Anda di halaman 1dari 16

PENGENDALIAN MUTU

ASBUTON CAMPURAN PANAS & HANGAT

1. UMUM

Dalam pekerjaan asbuton campuran beraspal panas dan hangat, pengendalian mutu
harian merupakan suatu proses yang sangat penting untuk menilai kualitas campuran
yang dihasilkan dibandingkan dengan rencana dalam JMF (Job Mix Formula).
Penyimpangan kualitas yang tidak diketahui mengakibatkan tidak adanya tindakan
koreksi dan akan berakibat umur pelayanan perkerasan lebih singkat dari yang
direncanakan.

Pengambilan contoh (jumlah yang cukup & mewakili) dan pengujian merupakan dua hal
yang sangat penting dalam fungsi pengendalian mutu. Data dari pengujian ini
merupakan alat untuk menilai kualitas produksi apakah memenuhi syarat atau tidak.
Dengan alasan ini, pengambilan contoh dan prosedur pengujian harus dilakukan dengan
hati-hati dan benar.

Salah satu kesalahan yang besar dalam menguji material adalah kegagalan untuk
mengambil contoh yang mewakili.

Secara umum dalam pengendalian mutu harian, yang perlu diperhatikan agar
pengendalian mutu yang dilaksanakan dapat menggambarkan kualitas pekerjaan
dengan baik, adalah :

a) Jumlah sample cukup


b) Sample mewakili
c) Pengujian yang dilaksanakan sesuai standar
d) Hasil pengujian diharapkan tersedia tepat waktu, hasil yang terlalu lama akan
berakibat pada tidak tersedianya waktu yang cukup untuk melaksanakan tindakan
koreksi atau perbaikan.

Pengendalian mutu yang dilaksanakan untuk pekerjaan asbuton campuran panas dan
hangat secara umum serupa dengan campuran beraspal konvensional.

2. PENGENDALIAN MUTU BAHAN

Pada asbuton campuran panas, bahan yang digunakan adalah agregat, aspal keras pen
60 dan asbuton butir. Sementara pada asbuton campuran hangat, bahan yang
digunakan adalah agregat, peremaja (aspal keras pen 60 + bahan tambah seperti BO,
MFO) dan asbuton butir. Perbandingan dari masing-masing bahan tersebut ditentukan
pada saat pembuatan JMF (Job Mix Formula).

1
a) Pengambilan contoh aspal keras

Pengambilan contoh aspal dilaksanakan sesuai dengan SNI 03-6399-2000.


Pengambilan contoh aspal keras dari tiap truk tangki dilaksanakan pada bagian
atas, tengah dan bawah. Contoh pertama yang diambil langsung diuji di
laboratorium lapangan untuk memperoleh nilai penetrasi dan titik lembek. Aspal di
dalam truk tangki tidak boleh dialirkan ke dalam tangki penyimpan sebelum hasil
pengujian memenuhi ketentuan. Apabila aspal keras tersedia dalam bentuk drum,
maka pengambilan contoh aspal harus dilakukan untuk setiap akar 3 ( ³√ ) dari
jumlah drum.

b) Pengambilan contoh asbuton butir

Adapun pengambilan contoh Asbuton Butir harus dilakukan untuk setiap akar 3 ( ³√ )
dari jumlah kemasan. Sedangkan untuk asbuton butir yang diolah di lokasi
pencampur harus dilakukan untuk setiap 50 ton atau diambil minimum 4 contoh dari
setiap tempat penimbunan.

Contoh pertama yang diambil harus langsung diuji di laboratorium lapangan untuk
memperoleh kadar bitumen, ukuran butir maksimum dan kadar air. Asbuton Butir
yang dipasok tidak boleh diterima sebelum hasil pengujian contoh tersebut
memenuhi ketentuan.

c) Pengambilan contoh peremaja

Peremaja digunakan untuk asbuton campuran hangat, yang terbuat dari


pencampuran aspal pen 60 dengan bahan tambah, seperti BO (Bunker Oil), MFO
(Merin Fuel Oil). Perbandingan antara kedua bahan tersebut disesuaikan agar
diperoleh bahan peremaja yang memenuhi syarat. Umumnya perbandingan antara
bahan tambah dengan aspal keras, antara 35-65 s/d 45-55 untuk memperoleh nilai
PH 1000 (viskositas 100-200 detik pada suhu 82,2 oC).

Pengambilan contoh peremaja dilaksanakan sesuai dengan SNI 03-6399-2000.


Pengambilan contoh aspal keras dari tiap truk tangki dilaksanakan pada bagian
atas, tengah dan bawah. Apabila peremaja tersedia dalam bentuk drum, maka
pengambilan contoh peremaja harus dilakukan untuk setiap akar 3 ( ³√ ) dari jumlah
drum. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian viskositas dan kelekatan.

d) Pengambilan contoh agregat

Agregat di stockpile bervariasi dari titik ke titik, sehingga diperlukan usaha yang
cermat untuk memastikan bahwa contoh pengujian mewakili keadaan agregat yang
sebenarnya. Jika agregat tersebut mengalami segregasi , maka tidak boleh
digunakan. Pengambilan contoh agregat dari stockpile dimaksudkan untuk
pengujian abrasi setiap 5000 m3, untuk pengujian gradasi setiap 1000 m3 dan
pengujian setara pasir untuk agregat halus setiap 250 m3.

2
Guna mendapatkan contoh agregat yang mewakili dari suatu penyimpanan bahan
digunakan sekop berujung persegi dan papan dengan langkah sebagai berikut:

 Tentukan tempat pengambilan contoh agregat pada tempat penimbunan dan


masukkan papan kedalam timbunan diatasnya dengan tegak.
 Buang agregat pada daerah miring dibawah papan hingga diperoleh tempat yang
rata dan datar untuk pengambilan contoh.
 Masukkan sekop kedalam bagian yang datar dan pindahkan satu sekop penuh
agregat kedalam ember, lakukan dengan hati-hati.

a. b. c.

Gambar 1. Metoda Pengambilan Contoh Agregat dari Stockpile

Pengambilan contoh agregat di hotbin dilaksanakan setiap 250 m3 produksi, atau


minimum 2 contoh per hari. Pengambilan contoh agregat panas dan atau dingin
diperlukan untuk pemeriksaan gradasi. Contoh agregat panas untuk setiap fraksi
diambil dari masing-masing bin panas (hot bin) yang telah dilengkapi dengan
fasilitas untuk pengambilan contoh. Alat pengambilan contoh yang digunakan harus
dari logam berbentuk kotak persegi panjang ukuran kira-kira panjang 30 cm, lebar
30 cm dan tinggi 10 cm, yang dilengkapi dengan pegangan. Ambil contoh agregat
dari setiap bin dan ratakan kelebihan agregat bagian atas kotak. Sekitar tiga atau
empat kali jumlah agregat yang diperlukan, diambil dari setiap bin dan dimasukkan
kedalam kontainer contoh agregat. Pengambilan contoh agregat dari hot bin,
dengan cara menjatuhkan agregat melalui kotak penimbang dan pugmill kedalam
truk, atau menempatkan shovel di bawah lubang curahan, merupakan metode yang
tidak teliti dalam pengambilan contoh agregat.

Kuantitas pengambilan contoh agregat hendaknya lebih banyak daripada jumlah


sebenarnya yang dibutuhkan untuk pengujian. Untuk memperkecil jumlah dan
mendapatkan contoh yang mewakili dalam pengujian, contoh tersebut dibagi
dengan menggunakan alat pembagi contoh seperti diperlihatkan pada Gambar 2.

3
Gambar 2. Alat pembagi contoh (sample splitter)

Secara ringkas, pengendalian mutu bahan diperlihatkan pada Tabel 1. Pengendalian


mutu tersebut merupakan pekerjaan harian sehingga alat uji yang diperlukan harus
tersedia di lapangan. Hasil pengujian yang tersedia tidak tepat waktu akan
menyebabkan tindakan koreksi/perbaikan yang harus dilakukan menjadi terlambat.

Tabel 1. Pengendalian Mutu Bahan

Pengujian Frekwensi pengujian


Aspal :
Aspal berbentuk drum ³√ Dari jumlah drum
Aspal curah Setiap tangki aspal
Jenis Pengujian aspal drum dan curah mencakup :
Penetrasi dan Titik Lembek
Asbuton Butir ³√ Dari jumlah kemasan
- Kadar Air
- Ekstraksi (kadar aspal)
- Ukuran butir
Peremaja :
Peremaja berbentuk drum ³√ Dari jumlah drum
Peremaja curah Setiap tangki aspal
Jenis Pengujian peremaja drum dan curah mencakup :
Viskositas, kelarutan dan kelekatan
Agregat :
- Abrasi dengan mesin Los Angeles 5000 m3
- Gradasi agregat yang ditambahkan ke tumpukan 1000 m3
3
- Gradasi agregat dari penampung panas (hot bin) 250 m (min. 2 pengujian
per hari)
- Nilai setara pasir (sand equivalent) 250 m3

4
3. PENGENDALIAN MUTU CAMPURAN BERASPAL

3.1. Pengendalian Mutu Proses Produksi

Pengendalian selama proses produksi sangat penting untuk dapat menjamin kualitas
campuran beraspal yang dihailkan sesuai dengan yang disyaratkan. Pengendalian
tersebut antara alain adalah :

Bin dingin (cold bins)


Kontinuitas aliran material dari bin dingin ini sangat berpengaruh terhadap produksi
campuran beraspal, untuk itu perlu pengendalian mutu yang ketat pada bin dingin.
Pemeriksaan agregat pada bin dingin meliputi :

a) Tidak ada perubahan gradasi agregat. Perubahan gradasi dapat disebabkan karena
perbedaan quari atau suplier. Jika terjadi perubahan gradasi agregat, maka harus
dilakukan pembuatan FCK/JMF kembali.
b) Agregat tidak bercampur. Pencampuran agregat antar bin yang berdekatan dapat
dicegah dengan membuat pemisah yang cukup dan pengisian tidak berlebih.
Pengisian yang baik dimungkinkan jika ukuran bak (bucket) loader lebih kecil dari
bukaan mulut bin dingin.
c) Kalibrasi bukaan bin dingin secara periodik.
d) Bukaan bin dingin kadang-kadang tersumbat, misalnya jika agregat halus basah,
agregat terkontaminasi tanah lempung, atau penghalang lain yang tidak umum
seperti batu dan kayu.
e) Perubahan kecepatan ban berjalan, dan ada operator yang mengontrol aliran agregat
dan membuang material yang tidak perlu.

Pengering (dryer)
Pengering (dryer) mempunyai fungsi; (1) menghilangkan kandungan air pada agregat,
dan (2) memanaskan agregat sampai suhu yang disyaratkan. Pemeriksaan yang
diperlukan pada bagian ini adalah :

a) Kalibrasi alat pengukur suhu


b) Pemeriksaan suhu agregat yang dipanaskan
c) Pengamatan pada asap yang keluar dari cerobong asap. Jika asap berwarna hitam
berarti pembakaran yang terjadi tidak sempurna. Sementara jika asap berwarna putih
berkabut (mengandung uap air) berarti agregat basah dan ada kemungkinan kadar
air masih tertinggal setelah proses pengeringan.

Ruang kontrol operasi


Pada bagian ini operator AMP sangat berperan. Jika keseimbangan waktu pencapaian
berat tiap bin panas sulit tercapai, maka operator harus membuang agregat tersebut dan
melakukan pemeriksaan aliran material mulai dari bin dingin. Akan tetapi jika ketidak
seimbangan waktu tersebut dipaksakan terus berjalan, maka dapat dipastikan akan
terjadi penyimpangan gradasi akibat proporsi masing-masing bin panas tidak sesuai.

5
Aliran agregat yang tidak seragam juga dapat menyebabkan temperatur campuran
menjadi bervariasi. Pemeriksaan yang dilakukan pada bagian ini adalah :

a) Akurasi penimbangan agregat, aspal dan asbuton butir. Penimbangan yang tidak
akurat atau timbangan yang tidak berfungsi baik, dapat menyebabkan terjadinya
penyimpangan gradasi, kadar aspal atau kadar asbuton butir.

b) Temperatur di hot bin dan drier. Temperatur di hot bin dan drier umumnya dapat
dilihat dari ruang operasi. Pengendalian temperatur tersebut akan sangat
menentukan temperatur pencampuran asbuton. Temperatur pencampuran yang
terlalu tinggi atau terlalu rendah akan menyebabkan kualitas asbuton campuran
panas atau hangat tidak sesuai dengan yang disyaratkan.

c) Waktu pencampuran. Proses pencampuran asbuton, dimulai dari pencampuran


antar agregat (dry mix), kemudian antara agregat dengan aspal atau peremaja (wet
mix), dan terakhir setelah 3-4 detik wet mix kemudian dimasukkan asbuton butir.
Waktu pencampuran dry mix umumnya 2-5 detik dan waktu pencampuran wet mix
sekitar 40 detik. Waktu pencampuran yang terlalu lama akan berakibat aspal
beroksidasi dan selanjutnya mengalami proses penuaan. Aspal yang mengalami
penuaan akan kehilangan daya lentur dan lekatnya, sehingga perkerasan menjadi
mudah retak.

3.2. Pengendalian Mutu Produksi

Pemeriksaan terhadap hasil produksi AMP sangat diperlukan untuk mengetahui secara
dini penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, sehingga dapat diperbaiki dengan
segera. Pengendalian secara visual meliputi, antara lain :

a) Penyelimutan aspal pada agregat


b) Terjadi penggumpalan atau tidak
c) Warna asap; biru menyatakan kelebihan panas (overheating) dan warna asap putih
berkabut (uap air) menyatakan kadar air pada agregat masih relatif tinggi.
d) Tampak campuran di dalam bak truk yang rata menyatakan kelebihan panas atau
kadar aspal atau kadar air relatif tinggi.
e) Jika campuran menggumpal kemungkinan kurang panas (underheating)

Kebersihan truk pengangkut juga harus diperhatikan tertutama kebersihan bak (bebas
dari bahan yang dapat merusak aspal, seperti solar atau oli). Bak harus ditutup dengan
terpal selama proses pengangkutan untuk mencegah penurunan temperatur pada
permukaan.

Pemeriksaan secara visual hanya bersifat indikasi, pemeriksaan dengan alat juga harus
dilakukan. Pemeriksaan tersebut meliputi :

a) Pemeriksaan temperatur di atas truk pengangkut (dump truck) dengan pengukur


suhu
6
b) Pengambilan contoh uji untuk pengujian sifat-sifat fisik campuran dengan jenis,
jumlah dan frekuensi sesuai dengan persyaratan.

Pengambilan benda uji umumnya dilakukan di instalasi pencampuran aspal, tetapi


Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan pengambilan benda uji di lokasi penghamparan
bilamana terjadi segregasi yang berlebihan selama pengangkutan dan penghamparan
asbuton campuran panas.

Frekuensi minimum pengujian yang diperlukan dari Penyedia Jasa untuk maksud
pengendalian proses harus seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 2 di bawah ini atau
sampai dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.

Enam cetakan Marshall harus dibuat dari setiap contoh. Benda uji harus dipadatkan
pada suhu yang disyaratkan dan dalam jumlah tumbukan yang disyaratkan. Kepadatan
benda uji rata-rata (Gmb) dari semua cetakan Marshall yang dibuat setiap hari akan
menjadi Kepadatan Marshall Harian.

Direksi Pekerjaan harus memerintahkan Penyedia Jasa untuk mengulangi proses


campuran rancangan dengan biaya Penyedia Jasa sendiri bilamana Kepadatan Marshall
Harian rata-rata dari setiap produksi selama empat hari berturut-turut berbeda lebih 1 %
dari Kepadatan Standar Kerja (JSD).

Hasil dan catatan pengujian berikut ini, yang dilaksanakan setiap hari produksi, beserta
lokasi penghamparan yang sesuai harus disiapkan :

(1) Analisa ayakan (cara basah), paling sedikit dua contoh agregat dari setiap
penampung panas.

(2) Temperatur campuran saat pengambilan contoh di instalsi pencampur aspal (AMP)
maupun di lokasi penghamparan (satu per jam).

(3) Kepadatan Marshall Harian dengan detil dari semua benda uji yang diperiksa.

(4) Kepadatan dan persentase kepadatan lapangan relatif terhadap Kepadatan


Campuran Kerja (Job Mix Density) untuk setiap benda uji inti (core).

(5) Stabilitas, kelelehan, Marshall Quotient, paling sedikit dua contoh.

(6) Kadar aspal dan gradasi agregat yang ditentukan dari hasil ekstraksi kadar aspal
paling sedikit dua contoh. Bilamana cara ekstraksi sentrifugal digunakan maka
koreksi abu harus dilaksanakan seperti yang disyaratkan SNI 03-3640-1994.

(7) Rongga dalam campuran pada kepadatan membal (refusal), yang dihitung
berdasarkan Berat Jenis Maksimum campuran perkerasan aspal (SNI 06-6893-
2002).

(8) Kadar aspal yang terserap oleh agregat, yang dihitung berdasarkan Berat Jenis
Maksimum campuran perkerasan aspal (SNI 06-6893-2002).
7
Secara ringkas, pengendalian mutu selama proses produksi diperlihatkan pada Gambar
3 dan pengendalian mutu campuran diperlihatkan pada Tabel 1. Alat uji dan pengujian
sebaiknya dilaksanakan di lapangan / proyek, sehingga setiap penyimpangan dapat
diketahui dengan cepat dan tindakan koreksi/perbaikan segera.

Tabel 2. Pengendalian Mutu Campuran

Campuran :
- Suhu di AMP Setiap batch
- Suhu saat sampai di lapangan Setiap truck 3 uji
- Gradasi dan kadar aspal 200 ton (min. 2 pengujian
per hari)
- Kepadatan, stabilitas, kelelehan, Marshall Quo-tient, 200 ton (min. 2 pengujian
rongga dalam campuran pd. 75 tumbukan per hari)
- Rongga dalam campuran pd. Kepadatan Membal Setiap 3000 ton
- Campuran Rancangan (Mix Design) Marshall Setiap perubahan
agregat/rancangan

Penimbunan (stock pile):


- agregat kubikal dan bersih
- tidak segregasi/degradasi
- tidak ada perubahan tampak visual
agregat (perubahan quari / suplier)
Pemeriksaan:
Bin dingin : - saringan baik
- kalibrasi bukaan - timbangan (kalibrasi)
- pemisah antar bin (agregat - temperatur
tidak bercampur) pencampuran
- kelengkapan (penggetar, - waktu pencampuran
tenaga pembersih)

Pengering (dryer) :
- pembakaran sempurna Pemeriksaan :
(lihat warna asap) - perhatikan tampak visual campuran
- kontrol temperatur - periksa temperatur camp. di atas truk
- sudu-sudu (mangkok) - bak truk bersih dan pengangkutan
pengaduk baik dilindungi dengan terpal
- sudut kemiringan dryer

Gambar 2 Ilustrasi Pengendalian Mutu Proses Produksi

8
Pengendalian Kuantitas dengan Menimbang Campuran Aspal
Dalam pemeriksaan terhadap pengukuran kuantitas untuk pembayaran, campuran aspal
yang dihampar harus selalu dipantau dengan tiket pengiriman campuran aspal dari
rumah timbang.

4. PENGENDALIAN MUTU PERKERASAN

4.1. Pengendalian Mutu Proses Penghamparan dan Pemadatan

Penghamparan campuran beraspal dilakukan dengan alat penghampar mekanis


bermesin (finisher). Secara garis besar pemeriksaan yang dilakukan pada saat
penghamparan adalah (lihat Gambar 3) :

a) Pemeriksaan kesiapan alat penghampar

- Roda atau rantai baja (tracks) terpasang dengan baik. Tekanan roda yang kurang
atau pemasangan rantai baja yang kurang kencang dapat mengganggu
pergerakan finisher dan berakibat hasil penghamparan tidak merata.
- Roda pendorong (push roller) harus bersih dan dapat berputar dengan baik
sehingga truk dan alat penghampar dapat bergerak beriringan.
- Penampung (hopper), sayap-sayap (wing hopper), penyalur (conveyor), pintu
masukan penampung (flow gates), dan ulir pembagi (augers/screw) harus dapat
bekerja dengan baik untuk menjaga kontinuitas aliran campuran beraspal.
Kontinuitas aliran campuran beraspal yang terlalu sedikit atau berlebih dapat
mempengaruhi tekstur dan keseragaman campuran.
- Pelat sepatu (screed) harus dipanaskan pada awal operasi, untuk mencegah
hasil penghamparan yang tampak kasar dan bertekstur terbuka.
- Tinggi jatuh pemadat tumbuk dan pemilihan frekuensi penumbuk getar akan
mempengaruhi tekstur permukaan yang diperoleh.

b) Pemeriksaan campuran beraspal secara visual

Beberapa indikasi dari penyimpangan campuran beraspal dapat dilihat secara visual
dan diperiksa sebelum dilakukan penghamparan, yaitu :

-Berasap biru; asap biru yang keluar dari campuran berasapal di atas truk
pengangkut atau terlihat pada pemasok (hopper) alat penghampar
mengindikasikan terjadinya kelebihan panas (overheating).
-Campuran beraspal tampak kaku; tampak visual campuran beraspal yang kaku
mengindikasikan campuran tersebut telah dingin.
-Permukaan campuran beraspal di atas bak truk tampak rata; pada umumnya
permukaan campuran beraspal di atas bak truk membentuk bukit. Jika permukaan
tersebut terlihat rata, maka kemungkinan campuran beraspal kelebihan aspal atau
kadar air.

9
-Campuran beraspal tampak kering / berwarna coklat; campuran yang mengandung
terlalu sedikit aspal biasanya tampak kering dan berwarna kecoklatan.
-Campuran beraspal beruap; campuran beraspal masih mengandung kadar air.
Kelebihan kadar air juga akan menyebabkan campuran beraspal terlihat seperti
kelebihan aspal.
-Segregasi; segregasi mungkin terjadi akibat kesalahan penanganan.
-Terkontaminasi; campuran beraspal dapat terkontaminasi solar yang disemprotkan
pada dasar bak truk. Campuran beraspal juga dapat terkontaminasi plastik atau
lainnya.

c) Pelaksanaan penghamparan

Jika diperlukan pengaturan screed (perubahan ketebalan), maka harus dilakukan


secara bertahap. Jika diperlukan penambahan lebar penghamparan, maka pada
bagian pelebaran tersebut harus terjangkau ulir pembagi untuk menghindari
terjadinya segregasi.

Pekerjaan manual dengan penebaran hanya boleh dilakukan jika penghamparan


dengan alat finisher sulit atau tidak bisa dilakukan dengan baik. Penebaran dengan
tangan harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari terjadinya segregasi.

Selama pelaksanaan penghamparan harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

-Temperatur campuran beraspal harus diperiksa pertama kali di atas truk, kemudian di
periksa kembali setelah penghamparan sebelum pemadatan.
-Tekstur permukaan harus seragam dan baik. Tekstur yang kurang baik dapat
disebabkan oleh campuran beraspal terlalu dingin, jika terjadi pada awal
penghamparan kemungkinan pelat screed tidak dipanaskan.
-Kerataan permukaan harus sesuai. Penghamparan yang tidak menerus dapat
menyebabkan permukaan tidak rata pada sambungan. Gradasi yang tidak sesuai,
perubahan kecepatan penghamparan, dan dorongan dari truk saat pengisian juga
dapat menyebabkan permukaan tidak rata.
-Kemiringan melintang dan memanjang harus diperhatikan terlebih pada daerah
tikungan.
-Sambungan melintang dan memanjang harus dibuat tegak lurus. Metoda yang
dilakukan dapat berupa pemotongan sambungan sebelum dimulainya
penghamparan, atau dengan menaruh balok atau kertas pada bagian sambungan.
Pada saat penghamparan kembali, maka balok atau kertas tersebut diambil
sehingga diperoleh sambungan yang tegak. Untuk sambungan memanjang,
umumnya dipakai kayu atau baja siku untuk membentuk sambungan tegak.

10
Pintu masukan
bekerja baik
untuk mengatur
kontinuitas aliran
material Operator
mengatur
ketebalan dan
kemiringan
sesuai
rencana

Penerimaan campuran : Ulir pembagi Penggetar screed


Roda pendorong bekerja baik dan berfungsi baik
- Periksa tiket bersih dan kuantitas material
pengiriman berputar baik tidak berlebih atau
- periksa tampak
kurang
visual
- periksa temperatur

Gambar 3. Pengendalian penghamparan

Pemadatan campuran beraspal


Pada saat pemadatan terjadi 3 gaya utama, yaitu gaya tekan alat pemadat, gaya tahan
pada campuran beraspal yang baru dihampar, dan gaya tahan pada lapisan di bawahnya
yang telah stabil (lapis pondasi agregat atau existing lapis beraspal). Jika lapisan yang
stabil (lapis pondasi agregat atau existing lapis beraspal) belum cukup padat maka
kepadatan campuran beraspal kemungkinan tidak akan tercapai sesuai persyaratan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemudahan pemadatan adalah sebagai berikut :

- Karakteristik campuran beraspal ; tekstur dan bentuk agregat sangat mempengaruhi


kemudahan pemadatan, sebagai contoh penambahan pasir alam akan
memudahkan pemadatan. Aspal bersifat sebagai pelumas, pada suhu yang dingin
aspal kurang encer ( lebih viscous). Aspal dengan viskositas yang tinggi akan relatif
lebih sulit dipadatkan. Kadar aspal juga mempengaruhi kemudahan pemadatan,
kadar aspal yang tinggi relatif lebih mudah dipadatkan. Pengaruh temperatur ada
hubungannya dengan viskositas aspal, untuk viskositas aspal yang berbeda maka
berbeda juga temperatur pemadatannya. Pemadatan pada temperatur yang tidak
sesuai dapat menyebabkan retak rambut.
- Kondisi lingkungan; kelembaban, kecepatan angin dan temperatur lingkungan
mempengaruhi kecepatan penurunan temperatur campuran beraspal.
- Ketebalan lapisan; semakin tebal lapisan campuran beraspal maka pemadatannya
relatif semakin sulit (diperlukan usaha yang relatif lebih).

11
4.2. Pengujian kepadatan
Untuk pengujian kepadatan lapangan dilakukan dengan pengambilan contoh inti padat
dari core drill atau memotong permukaan perkerasan. Selanjutnya contoh inti diuji di
laboratorium untuk mendapatkan kepadatan campuran beraspal.

Pengujian kepadatan dengan cara apapun agar dilaksanakan berdasarkan pengujian


secara acak (random), dengan jumlah minimum tertentu, umumnya setiap jarak 200 m.
Nilai rata-rata kepadatan dan nilai tunggal yang didapat dari pengujian kepadatan harus
masuk dalam kriteria yang disyaratkan. Pengambilan contoh inti dapat digunakan juga
untuk mengukur ketebalan padat suatu hamparan campuran aspal panas. Hal yang perlu
diperhatikan dalam pengujian kepadatan dengan core drill :

- Contoh uji yang diambil dari lapangan pada umumnya basah karena pada saat
pengambilan contoh dibantu dengan semprotan air.

- Penimbangan contoh uji untuk mencari berat kering tidak boleh dilakukan dengan
tergesa-gesa. Misalnya pengambilan contoh uji malam hari dan kemudian
penimbangan dilakukan pada pagi hari, hal tersebut dapat mengakibatkan contoh uji
masih mengandung kadar air, dan berakibat berat contoh menjadi lebih tinggi dari
yang sebenarnya. Dengan berat contoh yang lebih tinggi tersebut kepadatan
menjadi lebih tinggi dari yang sebenarnya.

- Penimbangan contoh uji harus dilakukan setelah beratnya konstan. Artinya tidak ada
perubahan berat akibat kadar air yang masih dikandungnya menguap, atau dengan
kata lain penimbangan harus dilakukan setelah contoh uji benar-benar kering. Pada
umumnya sebelum pengujian contoh uji harus diangin-angin atau dijemur terlebih
dahulu untuk menghilangkan kadar air yang mungkin masih dikandungnya, sampai
tercapai berat konstan.

Mesin bor pengambil benda uji inti (core) yang mampu memotong benda uji inti
berdiameter 4” pada lapisan asbuton campuran beraspal yang telah selesai dikerjakan,
harus tersedia di lapangan. Persyaratan hasil pengujian adalah seperti berikut ini.

a) Kepadatan semua jenis campuran aspal yang telah dipadatkan, seperti yang
ditentukan dalam SNI 03-6757-2002, tidak boleh kurang dari 98% Kepadatan Standar
Kerja (Job Standard Density).

b) Cara pengambilan benda uji asbuton campuran panas dan pemadatan benda uji di
laboratorium masing-masing harus sesuai dengan RSNI M-01-2003 untuk ukuran butir
maksimum 25,4 (1 inci) dan RSNI M-06-2004 untuk ukuran maksimum 38 mm (1,5
Inci).

c) Penyedia Jasa dianggap telah memenuhi kewajibannya dalam memadatkan asbuton


campuran panas bilamana kepadatan lapisan yang telah dipadatkan sama atau lebih
besar dari nilai-nilai yang disyaratkan. Bilamana rasio kepadatan maksimum dan

12
minimum yang ditentukan dalam serangkaian benda uji inti pertama yang mewakili
setiap lokasi yang diukur untuk pembayaran, lebih besar dari 1,08 maka benda uji inti
tersebut harus diganti dan serangkaian benda uji inti baru harus diambil.

Tabel 3. Ketentuan Kepadatan

Kepadatan yang Jumlah benda uji Kepadatan Minimum Nilai minimum setiap
disyaratkan per pengujian Rata-rata pengujian tunggal
(% JSD) (% JSD) (% JSD)
98 3–4 98,1 95
5 98,3 94,9
6 98,5 94,8

Seluruh lubang uji yang dibuat dengan mengambil benda uji inti (core) atau lainnya harus
segera ditutup kembali dengan bahan asbuton campuran panas oleh Penyedia Jasa dan
dipadatkan hingga kepadatan serta kerataan permukaan sesuai dengan toleransi yang
diperkenankan.

4.3. Pengujian permukaan perkerasan

a) Pemukaan perkerasan harus diperiksa dengan mistar lurus sepanjang 3 meter, yang
disediakan oleh Penyedia Jasa, dan harus dilaksanakan tegak lurus dan sejajar
dengan sumbu jalan sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.

b) Pengujian untuk memeriksa toleransi kerataan yang disyaratkan harus mulai


dilaksanakan segera setelah pemadatan awal, penyimpangan yang terjadi harus
diperbaiki dengan membuang atau menambah bahan sebagaimana diperlukan.
Selanjutnya pemadatan dilanjutkan seperti yang dibutuhkan. Setelah penggilasan
akhir, kerataan lapisan ini harus diperiksa kembali dan setiap ketidakrataan permukaan
yang melampaui batas-batas yang disyaratkan dan setiap lokasi yang cacat dalam
tekstur, pemadatan atau komposisi harus diperbaiki sebagaimana yang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan.

Tabel 4. Pengendalian Mutu Perkerasan


13
Lapisan yang dihampar :
- Benda uji inti (core) berdiameter 4” untuk parti-kel ukuran 200 meter panjang
maksimum 1” dan 5” untuk partikel ukuran di atas 1”, baik
untuk pemeriksaan pema-datan maupun tebal lapisan :
paling sedikit 2 benda uji inti per cross section dan paling
sedikit 6 benda uji inti per 200 meter panjang.
Toleransi Pelaksanaan :
- Elevasi permukaan, untuk penampang melintang dari Paling sedikit 3 titik
setiap jalur lalu lintas. yang diukur melintang
pada paling sedikit
setiap 12,5 meter
memanjang sepanjang
jalan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Bina Marga&Balibang, 2007, “Spesifikasi Khusus Campuran Beraspal Panas Dengan


Asbuton Butir”, Bina Marga&Balitbang Dep. PU
Bina Marga&Balibang, 2007, “Spesifikasi Khusus Campuran Beraspal Hangat Dengan
Asbuton Butir”, Bina Marga&Balitbang Dep. PU
US Army, Handbook 2000 “ Hot-Mix Asphalt Paving ”, US Army Corps of Engineers,
USA.

14
15
16

Anda mungkin juga menyukai