1. UMUM
Dalam pekerjaan asbuton campuran beraspal panas dan hangat, pengendalian mutu
harian merupakan suatu proses yang sangat penting untuk menilai kualitas campuran
yang dihasilkan dibandingkan dengan rencana dalam JMF (Job Mix Formula).
Penyimpangan kualitas yang tidak diketahui mengakibatkan tidak adanya tindakan
koreksi dan akan berakibat umur pelayanan perkerasan lebih singkat dari yang
direncanakan.
Pengambilan contoh (jumlah yang cukup & mewakili) dan pengujian merupakan dua hal
yang sangat penting dalam fungsi pengendalian mutu. Data dari pengujian ini
merupakan alat untuk menilai kualitas produksi apakah memenuhi syarat atau tidak.
Dengan alasan ini, pengambilan contoh dan prosedur pengujian harus dilakukan dengan
hati-hati dan benar.
Salah satu kesalahan yang besar dalam menguji material adalah kegagalan untuk
mengambil contoh yang mewakili.
Secara umum dalam pengendalian mutu harian, yang perlu diperhatikan agar
pengendalian mutu yang dilaksanakan dapat menggambarkan kualitas pekerjaan
dengan baik, adalah :
Pengendalian mutu yang dilaksanakan untuk pekerjaan asbuton campuran panas dan
hangat secara umum serupa dengan campuran beraspal konvensional.
Pada asbuton campuran panas, bahan yang digunakan adalah agregat, aspal keras pen
60 dan asbuton butir. Sementara pada asbuton campuran hangat, bahan yang
digunakan adalah agregat, peremaja (aspal keras pen 60 + bahan tambah seperti BO,
MFO) dan asbuton butir. Perbandingan dari masing-masing bahan tersebut ditentukan
pada saat pembuatan JMF (Job Mix Formula).
1
a) Pengambilan contoh aspal keras
Adapun pengambilan contoh Asbuton Butir harus dilakukan untuk setiap akar 3 ( ³√ )
dari jumlah kemasan. Sedangkan untuk asbuton butir yang diolah di lokasi
pencampur harus dilakukan untuk setiap 50 ton atau diambil minimum 4 contoh dari
setiap tempat penimbunan.
Contoh pertama yang diambil harus langsung diuji di laboratorium lapangan untuk
memperoleh kadar bitumen, ukuran butir maksimum dan kadar air. Asbuton Butir
yang dipasok tidak boleh diterima sebelum hasil pengujian contoh tersebut
memenuhi ketentuan.
Agregat di stockpile bervariasi dari titik ke titik, sehingga diperlukan usaha yang
cermat untuk memastikan bahwa contoh pengujian mewakili keadaan agregat yang
sebenarnya. Jika agregat tersebut mengalami segregasi , maka tidak boleh
digunakan. Pengambilan contoh agregat dari stockpile dimaksudkan untuk
pengujian abrasi setiap 5000 m3, untuk pengujian gradasi setiap 1000 m3 dan
pengujian setara pasir untuk agregat halus setiap 250 m3.
2
Guna mendapatkan contoh agregat yang mewakili dari suatu penyimpanan bahan
digunakan sekop berujung persegi dan papan dengan langkah sebagai berikut:
a. b. c.
3
Gambar 2. Alat pembagi contoh (sample splitter)
4
3. PENGENDALIAN MUTU CAMPURAN BERASPAL
Pengendalian selama proses produksi sangat penting untuk dapat menjamin kualitas
campuran beraspal yang dihailkan sesuai dengan yang disyaratkan. Pengendalian
tersebut antara alain adalah :
a) Tidak ada perubahan gradasi agregat. Perubahan gradasi dapat disebabkan karena
perbedaan quari atau suplier. Jika terjadi perubahan gradasi agregat, maka harus
dilakukan pembuatan FCK/JMF kembali.
b) Agregat tidak bercampur. Pencampuran agregat antar bin yang berdekatan dapat
dicegah dengan membuat pemisah yang cukup dan pengisian tidak berlebih.
Pengisian yang baik dimungkinkan jika ukuran bak (bucket) loader lebih kecil dari
bukaan mulut bin dingin.
c) Kalibrasi bukaan bin dingin secara periodik.
d) Bukaan bin dingin kadang-kadang tersumbat, misalnya jika agregat halus basah,
agregat terkontaminasi tanah lempung, atau penghalang lain yang tidak umum
seperti batu dan kayu.
e) Perubahan kecepatan ban berjalan, dan ada operator yang mengontrol aliran agregat
dan membuang material yang tidak perlu.
Pengering (dryer)
Pengering (dryer) mempunyai fungsi; (1) menghilangkan kandungan air pada agregat,
dan (2) memanaskan agregat sampai suhu yang disyaratkan. Pemeriksaan yang
diperlukan pada bagian ini adalah :
5
Aliran agregat yang tidak seragam juga dapat menyebabkan temperatur campuran
menjadi bervariasi. Pemeriksaan yang dilakukan pada bagian ini adalah :
a) Akurasi penimbangan agregat, aspal dan asbuton butir. Penimbangan yang tidak
akurat atau timbangan yang tidak berfungsi baik, dapat menyebabkan terjadinya
penyimpangan gradasi, kadar aspal atau kadar asbuton butir.
b) Temperatur di hot bin dan drier. Temperatur di hot bin dan drier umumnya dapat
dilihat dari ruang operasi. Pengendalian temperatur tersebut akan sangat
menentukan temperatur pencampuran asbuton. Temperatur pencampuran yang
terlalu tinggi atau terlalu rendah akan menyebabkan kualitas asbuton campuran
panas atau hangat tidak sesuai dengan yang disyaratkan.
Pemeriksaan terhadap hasil produksi AMP sangat diperlukan untuk mengetahui secara
dini penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, sehingga dapat diperbaiki dengan
segera. Pengendalian secara visual meliputi, antara lain :
Kebersihan truk pengangkut juga harus diperhatikan tertutama kebersihan bak (bebas
dari bahan yang dapat merusak aspal, seperti solar atau oli). Bak harus ditutup dengan
terpal selama proses pengangkutan untuk mencegah penurunan temperatur pada
permukaan.
Pemeriksaan secara visual hanya bersifat indikasi, pemeriksaan dengan alat juga harus
dilakukan. Pemeriksaan tersebut meliputi :
Frekuensi minimum pengujian yang diperlukan dari Penyedia Jasa untuk maksud
pengendalian proses harus seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 2 di bawah ini atau
sampai dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.
Enam cetakan Marshall harus dibuat dari setiap contoh. Benda uji harus dipadatkan
pada suhu yang disyaratkan dan dalam jumlah tumbukan yang disyaratkan. Kepadatan
benda uji rata-rata (Gmb) dari semua cetakan Marshall yang dibuat setiap hari akan
menjadi Kepadatan Marshall Harian.
Hasil dan catatan pengujian berikut ini, yang dilaksanakan setiap hari produksi, beserta
lokasi penghamparan yang sesuai harus disiapkan :
(1) Analisa ayakan (cara basah), paling sedikit dua contoh agregat dari setiap
penampung panas.
(2) Temperatur campuran saat pengambilan contoh di instalsi pencampur aspal (AMP)
maupun di lokasi penghamparan (satu per jam).
(3) Kepadatan Marshall Harian dengan detil dari semua benda uji yang diperiksa.
(6) Kadar aspal dan gradasi agregat yang ditentukan dari hasil ekstraksi kadar aspal
paling sedikit dua contoh. Bilamana cara ekstraksi sentrifugal digunakan maka
koreksi abu harus dilaksanakan seperti yang disyaratkan SNI 03-3640-1994.
(7) Rongga dalam campuran pada kepadatan membal (refusal), yang dihitung
berdasarkan Berat Jenis Maksimum campuran perkerasan aspal (SNI 06-6893-
2002).
(8) Kadar aspal yang terserap oleh agregat, yang dihitung berdasarkan Berat Jenis
Maksimum campuran perkerasan aspal (SNI 06-6893-2002).
7
Secara ringkas, pengendalian mutu selama proses produksi diperlihatkan pada Gambar
3 dan pengendalian mutu campuran diperlihatkan pada Tabel 1. Alat uji dan pengujian
sebaiknya dilaksanakan di lapangan / proyek, sehingga setiap penyimpangan dapat
diketahui dengan cepat dan tindakan koreksi/perbaikan segera.
Campuran :
- Suhu di AMP Setiap batch
- Suhu saat sampai di lapangan Setiap truck 3 uji
- Gradasi dan kadar aspal 200 ton (min. 2 pengujian
per hari)
- Kepadatan, stabilitas, kelelehan, Marshall Quo-tient, 200 ton (min. 2 pengujian
rongga dalam campuran pd. 75 tumbukan per hari)
- Rongga dalam campuran pd. Kepadatan Membal Setiap 3000 ton
- Campuran Rancangan (Mix Design) Marshall Setiap perubahan
agregat/rancangan
Pengering (dryer) :
- pembakaran sempurna Pemeriksaan :
(lihat warna asap) - perhatikan tampak visual campuran
- kontrol temperatur - periksa temperatur camp. di atas truk
- sudu-sudu (mangkok) - bak truk bersih dan pengangkutan
pengaduk baik dilindungi dengan terpal
- sudut kemiringan dryer
8
Pengendalian Kuantitas dengan Menimbang Campuran Aspal
Dalam pemeriksaan terhadap pengukuran kuantitas untuk pembayaran, campuran aspal
yang dihampar harus selalu dipantau dengan tiket pengiriman campuran aspal dari
rumah timbang.
- Roda atau rantai baja (tracks) terpasang dengan baik. Tekanan roda yang kurang
atau pemasangan rantai baja yang kurang kencang dapat mengganggu
pergerakan finisher dan berakibat hasil penghamparan tidak merata.
- Roda pendorong (push roller) harus bersih dan dapat berputar dengan baik
sehingga truk dan alat penghampar dapat bergerak beriringan.
- Penampung (hopper), sayap-sayap (wing hopper), penyalur (conveyor), pintu
masukan penampung (flow gates), dan ulir pembagi (augers/screw) harus dapat
bekerja dengan baik untuk menjaga kontinuitas aliran campuran beraspal.
Kontinuitas aliran campuran beraspal yang terlalu sedikit atau berlebih dapat
mempengaruhi tekstur dan keseragaman campuran.
- Pelat sepatu (screed) harus dipanaskan pada awal operasi, untuk mencegah
hasil penghamparan yang tampak kasar dan bertekstur terbuka.
- Tinggi jatuh pemadat tumbuk dan pemilihan frekuensi penumbuk getar akan
mempengaruhi tekstur permukaan yang diperoleh.
Beberapa indikasi dari penyimpangan campuran beraspal dapat dilihat secara visual
dan diperiksa sebelum dilakukan penghamparan, yaitu :
-Berasap biru; asap biru yang keluar dari campuran berasapal di atas truk
pengangkut atau terlihat pada pemasok (hopper) alat penghampar
mengindikasikan terjadinya kelebihan panas (overheating).
-Campuran beraspal tampak kaku; tampak visual campuran beraspal yang kaku
mengindikasikan campuran tersebut telah dingin.
-Permukaan campuran beraspal di atas bak truk tampak rata; pada umumnya
permukaan campuran beraspal di atas bak truk membentuk bukit. Jika permukaan
tersebut terlihat rata, maka kemungkinan campuran beraspal kelebihan aspal atau
kadar air.
9
-Campuran beraspal tampak kering / berwarna coklat; campuran yang mengandung
terlalu sedikit aspal biasanya tampak kering dan berwarna kecoklatan.
-Campuran beraspal beruap; campuran beraspal masih mengandung kadar air.
Kelebihan kadar air juga akan menyebabkan campuran beraspal terlihat seperti
kelebihan aspal.
-Segregasi; segregasi mungkin terjadi akibat kesalahan penanganan.
-Terkontaminasi; campuran beraspal dapat terkontaminasi solar yang disemprotkan
pada dasar bak truk. Campuran beraspal juga dapat terkontaminasi plastik atau
lainnya.
c) Pelaksanaan penghamparan
-Temperatur campuran beraspal harus diperiksa pertama kali di atas truk, kemudian di
periksa kembali setelah penghamparan sebelum pemadatan.
-Tekstur permukaan harus seragam dan baik. Tekstur yang kurang baik dapat
disebabkan oleh campuran beraspal terlalu dingin, jika terjadi pada awal
penghamparan kemungkinan pelat screed tidak dipanaskan.
-Kerataan permukaan harus sesuai. Penghamparan yang tidak menerus dapat
menyebabkan permukaan tidak rata pada sambungan. Gradasi yang tidak sesuai,
perubahan kecepatan penghamparan, dan dorongan dari truk saat pengisian juga
dapat menyebabkan permukaan tidak rata.
-Kemiringan melintang dan memanjang harus diperhatikan terlebih pada daerah
tikungan.
-Sambungan melintang dan memanjang harus dibuat tegak lurus. Metoda yang
dilakukan dapat berupa pemotongan sambungan sebelum dimulainya
penghamparan, atau dengan menaruh balok atau kertas pada bagian sambungan.
Pada saat penghamparan kembali, maka balok atau kertas tersebut diambil
sehingga diperoleh sambungan yang tegak. Untuk sambungan memanjang,
umumnya dipakai kayu atau baja siku untuk membentuk sambungan tegak.
10
Pintu masukan
bekerja baik
untuk mengatur
kontinuitas aliran
material Operator
mengatur
ketebalan dan
kemiringan
sesuai
rencana
11
4.2. Pengujian kepadatan
Untuk pengujian kepadatan lapangan dilakukan dengan pengambilan contoh inti padat
dari core drill atau memotong permukaan perkerasan. Selanjutnya contoh inti diuji di
laboratorium untuk mendapatkan kepadatan campuran beraspal.
- Contoh uji yang diambil dari lapangan pada umumnya basah karena pada saat
pengambilan contoh dibantu dengan semprotan air.
- Penimbangan contoh uji untuk mencari berat kering tidak boleh dilakukan dengan
tergesa-gesa. Misalnya pengambilan contoh uji malam hari dan kemudian
penimbangan dilakukan pada pagi hari, hal tersebut dapat mengakibatkan contoh uji
masih mengandung kadar air, dan berakibat berat contoh menjadi lebih tinggi dari
yang sebenarnya. Dengan berat contoh yang lebih tinggi tersebut kepadatan
menjadi lebih tinggi dari yang sebenarnya.
- Penimbangan contoh uji harus dilakukan setelah beratnya konstan. Artinya tidak ada
perubahan berat akibat kadar air yang masih dikandungnya menguap, atau dengan
kata lain penimbangan harus dilakukan setelah contoh uji benar-benar kering. Pada
umumnya sebelum pengujian contoh uji harus diangin-angin atau dijemur terlebih
dahulu untuk menghilangkan kadar air yang mungkin masih dikandungnya, sampai
tercapai berat konstan.
Mesin bor pengambil benda uji inti (core) yang mampu memotong benda uji inti
berdiameter 4” pada lapisan asbuton campuran beraspal yang telah selesai dikerjakan,
harus tersedia di lapangan. Persyaratan hasil pengujian adalah seperti berikut ini.
a) Kepadatan semua jenis campuran aspal yang telah dipadatkan, seperti yang
ditentukan dalam SNI 03-6757-2002, tidak boleh kurang dari 98% Kepadatan Standar
Kerja (Job Standard Density).
b) Cara pengambilan benda uji asbuton campuran panas dan pemadatan benda uji di
laboratorium masing-masing harus sesuai dengan RSNI M-01-2003 untuk ukuran butir
maksimum 25,4 (1 inci) dan RSNI M-06-2004 untuk ukuran maksimum 38 mm (1,5
Inci).
12
minimum yang ditentukan dalam serangkaian benda uji inti pertama yang mewakili
setiap lokasi yang diukur untuk pembayaran, lebih besar dari 1,08 maka benda uji inti
tersebut harus diganti dan serangkaian benda uji inti baru harus diambil.
Kepadatan yang Jumlah benda uji Kepadatan Minimum Nilai minimum setiap
disyaratkan per pengujian Rata-rata pengujian tunggal
(% JSD) (% JSD) (% JSD)
98 3–4 98,1 95
5 98,3 94,9
6 98,5 94,8
Seluruh lubang uji yang dibuat dengan mengambil benda uji inti (core) atau lainnya harus
segera ditutup kembali dengan bahan asbuton campuran panas oleh Penyedia Jasa dan
dipadatkan hingga kepadatan serta kerataan permukaan sesuai dengan toleransi yang
diperkenankan.
a) Pemukaan perkerasan harus diperiksa dengan mistar lurus sepanjang 3 meter, yang
disediakan oleh Penyedia Jasa, dan harus dilaksanakan tegak lurus dan sejajar
dengan sumbu jalan sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.
DAFTAR PUSTAKA
14
15
16