PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Praktikum Teknologi perkerasan jalan raya bertujuan membuat desain
perkerasan jalan dari mencari kesesuaian material dengan spesifikasi yang ditentukan
hingga membuat campuran dari perkerasan tersebut.
1
1.4 Manfaat
1.4.1. Menambah ilmu mahasiswa dalam merencanakan perkerasan jalan
1.4.2. Mengetahui kesesuaian dalam membuat campuran perkerasan jalan yang benar.
1.4.3. Dapat meneliti material yang digunakan dalam mendesain campuran perkerasan
jalan.
1.5 Metodologi
Metodologi yang dilaksanakan dalam praktikum teknik perkerasan jalan ini
adalah sebagai berikut :
1.5.1 Pendahuluan.
Meliputi latar belakang, permasalahan, tujuan ruang lingkup pembahasan dan
metodologi dari praktikum perkerasan jalan.
1.5.2 Landasan Teori
Teori dalam praktikum teknologi perkerasan jalan raya yang digunakan dalam
praktikum.
1.5.3 Pemeriksaan Agregat
Meliputi analisa agregat untuk memperoleh berat jenis aggregat, analisa ayakan,
test keausan aggregat dengan mesin Los Angeles.
1.5.4 Pembahasan
Pembahasan praktikum berdasarkan data yang diperoleh dari pemeriksaan
agregat.
2
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Mesin Abrasi Los Angeles
Mesin Los Angeles merupakan salah satu mesin untuk menguji keausan / abrasi agregat
kasar, fungsinya adalah kemampuan agregat untuk menahan gesekan, dihitung berdasarkan
kehancuran agregat tersebut yaitu dengan cara mengayak agregat dalam ayakan no 12.
Sebelum melakukan pengujian keausan / abrasi harus melakukan analisa ayak terlebih dahulu
untuk mengetahui gradasi agregat yang paling banyak apakah masuk pada tipe A, B, C, C,
atau D dan dapat menentukan banyaknya bola baja yang akan digunakandapat
dilihat pada Grading Of Test Sample
Daya Tahan Agregat adalah ketahanan agregat untuk tidak hancur/pecah oleh
pengaruh mekanis ataupun kimia. Degradasi didefinisikan sebagai kehancuran agregat
menjadi partikel-partikel yang lebih kecil akibat pengaruh mekanis yang diberikan pada
waktu penimbunan pemadatan ataupun oleh beban lalu lintas. Tujuannya yaitu
mengetahui,menentukan dan memahami keausan agregat.kami menggunakan acuan / referensi SNI
2417:2008 “cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi los angeles”.
Disintegrasi didefinisikan sebagai pelapukan pada agregat menjadi butir-butir halus akibat
pengaruh kimiawi seperti kelembapan, kepanasan ataupun perbedaan temperatur sehari-hari.
Dengan mesin Los Angeles, hal yang dapat diuji adalah karena pengaruh Mekanis atau
degradasi saja. Sedangkan disintegrasi dengan metode uji yang lain.
Faktor yang mempengaruhi tingkat degradasi adalah:
1. Jenis anggregat
2. Gradasi aggregate
3. Bentuk aggregate
4. Ukuran partikel
Berat benda uji semula− Berat benda tertahan saringan
Keausan Agregat =
no.12
Berat benda uji semulax 100%
Nilai Keausan Agregat dikatakan baik apabila nilai abrasi/keausan kurang dari
40%, jika nilai abrasi lebih dari 40% maka keausan agregat jelek/tidak baik.
3
2.2 Berat Jenis
Berat jenis maksimum campuran beraspal adalah perbandingan berat isi benda uji
campuran beraspal dalam keadaan rongga udara sama dengan nol pada temperatur 25oC
terhadap berat isi air pada volume dan temperatur yang sama. Padahal dalam kenyataannya
rongga udara akan selalu ada walaupun dalam campuran beraspal yang paling padat
sekalipun. Besarnya nilai berat jenis maksimum campuran didapat secara langsung
berdasarkan standar AASHTO T-209-1990 dan juga dapat dicari secara teoritis berdasarkan
Metode Marshall.
(Sd) = (1)
Dimana,
Sd = Berat jenis kering oven
A = Berat benda uji kering oven (gram)
4
volume agregat. Perhitungan berat jenis kering permukaan (Ss), pada temperatur air
23oC dengan rumus berikut ini:
(Ss) = (2)
Dimana,
Ss = Berat jenis kering permukaan jenuh
B = Berat benda uji jenuh kering permukaan (gram)
C = Berat benda uji dalam air (gram)
(Sa) = (3)
Dimana,
Sa = Berat jenis semu
A = Berat benda uji kering oven (gram)
C = Berat benda uji dalam Air (gram)
(Sw) = (4)
Dimana,
Sw = Penyerapan air
A = Berat benda uji kering oven (gram)
B = berat benda uji kondisi jenuh permukaan (gram)
2.3 Analisa Saringan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan gradasi / pembagian butir agregat
kasar dan agregat halus dengan menggunakan saringan. Gradasi agregat adalah distribusi
ukuran butiran dari agregat. Bila butir-butir agregat mempunyai ukuran yang sama (seragam),
5
maka volume pori akan besar. Sebaliknya bila ukuran butir-butirnya bervariasi akan terjadi
volume pori yang kecil. Hal ini karena butiran yang kecil, akan mengisi pori diantara butiran
yang lebih besar, sehingga pori-porinya menjadi sedikit, dengan kata lain kemampatannya
tinggi.
Analisa saringan adalah suatu kegiatan analisis yang digunakan untuk menentukan
persentase butiran agregat yang lolos dalam satu set saringan yang angka persentase
kumulatif digambarkan pada grafik bagian butir. Ukuran butir yang maksimum dari agregat
yang ditunjukkan dengan saringan terkecil dimana agregat tersebut bisa lolos 100%. Ukuran
nominal maksimum agregat adalah ukuran saringan yang terbesar dimana diatas saringan
tersebut terdapat sebagian besar agregat yang tertahan. Ukuran butiran maksimum dan
gradasi agregat dikontrol oleh spesifikasi. Susunan dari butiran agregat sangat berpengaruh
dalam perencanaan suatu perkerasan. Saringan yang biasa digunakan adalah saringan
menurut standard ASTM Amerika. Setiap standard mempunyai ukuran berbeda satu sama
lainnya. Meskipun demikian biasanya dapat diambil ukuran – ukuran lubang yang berdekatan
atau ekivalennya. Saringan utama terdiri dari saringan ukuran 4”, 3”, 2”, 1”, ¾”, ½”, 3/8”,
No.4, No.8, No.16, No.30, No.50, No.100, No.200.
6
dan AC-Base. Ketiga jenis laston tersebut merupakan konsep spesifikasi campuran beraspal
yang telah disempurnakan oleh Bina Marga bersama-sama dengan Pemerintah
Pusat Litbang Jalan.
Tabel 2.2. Ketentuan Sifat-sifat Campuran
Gradasi agregat gabungan untuk campuran aspal, ditunjukan dalam persen terhadap berat
agregat dan bahan pengisi, harus memenuhi batas-batas yang di berikan dalam Tabel 2.
Tabel 2.3 Gradasi Agregat Gabungan Untuk Campuran Aspal
Ekstraksi
Ekstraksi adalah pemisahan campuran dua atau lebih bahan dengan cara menambahkan
pelarut yang dapat melarutkan salah satu yang ada dalam campuran tersebut.
7
Salah satu metode yang dkembangkan untuk menguji kandungan kadar aspal dalam
campuran (Mix Design) adalah dengan menggunakan metode ekstrasi menurut prosedur
pemeriksaan AASHTO (T–164–80).
Pengujian ekstrasi menunjukkan bahwa gradasi agregat berubah menjadi lebih halus dari
agregat semula perubahan gradasi agregat diakibatkan oleh kehancuran, beberapa partikel
agregat menaikan volume rongga udara dalam campuran yang menghasilkan penurunan
kepadatan serta VIM dan VMA.
Proses ekstraksi merupakan proses pemisahan campuran dua atau lebih bahan dengan
cara menambahahkan pelarut yang bisa melarutkan salah satu bahan yang ada dalam
campuran tersebut dapat dipisahkan. Pelarut yang bisa digunakan dalam proses ekstraksi
antara lain spiritus, pertamax, bensin, minyak tanah.
Tujuan dilakukan proses ekstraksi yaitu untuk mengetahui kadar aspal yang terdapat
dalam campuran aspal yang dibuat (mix design) yang menggunakan alat centrifuge Extraktor
dengan bensin sebagai pelarutnya.
8
1. Persiapan benda uji.
2. Penentuan berat jenis bulk dari benda uji.
3. Pemeriksaan nilai stabilitas dan flow.
2.4.2 Perhitungan Dalam Marshall
Adapun dasar perhitungan yang menjadi acuan dalam penganalisisan data
yaitu mengacu pada SNI 06-2489-1991 dan The Asphalt Institute sebagai berikut
1. Berat Jenis Aspal
Pemeriksaan berat jenis aspal di laboratorium (Specific Gravity Test)
adalah perbandingan antara berat aspal dan berat air suling dengan isi yang
sama pada suhu tertentu (25˚C atau 15,6˚C). pengujian ini diperlukan pada
saat pelaksanaan untuk konversi dari berat ke volume atau sebaliknya.
Keterangan :
A : massa piknometer dan penutup
B : massa piknometer dan penutup berisi air
C : massa piknometer, penutup dan benda uji
D : massa piknometer, penutup, benda uji dan air
9
Keterangan :
Sd : Berat Jenis Kering
Sa : Berat Jenis Semu
Sw : Penyerapan Air
A : berat benda uji kering oven
B : berat benda uji jenuh kering permukaan
C : berat benda uji dalam air
b. Agregat Halus
Keterangan :
Sd : Berat Jenis Kering
Sa : Berat Jenis Semu
Sw : Penyerapan Air
Bk : Berat pasir kering
B : Berat piknometer + air
Bt : Berat piknometer + pasir + air
SSD : Berat pasir kering permukaan
3. Rongga dalam Agregat (VMA)
Rongga antar mineral agregat (VMA) adalah ruang rongga diantara
partikel agregat pada suatu perkerasan, termasuk rongga udara dan volume
aspal efektif (tidak termasuk volume aspal yang diserap agregat). VMA dapat
dihitung dengan rumus berikut :
10
Keterangan :
VMA : Rongga udara pada mineral agregat (%)
%Aspal : Kadar aspal terhadap campuran (%)
B.J. Agregat: Berat jenis efektif
Keterangan :
VIM : Rongga udara pada campuran seteah pemadatan (%)
B.J Teoritis : Berat jenis campuran maksimum teoritis setelah pemadatan
(gr/cc)
5. Rongga terisi Aspal (VFWA)
Rongga terisi aspal atau Volume of voids Filled with Asphalt (VFWA)
adalah persen rongga yang terdapat diantara partikel agregat (VMA) yang terisi
oleh aspal, tidak termasuk aspal yang diserap oleh agregat. Rumus adalah
sebagai berikut:
Keterangan :
VFWA : Rongga udara terisi aspal (%)
VMA : Rongga udara pada mineral agregat (%)
VIM : Rongga udara pada campuran seteah pemadatan (%)
6. Stabilitas
Stabilitas adalah kemampuan lapis keras dalam menahan beban lalu lintas
tanpa terjadi perubahan bentuk yang permanen, dinyatakan dalam kg.
11
Pengukuran stabilitas dengan uji Marshall diperlukan untuk mengetahui
kekuatan tekan geser dari sampel yang ditahan dua sisi kepala penekan, dengan
nilai stabilitas yang cukup tinggi diharapkan perkerasan dapat menahan beban
lalu lintas tanpa terjadi kehancuran geser.
Nilai stabilitas diperoleh berdasarkan nilai masing masing yang
ditunjukkan oleh jarum arloji. Untuk nilai stabilitas, nilai yang ditunjukkan
pada arloji perlu dikonversi terhadap alat Marshall. Hasil pembacaan di arloji
stabiilitas harus dikalikan dengan nilai kalibrasi proving ring yang digunakan
pada alat Marshall. Pada penelitian ini, alat Marshall yang digunakan
mempunyai nilai kalibrasi proving ring sebesar 15,9. Selanjutnya, nilai tersebut
juga harus disesuaikan dengan angka koreksi terhadap ketebalan benda uji.
Tabel 2.4 Angka koreksi tebal benda uji
Tebal (mm) Angka Koreksi
65 0,935
66 0,90
67 0,885
68 0,865
69 0,855
70 0,845
71 0,835
72 0,825
Sumber: Asphalt Institute MS-2, 1988
7. Kelelehan (Flow)
Nilai flow ditunjukkan oleh jarum arloji pembacaan flow pada alat
Marshall. Untuk arloji pembacaan flow, nilai yang didapat sudah dalam
satuanmm, sehingga tidak perlu dikonversi lebih lanjut.
8. Marshall Quotient
Marshall Quotient dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut:
dengan,
MQ = Marshall Quotient (kg/mm)
12
MS = Marshall Stability (kg)
MF = Flow Marshall (mm)
13
BAB 3
PEMERIKSAAN AGREGAT
Peralatan
Peralatan yang dipakai dalam praktikum ini adalah :
a. Wadah untuk memisahkan jenis agregat dengan kapasitas kira-kira 5 kg.
14
b. Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk pemeriksaan.
c. Timbangan dengan kapasitas 5 kg dan timbangan dengan ketelitian 0,1 % dari
berat contoh yang ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang.
d. Oven dengan pengatur suhu dengan temperatur (110 + 5) oC
e. Saringan No. 4
Benda Uji
Benda uji adalah agregat CA, MA yang diperoleh dari alat pemisah dengan
ketentuan agregat CA dan MA masing masing sebanyak + 1000 gram
gambar diganti
Gambar 1. Proses Pelaksanaan Praktikum Agregat Kasar
15
Perhitungan
Bk
a. Berat jenis (Bulk Specific Gravity) =
Bj Ba
b. Berat jenis kering permukaan jenuh
Bj
(Saturated Surface Gravity) =
Bj Ba
Bk
c. Berat jenis semu (app. Specific Grav) =
Bk Ba
Bj Bk
d. Penyerapan = x 100%
Bk
Dimana :
Bk = berat benda uji kering oven ( gram )
Bj = berat benda uji kering permukaan jenuh ( gram )
Ba = berat benda uji kering permukaan jenuh dalam air ( gram )
Hasil Praktikum
Dari percobaan didapatkan :
Pada agregat CA:
Berat Jenis CA ( Bulk Specific Gravity ) : 2,36
Berat jenis kering permukaan jenuh CA ( SSD ) : 2,42
Berat jenis semu CA ( Apparent Specific Gravity ) : 2,52
penyerapan agregat kasar sebesar : 2,57%.
Jadi agregat kasar tersebut bisa digunakan karena penyerapannya rendah.
Pada agregat MA:
Berat Jenis CA ( Bulk Specific Gravity ) : 2,45
Berat jenis kering permukaan jenuh CA ( SSD ) : 2,51
Berat jenis semu CA ( Apparent Specific Gravity ) : 2,60
penyerapan agregat kasar sebesar : 2,377%.
Jadi agregat kasar tersebut bisa digunakan karena penyerapannya rendah.
Catatan
Bila penyerapan dan harga berat jenis digunakan dalam pekerjaan beton,
dimana agregatnya digunakan pada keadaan kadar air aslinya, maka tidak perlu
dilakukan pengeringan oven. Banyak jenis bahan campuran yang mempunyai bagian
butir-butir berat dan ringan. Bahan semacam ini memberikan harga-harga berat jenis
yang tidak tetap, walaupun pemeriksaan dilakukan dengan sangat hati-hati. Dalam hal
16
ini beberapa pemeriksaan ulangan diperlukan untuk mendapatkan harga rata-rata yang
memuaskan.
Penyerapan
2,86 2,28
Rata - Rata Penyerapan 2,57
Tabel data Berat jenis CA
17
Tabel data Berat jenis CA
18
d. Penyerapan adalah prosentase berat air yang dapat diserap pori terhadap berat
agregat kering. Kemampuan agregat untuk menyerap air dan aspal adalah suatu
informasi yang penting yang harus diketahui dalam pembuatan campuran
beraspal. Jika daya serap agregat sangat tinggi, agregat ini akan terus menyerap
aspal baik pada saat maupun setelah proses pencampuran agregat dengan aspal di
unit pencampur aspal (AMP). Hal ini akan menyebabkan aspal yang berada pada
permukaan agregat yang berguna untuk mengikat partikel agregat menjadi lebih
sedikit sehingga akan menghasilkan film aspal yang tipis. Oleh karena itu, agar
campuran yang dihasilkan tetap baik agregat yang porus memerlukan aspal yang
lebih banyak dibandingkan dengan yang kurang porus.
Peralatan
a. Timbangan, kapasitas 1 kg atau lebih dengan ketelitian 0,1 gram.
b. Piknometer dengan kapasitas 500 ml.
c. Kerucut terpancung ( cone ).
19
d. Batang penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rata.
e. Saringan No. 4
f. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110+5) oC.
g. Pengukur suhu dengan ketelitian pembacaan 1 oC.
h. Talam.
i. Bejana tempat air.
j. Pompa hampa udara (Vacum pump) atau tungku.
k. Air suling.
Benda Uji
Benda uji adalah agregat yang lewat saringan No. 4 atau Agregat FA dan NS
diperoleh dari alat pemisah contoh sebanyak 500 gram.
20
f. Menambah air sampai mencapai tanda batas.
g. Menimbang piknometer yang berisi air dan benda uji sampai ketelitian 0,1 gr (Bt).
h. Benda uji dikeluarkan, dikeringkan dalam oven dengan suhu 110 oC sampai
mencapai berat tetap, kemudian didinginkan dalam desikator.
i. Setelah benda uji dingin kemudian ditimbang ( Bk ).
j. Menentukan berat piknometer berisi air penuh dan ukur suhu air guna penyesuaian
dengan suhu standart 25 oC ( B ).
Perhitungan
a. Berat jenis ( Bulk Specific Gravity )
Bk
=
( B 500 Bt )
diganti
21
Hasil Praktikum
22
JENIS PENGUJIAN PERCOBAAN 1 PERCOBAAN 2
Dasar Teori
Daya Tahan Agregat adalah ketahanan agregat untuk tidak hancur/pecah oleh pengaruh
mekanis ataupun kimia. Degradasi didefinisikan sebagai kehancuran agregat menjadi
partikel-partikel yang lebih kecil akibat pengaruh mekanis yang diberikan pada waktu
penimbunan pemadatan ataupun oleh beban lalu lintas.
Disintegrasi didefinisikan sebagai pelapukan pada agregat menjadi butir-butir halus akibat
pengaruh kimiawi seperti kelembapan, kepanasan ataupun perbedaan temperatur sehari-hari.
Dengan mesin Los Angeles, hal yang dapat diuji adalah karena pengaruh Mekanis atau
degradasi saja. Sedangkan disintegrasi dengan metode uji yang lain.
23
Faktor yang mempengaruhi tingkat degradasi adalah:
b. Jenis anggregat
c. Gradasi aggregat
d. Bentuk aggregat
e. Ukuran partikel
Nilai Keausan Agregat dikatakan baik apabila nilai abrasi/keausan kurang dari 35%, jika nilai
abrasi lebih dari 35% maka keausan agregat jelek/tidak baik.
Metode Pelaksanaan
Alat dan Bahan
4 Mesin Abrasi Los Angeles yang dilengkapi bola-bola baja denga diameter rata- rata
4.68 cm sebanyak 12 bola.
5 Agregat
Langkah Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum sesuai dengan petunjuk
instruksi dan teknisi.
2. Saring agregat yang akan digunakan dengan lolos ayakan no. 1/2”, ¾”, 3/8”.
3. Timbang agregat setelah diayak dengan berat masing- masing agregat 2500 gram.
4. Campur jadi satu agregat yang lolos ayakan tersebut sehingga jumlah total
agregat adalah 5000 gram.
24
5. Masukkan benda uji ke dalam mesin abrasi Los Angeles.
Berat Sebelum
Tertahan
a (gram)
3/4" 2500
3/8" 2500
Jumlah 5000
SESUDAH LOS ANGELES
No.12 5000 3865,4
PAN 5000 1134,6
Jumlah Berat 5000 5000
25
a = 5000 gram b = 3865,4 gram
c =a–b
= 1134,6 gram
𝜏
% Abrasi = 𝑎 x 100%
1134,6 𝑔𝑟𝑎𝑚
= x 100
5000 𝒈𝒓𝒂𝒎
= 22,692 %
Kesimpulan
Berdasarkan SNI 03-2417-2008 syarat untuk memenuhi nilai abrasi/keausan
adalah kurang dari 35%. Hasil praktikum abrasi/keausan didapat nilai abrasi
sebesar 22,692%. Jadi nilai keausan agregat tersebut memenuhi yaitu <35%.
26
3.4 Analisa Saringan (Sieve Analysis)
Pemeriksaan ini disesuaikan dengan:
( SNI 03 – 1968 – 1990 )
( ASTM C – 136 – 46 )
Benda Uji
Benda uji yang diperiksa adalah sebagai berikut :
Course Agregat : berat contoh yang diuji 1000 gram
Medium Agregat : berat contoh yang diuji 1000 gram
Fined Agregat : berat contoh yang diuji 500 gram
Natural Sand : berat contoh yang diuji 500 gram
Semua contoh yang digunakan sebagai benda uji diambil pada berat tetap. Berat
tetap adalah berat agregat kering oven pada suhu kamar dan diulang dioven satu jam
lagi setelah didinginkan pada suhu kamar lagi maka beratnya tetap, oven harus
senantiasa pada suhu ( 110 + 5 ) oC, karena air pada suhu 100 oC akan menguap
sehungga kandungan air pada agregat itu akan hilang.
3
Cara Kerja dan Pelaksanaan
Pelaksanaan disesuaikan buku petunjuk dengan nomor kode PB-0201-76.
1. Benda uji dikeringkan didalam oven dengan suhu (110 + 5)oC sampai berat tetap
2. Benda uji disaring lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling besar
ditempatkan paling atas. Saringan diguncang dengan tangan atau mesin
pengguncang selama 15 menit.
Perhitungan
Menghitung prosentase berat benda uji yang tertahan di atas masing-masing
saringan terhadap berat total benda uji.
Hasil Praktikum
Dari hasil percobaan diketahui bahwa presentase berat pada tiap tiap nomor
saringan yang tertahan ditimbang kembali untuk selanjutnya dimasukkan pada grafik.
Hasil percobaan dapat dilihat pada berikut ini:
COURSE AGREGAT
BERAT
BERAT PERSENTASE PERSENTAS
No NO AYAKAN KOMULATIF
TERTAHAN TERTAHAN E LOLOS
TERTAHAN
1 3/4 0 0 0 100
2 1/2 335 335 33,50 66,50
3 3/8 248,5 583,5 58,35 41,65
4 8 407 990,5 99,05 0,95
5 30 0,7 991,2 99,12 0,88
6 50 0,3 991,5 99,15 0,85
7 200 1,2 992,7 99,27 0,73
JUMLAH 992,70
Tabel analisa agregat CA
4
MEDIUM AGREGAT
1 3/4 0 0 0 100
2 1/2 14,4 14,4 1,44 98,56
3 3/8 24,8 39,2 3,92 96,08
4 8 955,8 995 99,50 0,50
5 30 2,3 997,3 99,73 0,27
6 50 0,2 997,5 99,75 0,25
7 200 1,3 998,8 99,88 0,12
JUMLAH 998,80
FINE AGREGAT
BERAT
NO BERAT PERSENTASE PERSENTAS
No KOMULATIF
AYAKAN TERTAHAN TERTAHAN E LOLOS
TERTAHAN
1 3/4 0 0 0 100
2 1/2 0 0 0 100
3 3/8 0 0 0 100
4 8 106,4 106,4 21,28 78,72
5 30 209,6 316 63,2 36,80
6 50 52,3 368,3 73,66 26,34
7 200 92,5 460,8 92,16 7,84
JUMLAH 460,80
Tabel analisa agregat FA
Natural Sand
BERAT
NO BERAT PERSENTASE PERSENTASE
No KOMULATIF
AYAKAN TERTAHAN TERTAHAN LOLOS
TERTAHAN
1 3/4 0 0 0 100
2 1/2 0 0 0 100
3 3/8 0 0 0 100
4 8 34 34 6,8 93,20
5 30 181,4 215,4 43,08 56,92
6 50 87,1 302,5 60,5 39,50
7 200 164,8 467,3 93,46 6,54
JUMLAH 467,30
Tabel analisa agregat NS
5
Gambar grafik analisa saringan
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Menentukan Proporsi agregat
Menentukan campuran aspal dan agregat untuk memperoleh prsentase yang sesuai
diperlukan data dara berupa analisa ayakan, berat jenis agregat, dan presentase agregat
yang masuk dalam Jobspek HRS/WC semi senjang.
CAMPURAN
MA BP 5 - 10 mm 8,0%
AGREGAT
FA BP 0 - 5 mm 36,0%
NS PASIR 34,00%
FF FILLER 1,00%
Semen 100 98,78 E. 0,94% 1% 1,0% 0,95% 0,94% 0,94% 0,93% 0,93%
- - - - 94% 100%
KADAR ASPAL : ( %) 5,0% 5,5% 6,0% 6,5% 7,0% 7,5%
NS
RASIO ( % ) :
FA
Tabel berat benda uji
Dari data yang dihitung didapat berat agregat beserta aspal sesuai persentase perhitungan.
4.2.1 Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan ketahanan (stabilitas)
terhadap kelelehan plastisitas ( flow ) dari campuran aspal . Ketahanan ( stabilitas )
ialah kemampuan suatu campuran aspal untuk menerima beban sampai terjadi
kelelahan beaban sampai terjadi kelelahan plastisitas ialah keadaan perubahan bentuk
suatu campuran aspal yang terjadi akibat suatu beban batas runtuh yang dinyatakan
dalam mm, atau 0,01”.
2 1189,4 60,8 1188,1 59,7 1192,8 58,5 1193,2 58,8 1169,1 59 1188,2 58,5
3 1195,1 60,3 1189,3 59,3 1095,1 54,4 1180,4 57,6 1183,2 58,8 1188,1 59,3
Tabel
Berat aspal dalam air
2 643 60,8 639 59,7 654 58,5 647 58,8 635 59 650 58,5
3 645 60,3 645 59,3 591 54,4 644 57,6 643 58,8 652 59,3
Tabel
Stabilitas
Sample 5% 5,50% 6% 6,50% 7% 7,50%
1 115 117 153 125 94 117
2 129 117 145 115 97 125
3 137 155 127 117 127 128
RATA - RATA 127 129,667 141,667 119 106 123,333
Tabel
Flow
Sample 5% 5,50% 6% 6,50% 7% 7,50%
1 220 164 87 640 500 610
2 490 143 290 420 75 280
3 202 270 430 233 587 680
RATA - RATA 3,04 1,92333 2,69 4,31 3,87333 5,23333
Tabel
4.2.4 Marshall
Dalam menghitung Marshall data yang diperoleh setelah benda uji jadi
dimasukkan dalam perhitungan Marshall. Selain itu perhitungan Marshall
juga menggunakan acuan dari tabel Kalibrasi agar nilai Proving Ring bisa
diperoleh.
Tabel
Flow
6
3 Flow
Poly. (Flow)
2
0
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8
Grafik
Stabilitas
160
140
120
100
80 Stabilitas
60 Poly. (Stabilitas)
40
20
0
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8
Grafik
Density
2.22
2.21
2.2
2.19
2.18 Density
2.16
2.15
2.14
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8
Grafik
Aspal Efektif
6.00%
5.00%
4.00%
1.00%
0.00%
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8
Grafik
Void
9.00%
8.00%
7.00%
6.00%
5.00%
Void
4.00%
Poly. (Void)
3.00%
2.00%
1.00%
0.00%
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8
Grafik
Rongga Aspal
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
Rongga Aspal
40.00%
Poly. (Rongga Aspal)
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8
Grafik
Rongga Agregat
14.70%
14.60%
14.50%
14.40%
14.30%
14.20% Rongga Agregat
14.10% Poly. (Rongga Agregat)
14.00%
13.90%
13.80%
13.70%
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8
Grafik
Grafik
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan diperoleh:
Penentuan persentase Agregat didapat dari Grafik yang diperoleh 21%; 8%;
36%; 34%; 1%
Kadar Aspal yang diperoleh pada Job Spek HRS/WC dari perhitungan
Proporsi didapat 5%; 5,5%; 6%; 6,5%; 7%; 7,5%.
Dalam perhitungan Proporsi yang menjadi acuan adalah penentuan persentase
Agregat yang kemudian menentukan persentase untuk berat benda uji.
Menghitung Marshall bergantung pada berat jenis Agregat.
DAFTAR PUSTAKA
ASTM D 1559-76
AASHTO (T–164–80).
Kementrian Pekerjaan Umum Bina Marga, Spesifikasi Umum 2010
AASHTO T-209-1990