Bentuk AOA juga dikenal AON atau kegiatan yang berada di node
(activity on node). Metode preseden diagram (PDM) adalah jaringan kerja yang
termasuk klasifikasi AON. Disini kegiatan dituliskan di dalam node yang
berbentuk segi empat, sedangkan arah hanya sebagai petunjuk hubungan antara
kegiatan-kegiatan yang bersangkutan. demikian dummy yang dalam CPM dan
PERT merupakan tanda yang penting menunjukkan untuk menunjukkan
hubungan ketergantungan, di dalam PDM tidak diperlukan. Dipembahasan ini
disajikan dasar-dasar menyusun PDM beserta konstrain yang dapat terjadi antara
kegiatan-kegiatan, cara menghitung jalur kritis serta contoh per-hitungan, dengan
memasukkan unsur kemungkinan adanya splitting dalam melaksanakan kegiatan.
Pembahasan diakhiri dengan menyajikan konsep time reserved management
yaitu metode yang diperkenalkan oleh D.H. Bush (1991) untuk merencanakan
dan mengendalikan jadwal proyek, khususnya penggunaan cadangan waktu.
Aturan dasar CPM atau AOA mengatakan bahwa sesuatu kegiatan boleh
dimulai setelah pekerjaan terdahulu (predecessor) selesai, maka bentuk proyek
dengan rangkaian kegiatan yang tumpang tindih (overlapping) dan berulang-
ulang akan memerlukan garis dummy, sehingga tidak praktis dan kompleks.
Sebagai contoh, gambar memperlihatkan jaringan kerja AOA memasang pipa,
yang terdiri dari kegiatan-kegiatan menggali tanah, meletakkan pipa dan
menimbun kembali. Misalkan setelah diteliti untuk mempersingkat waktu,
komponen kegiatan proyek dilaksanakan secara tumpang tindih .yaitu pekerjaan
meletakkan pipa dimulai setelah pekerjaan menggali tanah selesai 40% dari
panjang keseluruhan, jadi tidak perlu menunggu selesai 100%. Demikian hal
pekerjaan berikutnya. Untuk maksud tersebut bila dipakai metode CPM, kegiatan
harus dikelompokkan menjadi beberapa bagian, contohnya diatas ditunjukkan
angka-angka bagian 40% dan 60%. Bahwa jaringan kerja yang dihasilkan,pada
gambar 26 menjadi kompleks dan memerlukan banyak dummy. Bila proyek
tersebut disajikan dengan metode PDM, seperti terlihat pada gambar akan
menghasilkan diagram yang relatif sederhana. Oleh karena itu metode ini banyak
dijumpai pada proyek-proyek engineering-konstruksi yang kaya akan pekerjaan
tumpang tindih dan pengulangan, seperti pemasangan pipa, pembangunan gedung
bertingkat, pengaspalan dan Iain-lain.
Gambar 26 Kegiatan – kegiatan dipecah menjadi 40% dan 60% bagian pada
proyek memasang pipa dengan metoda AOA/CPM
Hal ini disebakan adanya tumpang tindih antara kegiatan Mt dengan Mp dan Mp
dengan Mk, yaitu setelah Mt berjalan selama 4 hari maka kegiatan Mp mulai.
Demikian halnya dengan Mk terhadap Mp, yaitu setelah Mp berjalan 6 hari,
mulailah kegiatan Mk. Jadi mulainya kegiatan yang satu tidak menunggu kegiatan
yang lain selesai 100%.
Bila Gambar disajikan dengan PDM/AON akan terlihat seperti Gambar di bawah
ini. Penyelesaian proyek total = 17 hari
Kegiatan dan peristiwa pada PDM ditulis dalam node yang berbentuk kotak segi
empat. Definisi kegiatan dan peristiwa sama seperti pada CPM. Hanya perlu
ditekankan di sini bahwa dalam PDM kotak tersebut menandai suatu kegiatan,
dengan demikian harus dicantumkan identitas kegiatan dan kurun waktunya.
Adapun peristiwa merupakan ujung-ujung kegiatan. Setiap node mempunyai dua
peristiwa yaitu peristiwa awal dan akhir. Ruangan dalam node dibagi menjadi
kompartemen-kompartemen kecil yang berisi keterangan spesifik dari kegiatan
dan peristiwa yang bersangkutan dan dinamakan atribut. Pengaturan denah (lay-
out) kompartemen dan macam serta jumlah atribut yang hendak dicantumkan
bervariasi sesuai keperluan dan keinginan pemakai. Beberapa atribut yang sering
dicantumkan di antaranya adalah kurun waktu kegiatan (D), identitas kegiatan
(nomor dan nama), mulai dan selesainya kegiatan (ES, LS, EF, LF dan lain-lain).
Gambar 31 Denah pada node dalam metode preseden diagram method (PDM)
1. Finish to Star (FS) yaitu hungan yang menunjukan bahwa mulainya aktifitas
berikutnya tergantung pada selesainya aktifitas sebelumnya.
Konstrain ini memberikan penjelasan hubungan antara mulainya suatu
kegiatan dengan selesainya kegiatan terdahulu. Diteruskan sebagai FS(i-j) = a
yang berarti kegiatan (j) mulai a hari, setelah kegiatan yang mendahulinya ( i)
selesai. Proyek selalu menginginkan besar angka a sama dengan 0 kecuali
bila dijumpai hal-hal tertentu, misalnya : akibat lklim yang tak dapat dicegah;
proses kimia atau fisika seperti waktu pengeringan adukan semen; pengurus
perizinan. Jenis konstrain ini identik dengan kaidah utama jaringan kerja-
CPM atau PERT, yaitu suatu kegiatan dapat mulai bila kegiatan yang
mendahului. (predecessor) telah selesai.
a.
Kegiatan (i) Kegiatan (j)
FS(i-j)=a
b.
Kegiatan (i)
FS(i-j)
Kegiatan (j)
(i-j)=0
Kegiatan (j)
FS(i-j)
x
a.
Kegiatan (i)
Kegiatan (i)
SS(i-j)=b
SS(i-j)=0
Kegiatan (j)
FF(i-j) = c yang berarti suatu kegiatan (j) selesai setelah c hari kegiatan
terdahulu (i) selesai.
a. FF(i-j)=c
Kegiatan (i)
Kegiatan (j)
FF(i-j) = 0 artinya selesainya kedua aktifitas (i dan j) tersebut secara
bersamaan.
b. Kegiatan (i)
FF(i-j)=0
Kegiatan (j)
Kegiatan (j)
SF(i-j)=d
Kegiatan (j)
Dari keempat macam hubungan tersebut jika Fij hasilnya negatif maka selang
waktu kedua aktifitas tersebut dinamakan lead atau disebut juga hubungan
dengan negatif lag. Misalnya Finish to Star hubungan dengan negatif lag.
A. Perhitungan dan Analisis Waktu
Pada prinsipnya, prosedur hitungan pada preseden method, sama
seperti activity. On Arrow (AOA). Perbedaannya hanya terletak pada
hubungan logis dan realistis tertentu saja. Dalam PDM hubungan yang
menyatakan sifat dari pelaksanaan aktifitas tersebut. Perbedaan lain, bahwa
PDM tidak menggunakan aktifitas semu (dummy).
Hasil hitungan yang diharapkan adalah :
a. Waktu mulai paling cepat atau Earliest Start (ES)
b. Waktu selesai paling cepat atau Earliest Finish (EF)
c. Waktu mulai paling lambat atau Latest Start (LS)
d. Waktu selesai paling lambat atau Latest Finish (LF)
e. Free float yaitu waktu tenggang atau keterlambatan yang diperbolehkan
untuk suatu aktifitas agar tidak menganggu aktifitas berikutnya.
f. Total float yaitu waktu tenggang total untuk suatu aktifitas agar tidak
menganggu waktu penyelesaian aktifitas secara keseluruhan.
g. Waktu total penyelesaian proyek.
a) Menghitung ES dan EF
Waktu mulai paling awal dari kegiatan yang sedang ditinjau ES(j) adalah
sama dengan angka terbesar dari jumlah angka kegiatan terdahulu ES (i) atau EF
(i) ditambah konstrain yang bersangkutan. Karena terdapat empat Konstrain,
maka bila ditulis dengan rumus menjadi :
2) Menghituung LS dan LF
LS LF
LS LF
b. Hitungan Mundur
Hitungan mundur/kebelakang digunakan untuk menghitung waktu
paling lambat. (latest star) dan waktu selesai paling lambat (latest finish)
dalam hitungan kebelakang berlaku dan ditujukan untuk hal-hal berikut :
1) Menentukan LS, LF, dan kurun waktu float
2) Bila lebih dari satu kegiatan bergabung diambil angka LS terkecil.
3) Ss notasi (i) bagi kegiatan yang sedang di tinjau sedangkan (j)
adalah kegiatan berikutnya.
Hitung LF (i), waktu selesai paling akhir kegiatan (i) yang sedang
ditinjau,yang merupakan angka terkecil dari jumlah kegiatan LS dan LF plus
konstrain yang bersangkutan.
LF(j) : Pilih Angka 1) LF (j) - FF (i-j)
Terkecil dari 2) LS (j) - FS (i-j)
3) LF (j) - SF (i-j) + D (i)
4) LS (j) - SS (i-j) = D (j)
Waktu mulai paling akhir kegiatan yang sedang ditinjau LS (i) adalah
sama dengan waktu selesai paling akhir kegiatan tersebut LF (i) dikurangi
kurun waktu yang bersangkutan. Atau rumus :
Dalam menyusun jaringan PDM, menentukan jalur kritis dan kurun waktu
penyelesaian proyek.
Ada beberapa langkah-langkahnya :
a. Membuat denah node sesuai jumlah kegiatan. Jadi dalam hal ini akan
terdapat enam node, dengan kurun waktu yang bersangkutan.
b. Menghubungkan node-node tersebut dengan anak panah sesuai
dengan ketergantungan dan korstain.
c. Menyelesaikan diagram PDM dengan melengkapi atribut/ symbol
yang diperlukan.
d. Menghitung ES, EF, dan LF untuk mengindentifikasi kegiatan kritis,
jalur. Kritis float dan waktu penyelesaian proyek.
Tabel 10 Data proyek yang terdiri dari 6 kegiatan susunlah dalam bentuk
jaringan dengan metode PDM
1. A 5 -
2. B 6 SS(1-2) = 3
3. C 6 FS1-3) = 2
FF(2-3) = 2
4. D 7 SF(2-4) = 11
5. E 6 FS(2-5) = 1
SF(3-5) = 9
SS(4-5) = 4
6. F 8 SS(5-6) = 5
Data diatas mempunyai beberapa konstrain antara kegiatan-kegiatan yang
bersangkutan. Diminta menyusun jaringan PDM, menentukan jalur kritis dan
kurun waktu penyelesaian proyek.
Untuk menjawab soal di atas, dilakukan langkah-langkah berikut:
1. Membuat denah node sesuai dengan jumlah kegiatan. Jadi dalam hal ini akan
terdapat enam node, dengan kurun waktu yang bersangkuatan.
Soal No 2
Data proyek yang terdiri dari 6 kegiatan susunlah dalam bentuk jaringan
dengan metode PDM
1. A 4 -
2. B 6 FS(1-2) = 1
3. C 6 FS (1-3) = 2
FF(2-3) = 2
4. D 7 SF(2-4) = 11
5. E 3 FS(2-5) = 3
SS(4-5) = 5
6. F 8 SS(5-6) = 5
FF(3-6) = 12
(7)
1 2 5 6
(6)
=9
A. Hitungan Maju
Kegiatan A, dianggap mulai awal = 0
ES(1) = 0
EF(1) = ES(1) + D(A) = 0 + 5=5
Kegiatan B
ES(2) = ES(1) + SS(l-2) = 0 + 3 = 3
EF(2) = ES(2) + D(B) = 3 + 6 = 9
Kegiatan C
= 9 + 2-6 = 5
EF(1) + FS(1-3) =
5+2 = 7
EF(3) = ES(3)+D(C)=7+6=13
Kegiatan D
= 3 + 11 - 7 = 7
EF = ES(4) + D(D) = 7 + 7 = 14
Kegiatan E
ES(5) = Pilih angka terbesar ES(4) + SS(4-5)
dari = 7 + 4 = 11
EF(2) + FS(2-5)
= 9 + 1 = 10
ES(3) + SF(3-5) – D(E)
= 7 + 9 – 6 = 10
Kegiatan F
ES(6) = ES(5) + SS(5-6) = 11 + 5 = 16
B. Hitungan mundur
Kegiatan E
= 16 – 5 + 6 = 17
LS(5) = LF(5) - D(E) = 17 - 6 = 11
Kegiatan D
= 11 - 4 + 7 = 14
Kegiatan C
= 17 - 9 + 6 = 14
Kegiatan B
= 14 - 11 + 6 = 9
Kegiatan A
=3-3+5 = 5
Kegiatan C bukanlah kegiatan kritis karena LS tidak sama besar dengan ES,
demikian juga LF tidak sama besar dengan EF. Float kegiatan C = LF(3) -
EF(3) = LS – ES = 14-13 = 8-7 = 1. Jalur kritis mengikuti rangkaian
kegiatan dengan konstrain sebagai berikut:
Terlihat bahwa angka 24 hari lebih kecil dari pada angka masing-masing
kegiatan kritis bila dijumlahkan (5 + 6 + 7 + 6 + 8 = 32). Hal ini karena
kegiatan-kegiatan tersebut tumpang tindih.
\
4.3 Penutup
1. Kesimpulan
1) CPM adalah salah satu jaringan kerja dengan kegiatan terletak dalam
node (AON), sedangkan anak panah berfungsi menunjukkan hubungan
antara node yang bersangkutan.
2) Berbeda dengan CPM maupun PERT, maka PDM mengenal adanya
konstrain antara kegiatan yaitu SS, SF, FS, dan FF yang memungkinkan
menggambarkan kegiatan tumpang tindih, lebih sederhana dan tidak
memerlukan dummy
3). Untuk mengindentifikasi jalur kritis dan float, serta mencari kurun
waktu penyelesaian proyek tercepat, digunakan hitungan maju mundur
dengan memasukkan faktor konstrain.
4) Karena dalam PDM, menampung kemungkinan kegiatan boleh dimulai
sebelum kegiatan yang mendahuluinya 100%, maka dapat terjadi waktu
penyelesaian proyek lebih pendek dibandingkan dengan metode CPM
atau PERT, terkecuali bila kegiatan-kegiatan tersebut dipecah-pecah
yang memerlukan banyak dummy.
2. Soal-soal
1) .Sebutkan 4 macam hubungan antar aktifitas atau yang menyatakan sifat
.dari pelaksanaan aktifitas tersebut dalam metode PDM.
2) .Jelaskan apa yang dimaksud dengan metode PDM dalam system
.jaringan kerja
3) .Apa perbedaan antara metode PDM dengan CPM dalam penerapan
.pembuatan jaringan kerja
4) .Jelaskan apa yang dimaksud dengan konstrain pada preseden diagram
.method (PDM)
Hitungan Maju
a. Kegiatan A
Dianggap mulai awal = 0
ES(1) = 0
EF(1) = ES(1) + D(A) = 0+5=5
EF(1) = 5
b. Kegiatan B
ES(2) = ES(1) + SS(1-2) = 0+3=3
EF(2) = ES(2) + D9B) = 3+6=9
EF(2) = 9
D. Kegiatan C
Gambar 4.2 Jaringan PDM dari data table 4.1
E. Kegiatan D
ES(4) = ES(2) + SF(2-4)-D(D)
= 3+11-7 =7
B. Hitungan Mundur
Dimulai dari kegiatan terakhir F
LF(6) adalah sama dengan EF(6) = 24 (titik akhir proyek)
Kegiatan E
LF(5) = LS(6) – SS(5-6) + D(E)
= 16-5+6=17
LS(5) = LF(5) – D(E)
= 17-6 = 11
Kegiatan D
LF(4) = LS(5) – SS(4-5) + D(D0
= 11 – 4 + 7 = 14
LS(4) = LF(4) – D(D) = 14 – 7 = 7
Kegiatan C
LF(3) = LF(5) – SF (3-5) + D(C)
= 17 – 9 + 6 = 14
LS(3) = LF(3) – D(C)
= 14 – 6 = 8
Kegiatan B
LF(2) = L(3) – FF(2-3)
= 14 – 2 = 12
LF(2) = L(5) – FS(2 – 5)
= 11 – 1 = 10
LF(2) = LF(4) – SF(2 – 4) + D(B)
= 14 – 11 + 6 = 9
Dipakai angka terkecil yaitu
LF(2) = 9
LS(2) = LF(2) – D(B)
=9–6=3
LS(2) = 3
Kegiatan A
LF(1) = LS(2) – SS(1 – 2) + D(A)
=3–3+5
LF(1) = 5
LF(1) = LS(3) – FS(1-3)
= 8-2
LF(1) = 6
1. Total Float
Definisi total float dalam PDM, sama saja pada CPM yaitu waktu
tenggang total atau keterlambatan bagi penyelesaian proyek. Notasi untuk
float adalah TTF, total float untuk suatu aktifitas adalah :
2. Free Float
Free float adalah keterlambatan yang diperkenankan untuk suatu aktifitas
tanpa mengakibatkan keterlambatan untuk memulai aktifitas selanjutnya.
Untuk aktiftas yang hanya diikuti oleh satu aktifitas.
Contoh