ABSTRAK
Perancangan campuran melalui AMP dan penghamparan serta pemadatan di lapangan menghasilkan
Rancangan Campuran Kerja atau Job Mix Formula (JMF), dimana hasil perancangan ini diharapkan
harus sama dengan hasil perencanaan campuran di laboratorium (DMF) yang memenuhi persyaratan
campuran menurut Spesifikasi Teknik yang menjadi acuan. Dalam pembuatan campuran dalam skala
sebenarnya melalui AMP, pembuatan dengan aspal panas dan pemadatan dengan alat-alat
pemadatan langsung di lapangan, bisa saja terjadi ketidaksesuaian dengan kriteria campuran yang
didapat dalam DMF.
Penelitian ini akan mengidentifikasi ketidaktepatan komposisi campuran aspal panas antara
rancangan di laboratorium (Design Mix Formula) dengan pencampuran di Asphalt Mixing Plant (Job
Mix Formula), pada pekerjaan yang sedang dilaksanakan untuk pekerjaan perkerasan jalan. Langkah
yang dilakukan adalah mengambil data DMF yang telah dibuat, kemudian memeriksa kembali
kesesuaian DMF terhadap spesifikasi. DMF kemudian diinterpretasikan di AMP. Hasil pencampuran
AMP diambil untuk pemeriksaan Marshall, di ekstraksi untuk memperoleh kadar aspal dan terhadap
mineral agregat dilakukan analisa saringan cara basah. Pengambilan data juga dilakukan saat
penghamparan dan pemadatan dilapangan dan setelah pemadatan, dilakukan pengambilan sampel
core drill untuk pemeriksaan ketebalan dan kepadatan.
Dari hasil analisis Marshall pada DMF, kadar aspal terbaik adalah 6,7%. Dari hasil ekstraksi
pencampuran di AMP didapat kadar aspal 6,56%. Pada DMF, nilai Marshall yang diperoleh untuk
stabilitas = 1241 kg, flow = 3,15 mm, VIM = 3,979 %, VMA = 17,231 %, VFB = 76,866 %, density =
2,21gr/cm3. Dari hasil pemeriksaan terhadap campuran yang dibuat di AMP, nilai Marshall yang
diperoleh untuk stabilitas = 1215 kg, flow = 3,29 mm, VIM = 4,903 %, VMA= 15,564 %, VFB= 68,496
%, density = 2,19 gr/cm3. Pada sampel yang diambil dengan cara core drill didapat nilai density
sebesar 2,15 gr/cm3. Terdapat perbedaan nilai DMF dengan campuran yang dibuat di AMP. Sehingga
dapat disimpulkan JMF berbeda dengan DMF.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan ada ketidaktepatan yang menyebabkan perubahan mutu
campuran. Hal ini disebabkan kalibrasi alat pada bukaan cold bin, bukaan hot bin, timbangan panas
yang kurang terkontrol dan suhu pemadatan yang turun. Suhu saat pemadatan lapangan adalah
120°C, sedangkan suhu yang disyaratkan 125°C - 145°C.
Kata kunci : Design Mix Formula, Job Mix Formula, Asphalt Mixing Plant, Marshall
771
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.10 Oktober 2018 (771-782) ISSN: 2337-6732
dikarenakan adanya fraksi agregat yang kurang dan JMF di AMP pada campuran aspal panas
dari kebutuhan DMF di laboratorium. Hal ini yang di tinjau dari karakteristik Marshall.
menyebabkan perubahan komposisi. 2. Sebagai bahan referensi atau pertimbangan
Berubahnya komposisi campuran saat dalam penanganan masalah jalan.
pelaksanaannya, dapat menyebabkan perubahan
mutu campuran aspal panas ( yang dievaluasi
berdasarkan kriteria Marshall). TINJAUAN PUSTAKA
Mengacu pada permasalahan diatas, maka untuk
mengetahui ketidaksesuaian antara DMF di Pembuatan rancangan campuran (Design
laboratorium dan JMF di AMP, maka akan dikaji Mix Formula)
melalui penelitian, termasuk juga akan di- Sebelum pekerjaan campuran beraspal
identifikasi penyebab permasalahannya. dilaksanakan, perlu terlebih dahulu dibuat
rancangan campurannya atau Design Mix
Rumusan Masalah Formula (DMF) sebelum dijadikan Job Mix
Berdasarkan latar belakang masalah maka Formula (JMF).
dapat dirumuskan permasalahan, yaitu bagai-
mana ketidaktepatan komposisi campuran aspal Evaluasi Hasil Uji Marshall
panas antara rancangan di laboratorium (Design Sesuai dengan yang tercantum dalam
Mix Formula), yang pembuatannya dalam skala Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Rev 3,
kecil, dengan rancangan di Asphalt Mixing Plant Divisi 6 Perkerasan Aspal, Seksi 6.3 Campuran
(Job Mix Formula), yang pembuatan campuran- Beraspal Panas, spesifikasi tentang ketentuan
nya dalam skala besar dapat terjadi. sifat-sifat campuran beton aspal (Lapis Aspal
Beton, LASTON) ditunjukkan pada Tabel 1.
Batasan Masalah
1. Penelitian ini hanya meninjau pada satu
momen atau kesempatan pada pekerjaan yang Tabel 1. Ketentuan sifat-sifat campuran beton
sedang berjalan aspal (Laston)
2. Material yang akan dirancang di laboratorium
berasal dari lokasi pelaksanaan pekerjaan dan
sumber material pelaksanaan pekerjaan.
3. Penelitian dilakukan di Laboratorium
Perkerasan Jalan
4. Pengamatan proses pencampuran dilakukan
di AMP
Tujuan Penelitian
1. Mengevaluasi komposisi antara DMF dan
JMF
2. Mengevaluasi kriteria Marshall pada DMF Rancangan campuran berdasarkan metode
dan JMF Marshall ditemukan oleh Bruce Marshall, dan
3. Mengamati proses pembuatan campuran di telah distandarisasi oleh ASTM ataupun AASHTO
AMP berdasarkan komposisi yang diperoleh melalui beberapa modifikasi, yaitu ASTM D
sesuai dengan hitungan agregat yang diambil 1559-76, atau AASHTO T-245-90. Prinsip dasar
dari AMP metode Marshall adalah pemeriksaan stabilitas
4. Untuk meneliti kemungkinan terjadinya dan kelelehan (flow) dan analisis volumetrik.
ketidaksesuaian terutama pada besaran Metode Marshall merupakan metode
Marshall yang diperoleh di AMP dengan perancangan campuran beraspal panas yang
besaran Marshall yang ada di laboratorium paling banyak digunakan dalam mendesain
(DMF). maupun mengevaluasi sifat- sifat campuran aspal
panas. Kriteria pengujian Marshall terdiri atas
Manfaat Penelitian pengujian stabilitas, kelelehan dan pengujian
1. Untuk mendapatkan kajian penyebab volumetrik seperti rongga dalam campuran
pengaruh perubahan komposisi akibat (VIM), rongga diantara mineral agregat (VMA)
ketidaksesuaian antara DMF dilaboratorium dan rongga yang terisi aspal (VFB).
772
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.10 Oktober 2018 (771-782) ISSN: 2337-6732
Alat pencampur dengan penakaran (tipe Alat yang digunakan adalah mesin gilas
batch plant) dengan roda karet
Prosedur aliran material agregat dan aspal • Pemadatan akhir (finishing rolling)
panas saat mesin pencampur berproduksi adalah Pemadatan akhir dilakukan untuk
sebagai berikut: menghilangkan jejak- jejak roda ban.
• Panaskan aspal panas dalam ketel pemanas Penggilasan dilakukan pada temperatur diatas
minimal 2 jam sebelum berproduksi. titik lembek aspal.
• Agregat masing-masing kelompok dimasuk-
kan ke dalam masing-masing Cold Bin dan
hidupkan mesin pencampur termasuk drum METODOLOGI PENELITIAN
pemanas agregat.
• Alirkan agregat dari Cold Bin yang telah Penelitian ini bertujuan untuk memeriksa
dikalibrasi ke dalam drum pemanas untuk komposisi dan mutu hasil pencampuran di AMP
pengeringan kemudian melalui hot elevator dan membandingkannya dengan perencanaan
agregat di alirkan ke Hot Bin melalui campuran di laboratorium (laboratory mix
pengendali gradasi yaitu nomor-nomor design), sehingga dengan demikian pada
ayakan ditempatkan di atas Hot Bin tersebut. awalnya akan dibuat perencanaan campuran di
• Timbang agregat menurut proporsi kelompok laboratorium untuk menghasilkan DMF.
masing-masing dalam jumlah kumulatif dan Sampel agregat akan diambil langsung dari
lepaskan ke dalam unit pencampur atau pug mesin penggiling batu (stone crusher), diperiksa
mill untuk di aduk. di laboratorium dengan metode Marshall. DMF
• Timbang aspal cair panas menurut porsinya yang diperoleh ini akan dibandingkan dengan
dan tambahkan ke dalam pugmill yang telah DMF yang dibuat/dipakai di AMP pada saat
berisi material agregat untuk diaduk sampai penelitian.
merata selama kurang lebih satu menit. Kemudian akan diambil sampel hasil
• Lepaskan campuran aspal tersebut ke dalam produksi perancangan di AMP, yaitu berupa
bak dump truk yang berada dibawahnya. sampel agregat pada hot bin untuk pemeriksaan
kembali gradasi, dan juga sampel campuran
Temperatur yang harus dijaga pada tahap aspal panas untuk pemeriksaan Marshall (dibuat
kegiatan dilakukan sebagai berikut: benda uji Marshall) kemudian di periksa kriteria
a). Keluaran dari Mesin Pencampur : 135°C – Marshall, di ekstrasi untuk memperoleh kadar
150°C aspal dan terhadap mineral agregat di lakukan
b). Penghamparan : 130°C - 150°C analisa saringan cara basah.
c). Pemadatan Awal : 125°C - 145°C Kajian dan kriteria Marshall dari campuran
d). Pemadatan Antara : 100°C - 125°C yang diambil di AMP ini kemudian dibandingkan
e). Pemadatan Akhir : minimum 95°C dengan komposisi dari kriteria Marshall menurut
DMF yang diperoleh dari laboratorium. Kriteria
Pemadatan Aspal Beton Marshall meliputi; stabilitas, perbandingan FF
Pemadatan dilakukan dalam 3 tahap yang dengan bitumen efektif, void in mix, void filler
berurutan yaitu : bitumen, VMA, dan density, dan kriteria
• Pemadatan awal (breakdown rolling) komposisinya meliputi kadar aspal dan gradasi.
Pemadatan awal berfungsi untuk Akan di identifikasi hal- hal yang berbeda, dan
mendudukkan material pada posisinya dan faktor penyebabnya
sekaligus memadatkannya. Alat yang
digunakan adalah mesin gilas roda baja (steel Diagram Alir Penelitian
roller) Urutan pelaksanaan penelitian, diren-
canakan secara sistematis dan dituangkan dalam
• Pemadatan kedua (secondary rolling)
suatu diagram alir penelitian, seperti yang
Pemadatan kedua merupakan pemadatan
seperti pemadatan akibat beban lalu lintas. ditunjukkan pada Gambar 1.
773
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.10 Oktober 2018 (771-782) ISSN: 2337-6732
Mulai A
A Selesai
774
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.10 Oktober 2018 (771-782) ISSN: 2337-6732
Perancangan Komposisi agregat gabungan Tabel 6. Angka Marshall untuk kadar aspal
dan kadar aspal perkiraan terbaik
No Karakteristik Syarat Kadar Aspal (%) Angka
Tabel 4. hasil perhitungan komposisi agregat 1 Stabilitas (kg) min 800 1241
AC-WC 2 Flow (mm) 2,0 - 4,0 3.16
Spesifikasi Gradasi (Kasar) 3 VIM (%) 3,0 - 5,0 3.979
No Saringan Metrik Agr. Kasar Agr. Sedang Abu batu PC Gradasi
4 VMA (%) min 15 6.7 17.231
Batas Bawah Batas Atas
5 VFB (%) min 65 76.866
1" 25.4 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100 100
3/4" 19.05 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100 100 6 Density (gr/cc) - 2.21
1/2" 12.70 37.68 99.63 100.00 100.00 90.55 90 100 7 Ratio Filler 1 - 1.4 1.18
3/8" 9.53 8.25 85.43 99.75 100.00 82.02 77 90
#4 4.76 0.60 25.74 97.33 100.00 62.80 53 69
#8 2.38 0.56 11.20 69.09 100.00 42.91 33 53
#16 1.19 0.55 9.14 44.74 100.00 28.69 21 40 Proporsi Pencampuran menurut DMF yang
#30 0.60 0.54 8.12 30.92 100.00 20.67 14 30
#50 0.30 0.54 7.19 21.32 100.00 15.03 9 22 didapat
#100 0.15 0.53 6.23 14.76 100.00 11.09 6 15
#200 0.07 0.51 5.37 10.57 96.00 8.46 4 9
Total agregat :
Agr. Kasar 15.00% - Agregat Halus = 56%
Agr. Sedang 28.00%
Perbandingan Komposisi Dari Prosentase Berat Total Agregat Abu batu 56.00% - Agregat Sedang = 28%
PC 1.00%
Total 100% - Agregat Kasar = 15%
- PC = 1%
Total Campuran :
- Aspal = 6,7 %
- Agr. Halus = 56% x (100%-6,7%)/100
= 52,25 %
- Agr. Sedang = 28% x (100%-6,7%)/100
= 26,12 %
- Agr. Kasar = 15% x (100%-6,7%)/100
= 14,00 %
- PC = 1% x (100% -6,7%)/100
= 0,93 %
- Total = 100%
Grafik 1. Gradasi gabungan
Target Mixing AMP per batch :
Hasil pengujian Marshall untuk mendapatkan Kapasitas batch = 1000Kg
kadar aspal terbaik - Agr. Halus = 52,3%x1000 = 522,48 Kg
Dengan menggunakan pengujian metode - Agr. Sedang = 26,15% x 1000 =261,24 Kg
Marshall, maka hasil besaran-besaran Marshall - Agr. Kasar = 14,01%x 1000 =139,95 Kg
yang akan digunakan sebagai parameter - Semen = 0,93%x 1000 =9,33 Kg
menentukan kadar aspal terbaik didapat sebagai - Aspal = 67 Kg
berikut: - Total = 1000 Kg
775
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.10 Oktober 2018 (771-782) ISSN: 2337-6732
1 Stabilitas (kg) min 800 1201.20 1215.97 1213.96 1231.50 1217.03 1216
2 Flow (mm) 2,0 - 4,0 2.83 3.45 3.13 3.54 3.51 3.292
3 VIM (%) 3,0 - 5,0 4.91 4.92 4.85 4.88 4.96 4.903
Tabel 9. Proporsi penimbangan DMF dan 4 VMA (%) min 15 15.57 15.58 15.52 15.54 15.62 15.564
5 VFB (%) min 65 68.47 68.43 68.74 68.63 68.21 68.496
pelaksanaan penimbangan (JMF) 6 Density (gr/cc) - 2.19 2.19 2.19 2.19 2.19 2.19
7 Ratio Filler 1 - 1.4 1.06 1.06 1.06 1.06 1.06 1.063
776
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.10 Oktober 2018 (771-782) ISSN: 2337-6732
VIM (%)
1215.93 aspal
1100 7 aspal
1000
1500 6
5 134.903
900
1400 4 12
3 113.978
1300
800 1241
2 10
Stabilitas (kg)
1200
700 9
1
8
VIM (%)
1215.93
3.00
1100 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 3.007 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00
1000 6,56 6 4.903 6,56
6,7 5 6,7
900 kadar aspal (%) Kadar aspal (%)
4
3.978
800 3
GrafikHubungan
3. Hubungan stabilitas dan kadar
kadar aspal 2
antara Flow dan 700 Hubungan antara VMA dan
1
Hubungan antara stabilitas dan kadar Hubungan antara VIM
3.00 4.00 aspal
5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 3.00 kadar
4.00 aspal
5.00 6.00dan7.00
kadar8.00 9.00
aspal
6,56 6,56
5 6,7 25
aspal 6,7
Perbandingankadar nilaiaspalFlow
1500
4.5
(%) campuran AC-WC 2413 Kadar aspal (%)
3.292 2010
aspal
VMA (%)
kadar Voidaspal
Flow(kg)
adalah 1200
3,159
3 mm. Sedangkan nilai flow campuran Perbandingan
3.158
19 9
18 8 17.231
nilai in Mineral Agreggate
VIM (%)
5 1215.93
Stabilitas
1
800 1500 12 3
yang sesuai 3 spefikasi
3.158 Marshall, yaitu berada rongga 19 13
2 18 udara
3.00 yang
17.231 5.00 ada 6.00 diantara mineral 9.00 agregat
3.00 4.00
1400 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 12 4.00 7.00 8.00
diantara700 nilai Flow
2.5
1300
2mm
1241
– 4mm.
6,56
1 17
didalam 16 11 campuran beraspal 6,56 panas yang sudah
23.00 4.00 5.00 6.00 7.00
6,7 8.00 9.00 3.00Kadar4.00
15 10 aspal (%)
15.563 5.00 6.00 6,7
7.00 8.00 9.00
Kadar aspal (%) dipadatkan termasuk ruang yang terisi aspal. Nilai
Stabilitas (kg)
kadar
1100 aspal1215.93
(%) VMA pada
12 7 DMF
Kadar aspal adalah
(%) 17,231%. 6,7
1
Hubungan
3.00 1000 4.00
antara
5.00
FF/Pb
6.00 7.00
eff8.00 9.00 Dari hasil Hubungan
6 penelitian
3.00 4.00
antarayang 6.00
5.00
VFB dan
didapatkan,
7.00 nilai VMA
8.00 9.00
4.903
Hubungan dan
900 antarakadar Flowaspal
6,56 dan kadar yang
5
Hubungan
didapatkan
4
kadar aspal
antara
sebesar VMA
6,56 dan
15,564%. Dengan
6,7 Kadar
3.978aspal (%) 6,7
Kadar
800 aspal (%) 3
2.5 aspal 95
demikian
90 2 nilaikadar VMAaspal yang dihasilkan masih
2.3 700 1
5
2.1 Hubungan 3.00 antara
4.00 5.00 FF/Pb
6.00 eff8.00 9.00 memenuhi
7.00
85
25
80
24 3.00
76.865
syarat terhadap
Hubungan 4.00
antara
5.00 6.00
parameter
VFB
7.00
dan
8.00
Marshall
9.00
4.5
1.9
dan kadar aspal 6,7 6,56 yaitu
75
23 minimal 15%. kadar aspal
6,56
70 68.496
VMA (%)VFB (%)
1.7
4 kadar aspal (%) 6,7 22 Kadar aspal (%)
FF/Pb Eff (%)
1.5 65
21 95
Flow (mm)
1.7
2
FF/Pb Eff (%)
0.51.5 5 15 652515.563
35
1.5 1.3 14 6024
3.00 4.54.00
1.179 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 133.00
5523
4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00
1 1.1 4 6,56 12 5022 6,56
0.9 Kadar 1.062 6,7 45 Kadar aspal (%)
3.00 4.00aspal 3.292
(%)
5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 3.0021 4.00 5.00 6.00 6,7
7.00 8.00 9.00
Flow (mm)
1.7 2.2
setelah1.5campuran betondan aspal di padatkan. Nilai
FF/Pb Eff (%)
65
kadar aspal
kepadatan
kadar aspal
2.05 2.190
Perbandingan
60 nilai VFB campuran AC-WC
VIM pada
1.3 DMF
1.179 adalah 3,979 %. 2.15 Dari hasil
55
1.1 2.5 2 pada50 DMF
95 dan JMF
penelitian
0.9 yang 1.062 dilakukan, didapatkan 2.1 nilai VIM
6.00 45VFB
90
2.3 3.00 4.00 5.00 adalah
7.0085 8.00 9.00bagian dari VMA yang terisi
pada JMF
0.7 sebesar 2.1 4,903%. Dengan 2.05 demikian nilai 6,56 40 80 76.865
0.5 1.9 Kadar aspal (%) oleh35 aspal,
6,7
75 tidak termasuk didalamnya aspal yang
VIM yang dihasilkan masih memenuhi nilai9.00
yang 70 68.496
VFB (%)
65
disyaratkan pada 1.5 spesifikasi yaitu 5%.3.00
6,56 Nilai4.00
VIM 5.00 6.00 607.00 8.00 9.00 6,56
1.3 1.179 6,7 Nilai
6,56 VFB55 campuran
Kadar aspal (%) AC-WC 6,7pada DMF adalah
yang tinggi (berada
Kadar aspaldiatas
1.1
(%) 5%) akan menyebabkan Kadar aspal (%) 76,86%. 50 6,7
0.9 1.062 45
0.7 40
0.5 Hubungan antara kepadatan
35
3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 dan 777 aspal 3.00
8.00 kadar
9.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00
6,56 6,56
2.3 6,7 Kadar aspal (%)
Kadar aspal (%) 6,7
2.25
2.208
2.2
Hubungan antara kepadatan
an
2.190
6,56
6,7 7006,7 1
Kadar aspal (%)
3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00
6,56 6,56
an kadar Jurnal Sipil Statik
Hubungan antaraVol.6
VMA No.10
dan Oktober
kadar aspal (%) 2018
6,7 (771-782) ISSN: 2337-6732
Kadar aspal (%)
6,7
kadar aspal
25 Hubungan antara Flow dan kadar Hubungan antara VMA dan
24
23 aspal kadar aspal
22
Pada JMF, nilai VFB campuran5 AC-WC yang Perbandingan nilai Density campuran
21 25 AC-WC
20 24
didapatkan adalah 68,49%.
VMA (%)
19
4.5 pada DMF, JMF, dan kepadatan 23
lapangan
17.231 18
Dari nilai yang didapat, hasil
17
4 pencampuran Nilai Density merupakan 22
21
nilai yang
Flow (mm)
3.5 3.292
dilapangan 15.563
masih memenuhi standar spesifikasi menunjukkan besarnya kerapatan
16 20 dari suatu
VMA (%)
15 19
3 3.158
terhadap parameter Marshall yaitu
14
13
berada diatas campuran yang dipadatkan. Jika 18 suatu campuran
17.231
2.5 17
65%. Nilai VFB yang dihasilkan2JMF tidak sama menghasilkan nilai density yang
12 16 tinggi, maka
15 15.563
0 8.00 9.00
dengan 3.00 4.00
perancangan 5.00
awal6.00(DMF).
6,56 1.5
7.00 8.00 9.00
campuran tersebut akan lebih14 mampu menahan
13
6,7 Kadar aspal (%) 6,7 beban yang lebih besar atau lebih 12 berat, dibanding
1
3.00 4.00 5.00 campuran
6.00 7.00 yang
8.00 memiliki
9.00 density
3.00 rendah.
4.00 Nilai 6.00 7.00 8.00
5.00
65
2.5 volumetrik
10 di dapat nilai density 90 sebesar 2,15.
2.3 9
StabilitasVFB
1200 85
60 Dari 8ketiga nilai di atas, dapat dilihat bahwa, nilai
VIM (%)
1215.93 2.1 80 76.865
55
1100 1.9 7 75
50 density pada DMF lebih besar 70
daripada
68.496 nilai
VFB (%)
1000
45 1.7 6 4.903
FF/Pb Eff (%)
40 1.5 density
5 untuk campuran aspal65 panas dilapangan
35900 1.3 1.179 4 60
3.5 3.292
bahan pengisi (filler) yang diperlukan, ketika 20 2.2
VMA (%)
kepadatan
05 3 19 2.190
ditambahkan3.158 pada jumlah kadar aspal (bitumen). 18
2.15
17.231
2 2.5 17
Nilai FF/Pb pada DMF adalah 1,18. 16
3.00 4.00 5.00 6.00 27.00 8.00 9.00 15 2.1 15.563
Pada
6,56 sampel
1.5
campuran aspal panas dilapangan 14
Kadar aspal (%) yang dibuat 6,7 13 2.05
1 benda uji Marshall di laboratorium, di 12
2
dapat nilai 3.00FF/Pb 4.00 nya sebesar
5.00 6.00 1,06.
7.00 8.00 9.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00
3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00
6,56 6,56
Kadar aspal (%) 6,56 6,7
Kadar aspal (%) 6,7
Kadar aspal (%) 6,7
1.5 65
60 (gram) (gram) (gram) (cc) (gr/cc) (gr/cc) (%) (%)
1.3 1.179 55 a b c d=c-b e=a/d f g = (e/f)x100 n o
1.1 TA1 50572.80 312.90 579.30 266.40 2.150 2.190 98.18 98.00 Tandem
0.9 1.062 45 Roller
2 lintasan
0.7 40
TA2 459.30 251.30 464.60 213.30 2.153 2.190 98.32 98.00
0.5 35
Tire Roller
3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00
TA3 347.10 189.20 351.20 162.00 2.143 2.190 97.84 98.00 7 lintasan
6,56 Rata - rata 6,56
2.149 98.11
Kadar aspal (%) 6,7 Kadar aspal (%) 6,7
2.25
2.208
2.2
kepadatan
2.190 778
2.15
2.1
2.05
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.10 Oktober 2018 (771-782) ISSN: 2337-6732
Hasil pengujian Ekstraksi dan Gradasi Tabel 16. Data pekerjaan pemadatan lapangan
Ekstraksi
Dari pengujian ini, kepadatan maksimum yang b. Pada DMF, proporsi penimbangan
didapat yaitu 2,2. direncanakan adalah 14% untuk agregat kasar,
26,12% untuk agregat sedang, 52,25% untuk
Pemadatan Lapangan abu batu, 0,93% untuk PC dan 6,7% untuk
Pemadatan lapangan yang dilakukan aspal. Pada JMF, proporsi hasil penimbangan
menggunakan alat berat berupa Tandem Roller material saat pencampuran adalah 15,22 %
dan Tire Roller, dimana pemadatan awal untuk HB III (ag.kasar), 27,95% untuk HB II
menggunakan alat Tandem Roller, pemadatan (ag. Sedang), 56,03% untuk HB I (ag.halus),
kedua menggunakan Tire Roller. Total pemadatan 0,80% untuk PC dan 6,56% untuk aspal.
menggunakan Tandem Roller yaitu 2 lintasan. c. Pada DMF, nilai Marshall yang memenuhi
Sedangkan total lintasan menggunakan Tire semua persyaratan adalah pada rentang kadar
Roller yaitu 7 lintasan. Pada saat pemadatan aspal 6,15%-7,2%, dengan kadar aspal
campuran, suhu pemadatannya adalah 120°C. terbaiknya adalah 6,7%. Pada JMF, nilai kadar
779
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.10 Oktober 2018 (771-782) ISSN: 2337-6732
aspal yang di ekstraksi adalah 6,56%. Kadar f. Sistem pelaksanaan di AMP berupa kalibrasi
aspal DMF berbeda dengan kadar aspal JMF. alat pada bukaan cold bin, bukaan hot bin, dan
d. Dari hasil analisis Marshall, pada DMF yang timbangan panas yang kurang terkontrol.
dibuat di laboratorium didapat besaran g. Suhu pemadatan di lapangan yang turun
Marshall untuk nilai stabilitas = 1241, flow = sehingga berpengaruh terjadinya perbedaan
3,15mm, VIM = 3,979%, VMA = 17,231%, nilai density terhadap target nilai density. Suhu
VFB = 76,866%, density = 2,21. Besaran – pada saat pemadatan lapangan adalah 120°C.
besaran Marshall pada campuran beraspal Sedangkan suhu yang disyaratkan 125°C -
panas yang dibuat di AMP menghasilkan nilai 145°C.
stabilitas = 1215.9, flow = 3,29mm, VIM =
4,903%, VMA= 15,564%, VFB= 68,496%, Saran
density = 2,19. Rerata penyimpangan = 7,3%. a. Pada pelaksanaan pekerjaan di AMP,
Terdapat perbedaan antara nilai Marshall DMF sebaiknya selalu dilakukan pengontrolan
dan JMF. terhadap kalibrasi alat terutama pada bukaan
e. Nilai density DMF =2,21 > nilai density JMF bin, timbangan mineral agregat di aggregate
= 2,19 > nilai density lapangan = 2,15 (Ratio weight hopper, dan timbangan aspal di asphalt
kepadatan = 98,11%). Terdapat perbedaan weight hopper.
antara nilai density DMF dan JMF. b. Dihindari penghamparan dan pemadatan yang
sudah dibawah temperatur.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Indonesia, RSNI M-01-2003 Metode Pengujian Campuran Beraspal Panas Dengan
Alat Marshall
Badan Standarisasi Indonesia, SNI 03-6822-2002 Metode Pengujian Analisis Saringan Agregat Hasil
Ekstraksi
Badan Standarisasi Indonesia, SNI 03-6893-2002 Metode Pengujian Berat Jenis Maksimum Campuran
Beraspal
Badan Standarisasi Indonesia, SNI 1969:2008 Cara Uji Berat Jenis Dan Penyerapan Air Agregat
Kasar
Badan Standarisasi Indonesia, SNI 1970:2008 Cara Uji Berat Jenis Dan Penyerapan Air Agregat
Halus
Badan Standarisasi Indonesia, SNI 2417:2008 Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los
Angeles
Badan Standarisasi Indonesia, SNI ASTM C136:2012 Metode Uji Untuk Analisis Saringan Agregat
Halus Dan Agregat Kasar
Kementerian pekerjaan umum Badan pembinaan konstruksi Pusat pembinaan kompetensi dan pelatihan
konstruksi Jalan, 2013
Pedoman pengujian kepadatan mutlak campuran beraspal panas dengan alat getar listrik
780
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.10 Oktober 2018 (771-782) ISSN: 2337-6732
Utomo, R. Antarikso., 2008. Studi Komparasi Pengaruh Gradasi Gabungan Di Laboratorium Dan
Gradasi Hot Bin Asphalt Mixing Plant Campuran Laston (Ac-Wearing Course) Terhadap
Karakteristik Uji Marshall, Universitas Diponegoro.
781
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.10 Oktober 2018 (771-782) ISSN: 2337-6732
782