JOB V
PENGUJIAN KUAT LENTUR BETON
A. Tujuan
1. Untuk menentukan kuat lentur beton sesuai standar SNI 0016 – 72, SNI – 0233 – 89 – A
2. Dapat membedakan keruntuhan lentur
B. Dasar Teori
Kuat tarik beton berkisar seperdelapan belas kuat tekannya pada umur awal dan berkisar
seperdua puluh pada umur sesudahnya (28 hari), (Murdock: 999).
Pengamatan kuat tarik beton khususnya pada beton bertulang sangat penting pada
penentuan kemungkinan pencegahan keretakan akibat susut dan perubahan panas. Sedangkan
untuk beton tak bertulang, hasil pengujian ini dimanfaatkan pada perancangan konstruksi jalan
raya dan lapangan terbang serta beton prategang.
Dipohusodo (1999), menjelaskan bahwa suatu perkiraan kasar dapat dipakai, yaitu nilai
kuat tarik belah beton normal hanya berkisar 8% - 15% dari kuat tekannya.
𝑃𝑥𝑙
𝑓𝑟 =
𝑏 𝑥 𝑑2
Persamaan diatas digunakan bila terjadi keruntuhan ditengah bentang dan jika keruntuhan
terjadi pada bagian luar tarik tengah batang digunakan persamaan:
3𝑥𝑃𝑥𝑎
𝑓𝑟 =
𝑏 𝑥 𝑑2
Dimana:
Fr = Kuat lentur (Modulus of Repture) (MPa)
P = Beban maksimum yang terjadi (N)
L = Panjang bentang (jarak antara tumpuan) (mm)
b = Lebar sampel (mm)
d = Tinggi sampel (mm)
a = Jarak rata – rata dari garis keruntuhan dan titik terletak diukur pada bagian tarik
sampel (mm)
Pengujian kuat lentur disyaratkan dalam SNI – 0016 – 72, SNI – 0233 – 89 – A. Pengujian
lentur menggunakan mesin uji lentur yang didapat ternyata lebih tinggi dari pada tegangan
lentur secara langsung dan beban lentur setiap 10 cm. Pisau penempu dan pelentur bergaris
tengah 30 cm dibebani pada benda uji dengan penambahan kecepatan kurang lebih 1kg/detik
sampai benda uji patah. Bidang patahnya dihitung patahnya dan dihitung rata – ratanya.
b. Timbangan
c. Penggaris
d. Alat penanda/spidol
2. Bahan
a. Balok 10 x 10 x 40 cm
D. Langkah Kerja
1. Menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) dan pakaian lab.
2. Menyiapkan alat, bahan, dan lokasi kerja.
3. Menimbang semua sampel yang akan diuji
4. Mengukur sampel balok dan memberikan tanda menggunakan spidol sesuai dengan jarak
mesin yang digunakan
5. Menyiapkan mesin uji dan balok – balok tumpuan, sehingga jarak tumpuan tepat.
6. Meletakkan balok uji tepat di tengah – tengah antara kedua jarak tumpuan.
7. Meletakkan balon beban simetris diatas kedua balok tumpuan.
8. Kemudian menurunkan balok beban perlahan sampai menempel pada bidang di atas balok.
9. Mencatat dan mendokumentasikan semua perilaku pada benda uji selama pengujian
berlangsung (pola retak akibat lenturan atau geser dan beban maksimum).
10. Membersihkan lokasi kerja pengujian dari sisa benda uji dan menyerahkan kembali alat
dan bahan yang digunakan pada tempatnya.
Contoh perhitungan:
Karena keruntuhan terjadi di 1⁄3 di tengah bentang, maka digunakan rumus:
𝑃𝑥𝑙
Kuat lentur (Modulus of Repture), (Fr) =
𝑏 𝑥 𝑏2
11400 𝑥 300
=
101,333 . 101,6672
= 3,265 MPa
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡
Berat volune =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
9,44
=
0,004
= 2290,768 Kg/m3
𝑓𝑟
Ratio = 𝑓′𝑐 𝑥 100%
3,265
=
20
= 16,326 %
20
1
4 100,667 100 300 2,861 9,40 0,004 2334,437 14,305
BT
2
5 28 BT 100,667 98 300 3,817 9,55 0,004 2420,091 19,084
BT
3
6 100,667 100,667 300 2,911 9,50 0,004 2343,647 14,557
BT
F. Kesimpulan
Dari hasil pengujian percobaan kuat lentur beton normal lebih besar dibandingkan kuat
lentur beton bahan tambah. Kuat lentur (modulus of repture) rata – rata untuk beton normal
sebesar 3,207 MPa dan beton bahan tambah sebesar 3,196 MPa. Dengan penambahan bahan
tambah kedalam beton tidak adanya perubahan yang signifikan terhadap kuat lentur beton.
Besarnya ratio rata – rata untuk beton normal 16,033% dan besarnya ratio rata – rata untuk
beton bahan tambah 15,982% yang dimana tidak termasuk kedalam perkiraan ratio teoritis
sebesar 8% - 15% dari ratio pengujian.
Berat volume beton normal rata – rata sebesar 2297,884 Kg/m3 dan berat volume beton
bahan tambah sebesar 2366,058 Kg/m3 yang dimana, beton normal dan beton bahan tambah
sesuai dengan berat volume beton yaitu 2200 – 2500 Kg/m3
G. Dokumentasi
1. Beton normal
a. Sampel I K.I
b. Sampel 2 BT