Anda di halaman 1dari 29

BAB IV

PRESEDEN DIAGRAM METHOD

Metode Preseden Diagram Method (PDM), adalah jaringan kerja yang


termasuk klasifikasi AON. Disini kegiatan kedalam node yang umumnya
berbentuk segiempat, sedangkan anak panah hanya sebagai petunjuk hubungan
antara kegiatan-kegiatan yang bersangkutan. Dengan demikian drummy yang
dalam CPM merupakan tanda yang penting untuk menunjukkan hubungan
ketergantungan, dalam PDM, tidak diperlukan.
Hubungan ketergantungan antara aktivitas satu dengan aktivitas lainnya
pada PDM diatur lebih rinci jika dibandingkan dengan CPM. Pada preseden
diagram method dikenal 4 (empat) macam hubungan aktivitas, yaitu :Start to
Start (SS), finist to Start (FS), Start to finist (SF), dan Finist to Finist (FF) jadi
preseden diagram method, adalah salah satu dari jaringan kerja, untuk
mengatur/mengelola proyek terutama dalam mengendalikan jalannya kegiatan,
kegiatan satu dengan lainnya diatur sedemikian rupa sehingga semua aktivitas
dilapangan berjalan secara efisien, praktis, dan dapat diaplikasikan secara baik
dalam mengendaliakan proyek tersebut.
Relevansi antara jaringan kerja dengan metode presedent diagram method
(PDM) ini sangat berhubungan dengan materi sebelumnya yaitu managemen
proyek khususnya jaringan kerja criyical path method, grafik barchart dan kurva
“S”, serta matakuliah estimasi biaya, sedangkan manfaatnya adalah sebagai alat
untuk menyusun jaringan kerja dalam bentuk saling ketergantungan antara
kegiatan yang satu dengan lainnya dalam pelaksanaan proyek, PDM disini sangat
cocok untuk proyek konstruksi yang memerlukan kegiatan yang tumpang tindih
(overlapping) tanpa memerlukan dummy, tetapi ke 4 konstrain dan durasi yang
sangat menentukan waktu selesainya proyek.

4.1 Perbedaan PDM dan CPM

Bentuk AOA juga dikenal AON atau kegiatan yang berada di node
(activity on node). Metode preseden diagram (PDM) adalah jaringan kerja yang
termasuk klasifikasi AON. Disini kegiatan dituliskan di dalam node yang
berbentuk segi empat, sedangkan arah hanya sebagai petunjuk hubungan antara
kegiatan-kegiatan yang bersangkutan. demikian dummy yang dalam CPM dan
PERT merupakan tanda yang penting menunjukkan untuk menunjukkan
hubungan ketergantungan, di dalam PDM tidak diperlukan. Dipembahasan ini
disajikan dasar-dasar menyusun PDM beserta konstrain yang dapat terjadi antara
kegiatan-kegiatan, cara menghitung jalur kritis serta contoh per-hitungan, dengan
memasukkan unsur kemungkinan adanya splitting dalam melaksanakan kegiatan.
Pembahasan diakhiri dengan menyajikan konsep time reserved management
yaitu metode yang diperkenalkan oleh D.H. Bush (1991) untuk merencanakan
dan mengendalikan jadwal proyek, khususnya penggunaan cadangan waktu.

Aturan dasar CPM atau AOA mengatakan bahwa sesuatu kegiatan boleh
dimulai setelah pekerjaan terdahulu (predecessor) selesai, maka bentuk proyek
dengan rangkaian kegiatan yang tumpang tindih (overlapping) dan berulang-
ulang akan memerlukan garis dummy, sehingga tidak praktis dan kompleks.
Sebagai contoh, gambar memperlihatkan jaringan kerja AOA memasang pipa,
yang terdiri dari kegiatan-kegiatan menggali tanah, meletakkan pipa dan
menimbun kembali. Misalkan setelah diteliti untuk mempersingkat waktu,
komponen kegiatan proyek dilaksanakan secara tumpang tindih .yaitu pekerjaan
meletakkan pipa dimulai setelah pekerjaan menggali tanah selesai 40% dari
panjang keseluruhan, jadi tidak perlu menunggu selesai 100%. Demikian hal
pekerjaan berikutnya. Untuk maksud tersebut bila dipakai metode CPM, kegiatan
harus dikelompokkan menjadi beberapa bagian, contohnya diatas ditunjukkan
angka-angka bagian 40% dan 60%. Bahwa jaringan kerja yang dihasilkan,pada
gambar 26 menjadi kompleks dan memerlukan banyak dummy. Bila proyek
tersebut disajikan dengan metode PDM, seperti terlihat pada gambar akan
menghasilkan diagram yang relatif sederhana. Oleh karena itu metode ini banyak
dijumpai pada proyek-proyek engineering-konstruksi yang kaya akan pekerjaan
tumpang tindih dan pengulangan, seperti pemasangan pipa, pembangunan gedung
bertingkat, pengaspalan dan Iain-lain.
Gambar 26 Kegiatan – kegiatan dipecah menjadi 40% dan 60% bagian pada
proyek memasang pipa dengan metoda AOA/CPM

Sedangkan kegiatan yang disusun dalam bentuk preseden diagram method


(PDM) ditulis dalam node yang berbentuk kotak segi empat.

Gambar 27 Bentuk jaringan, disajikan dengan metode PDM


Gambar 28 Kegiatan dikerjakan berurutan, penyelesaian proyek total 22 hari

Gambar 29 Kegiatan Tumpang Tindih, pada Bagan Balok Penyelesaian


Proyek Total= 17

Lengkap dengan atribut dan parameter yang bersangkutan, yang semula


disajikan dalam bentuk AOA seperti gambar diatas Sedangkan potensi
penghematan waktu, dijelaskan dengan metode bagan balok berskala waktu . bila
kegiatan dikerjakan tumpang tindih, hasilnya akan mempersingkat waktu.
Misalnya seperti pada gambar yang disajikan dengan bagan balok, terlihat bahwa
penyelesaian proyek total berkurang menjadi 17 hari.

Hal ini disebakan adanya tumpang tindih antara kegiatan Mt dengan Mp dan Mp
dengan Mk, yaitu setelah Mt berjalan selama 4 hari maka kegiatan Mp mulai.
Demikian halnya dengan Mk terhadap Mp, yaitu setelah Mp berjalan 6 hari,
mulailah kegiatan Mk. Jadi mulainya kegiatan yang satu tidak menunggu kegiatan
yang lain selesai 100%.

Bila Gambar disajikan dengan PDM/AON akan terlihat seperti Gambar di bawah
ini. Penyelesaian proyek total = 17 hari

Gambar 30 Rangkaian Kegiatan dalam Bentuk PDM/AON

A. Kegiatan, Peristiwa dan Atribut pada PDM

Kegiatan dan peristiwa pada PDM ditulis dalam node yang berbentuk kotak segi
empat. Definisi kegiatan dan peristiwa sama seperti pada CPM. Hanya perlu
ditekankan di sini bahwa dalam PDM kotak tersebut menandai suatu kegiatan,
dengan demikian harus dicantumkan identitas kegiatan dan kurun waktunya.
Adapun peristiwa merupakan ujung-ujung kegiatan. Setiap node mempunyai dua
peristiwa yaitu peristiwa awal dan akhir. Ruangan dalam node dibagi menjadi
kompartemen-kompartemen kecil yang berisi keterangan spesifik dari kegiatan
dan peristiwa yang bersangkutan dan dinamakan atribut. Pengaturan denah (lay-
out) kompartemen dan macam serta jumlah atribut yang hendak dicantumkan
bervariasi sesuai keperluan dan keinginan pemakai. Beberapa atribut yang sering
dicantumkan di antaranya adalah kurun waktu kegiatan (D), identitas kegiatan
(nomor dan nama), mulai dan selesainya kegiatan (ES, LS, EF, LF dan lain-lain).

Kadang-kadang di dalam kotak node dibuat kolom kecil sebagai tempat


mencantumkan tanda persen (%) penyelesaian pekerjaan. Kolom ini akan
membantu memudahkan mengamati dan memonitor progress pelaksanaan
kegiatan.

Gambar 31 Denah pada node dalam metode preseden diagram method (PDM)

Anak pernah pada PDM hanya sebagai penghubung atau memberikan


keterangan antar kegiatan dan menyatakan kurun waktu kegiatan seperti halnya
pada CPM. Tetapi karena PDM tidak terbatas pada aturan dasar jaringan kerja
CPM (kegiatan boleh mulai setelah kegiatan yang mendahuluinya selesai), maka
hubungan antar kegiatan berkembang menjadi beberapa kemungkinan berupa
Konstrain. konstrain menunjukkan hubungan dengan satu garis dari node dengan
berikutnya. Satu konstrain hanya dapat menghubungkan dua node. Karena setiap
node memiliki dua ujung yaitu ujung awal atau mulai = (S) dan ujung akhir atau
selesai = (F), maka ada 4 macam konstrain yaitu awal ke awal atau star to star
(SS), awal ke akhir/star to finish (SF). Ada garis kontrain dibubuhkan penjelasan
mengenai waktu mendahului (lead) atau terlambat tertunda (lag). Bila kegiatan
(i) mendahului (J) dan satuan waktu adalah hari, maka penjelasan lebih lanjut
adalah sebagai berikut.

4.2 Hubungan Ketergantungan Antara Aktifitas


Hubungan ketergantungan antara aktifitas pada PDM dikenal 4 macam
konstrain antara lain:

1. Finish to Star (FS) yaitu hungan yang menunjukan bahwa mulainya aktifitas
berikutnya tergantung pada selesainya aktifitas sebelumnya.
Konstrain ini memberikan penjelasan hubungan antara mulainya suatu
kegiatan dengan selesainya kegiatan terdahulu. Diteruskan sebagai FS(i-j) = a
yang berarti kegiatan (j) mulai a hari, setelah kegiatan yang mendahulinya ( i)
selesai. Proyek selalu menginginkan besar angka a sama dengan 0 kecuali
bila dijumpai hal-hal tertentu, misalnya : akibat lklim yang tak dapat dicegah;
proses kimia atau fisika seperti waktu pengeringan adukan semen; pengurus
perizinan. Jenis konstrain ini identik dengan kaidah utama jaringan kerja-
CPM atau PERT, yaitu suatu kegiatan dapat mulai bila kegiatan yang
mendahului. (predecessor) telah selesai.

a.
Kegiatan (i) Kegiatan (j)
FS(i-j)=a

Selang waktu menunggu untuk dapat melanjutkan aktifitas berikutnya disebut


lag. Jika FS berarti aktifitas j dapat langsung dimulai setelah aktifitas i
selesai. Dalam diagram balok di perhitungan sebagai berikut :

b.
Kegiatan (i)

FS(i-j)

Kegiatan (j)

(i-j)=0

Jika FS (i-j) = X hari, berarti aktifitas j boleh dimulai setelah X hari


selesainya aktifitas i
c.
Kegiatan (i)

Kegiatan (j)
FS(i-j)
x

Gambar 32a,b,c Finis to Start (FS) pada Aktifitas i dan j

2. Start to Start (SS) yaitu hubungan yang menunjukkan bahwa mulainya


aktifitas sesudahnya tergantung pada mulainya aktifitas sebelumnya. Selang
waktu antara dimulainya kedua aktifitas tersebut memberikan penjelasan
hubungan antara mulainya suatu kegiatan dengan mulainya kegiatan
terdahulu. Atau SS(i-j) = b yang berarti suatu kegiatan (j) mulai setelah b hari
kegiatan terdahulu (i) mulai. Konstrain semacam ini terjadi bila sebelum
kegiatan terdahulu selesai 100%, maka kegiatan (j) boleh mulai. Atau
kegiatan (j) boleh mulai setelah bagian tertentu dari kegiatan (i) selesai. Besar
angka b tidak boleh melebihi angka kurun waktu kegiatan terdahulu, karena
perdefinisi b adalah sebagian dari kurun waktu kegiatan terdahulu. Jadi di sini
terjadi kegiatan tumpang tindih.
Jika SS (i-j) = b hari, artinya aktifitas j boleh dimulai setelah aktifitas I
berlangsung b hari

a.
Kegiatan (i)

Kegiatan (i)
SS(i-j)=b

Jika SS (i-j)=0 artinya kedua aktifitas (i dan j) dimulai bersama-sama atau


aktifitas J dapat dimulai bersamaan dengan aktifitas j.
b.
Kegiatan (i)

SS(i-j)=0

Kegiatan (j)

Gambar 33 a,b Start to Start (SS) pada Aktifitas i dan j

3. Finish to Finish (FF), yaitu hubungan yang menunjukkan bahwa selesainya


aktfitas berikutnya tergantung pada selesainya aktifitas sebelumnya. Selang
waktu antara selesainya kedua aktifitas tersebut disebut lag. disini hubungan
antara selesainya suatu kegiatan dengan selesainya kegiatan terdahulu. Atau
FF(i-j) = c yang berarti suatu kegiatan (j) selesai setelah c hari kegiatan
terdahulu (i) selesai. Konstrain semacam ini mencegah selesainya suatu ke-
giatan mencapai 100%, sebelum kegiatan yang terdahulu telah sekian (= c)
hari selesai. Besar angka c tidak boleh melebihi angka kurun waktu kegiatan
yang bersangkutan (j). Dari Gambar 16-lc sebagai contoh terlihat bahwa
kegiatan (j) boleh mulai sembarang waktu, tetapi pada waktu kegiatan (i)
selesai, harus masih ada porsi kegiatan (j) yang belum selesai. Jadi misalkan
selesainya kegiatan (i) terlambat, maka selesainya kegiatan (j) ikut terlambat.

FF(i-j) = c yang berarti suatu kegiatan (j) selesai setelah c hari kegiatan
terdahulu (i) selesai.

a. FF(i-j)=c
Kegiatan (i)

Kegiatan (j)
FF(i-j) = 0 artinya selesainya kedua aktifitas (i dan j) tersebut secara
bersamaan.

b. Kegiatan (i)

FF(i-j)=0

Kegiatan (j)

Gambar 34a,b Finish to Finish (FF) pada Aktifitas i dan j

4. Start to Finish (SF), yaitu hubungan yang menunjukkan bahwa selesainya


aktifitas beriktunya tergantung pada mulainya aktifitas sebelumnya, disni
dijelaskan hubungan antara selesainya kegiatan dengan mulainya kegiatan
terdahulu. Dituliskan dengan SF(i-j)= d, yang berarti suatu kegiatan (i)
selesai setelah d hari kegiatan (i) terdahulu mulai. Jadi dalam hal ini
sebagian dari porsi kegiatan terdahulu harus selesai sebelum bagian akhir
kegiatan yang dimaksud boleh diselesaikan.

Kegiatan (j)
SF(i-j)=d

Kegiatan (j)

Gambar 35 Start to Finish (SF) pada Aktifitas i dan j

Dari keempat macam hubungan tersebut jika Fij hasilnya negatif maka selang
waktu kedua aktifitas tersebut dinamakan lead atau disebut juga hubungan
dengan negatif lag. Misalnya Finish to Star hubungan dengan negatif lag.
A. Perhitungan dan Analisis Waktu
Pada prinsipnya, prosedur hitungan pada preseden method, sama
seperti activity. On Arrow (AOA). Perbedaannya hanya terletak pada
hubungan logis dan realistis tertentu saja. Dalam PDM hubungan yang
menyatakan sifat dari pelaksanaan aktifitas tersebut. Perbedaan lain, bahwa
PDM tidak menggunakan aktifitas semu (dummy).
Hasil hitungan yang diharapkan adalah :
a. Waktu mulai paling cepat atau Earliest Start (ES)
b. Waktu selesai paling cepat atau Earliest Finish (EF)
c. Waktu mulai paling lambat atau Latest Start (LS)
d. Waktu selesai paling lambat atau Latest Finish (LF)
e. Free float yaitu waktu tenggang atau keterlambatan yang diperbolehkan
untuk suatu aktifitas agar tidak menganggu aktifitas berikutnya.
f. Total float yaitu waktu tenggang total untuk suatu aktifitas agar tidak
menganggu waktu penyelesaian aktifitas secara keseluruhan.
g. Waktu total penyelesaian proyek.

Dari hasil perhitungan diatas dapat dianalisis


a. Aktifitas-aktifitas mana yang kritis
b. Aktifitas-aktifitas mana yang mempunyai kelonggaran yang cukup besar.
Perhitungan dalam PDM juga berdasarkan :
a. Perhitungan ke muka
b. Perhitungan ke belakang

B. Menentukan Urutan Ketergantungan


Jadi dalam menyusun jaringan dengan metode PDM, khususnya
menentukan urutan ketergantungan, mengingat adanya bermacam konstrain
diatas maka banyak faktor yang harus diperhatikan di banding CPM, faktor
ini dapat dikaji misalkan dengan menjawab berbagai pertanyaan seperti :
1. Kegiatan mana boleh dimulai sesudah kegiatan tertentu A selesai. Berapa
lama jarak waktu antara selesainya kegiatan A dengan mulainya kegiatan
berikutnya.
2. Kegiatan mana harus diselesaikan, sebelum kegiatan tertentu B boleh
dimulai, dan berapa lama tenggang waktunya.
3. Kegiatan mana harus mulai sesudah kegiatan tertentu C mulai dan berapa
lama jarak waktunya.

Pertanyaan-pertanyaan di atas merupakan bagian dari serentetan faktor-


faktor yang perlu dianalisis sebelum mulai menyusun jaringan PDM.

C. Menyusun Jaringan PDM


Dalam menyusun PDM, lengkap dengan notasi dalam kotak.
Contoh, kegiatan seperti pada gambar dibawah ini, disajikan dengan metode
PDM, lengkap dengan notasi /atribut dalam kegiatan dan peristiwa pada
PDM, ditulis dalam node yang berbentuk kotak segi empat. Hanya perlu
ditekankan disini bahwa kotak tersebut menandai suatu kegiatan, dengan
demikian harus dicantumkan identitas kegiatan dan kurun waktunya. Adapun
peristiwa merupakan ujung-ujung kegiatan. Setiap node mempunyai dua
peristiwa awal dan akhir dalam kotak dibagi beberapa bagian berisi
keterangan spesifik dari kegiatan dan peristiwa yang bersangkutan
dinamakan atribut. Ini akan dicantumkan seperti, kurun waktu kegiatan (D),
identitas kegiatan (nomor, dan nama), mulai dan selesainya kegiatan (ES,
LS, EF, LF, dan lain-lain), dalam kotak, biasa dibuat tempat mencantumkan
tanda persen (%) penyelesaian pekerjaan. Untuk membantu
memonitor/mengamati proses pelaksanaan kegiatan.

1. Hitungan Maju/Hitungan Mundur


a. Hitungan Maju
Hitungan maju/kemuka ini pada dasarnya adalah untuk
menghitung waktu: tercepat (earliest star) dan waktu selesai tercepat
(earliest finish). i adalah indeks yang mewujudkan aktifitas pendahulu dan
j merupakan indeks yang mewujudkan aktifitas selanjutnya. Untuk
hitungan kemuka berlaku hal-hal berikut
1) Hitung maju/kemuka menghasilkan ES, EF dan kurun waktu
penyelesaian proyek
2) Diambil angka ES terbesar bila lebih satu kegiatan bergabung.
3) Waktu awal dianggap nol

a) Menghitung ES dan EF

Gambar 36 Menghitung ES dan EF dengan metode PDM

Waktu mulai paling awal dari kegiatan yang sedang ditinjau ES(j) adalah
sama dengan angka terbesar dari jumlah angka kegiatan terdahulu ES (i) atau EF
(i) ditambah konstrain yang bersangkutan. Karena terdapat empat Konstrain,
maka bila ditulis dengan rumus menjadi :

ES(j) : Pilih Angka 1) ES (i) + SS (i-j)


Terbesar dari 2) EF (i) + FS (i-j)
3) EF (i) + FF (i-j) - D (j)
4) ES (i) + SF (i-j) - D (j)
Angka waktu selesai paling awal kegiatan yang sedang ditinjau EF (j)
adalah sama dengan angka waktu mulai paling awal kegiatan tersebut ES (j),
ditambah kurun waktu kegiatan yang bersangkutan D (j)

EF(j) = ES (j) + D (j)

2) Menghituung LS dan LF

LS LF
LS LF

Gambar 37 Menghitung LS dan LF dengan metode PDM

b. Hitungan Mundur
Hitungan mundur/kebelakang digunakan untuk menghitung waktu
paling lambat. (latest star) dan waktu selesai paling lambat (latest finish)
dalam hitungan kebelakang berlaku dan ditujukan untuk hal-hal berikut :
1) Menentukan LS, LF, dan kurun waktu float
2) Bila lebih dari satu kegiatan bergabung diambil angka LS terkecil.
3) Ss notasi (i) bagi kegiatan yang sedang di tinjau sedangkan (j)
adalah kegiatan berikutnya.
Hitung LF (i), waktu selesai paling akhir kegiatan (i) yang sedang
ditinjau,yang merupakan angka terkecil dari jumlah kegiatan LS dan LF plus
konstrain yang bersangkutan.
LF(j) : Pilih Angka 1) LF (j) - FF (i-j)
Terkecil dari 2) LS (j) - FS (i-j)
3) LF (j) - SF (i-j) + D (i)
4) LS (j) - SS (i-j) = D (j)

Waktu mulai paling akhir kegiatan yang sedang ditinjau LS (i) adalah
sama dengan waktu selesai paling akhir kegiatan tersebut LF (i) dikurangi
kurun waktu yang bersangkutan. Atau rumus :

LS (i) = LF(i) – D(i)

c. Menentukan Kegiatan Kritis/Ilustrasi Penyelesaian Proyek


Jalur dan kegiatan kritis preseden diagram method (PDM) mempunyai
sifat sama seperti CPM / AOA, yaitu :
1) Waktu mulai paling awal dan akhir harus sama
...........................................ES = LS
2) Waktu selesai paling awal dan akhir harus sama
...........................................EF = LF
3) Kurun waktu kegiatan adalah sama dengan perbedaaan waktu selesai
paling akhir dengan waktu mulai paling awal.
............................................LF – ES = D
4) Bila hanya sebagian dari kegiatan bersifat kritis, maka kegiatan
tersebut. Secara utuh dianggap kritis.

Dalam menyusun jaringan PDM, menentukan jalur kritis dan kurun waktu
penyelesaian proyek.
Ada beberapa langkah-langkahnya :
a. Membuat denah node sesuai jumlah kegiatan. Jadi dalam hal ini akan
terdapat enam node, dengan kurun waktu yang bersangkutan.
b. Menghubungkan node-node tersebut dengan anak panah sesuai
dengan ketergantungan dan korstain.
c. Menyelesaikan diagram PDM dengan melengkapi atribut/ symbol
yang diperlukan.
d. Menghitung ES, EF, dan LF untuk mengindentifikasi kegiatan kritis,
jalur. Kritis float dan waktu penyelesaian proyek.

4.3 Menghitung dan Menyusun Jaringan PDM

Ilustrasi dibawah ini memberikan petunjuk bagaimana mempergunakan


rumus-rumus diatas, guna menyusun jaringan PDM dari suatu informasi
tertentu yang telah diketahui. Misalnya sebagai berikut :Proyek terdiri dari
enam kegiatan A,B,C,D,E dan F dengan nomor urut 1,2,3,4,5, dan 6. Kurun
waktu kegiatan tercantum pada tabel 10 dibawah ini

Tabel 10 Data proyek yang terdiri dari 6 kegiatan susunlah dalam bentuk
jaringan dengan metode PDM

No Nama Kegiatan Kurun waktu Konstrain

1. A 5 -

2. B 6 SS(1-2) = 3

3. C 6 FS1-3) = 2

FF(2-3) = 2

4. D 7 SF(2-4) = 11

5. E 6 FS(2-5) = 1

SF(3-5) = 9

SS(4-5) = 4

6. F 8 SS(5-6) = 5
Data diatas mempunyai beberapa konstrain antara kegiatan-kegiatan yang
bersangkutan. Diminta menyusun jaringan PDM, menentukan jalur kritis dan
kurun waktu penyelesaian proyek.
Untuk menjawab soal di atas, dilakukan langkah-langkah berikut:

1. Membuat denah node sesuai dengan jumlah kegiatan. Jadi dalam hal ini akan
terdapat enam node, dengan kurun waktu yang bersangkuatan.

Soal No 2
Data proyek yang terdiri dari 6 kegiatan susunlah dalam bentuk jaringan
dengan metode PDM

No Nama Kegiatan Kurun waktu Konstrain

1. A 4 -

2. B 6 FS(1-2) = 1

3. C 6 FS (1-3) = 2

FF(2-3) = 2

4. D 7 SF(2-4) = 11

5. E 3 FS(2-5) = 3
SS(4-5) = 5

6. F 8 SS(5-6) = 5
FF(3-6) = 12

a. Gambarkan Jaringannya dalam bentuk PDM


b. Berapa lama (minggu) proyek selesai
3. Menghubungkan node-node tersebut dengan anak panah sesuai dengan
ketergantungan dan konstrain.
2. Menyelesaikan PDM dengan melengkapi atribut dan simbol yang diperlukan.
3. Menghitung ES, EF, LS dan LF untuk mengidentifikasi kegiatan kritis, jalur
kritis, float dan waktu penyelesaian proyek.
Perincian langkah-langkah di atas adalah sebagai berikut:

1. Membuat denah node sesuai jumlah kegiatan seperti diperlihatkan pada


Gambar 38
2. Menentukan urutan kegiatan, konstrain, dan melengkapinya dengan atribut
seperti diperlihatkan pada Gambar 39
Langkah berikutnya menghitung ES, LS, EF, dan LF sebagai berikut dan LF
sebagai berikut:

Denah gambar jaringan PDM

(7)

1 2 5 6

(5) (6) (6) (8)

(6)

Gambar 38 Denah Gambar Jaringan Metode PDM


=6

=9

Gambar 39 Menetukan Kendala Sesuai Data Proyek pada Tabel 10

A. Hitungan Maju
Kegiatan A, dianggap mulai awal = 0
ES(1) = 0
EF(1) = ES(1) + D(A) = 0 + 5=5

Kegiatan B
ES(2) = ES(1) + SS(l-2) = 0 + 3 = 3
EF(2) = ES(2) + D(B) = 3 + 6 = 9

Kegiatan C

ES(3) = Pilih angka terbesar dari EF(2) + FF(2.3) – D (c)

= 9 + 2-6 = 5
EF(1) + FS(1-3) =
5+2 = 7

EF(3) = ES(3)+D(C)=7+6=13

Kegiatan D

ES = ES(2) + SF(2-4) – D(D)

= 3 + 11 - 7 = 7

EF = ES(4) + D(D) = 7 + 7 = 14

Kegiatan E
ES(5) = Pilih angka terbesar ES(4) + SS(4-5)
dari = 7 + 4 = 11
EF(2) + FS(2-5)
= 9 + 1 = 10
ES(3) + SF(3-5) – D(E)
= 7 + 9 – 6 = 10

EF(5) = ES(%) + D(E) = 11 + 6 = 17

Kegiatan F
ES(6) = ES(5) + SS(5-6) = 11 + 5 = 16

EF(6) = ES(6) + D(F) + D(F) = 16 + 8 = 24

B. Hitungan mundur

Dimulai dari kegiatan terakhir F

LF(6) adalah sama dengan EF(6) = 24 (titik akhir proyek)

Kegiatan E

LF(5) = LS(6) – SS(5-6) + D(E)

= 16 – 5 + 6 = 17
LS(5) = LF(5) - D(E) = 17 - 6 = 11

Kegiatan D

LF(4) = LS(5) - SS(4-5) +D(D)

= 11 - 4 + 7 = 14

LS(4) = LF(4) - D(D) = 14 - 7 = 7

Kegiatan C

LF(3) = LF(5) - SF(3-5) + D(C)

= 17 - 9 + 6 = 14

LS(3) = LF(3) - D(C) = 14 - 6 = 8

Kegiatan B

LF(2) = LF(3) - FF(2-3) = 14 - 2 = 12

LF(2) = LS(5) - FS(2-5) = 11 - 1 = 10

LF(2) = LF(4) - SF(2-4) + D(B)

= 14 - 11 + 6 = 9

Dipakai angka terkecil yaitu LF(2) = 9

LS(2) = LF(2) - D(B) = 9 – 6 = 3

Kegiatan A

LF(1) = LS(2) - SS(l-2) + D(A)

=3-3+5 = 5

LF(1) = LS(3) - FS(l-3) = 8-2 = 6

Dipakai angka terkecil yaitu LF(1) = 5


LS(1) = LF(1) - D(A) = 5-5 = 0

Gambar 40 Hasil Perhitungan Jaringan PDM

Akhirnya setelah angka-angka ES, EF, LS, dan LF dimasukkan ke


dalam node yang bersangkutan, maka diperoleh diagram PDM yang lengkap
seperti pada Gambar 38

C. Jalur Kritis dan Float

Kegiatan C bukanlah kegiatan kritis karena LS tidak sama besar dengan ES,
demikian juga LF tidak sama besar dengan EF. Float kegiatan C = LF(3) -
EF(3) = LS – ES = 14-13 = 8-7 = 1. Jalur kritis mengikuti rangkaian
kegiatan dengan konstrain sebagai berikut:

Terlihat bahwa angka 24 hari lebih kecil dari pada angka masing-masing
kegiatan kritis bila dijumlahkan (5 + 6 + 7 + 6 + 8 = 32). Hal ini karena
kegiatan-kegiatan tersebut tumpang tindih.
\

4.3 Penutup
1. Kesimpulan
1) CPM adalah salah satu jaringan kerja dengan kegiatan terletak dalam
node (AON), sedangkan anak panah berfungsi menunjukkan hubungan
antara node yang bersangkutan.
2) Berbeda dengan CPM maupun PERT, maka PDM mengenal adanya
konstrain antara kegiatan yaitu SS, SF, FS, dan FF yang memungkinkan
menggambarkan kegiatan tumpang tindih, lebih sederhana dan tidak
memerlukan dummy
3). Untuk mengindentifikasi jalur kritis dan float, serta mencari kurun
waktu penyelesaian proyek tercepat, digunakan hitungan maju mundur
dengan memasukkan faktor konstrain.
4) Karena dalam PDM, menampung kemungkinan kegiatan boleh dimulai
sebelum kegiatan yang mendahuluinya 100%, maka dapat terjadi waktu
penyelesaian proyek lebih pendek dibandingkan dengan metode CPM
atau PERT, terkecuali bila kegiatan-kegiatan tersebut dipecah-pecah
yang memerlukan banyak dummy.

2. Soal-soal
1) .Sebutkan 4 macam hubungan antar aktifitas atau yang menyatakan sifat
.dari pelaksanaan aktifitas tersebut dalam metode PDM.
2) .Jelaskan apa yang dimaksud dengan metode PDM dalam system
.jaringan kerja
3) .Apa perbedaan antara metode PDM dengan CPM dalam penerapan
.pembuatan jaringan kerja
4) .Jelaskan apa yang dimaksud dengan konstrain pada preseden diagram
.method (PDM)
Hitungan Maju
a. Kegiatan A
Dianggap mulai awal = 0
ES(1) = 0
EF(1) = ES(1) + D(A) = 0+5=5
EF(1) = 5
b. Kegiatan B
ES(2) = ES(1) + SS(1-2) = 0+3=3
EF(2) = ES(2) + D9B) = 3+6=9
EF(2) = 9
D. Kegiatan C
Gambar 4.2 Jaringan PDM dari data table 4.1
E. Kegiatan D
ES(4) = ES(2) + SF(2-4)-D(D)
= 3+11-7 =7

EF(4) = ES(4) + D(D) = 7+7=14


EF(4) = 14
F. Kegiatan E

EF(5) = ES(5) + D(E) = 11+6 = 17


EF(5) = 17
G. Kegiatan F
ES(6) = ES(5) + SS (5-6) = 11+5 = 16
EF(6) = ES(6) + D9F) = 16+8 = 24

B. Hitungan Mundur
 Dimulai dari kegiatan terakhir F
 LF(6) adalah sama dengan EF(6) = 24 (titik akhir proyek)
 Kegiatan E
LF(5) = LS(6) – SS(5-6) + D(E)
= 16-5+6=17
LS(5) = LF(5) – D(E)
= 17-6 = 11
 Kegiatan D
LF(4) = LS(5) – SS(4-5) + D(D0
= 11 – 4 + 7 = 14
LS(4) = LF(4) – D(D) = 14 – 7 = 7
 Kegiatan C
LF(3) = LF(5) – SF (3-5) + D(C)
= 17 – 9 + 6 = 14
LS(3) = LF(3) – D(C)
= 14 – 6 = 8
 Kegiatan B
LF(2) = L(3) – FF(2-3)
= 14 – 2 = 12
LF(2) = L(5) – FS(2 – 5)
= 11 – 1 = 10
LF(2) = LF(4) – SF(2 – 4) + D(B)
= 14 – 11 + 6 = 9
Dipakai angka terkecil yaitu
LF(2) = 9
LS(2) = LF(2) – D(B)
=9–6=3
LS(2) = 3
 Kegiatan A
LF(1) = LS(2) – SS(1 – 2) + D(A)
=3–3+5
LF(1) = 5
LF(1) = LS(3) – FS(1-3)
= 8-2
LF(1) = 6

Dipakai angka terkecil yaitu:


LF(1) = 5
LS = LF(1) – D(A)
=5–5
LS =0
Gambar 4.3 Penyelesaian Proyek dengan Jaringan PDM dengan waktu 24 hari
Akhirnya setelah angka-angka ES, EF, LS dan LF dimasukkan kedalam node
yang bersangkutan. Maka diperoleh harga PDM yang lengkap seperti pada
gambar penyusunan PDM diatas.
Jalur Kritis dan Float
Setelah kita perhatikan jaringan diatas maka kegiatan C bukanlah
kegiatan kritis karena LS tidak sama besar dengan ES, demikian juga LF tidak
sama besar dengan EF. Float kegiatan C =
LF(3) = LS – ES = 14 – 13 = 8 – 7 = 1
Jalur kritis mengikuti rangkaian dengan konstrain sebagai berikut :
Terlihat bahwa angka 24 hari lebih kecil daripada angka masing-masing kegiatan
kritis bila dijumlahkan (5 + 6 + 7 + 6 + 8 = 32). Hal ini karena kegiatan-kegiatan
tersebut tumpang tindih.

1. Total Float
Definisi total float dalam PDM, sama saja pada CPM yaitu waktu
tenggang total atau keterlambatan bagi penyelesaian proyek. Notasi untuk
float adalah TTF, total float untuk suatu aktifitas adalah :

2. Free Float
Free float adalah keterlambatan yang diperkenankan untuk suatu aktifitas
tanpa mengakibatkan keterlambatan untuk memulai aktifitas selanjutnya.
 Untuk aktiftas yang hanya diikuti oleh satu aktifitas.
Contoh

 Hubungan aktifitas 1 dengan 2


FRF 1 = ES2 – EF1 – FS12 = 20 – 18 – 0 = 2
 Hubungan aktifitas 1 dengan 3
FRF 1 = ES3 – EF1 – FS13 = 18 – 18 – 0 = 0
 Harga free Float yang diambil adalah
FRF1 = min (FRF1) = 0

Anda mungkin juga menyukai