Anda di halaman 1dari 12

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Mesin Abrasi Los Angeles

Mesin Los Angeles merupakan salah satu mesin untuk menguji keausan / abrasi agregat
kasar, fungsinya adalah kemampuan agregat untuk menahan gesekan, dihitung berdasarkan
kehancuran agregat tersebut yaitu dengan cara mengayak agregat dalam ayakan no 12.
Sebelum melakukan pengujian keausan / abrasi harus melakukan analisa ayak terlebih dahulu
untuk mengetahui gradasi agregat yang paling banyak apakah masuk pada tipe A, B, C, C,
atau D dan dapat menentukan banyaknya bola baja yang akan digunakandapat
dilihat pada Grading Of Test Sample

Daya Tahan Agregat adalah ketahanan agregat untuk tidak hancur/pecah oleh
pengaruh mekanis ataupun kimia. Degradasi didefinisikan sebagai kehancuran agregat
menjadi partikel-partikel yang lebih kecil akibat pengaruh mekanis yang diberikan pada
waktu penimbunan pemadatan ataupun oleh beban lalu lintas. Tujuannya yaitu
mengetahui,menentukan dan memahami keausan agregat.kami menggunakan acuan / referensi SNI
2417:2008 “cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi los angeles”.

Disintegrasi didefinisikan sebagai pelapukan pada agregat menjadi butir-butir halus akibat
pengaruh kimiawi seperti kelembapan, kepanasan ataupun perbedaan temperatur sehari-hari.
Dengan mesin Los Angeles, hal yang dapat diuji adalah karena pengaruh Mekanis atau
degradasi saja. Sedangkan disintegrasi dengan metode uji yang lain.

Faktor yang mempengaruhi tingkat degradasi adalah:

1. Jenis anggregat
2. Gradasi aggregate
3. Bentuk aggregate
4. Ukuran partikel
Berat benda uji semula− Berat benda tertahan saringan
Keausan Agregat =
no.12

Berat benda uji semulax 100%

Nilai Keausan Agregat dikatakan baik apabila nilai abrasi/keausan kurang dari
40%, jika nilai abrasi lebih dari 40% maka keausan agregat jelek/tidak baik.
2.2 Berat Jenis

Berat jenis maksimum campuran beraspal adalah perbandingan berat isi benda uji
campuran beraspal dalam keadaan rongga udara sama dengan nol pada temperatur 25oC
terhadap berat isi air pada volume dan temperatur yang sama. Padahal dalam kenyataannya
rongga udara akan selalu ada walaupun dalam campuran beraspal yang paling padat
sekalipun. Besarnya nilai berat jenis maksimum campuran didapat secara langsung
berdasarkan standar AASHTO T-209-1990 dan juga dapat dicari secara teoritis berdasarkan
Metode Marshall.

2.2.1 Berat Jenis (Spesific Grafity)


Berat jenis (spesific gravity) adalah perbandingan berat dari suatu volume bahan pada
suatu temperatur terhadap berat air dengan volume yang sama pada temperatur tersebut.
Besarnya berat jenis agregat penting dalam perencanaan campuran agregat dengan aspal
karena umumnya direncanakan berdasarkan perbandingan berat dan juga untuk
menentukan banyaknya pori. Agregat dengan berat jenis yang kecil mempunyai volume
yang besar sehingga dengan berat yang sama membutuhkan jumlah aspal yang lebih
banyak. Disamping itu agregat dengan dengan pori besar membutuhkan jumlah aspal
yang banyak.

2.2.2 Berat Jenis Kering Oven ( Bulk Specific Gravity)


Berat jenis kering oven (Bulk specific gravity), adalah berat jenis dengan
memperhitungkan berat agregat kering dan seluruh volume agregat. perhitungan berat
jenis kering oven (Sd), pada temperature air 23oC dengan rumus berikut ini:

(Sd) = (1)

Dimana,

Sd = Berat jenis kering oven

A = Berat benda uji kering oven (gram)

B = Berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan (gram)

C = Berat benda uji dalam air (gram)


2.2.3 Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh (Saturated Surface Dry)
Berat jenis kering permukaan jenuh (Saturated Surface Dry) adalah berat jenis
dengan memperhitungkan berat agregat dalam keadaan kering permukaan dan seluruh
volume agregat. Perhitungan berat jenis kering permukaan (Ss), pada temperatur air
23oC dengan rumus berikut ini:

(Ss) = (2)

Dimana,

Ss = Berat jenis kering permukaan jenuh

B = Berat benda uji jenuh kering permukaan (gram)


C = Berat benda uji dalam air (gram)

2.2.4 Berat Jenis Semu (Apparent Specific Gravity)


Berat Jenis Semu (Apparent Specific Gravity) adalah berat jenis dengan
memperhitungkan berat agregat dalam keadaan kering dan seluruh volume agregat
yang tidak dapat diresapi oleh air. Perhitungan berat jenis semu (Sa) pada temperature
23oC dengan rumus berikut:

(Sa) = (3)

Dimana,

Sa = Berat jenis semu

A = Berat benda uji kering oven (gram)

C = Berat benda uji dalam Air (gram)

2.2.5 Penyerapan Air


Penyerapan merupakan persentase berat air yang dapat diserap pori terhadap berat
agregat kering. Persen-tase penyerapan air (Sw) dengan rumus berikut:

(Sw) = (4)

Dimana,
Sw = Penyerapan air
A = Berat benda uji kering oven (gram)

B = berat benda uji kondisi jenuh permukaan (gram)


2.3 Analisa Saringan

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan gradasi / pembagian butir agregat


kasar dan agregat halus dengan menggunakan saringan. Gradasi agregat adalah distribusi
ukuran butiran dari agregat. Bila butir-butir agregat mempunyai ukuran yang sama (seragam),
maka volume pori akan besar. Sebaliknya bila ukuran butir-butirnya bervariasi akan terjadi
volume pori yang kecil. Hal ini karena butiran yang kecil, akan mengisi pori diantara butiran
yang lebih besar, sehingga pori-porinya menjadi sedikit, dengan kata lain kemampatannya
tinggi.
Analisa saringan adalah suatu kegiatan analisis yang digunakan untuk menentukan
persentase butiran agregat yang lolos dalam satu set saringan yang angka persentase
kumulatif digambarkan pada grafik bagian butir. Ukuran butir yang maksimum dari agregat
yang ditunjukkan dengan saringan terkecil dimana agregat tersebut bisa lolos 100%. Ukuran
nominal maksimum agregat adalah ukuran saringan yang terbesar dimana diatas saringan
tersebut terdapat sebagian besar agregat yang tertahan. Ukuran butiran maksimum dan
gradasi agregat dikontrol oleh spesifikasi. Susunan dari butiran agregat sangat berpengaruh
dalam perencanaan suatu perkerasan. Saringan yang biasa digunakan adalah saringan
menurut standard ASTM Amerika. Setiap standard mempunyai ukuran berbeda satu sama
lainnya. Meskipun demikian biasanya dapat diambil ukuran – ukuran lubang yang berdekatan
atau ekivalennya. Saringan utama terdiri dari saringan ukuran 4”, 3”, 2”, 1”, ¾”, ½”, 3/8”,
No.4, No.8, No.16, No.30, No.50, No.100, No.200.
Tabel 2.1 Tabel jobspek agregat dalam campuran aspal

AC-BC merupakan lapis perkerasan yang berfungsi sebagai lapis antara, yaitu diantara
AC-WC (Asphalt Concrete-Wearing Course) sebagai lapis aus dan AC-base yang berfungsi
sebgai lapis pondasi bawah. Salah satu prodak campuran aspal yang kini banyak digunakan
oleh Departemen Permukiman dan Prasarana wilayah adalah AC-WC/ lapis aus aspal beton.
AC-WC adalah salah satu dari tiga macam campuran lapis aspal beton yaitu AC-BC, ACWC
dan AC-Base. Ketiga jenis laston tersebut merupakan konsep spesifikasi campuran beraspal
yang telah disempurnakan oleh Bina Marga bersama-sama dengan Pemerintah

Pusat Litbang Jalan.

Tabel 2.2. Ketentuan Sifat-sifat Campuran

Sumber : Kementrian Pekerjaan Umum Bina


Marga, Spesifikasi Umum 2010

Gradasi agregat gabungan untuk campuran aspal, ditunjukan dalam persen terhadap berat
agregat dan bahan pengisi, harus memenuhi batas-batas yang di berikan dalam Tabel 2.

Tabel 2.3 Gradasi Agregat Gabungan Untuk Campuran Aspal


Sumber : Kementrian Pekerjaan Umum Bina
Marga, Spesifikasi Umum 2010

Ekstraksi

Ekstraksi adalah pemisahan campuran dua atau lebih bahan dengan cara menambahkan
pelarut yang dapat melarutkan salah satu yang ada dalam campuran tersebut.

Salah satu metode yang dkembangkan untuk menguji kandungan kadar aspal dalam
campuran (Mix Design) adalah dengan menggunakan metode ekstrasi menurut prosedur
pemeriksaan AASHTO (T–164–80).

Pengujian ekstrasi menunjukkan bahwa gradasi agregat berubah menjadi lebih halus dari
agregat semula perubahan gradasi agregat diakibatkan oleh kehancuran, beberapa partikel
agregat menaikan volume rongga udara dalam campuran yang menghasilkan penurunan
kepadatan serta VIM dan VMA.

Proses ekstraksi merupakan proses pemisahan campuran dua atau lebih bahan dengan
cara menambahahkan pelarut yang bisa melarutkan salah satu bahan yang ada dalam
campuran tersebut dapat dipisahkan. Pelarut yang bisa digunakan dalam proses ekstraksi
antara lain spiritus, pertamax, bensin, minyak tanah.

Tujuan dilakukan proses ekstraksi yaitu untuk mengetahui kadar aspal yang terdapat
dalam campuran aspal yang dibuat (mix design) yang menggunakan alat centrifuge Extraktor
dengan bensin sebagai pelarutnya.

H = Kadar aspal sampel (%)

A = Berat sampel sebelum ekstraksi (gram)

D = Berat masa dari kertas filter (gram)


E = Berat sampel setelah ekstraksi (gram)
2.4 Marshall

2.4.1 Parameter Marshall


Alat Marshall merupakan alat tekan yang di lengkapi dengan proving ring
yang berkapasitas 22,5 KN atau 5000 lbs. Proving ring dilengkapi dengan arloji
pengukur yang berguna untuk mengukur stabilitas campuran. Disamping itu
terdapat arloji kelelehan (flow meter) untuk mengukur kelelehan plastis, karena
prinsip dasar metode Marshall adalah pemeriksaan stabilitas dan kelelehan (flow),
serta analisis kepadatan dan pori dari campuran padat yang terbentuk.

Rancangan campuran berdasarkan metode Marshall ditemukan oleh Bruce


Marshall, dan telah distandarisasi oleh ASTM ataupun AASHTO
melaluibeberapa modifikasi, yaitu ASTM D 1559-76, atau AASHTO T-245-90.

Secara garis besar, pengujian Marshall ini meliputi :

1. Persiapan benda uji.


2. Penentuan berat jenis bulk dari benda uji.
3. Pemeriksaan nilai stabilitas dan flow.
2.4.2 Perhitungan Dalam Marshall

Adapun dasar perhitungan yang menjadi acuan dalam penganalisisan data


yaitu mengacu pada SNI 06-2489-1991 dan The Asphalt Institute sebagai berikut

1. Berat Jenis Aspal

Pemeriksaan berat jenis aspal di laboratorium (Specific Gravity Test)


adalah perbandingan antara berat aspal dan berat air suling dengan isi yang
sama pada suhu tertentu (25˚C atau 15,6˚C). pengujian ini diperlukan pada
saat pelaksanaan untuk konversi dari berat ke volume atau sebaliknya.

Keterangan :

A : massa piknometer dan penutup


B : massa piknometer dan penutup berisi air
C : massa piknometer, penutup dan benda uji
D : massa piknometer, penutup, benda uji dan air
2. Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat

Agregat total terdiri atas fraksi-fraksi agregat kasar, agregat halus, dan
bahan pengisi (filler) yang masing-masing mempunyai berat jenis yang
berbeda, baik berat jenis kering dan berat jenis semu. Penyerapan terhadap
air dan berat jenis efektifnya juga berbeda antara agregat kasar dan agregat
halus.

a. Agregat Kasar
Keterangan :

Sd : Berat Jenis Kering

Sa : Berat Jenis Semu

Sw : Penyerapan Air

A : berat benda uji kering oven


B : berat benda uji jenuh kering permukaan
C : berat benda uji dalam air
b. Agregat Halus
Keterangan :

Sd : Berat Jenis Kering

Sa : Berat Jenis Semu

Sw : Penyerapan Air

Bk : Berat pasir kering

B : Berat piknometer + air

Bt : Berat piknometer + pasir + air

SSD : Berat pasir kering permukaan

3. Rongga dalam Agregat (VMA)

Rongga antar mineral agregat (VMA) adalah ruang rongga diantara


partikel agregat pada suatu perkerasan, termasuk rongga udara dan volume
aspal efektif (tidak termasuk volume aspal yang diserap agregat). VMA dapat
dihitung dengan rumus berikut :

Keterangan :
VMA : Rongga udara pada mineral agregat (%)
%Aspal : Kadar aspal terhadap campuran (%)
B.J. Agregat: Berat jenis efektif

4. Rongga dalam Campuran (VIM)

Rongga udara dalam campuran (VIM) dalam campuran perkerasan


beraspal terdiri atas ruang udara diantara partikel agregat yang terselimuti
aspal. Volume rongga udara dalam campuran dapat ditentukan dengan rumus
berikut:

Keterangan :
VIM : Rongga udara pada campuran seteah pemadatan (%)
B.J Teoritis : Berat jenis campuran maksimum teoritis setelah pemadatan
(gr/cc)

5. Rongga terisi Aspal (VFWA)

Rongga terisi aspal atau Volume of voids Filled with Asphalt (VFWA)
adalah persen rongga yang terdapat diantara partikel agregat (VMA) yang terisi
oleh aspal, tidak termasuk aspal yang diserap oleh agregat. Rumus adalah
sebagai berikut:

Keterangan :
VFWA : Rongga udara terisi aspal (%)
VMA : Rongga udara pada mineral agregat (%)
VIM : Rongga udara pada campuran seteah pemadatan (%)

6. Stabilitas

Stabilitas adalah kemampuan lapis keras dalam menahan beban lalu lintas
tanpa terjadi perubahan bentuk yang permanen, dinyatakan dalam kg.
Pengukuran stabilitas dengan uji Marshall diperlukan untuk mengetahui
kekuatan tekan geser dari sampel yang ditahan dua sisi kepala penekan, dengan
nilai stabilitas yang cukup tinggi diharapkan perkerasan dapat menahan beban
lalu lintas tanpa terjadi kehancuran geser.

Nilai stabilitas diperoleh berdasarkan nilai masing masing yang


ditunjukkan oleh jarum arloji. Untuk nilai stabilitas, nilai yang ditunjukkan
pada arloji perlu dikonversi terhadap alat Marshall. Hasil pembacaan di arloji
stabiilitas harus dikalikan dengan nilai kalibrasi proving ring yang digunakan
pada alat Marshall. Pada penelitian ini, alat Marshall yang digunakan
mempunyai nilai kalibrasi proving ring sebesar 15,9. Selanjutnya, nilai tersebut
juga harus disesuaikan dengan angka koreksi terhadap ketebalan benda uji.

Tabel 2.4 Angka koreksi tebal benda uji

Tebal (mm) Angka Koreksi

65 0,935

66 0,90

67 0,885

68 0,865

69 0,855

70 0,845

71 0,835

72 0,825

Sumber: Asphalt Institute MS-2, 1988

7. Kelelehan (Flow)

Nilai flow ditunjukkan oleh jarum arloji pembacaan flow pada alat
Marshall. Untuk arloji pembacaan flow, nilai yang didapat sudah dalam
satuanmm, sehingga tidak perlu dikonversi lebih lanjut.

8. Marshall Quotient
Marshall Quotient dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut:

dengan,
MQ = Marshall Quotient (kg/mm)
MS = Marshall Stability (kg)
MF = Flow Marshall (mm)

Anda mungkin juga menyukai