aspal Aspal
Satuan Satuan
Padat Cair Padat Cair
Kinematik
170 20 170 20 C.ST 280 30 280 30 C.ST
Viscosimeter
Saybolt Furol DET. DET.
85 10 85 10 140 15 140 15
Viscometer S.F S.F
(Sumber : SNI-06-2489-1991)
KELOMPOK B1 MIX - 01 - 13
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01
9. Proses pencampuran
1. Bahan disiapkan untuk setiap benda uji yang diperlukan yaitu agregat sebanyak
1200 gram sehingga menghasilkan tinggi benda uji kira-kira 63,5 mm 1,27 mm.
Pencampuran agregat agar sesuai dengan gradasi yang diinginkan dilakukan dengan
cara mengambil nilai tengah dari batas spek. Untuk memperoleh berat agregat yang
diperlukan dari masing-masing fraksi untuk membuat satu benda uji adalah dengan
mengalikan nilai tengah tersebut terhadap total berat agregat.
2. Panci pencampur dipanaskan beserta agregat kira-kira 28oC di atas suhu
pencampuran untuk aspal padat, bila menggunakan aspal cair pemanasan sampai
14oC di atas suhu pencampuran.
3. Aspal dituangkan yang sudah mencapai tingkat kekentalan seperti Tabel 1 di atas
sebanyak yang dibutuhkan ke dalam agregat yang sudah dipanaskan tersebut,
kemudian aduklah dengan cepat pada suhu sesuai butir 4.3 b sampai agregat
terselimuti aspal secara merata
KELOMPOK B1 MIX - 01 - 14
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01
Gambar 16. Proses Memasukkan Campuran Aspal dan Agregat Kedalam Cetakan
Sumber : Dok. Praktikum Jalan 2022
KELOMPOK B1 MIX - 01 - 15
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01
f. Plat alas dan leher sambung dilepaskan dari cetakan benda uji, kemudian cetakan
yang berisi benda uji dibalikkan dan pasang kembali pelat alas dan leher sambung
pada cetakan yang telah dibalikkan.
g. Dilakukan tumbukkan dengan jumlah tumbukan yang sama sesuai butir 4.4.e
terhadap permukaan benda uji yang sudah dibalikkan ini.
h. keping alas dilepaskan dan pasanglah alat pengeluar benda uji pada permukaan
ujung ini.
i. benda uji dikeluarkan dengan hati-hati dan diletakkan di atas permukaan yang rata
dan biarkan selama kira-kira 24 jam pada suhu ruang.
j. Benda uji didinginkan dengan kipas angin meja bila diperlukan pendinginan yang
lebih cepat.
KELOMPOK B1 MIX - 01 - 16
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01
2. Benda uji direndam didalam bak perendam pada 25oC selama 3 sampai 5 menit
dan timbang didalam air, akan didapat berat benda uji di dalam air.
KELOMPOK B1 MIX - 01 - 17
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01
3. Permukaan benda uji dikeringkan dengan lap kering kemudian ditimbang, akan
didapat berat kering permukaan jenuh (ssd).
4. Hasil pengujian dicatat pada formulir yang telah disediakan dan hitung berat
jenis campuran sesuai dengan rumus yang disediakan.
KELOMPOK B1 MIX - 01 - 18
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01
2. Benda uji dikeluarkan dari bak perendam atau dari oven dan letakkan ke dalam
segmen bawah kepala penekan dengan catatan bahwa waktu yang diperlukan
dari saat diangkatnya benda uji dari bak perendaman atau oven sampai
tercapainya beban maksimum tidak boleh melebihi 30 detik.
3. Segmen dipasang di atas benda uji dan letakkan keseluruhannya dalam mesin
penguji.
4. Arloji dipasang untuk mengukur pelelehan (flow) pada kedudukannya di atas
salah satu batang penuntun dan atur kedudukan jarum penunjuk pada angka
nol, sementara selubung tangkai arloji (sleeve) dpegang teguh terhadap segmen
atas kepala penekan.
5. Kepala penekan beserta benda ujinya dinaikkan hingga menyentuh alas cincin
penguji, sebelum pembebanan diberikan.
6. Jarum arloji tekan diatur pada kedudukan angka nol.
7. Pembebanan diberikan pada benda uji dengan kecepatan tetap sekitar 50 mm
per menit sampai pembebanan maksimum tercapai, atau pembebanan menurun
seperti yang ditunjukkan oleh jarum arloji tekan dan catat pembebanan
maksimum atau stabilitas (stability) yang dicapai, koreksilah bebannya dengan
menggunakan faktor perkalian yang bersangkutan dari Tabel 2 bila benda uji
tebalnya kurang atau lebih besar dari 63,5 mm.
8. Nilai pelelehan (flow) yang ditunjukkan oleh jarum arloji pengukur pelelehan
pada saat pembebanan maksimum tercapai dicatat.
Gambar 22. Pengujian Stabilitas & Flow sampel briket menggunakan alat
Marshall
KELOMPOK B1 MIX - 01 - 19
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01
Tabel 3. Ketentuan Viskositas & Temperatur Aspal untuk Pencampuran dan Pemadatan
KELOMPOK B1 MIX - 01 - 20
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01
KELOMPOK B1 MIX - 01 - 21
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01
KELOMPOK B1 MIX - 01 - 22
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01
2. Agregat 3/8”
Tabel 6. Analisa Saringan untuk Agregat 3/8”
Berat kering contoh sebelum disaring = 3495.10 gr
Berat Kumulatif
Sieve No. Bukaan (mm) % Tertahan % Lolos
Tertahan (gr) Tertahan (gr)
3/4 " 19.10 0.00 0.00 0.00 100.00
1/2 " 12.70 30.80 30.80 0.88 99.12
3/8 " 9.52 52.60 83.40 2.39 97.61
#4 4.76 1990.10 2073.50 59.33 40.67
#8 2.38 1149.50 3223.00 92.21 7.79
#16 1.16 55.80 3278.80 93.81 6.19
#30 0.59 54.80 3333.60 95.38 4.62
#50 0.28 16.00 3349.60 95.84 4.16
#100 0.15 81.20 3430.80 98.16 1.84
#200 0.07 56.60 3487.40 99.78 0.22
PAN 7.70 3495.10 100.00 0.00
Contoh Perhitungan untuk saringan No. 8
Pada saringan No. 8 Berat tertahan = 1149,50 gr
Kumulatif Tertahan
= Berat Tertahan + Kumulatif Tertahan sebelumnya
= 1149,50 gr + 2073,50gr
= 3223,00 gr
% Tertahan
= Komulatif Tertahan / Berat agregat x 100%
= 3223,00 gr / 3495,10 gr x 100%
= 92,21 %
% Lolos
= 100 % - % Tertahan
= 100 % - 92,21 %
= 7,79 %
KELOMPOK B1 MIX - 01 - 23
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01
3. Abu Batu
Tabel 7. Analisa Saringan untuk Abu Batu
Berat kering contoh sebelum disaring = 2985.70 gr
Berat Kumulatif
Sieve No. Bukaan (mm) % Tertahan % Lolos
Tertahan (gr) Tertahan (gr)
3/4 " 19.10 0.00 0.00 0.00 100.00
1/2 " 12.70 0.00 0.00 0.00 100.00
3/8 " 9.52 0.00 0.00 0.00 100.00
#4 4.76 17.20 17.20 0.58 99.42
#8 2.38 589.80 607.00 20.33 79.67
#16 1.16 743.30 1350.30 45.23 54.77
#30 0.59 600.00 1950.30 65.32 34.68
#50 0.28 182.30 2132.60 71.43 28.57
#100 0.15 260.20 2392.80 80.14 19.86
#200 0.07 153.00 2545.80 85.27 14.73
PAN 439.90 2985.70 100.00 0.00
KELOMPOK B1 MIX - 01 - 24
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01
Gradasi Gabungan
Tabel 9. Gradasi Gabungan
Fraksi 3/4" Fraksi 3/8" Abu Batu Gradasi
Sieve No. Bukaan (mm) Spesifikasi
% lolos 15% % lolos 27% % lolos 58% Gabungan
3/4 " 19.00 100.00 15.00 100.00 27.00 100.00 58.00 100.00 100.00
1/2 " 12.50 40.48 6.07 99.12 26.76 100.00 58.00 90.83 90-100
3/8 " 9.50 19.17 2.88 97.61 26.36 100.00 58.00 87.23 77-90
#4 4.75 3.22 0.48 40.67 10.98 99.42 57.67 69.13 53-69
#8 2.36 0.84 0.13 7.79 2.10 79.67 46.21 48.44 33-53
#16 1.18 0.67 0.10 6.19 1.67 54.77 31.77 33.54 21-40
#30 0.60 0.58 0.09 4.62 1.25 34.68 20.11 21.45 14-30
#50 0.30 0.56 0.08 4.16 1.12 28.57 16.57 17.78 9-22
#100 0.15 0.42 0.06 1.84 0.50 19.86 11.52 12.08 6-15
#200 0.08 0.26 0.04 0.22 0.06 14.73 8.55 8.64 4-9
PAN - 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 -
KELOMPOK B1 MIX - 01 - 25
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01
Kontrol
33 % ≤ 48,44 % ≤ 53% (Memenuhi Spesifikasi)
Berdasarkan persentase proporsi tiap agregat seperti di atas diperoleh gradasi campuran
seperti tergambar pada grafik berikut:
KELOMPOK B1 MIX - 01 - 26
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01
KELOMPOK B1 MIX - 01 - 27
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01
Sampel 1 = 721,0 gr
KELOMPOK B1 MIX - 01 - 28
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01
= 100% – 81,29%
= 18,71 %
Rata -Rata = 18,71 %
KELOMPOK B1 MIX - 01 - 29
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01
KELOMPOK B1 MIX - 01 - 30
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01
6
f(x)
5 = 0.05585833 x² − 2.62543595 x + 17.9752799
R²4 = 0.99828870068765
3
2
1
0
5.0 5.5 6.0 6.5 7.0
Berdasarkan persamaan dari grafik hubungan antara VIM dan Kadar Aspal
Diketahui persamaan garis adalah y = 0,7549x2 - 10,736x + 41,029
Dengan menggunakan cara coba-coba pada persamaan y = 0,7549x2 - 10,736x + 41,029 :
Untuk y = 5 %
Didapatkan nilai x = 5,426 % ( termasuk dalam interval kadar aspal )
Untuk y = 3 %
Didapatkan nilai x = 7,239 % ( termasuk dalam interval kadar aspal )
KELOMPOK B1 MIX - 01 - 31
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01
Berdasarkan persamaan dari grafik hubungan antara VFB dan Kadar Aspal
Diketahui persamaan garis adalah y = -3,7763x2 + 55,569x – 119,67
Dengan menggunakan cara coba-coba pada persamaan y = -3,7763x2 + 55,569x – 119,67 :
Untuk y = 65 %
Didapatkan nilai x = 5,070 % ( termasuk dalam interval kadar aspal )
KELOMPOK B1 MIX - 01 - 32
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01
KELOMPOK B1 MIX - 01 - 33
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01
KELOMPOK B1 MIX - 01 - 34
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01
hingga nilai VMA minimum 16,922 % pada kadar aspal 5,572%. Selanjutnya nilai
VMA akan meningkat seiring bertambahnya kadar aspal.
Berdasarkan kurva hubungan kadar aspal vs VFB (Rongga yang terisi aspal) akan
meningkat seiring dengan bertambahnya kadar aspal. Dari hasil yang didapatkan,
pada saat nilai VFB 65% nilai kadar aspal yang didapatkan sebesar 5,025%.
Berdasarkan kurva hubungan kadar aspal vs stabilitas didapatkan bahwa stabilitas
akan meningkat seiring bertambahnya kadar aspal sampai mencapai stabilitas
maksimum 1099,823 kg pada kadar aspal 6,235%. Setelah itu stabilitas akan
menurun seiring bertambahnya kadar aspal.
Berdasarkan kurva hubungan kadar aspal vs flow / kelelehan didapatkan bahwa flow
akan menurun seiring bertambahnya kadar aspal.
Berdasarkan kurva hubungan kadar aspal vs MQ didapatkan bahwa nilai MQ
merupakan perbandingan stabilitas dengan flow / kelelehan. Nilai stabilitas dan flow
akan mempengaruhi nilai MQ. Perbandingan nilai stabilitas yang tinggi dengan flow
yang rendah menandakan bahwa campuran tersebut kaku. Dari hasil yang
didapatkan, pada saat nilai MQ 250 kg/mm nilai kadar aspal yang didapatkan
sebesar 5,244%. Berdasarkan kurva hubungan kadar aspal vs MQ akan meningkat
seiring dengan bertambahnya kadar aspal.
Bar Chart untuk penentuan kadar aspal optimum (KAO) campuran menunjukkan
bahwa kadar aspal yang memenuhi spesifikasi keseluruhan dimulai dari kadar aspal
5,426 % hingga 7,249 %. Dengan mencari nilai rata-ratanya, diperoleh KAO 6,333
%.
Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa kadar aspal optimum tidak memenuhi
terhadap kurva VMA, dimana VMA optimum berada pada kadar aspal 5,572%.
Kadar aspal yang memenuhi terhadap kurva VMA berkisar antara 5,404% sampai
5,739%. Seharusnya kadar aspal optimum untuk campuran laston ini juga berada
pada kisaran antara kadar aspal 5,244% sampai 5,426%. Dengan kadar aspal 6,333%
yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa campuran yang diuji dapat
dikategorikan sebagai campuran HRS.
Penyebab besarnya kadar aspal optimum yang didapatkan karena pada perkiraan
kadar aspal optimum digunakan konstanta = 1,0 sehingga berpengaruh pada
besarnya pKAO untuk digunakan dalam proses pengujian dengan kadar aspal 5,0% -
7,5%. Jika digunakan kadar aspal pengujian mulai dari kisaran 4,5% maka
KELOMPOK B1 MIX - 01 - 35
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01
kemungkinan KAO yang didapatkan lebih kecil karena kurva kadar aspal terhadap
VIM akan bergeser ke kiri.
17. Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan
Dari hasil pengujian campuran aspal dengan alat marshall, diperoleh:
1. Proporsi tiap fraksi terhadap agregat sebagai berikut:
Agregat 3/4" = 15 %
Agregat 3/8" = 25 %
Pasir = 10 %
Abu batu = 50 % +
Total = 100%
2. Proporsi tiap fraksi agregat dalam campuran sebagai berikut:
Aspal = 6,333 %
Agregat 3/4" = 15 % x (100% - 6,333%) = 14,05%
Agregat 3/8" = 25 % x (100% - 6,333%) = 23,41%
Pasir = 10 % x (100% - 6,333%) = 09,37%
Abu batu = 50 % x (100% - 6,333%) = 46,83% +
Total = 100 %
3. Jenis material yang digunakan:
Course Aggregate (CA) = 100% - Lolos No.8 = 61,78%
Fine Aggregate (FA) = Lolos No.8 – Lolos No.200 = 56,41%
Filler = Tertahan No.200 = 05,37% +
Total = 100%
4. Rentang Kadar Aspal yang memenuhi spesifikasi yaitu 5,64% - 654%
5. Nilai Kadar Aspal Optimum (KAO) = 6,09%
b. Saran
1. Pada waktu memanaskan dan mencampur aspal usahakan untuk menjaga suhu
agar tetap berada pada suhu 115o C atau suhu terlalu tinggi dari 115o C karena
kandungan minyak pada Aspal dapat berkurang banyak dan Aspal menjadi
sangat encer sehingga dapat berpengaruh pada daya ikat terhadap aggregate.
KELOMPOK B1 MIX - 01 - 36
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM JALAN MIX-01
KELOMPOK B1 MIX - 01 - 37