Anda di halaman 1dari 42

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Membangun Jalan adalah salah satu fungsi dari ilmu teknik sipil untuk
menunjang infrastruktur khususnya di Indonesia. Mendesain jalan raya yang sesuai
rencana dengan berbagai konsep dan teori merupakan tujuan untuk menciptakan jalan
raya yang aman dan murah.
Setiap jalan raya yang didesain memiliki perbedaan berdasarkan dengan kondisi
lapangan yang ada. Dari kondisi yang berbeda tersebut membuat jenis perkerasan yang
direncanakan pasti memiliki perhitungan bahan, tebal lapisan, dan pekerjaan harus
sesuai dan tidak ada kesalahan. Perhitunan perkerasan memperhatikan juga
penyelidikan terhadap material yang akan dipakai sebagai bahan lapisan perkerasan
jalan raya yang memang sudah sesuai dengan spesifikasi yang direncankan. Dari
penyelidikan tersebut dapat diperoleh hasil yang nantinya diteruskan layak tidaknya
material digunakan untuk kontruksi perkerasan jalan.
Dengan demikian praktikum yang dilakukan membuat mahasiswa memiliki
pengetahuan dan kecakapan untuk mendesain jenis perkerasan jalan, dan mengetahui
hal hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain perkerasan jalan.

1.2 Rumusan Permasalahan


Dengan praktikum Teknologi perkerasan jalan raya yang dilakukan memiliki
rumusan bagaimana mendesain campuran perkerasan dengan jenis spesifikasi yang
telah ditentukan.

1.3 Tujuan
Praktikum Teknologi perkerasan jalan raya bertujuan membuat desain
perkerasan jalan dari mencari kesesuaian material dengan spesifikasi yang ditentukan
hingga membuat campuran dari perkerasan tersebut.

1
1.4 Manfaat
1.4.1. Menambah ilmu mahasiswa dalam merencanakan perkerasan jalan
1.4.2. Mengetahui kesesuaian dalam membuat campuran perkerasan jalan yang benar.
1.4.3. Dapat meneliti material yang digunakan dalam mendesain campuran perkerasan
jalan.

1.5 Metodologi
Metodologi yang dilaksanakan dalam praktikum teknik perkerasan jalan ini
adalah sebagai berikut :
1.5.1 Pendahuluan.
Meliputi latar belakang, permasalahan, tujuan ruang lingkup pembahasan dan
metodologi dari praktikum perkerasan jalan.
1.5.2 Landasan Teori
Teori dalam praktikum teknologi perkerasan jalan raya yang digunakan dalam
praktikum.
1.5.3 Pemeriksaan Agregat
Meliputi analisa agregat untuk memperoleh berat jenis aggregat, analisa ayakan,
test keausan aggregat dengan mesin Los Angeles.
1.5.4 Pembahasan
Pembahasan praktikum berdasarkan data yang diperoleh dari pemeriksaan
agregat.

1.5.5 Kesimpulan Praktikum

2
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Mesin Abrasi Los Angeles
Mesin Los Angeles merupakan salah satu mesin untuk menguji keausan / abrasi agregat
kasar, fungsinya adalah kemampuan agregat untuk menahan gesekan, dihitung berdasarkan
kehancuran agregat tersebut yaitu dengan cara mengayak agregat dalam ayakan no 12.
Sebelum melakukan pengujian keausan / abrasi harus melakukan analisa ayak terlebih dahulu
untuk mengetahui gradasi agregat yang paling banyak apakah masuk pada tipe A, B, C, C,
atau D dan dapat menentukan banyaknya bola baja yang akan digunakandapat
dilihat pada Grading Of Test Sample
Daya Tahan Agregat adalah ketahanan agregat untuk tidak hancur/pecah oleh
pengaruh mekanis ataupun kimia. Degradasi didefinisikan sebagai kehancuran agregat
menjadi partikel-partikel yang lebih kecil akibat pengaruh mekanis yang diberikan pada
waktu penimbunan pemadatan ataupun oleh beban lalu lintas. Tujuannya yaitu
mengetahui,menentukan dan memahami keausan agregat.kami menggunakan acuan / referensi SNI
2417:2008 “cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi los angeles”.
Disintegrasi didefinisikan sebagai pelapukan pada agregat menjadi butir-butir halus akibat
pengaruh kimiawi seperti kelembapan, kepanasan ataupun perbedaan temperatur sehari-hari.
Dengan mesin Los Angeles, hal yang dapat diuji adalah karena pengaruh Mekanis atau
degradasi saja. Sedangkan disintegrasi dengan metode uji yang lain.
Faktor yang mempengaruhi tingkat degradasi adalah:
1. Jenis anggregat
2. Gradasi aggregate
3. Bentuk aggregate
4. Ukuran partikel
Berat benda uji semula− Berat benda tertahan saringan
Keausan Agregat =
no.12
Berat benda uji semulax 100%
Nilai Keausan Agregat dikatakan baik apabila nilai abrasi/keausan kurang dari
40%, jika nilai abrasi lebih dari 40% maka keausan agregat jelek/tidak baik.

3
2.2 Berat Jenis
Berat jenis maksimum campuran beraspal adalah perbandingan berat isi benda uji
campuran beraspal dalam keadaan rongga udara sama dengan nol pada temperatur 25oC
terhadap berat isi air pada volume dan temperatur yang sama. Padahal dalam kenyataannya
rongga udara akan selalu ada walaupun dalam campuran beraspal yang paling padat
sekalipun. Besarnya nilai berat jenis maksimum campuran didapat secara langsung
berdasarkan standar AASHTO T-209-1990 dan juga dapat dicari secara teoritis berdasarkan
Metode Marshall.

2.2.1 Berat Jenis (Spesific Grafity)


Berat jenis (spesific gravity) adalah perbandingan berat dari suatu volume bahan pada
suatu temperatur terhadap berat air dengan volume yang sama pada temperatur tersebut.
Besarnya berat jenis agregat penting dalam perencanaan campuran agregat dengan aspal
karena umumnya direncanakan berdasarkan perbandingan berat dan juga untuk
menentukan banyaknya pori. Agregat dengan berat jenis yang kecil mempunyai volume
yang besar sehingga dengan berat yang sama membutuhkan jumlah aspal yang lebih
banyak. Disamping itu agregat dengan dengan pori besar membutuhkan jumlah aspal
yang banyak.

2.2.2 Berat Jenis Kering Oven ( Bulk Specific Gravity)


Berat jenis kering oven (Bulk specific gravity), adalah berat jenis dengan
memperhitungkan berat agregat kering dan seluruh volume agregat. perhitungan berat
jenis kering oven (Sd), pada temperature air 23oC dengan rumus berikut ini:

(Sd) = (1)
Dimana,
Sd = Berat jenis kering oven
A = Berat benda uji kering oven (gram)

B = Berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan (gram)

C = Berat benda uji dalam air (gram)

2.2.3 Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh (Saturated Surface Dry)


Berat jenis kering permukaan jenuh (Saturated Surface Dry) adalah berat jenis
dengan memperhitungkan berat agregat dalam keadaan kering permukaan dan seluruh

4
volume agregat. Perhitungan berat jenis kering permukaan (Ss), pada temperatur air
23oC dengan rumus berikut ini:

(Ss) = (2)
Dimana,
Ss = Berat jenis kering permukaan jenuh
B = Berat benda uji jenuh kering permukaan (gram)
C = Berat benda uji dalam air (gram)

2.2.4 Berat Jenis Semu (Apparent Specific Gravity)


Berat Jenis Semu (Apparent Specific Gravity) adalah berat jenis dengan
memperhitungkan berat agregat dalam keadaan kering dan seluruh volume agregat
yang tidak dapat diresapi oleh air. Perhitungan berat jenis semu (Sa) pada temperature
23oC dengan rumus berikut:

(Sa) = (3)
Dimana,
Sa = Berat jenis semu
A = Berat benda uji kering oven (gram)
C = Berat benda uji dalam Air (gram)

2.2.5 Penyerapan Air


Penyerapan merupakan persentase berat air yang dapat diserap pori terhadap berat
agregat kering. Persen-tase penyerapan air (Sw) dengan rumus berikut:

(Sw) = (4)

Dimana,
Sw = Penyerapan air
A = Berat benda uji kering oven (gram)
B = berat benda uji kondisi jenuh permukaan (gram)
2.3 Analisa Saringan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan gradasi / pembagian butir agregat
kasar dan agregat halus dengan menggunakan saringan. Gradasi agregat adalah distribusi
ukuran butiran dari agregat. Bila butir-butir agregat mempunyai ukuran yang sama (seragam),

5
maka volume pori akan besar. Sebaliknya bila ukuran butir-butirnya bervariasi akan terjadi
volume pori yang kecil. Hal ini karena butiran yang kecil, akan mengisi pori diantara butiran
yang lebih besar, sehingga pori-porinya menjadi sedikit, dengan kata lain kemampatannya
tinggi.
Analisa saringan adalah suatu kegiatan analisis yang digunakan untuk menentukan
persentase butiran agregat yang lolos dalam satu set saringan yang angka persentase
kumulatif digambarkan pada grafik bagian butir. Ukuran butir yang maksimum dari agregat
yang ditunjukkan dengan saringan terkecil dimana agregat tersebut bisa lolos 100%. Ukuran
nominal maksimum agregat adalah ukuran saringan yang terbesar dimana diatas saringan
tersebut terdapat sebagian besar agregat yang tertahan. Ukuran butiran maksimum dan
gradasi agregat dikontrol oleh spesifikasi. Susunan dari butiran agregat sangat berpengaruh
dalam perencanaan suatu perkerasan. Saringan yang biasa digunakan adalah saringan
menurut standard ASTM Amerika. Setiap standard mempunyai ukuran berbeda satu sama
lainnya. Meskipun demikian biasanya dapat diambil ukuran – ukuran lubang yang berdekatan
atau ekivalennya. Saringan utama terdiri dari saringan ukuran 4”, 3”, 2”, 1”, ¾”, ½”, 3/8”,
No.4, No.8, No.16, No.30, No.50, No.100, No.200.

Tabel 2.1 Tabel jobspek agregat dalam campuran aspal


AC-BC merupakan lapis perkerasan yang berfungsi sebagai lapis antara, yaitu diantara
AC-WC (Asphalt Concrete-Wearing Course) sebagai lapis aus dan AC-base yang berfungsi
sebgai lapis pondasi bawah. Salah satu prodak campuran aspal yang kini banyak digunakan
oleh Departemen Permukiman dan Prasarana wilayah adalah AC-WC/ lapis aus aspal beton.
AC-WC adalah salah satu dari tiga macam campuran lapis aspal beton yaitu AC-BC, ACWC

6
dan AC-Base. Ketiga jenis laston tersebut merupakan konsep spesifikasi campuran beraspal
yang telah disempurnakan oleh Bina Marga bersama-sama dengan Pemerintah
Pusat Litbang Jalan.
Tabel 2.2. Ketentuan Sifat-sifat Campuran

Sumber : Kementrian Pekerjaan Umum Bina


Marga, Spesifikasi Umum 2010

Gradasi agregat gabungan untuk campuran aspal, ditunjukan dalam persen terhadap berat
agregat dan bahan pengisi, harus memenuhi batas-batas yang di berikan dalam Tabel 2.
Tabel 2.3 Gradasi Agregat Gabungan Untuk Campuran Aspal

Sumber : Kementrian Pekerjaan Umum Bina


Marga, Spesifikasi Umum 2010

Ekstraksi

Ekstraksi adalah pemisahan campuran dua atau lebih bahan dengan cara menambahkan
pelarut yang dapat melarutkan salah satu yang ada dalam campuran tersebut.

7
Salah satu metode yang dkembangkan untuk menguji kandungan kadar aspal dalam
campuran (Mix Design) adalah dengan menggunakan metode ekstrasi menurut prosedur
pemeriksaan AASHTO (T–164–80).
Pengujian ekstrasi menunjukkan bahwa gradasi agregat berubah menjadi lebih halus dari
agregat semula perubahan gradasi agregat diakibatkan oleh kehancuran, beberapa partikel
agregat menaikan volume rongga udara dalam campuran yang menghasilkan penurunan
kepadatan serta VIM dan VMA.
Proses ekstraksi merupakan proses pemisahan campuran dua atau lebih bahan dengan
cara menambahahkan pelarut yang bisa melarutkan salah satu bahan yang ada dalam
campuran tersebut dapat dipisahkan. Pelarut yang bisa digunakan dalam proses ekstraksi
antara lain spiritus, pertamax, bensin, minyak tanah.
Tujuan dilakukan proses ekstraksi yaitu untuk mengetahui kadar aspal yang terdapat
dalam campuran aspal yang dibuat (mix design) yang menggunakan alat centrifuge Extraktor
dengan bensin sebagai pelarutnya.

H = Kadar aspal sampel (%)


A = Berat sampel sebelum ekstraksi (gram)
D = Berat masa dari kertas filter (gram)
E = Berat sampel setelah ekstraksi (gram)
2.4 Marshall
2.4.1 Parameter Marshall
Alat Marshall merupakan alat tekan yang di lengkapi dengan proving ring
yang berkapasitas 22,5 KN atau 5000 lbs. Proving ring dilengkapi dengan arloji
pengukur yang berguna untuk mengukur stabilitas campuran. Disamping itu
terdapat arloji kelelehan (flow meter) untuk mengukur kelelehan plastis, karena
prinsip dasar metode Marshall adalah pemeriksaan stabilitas dan kelelehan (flow),
serta analisis kepadatan dan pori dari campuran padat yang terbentuk.
Rancangan campuran berdasarkan metode Marshall ditemukan oleh Bruce
Marshall, dan telah distandarisasi oleh ASTM ataupun AASHTO melaluibeberapa
modifikasi, yaitu ASTM D 1559-76, atau AASHTO T-245-90.
Secara garis besar, pengujian Marshall ini meliputi :

8
1. Persiapan benda uji.
2. Penentuan berat jenis bulk dari benda uji.
3. Pemeriksaan nilai stabilitas dan flow.
2.4.2 Perhitungan Dalam Marshall
Adapun dasar perhitungan yang menjadi acuan dalam penganalisisan data
yaitu mengacu pada SNI 06-2489-1991 dan The Asphalt Institute sebagai berikut
1. Berat Jenis Aspal
Pemeriksaan berat jenis aspal di laboratorium (Specific Gravity Test)
adalah perbandingan antara berat aspal dan berat air suling dengan isi yang
sama pada suhu tertentu (25˚C atau 15,6˚C). pengujian ini diperlukan pada
saat pelaksanaan untuk konversi dari berat ke volume atau sebaliknya.

Keterangan :
A : massa piknometer dan penutup
B : massa piknometer dan penutup berisi air
C : massa piknometer, penutup dan benda uji
D : massa piknometer, penutup, benda uji dan air

2. Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat


Agregat total terdiri atas fraksi-fraksi agregat kasar, agregat halus, dan
bahan pengisi (filler) yang masing-masing mempunyai berat jenis yang
berbeda, baik berat jenis kering dan berat jenis semu. Penyerapan terhadap
air dan berat jenis efektifnya juga berbeda antara agregat kasar dan agregat
halus.
a. Agregat Kasar

9
Keterangan :
Sd : Berat Jenis Kering
Sa : Berat Jenis Semu
Sw : Penyerapan Air
A : berat benda uji kering oven
B : berat benda uji jenuh kering permukaan
C : berat benda uji dalam air
b. Agregat Halus

Keterangan :
Sd : Berat Jenis Kering
Sa : Berat Jenis Semu
Sw : Penyerapan Air
Bk : Berat pasir kering
B : Berat piknometer + air
Bt : Berat piknometer + pasir + air
SSD : Berat pasir kering permukaan
3. Rongga dalam Agregat (VMA)
Rongga antar mineral agregat (VMA) adalah ruang rongga diantara
partikel agregat pada suatu perkerasan, termasuk rongga udara dan volume
aspal efektif (tidak termasuk volume aspal yang diserap agregat). VMA dapat
dihitung dengan rumus berikut :

10
Keterangan :
VMA : Rongga udara pada mineral agregat (%)
%Aspal : Kadar aspal terhadap campuran (%)
B.J. Agregat: Berat jenis efektif

4. Rongga dalam Campuran (VIM)


Rongga udara dalam campuran (VIM) dalam campuran perkerasan
beraspal terdiri atas ruang udara diantara partikel agregat yang terselimuti
aspal. Volume rongga udara dalam campuran dapat ditentukan dengan rumus
berikut:

Keterangan :
VIM : Rongga udara pada campuran seteah pemadatan (%)
B.J Teoritis : Berat jenis campuran maksimum teoritis setelah pemadatan
(gr/cc)
5. Rongga terisi Aspal (VFWA)
Rongga terisi aspal atau Volume of voids Filled with Asphalt (VFWA)
adalah persen rongga yang terdapat diantara partikel agregat (VMA) yang terisi
oleh aspal, tidak termasuk aspal yang diserap oleh agregat. Rumus adalah
sebagai berikut:

Keterangan :
VFWA : Rongga udara terisi aspal (%)
VMA : Rongga udara pada mineral agregat (%)
VIM : Rongga udara pada campuran seteah pemadatan (%)
6. Stabilitas
Stabilitas adalah kemampuan lapis keras dalam menahan beban lalu lintas
tanpa terjadi perubahan bentuk yang permanen, dinyatakan dalam kg.

11
Pengukuran stabilitas dengan uji Marshall diperlukan untuk mengetahui
kekuatan tekan geser dari sampel yang ditahan dua sisi kepala penekan, dengan
nilai stabilitas yang cukup tinggi diharapkan perkerasan dapat menahan beban
lalu lintas tanpa terjadi kehancuran geser.
Nilai stabilitas diperoleh berdasarkan nilai masing masing yang
ditunjukkan oleh jarum arloji. Untuk nilai stabilitas, nilai yang ditunjukkan
pada arloji perlu dikonversi terhadap alat Marshall. Hasil pembacaan di arloji
stabiilitas harus dikalikan dengan nilai kalibrasi proving ring yang digunakan
pada alat Marshall. Pada penelitian ini, alat Marshall yang digunakan
mempunyai nilai kalibrasi proving ring sebesar 15,9. Selanjutnya, nilai tersebut
juga harus disesuaikan dengan angka koreksi terhadap ketebalan benda uji.
Tabel 2.4 Angka koreksi tebal benda uji
Tebal (mm) Angka Koreksi
65 0,935
66 0,90
67 0,885
68 0,865
69 0,855
70 0,845
71 0,835
72 0,825
Sumber: Asphalt Institute MS-2, 1988
7. Kelelehan (Flow)
Nilai flow ditunjukkan oleh jarum arloji pembacaan flow pada alat
Marshall. Untuk arloji pembacaan flow, nilai yang didapat sudah dalam
satuanmm, sehingga tidak perlu dikonversi lebih lanjut.
8. Marshall Quotient
Marshall Quotient dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut:

dengan,
MQ = Marshall Quotient (kg/mm)

12
MS = Marshall Stability (kg)
MF = Flow Marshall (mm)

13
BAB 3

PEMERIKSAAN AGREGAT

3.1 Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar


Pemeriksaan ini disesuaikan dengan :
 ( SNI 03 – 1969 – 1990 )

Maksud dan Tujuan


Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk :
Menentukan berat jenis (bulk), berat jenis kering permukaan jenuh (saturated surface
dry) dan berat jenis semu (apparent) dari agregat kasar, dimana :
a. Berat jenis (bulk specific gravity) ialah perbandingan antara berat agregat kering
dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada
suhu tertentu.
b. Berat jenis kering permukaan (SSD) yaitu perbandingan antara berat agregat
kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat
dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
c. Berat jenis semu (apparent specific gravity) ialah perbandingan antara berat agregat
kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan
kering pada suhu tertentu.
d. Penyerapan adalah prosentase berat air yang dapat diserap pori terhadap berat
agregat kering. Kemampuan agregat untuk menyerap air dan aspal adalah suatu
informasi penting yang harus diketahui dalam pembuatan campuran beraspal. Jika
daya serap agregat sangat tinggi, agregat ini akan terus menyerap aspal baik pada
saat maupun setelah proses pencampuran agregat dengan aspal di unit pencampur
aspal. Hal ini akan menyebabkan aspal yang berada pada permukaan agregat yang
berguna untuk mengikat partikel agregat menjadi lebih sedikit sehingga akan
menghasilkan film aspal yang tipis. Oleh karena itu, agar campuran yang dihasilkan
tetap baik agregat yang porus memerlukan aspal yang lebih banyak dibandingkan
dengan yang kurang porus.

Peralatan
Peralatan yang dipakai dalam praktikum ini adalah :
a. Wadah untuk memisahkan jenis agregat dengan kapasitas kira-kira 5 kg.

14
b. Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk pemeriksaan.
c. Timbangan dengan kapasitas 5 kg dan timbangan dengan ketelitian 0,1 % dari
berat contoh yang ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang.
d. Oven dengan pengatur suhu dengan temperatur (110 + 5) oC
e. Saringan No. 4

Benda Uji
Benda uji adalah agregat CA, MA yang diperoleh dari alat pemisah dengan
ketentuan agregat CA dan MA masing masing sebanyak + 1000 gram

Cara Kerja dan Pelaksanaan


a. Benda uji dicuci untuk menghilangkan debu yang melekat pada permukaan
agregat.
b. Benda uji dioven pada suhu 100 oC sampai pada berat tetap.
c. Benda uji didinginkan pada suhu kamar selama 1-3 jam, kemudian ditimbang
dengan ketelitian 0,5 gram ( Bk ).
d. Benda uji direndam dalam air pada suhu kamar selama + 24 jam
e. Mengeluarkan benda uji dari air dan mengelap dengan kain penyerap sampai
kering permukaan ( SSD ), untuk butiran besar dilap satu persatu.
f. Menimbang benda uji permukaan jenuh ( SSD )
g. Meletakkan benda uji dalam keranjang lalu mengguncang untuk mengeluarkan
udara yang tersekap diantara batu dan mengamati berapa beratnya dalam air(Ba).
h. Suhu air diukur untuk penyesuaian hitungan pada suhu standart ( 25 oC )

gambar diganti
Gambar 1. Proses Pelaksanaan Praktikum Agregat Kasar

15
Perhitungan
Bk
a. Berat jenis (Bulk Specific Gravity) =
Bj  Ba
b. Berat jenis kering permukaan jenuh
Bj
(Saturated Surface Gravity) =
Bj  Ba
Bk
c. Berat jenis semu (app. Specific Grav) =
Bk  Ba
Bj  Bk
d. Penyerapan = x 100%
Bk
Dimana :
Bk = berat benda uji kering oven ( gram )
Bj = berat benda uji kering permukaan jenuh ( gram )
Ba = berat benda uji kering permukaan jenuh dalam air ( gram )
Hasil Praktikum
Dari percobaan didapatkan :
Pada agregat CA:
 Berat Jenis CA ( Bulk Specific Gravity ) : 2,36
 Berat jenis kering permukaan jenuh CA ( SSD ) : 2,42
 Berat jenis semu CA ( Apparent Specific Gravity ) : 2,52
 penyerapan agregat kasar sebesar : 2,57%.
Jadi agregat kasar tersebut bisa digunakan karena penyerapannya rendah.
Pada agregat MA:
 Berat Jenis CA ( Bulk Specific Gravity ) : 2,45
 Berat jenis kering permukaan jenuh CA ( SSD ) : 2,51
 Berat jenis semu CA ( Apparent Specific Gravity ) : 2,60
 penyerapan agregat kasar sebesar : 2,377%.
Jadi agregat kasar tersebut bisa digunakan karena penyerapannya rendah.
Catatan
Bila penyerapan dan harga berat jenis digunakan dalam pekerjaan beton,
dimana agregatnya digunakan pada keadaan kadar air aslinya, maka tidak perlu
dilakukan pengeringan oven. Banyak jenis bahan campuran yang mempunyai bagian
butir-butir berat dan ringan. Bahan semacam ini memberikan harga-harga berat jenis
yang tidak tetap, walaupun pemeriksaan dilakukan dengan sangat hati-hati. Dalam hal

16
ini beberapa pemeriksaan ulangan diperlukan untuk mendapatkan harga rata-rata yang
memuaskan.

JENIS PENGUJIAN PERCOBAAN 1 PERCOBAAN 2

Berat benda uji kering oven (Bk) gram 978,5 987,6


Berat benda uji kering permukaan jenuh (Bj) gram 1006,5 1010,1
Berat benda uji dalam air (Ba) gram 599 585

Berat Jenis (Bulk Specific Grafity )


2,40 2,32
Rata -Rata Berat Jenis 2,36
Berat kering permukaan jenuh (Satuarted Specifie
Gravity) gram 2,47 2,38
Rata -Rata Berat kering permukaan jenuh 2,42
Berat Jenis Semu (Apparent Specifie Gravity)
2,58 2,45
Rata -Rata Berat Jenis Semu 2,52

Penyerapan
2,86 2,28
Rata - Rata Penyerapan 2,57
Tabel data Berat jenis CA

17
Tabel data Berat jenis CA

JENIS PENGUJIAN PERCOBAAN 1 PERCOBAAN 2

Berat benda uji kering oven (Bk) gram 978,9 989,4


Berat benda uji kering permukaan jenuh (Bj) gram 1000,9 1014,2
Berat benda uji dalam air (Ba) gram 601 610

Berat Jenis (Bulk Specific Grafity ) 2,45 2,45


Rata -Rata Berat Jenis 2,45
Berat kering permukaan jenuh (Satuarted Specifie
2,50 2,51
Gravity) gram
Rata -Rata Berat kering permukaan jenuh 2,51

Berat Jenis Semu (Apparent Specifie Gravity) 2,59 2,61

Rata -Rata Berat Jenis Semu 2,60

Penyerapan 2,25 2,51

Rata - Rata Penyerapan 2,377


Tabel Berat jenis MA

3.2 Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus


Pemeriksaan ini disesuaikan dengan :
 ( SNI 03 – 1970 – 1990 )

Maksud dan Tujuan


Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan :
a. Berat jenis (bulk specific gravity) adalah perbandingan antara berat agregat
kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan
jenuh dalam suhu tertentu.
b. Berat jenis kering permukaan (saturated dry) adalah perbandingan antara
agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi
agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
c. Berat jenis semu (apparent specific gravity) adalah perbandingan antara agregat
kering dengan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan
pada suhu tertentu.

18
d. Penyerapan adalah prosentase berat air yang dapat diserap pori terhadap berat
agregat kering. Kemampuan agregat untuk menyerap air dan aspal adalah suatu
informasi yang penting yang harus diketahui dalam pembuatan campuran
beraspal. Jika daya serap agregat sangat tinggi, agregat ini akan terus menyerap
aspal baik pada saat maupun setelah proses pencampuran agregat dengan aspal di
unit pencampur aspal (AMP). Hal ini akan menyebabkan aspal yang berada pada
permukaan agregat yang berguna untuk mengikat partikel agregat menjadi lebih
sedikit sehingga akan menghasilkan film aspal yang tipis. Oleh karena itu, agar
campuran yang dihasilkan tetap baik agregat yang porus memerlukan aspal yang
lebih banyak dibandingkan dengan yang kurang porus.

Peralatan
a. Timbangan, kapasitas 1 kg atau lebih dengan ketelitian 0,1 gram.
b. Piknometer dengan kapasitas 500 ml.
c. Kerucut terpancung ( cone ).

19
d. Batang penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rata.
e. Saringan No. 4
f. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110+5) oC.
g. Pengukur suhu dengan ketelitian pembacaan 1 oC.
h. Talam.
i. Bejana tempat air.
j. Pompa hampa udara (Vacum pump) atau tungku.
k. Air suling.

Benda Uji
Benda uji adalah agregat yang lewat saringan No. 4 atau Agregat FA dan NS
diperoleh dari alat pemisah contoh sebanyak 500 gram.

Cara Kerja dan Pelaksanaan


a. Benda uji dikeringkan dalam oven pada suhu ( 110 + 5 ) oC, sampai mencapai berat
yang tetap. Yang dimaksud berat tetap adalah keadaan benda uji selama 3 kali
proses penimbangan dan pemanasan dalam oven dengan selang waktu 2 jam
berturut-turut, tidak akan mengalami perubahan kadar air lebih besar dari pada 0,1
%. Didinginkan dalam suhu ruang, lalu direndam dalam air selama 24jam.
b. Membuang air perendam dengan hati-hati supaya tidak ada butiran yang hilang,
lalu menebarkan agregat diatas talam dan mengeringkan diudara panas dengan cara
membalikkan benda uji. Pengeringan dilakukan sampai mencapai kering
permukaan jenuh.
c. Memeriksa keadaan kering permukaan jenuh dengan cara memasukkan benda uji
kedalam kerucut terpancung, padatkan dengan batang penumbuk sebanyak 25 kali,
angkat kerucut terpancung. Keadaan kering permukaan jenuh tercapai bila benda
uji runtuh tetapi masih dalam keadaan tercetak.
d. Setelah tercapai keadaan kering permukaan jenuh, 500 gram benda uji dimasukkan
ke dalam piknometer. Memasukkan air suling dijaga agar jangan sampai terlihat
gelembung udara di dalamnya. Untuk mempercepat proses ini, dapat digunakan
pompa hampa udara, tetapi harus diperhatikan jangan sampai ada air yang ikut
terhisap, dapat juga dilakukan dengan cara merebus piknometer.
e. Merendam piknometer dalam air dan mengukur suhu air untuk penyesuaian
perhitungan kepada suhu standart 25 oC.

20
f. Menambah air sampai mencapai tanda batas.
g. Menimbang piknometer yang berisi air dan benda uji sampai ketelitian 0,1 gr (Bt).
h. Benda uji dikeluarkan, dikeringkan dalam oven dengan suhu 110 oC sampai
mencapai berat tetap, kemudian didinginkan dalam desikator.
i. Setelah benda uji dingin kemudian ditimbang ( Bk ).
j. Menentukan berat piknometer berisi air penuh dan ukur suhu air guna penyesuaian
dengan suhu standart 25 oC ( B ).

Perhitungan
a. Berat jenis ( Bulk Specific Gravity )
Bk
=
( B  500  Bt )

b. Berat jenis kering permukaan jenuh ( Saturated Surface Gravity )


500
=
( B  500  Bt )
c. Berat jenis semu ( Apparent Specific Gravity )
Bk
=
( B  Bk  Bt )
d. Penyerapan
500  Bk
= x 100%
Bk
dimana :
Bk = berat benda uji kering oven (gram)
B = berat piknometer berisi air (gram)
Bt = berat piknometer berisi benda uji dan air (gram)
500 = berat benda uji dalam keadaan kering permukaan jenuh (gram)

diganti

Gambar 2. Proses Perhitungan Berat Jenis Agregat Halus

21
Hasil Praktikum

Dari percobaan didapatkan hasil dari Agregat FA:


Berat Jenis ( Bulk Specific Gravity ) : 2,39
Berat jenis kering permukaan jenuh ( SSD ) : 2.49
Berat jenis semu ( Apparent Specific Gravity ) : 2.65
Penyerapan agregat halus sebesar : 3,51 %.
Jadi agregat halus tersebut bisa digunakan karena penyerapannya rendah.

Dari percobaan didapatkan hasil dari agregat NS


Berat Jenis ( Bulk Specific Gravity ) : 2,31
Berat jenis kering permukaan jenuh ( SSD ) : 2.45
Berat jenis semu ( Apparent Specific Gravity ) : 2.69
Penyerapan agregat halus sebesar : 3,25 %.
Jadi agregat halus tersebut bisa digunakan karena penyerapannya rendah.

JENIS PENGUJIAN PERCOBAAN 1 PERCOBAAN 2

Berat benda uji kering permukaan jenuh gram 505,4 504,8


Berat Piknometer + Air Suling (B) gram 711,5 711,5
Berat Piknometer + Benda Uji SSD + Air (Bt) gram 1013,7 1013,1
Berat benda uji kering oven (Bk) gram 485,1 485,4

Berat Jenis (Bulk Specific Grafity ) 2,39 2,39

Rata -Rata Berat Jenis 2,39


Berat kering permukaan jenuh (Satuarted Specifie
2,49 2,48
Gravity) gram
Rata -Rata Berat kering permukaan jenuh 2,49

Berat Jenis Semu (Apparent Specifie Gravity) 2,65 2,64

Rata -Rata Berat Jenis Semu 2,65

Penyerapan 4,02 3,01

Rata - Rata Penyerapan 3,51

tabel berat jenis FA

22
JENIS PENGUJIAN PERCOBAAN 1 PERCOBAAN 2

Berat benda uji kering permukaan jenuh gram 511,3 516,3


Berat Piknometer + Air Suling (B) gram 710,7 710,7
Berat Piknometer + Benda Uji SSD + Air (Bt) gram 1016,1 1014
Berat benda uji kering oven (Bk) gram 485 483,5

Berat Jenis (Bulk Specific Grafity ) 2,36 2,27

Rata -Rata Berat Jenis 2,31


Berat kering permukaan jenuh (Satuarted Specifie
2,48 2,42
Gravity) gram
Rata -Rata Berat kering permukaan jenuh 2,45

Berat Jenis Semu (Apparent Specifie Gravity) 2,70 2,68

Rata -Rata Berat Jenis Semu 2,69

Penyerapan 3,09 3,41

Rata - Rata Penyerapan 3,25

Tabel berat jenis NS

3.3 Praktikum Abrasi/Keausan


Standart Uji
Standrart uji yang digunakan adalah SNI 03-2417-2008 “Metode pengujian keausan agregat
dengan mesin abrasi Los Angeles”.
Tujuan Praktikum
Tujuan Umum

a. Mengetahui, menentukan dan memahami Keausan Agregat.

Dasar Teori
Daya Tahan Agregat adalah ketahanan agregat untuk tidak hancur/pecah oleh pengaruh
mekanis ataupun kimia. Degradasi didefinisikan sebagai kehancuran agregat menjadi
partikel-partikel yang lebih kecil akibat pengaruh mekanis yang diberikan pada waktu
penimbunan pemadatan ataupun oleh beban lalu lintas.
Disintegrasi didefinisikan sebagai pelapukan pada agregat menjadi butir-butir halus akibat
pengaruh kimiawi seperti kelembapan, kepanasan ataupun perbedaan temperatur sehari-hari.
Dengan mesin Los Angeles, hal yang dapat diuji adalah karena pengaruh Mekanis atau
degradasi saja. Sedangkan disintegrasi dengan metode uji yang lain.

23
Faktor yang mempengaruhi tingkat degradasi adalah:

b. Jenis anggregat

c. Gradasi aggregat

d. Bentuk aggregat

e. Ukuran partikel

f. Energi pemadatanPerhitungan kadar air agregat :

Berat benda uji semula− Berat benda tertahan saringan no.12


Keausan Agregat =
Berat benda uji semula

Nilai Keausan Agregat dikatakan baik apabila nilai abrasi/keausan kurang dari 35%, jika nilai
abrasi lebih dari 35% maka keausan agregat jelek/tidak baik.
Metode Pelaksanaan
Alat dan Bahan

1 Saringan No. 12 (1.7 mm).

2 Timbangan/neraca kapasitas 1 kg dengan ketelitian 5 gram


3 Oven

4 Mesin Abrasi Los Angeles yang dilengkapi bola-bola baja denga diameter rata- rata
4.68 cm sebanyak 12 bola.

5 Agregat

7 Wadah (tempat agregat

Langkah Kerja

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum sesuai dengan petunjuk
instruksi dan teknisi.
2. Saring agregat yang akan digunakan dengan lolos ayakan no. 1/2”, ¾”, 3/8”.

3. Timbang agregat setelah diayak dengan berat masing- masing agregat 2500 gram.

4. Campur jadi satu agregat yang lolos ayakan tersebut sehingga jumlah total
agregat adalah 5000 gram.

24
5. Masukkan benda uji ke dalam mesin abrasi Los Angeles.

6. Nyalakan mesin tersebut sehingga berputar lalu hitung putaran


tersebut hingga 500 putaran.
7. Setelah diputar hingga 500 putaran, matikan mesin tersebut lalu
keluarkan benda uji ke dalam wadah yang telah disediakan.
8. Kemudian saring benda uji dengan ayakan no. 12.

9. Ambil benda uji yang tertahan lalu masukkan ke dalam oven.


10. Setelah itu, taruh agregat di wadah agar panasnya hilang selama beberapa menit.

11. Kemudian timbang benda uji.

12. Hitung presentase keausan agregat.

Hasil Praktikum dan Hasil Perhitungan


Hasil Praktikum :
Uraian Nilai Satuan
Berat agregat awal 5000 Gram
Berat di masukan kedalam mesin 5000 Gram
Berat yang tertahan di ayakan 12 3865,4 Gram
Berat yang lolos ke PAN 1134,6 Gram
Tabel 3.1 Berat Agregat

Berat Sebelum
Tertahan
a (gram)
3/4" 2500
3/8" 2500
Jumlah 5000
SESUDAH LOS ANGELES
No.12 5000 3865,4
PAN 5000 1134,6
Jumlah Berat 5000 5000

Tabel 3.2 Uji sebelum dan sesudah Los angles


Penyelesaian

25
a = 5000 gram b = 3865,4 gram
c =a–b

= 5000 gram – 3865,4 gram

= 1134,6 gram

𝜏
% Abrasi = 𝑎 x 100%
1134,6 𝑔𝑟𝑎𝑚
= x 100
5000 𝒈𝒓𝒂𝒎

= 22,692 %

Kesimpulan
Berdasarkan SNI 03-2417-2008 syarat untuk memenuhi nilai abrasi/keausan
adalah kurang dari 35%. Hasil praktikum abrasi/keausan didapat nilai abrasi
sebesar 22,692%. Jadi nilai keausan agregat tersebut memenuhi yaitu <35%.

26
3.4 Analisa Saringan (Sieve Analysis)
Pemeriksaan ini disesuaikan dengan:
 ( SNI 03 – 1968 – 1990 )
 ( ASTM C – 136 – 46 )

Maksud dan Tujuan


Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk:
 Menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus dan agregat kasar dengan
menggunakan saringan (Standart ASTM).
 Mengetahui ukuran butiran agar dapat menentukan suatu komposisi campuran
agregat yang memenuhi spesifikasi yang ditentukan.
Peralatan
a. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,1 % dari berat benda uji
b. Satu set saringan : ¾ ; ½ ; 3/8 ; 8 ; 30 ; 50 ; 200
c. Oven
d. Alat pemisah contoh
e. Mesin pengguncang saringan
f. Talam-talam untuk tempat agregat
g. Kuas, sikat kuningan, sendok dan alat lainnya

Benda Uji
Benda uji yang diperiksa adalah sebagai berikut :
 Course Agregat : berat contoh yang diuji 1000 gram
 Medium Agregat : berat contoh yang diuji 1000 gram
 Fined Agregat : berat contoh yang diuji 500 gram
 Natural Sand : berat contoh yang diuji 500 gram

Semua contoh yang digunakan sebagai benda uji diambil pada berat tetap. Berat
tetap adalah berat agregat kering oven pada suhu kamar dan diulang dioven satu jam
lagi setelah didinginkan pada suhu kamar lagi maka beratnya tetap, oven harus
senantiasa pada suhu ( 110 + 5 ) oC, karena air pada suhu 100 oC akan menguap
sehungga kandungan air pada agregat itu akan hilang.

3
Cara Kerja dan Pelaksanaan
Pelaksanaan disesuaikan buku petunjuk dengan nomor kode PB-0201-76.
1. Benda uji dikeringkan didalam oven dengan suhu (110 + 5)oC sampai berat tetap
2. Benda uji disaring lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling besar
ditempatkan paling atas. Saringan diguncang dengan tangan atau mesin
pengguncang selama 15 menit.

Gambar 2. Proses Pelaksanaan Praktikum Analisa Saringan

Perhitungan
Menghitung prosentase berat benda uji yang tertahan di atas masing-masing
saringan terhadap berat total benda uji.
Hasil Praktikum
Dari hasil percobaan diketahui bahwa presentase berat pada tiap tiap nomor
saringan yang tertahan ditimbang kembali untuk selanjutnya dimasukkan pada grafik.
Hasil percobaan dapat dilihat pada berikut ini:

COURSE AGREGAT

BERAT
BERAT PERSENTASE PERSENTAS
No NO AYAKAN KOMULATIF
TERTAHAN TERTAHAN E LOLOS
TERTAHAN
1 3/4 0 0 0 100
2 1/2 335 335 33,50 66,50
3 3/8 248,5 583,5 58,35 41,65
4 8 407 990,5 99,05 0,95
5 30 0,7 991,2 99,12 0,88
6 50 0,3 991,5 99,15 0,85
7 200 1,2 992,7 99,27 0,73
JUMLAH 992,70
Tabel analisa agregat CA

4
MEDIUM AGREGAT

BERAT BERAT KOMULATIF PERSENTASE PERSENTASE


No NO AYAKAN
TERTAHAN TERTAHAN TERTAHAN LOLOS

1 3/4 0 0 0 100
2 1/2 14,4 14,4 1,44 98,56
3 3/8 24,8 39,2 3,92 96,08
4 8 955,8 995 99,50 0,50
5 30 2,3 997,3 99,73 0,27
6 50 0,2 997,5 99,75 0,25
7 200 1,3 998,8 99,88 0,12
JUMLAH 998,80

Tabel analisa agregat MA

FINE AGREGAT

BERAT
NO BERAT PERSENTASE PERSENTAS
No KOMULATIF
AYAKAN TERTAHAN TERTAHAN E LOLOS
TERTAHAN
1 3/4 0 0 0 100
2 1/2 0 0 0 100
3 3/8 0 0 0 100
4 8 106,4 106,4 21,28 78,72
5 30 209,6 316 63,2 36,80
6 50 52,3 368,3 73,66 26,34
7 200 92,5 460,8 92,16 7,84
JUMLAH 460,80
Tabel analisa agregat FA

Natural Sand

BERAT
NO BERAT PERSENTASE PERSENTASE
No KOMULATIF
AYAKAN TERTAHAN TERTAHAN LOLOS
TERTAHAN
1 3/4 0 0 0 100
2 1/2 0 0 0 100
3 3/8 0 0 0 100
4 8 34 34 6,8 93,20
5 30 181,4 215,4 43,08 56,92
6 50 87,1 302,5 60,5 39,50
7 200 164,8 467,3 93,46 6,54
JUMLAH 467,30
Tabel analisa agregat NS

5
Gambar grafik analisa saringan
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Menentukan Proporsi agregat
Menentukan campuran aspal dan agregat untuk memperoleh prsentase yang sesuai
diperlukan data dara berupa analisa ayakan, berat jenis agregat, dan presentase agregat
yang masuk dalam Jobspek HRS/WC semi senjang.

4.1.1 Menentukan persentase agregat


Perhitungan diambil dari nilai analisa ayakan saringan, dengan memasukkan
data nilai persentase ayakan yang lolos dari agregat CA, MA, FA, dan NS.
Kemudian dihitung dari setiap persentase yang lolos tiap nomor ayakan dikali
dengan persentase analisa ayakan pada grafik.
GRADASI AGREGAT GRADASI AGREGAT GABUNGAN
GRADASI AGREGAT
A B C D E
CAMPURAN
Ukuran Ukuran
Saringan Saringan CA MA FA NS FF I JOB SPEC ( % )
(inch) (mm)
HRS/WC (SEMI
( %) ( %) ( %) ( %) ( %) ( %)
SENJANG)

3/4 19,1 100 100 100 100 100 100 100


1/2 12,7 66,5 98,56 100 100 100 92,8498 87-100
3/8 9,5 41,65 96,08 100 100 100 87,4329 55-88
NO. 8 2,76 0,95 0,5 78,72 93,2 100 61,2667 50-62
NO. 30 0,53 0,88 0,27 36,8 56,92 100 33,8072 20-45
NO. 50 0,297 0,85 0,25 26,34 39,5 100 24,1109 15-35
NO. 200 0,074 0,73 0,12 7,84 6,54 98,78 6,1967 6 - 10
100%
Jumlah Luas Permukaan Agregat (M2 / Kg)
CA BP 10 - 15 mm 21,0%
PERBANDINGAN

CAMPURAN

MA BP 5 - 10 mm 8,0%
AGREGAT

FA BP 0 - 5 mm 36,0%
NS PASIR 34,00%

FF FILLER 1,00%

TOTAL (%) 100,0%

4.1.2 Perhitungan kadar aspal proporsi campuran


Dari perhitungan agregat yang masuk jobspek HRS/WC, persentase yang
didapat dimasukkan pada perhitungan mencari kadar aspal. Data yang diambil
berupa persentase dari perbandingan campuran agregat yang dihitung dengan
Setelah kadar aspal ditentukan dilanjutkan ke perhitungan berat total benda uji
persentase agregat CA, MA, FA, dan NS yang yang tidak lolos ayakan 8 dan

PROPORSI CAMPURAN VARIASI KADAR ASPAL

dengan persentase yang telah ditentukan disesuaikan dengan volume Briket.


VARIASI CAMPURAN AGGREGATE
Optimum ( AGGREGATE STOCK PILE )
Rencana
I I II IV V VI VII VII IX X XI XII XII XIV XV XVI
( HRS / WC )
% % % % % %
FCA 36,41 38,7 36,80 36,60 36,41 36,22 36,02 35,83
DATA LAB.
AGGREGATE FFA 57,92 55,2 57,5 57,70 57,92 58,14 58,37 58,59
< #8 < #200 FF 5,67 6,0 5,7 5,70 5,67 5,64 5,61 5,58
JUMLAH
Coarse Agg (CA) 0,95 0,73 A. 19,74% 21% 20,0% 19,85% 19,74% 19,64% 19,53% 19,43%
Medium Agg (MA) 0,50 0,1 B. 7,52% 8% 7,6% 7,56% 7,52% 7,48% 7,44% 7,40%
Fine Agg (FA) 78,72 7,84 C. 33,84% 36% 34,2% 34,02% 33,84% 33,66% 33,48% 33,30%
Pasir Alam (NS) 93,20 6,54 D. 31,96% 34% 32,3% 32,13% 31,96% 31,79% 31,62% 31,45%
lolos ayakan 8.

Semen 100 98,78 E. 0,94% 1% 1,0% 0,95% 0,94% 0,94% 0,93% 0,93%
- - - - 94% 100%
KADAR ASPAL : ( %) 5,0% 5,5% 6,0% 6,5% 7,0% 7,5%
NS
RASIO ( % ) :
FA
Tabel berat benda uji
Dari data yang dihitung didapat berat agregat beserta aspal sesuai persentase perhitungan.

4.2 Perhitungan Marshall

4.2.1 Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan ketahanan (stabilitas)
terhadap kelelehan plastisitas ( flow ) dari campuran aspal . Ketahanan ( stabilitas )
ialah kemampuan suatu campuran aspal untuk menerima beban sampai terjadi
kelelahan beaban sampai terjadi kelelahan plastisitas ialah keadaan perubahan bentuk
suatu campuran aspal yang terjadi akibat suatu beban batas runtuh yang dinyatakan
dalam mm, atau 0,01”.

4.2.2 Benda Uji


Agar pencampuran dan pemadatan dapat menghasilkan campuran yang
baik, maka salah satu syaratnya adalah kekentalan aspal harus cukup sedemikian
sehingga peran aspal dalam proses pencampuran dan pemadatan dapat maksimal.
Metode Al menyarankan bahwa pada saat pencampuran kekentalan ( viskositas )
kinetis aspal adalah 170 ± 20 centistokes. Nilai kekentalan ini dapat dicapai pada
rentang suhu tertentu yang sering disebut sebagai suhu pencampuran dan suhu
pemadatan. Kedua rentang suhu ini dapat dicari dengan menggunakan grafik
hubungan antara suhu dengan viskositas yang dapat dikembangkan untuk setiap
jenis aspal.
4.2.3 Hasil benda Uji
Dari benda uji yang dibuat, hasil yang diperoleh melingkupi berat kering,
berat dalam air, berat SSD
Berat aspal kering
5% 5,50% 6% 6,50% 7% 7,50%
Sample Berat Tebal Berat Tebal Berat Tebal Berat Tebal Berat Tebal Berat Tebal
(gram) (Cm) (gram) (Cm) (gram) (Cm) (gram) (Cm) (gram) (Cm) (gram) (Cm)
1 1185,2 60,1 1188,5 59,5 1180,5 58,8 1187,7 59,6 1183,2 58,8 1191,7 58,8
2 1184,6 60,8 1184 59,7 1188,2 58,5 1188,5 58,8 1166,2 59 1186,1 58,5
3 1191,2 60,3 1185,9 59,3 1091,2 54,4 1176,5 57,6 1181,4 58,8 1186,7 59,3
Tabel
Berat aspal SSD
5% 5,50% 6% 6,50% 7% 7,50%
Sample Berat Tebal Berat Tebal Berat Tebal Berat Tebal Berat Tebal Berat Tebal
(gram) (Cm) (gram) (Cm) (gram) (Cm) (gram) (Cm) (gram) (Cm) (gram) (Cm)
1 1191,4 60,1 1193,7 59,5 1184,1 58,8 1191,8 59,6 1185,8 58,8 1193,5 58,8

2 1189,4 60,8 1188,1 59,7 1192,8 58,5 1193,2 58,8 1169,1 59 1188,2 58,5

3 1195,1 60,3 1189,3 59,3 1095,1 54,4 1180,4 57,6 1183,2 58,8 1188,1 59,3
Tabel
Berat aspal dalam air

5% 5,50% 6% 6,50% 7% 7,50%


Sample Berat Tebal Berat Tebal Berat Tebal Berat Tebal Berat Tebal Berat Tebal
(gram) (Cm) (gram) (Cm) (gram) (Cm) (gram) (Cm) (gram) (Cm) (gram) (Cm)
1 634 60,1 643 59,5 638 58,8 645 59,6 646 58,8 655 58,8

2 643 60,8 639 59,7 654 58,5 647 58,8 635 59 650 58,5

3 645 60,3 645 59,3 591 54,4 644 57,6 643 58,8 652 59,3
Tabel

Stabilitas
Sample 5% 5,50% 6% 6,50% 7% 7,50%
1 115 117 153 125 94 117
2 129 117 145 115 97 125
3 137 155 127 117 127 128
RATA - RATA 127 129,667 141,667 119 106 123,333
Tabel
Flow
Sample 5% 5,50% 6% 6,50% 7% 7,50%
1 220 164 87 640 500 610
2 490 143 290 420 75 280
3 202 270 430 233 587 680
RATA - RATA 3,04 1,92333 2,69 4,31 3,87333 5,23333
Tabel

4.2.4 Marshall
Dalam menghitung Marshall data yang diperoleh setelah benda uji jadi
dimasukkan dalam perhitungan Marshall. Selain itu perhitungan Marshall
juga menggunakan acuan dari tabel Kalibrasi agar nilai Proving Ring bisa
diperoleh.
Tabel

Kemudian dari perhitungan Marshall didapat Grafik sebagai berikut:

Flow
6

3 Flow
Poly. (Flow)
2

0
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8

Grafik
Stabilitas
160

140

120

100

80 Stabilitas

60 Poly. (Stabilitas)

40

20

0
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8

Grafik

Density
2.22

2.21

2.2

2.19

2.18 Density

2.17 Poly. (Density)

2.16

2.15

2.14
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8

Grafik
Aspal Efektif
6.00%

5.00%

4.00%

3.00% Aspal Efektif


Poly. (Aspal Efektif)
2.00%

1.00%

0.00%
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8

Grafik

Void
9.00%
8.00%
7.00%
6.00%
5.00%
Void
4.00%
Poly. (Void)
3.00%
2.00%
1.00%
0.00%
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8

Grafik
Rongga Aspal
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
Rongga Aspal
40.00%
Poly. (Rongga Aspal)
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8

Grafik

Rongga Agregat
14.70%
14.60%
14.50%
14.40%
14.30%
14.20% Rongga Agregat
14.10% Poly. (Rongga Agregat)
14.00%
13.90%
13.80%
13.70%
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8

Grafik
Grafik
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan diperoleh:
 Penentuan persentase Agregat didapat dari Grafik yang diperoleh 21%; 8%;
36%; 34%; 1%
 Kadar Aspal yang diperoleh pada Job Spek HRS/WC dari perhitungan
Proporsi didapat 5%; 5,5%; 6%; 6,5%; 7%; 7,5%.
 Dalam perhitungan Proporsi yang menjadi acuan adalah penentuan persentase
Agregat yang kemudian menentukan persentase untuk berat benda uji.
 Menghitung Marshall bergantung pada berat jenis Agregat.
DAFTAR PUSTAKA
ASTM D 1559-76
AASHTO (T–164–80).
Kementrian Pekerjaan Umum Bina Marga, Spesifikasi Umum 2010
AASHTO T-209-1990

Anda mungkin juga menyukai