Anda di halaman 1dari 16

Pengendalian Mutu Pekerjaan Campuran Beraspal Panas

Pengendalian mutu merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan hasil pelaksanaan
pekerjaan, dalam hal ini pekerjaan jalan raya.
Pengendalian mutu pada pelaksanaan pekerjaan campuran beraspal panas ini
dikelompok-kan menjadi 2 (dua) tahapan, yaitu : pengendalian mutu di unit produksi
aspal (proses pencampuran di unit pencampur aspal atau AMP, termasuk tempat
penampungan bahan serta laboratorium) dan pengendalian mutu di lapangan (proses
pelaksanaan yang meliputi penghamparan dan pemadatan).

Jenis AMP yang digunakan, adalah AMP jenis takaran yang diperlihatkan pada gambar.
Pengendalian mutu pekerjaan campuran beraspal diperlihatkan pada bagan alir.

AMP Jenis Takaran (Batch Mix Plant)


Keterangan :
1. Bin dingin (cold bins)
2. Pintu pengatur pengeluaran agregat dari bin dingin (cold feed gate)
3. Sistem pemasok agregat dingin (cold elevator)
4. Pengering (dryer)
5. Pengumpul debu (dust collector)
6. Cerobong pembuangan (exhaust stack)
7. Sistem pemasok agregat panas (hot elevator)
8. Unit ayakan panas (hot screening unit)
9. Bin panas (hot bins)
10. Timbangan Agregat (weigh box)
11. Pencampur (mixer atau pugmill)
12. Penyimpanan bahan pengisi (mineral filler storage)
13. Tangki aspal (hot asphalt storage)
14. Sistem penimbangan aspal (aspal weigh bucket)
Bagan Alir Pengendalian Mutu Campuran Beraspal Panas
Chek 1 :
 < Pengujian sifat-sifat fisik agregat   dan aspal 
 < FCK
 < Trial compaction
 < Kesiapan alat lapangan dan AMP
Chek 2 :
 < Material di stock pile :
   -Quarrry/suplier tetap, tdk tercampur
   -Tidak terjadi segregasi
   -Kebersihan agregat
   -Bentuk butiran kubikal & pecah
   -Penumpukkan tidak terlalu tinggi
 < AMP :
   -Cold bin
       .Pemisah antar bin
       .Penggetar pada pintu bukaan
       .Kontinuitas aliran material
   -Dryer
   -Kondisi saringan baik
   -Kalibrasi timbangan
   -Temperatur aspal dan pencampuran
   -Lama pencampuran
 < Dump truk :
Chek 3 :
 < Cuaca mendung
 < Lahan telah siap,Permukaan kering & bersih
 < Pengaturan lalu lintas (flag man, rambu, dll) 
Chek 4 :
 < Finisher :
    -Panjang screw cukup dan berfungsi
    -Penggetar berfungsi (pemadatan)
 < Pengamatan visual :
    -Warna
    -Temperatur
    -Kerataan (hasil penghamparan)
 < Ketebalan
Chek 5 :
 < Pemadatan awal
 < Pemadatan antara
 < Pemadatan akhir
 < Jumlah lintasan pemadatan
 < Temperatur/waktu pengamatan
 <Pembersih pada roda pemadat
Pengujian :
 < Kerataan
 < Kepadatan dan tebal (core drill)
 < Tekstur

Pengujian Laboratorium 

Pengendalian mutu di laboratorium, meliputi : jumlah, kondisi, kesesuaian dimensi,


kalibrasi alat laboratorium yang dipakainya, serta pengujian laboratorium terhdap sifat
fisik atau mutu bahan yang akan digunakan untuk campuran beraspal (sebelum proses
pencampuran), maupun pengujian laboratorium meliputi jenis dan frekuensi minimum
pengujian selama dan setelah proses pelaksanaan pekerjaan campuran beraspal
panas. 

Sebelum penggunaan, semua peralatan laboratorium harus dicek kesesuaian dengan


persyararatan dalam spesifikasi dan dikalibrasi. Prosedur pengujian yang digunakan
seperti SNI, AASHTO harus tersedia di laboratorium dan diaplikasikan secara benar 

Dimana setiap pengujian harus mencantumkan secara jelas nama dan jabatan personil
penguji, pengawas dan yang menyetujuinya, serta jumlah, frekwensi, metoda
pengambil-an contoh uji, dan metoda pengujian sesuai dengan persyaratan dalam
spesifikasi. 

Pengujian sifat-sifat fisik bahan yang akan digunakan dalam rangka pembuatan FCK
dan pelaksanaan di lapangan yang diperlukan pada bagian ini, antara lain tehadap : 

1. Sifat-sifat fisik agregat yang digunakan sebagai bahan baku , meliputi :


a. Ukuran butir, yaitu dengan melakukan analisa saringan
b. Gradasi, yaitu dengan melakukan analisa saringan
c. Kebersihan, yaitu dengan melakukan analisa saringan basah
d. Kekerasan, yaitu dengan melakukan uji keausan dengan mesin abrasi.
e. Bentuk partikel, yaitu dengan melakukan uji partikel ringan pada egregat, uji
kepipihan agregat,
f. Tekstur permukaan agregat, yaitu dengan melakukan uji angularitas,
g. Kelekatan terhadap aspal, yaitu dengan melakukan pengujian kelekatan agregat
terhadap aspal,
2. Sifai-sifat fisik aspal yang digunakan sebagai bahan baku , meliputi :
a. Durabilitas aspal, yaitu dengan melakukan uji penetrasi, uji titik lembek, uji
kehilangan berat, uji daktilitas,
b. Adhesi dan kohesi, yaitu dengan melakukan uji kelekatan aspal terhadap agregat
c. Kepekaan terhadap temperatur, yaitu dengan melakukan uji penetrasi
d. Pengerasan dan penuaan, yaitu dengan melakukan uji penetrasi
e. Pengaruh terhadap temperatur pada proses pencampuran, pengangkutan,
penghamparan, dan pemadatan, yaitu dengan melakukan uji viskositas
f. Keamanan dalam pelaksanaan, yaitu dengan melakukan uji titik nyala
g. Kelelehan aspal, yaitu dengan melakukan uji titik lembek
3. Sifat-sifat fisik campuran yang digunakan sebagai bahan olahan (campuran) dan
bahan jadi (terpasang), meliputi :
a.  Daya tahan dan perubahan bentuk campuran, yaitu dengan melakukan uji Marshall
(stabilitas dan pelelehan)
b. Rongga terisi aspal, rongga dalam agregat, rongga udara dalam campuran, berat isi
atau berat jenis, yaitu dengan melakukan pengujian volumetrik, dll.
c. Kepadatan campuran, yaitu dengan melakukan uji kepadatan dari contoh yang
diambil di lapangan, dll. 
Sedangkan jenis dan frekuensi minimum pengujian laboratorium (termasuk
pengambilan contoh) yang diperlukan selama dan setelah proses pencampuran
(pengendalian proses), adalah sebagaimana ditunjukkan pada tabel  berikut ini :
Minimum pengujian laboratorium yang dilakukan untuk maksud pengendalian proses
sebagaimana tercantum dalan Tabel 1. tersebut diatas, yaitu antara lain :
 
- Untuk bahan aspal drum dan curah, meliputi : pengujian penetrasi dan titik lembek. 

- Untuk bahan agregat, meliputi : pengujian abrasi, nilai setara pasir, dan gradasi. 

- Untuk campuran, antara lain meliputi : 

 Temperatur campuran saat pengambilan contoh di instalsi pencampur aspal


(AMP) maupun di lokasi penghamparan (satu per jam). 
 Kadar aspal dan gradasi agregat yang ditentukan dari hasil ekstraksi kadar aspal
paling sedikit dua contoh. Bilamana cara ekstraksi sentrifugal digunakan maka
koreksi abu harus dilaksanakan seperti yang disyaratkan SNI 03-3640-1994. 
 Kepadatan Marshall harian dengan detil dari semua benda uji yang diperiksa. 
 Stabilitas, kelelehan, Marshall Quotient, paling sedikit dua contoh. 
 Rongga dalam campuran pada kepadatan membal (refusal), yang dihitung
berda-sarkan Berat Jenis Maksimum campuran perkerasan aspal (AASHTO
T209-90).
 Kepadatan hasil pemadatan di lapangan dan persentase kepadatan lapangan
relatif terhadap Kepadatan Campuran Kerja untuk setiap benda uji inti (core). 

Karena aspal merupakan material termoplastis, maka mutu campuran beraspal panas
sangat ditentukan pula oleh nilai viskositas aspalnya baik selama pencampuran
maupun selama pelaksanaan penghamparan dan pemadatan, termasuk juga pada saat
penuangan campuran ke alat pengangkut (truk) dan pasokan ke alat penghampar
(finisher), sebagaimana ditunjukkan pada Tabel berikut ini :
Temperatur pencampuran dan pemadatan untuk setiap jenis aspal yang digunakan
adalah berbeda. Berdasarkan hasil pengujian di laboratorium jenis aspal tersebut akan
diperoleh hubungan antara viskositas dengan temperatur sebagaimana ditunjukkan
pada Tabel 2. tersebut dan contoh grafik hubungan antara viskositas dan temperature
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar berikut ini : 

Pengendalian Mutu di Unit Pencampur Aspal (AMP) 


Pengendalian Mutu sebelum dan selama produksi di AMP 

Tempat Penimbunan Agregat (Stock pile)  


Penyimpangan gradasi yang terjadi pada stock pile dapat menyebabkan operator AMP
sulit dan bahkan tidak mungkin untuk mengadakan penyesuaian gradasi dalam waktu
yang sangat terbatas. Pemeriksaan yang diperlukan pada bagian ini, antara lain
tehadap : 
- Kondisi kebersihan agregat di stock pile, terutama kebersihan pasir
- Bentuk agregat kubikal, tidak pipih, dan keras
- Agregat agar tidak mengalami segregasi
- Agregat agar tidak tercampur dan tidak terkontaminasi dengan tanah lempung dan
bahan lainnya
- Penumpukkan agregat tidak terlalu tinggi
Tempat Penampungan Aspal 
Pemeriksaan yang diperlukan pada bagian ini, adalah antara lain terhadap : 

- Kondisi dan fungsi kerja tangki aspal dan pemanasnya


- Kondisi dan fungsi kerja semua termometer, apakah sudah dikalibrasi
- Kerataan distribusi aspal kedalam tempat pencampur
- Kondisi dan fungsi kerja kapasitas dari pompa aspal (transfer pump)
- Kondisi dan fungsi kerja dari pompa penyemprot aspal (Spray pump)
- Kapasitas tangki aspal cukup besar sehingga dapat menampung dan memenuhi
kebutuhan aspal saat AMP dioperasikan, serta aspal di dalamnya mudah terlihat.
- Setiap tangki harus dilengkapi dengan sebuah alat sensor thermometrik yang telah
dikalibrasi sehingga temperatur aspal dari tiap tangki akan terkontrol.
Tempat Penampungan Aspal 

Pemeriksaan yang diperlukan pada bagian ini, adalah antara lain terhadap:

- Kondisi dan fungsi kerja tangki aspal dan pemanasnya


- Kondisi dan fungsi kerja semua termometer, apakah sudah dikalibrasi
- Kerataan distribusi aspal kedalam tempat pencampur
- Kondisi dan fungsi kerja kapasitas dari pompa aspal (transfer pump)
- Kondisi dan fungsi kerja dari pompa penyemprot aspal (Spray pump)
- Kapasitas tangki aspal cukup besar sehingga dapat menampung dan memenuhi
kebutuhan aspal saat AMP dioperasikan, serta aspal di dalamnya mudah terlihat.
- Setiap tangki harus dilengkapi dengan sebuah alat sensor thermometrik yang telah
dikalibrasi sehingga temperatur aspal dari tiap tangki akan terkontrol.
Unit Pencampur Aspal (AMP)

Pemeriksaan dan pengujian sebelum dan selama produksi campuran beraspal sangat
diperlukan sebagai kontrol untuk mengetahui penyimpangan yang terjadi pada saat
produksi dari Unit Pencampur Aspal, sehingga dapat segera diperbaiki.

Bin Dingin (Cold bin)

Pemeriksaan yang diperlukan pada bagian ini, adalah terhadap :

- Kondisi semua bin, kebesihan, keru-sakan atau lubang-lubang


- Kondisi dinding pemisah antara bin, apakah sobek atau bercelah
- Kondisi dan fungsi kerja sistem pengeluaran dan bukaan pintu
- Kondisi dan fungsi ban berjalan (dimensi, kecepatan, dan kapasitas pengangkut)
- Lebar loader terhadap mulut bin,
- Kondisi dan fungsi alat penggetar tiap bin (untuk yang ada alat penggetar).
- Kondisi dan fungsi ban berjalan.
- Kalibrasi bukaan bin dingin secara periodik.
Pengering (Dryer) dan Cerobong Pembuangan

Pemeriksaan yang diperlukan pada bagian unit pengering ini (lihat Gambar 7.), adalah
antara lain terhadap : 

- Kondisi dan fungsi pengukur temperatur /suhu untuk pemanasan agregat dan apakah
sudah dikalibrasi.
- Kondisi dan fungsi sistem pembakaran, pembakaran harus sempurna, hal ini dapat
diindikasikan dari warna asap yang keluar dari cerobong asap adalah putih.Warna yang
hitam menandakan pemba-karan tidak sempurna, sementara warna putih berkabut
menandakan agregat mengandung kadar air yang relatif banyak.Sebagai contoh adalah
pada saat pengambilan agregat dari hot bin, agregat terlihat berwarna hitam terselimuti
jelaga.Akibatnya aspal tidak dapat masuk ke pori-pori agregat dan tidak dapat melekat
dengan baik.
- Kadar air pada agregat harus seminimum mungkin, oleh karena itu lakukan
pemeriksaan kadar air secara cepat, ambil contoh secukupnya, kemudian lewatkan
cermin yang kering, atau spatula diatas agregat tersebut. Amati jumlah kadar air yang
mengembun pada permukaan cermin atau spatula. Apakah masih mengandung kadar
air yang mana akan menghalangi melekatnya aspal ke agregat
- Dimensi dan kecepatan putaran drum pengering
- Kebersihan bagian dalam drum pengering
- Kondisi dan fungsi lubang pemasukan dan pengeluaran agregat dari drum pengering
- Kemiringan drum pengering, apakah kemiringannya dudah sesuai persyaratan,
- Kondisi dan fungsi penyemprotan bahan bakar
- Suplai bahan bakar apakah cukup.
Sistem Pemasok Panas/Elevator Panas 

Pemeriksaan yang diperlukan pada bagian ini, adalah antara lain terhadap : 

- Kondisi dan fungsi kerja dari elevator panas


- Kondisi bukaan atas, tutup elevator panas, dan fungsi pengeluaran agregat dari
elevator panas Saringan/Ayakan Panas
- Pemeriksaan yang perlu dilakukan pada bagian ini, adalah antara lain terhadap :
- Kondisi dan fungsi kerja serta kebersihan dari ayakan/saringan
- Kemampuan muat, ukuran dan kapasitas sa-ringan
- Kondisi dari dek saringan, jika ada yang ru-sak/robek harus segera diganti.
- Kondisi dan fungsi kerja dari penggetar, jika terjadi bunyi/suara yang tidak normal,
periksa bantalannya
- Kondisi dan fungsi kerja dari motor peng-gerak.

Bin Panas

Pemeriksaaan yang di lakukan pada bagian ini adalaha antara lain terhadap :
- Kondisi bak bin panas ,apakah terjadi kebocoran atau tidak,
- Kondisi dan fungsi bin panas, fungsi unit hidrolik, fungsi bukaan pipa
pembungan/pengeluaran agregat.
- Kondisi kebersihan bin panas, apakah bebas dari agregat halus/debu yang
menempel dan mengumpal pada dinding bin akibat sisa kadar air setelah
pemanasan bin penampung dan Sistem Pemasok pengisis ( filter)

Pemeriksaaan yang di lakukan pada bagian ini adalaha antara lain terhadap :
- Kondisi dan fungsi kerja dari bin penampung bahan pengsisi
- Kondisi dan fungsi dari pemasok bahan pengisi ( filter feeder ) dan screw feeder.
- Kondisi dan fungsi kerja dari elevator pada bahan pengisi .
Sistem Penimbangan Agregat dan Bahan Pengisi

Pemeriksaan yang dilakukan apada bagian ini adalah antara lain terhadap :
- Kondisi dan fungsi kerja serta sensitivitas timbangan agregat dan timbangan
pengisi ( filter) dan apakah sudah di kalibrasi,
- Kotak timbangan( weigh box ) apakah tergantung bebas

Sistem Penimbangan Aspal


Pemeriksaan yang diperlukan pada bagian ini adalah antara lain terhadap
kondisi dan fungsi kerja serta sensivitas timbangan aspal dan apakah ini sudah
di kalibrasi atau belum ,

Pencampur ( Mixer /Pugmill )


Pemeriksaan yang dilakukan pada bagian ini adalah antara lain terhadap:
- Kondisi dan fungsi kerja serta kapasitas dari alat pencampur
- Kondisi temperature aspal apakah sudah terjadi patah atau aus
- Kondisi pintu bukaan alat pencampur atau tutup pugmil, apakah ada kebocoran
atau tidak
- Jarak terdekat pedal ke dinding alat pencampur
- Lamanya pencampuran ( kering dan basah )

Kalibrasi hubungan bukaan pintu bin dingin dengan aliran


agregat

Kalibrasi Pompa Aspal


Resume pemeriksaan dan pengujian secara sistematis seperti di tunjukan pada
gamabar berikut ini :

Ilustrasi pemeriksaan dan pengujian Selama Produksi Campuran

Pengendalian Mutu hasil produksi AMP


Pemeriksaan hasil produksi AMP

Pemeriksaan terhadap hasil produksi AMP sangat di perlukan untuk mengetahui


secara ini penyimpangan – penyimpangan yang terjadi sehingga dapat di perbaiki
dengan segera.

Pemeriksaan secara visual meliputi antara lain, penyelimutan aspal pada agrerat
pemeriksaan secara visual meliputi, anatara lain, penyelimutan aspal pada
agregat kondisi dari campuran, warna asap campuran, tempuran campuran uap
dari campuran dan bentuk timbunan campuran dalam bak truk.
Beberapa indikasi penyimpangan campuran beraspal panas, dapat dilihat secara
visusal Agregrat tidak terselimuti, pencampuran kurang sempurna,

Terjadi pengumpalan terjadi penggumpalan campuran –campuran,kemungkinan terjadi


pengumpulan campuran, kemungkinan kurang panas ( underheating )

Campuran beraspal tampak kaku,campuran beraspal tersebut sudah dingin,

Warna asap biru, menyatakan kelebihan panas ( averheating ) dan warna asap putih
putih,berkabut ( uap air ) menyatakan kadar air pada agregat masih realatif tinggi,

Campuran berasal tampak kering berwarna coklat,campuran beraspal mengandung


terlalu sedikit aspal ( kadar aspal kurang ),

Segregasi pada campuran berasal, kemungkinan terjadi kesalahan penanganan di unit


pencampur aspal,

Terkontaminasi, campuran beraspal dapat terkontaminasi solar yang disemprotkan


pada dasar truk atau dapat juga terkontaminasi baha-bahan lain.
Tampak campuran di dalam bak truk yang rata, menyatakan kelebihan panas atau
kadar aspal atau kadar air relatif tinggi.
Pengambilan contoh untuk pengujian laboratorium harus dilakukan secara rutin.
Pengambilan contoh dan pengujian campuran beraspal merupakan langkah yang
sangat penting dan harus dilakukan, untuk mengendalikan dan menjamin kualitas
campuran beraspal yang dihasilkan memenuhi persyaratan.
Pengujian sifat-sifat fisik campuran (ekstraksi, analisa saringan, Marshall, kepadatan
dll.), harus dilakukan setiap 200 ton produksi atau minimum 1 kali dalam satu hari.
Pengambilan contoh uji memegang peranan penting dalam pekerjaan pengendalian
mutu, kesalahan pengambilan contoh uji dapat menghasilkan nilai keliru yang akhirnya
mengakibatkan pengambilan kesimpulan yang keliru pula.
Jumlah contoh uji dan frekuensi pengujian secara rinci dicantumkan dalam spesifikasi.
Pengangkutan dan Penyerahan Hasil Produksi 
Dalam hal pengangkutan dan penyerahan hasil di lapangan harus diperhatikan hal-hal
sebagai berikut, 
Campuran aspal harus diserahkan ke lapangan untuk penghamparan dengan suhu
campuran tertentu sehingga memenuhi ketentuan viskositas aspal absolut yang
ditentukan dalam JMF. (lihat Tabel Ketentuan Viskositas Aspal dan suhu Campuran )
Setiap truk yang telah dimuati harus ditimbang di rumah timbang dan setiap muatan
harus dicatat berat kotor, berat kosong dan berat netto. 
Pemeriksaan temperatur di atas truk peng-angkut (dump truck) dengan pengukur suhu. 
Kebersihan truk pengangkut (bebas dari bahan yang dapat merusak aspal, yaitu solar
atau oli). 
Pengangkutan campuran beraspal dengan jarak yang cukup jauh dan cuaca mendung
campuran diatas truk harus ditutup terpal untuk mem-pertahankan temperatur
campuran. 
Setiap campuran yang diangkut truk tiba di la-pangan harus diperiksa temperatur
campuran dan diamati secara visual.

Pengendalian Mutu di Lapangan (Penghamparan dan Pemadatan) 


Pengendalian Mutu pada Pekerjaan Penghamparan 

A. Pemeriksaan sebelum pekerjaan Penghamparan  

1). Kesiapan Permukaan yang akan Dihampar. 


Penghamparan di atas lapis pondasi agregat harus memperhatikan kesiapan
permukaan seperti : kepadatan, kerataan, tekstur, kadar air permukaan dan lainnya. 
Sementara untuk penghamparan di atas lapisan beraspal, maka kerusakan-kerusakan
yang terjadi seperti retak, alur, dan lainnya harus diperbaiki terlebih dahulu. 
Dengan demikian sebelum penghamparan harus dilakukan pemasangan lapis resap
pengikat (prime coats) atau lapis perekat (tack coats) pada permukaan perkerasan
yang telah siap dengan kualitas dan kuantitas seperti yang disyaratkan. 

  a. Untuk Penghamparan di atas Lapis Pondasi Agregat 


      Pemeriksaan yang diperlukan pada bagian ini adalah, antara lain terhadap : 
Tekstur permukaan lapis pondasi agregat, bagian-bagian yang mengalami segregasi
dan degradasi harus diperbaiki. 
Kepadatan lapis pondasi harus sesuai persyaratan, yaitu diuji dengan pengujian konus
pasir (sand cone) atau metoda standar lainnya yang diijinkan. 
Kerataan permukaan lapis pondasi harus memenuhi toleransi yang disyaratkan, yaitu
diuji dengan alat mistar datar 3 meter (straight edge) baik arah melintang maupun arah
memanjang. 
Kadar air lapis pondasi agregat harus berada pada kadar air optimum. 
Permukaan harus bebas dari kotoran seperti tanah lempung, debu, plastik, dan lain-
lain. 
Keseragaman kekuatan lapis pondasi agregat, untuk itu perlu dilakukan uji kekuatan
(proof rolling). Metodanya adalah dengan melewatkan kendaraan truk yang bermuatan
sekitar 8 ton secara perlahan-lahan dengan kecepatan setara dengan kecepatan
berjalan kaki ( ± 5 km/h). Perhatikan perkerasan di bawah roda belakang. Apabila
terlihat lendutan saat roda belakang lewat, maka pada lokasi atau segmen tersebut
harus dilakukan perbaikan. 
  b. Untuk Penghamparan di atas Lapis Beraspal 
      Pemeriksaan yang diperlukan pada bagian ini adalah, antara lain terhadap :
Kerusakan-kerusakan yang terjadi pada permukaan, seperti retak, lubang, alur, amblas
dan lainnya harus diperbaiki. Metoda perbaikan yang umum dipakai adalah dengan
pembongkaran dan penambalan. 
Kerataan permukaan dan kemiringan melintang harus memenuhi persyaratan, yaitu
diukur dengan mistar datar 4 meter (straight edge). Jika diperlukan dapat dilakukan
pekerjaan perataan (levelling) terlebih dahulu.  Untuk pekerjaan campuran beraspal
yang dilakukan lapis per lapis dalam satu pekerjaan, maka persyaratan kualitas dan
kuantitas lapis beraspal di bawahnya harus sudah terpenuhi, termasuk pengujian
kepadatan, ketebalan dan elevasi.
  c. Pemasangan Lapis Resap Perekat atau Lapis Pengikat
Sebelum pemasangan lapis pengikat (tack coats) atau lapis resap ikat (prime coat),
permukaan campuran beraspal harus dibersihkan terlebih dahulu dengan compressor
udara atau sikat mekanis.
Untuk memperoleh hasil yang merata sebaiknya pemasangan lapis resap ikat dan lapis
pengikat menggunakan asphalt distributor-batang penyemprot. Ketinggian batang
penyemprot diatur sedemikian rupa disesuaikan dengan jarak nosel, agar diperoleh
penyemprotan yang tumpang tindih (overlap) 2 atau 3 kali. Penyimpangan kerataan
penyemprotan disyaratkan tidak lebih dari 15 %.
Jika terpaksa harus digunakan penyemprot tangan (hand sprayer), maka penyemprotan
diarahkan agak keatas agar diperoleh penyemprotan yang merata (overlap 2 atau 3
kali) dan dengan kecepatan pergerakan yang konstan. Hand sprayer digunakan untuk
daerah-daerah yang sulit dicapai dengan batang penyemprot. Unit pemanas tidak
difungsikan jika meggunakan aspal emulsi.
Lapis resap ikat dan lapis pengikat harus dipanaskan pada temperatur yang sesuai
sehingga viskositas/kekentalan aspal yang dihasilkan dapat memberikan hasil
penyemprotan yang merata.
Untuk menguji keseragaman dan kuantitas pekerjaan lapis resap ikat dan lapis
pengikat, dapat dilakukan dengan cara meletakkan karton persegi empat yang telah
diketahui beratnya. Karton diletakkan di atas permukaan dan kemudian dilewati oleh
asphalt distributor. Berat karton dengan aspal (kondisi kering) dikurangi berat karton
semula merupakan berat lapis resap ikat atau lapis pengikat per m2 (jika luas karton 1
m2).

Pembersihan dengan compesor udara


Pemberian Lapis Resap Peresap

B. Pemeriksaan Alat Penghampar (Finisher)


Pemeriksaan yang diperlukan pada bagian ini, adalah :Alat penghampar dan
pembentuk harus penghampar mekanis bermesin sendiri yang mampu menghampar
dan membentuk campuran beraspal sesuai dengan garis, kelandaian serta penampang
melintang yang diperlukan.
Alat penghampar harus dilengkapi dengan penampung dan dua ulir pembagi (auger)
dengan arah gerak yang berlawanan untuk menempatkan campuran aspal secara
merata di depan "screed" (sepatu) yang dapat disetel.
Peralatan ini harus dilengkapi dengan perangkat kemudi yang dapat digerakan dengan
cepat dan efisien dan harus mempunyai kecepatan jalan mundur seperti halnya maju.
Secara garis besar bagian utama dari finisher dibedakan menjadi dua, yaitu : unit
traktor (tracktor) dan unit sepatu (screed).
 
1. Unit Traktor (Tractor Unit)
Unit traktor ini berfungsi menerima campuran beraspal dari truk dan kemudian mendis-
tribusikan ke ulir pembagi (augers) dan selanjutnya ke unit screed.
Unit traktor dilengkapi dengan roda karet atau roda rantai besi, dan mempunyai mesin
penggerak sendiri untuk bergerak ke depan.
Untuk menjamin peralatan berfungsi dengan baik, maka pemeriksaan yang diperlukan
pada bagian ini adalah, antara lain terhadap :
a. Roda atau Rantai Baja (Tracks)Jika finisher menggunakan roda karet, maka tekanan
roda harus diperiksa dan mempunyai tekanan yang sama untuk setiap roda. Tekanan
roda dapat meng-ganggu pergerakan finisher dan berakibat hasil penghamparan tidak
merata.
Jika finisher menggunakan traks, maka harus terpasang dengan baik dan tidak terlalu
kencang. Pemasangan tracks yang kurang juga dapat mengganggu pergerakan finisher
dan berakibat hasil penghamparan tidak merata.
b. Roda Pendorong Truk (Truck Push Roller)Roda pendorong harus bersih dan dapat
bergerak bebas, jika roda tidak bersih dan tidak dapat bergerak dengan bebas, maka
roda truk akan selip dan berakibat tambahan beban bagi finisher, menjadikan finisher
sulit dikendalikan
c. Pemasok (Feeder)
Penampung (hopper) harus dilengkapi dengan sayap-sayap (hope wings) yang dapat
dilipat dan digerakkan. Pelipatan sayap-sayap pada hopper untuk meng-habiskan
campuran beraspal harus dilakukan sejarang mungkin, untuk meng-hindari terjadinya
segregasi.
Ulir pembagi (auger) harus dapat membagi dengan arah gerak yang berlawanan untuk
menempatkan campuran aspal secara merata di depan screed (sepatu) dan dapat
disambung.

2. Unit Sepatu (Screed Unit) 


Unit ini mempunyai dua fungsi utama yaitu : untuk penghamparan campuran beraspal
(dengan tebal, kemiringan dan kerataan yang sesuai) dan memberikan pra-pemadatan
(pemadatan awal).
Sebagai penghamparan, hal yang perlu mendapat perhatian pada unit ini adalah sudut
yang dibentuk antara pelat sepat (screed) dengan bidang horisontal. Sudut ini biasanya
disebut sudut gesek atau sudut serangan (angle of attack). Sudut ini menentukan gaya
tekan dan gesek yang diterima campuran beraspal, yang berarti juga menentukan
tekstur dari campuran beraspal yang dihasilkan.
Sebagai pra-pemadatan, adalah memberikan pemadatan awal (pra-pemadatan)
dengan jenis pemadat tumbuk (tamping bars-type) dan jenis pemadat getar (vibrating
type).

Anda mungkin juga menyukai