Anda di halaman 1dari 20

BAB IV

HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

Commented [am1]: Hasil perhitungan ini diperbesar tulisannya


dan dicantumkan di Lampiran

Here

Commented [am2]: Hasil perhitungan ini diperbesar tulisannya


dan dicantumkan di Lampiran

Here2

Commented [am3]: Hasil perhitungan ini diperbesar tulisannya


dan dicantumkan di Lampiran

40
Commented [am4]: Hasil perhitungan ini diperbesar tulisannya
dan dicantumkan di Lampiran

4.1. ANALISA HIDROLOGI

Analisa hidrologi diperlukan untuk menentukan besarnya curah hujan


rencana serta banjir rencana dalam periode ulang tertentu. Dalam sistem drainase
di kawasan pasar maesan direncanakan curah hujan rancangan dengan periode
ulang 10 tahun (R10) dan debit banjir dengan periode ulang 10 tahun (Q10).

4.1.1. Analisa Curah Hujan Harian Maksimum Rata-Rata.

Supirin 2004, cara yang sebenarnya ditempuh untuk mendapatkan hujan


maksimum rata-rata dengan cara, Menentukan hujan maksimum diperoleh
dengan menggunakan metode poligon Thiessen

41
Commented [am5]: Gambar Polygon Thiessen-nya masih
belum betul.

Gambar 4.1.1 Pembagian daerah timbang Poligon thieseen

Data hujan tahun 2004:


R1(stasiun hujan Patrang) = 104 mm, luasan 1A = 4.59 Ha
R2(stasiun hujan Kaliwates) = 97 mm , luasan A2 = 4.33 Ha
R3(stasiun hujan Sumbersari) = 110 mm , luasan A3 = 9.35 Ha

R1 x 1A + Rn x An
CH = 𝐴1+𝐴𝑛
104x 4.59 + 97 x 4.33+102x9.35
= 4.59+4.33+9.35

= 99.94 mm
Dari hasil perhitungan curah hujan harian maksimum dengan rumus polygon
thieseen yang dianggap lebih akurat karena menggunakan daerah timbang
dengan menggunakan tiga stasiun penakar hujan yaitu stasiun hujan Maesan,
Stasiun hujan Jelbuk dan Sukowono maka dapat dilihat pada tabel 4.1.1 curah
hujan harian maksimum 2004-2013.

Tabel 4.1.1. Curah Hujan Harian Maksimum 2004-2013

Sumber : Perhitungan

42
4.1.2. Analisa Frekuensi dan Distribusi Curah Hujan Rencana

Analisa frekuensi bertujuan untuk memilih metode distribusi curah


hujan rancangan dari berbagai metode yang ada. Dalam contoh
perhitungan analisa frekuensi dipakai pada tahun 2006, dengan
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
Kolom 3 = (Ri) curah hujan harian maksimum tahun 2006,
Kolom 4 = (P) ploting = [(m/(n+1)] x 100
Kolom 5 = Ri – R(rerata)
Kolom 6 = (Ri – R(rerata))2
Kolom 7 = (Ri – R(rerata))3
Kolom 8 = (Ri – R(rerata))4

Tabel 4.1.2. Analisa Frekuensi dan Distribusi Data Hujan Rancangan

Sumber : Perhitungan

∑𝑛
𝑛−1(𝑅𝑖−𝑅(𝑅𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎))
2
Standart Deviasi(S) = √
𝑛−1
n
Koef Swekness (Cs) = ∑n (Ri − R)3
(n−1)(n−2)s3 i=1

1 𝑛
∑𝑛−1(𝑅𝑖−𝑅)4
Koefisien Kourtosis (Ck) = 𝑛
𝑠4

43
Berdasarkan ketentuan nilai koefisien kemencengan Cs = 0,758, maka
digunakan distribusi Log Person Type III sesuai dengan syarat pemilihan
distribusi, nilai koefisien kemencengan Cs harus memenuhi kriteria sebagai
berikut :

1. Distribusi Normal ; Cs = 0, Ck = 3
2. Distribusi Log Normal ; Cs = 3 Cv, Cv = 0,6
3. Distribusi Gumbel ; Cs < 1,1396, Ck < 5,4002
4. Distribusi Log Pearson Type III ; atau yang tidak termasuk diatas

4.1.3. Log Person Tipe III

Langkah langkah perhitungan distribusi Log Person Tipe III sebagai


berikut :

Kolom 3 = Data hujan maksimum hujan tahun 2006

Kolom 4 = Log X

Kolom 5 = (Log X – Log X)

Kolom 6 = (Log X – Log X)2

Kolom 7 = (Log X – Log X)3

Perhitungan analisa distribusi Log Person III dapat ditampilkan


pada tabel 4.1.3. distribusi log person III.

44
Tabel 4.1.3. Distribusi Log Person III
2 3
No Tahun R LogR Log R -Log Rr (Log R -LogRr ) (LogR -LogRr ) Hasil Perhitungan Ket
(mm)

1 2006 120,2 2,080 0,143 0,020 0,003 Log Rr = 1,9368


2 2007 90,8 1,958 0,021 0,000 0,000 S = 0,0741
3 2008 99,1 1,996 0,059 0,004 0,000 Cs = 0,1621
4 2009 73,0 1,864 -0,073 0,005 0,000 G(2) = 0,10826 Tabel
5 2010 78,8 1,896 -0,040 0,002 0,000 G(5) = 0,85549 Tabel
6 2011 92,0 1,964 0,027 0,001 0,000 G(10) = 1,1898 Tabel
7 2012 84,5 1,927 -0,010 0,000 0,000 G(25) = 1,5068 Tabel
8 2013 85,4 1,932 -0,005 0,000 0,000 G(50) = 1,6910 Tabel
9 2014 88,2 1,945 0,009 0,000 0,000 G(100) = 1,8435 Tabel
10 2015 64,0 1,806 -0,131 0,017 -0,002

n= 10
Jumlah 19,368 0,000 0,049 0,000
Rata-rata Log Rr 1,937

Sumber : Perhitungan

Dari perhitungan nilai S dan G didapat dari rumus sebagai berikut :

∑(𝐿𝑜𝑔 𝑋−𝐿𝑜𝑔 𝑋)2 0,5


S=( )
𝑛−1

∑(𝐿𝑜𝑔 𝑋−𝐿𝑜𝑔 𝑋)3


G= (𝑛−1)(𝑛−2)𝑥 𝑠3

Dengan Koefisien kemencengan G= 0,10826, maka harga K untuk


periode T ulang 10 tahun Diperoleh K antara 1,27-1,282 perhitungan K dengan
kala ulang 10 tahun dijelaskan dihalaman berikut.

Data : Koef G (Y) = -0,05454

Batas atas koefisien G (A) = 0

Batas bawah koef G (C) = -0,1

Batas atas K (B) =1,27

Batas bawah K (D) = 1,282

Nilai K dicari dengan interpolasi dengan rumus :

45
Koef G Koef K

A=0 B = 1,282

Y = -0,05454 K=?

C= -0,1 D = 1,27

(𝑌−𝐴)
K=B+ x (D-B) (4.16)
(𝐶−𝐴)

( −0,05454−0)
= 1,282+ x (1,27-1,282)
(−0,1−0)

K = 1,2755

Tabel 4.1.3.2. Analisa Probabilitas Hujan

Tr Pr K K . Sy Log Rt Rt
(tahun) (%) (mm)

2 50 0,108 0,01 1,94 88,06


5 20 0,855 0,06 2,00 100,04
10 10 1,190 0,09 2,02 105,92
25 4 1,507 0,11 2,05 111,80
50 2 1,691 0,13 2,06 115,38
100 1 1,844 0,14 2,07 118,42

Sumber : Perhitungan

4.1.4. Memperkirakan Debit Banjir Rencana

Berdasarkan luasan pengaliran kurang dari 300Ha, maka memperkirakan


debit banjir rencana menggunakan Metode Rasional dengan kala ulang
2,5,10,25,50,100 tahun. Persamaan metode rasional.

4.1.4.1. Perhitungan Waktu Konsentrasi (tc)


Perhitungan waktu konsentrasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

𝐿 0,77
Tc = 0,0195 ( )
√𝑆

Dengan :

46
Tc = Waktu konsentrasi
L = Panjang jarak dari tempat terjauh di daerah aliran sampai
tempat pengamatan banjir di Saluran 1 (360 m )
∆H = Selisih ketinggian antara tempat terjauh dan tempat
pengamatan disaluran A
S = Perbandingan selisih tinggi antara tempat terjauh dan tempat
pengamatan terhadap L, yaitu ∆H : L, atau sama dengan
kemiringan rata-rata dari daerah aliran.

Hasil perhitungan waktu konsentrasi (tc) tiap-tiap saluran berbeda-beda


tergantung panjang saluran serta beda tinggi dasar saluran. Hasil perhitungan
waktu konsentrasi (tc ). Hasil perhitungan ini dapat dilihat ditabel persaluran
dalam tabel waktu konsentrasi dihalaman berikutnya.

47
TABEL 4.1.5.1. WAKTU KONSENTRASI

NO NAMA SALURAN L (M) ELEVASI HULU ELEVASI HILIR ∆H (M) S Tc(MENIT) Tc(JAM)
1 Sal 1 321 119 114 5 0,0156 8 0,137
2 Sal 2 252 120 116 4 0,0159 7 0,113
3 Sal 3 352 117 119 2 0,0057 13 0,217
4 Sal 4 45 299 298,5 1 0,022222222 30 0,034454
5 Sal 5 50 299 298,7 1 0,02 9 0,047370
Sumber :Perhitungan

48
4.1.4.2. Intensitas Hujan Rata-rata
Intensitas hujan (mm/jam ) dapat diturunkan dari data curah hujan harian
(mm) empiris menggunakan metode mononobe, intensitas curah hujan (I)
dalam rumus rasional dapat dihitung berdasarkan rumus (loebis 1992) :

𝑅24 24 2/3
I= ( )
24 𝑡
Dengan :
I = intensitas curah hujan (mm/jam )
R24 = curah hujan rancangan setempat

 CONTOH PERHITUNGAN SALURAN 1 :


Curah hujan rancangan 10 tahun = 142,91 mm
T = lama curah hujan ( 0,291 jam )
142,91 24
I= ( )2/3
24 0,291

= 112,401 mm/jam
Metode perhitungan menggunakan metode mononobe. Yang menghitung
intensitas dengan kala ulang persaluran mulai dari 2 tahun sampai 100 tahun,
dapat dilihat pada tabel intensitas 4.1.5.2. :

Tabel 4.1.5.2. Intensitas Hujan Rata-rata


Nama
kala ulang(th) Hujan Rancangan Tc (jam) Intensitas(I)
Saluran
2 88,06 0,255 49,196
5 100,04 0,255 53,562
10 105,92 0,255 55,639
Sal 1
25 111,80 0,255 57,682
50 115,38 0,255 58,904
100 118,42 0,255 59,935
2 88,06 0,193 59,274
5 100,04 0,193 64,534
10 105,92 0,193 67,036
Sal 2 25 111,80 0,193 69,498
50 115,38 0,193 70,970
100 118,42 0,193 72,213
2 88,06 0,284 45,825
5 100,04 0,284 49,892
10 105,92 0,284 51,826
Sal 3
25 111,80 0,284 53,730
50 115,38 0,284 54,868
100 118,42 0,284 55,828

49
Sumber : Perhitungan

4.1.4.3. Koefisien Tata Guna Lahan


Berdasarkan fungsi tata guna lahan, maka koefisien tata guna lahan
di saluran 1 sebagai berikut :

Persawahan 0,7
Perumahan 0,65
Tanah kosong 0,15

Commented [am6]: Lho? Kok stasiun?

50
Gambar 4.1.5.3.1. Peta Tata Guna Lahan
Commented [am7]: Peta tata guna lahan tidak seperti ini.
diperbaiki

Gambar 4.1.5.3.2. Peta Tata Guna Lahan Satelit

51
4.1.4.4. Debit Banjir Rencana
Persamaan Metode Rasional dengan contoh perhitungan pada saluran 1
sebagai berikut :

 CONTOH PERHITUNGAN SALURAN 1 :


Q = Debit banjir maksimum (m3/dtk)
C = koefisien pengaliran/limpasan tata guna lahan = 0,650
I = itensitas curah hujan rata-rata (mm/jam)
Itensitas hujan rancangan 10 tahun = 112,401 mm/jam
A = luas daerah pengaliran (km2) luas daerah DAS saluran 1A =
0,021 km2
Q = 0,2778 . C . I . A
= 0,2778 . 0,650 . 112,401 . 0,021
= 0,460919945 m3/dtk

Kemudian untuk debit banjir rencana saluran di tambah keperluan air


yang di gunakan dalam stasiun yaitu : 3 liter/penumpang/hr, sehingga di
dapat 0,0347 Q(m2/det). Maka di lihat pada tabel debit banjir rencana,
sebagai berikut.

52
Tabel 4.1.5.4. Debit Banjir Rencana*

Nama Saluran Kala Ulang(th) CDAS I(mm)/jam A(m2) Q(m³/detik)

2 0,650 49,196 2,52 22,38602172


5 0,650 53,562 2,52 24,3726349
10 0,650 55,639 2,52 25,31771254
Sal 1
25 0,650 57,682 2,52 26,24752071
50 0,650 58,904 2,52 26,80343966
100 0,650 59,935 2,52 27,27272499
2 0,650 59,274 0,98 10,43545655
5 0,650 64,534 0,98 11,36153515
10 0,650 67,036 0,98 11,80209206
Sal 2
25 0,650 69,498 0,98 12,23553097
50 0,650 70,970 0,98 12,49467787
100 0,650 72,213 0,98 12,71343968
2 0,700 45,825 0,72 6,416003377
5 0,700 49,892 0,72 6,985381761
10 0,700 51,826 0,72 7,256248172
Sal 3
25 0,700 53,730 0,72 7,522738236
50 0,700 54,868 0,72 7,682068818
100 0,700 55,828 0,72 7,816569547
Sumber : Perhitungan

4.1.5. Kamiringan Dasar Saluran

Perbandingan selisih tinggi antara tempat terjauh (∆H) dan tempat

pengamatan terhadap panjang saluran (L), yaitu ∆H / L. Penentuan kemiringan


dasar saluran diusahakan mengikuti kemiringan permukaan kontur tanah
didaerah rencana. Contoh perhitungan pada saluran 1 dengan data sebagai
berikut :
 CONTOH PERHITUNGAN SALURAN 1 :

L = 360 m , ∆H =1m
∆H
I =
L

53
1
= = 0,00278
360
Setelah melakukan perhitungan kemiringan saluran seperti persamaan di
atas maka dapat ditabelkan dalam tabel kemiringan dasar saluran sebagai
berikut :

Tabel 4.1.6. Kemiringan Dasar Saluran

L ∆H
No Nama Saluran I (mm/jam)
(m) (m)
1 Sal 1 321 5 0,015576324
2 Sal 2 252 4 0,015873016
3 Sal 3 352 2 0,005681818
Sumber : Perhitungan

4.1.6. Perencanaan Saluran

Maka persamaan di atas dapat ditabelkan pada tabel Perencanaan


Dimensi Trapesium Existing

Tabel 4.1.7. Harga Koef Manning

NO BAHAN KOEF. MANNING


1 Besi Tuang di lapis 0,014

2 Kaca 0,010

3 Saluran beton 0,013

4 Batu dilapis Mortar 0,050

5 Pasangan batu disemen 0,025

6 Saluran tanah bersih 0,022

7 Saluran tanah 0,030

54
8 Saluran dengan dasar batu dan rumput 0,040

9 Saluran pada galian batu padas 0,040

4.1.7. Perencanaan Dimensi Saluran Trapesium

Untuk menentukan dimensi saluran berbentuk Trapesium antara lain :


1. Lebar dasar saluran (b) adalah lebar dasar saluran Existing = 0,70 m,
2. Kedalaman aliran (y) adalah jarak vertikal titik terendah pada suatu
penampang saluran sampai ke permukaan bebas = 0,90 m
3. Kemiringan dinding tebing adalah 1(horisontal):2(vertikal). Maka nilai
m = 0,5
4. Lebar puncak (T) adalah lebar penampang saluran pada permukaan
bebas dengan cara :

T = b+y(m1+m2)

Keliling basah (P) adalah panjang garis perpotongan dari


permukaan basah saluran dengan bidang penampang melintang yang tegak lurus
arah aliran.

P = b+y ( √1 + 𝑚12 + √1 + 𝑚22 )

Jari – jari hidrolik (R) adalah rasio luas basah dengan keliling
basah
𝐴
R=
𝑃

Menurut data existing dinding saluran menggunakan Pasangan batu


semen dengan kondisi baik, maka nilai koefisien kekasaran manning
sebesar n = 0,025

7. Dalam evaluasi sistem drainase di kawasan ini saluran 3 kecepatan


aliran menggunakan metode manning dengan persamaan sebagai
berikut :

55
V = Kecepatan aliran dalam saluran (m/dtk)
n = Koefisien kekasaran manning
R = Radius hidrolik
S = Kemiringan dasar saluran
1
V = x R2/3 x S1/2
𝑛
Untuk menentukan jenis aliran adalah nisbah antara
gaya gravitasi dan gaya inersia, yang dinyatakan dengan bilangan
Froude (Fr). Bilangan Froude didefinisikan sebagai berikut :
V = kecepatan aliran (m/dtk)
y = kedalaman aliran (m)
g = percepatan gravitasi (m/dtk)
𝑉
Fr =
√𝑔 .𝑦
Menentukan Debit tiap saluran dengan rumus :
A = Luas penampang basah
V = Kecepatan aliran dalam saluran
Q =VxA

56
Tabel 4.1.8. Perencanaan Dimensi Trapesium Existing

Commented [am8]: Saluran 1 kan gak perlu diubah.


NAMA b y m T h(jagaan) A p R I v Qsal qrec Kenapa di bagian bawah ada perubahan di saluran 1?
NO n fr Tindakan
SALURAN (m) (m) (m) (m) (m²) (m) (m) (mm/jam) m/s m³/s m³/s
1 Sal 1 2,1 1,2 0,5 3,30 0,23 2,52 4,783 0,527 0,025 0,003115265 0,0093 0,0027 0,023314627 0,00044 Tetap Dimensinya
2 Sal 2 1,3 0,75 0,5 2,05 0,23 0,98 2,977 0,328 0,025 0,003968254 0,0036 0,0013 0,003485941 0,000129 Tetap Dimensinya
3 Sal 3 1,1 2,5 0,5 3,60 0,23 2,75 6,690 0,411 0,03 0,002840909 0,0047 0,0009 0,01290688 0,000129 Tetap Dimensinya

Perubahan dimensi
1 Sal 1 0,70 1,20 0,5 1,90 0,30 1,56 3.383 0,461 0,025 0,0028 1.258 0,379 1,96 1,89 Qsal > qrec…..0k
Sumber : Perhitungan

57
Solusi :
Bila terjadi luapan air di sebabkan adanya banyak sampah dan lendutan di dalam saluran

58
Commented [am9]: Salurannya kan ada 3, kenapa sekarang
jadi ada 5?
Ini kan dari tugas angkatan sebelumnya?

Gambar 4.1.8. Dimensi Saluran

59

Anda mungkin juga menyukai