Anda di halaman 1dari 88

PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN

Oleh
Dr. I Made Agus Ariawan, ST., MT.

1
REVIEW PERKERASAN JALAN

Struktur Perkerasan Jalan


REVIEW PERKERASAN JALAN

Distribusi Beban Roda pada Perkerasan


MATERI KULIAH
PERKERASAN PERMUKAAN
Campuran Aspal Panas adalah campuran yang terdiri
dari kombinasi agregat yang dicampur dengan aspal.
Pencampuran dilakukan sedemikian rupa sehingga
permukaan agregat terselimuti aspal dengan seragam.
Untuk mengeringkan agregat dan memperoleh
kekentalan aspal yang mencukupi dalam mencampur
dan mengerjakannya, maka kedua-duanya
dipanaskan masing-masing pada temperatur tertentu
Bahan Agregat dan Aspal dan Campuran aspal
Panas

4
Bagian-I
AGREGAT

5
Pengertian Agregat Dalam Kontruksi
Perkerasan Jalan
Menurut Silvia Sukirman, (2003), agregat
merupakan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir atau
mineral lain, baik yang berasal dari alam maupun
buatan yang berbentuk mineral padat berupa
ukuran besar maupun kecil atau fragmen-fragmen.
Agregat merupakan komponen utama dari struktur
perkerasan jalan, yaitu yaitu 90 95% agregat
berdasarkan persentase berat, atau 75 85%
agregat berdasarkan persentase volume.
Dengan demikian kualitas perkerasan jalan
ditentukan juga dari sifat agregat dan hasil
campuran agregat dengan material lain.
Sifat Agregat
Sifat agregat merupakan salah satu faktor penentu
kemampuan perkerasan jalan memikul beban lalu lintas dan
daya tahan terhadap cuaca.
Sifat agregat yang menentukan kualitasnya sebagai material
perkerasan jalan adalah:
Gradasi,
kebersihan,
kekerasan
ketahanan agregat,
bentuk butir,
tekstur permukaan,
porositas,
kemampuan untuk menyerap air,
berat jenis, dan
daya kelekatan terhadap aspal.
Sifat agregat tersebut sangat dipengaruhi oleh jenis batuannya.
7
Pembagian Agregat Berdasarkan Ukuran Butiran
Menurut The Asphalt Institut, (1993), dalam Manual
Series No. 2 (MS-2), :
Agregat Kasar, adalah agregat dengan ukuran
butiran lebih besar dari saringan No. 8 (2,36
mm)
Agregat Halus, adalah agregat dengan ukuran
butiran lebih halus dari saringan No.8 (2,36
mm).
Bahan Pengisi (filler), adalah bagian dari
agregat halus yang minimum 75% lolos saringan
no. 30 (0,06 mm)
Klasifikasi Agregat

Berdasarkan ASTM C-33, agregat dibagi atas dua kelompok, yaitu:

Batas bawah pada ukuran


Kasar 4.75 mm atau ukuran
saringan no.4 (ASTM)

Agregat
(ASTM C-33)
Batas bawah ukuran pasir =
Halus 0.075 mm (no. 200) Batas
atas ukuran pasir = 4.75 mm
(no. 4)

februari 2004 husni thamrin & dradjat hoedajanto 9


Pembagian Agregat Berdasarkan Ukuran Butiran
Menurut Bina Marga, SNI 03-1737-1989

Agregat Kasar, adalah agregat dengan ukuran


butiran lebih besar dari saringan No. 4 (4,75 mm)

Agregat Halus, adalah agregat dengan ukuran


butiran lebih halus dari saringan lolos saringan
No.4 (4,75 mm) dan tertahan saringan No.200

Bahan Pengisi (filler), adalah bagian dari


agregat halus yang minimum 75% lolos saringan
no. 200 (0,075 mm)

10
GRADASI CAMPURAN AGREGAT

Gradasi untuk Campuran Agregat

11
SPESIFIKASI / STANDAR AGREGAT
Agregat Kasar
Bahanagregat kasar yang bisa digunakan
harus memenuhi standar Tabel

12
AGREGAT HALUS

Standar/ Spesifikasi Agregat Halus


Bahan agregat halus untuk campuran aspal panas
harus memenuhi ketentuan Tabel berikut

13
ASPAL
Aspal adalah material yang pada temperatur ruang berbentuk
padat sampai agak padat, dan bersifat termoplastis. Jadi, aspal
akan mencair jika dipanaskan sampai temperatur tertentu, dan
kembali membeku jika temperatur turun. Bersama dengan
agregat,aspal merupakan material pembentuk campuran
perkerasan jalan. (Sukirman,S., 2003).
Aspal terbuat dari minyak mentah, melalui proses penyulingan
atau dapat ditemukan dalam kandungan alam sebagai bagian dari
komponen alam yang ditemukan bersama sama material lain.
Aspal dapat pula diartikan sebagai bahan pengikat pada
campuran beraspal yang terbentuk dari senyawa-senyawa
komplek seperti Asphaltenese, Resins dan Oils. Aspal mempunyai
sifat visco-elastis dan tergantung dari waktu pembebanan. ( The
Blue BookBuilding & Construction, 2009)

14
STANDAR/ SPESIFIKASI TEKNIS ASPAL

Aspal Keras
Jenisaspal keras AC 40,50, 60-70, 70-80
dan 80/100

15
PENGUJIAN AGREGAT

16
PENGUJIAN AGREGAT
Pengujian Agregat kasar yang dilakukan

17
PENGUJIAN AGREGAT

Jenis Pengujian Agregat Halus

18
FILLER

Pengujian Filler

Standar/ Specifikasi Filler

19
PENGUJIAN MATERIAL AGREGAT

TUJUAN
Untuk menguji / meneliti material yang diusulkan

dapat digunakan untuk campuran aspal


DIPASARAN
Agregat kasar (20-10 mm)

Agregat sadang (10-5 mm)

Agregat halus (5-0 mm)

Filler (bahan pengisi jika material lolos #200


kurang)

20
PENGUJIAN AGREGAT DI
LABORATORIUM

21
TEST GRADASI

TEST GRADASI DIPERLAKUKAN


SAMA : AGREGAT KASAR , SEDANG,
HALUS DAN FILLER
Cara pengujian mengikuti prosedur SNI
03-1968-1990
PENGUJIAN GRADASI AGREGAT

TUJUAN:
Menentukan susunan fraksi agregat tertahan masing-masing

saringan
ALAT
1 Set susunan saringan, alat penggetar dan timbangan

MATERIAL :
Agregat kasar 2500 gram 1 x percobaan

Halus berkisar 500 1000 gram untuk 1X percobaan

Dua kali percobaan

PELAKSANAAN
Sesuai Prosedur SNI 03-1968-1990
ALAT : 1 set Saringan

24
Cara Pelaksanaan
1) benda uji dikeringkan dalam oven dengan suhu
(I l0 5)C, sampai berat tetap;
Saringan diguncang dengan tangan atau
mesinpengguncang selama 15 menit.
Setelah selesai, buka saringan dari tempat mesian

penggetar
Ambil satu per satu saringan dan timbang agregat
yang tertahan serta catat di Formulir
Pelaporan

25
PELAPORAN
PENGUJIAN BERAT JENIS AGREGAT KASAR/
SEDANG (SNI 03-1968-1990 )

TUJUAN:
Menentukan berat jenis bulk, ssd, berat jenis
apparent serta penyerapan absorsi
ALAT
1 Set alat pengukuran berat jenis, dan timbangan,
oven
MATERIAL :
Agregat kasar, sedang
PELAKSANAAN
Sesuai dengan prosedur SNI 03-1969-1990
Peralatan
1) keranjang kawat ukuran 3,35 mm (No. 6) atau 2,36 mm (No. 8)
dengan
kapasitas kira-kira 5 kg;
2) tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk
pemeriksaan.
Tempat ini harus dilengkapi dengan pipa sehingga permukaan air selalu
tetap;
3) timbangan dengan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0,1 % dari berat
contoh yang
ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang;
4) oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(1105)C;
5) alat pemisah contoh;
6) saringan no. 4 (4,75 mm).

28
Alat specific gravity aparatus

29
1) cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang melekat
pada permukaan;
2) keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110 5)C sampai berat tetap;
sebagai catatan, bila penyerapan dan harga berat jenis digunakan dalam
pekerjaan beton dimana agregatnya digunakan pada keadaan kadar air aslinya,
maka tidak perlu dilakukan pengeringan dengan oven;
3) dinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1-3 jam, kemudian timbang
dengan ketelitian 0,5 gram (Bk);
4) rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 24 4 jam;
5) keluarkan benda uji dari air, lap dengan kain penyerap sampai selaput air pada
permukaan hilang, untuk butiran yang besar pengeringan halus satu persatu;
6) timbang benda uji kering-permukaan jenuh (Bj);
7) letakkan benda uji didalam keranjang, goncangan batunya untuk mengeluarkan
udara yang tersekap dan tentukan beratnya di dalam air (Ba), dan ukur suhu air
untuk penyesuaian perhitungan kepada suhu standar (25C);
8) banyak jenis bahan campuran yang mempunyai bagian butir-butir berat dan
ringan; bahan semacam ini memberikan harga-harga berat jenis yang tidak
tetap walaupun pemeriksaan dilakukan dengan sangat hati-hati, dalam hal ini
beberapa pemeriksaan ulangan diperlukan untuk mendapatkan harga rata-rata
yang memuaskan

30
PERHITUNGAN
1) berat jenis curah (bulk specific gravity);
Bj bulk = BK/ (Bj -Ba)

2) berat jenis kering-permukaan jenuh (saturated surface dry);


BJssd = BJ / (Bj Ba)

3) berat jenis semu (apparevt specific grafity)


Bjapp = BK / (Bk Ba)

4) penyerapan = .BJ-BK/BK x100 %


Keterangan :
Bk = berat benda uji kering oven, dalam gram
Bj = berat benda uji kering permukaan jenuh, dalam gram
Ba = berat benda uji kering permukaan jenuh di dalam air, dalam gram

31
PELAPORAN
PENGUJIAN ABRASI

TUJUAN:
Menentukan kekuatan agregat
ALAT
1 Set Mesin abrasi Los Angeles, Saringan No.12
dan Timbangan
MATERIAL :
Agregat kasar, sedang

PELAKSANAAN
Sesuai dengan prosedur SNI 03-2417-1991
Test abrasi

34
alat

35
Prosedur SNI 2417:2008

36
Perhitungan
Keausan = a-b/ a x 100%

dengan pengertian:
a adalah berat benda uji semula, dinyatakan dalam
gram;
b adalah berat benda uji tertahan saringan No.12

(1,70 mm), dinyatakan dalam gram.

37
Pelaporan
Contoh SNI 2417:2008

39
PENGUJIAN SOUNDNESS

TUJUAN:
Menentukan ketahanan agregat
ALAT
Saringan dan Timbangan serta larutan larutan
natrium sulfat dan magnesium sulfat

MATERIAL :
Agregat kasar, sedang ukuran dan
3/8

PELAKSANAAN
Sesuai dengan prosedur SNI 03-3407-1994
7. Uji pelapukan agregat
(soundness)
SNI 03-3407-1994

Agregat tertahan Diamkan dalam desikator dan selam


3/8 (9.5 mm) dicuci Lalu dicuci dan dikeringkan
dan dikeringkan, lalu Pelapukan:
direndam dalam: = selisih berat / berat semula dalam
(Maks 12%)
Larutan natrium sulfat (NaSO4)

Magnesium sulfat (MgSO4)


41
Pelaporan
PENGUJIAN ANGULARATAS (BIDANG PECAH)

TUJUAN:
Menentukan persentase agregat yang memiliki
bidang pecah lebih dari 2 bidang pecah
ALAT
Saringan dan Timbangan

MATERIAL :
Agregat kasar, atau sedang ukuran 3/8

PELAKSANAAN
Sesuai dengan prosedur DoT s, PTM No.621
ANGULARITAS Revisi SNI 03-1737-1989

AGREGAT KASAR
Persen berat butiran agregat yang lebih
besar dari(AAK)
4,75 mm (No.4) dengan satu
bidang pecah atau lebih
Angularitas Agregat
Kasar =
(A / B) x 100

Dimana :
A = berat fraksi
pecah.
500 gram, cuci dan B = berat total contoh
keringkan
AAK = 95 (1+) /90 (2+) (unt padayang tertahan
kedalaman <
10 cm) ayakan 44
No.4
= 80 (1+) /75 (2+) (unt pada (4,75 mm).
kedalaman
Pelaporan
PENGUJIAN KELEKATAN ASPAL THD AGREGAT

TUJUAN:
Menentukan persentase agregat yang diselimuti oleh
aspal
ALAT
Saringan dan Timbangan
Aspal dan alat pemenas
Panci pencampur
MATERIAL :
Agregat kasar, atau sedang

PELAKSANAAN
Sesuai dengan prosedur SNI 03-2439-1991
47
Pelaporan
PENGUJIAN KADAR LEMPUNG

TUJUAN:
Menentukan persentase lempung, clay dan
material mudah pecah
ALAT
Timbangan dan Oven

MATERIAL :
Agregat kasar, atau sedang

PELAKSANAAN
Sesuai dengan prosedur SNI 03-4141-1996
8. KADAR LUMPUR ATAU KADAR LEMP
SNI 03-4141-1996
Uji agregat kasar:
memakai material tertahan saringan 4,75mm (no.4)

Uji agregat halus :


memakai material lolos 4,75 mm (no.4) dan tertahan
ayakan 0.300mm (no.50).

- Timbang Benda uji kotor kering oven dengan berat (A).

- Cuci benda uji dengan air sampai benar benar bersih,


kemudian dikeringkan. Setelah dingin ditimbang (B).

Hitung Kadar Lumpur = {(A-B)/A} x 100%


Maks : 1%

50
51
Pelaporan
Pelaporan Ringkasan Hasil Pengujian Agregat Kasar
PENGUJIAN AGREGAT HALUS
DI LABORATORIUM

54
TEST BERAT JENIS DAN PENYERAPAN
SNI 03-1970-1990

Tujuan pengujian adalah untuk mendapatkan angka untuk berat


jenis curah, berat jenis permukaan jenuh, berat jenis semu, dan
penyerapan air pada agregat halus
Benda uji adalah agregat yang lewat saringan No. 4 (4,75 mm)
diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat
(quartering) sebanyak 100 gram.

55
Peralatan
Peralatan yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
1) timbangan, kapasitas 1 kg atau lebih dengan ketelitian 0,1 gram;
2) piknometer dengan kapasitas 500 ml;
3) kerucut terpancung, diameter bagian atas (40 3) mm, diameter bagian bawah
(90
3) mm dan tinggi (75 3) mm dibuat dari logam tebal minimum 0,8 mm;
4) batang penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rata, berat (340 15)
gram,
diameter permukaan penumbuk (25 3) mm;
5) saringan No. 4 (4,75 mm);
6) oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (1105)C;
7) pengukuran suhu dengan ketelitian pembacaan 1C;
8) talam;
9) bejana tempat air;
10) pompa hampa udara atau tungku;
11) desikator.

56
1) keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110 _5)C, sampai berat tetap; yang dimaksud berat tetap
adalah keadaan berat benda uji selama 3 kali proses penimbangan dan pemanasan dalam oven dengan
selang waktu 2 jam berturutturut,tidak akan mengalami perubahan kadar air lebih besar daripada 0,1 %;
dinginkan pada suhu ruang, kemudian rendam dalam air selama (24 4) jam;
2) buang air perendam dengan hati-hati, jangan ada butiran yang hilang, tebarkan agregat diatas talam,
keringkan di udara panas dengan cara membalik-balikan benda uji; lakukan pengeringan sampai tercapai
keadaan kering permukaan jenuh;
3) periksa keadaan kering permukaan jenuh dengan mengisikan benda uji ke dalam kerucut terpancung,
padatkan dengan batang penumbuk sebanyak 25 kali, angkat kerucut terpancung; keadaan kering
permukaan jenuh tercapai bila benda uji runtuh akan tetapi masih dalam keadaan tercetak;
4) segera setelah tercapai keadaan kering permukaan jenuh masukkan 500 gram benda uji ke dalam
piknometer; masukkan air suling sampai mencapai 90% isi piknometer, putar sambil di guncang sampai tidak
terlihat gelembung udara didalamnya; untuk mempercepat proses ini dapat dipergunakan pompa hampa
udara, tetapi harus diperhatikan jangan sampai ada air yang ikut terhisap, dapat juga dilakukan dengan
merebus piknometer;
5) rendam piknometer dalam air dan ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan kepada suhu standar
25C;
6) tambahkan air sampai mencapai tanda batas;
7) timbang piknometer berisi air dan benda uji sampai ketelitian 0,1 gram (Bt);
8) keluarkan benda uji, keringkan dalam oven dengan suhu (110 5)C sampai berat tetap, kemudian
dinginkan benda uji dalam desikator;
9) setelah benda uji dingin kemudian timbanglah (Bk);
10) tentukan berat piknometer berisi air penuh dan ukur suhu air gunakan penyesuaian dengan suhu standar
25C (B).

57
Alat specific gravity aparatus

58
Rujukan Pengujian

Rujukan Pengujian materi pelatihan


laboratorium

59
LAPORAN PROPERTIES MATERIAL
HASIL PENGUJIAN/ TEST
Pengujian agregat kasar

Pengujian agregat sedang

Pengujian agregat halus

RINGKASAN HASIL PENGUJIAN


Ringkasan pengujian agregat kasar (spec)

Ringkasan pengujian agregat sedang (spec)

Ringkasan pengujian agregat halus (spec)

KASIMPULAN
Agregat kasar, sedang dan halus (memenuhi spec bina

marga 2010)
Agregat kasar, sedang dan halus dapat digunakan untuk

campuran aspal
Buat desain mix formula

60
PENGUJIAN / TEST ASPAL
SNI 03-6890-2002, Tata cara pengambilan contoh campuran
beraspal
SNI 06-2432-1991, Metode pengujian daktilitas bahan-bahan
aspal
SNI 06-2433-1991, Metode pengujian titik nyala dan titik bakar
dengan alat cleveland open cup
SNI 06-2434-1991, Metode pengujian titik lembek aspal dan ter
SNI 06-2440-1991, Metoda pengujian kehilangan berat minyak
dan aspal dengan cara A
SNI 06-2441-1991, Metoda pengujian berat jenis aspal padat
SNI 06-2456-1991, Metode pengujian penetrasi bahan-bahan
bitumen
Pelaporan SNI 06-2456-1991, Metode pengujian penetrasi bahan-bahan
bitumen

Pelaporan SNI 06-2441-1991, Metoda pengujian berat jenis aspal padat
Pelaporan SNI 06-2432-1991, Metode pengujian daktilitas
bahan-bahan aspal
Pelaporan SNI 06-2433-1991, Metode pengujian titik nyala dan titik bakar
dengan alat cleveland open cup

Pelaporan SNI 06-2434-1991, Metode pengujian titik lembek aspal
PELAKSANAAN DMF

SETELAH LAPORAN MATERIAL MATERIAL


SELESAI
PEMBUATAN DESAIN MIX FORMULA (DMF) adalah
TAHAP MENGUJI / MENELITI MATERIAL BISA
DIGUNAKAN UNTUK CAMPURAN ASPAL (COLD
BIN)
PERLU MEMAHAMI SPECIFIKASI CAMPURAN
ASPAL SBB

67
CAMPURAN ASPAL PANAS
LATASIR
SS-A DAN SS-B

LATASTON (HRS)
Senjang (HRS-WC DAN HRS-BASE)

Semi senjang (HRS-WC DAN HRS-BASE)

LASTON (AC)
AC HALUS (AC-WC, AC-BC DAN AC-BASE)

AC- KASAR (AC-WC, AC-BC DAN AC-BASE)

68
CAMPURAN PANAS LATASIR
SPECIFIKASI AGREGAT GABUNGAN

69
SPECIFIKASI PROPERTIES CAMPURAN

70
CAMPURAN PANAS LATASTON (HRS)
SPECIFIKASI AGREGAT GABUNGAN

71
SPECIFIKASI PROPERTIES CAMPURAN HRS

72
CAMPURAN PANAS LASTON (AC)

SPECIFIKASI TEKNIS AGREGAT GABUNGAN

73
SPECIFIKASI PROPERTIES CAMPURAN

74
PERBANDINGAN SPECIFIKASI GRADASI GABUNGAN
LASTON

PERBANDINGAN SPECIFIKASI LASTON LAMA DENGAN DIATAS


1989
PERBANDI NGAN GRADASI GABUNGAN AC LAMA DENGAN SPEC AC-
WC 1089-2007
N o.200

N o.100

N o.50

N o.30

N o.16

No. 8

No. 4

3/8"

1/2"

3/4"
1"
100

90

80

70

60 Titik Kontrol
Kurva Fuller
50 Daerah Larangan
SPEC AC 1986
SPEC AC 1986
40

30

20

10

75
PERBANDINGAN SPEC GRADASI AC

PERBADINGAN SPECIFIKASI GRADASI LASTON 2003 S/D 2007 DENGAN


LASTON 2010
PERBANDI NGAN SPECI FI KASI GRADASI GABUNGAN AC - WC 2007
DENGAN 2013
N o.20 0

N o.10 0

N o .5 0

N o.30

N o .1 6

N o. 8

No. 4

3 /8 "

1 /2 "

3 /4 "
1"
100

90

80

70

60 Titik Kontrol
Kurva Fuller
Daerah Larangan
50 AC-WC HA
AC -WC HB
AC-WC KA
AC -WC KB
40

30

20

10

76
PEMBUATAN DMF

BLENDING AGREGAT

77
PERKIRAAN KADAR ASPAL

78
PEMBUATAN BENDA UJI

79
PENGUJIAN MARSHAL
STABILITAS DAN FLOW

80
PERHITUNGAN PROPERTIES CAMPURAN AC

81
KA OPTIMUM

82
RINGKASAN DMF

83
PENGUJIAN HASIL PELAKSANAAN
PERKERASAN JALAN

PENGUJIAN SELAMA PELAKSANAAN DILAPANGAN


CONTOH DARI MATERIAL DIHAMPAR DILAPANGAN
PENGUJIAN
Pengujian Properties Campuran , RSNI M-01-2003 Metode
pengujian campuran beraspal panas dengan alat marshall
Mencari Kadar aspal dan Gradasi, SNI 03-6894-2002 metode
pengujian kadar aspal dari campuran Beraspal dengan Cara
sentrifus

PENGUJIAN SETELAH SELESAI PEKERJAAN


PENGHAMPARAN
Uji Kepadatan (Density) SNI 03-6757-2002, Metode pengujian berat
jenis nyata campuran beraspal padat menggunakan benda uji kering
permukaan jenuh

84
PENGUJIAN EXTRACTION

TUJUAN:
Meneliti/ menentukan kadar aspal dan gradasi agregat gabungan
dari campuran yang di hampar
SAMPLE
Sample berupa campuran AC/ HRS diambil dari lapangan saat
penghamparan
PERALATAN
Extration aparatus, filter, bensin, neraca, oven dan sarinngan
PELAKSANAAN
Sesuai prosedur SNI 03-6894-2002
pelaporan
PENGUJIAN DENSITY

TUJUAN
Untuk menentukan tebal lapisan (AC, AC-WC, AC-BC dll) dan

Kepadatan (density)
BAHAN :
Sample Dimabil Dari Hasil Pengahamparan Dengan Alat Core

Drill
PERALATAN
Density aparatus yang dilengkapi dengan timbangan dan

Bak /Tempat air untuk merendam contoh/ sample

Timbangan dengan ketelitian 0.1 gram

PELAKSANAAN
Sesuai dengan prosedur SNI 03-6757-2002
PELAPORAN

Anda mungkin juga menyukai