Anda di halaman 1dari 57

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa merupakan alat komunikasi yang dilakukan dengan dua cara, yaitu
lisan dan tulisan. Dalam ragam lisan, bahasa digunakan sebagai alat komunikasi
sehari-hari untuk tutur sapa, dalam hal ini sangat dipentingkan penerimaan makna
dari seorang penutur atau sebaliknya. Sedangkan dalam ragam tulisan, seseorang
dituntut untuk memiliki keterampilan memanfaatkan struktur bahasa dan
kosakata. Keterampilan menulis tidak dapat datang dengan sendirinya, tetapi
memerlukan praktek yang banyak dan teratur. Hal ini bertujuan agar tulisan dapat
dipahami oleh pembaca.

Sebagai alat komunikasi, bahasa tidak hanya berbentuk bunyi, frasa,


ataupun kalimat secara terpisah, tetapi bahasa juga dapat dipakai dalam wujud
kalimat yang saling berkaitan. Kalimat pertama menyebabkan timbulnya kalimat
kedua, kalimat kedua menyebabkan timbulnya kalimat ketiga, kalimat ketiga
mengacu kembali kepada kalimat pertama dan seterusnya. Oleh sebab itu, urutan
kalimat yang berkaitan akan menghubungkan proposisi yang lain dan membentuk
satu kesatuan yang disebut tuturan atau wacana.

Wacana merupakan unsur kebahasaan yang relatif paling kompleks dan


paling lengkap. Satuan pendukung kebahasaan yang meliputi fonem, morfem,
kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, hingga karangan utuh (Mulyana, 2005:1).

Al-Khuli (1982:76) mengistilahkan wacana dengan kata ‫حححححديث‬


/ḥadīṡun/”wacana”, yaitu:

‫ ايصال المعنى الى السامع عن طريق الكلما‬: ‫حديث‬


/ḥadīṡun īṣālu al-ma’nā ilā as-sāmi’i ‘an ṭarīqi al-kalāmi/ “wacana adalah
menyampaikan pesan yang bermakna kepada pendengar (pembaca) melalui
bahasa atau kata-kata”.

1
Salah satu pembahasan yang ditentukan dalam wacana adalah kohesi.
Menurut Moeliono dalam Sumarlan (2003:138), kohesi adalah hubungan
semantik atau hubungan makna antara unsur-unsur di dalam teks dan unsur-unsur
lain yang penting untuk menafsirkan atau menginterpretasikan teks; pertautan
logis antarkejadian atau makna-makna di dalamnya; keserasian hubungan
antarunsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana sehingga terciptalah
pengertian yang baik.
Selanjutnya Halliday dan Hasan, (1976:96) membagi kohesi menjadi dua
jenis yaitu kohesi gramatikal (grammatical cohesion) dan kohesi leksikal (lexical
cohesion). Kohesi gramatikal antara lain berupa referensi, substitusi, elipsis, dan
konjungsi, sedangkan yang termasuk kohesi leksikal adalah sinonim, antonim,
repetisi dan kolokasi.
Alasan peneliti memilih judul analisis kohesi leksikal dalam hadis adalah
karena ada makna tersirat yang terdapat di dalam hadis yang berfungsi untuk
memberikan penegasan atau penekanan makna yang terkandung di dalam hadis
tersebut, seperti contoh berikut:

‫ ألوو ن‬:‫صللى اا لعللوينه لولسلللم‬


‫ لل‬: ‫ لقالل‬،ِ‫صنني‬ ‫ضليِ اا لعونها أللن لراجلل لقالل نللنلبنييِ ل‬
‫لعون ألنبيِ هالرويلرةل لر ن‬
‫ لل تلوغ ل‬:‫ لقالل‬،‫ب فللرلدلد نملرارلا‬
‫ض و‬
‫ب‬ ‫تلوغ ل‬
‫ض و‬

/’an `abī hurayrata raḍiyallāhu ‘anhu `anna rajulān qāla linnabiyyī ṣallā allāhu
‘alaihi wasallama : `au ṣinī, qāla: lā tagḍab faraddāda mirārā, qāla: lā tagḍab, /
“Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu sesungguhnya seseorang bertanya kepada
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam : (Ya Rasulullah) nasihatilah saya. Beliau
bersabda : Jangan kamu marah. Beliau menanyakan hal itu berkali-kali. Maka
beliau bersabda : Jangan engkau marah.

‫ لل تلوغ ل‬/lā tagḍab/ “Jangan


‫ض و‬
Pada hadis di atas terdapat susunan kata ‫ب‬
engkau marah” yang di ulang kembali dengan susunan kata yang sama

‫ لل تلوغ ل‬/lā tagḍab/ “Jangan engkau marah”. Susunan kata


‫ضح و‬
sesudahnya yaitu ‫ب‬

‫ تلوغ ل‬tersebut berasal dari kata ‫ب‬


‫ضحح و‬
‫ب‬ ‫ لغ ن‬/goḍiba/ “marah”. Pengulangan ini
‫ضحح ل‬
dimaksudkan untuk menunjukkan sebuah penegasan atau penekanan kata “jangan
engkau marah”, sebab marah merupakan sifat yang dibenci oleh Allah. Maka kata
tersebut merupakan kohesi leksikal berupa repetisi penuh.

2
Adapun alasan peneliti memilih objek kajian berupa hadis adalah karena
hadis merupakan wacana, yang di dalamnya terdapat satuan bahasa yang paling
lengkap dan koheren yang saling berkesinambungan sehingga membentuk satu
kesatuan makna, sehingga peneliti menganggap penting untuk memahami makna
yang terkandung di dalam hadis. Kitab Bulughul Maram merupakan kitab yang
berisi hadis-hadis tentang fiqh dan merupakan ruhnya kitab-kitab ahkam (tentang
hukum). Martabat (derajat) yang terdapat di dalam kitab Bulughul Maram berupa
shahih, hasan dan dhoif. Bulughul Maram juga merupakan kitab yang sangat
masyhur atau terkenal di kalangan para penuntut ilmu, dan dijadikan sebagai
pelajaran pokok oleh para ulama. Penulis kitab Bulughul Maram adalah Al-Hafizh
Ibnu Hajar Al-‘Asqalani (Hasanuddin, 2010:22). Bulughul maram terdiri dari 16
kitab, namun peneliti hanya memfokuskan penelitian pada 3 bab dalam ‫كتاب‬

‫ الجامع‬/kitābu al-jāmi’/ yaitu mengenai bab Adab, bab Kebaikan dan Silaturahmi,
serta bab Zuhud dan Wara’, karena pada bab ini peneliti banyak menemukan
kohesi leksikal di dalamnya. Dengan mengetahui kohesi leksikal akan diketahui
lebih jelas jalinan kata-kata suatu teks yang seterusnya dapat memperjelas makna
yang ada di dalam teks tersebut. Penelitian ini menggunakan teori yang
dikemukakan oleh Sumarlan (2003) dan Halliday dan Hasan dalam Saragih
(2002).

1.2 Rumusan Masalah

Agar penelitian ini terstrukutur dan tidak menyimpang dari pokok bahasan
maka diperlukan adanya rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa saja jenis kohesi leksikal yang terdapat pada hadis bab Adab, bab
Kebaikan dan Silaturahmi, dan Bab Zuhud dan Wara’ dalam Kitab
Bulughul Maram karya Al-Hafizh Ibnu Hajar Al- ‘Asqalani?
2. Apa jenis kohesi leksikal yang paling dominan pada hadis bab Adab, bab
Kebaikan dan Silaturahmi, dan Bab Zuhud dan Wara’ dalam Kitab
Bulughul Maram karya Al-Hafizh Ibnu Hajar Al- ‘Asqalani?

3
1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui jenis kohesi leksikal yang terdapat pada hadis bab
Adab, bab Kebaikan dan Silaturahmi, dan Bab Zuhud dan Wara’ dalam
Kitab Bulughul Maram karya Al-Hafizh Ibnu Hajar Al- ‘Asqalani?
2. Untuk mengetahui jenis kohesi leksikal yang paling dominan pada hadis
bab Adab, bab Kebaikan dan Silaturahmi, dan Bab Zuhud dan Wara’ dalam
Kitab Bulughul Maram karya Al-Hafizh Ibnu Hajar Al- ‘Asqalani?

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk memperluas wawasan serta


pemahaman peneliti dan pembaca serta dapat menambah khazanah
perbendaharaan teori kebahasaan khususnya analisis wacana.
2. Secara praktis, penelitian ini berguna untuk menambah daftar bacaan atau
referensi di perpustakaan Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu
Budaya USU yang berkenaan dengan telaah wacana Arab.

1.5 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan termasuk kepada


penelitian kepustakaan (Library Research) yang memperoleh data dari
kepustakaan berupa buku-buku. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif.
Deskriptif merupakan gambaran ciri-ciri data secara akurat sesuai dengan sifat
alamiah itu sendiri (Djajasudarma, 2006:16)

4
Sumber data diambil dari Kitab Bulughul Maram karya Al-Hafizh Ibnu
Hajar Al-‘Asqalani yang memfokuskan penelitian pada 3 bab dalam ‫كتاب الجامع‬
/kitābu al-jāmi’/ yaitu mengenai bab Adab, bab Kebaikan dan Silaturahmi, serta
bab Zuhud dan Wara. Penelitian ini menggunakan teori yang dikemukakan oleh
Sumarlan (2003) dan Halliday dan Hasan dalam Saragih (2002).

Sistem penulisan dalam penelitian ini menggunakan pedoman transliterasi


Arab-Latin berdasarkan SK bersama Meneteri Agama dan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan RI No.158 tahun 1987 dan No.0543b/U/1987.

Tahapan-tahapan yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah :


1. Persiapan dan Mengumpulkan buku-buku referensi yang berhubungan dengan
pembahasan penelitian.
2. Mengumpulkan data dan mengklasifikasikan data yang diperoleh dari hadis
bab Adab dan Kesopanan dalam Kitab Bulughul Maram Karya Al-Hafidz Ibnu
Hajar Al-‘Asqalani
3. Menganalisis data
4. Kemudian menulis laporan penelitian secara sistematis dalam bentuk sebuah
laporan ilmiah berupa skripsi.

BAB II

5
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Terdahulu


2.1.1 Amalia (2005) meneliti tentang “Analisis Kohesi Leksikal Wacana
‘Man Huwa Al-Irhabi’ dalam Majalah ‘Alo Indonesia’ Edisi 28, April
2002”. Peneliti menitikberatkan pada analisis kohesi leksikal yang
mengacu kepada teori yang ditemukan oleh Halliday dan Hasan. Hasil
dari penelitian tersebut adalah perwujudan alat kohesi leksikal dalam
wacana Man Huwa Al-Irhabi antara lain: persamaan kata (sinonim) 32
buah, perlawanan kata 4 buah, perulangan kata (repetisi) 37 buah,
hiponim dengan 3 superordinat, kolokasi 13 buah, dan meronim dengan
satu superordinat.

2.1.2 Ardiles (2006) meneliti tentang “Analisis Kohesi Gramatikal pada


Wacana ‘Jundiyyun Muslimun dalam buku Qiraatul Al-‘Arabiyatu
karya Saleh Ibnu Muhammad Malik dkk. Peneliti menitikberatkan pada
analisis kohesi gramatikal yang mengacu pada teori yang ditemukan
Halliday dan Hasan. Hasil dari penelitian tersebut adalah perwujudan
kohesi gramatikal dalam wacana Jundiyyun Muslimun antara lain:
refensi persona 74 buah, referensi demonstratif 24 buah, substitusi 5
buah, elipsis 1 buah dan konjungsi 50 buah.

2.1.3 Syahfitri (2017) meneliti tentang Analisis Kohesi Leksikal dalam Surah
An-Nisa’. Peneliti menitikberatkan pada analisis kohesi leksikal yang
mengacu kepada teori yang ditemukan oleh Halliday dan Hasan. Objek
kajian pada penelitian tersebut adalah Al-Qur’an surah An-Nisa’. Hasil
dari penelitian tersebut adalah perwujudan alat kohesi leksikal dalam
surah An-Nisa’ antara lain: repetisi sebanyak 246 buah, sinonim
sebanyak 9 buah, antonim sebanyak 37 buah, hiponimi sebanyak 6
buah, dan kolokasi sebanyak 71 buah.
Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Pada
penelitian ini peneliti akan meneliti tentang Analisis Kohesi Leksikal pada hadis

"‫ "كتاب الجامع‬/kitābu al-jāmi’u/ dalam kitab ‫ بلوغ المححراما‬/bulūghu al-marām/

6
karya Al-Hafiz Ibnu Hajar Al-‘Asqalani. Penelitian ini menitikberatkan pada teori
yang dikemukakan oleh Sumarlan (2003) dan Halliday dan Hasan dalam Saragih
(2002). Ketiga penelitian yang sudah disebutkan di atas berkontribusi dalam
penelitian kali ini sebagai acuan atau bahan referensi bagi peneliti dalam
pembuatan proposal penelitian ini.

2.2 Pengertian Wacana (‫ ) حديث‬/ḥadīṡun/

Al-Khuli (1982:76) mengistilahkan wacana dengan kata ‫ حديث‬/ḥadīṡun/


”wacana”, yaitu:

‫ ايصال المعنى الى السامع عن طريق الكلما‬: ‫حديث‬


/ḥadīṡun īṣālu al-ma’nā ilā as-sāmi’i ‘an ṭarīqi al-kalāmi/ “wacana adalah
menyampaikan pesan yang bermakna kepada pendengar (pembaca) melalui
bahasa atau kata-kata”.
Sementara Sumarlan (2003:15), mengatakan wacana adalah satuan bahasa
terlengkap yang dinyatakan secara lisan seperti pidato, ceramah, khotbah, dan
dialog, atau secara tertulis seperti cerpen, novel, buku, surat, dan dokumentasi
tertulis, yang dilihat dari struktur lahirnya (dari segi bentuk) bersifat kohesif,
saling terkait dan dari struktur batinnya (dari segi makna) bersifat koheren,
terpadu.
Adapun Kridalaksana (2008:259), menyatakan bahwa wacana (discourse)
adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal wacana merupakan
satuan gramatikal teertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk
karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dsb), paragraf, kalimat, atau
kata yang membawa amanat yang lengkap.

Menurut Halliday & Hasan dalam Pangaribuan (2008: 55) wacana


merupakan tuturan dalam bentuk lisan maupun tulisan yang membentuk suatu
kesatuan makna. Sedangkan menurut Mulyana (2005: 25-26), wacana yang utuh

7
adalah wacana yang lengkap, yaitu mengandung aspek-aspek yang terpadu dan
menyatu. Aspek-aspek yang dimaksud antara lain adalah kohesi, koherensi, topik
wacana, aspek leksikal, aspek gramatikal, aspek fonologis, dan aspek semantis.

2.3 Pengertian Kohesi (‫ )تماسك‬/tamāsukun/


Al-Khuli (1982:45) mengistilahkan kohesi adalah:

‫ درجة التجاذب بين عنصرين لغويين فيِ جملة واحدة‬: ‫تماسك‬


/tamāsukun: darajatu al-tajāżubi baina ‘unşuraini lugawiyayni fī jumlatin
wāḥidatin/ “Kohesi (pertalian) adalah tingkatan saling tarik menarik antara dua
unsur bahasa pada suatu kalimat”.
Satu unit pengalaman dalam klausa dapat dihubungkan dengan klausa lain
sebagai unit pengalaman dengan hubungan makna. Keterkaitan ini membentuk
satu kesatuan yang disebut kohesi (cohesion). Kohesi merupakan ciri satu teks.
Dengan kata lain, satu unit linguistik, khususnya teks yang terdiri atas sejumlah
klausa, disebut teks jika unit linguistik itu memiliki kohesi dengan pengertian satu
klausa berhubungan atau berkaitan dengan klausa yang lain (Saragih, 2002:137).

Samsuri dalam Pangaribuan (2008:58) menyatakan bahwa kohesi


merupakan cara bagaimana komponen yang satu berhubungan dengan komponen
yang lain dalam urutan suatu perangkat teks. Dengan kata lain, kohesi merupakan
seluruh fungsi yang dapat dipakai untuk menandai hubungan antara unsur-unsur
bahasa.

Selanjutnya menurut Tarigan, (2009:26) menyatakan bahwa kohesi


merupakan organisasi sintaksis dan merupakan wadah kalimat-kalimat yang
disusun secara padu dan padat untuk menghasilkan tuturan.

Adapun Brown dan Yule (1983:191), menyatakan bahwa kohesi adalah


hubungan antarbagian dalam teks yang ditandai oleh pengguna unsur bahasa.
Halliday dan Hasan (1976:303) menyatakan bahwa kohesi dapat diidentifikasi
atas kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal merupakan

8
hubungan makna yang direalisasikan piranti referensi, substitusi, dan elipsis.
Piranti itu mengacu pada sistem tertutup bahasa, yaitu sebuah bentuk masih terikat
secara gramatikal dengan bentuk lainnya. Sedangkan kohesi leksikal merupakan
hubungan makna antar kalimat yang terdapat pada teks.

2.3.1 Pengertian Kohesi Leksikal


Kohesi leksikal adalah hubungan antar unsur dalam wacana secara
semantis. Dalam hal ini, untuk menghasilkan wacana yang padu pembicara atau
penulis dapat menempuhnya dengan cara memilih kata-kata yang sesuai dengan
isi kewacanaan yang dimaksud (Sumarlan, 2003:35).

Menurut Mulyana (2005:29) kohesi leksikal adalah hubungan leksikal


antara bagian-bagian wacana untuk mendapatkan keserasian struktur secara
kohesif. Kohesi leksikal merupakan keterpautan atau keterjalinan makna di dalam
suatu wacana yang dapat dilihat pada segi kosakatanya. Tekstur yang terdiri dari
jalinan kata-kata ini akan manjadikan suatu teks padu, tanpa mengabaikan
konteksnya.

2.3.2 Jenis-jenis Kohesi Leksikal


Menurut Sumarlan (2003) unsur-unsur kohesi leksikal terdiri atas enam
macam yaitu: (1) repetisi (pengulangan), (2) sinonim (padan kata), (3) antonim
(lawan kata) (4) hiponim (hubungan atas-bawah), (5), kolokasi (sanding kata),
dan (6) ekuivalensi (kesepadanan).

a. Repetisi (Pengulangan)
Menurut Sumarlan (2003:35) repetisi adalah pengulangan satuan lingual
(bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat) yang dianggap penting untuk
memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai.

9
Dua klausa atau lebih akan bertaut jika satu kata dalam klausa pertama
diulang dalam klausa kedua atau seterusnya. Pengulangan leksikal dapat
dibedakan atas dua jenis yaitu ulangan penuh atau sempurna dan ulangan
sebahagian atau variasi. Ulangan penuh menunjukkan bahwa unsur leksikal
diulang sepenuhnya sebagaimana ditampilkan pertama sekali atau diperkenalkan,
seperti buku diulang sebagai buku lagi. Berbeda dengan ulangan penuh, ulangan
sebagian atau variasi menunjukkan bahwa satu kata yang ditampilkan pertama
sekali atau saat diperkenalkan diulang kembali dengan variasi bentuk. Dengan
kata lain, pengulangan sebahagian merupakan penampilan bentuk lain dari satu
kata sebagai turunan dari kata itu. Berikut merupakan contoh repetisi
(pengulangan) menurut Saragih (2002:149)

1). Jeruk adalah buah yang enak rasanya, harum baunya dan dia adalah buah
musim panas yang tahan lama. (buah: pengulangan penuh).

2). Ali membeli rumah. Pembelian itu mengecewakan istrinya karena lingkungan
perumahan itu tidak baik. (membeli-pembelian, rumah-perumahan: pengulangan
sebahagian atau variasi.

Berikut merupakan contoh repetisi (pengulangan) yang terdapat pada hadis


riwayat Tirmidzi, yaitu:
‫ لولمون أللرالدهالما فللعللوينه نباولنعولم‬،‫ لولمون أللرالداولآاْنخلرةل فللعللوينه نباولنعولنم‬،‫لمون أللرا لدالددونليا فللعللوينه نبا ولنعولنم‬
/man `arāda ad-dunyā fa’alaihi bil ‘ilmi, wa man arāda al- ākhiratu fa’alaihi bil
‘ilmi, wa man arāda humā fa’alaihi bil ‘ilmi/ ”Barang siapa yang menghendaki
kehidupan dunia maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa yang
menghendaki kehidupan akhirat, maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang
siapa menghendaki keduanya maka wajib baginya memiliki ilmu”. (HR. Tirmidzi)

Pada hadis di atas terdapat pengulangan bagian kalimat ‫فللعللويححنه بنححا ولنعولححنم‬

/fa’alaihi bil ‘ilmi/ “wajib baginya memiliki ilmu” yang di ulang sebanyak tiga
kali. Pengulangan ini dimaksudkan untuk menunjukkan sebuah penegasan atau
penekanan suku kata ‫ نبا ولنعولم‬/fa’alaihi bil ‘ilmi/ “memiliki ilmu”, sebab memiliki

10
ilmu merupakan kewajiban bagi setiap manusia, ilmu yang dimiliki menjadikan
setiap manusia itu mulia. Maka kata tersebut merupakan kohesi leksikal berupa
repetisi.

b. Sinonim (Padan Kata)


Istilah sinonim (Inggris: synonimy berasal dari bahasa Yunani Kuno;
onoma = nama dan syn + dengan). Makna harfiahnya adalah nama lain untuk
benda yang sama (Pateda, 2001:222).

Al-Khuli (1982:278) mengistilahkan sinonim adalah:

‫ كلمة تماثل أخرى فى نفس اللغة من حيث المعنى‬: ‫ مترادف‬.‫مرادف‬


/murādifun.mutarādifun:kalimatun tumāṡilu ‘ukhrā fī nafsi al-lugati min ḥaiṡu
al-ma’nā/ “yang searti, persamaan arti (sinonim) : adalah suatu kata yang sama
artinya dengan kata yang lain dalam suatu bahasa berdasarkan hubungan makna.

Sinonim dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:223), merupakan


bentuk bahasa yang maknanya sama dengan bentuk bahasa lain: muradif.
Sedangkan dalam kamus linguistik (Kridalaksana, 2008:222), sinonim (synonim)
adalah bentuk bahasa yang maknanya mirip atau sama dengan bentuk lain :
kesamaan itu berlaku bagi kata, kelompok kata, atau kalimat, walaupun umumnya
yang dianggap sinonim hanyalah kata-kata saja.

Menurut Sumarlan (2003:39) sinonim merupakan salah satu aspek leksikal


untuk mendukung kepaduan wacana. Sinonim berfungsi menjalin hubungan
makna yang sepadan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain
dalam wacana.

Pemakaian dua kata yang bersinonim dalam klausa membuat kedua klausa
bertaut. Sinonim dibatasi sebagai dua kata yang mempunyai sejumlah hal
(pemakaian) sama. Batasan ini mengisyaratkan bahwa dua kata yang bersinonim
juga mempunyai perbedaan. Pada dasarnya tidak ada identik dalam arti. Dengan

11
perkataan lain, sinonim adalah kata-kata yang mengandung makna yang sama
tetapi berbeda dalam nilai rasa (Saragih, 2002:149)

Adapun Djajasudarma (1993:36) menyatakan bahwa sinonim digunakan


untuk menyatakan sameness of meaning ‘kesamaan arti’. Hal tersebut dilihat dari
kenyataan bahwa para penyusun kamus menunjukkan sejumlah perangkat kata
yang memiliki makna sama; semua bersifat sinonim, atau satu sama lain sama
makna, atau hubungan di antara kata-kata yang mirip (dianggap mirip) maknanya.

Djajasudarma (1994:73) memberikan contoh dari sinonim sebagai berikut :

Bunyi menakutkan terdengar malam hari


Suara mendesis merisaukan pemilik rumah itu
Dan suara itu mengiris hati pendengarnya,
disamping memilukan juga menakutkan. (suara dan bunyi sinonim)

Dapat dilihat dari contoh di atas makna dari kata bunyi dan suara memiliki
makna kata yang sama atau bersinonim.
Berikut ini merupakan contoh sinonim (padan kata) yang terdapat pada
hadis Arba’in yang ke-17 yaitu:

‫صللى اا لعللوينه لولسلللم‬ ‫ضليِ اا لعونها لعون لراسوونل ان ل‬ ‫س لر ن‬‫لعون ألنبيِ يلوعللى لشلداد اوبنن ألوو س‬
‫ فلإ نلذا قلتلولتاوم فلأ لوحنسانوا اولقنوتللةل لوإنلذا لذبلوحتاوم فلأ لوحنسانوا اليذوبلحةل‬،‫ب وانلوحلسالن لعللى اكيل لشويِسء‬ ‫ إنلن ال لكتل ل‬: ‫لقالل‬
[‫ ]رواه مسلم‬. ‫لووليانحلد أللحاداكوم لشوفلرتلها لووليانروح لذبنويلحتلها‬

/’an `abī ya’lā syadād ibni `ausin raḍiyallāhu ‘anhu ‘an rasūlullāhu ‘alaihi
wasallama qāla: `inna allāha kataba al’iḥsāna ‘alā kulli syay`in, fa`iżā qataltum
fa`aḥsinū al-qitlata wa`iżā żabaḥtam fa`aḥsinū ażibḥata wa liyuhidda `aḥadukum
syafara tahu waliyuriḥ żābīḥatahu [rawāhu muslim] / “Dari Abu Ya’la Syaddad
bin Aus radhiallahuanhu dari Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Sesungguhnya Allah telah menetapkan perbuatan baik (ihsan) atas segala sesuatu .
Jika kalian membunuh maka berlakulah baik dalam hal tersebut. Jika kalian
menyembelih berlakulah baik dalam hal itu, hendaklah kalian mengasah pisaunya
dan menyenangkan hewan sembelihannya” [Riwayat Muslim].

12
Pada hadis di atas terdapat kata ‫ اولقنوتللةل‬/al-qitlata/ “membunuh” dengan kata
‫ اليذوبلحةل‬/ażibḥata/ “menyembelih” yang merupakan kata yang bersinonim, kata-kata
‫ لذلبحح ل‬/żabaḥa/
tersebut berasal dari kata ‫ قللتححلل‬/qatala/ “membunuh” dan kata ‫ح‬
“menyembelih” . Maka kata tersebut merupakan kohesi leksikal berupa sinonim
(padan kata).

c. Antonim (Lawan Kata)


Istilah antonim (Inggris: antonymy berasal dari bahasa Yunani Kuno
onoma = nama, dan anti = melawan). Makna harfiahnya nama lain untuk benda
yang lain (pateda, 2001:206)

Al-Khuli (1982:18) mengistilahkan antonim adalah:


‫ مثل‬,‫ كلمة يعاكس معناها معنى كلمة اخرى‬: ‫ نقيضة‬.‫منااقَضة‬
. ‫ و يسمميها البعض مطابقةل و هيِ تسميةة حادعةة تقلب المعنى المقصود‬cold ‫و‬hot
/munāqiḍatun. naqīdatun : kalimatun ya’ākisu ma’nāhā ma’nā kalimatin `ukhrā,
miṡlu hot wa cold. wa yusammīhā al ba’ḍu muṭābiqatan wa hiya tasmiyatun
khādi’atun taqlibu al ma’nā al maqṣūd/ ”Keadaan berlawanan, antitesis
(antonim): kata yang bertolak belakang artinya dengan makna kata yang lain,
contoh: panas dan dingin dan disebut sebagainya persesuian dan perubahan/
pergantian makna yang dimaksud".
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:58), antonim adalah kata
yang berlawanan makna dengan kata lain; antonim adalah oposisi makna dalam
pasangan leksikal yang dapat dijenjangkan, misalnya dalam tinggi : rendah ‘tidak
tinggi’ kata tidak berarti ‘rendah’. Sedangkan dalam Kamus Linguistik
(Kridalaksana, 1993:15), antonim (antonym) adalah leksem yang berpasangan
secara antonimi.

Menurut Sumarlan (2003:40) antonim dapat diartikan sebagai nama lain


untuk benda atau hal yang lain; atau satuan lingual yang maknanya berlawanan /
beroposisi dengan satuan lingual yang lain.

Verhaar dalam Pateda (2001:207) mengatakan : “Antonim adalah


ungkapan (biasanya kata, tetapi dapat juga frasa atau kalimat) yang dianggap

13
bermakna kebalikan dari ungkapan lain”. Secara mudah dapat dikatakan, antonim
adalah kata-kata yang maknanya berlawanan.

Berikut ini merupakan contoh antonim (lawan kata) yang terdapat pada
hadis riwayat Ibnu Majah dan Tirmidzi, yaitu:

‫ف يلووسما لخومنسنمائنةلعاسما‬ ‫يداخال فاقللرااءالاموؤنمننويلن اللجنلةل قلوبلل اللوغننليانء بننن و‬


‫ص ن‬
/yadkhulu fuqarā`u al-mu`minīna al-jannata qabla al-agniyā`i biniṣfi yaumin
khamsimi`atin āmin/ “Orang beriman yang miskin akan masuk surga sebelum
oramg-orang kaya yaitu lebih dulu setengan hari yang sama dengan 500 tahun”.

‫ فاقلحح ل ن‬/fuqarā`i/ ”yang miskin”


Pada hadis di atas terdapat suku kata ‫راء‬
‫الل و‬/al-agniyā`i/ “yang kaya”. Kedua kata tersebut saling
dengan suku kata ‫غننلياء‬
berlawanan dan merupakan antonim antar kata yang bersifat gradasi (terdapat

‫لغننح ل‬
tingkatan makna), yang berasal dari kata ‫ فلقنوير‬/faqīr/ “miskin” dan kata ‫ى‬
/ganiya/ “kaya”. Maka kata tersebut merupakan kohesi leksikal berupa antonim
(lawan kata).

d. Hiponim (Hubungan Atas-Bawah)


Kata hiponim berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu onoma yang berarti
‘nama’, dan hypo berarti ‘di bawah’. Jadi secara harfiah hiponim berarti ‘nama
yang termasuk dibawah nama lain’ (Chaer, 2009:98).

Al-Khuli (1982:247) mendefenisikan sinonim adalah:


‫ التى تشمل‬fruit ‫ مثل‬, ‫ كلمة تشمل عدة كلمات أخرى‬: ‫كلمة شاملة‬
...‫إلخ‬banana, orange, apple
/Kalimatun syāmilatun: kalimatun tasymilu ‘iddatu kalimātin ‘ukhrā, miṡlu fruit
allatī tasymilu banana, orange, apple...ilakhu/ “kata umum (supeordinat): kata di-
(berlakukan) umum dari sejumlah kata yang lain, contoh : buah yang (lebih)
umum dari pisang, jeruk, apel.... dan lainnya”

Menurut Sumarlan (2003:45) hiponim dapat diartikan sebagai satuan


bahasa (kata, frasa, kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari
makna satuan lingual yang lain. Unsur atau satuan lingual yang mencakupi

14
beberapa unsur atau satuan lingual yang berhiponim itu disebut “hipernim” atau
“supordinat”. Contoh penggunaan hiponim dapat diperhatikan pada penggalan
wacana berikut :

Binatang melata termasuk kategori hewan reptil. Reptil yang hidup di darat dan
di air ialah katak dan ular. Cicak adalah reptil yang biasa merayap di dinding.
Adapun jenis reptil yang hidup di semak-semak dan rumput adalah kadal.
Sementara itu, reptil yang dapat berubah warna sesuai dengan lingkungannya
yaitu bunglon.

Pada contoh di atas hipernimnya adalah binatang melata atau yang disebut
reptil. Sementara binatang yang merupakan golongan reptil sebagai hiponimnya
adalah katak, ular, cicak, kadal, dan bunglon.

Hiponim menunjukkan hubungan anggota kelompok. Dua kata atau lebih


merupakan hiponim jika satu kata merupakan anggota dari kata yang menjadi
grup atau kelompoknya. Dengan kata lain, hiponim merupakan rincian atau
anggota dari satu kelompok, misalnya hubungan antar bunga dengan ros, dahlia,
mawar, atau kana (Saragih, 2002:151)

Sementara menurut Djajasudarma (1999:48) menyatakan bahwa hiponim


adalah hubungan makna yang mengandung pengertian hierarki. Hubungan
hiponim ini dekat dengan sinonim. Bila sebuah kata memiliki semua komponen
makna kata lainnya, tetapi tidak sebaliknya; maka perhubungan itu disebut
hiponim.

Djajasudarma (1999:48) mecontohkan hiponim sebagai berikut:

Warna Bunga

Hijau merah kuning ros mawar melati


15
Contoh: hiponim dalam Djajasudarma (1999:48)

Berikut ini merupakan contoh hiponim yang terdapat pada hadis riwayat
Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban, yaitu:

‫اا لعللوينه لولسلللم لعون قلوتنل ألوربلسع نملناللدلوا ي‬


‫ النلومللنة‬: ‫ب‬ ‫صللى ل‬
‫ لراسوال ان ل‬: ‫ لقالل‬،‫س‬ ‫لعنن اوبنن لعلبا س‬
‫ لوال د‬، ‫ لواولهاودهاند‬، ‫ لوالنلوحللنة‬،
‫صلرند‬

/’an ibni ‘abbāsin, qāla: rasūlullāhi ṣallalāhu ‘alaihi wasallama ‘an qatli
`arba’in mināddāwābbi : an-namlati, wa an-naḥlati, wa al-hud-hudi, wa aṣ-
ṣuradi/ “Dari Ibnu Abbas berkata : Rasulullah melarang membunuh 4 hewan :
semut, tawon, burung hud-hud dan burung surad”.

Pada hadis di atas terdapat kata ‫اب‬


‫ لدلو ة‬/dawwābun/ ”hewan” sebagai
hipernimnya. Sementara yang merupakan hiponimnya adalah kata ‫ الن لومللححة‬/an-

namlati/ “semut”, ‫ الن لوحللنة‬/an-naḥlati/ “tawon”, ‫ اولهاودهاند‬/al hud-hudi/ “burung hud-

hud, dan ‫صلرد‬


‫ ال د‬/aṣ-ṣuradi/ “burung surad”. Maka nama-nama hewan tersebut
merupakan kohesi leksikal berupa hiponim (hubungan atas-bawah) dari kata ‫اب‬
‫دللو ة‬
/dawwābun/ ”hewan”.

Fungsi hiponim adalah untuk mengikat hubungan antarunsur atau


antarsatuan lingual dalam wacana secara semantis, terutama untuk menjalin
hubungan makna atasan dan bawahan, atau antara unsur yang mencakupi dan
unsur yang dicakupi.

e. Kolokasi (Sanding Kata)

Al-Khuli (1982:46) mendefenisikan kolokasi adalah:

‫ مثل سما ء زرقاء‬,‫ مجموعةتابعةا من الكلمات فى جملة أوجزءمنها‬:‫منظومةة‬

16
/manżūmatun :majmū’atun tā bi’atun mina al kalimāti fī jumlatin `au już’in
minhā, miṡlu samā’un zarqā`un/ “sistem: kumpulan kata-kata yang saling
berhubungan dalam sebuah kalimat atau bagian dari kalimat seperti langit biru”.
Kolokasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:58), adalah asosiasi
tetap antara kata dan kata lain dalam lingkungan yang sama. Sedangkan dalam
Kamus Linguistik (Kridalaksana, 2008:127) kolokasi (collocation) adalah asosiasi
yang tepat antara kata dengan kata yang lain yang berdampingan dalam kalimat;
misal antara kata keras dengan kepala pada kalimat ‘kami sulit meyakinkan orang
keras kepala ini’.

Menurut Sumarlan (2003:44) kolokasi atau sanding kata adalah asosiasi


tertentu dalam menggunakan pilihan kata yang cenderung digunakan secara
berdampingan. Berikut merupakan contoh kolokasi yang dikemukakan oleh
Sumarlam.

Waktu aku masih kecil, ayah sering mengajakku ke sawah. Ayah adalah seorang
petani yang sukses. Dengan lahan yang luas dan bibit padi yang berkualitas
serta didukung sistem pengolahan yang sempurna maka panen pun melimpah.
Dari hasil panen itu pula keluarga ayahku mampu bertahan hidup secara layak.

Pada contoh di atas tampak pemakaian kata-kata sawah, petani, lahan,


bibit padi, sistem pengolahan, dan hasil panen, yang saling berkolokasi dan
mendukung kepaduan wacana tersebut.

Di dalam bahasa Indonesia dapat diasumsikan bahwa kata darah


berkolokasi dengan merah, demikian juga hujan berkolokasi dengan deras atau
gerimis. Dalam pola hubungan yang sangat erat, satu kata langsung berpadan
dengan yang lain dengan membentuk satu kesatuan, seperti antara pertumpahan
dan darah menjadi pertumpahan darah; demikian juga, naik daun, diatas angin,
sanak saudara, beranak pinak, maju mundur, hidup mati. (Saragih, 2002:152)

Berikut merupakan contoh kolokasi (sanding kata) yang terdapat pada


hadis riwayat An-Nasa`i, yaitu:

17
‫طهيلرةة لنولفليم امور ل‬
‫ضاةة نلللر ي‬
[‫ب ]رواه النسائ‬ ‫اليسلواكا ام ل‬
/assiwāku muṭahhiratun lilfammi murḍātun lir-rabbi [rawāhu an-nasā`ī]/ “Siwak
itu pembersih mulut dan merupakan penyebab keridhaan dari Allah [HR. An-
Nasa`i]

‫ اليسحححلوا ا‬/assiwāku/ “siwak” yang


Pada hadis di atas terdapat kata ‫ك‬

bersanding atau berkolokasi dengan suku kata ‫ امطلهيلرةة لنولفليم‬/muṭahhiratun lilfammi/


“pembersih mulut”. Maka keduanya merupakan kohesi leksikal berupa kolokasi
(sanding kata).

f. Ekuivalensi (kesepadanan)
Al-Khuli (1982:46) mendefenisikan ekuivalensi adalah:

‫ و‬.‫ لأن تتضمن الكلمة س الكلمة ص والكلمة ص الكلمة س‬: ‫ تضمين متبادل‬. ‫تكا فؤ‬
‫يرمزلهذا الوضع فيِ علم الددللة بااشكل س = ص أو س →← ص‬
/takāfu`un taḍmīnun mutabādalun :´an tataḍamman al-kalimatu sin al-kalimatu
ṣad wa al-kalimatu ṣad al-kalimatu sin. wa yurmazu lihaża al-waḍi’i fī ‘ilmi ad-
dilālati bi asy-syakli sin=sad `au sin ←→ ṣad/ “Kesepadanan. Mengandung
kesamaan: yang meliputi kata sin dengan kata ṣad dan kata ṣad dengan kata sin.
Dan dilambangkan dalam ilmu semantik dengan bentuk sin = ṣad atau sin ←→
ṣad”.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:292) ekuivalensi adalah
makna yang saling berdekatan. Sedangkan dalam Kamus Linguistik
(Kridalaksana, 2008: 56) ekuivalensi (equivalence) adalah makna yang sangat
berdekatan.

Adapun Menurut Sumarlan (2003:45) ekuivalensi adalah hubungan


kesepadanan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual yang lain dalam
sebuah paradigma. Dalam hal ini, sejumlah kata hasil proses afiksasi dari morfem
asal yang sama menunjukkan adanya hubungan kesepadanan, misalnya hubungan
makna antara kata membeli, dibeli, membelikan, dibelikan dan pembeli
semuanya dibentuk dari bentuk asal yang sama yaitu beli. Demikian pula belajar,
mengajar, pelajar, pengajar, dan pelajaran dibentuk dari asal bentuk kata ajar,
juga merupakan hubungan ekuivalensi.

18
Sumarlan (2003:46) memberikan contoh ekuivalensi sebagai berikut:

Fatimah rajin sekali membaca buku. Baik buku pelajaran maupun buku bacaan
lainnya. Ia mempunyai perpustakaan kecil di rumahnya. Hampir semua buku
yang dikoleksi sudah dibaca. Fatimah bercita-cita ingin menjadi pembaca berita
di televisi agar semua orang mengenalnya. Pada contoh ini terdapat kata-kata
yang menunjukkan adanya hubungan kesepadanan yaitu kata-kata membaca,
bacaan, dibaca, dan pembaca. Semua kata dibentuk dari bentuk asal yang sama
yaitu baca.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

19
3.1 Hasil Penelitian
3.1.1 Jenis dan Jumlah Kohesi Leksikal
Jenis kohesi leksikal yang terdapat pada hadis bab Adab adalah berupa
repetisi, sinonim, antonim, hiponim, dan kolokasi. Bab Adab terdiri dari 16 hadis
dan didalamnya ditemukan kohesi leksikal sebanyak 42 buah yang terdiri dari
repetisi 17 buah, sinonim 2 buah, antonim 11 buah, hiponim 2 buah dan kolokasi
10 buah.

Jenis kohesi leksikal yang terdapat pada bab Kebaikan dan Silaturahmi
adalah berupa repetisi, sinonim, antonim, hiponim, dan kolokasi. Bab Kebaikan
dan Silaturahmi terdiri dari 14 hadis dan didalamnya ditemukan kohesi leksikal
yang berjumlah 36 buah yang terdiri dari repetisi 23 buah, sinonim 1 buah,
antonim 4 buah, hiponim 4 buah dan kolokasi 4 buah.

Jenis kohesi leksikal yang terdapat pada bab Zuhud dan Wara’ adalah berupa
repetisi, sinonim, antonim, hiponim, dan kolokasi. Bab Zuhud dan Wara’ terdiri
dari 11 hadis dan didalamnya ditemukan kohesi leksikal yang berjumlah 34 buah
yang terdiri dari repetisi 25 buah, sinonim 3 buah, antonim 4 buah, hiponim 1
buah dan kolokasi 1 buah.

Maka dengan demikian jumlah kohesi leksikal yang terdapat pada bab
Adab, bab Kebaikan dan Silaturahmi, bab Zuhud dan Wara’ adalah sebanyak 112
buah.

3.1.2 Jenis Kohesi Leksikal yang Paling Dominan

20
Jenis kohesi leksikal yang paling dominan yang terdapat pada hadis bab
Adab adalah berupa repetisi yaitu berjumlah 17 buah. Jenis kohesi leksikal yang
paling dominan yang terdapat pada hadis bab Kebaikan dan Silaturahmi adalah
berupa repetisi yaitu berjumlah 23 buah. Jenis kohesi leksikal yang paling
dominan yang terdapat pada hadis bab Zuhud dan Wara’ adalah berupa repetisi
yaitu berjumlah 25 buah.

Maka dengan demikian jenis kohesi leksikal yang paling dominan adalah
berupa repetisi yang berjumlah 65 buah. Dan jenis kohesi leksikal berupa repetisi
yang paling dominan dari ketiga bab tersebut terdapat pada hadis bab Zuhud dan
Wara’ yang berjumlah 25 buah.

3.2 Pembahasan
3.2.1 Jenis Kohesi Leksikal Pada Bab Adab
Jenis kohesi leksikal yang terdapat pada bab Adab yaitu berupa repetisi,
sinonim, antonim, hiponim, dan kolokasi. Bab Adab terdiri dari 16 hadis dan
didalamnya ditemukan kohesi leksikal sebanyak 42 buah yang terdiri dari repetisi
17 buah, sinonim 2 buah, antonim 11 buah, hiponim 2 buah dan kolokasi 10 buah.

3.2.1.1 Hadis 1 (Adab seorang Muslim terhadap sesama Muslim)

‫ق الولاموسلننم لعللى‬
‫ان صلى ا عليه وسلم )لح د‬ ‫ لقالل لراسوال ل ل‬:‫لعون ألنبيِ هالرويلرةل رضيِ ا عنه لقالل‬
‫ لوإنلذا لعطل ل‬,‫صوحها‬
‫س‬ ‫ك فلاون ل‬ ‫ لوإنلذا انوستلون ل‬,‫ك فلأ لنجوباه‬
‫صلح ل‬ ‫الولاموسنلمن نس ت‬
‫ لوإنلذا لدلعا ل‬,‫ إنلذا للنقيتلها فللسليوم لعللوينه‬:‫ت‬
‫ت لفاوتبلوعاه( لرلواها اموسنلم‬ ‫ لوإنلذا لما ل‬,‫ض فلاعوداه‬‫ال فللسيموتها لوإنلذا لمنر ل‬ ‫فللحنملد ل ل‬

/wa’an `abī hurayrata raḍiyallāhu ‘anhu qāla: qāla rasūlullāhi ṣalallāhu ‘alaihi
wasallam (ḥaqqa almuslimi ‘alā almuslimi sittun: `iżā laqītahu fasallim ‘alaihi,
wa`iżā da’āka fa`ajibhu, wa `iżā istanṣaḥaka fanṣaḥhu, wa`iżā ‘aṭasa faḥamida
allāha fasammithu wa`iżā mariḍa fa’udhu, wa `iżā māta fatba’hu) rawāhu
muslim/ “Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa Sallam bersabda: "Hak seorang muslim terhadap sesama muslim ada
enam, yaitu bila engkau berjumpa dengannya ucapkanlah salam; bila ia
memanggilmu penuhilah; bila dia meminta nasehat kepadamu nasehatilah; bila dia

21
bersin dan mengucapkan alhamdulillah bacalah yarhamukallah (artinya = semoga
Allah memberikan rahmat kepadamu); bila dia sakit jenguklah; dan bila dia
meninggal dunia hantarkanlah (jenazahnya)". Riwayat Muslim.

Pada hadis 1 bab Adab ditemukan berupa pengulangan kata Isim Mufrad
‫ الولاموسلننم‬/almuslimi / “muslim” yang diulang kembali dengan kata IsimMmufrad
yang sama yaitu ‫سلننم‬ ‫ الولام و‬/almuslimi / “muslim” pada baris pertama. Pengulangan
tersebut dimaksudkan untuk memberikan penegasan atau penekanan bahwa
seorang muslim memiliki hak dengan sesama muslim juga. Maka kedua kata
tersebut merupakan kohesi leksikal berupa repetisi penuh. Pada baris kedua
ditemukan susunan kata Fi’il Madhi ‫ح‬ ‫ انوستلون ل‬/istanṣaḥa/” meminta nasehat
‫صحح ل‬
‫ لفاون ل‬/fanṣaḥhu/ “nasehatilah
kepadamu” yang diulang kembali dengan kata ‫صوحها‬

dia” yang berasal dari kata ‫ح‬ ‫ نل ل‬/naṣaḥa/ “nasehat”. Pengulangan tersebut
‫صحح ل‬
dimaksudkan untuk memberikan penegasan atau penekanan bahwa bila ada yang
meminta nasehat kepada seseorang maka nasehatilah. Kedua kata tersebut
merupakan kohesi leksikal berupa repetisi sebahagian atau variasi.

‫ق الولام و‬
Selanjutnya pada hadis di atas ditemukan susunan kalimat Isim ‫سلننم‬ ‫لح د‬
‫ لعللى الولاموسححلننم نسحح ت‬/ḥaqqa almuslimi ‘alā almuslimi sittun/ “Hak seorang muslim
‫ت‬
terhadap sesama muslim ada enam” berlaku sebagai hipernimnya (supordinat).
Sementara yang merupakan hiponimnya adalah susunan kalimat Isim ‫سليوم‬
‫إنلذا للنقيتلها فل ل‬
‫ لعللوينه‬/`iżā laqītahu fasallim ‘alaihi/ “bila engkau berjumpa dengannya ucapkanlah
salam”, ‫جوبها‬ ‫ك لفححأ ل ن‬
‫ لوإنلذا لدلعححا ل‬/wa`iżā da’āka fa`ajibhu/” bila ia memanggilmu
‫ك لفاون ل‬
penuhilah”, ‫صححوحها‬ ‫ لوإنلذا انوستلون ل‬/wa `iżā istanṣaḥaka fanṣaḥhu/ “bila dia
‫صححلح ل‬
meminta nasehat kepadamu nasehatilah”, ‫سحيموتها‬ ‫س فللحنملد ل ل ل‬
‫اح فل ل‬ ‫ لوإنلذا لع ل‬/`iżā ‘aṭasa
‫ط ل‬
faḥamida allāha fasammithu/ ” bila dia bersin dan mengucapkan alhamdulillah

‫ لوإنلذا لمنر ل‬/wa`iżā mariḍa fa’udhu/ “bila dia sakit


bacalah yarhamukallah”, ‫ض فلاعودها‬

jenguklah” dan kalimat ‫ت لفاوتبلوعها‬


‫ لوإنلذا لما ل‬/wa `iżā māta fatba’hu/ “bila dia meninggal
dunia hantarkanlah (jenazahnya)”. Maka kalimat-kalimat tersebut merupakan

22
‫لح د‬
kohesi leksikal berupa hiponim (hubungan atas-bawah) dari susunan kata ‫ق‬
‫ الولاموسححلننم لعللححى الولاموسححلننم نسحح ت‬/ḥaqqa almuslimi ‘alā almuslimi sittun/ “Hak seorang
‫ت‬
muslim terhadap sesama muslim ada enam”.

Kemudian pada hadis di atas ditemukan 6 (enam) kolokasi yakni (1) kata
‫ للنقي ل‬/laqīta/ “berjumpa” yang berkolokasi dengan kata Jawabu Syarti ‫فللسليوم‬
Isim ‫ت‬

‫ لعللويححنه‬/fasallim ‘alaihi/ “ucapkanlah salam”. (2) kata Fi’il Madhi ‫ لدلعححا‬/da’ā/


“memanggil” berkolokasi dengan kata Jawabu Syarti ‫ب‬ ‫ فلأ لنج و‬/fa`ajib/ “jawablah”.
(3) kata Fi’il Mudhari’ ‫ح‬ ‫ انوستلون ل‬/istanṣaḥa/ “meminta nasehat” berkolokasi
‫صحح ل‬
‫ لفاون ل‬/fanṣaḥ/ “nasehatilah”. (4) kata Fi’il Madhi
dengan kata Jawabu Syarti ‫صح‬

‫س‬ ‫ لع ل‬/’aṭasa/ “bersin” berkolokasi dengan kata Jawabu Syarti


‫طحح ل‬ ‫فللحنمححلد ل ل ل‬
‫احح‬
/faḥamida allāha/ “ucapkan alhamdulillah”, dan kata Jawabu Syarti ‫ت‬ ‫فللسححيم و‬
/fasammit/ “bacalah yarhamukallah”. (5) kata Fi’il Madhi ‫ض‬
‫ لمنر ل‬/mariḍa/ “sakit”
berkolokasi dengan kata Jawabu Syarti ‫ فلاعودها‬/fa’udhu/ ”jenguklah”. (6) kata ‫ت‬
‫لما ل‬
/māta/ “meninggal dunia” berkolokasi dengan kata Jawabu Syarti ‫فلحححاوتبلوعه‬

/faatba’hu/ “hantarkanlah (jenazahnya)”

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada hadis 1 bab Adab ditemukan


jenis kohesi leksikal berupa repetisi 2 buah, hiponim 1 buah dan kolokasi 6 buah.

3.2.1.2 Hadis 2 (Bab Akhlak)

‫ان صلى ا عليه وسلم ) اونظااروا إنللى لمون‬ ‫ لقالل لراسوال ل ل‬:‫لولعون ألنبيِ هالرويلرةل رضيِ ا عنه لقالل‬
‫ فلهالو ألوجلدار ألون لل تلوزلداروا ننوعلمةل ل ل‬,‫ لولل تلونظااروا إنللى لمون هالو فلووقلاكوم‬,‫هالو ألوسفللل نموناكوم‬
‫ان لعللوياكوم ( امتلفل ة‬
‫ق‬
‫لعللوينه‬

/wa’an `abī hurayrata raḍiyallāhu ‘anhu qāla: qāla rasūlullāhi ṣalallāhu ‘alaihi
wasallam (unẓurū `ilā man huwa `asfala minkum, walā tanẓurū `ilā man huwa
fauqakum, fahuwa `ajdaru `an lā tazdarū ni’mata allāhi ‘alaikum) muttafaq
‘alaihi/ “Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu

23
'alaihi wa Sallam bersabda: "Lihatlah orang yang berada di bawahmu dan jangan
melihat orang yang berada di atasmu karena hal itu lebih patut agar engkau
sekalian tiak menganggap rendah nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu."
Muttafaq Alaihi.

Pada hadis di atas terdapat kata Fi’il Amar ‫ اونظااروا‬/unẓurū/ “Lihatlah” yang

mengalami pengulangan pada kata Fi’il Nahi ‫ لولل تلونظااروا‬/walā tanẓurū/ “dan
jangan melihat”. Pengulangan ini dimaksudkan untuk menunjukkan sebuah
penegasan atau penekanan yang berasal dari kata ‫ نلظللر‬/naẓara/ “lihat”. Maka
kedua kata tersebut merupakan kohesi leksikal berupa pengulangan variasi dari
kata ‫ نلظللر‬/naẓara/ “lihat”.
‫ أل و‬/´asfala/ “bawah”
Kemudian pada hadis di atas terdapat pula kata ‫سفللل‬

‫ فلوو ل‬/fauqa/ “di atas” merupakan antonim antar kata yang bersifat
dengan kata ‫ق‬
mutlak. Kedua kata tersebut merupakan kohesi leksikal berupa antonim.

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada hadis 2 bab Adab ditemukan


jenis kohesi leksikal berupa repetisi 1 buah dan antonim 1 buah.

3.2.1.3 Hadis 3 (Bab Akhlak)

‫ان صلى ا عليه وسلم لعون الولبندرن‬ ‫ لسأ لول ا‬:‫س وبنن لسوملعالن رضيِ ا عنه لقالل‬
‫ت لراسولل ل ل‬ ‫لولعون لالنللوا ن‬
(‫س‬ ‫ت ألون يلطللنلع لعللوينه لاللنا ا‬
‫ لولكنروه ل‬,‫ك‬ ‫صودنر ل‬
‫ك نفيِ ل‬ ‫ لوا و نلوثام لما لحا ل‬,‫ ) الولبندرا احوسان الولاخالقن‬:‫لوا و نلوثنم فللقالل‬
‫ألوخلرلجها اموسلنةم‬

/wa’an an-nawwāsi ibni sam’ān raḍiyallāhu ‘anhu qāla: sa`altu rasūlullāhi


ṣalallāhu ‘alaihi wasallam ‘an albirri wa al iṡmi faqāla: (albirru ḥusnu alkhulqi,
wa al iṡmu māḥāka fī ṣadrika, wa karihta `an yaṭli’a ‘alaihi annāsu) `akharajahu
muslimun/ “Nawas Ibnu Sam'an Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku bertanya
kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tentang kebaikan dan kejahatan.
Beliau bersabda: "Kebaikan ialah akhlak yang baik dan kejahatan ialah sesuatu
yang tercetus di dadamu dan engkau tidak suka bila orang lain mengetahuinya."
Riwayat Muslim”

24
Pada hadis di atas terdapat 2 (dua) repetisi yakni kata Isim Mufrad (1) ‫الولبندر‬

/albirri/ “kebaikan” dengan kata ‫ الولبندر‬/albirru/ “kebaikan” berupa pengulangan


penuh dan (2) ‫لوثم‬
‫ ا و ن‬/al`iṡmi/ “kejahatan” dengan kata Isim Mufrad ‫ ا و نلوثما‬/al iṡmu/
“kejahatan” yang juga berupa pengulangan penuh. Pengulangan ini dimaksudkan
untuk memberikan penekanan atau penegasan.
Selanjutnya kata Isim Mufrad ‫ الولبندر‬/albirri/ “kebaikan” di atas bersinonim

dengan kata Isim ‫سان‬


‫ اح و‬/ḥusnu/ “baik” yang berasal dari kata ‫ لحاسلن‬/ḥasuna/ “baik”.
Kata Isim Mufrad ‫ الولنبححدر‬/albirri/ “kebaikan” pada hadis di atas juga

memiliki antonim dengan kata Isim Mufrad ‫لوثم‬


‫ ا و ن‬/al`iṡmi/ “kejahatan”.
Selain itu pada hadis di atas ditemukan kolokasi yaitu kata ‫سان‬
‫ اح و‬/ḥusnu/
‫ الول ا‬/alkhulqi/
“baik” yang bersanding atau berkolokasi dengan kata IsimMufrad ‫خالق‬
“akhlak”.

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada hadis 3 bab Adab ditemukan


jenis kohesi leksikal berupa repetisi 2 buah, sinonim 1 buah, antonim 1 buah dan
kolokasi 1 buah.

3.2.1.4 Hadis 4 (Adab Berteman)

‫ فللل‬,‫ان صلى ا عليه وسلم ) إنلذا اكونتاوم ثلللثلةل‬ ‫ لقالل لراسوال ل ل‬:‫لولعون انوبنن لموساعوسد رضيِ ا عنه لقالل‬
‫ لوالللوفظا‬,‫ق لعللوينه‬ ‫طوا نباللناسن نمون ألوجنل أللن لذلن ل‬
‫ك ياوحنزناها ( امتلفل ة‬ ‫ لحلتى تلوختللن ا‬,‫يلتللنالجى انوثلنانن ادولن الوللخنر‬
‫لناموسلنسم‬

/wa’an mas’ūdin raḍiyallāhu ‘anhu qāla: qāla rasūlullāhi ṣalallāhu ‘alaihi


wasallam (`iżā kuntum ṡalāṡatan, falā yatanājā iṡnāni dūna al-ākhari, ḥattā
takhtalitṭū bi annāsi min `ajli `anna żalika yuḥzinuhu) muttafaq ‘alaihi, wa
allafẓu muslimin/ “Dari Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila engkau bertiga maka janganlah
dua orang berbisik tanpa menghiraukan yang lain, hingga engkau bergaul dengan
manusia, karena yang demikian itu membuatnya susah." Muttafaq Alaihi dan
lafadznya menurut Muslim”

25
‫ الننا س‬/annāsi/ “manusia”
Pada hadis di atas terdapat kata Isim Mufrad ‫س‬

sebagai hipernimnya. Sementara yang merupakan hiponimnya adalah kata ‫اثالاثةة‬

‫ ساثثانا س‬/iṣnāni/ “dua orang”, dan kata ‫ ددوان ااثلاخر‬/dūna


/ṡalāṡatan/ “tiga orang”, kata ‫ن‬
alākhari/ “orang lain”.

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada hadis 4 bab Adab ditemukan


jenis kohesi leksikal berupa hiponim 1 buah.

3.2.1.5 Hadis 5 (Adab di dalam Majelis)

‫ان صلى ا عليه وسلم ) لل يانقيام الللراجال‬ ‫ لقالل لراسوال ل ل‬:‫ لقالل‬-‫اا لعونهالما‬ ‫ضليِ ل ل‬‫لولعون انوبنن اعلملر لر ن‬
‫ ثالم يلوجلن ا‬,‫الللراجلل نمون لموجنلسننه‬
‫ لوتللولساعوا ( امتلفل ة‬,‫ لوللنكون تلفللساحوا‬,‫س نفينه‬
‫ق لعللوينه‬

/wa’an ibni ‘umara raḍiyallāhu ‘anhumā qāla: qāla rasūlullāhi ṣalallāhu ‘alaihi
wasallam (lā yuqīmu arrajulu arrajula min majlisihi, ṡumma yajlisu fīhi, walakin
tafassaḥū wa tawassa’u) muttafaq ‘alaihi/ “Dari Imran Radliyallaahu 'anhu bahwa
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah seseorang duduk
mengusir orang lain dari tempat duduknya, kemudian ia duduk di tempat tersebut,
namun berilah kelonggaran dan keluasan." Muttafaq Alaihi.

Pada hadis di atas terdapat dua (2) repetisi yakni (1) kata Isim Mufrad ‫ج‬
‫اللر ا‬
‫ ال‬/arrajulu/ “seorang laki-laki” yang diulang dengan kata Isim Mufrad ‫لاللراجلل‬
/arrajula/ “seorang laki-laki” berupa repetisi penuh, dan (2) susunan kata Isim
‫ امثجسلس‬/majlisi/ “tempat duduknya/majelis” dengan susunan kata Fi’il Mudhari’
‫لجللحح ل‬
‫ يلوجلنحح ا‬/yajlisu/ “ia duduk” berupa repetisi variasi dari kata Fi’il Madhi ‫س‬
‫س‬
/jalasa/ “duduk”.
‫تلفللسحح ا‬
Selanjutnya pada hadis di atas ditemukan kata Fi’il Mudhari’ ‫حوا‬

‫ تللو ل‬/tawassa’ū/
/tafassaḥū/ “kelonggaran” dengan kata Fi’il Mudhari’ ‫سحححاعوا‬

‫ففسَُ ف‬
“keluasan” kedua kata itu bersinonim. Kata-kata tersebut berasal dari kata ‫ح‬

/fasuḥa/ “longgar” yang bermakna tidak sempit atau lapang dan ‫ لوسلع‬/wasi’a/
“luas” yang bermakna lapang.

26
Berdasarkan analisis yang dilakukan pada hadis 5 bab Adab ditemukan
jenis kohesi leksikal berupa repetisi 2 buah sinonim 1 buah.

3.2.1.6 Hadis 6 (Adab Makan)

‫ان صلى ا عليه وسلم ) إنلذا أللكلل أللحاداكوم‬ ‫ لقالل لراسوال ل ل‬:‫اا لعونهالما لقالل‬ ‫ضليِ ل ل‬
‫س لر ن‬ ‫لولعون انوبنن لعلبا س‬
‫ق لعللوينه‬ ‫ ألوو ياولنعقللها ( امتلفل ة‬,‫ لحلتى يلوللعقللها‬,‫ فللل يلوملسوح يللداه‬,‫طلعالما‬
‫ل‬

/wa’an ibni ‘abbāsin raḍiyallāhu ‘anhumā qāla: qāla rasūlullāhi ṣalallāhu ‘alaihi
wasallam (`iżā `akala `aḥadukum ṭa’āmān, falā yamsaḥ yadahu, ḥattā yal’aqahā
`au yul’iqahā) muttafaq ‘alaihi/ “Dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila salah seorang di antara kamu makan
makanan, maka janganlah ia membasuh tangannya sebelum ia menjilatinya atau
menjilatkannya pada orang lain." Muttafaq Alaihi.

Pada hadis di atas terdapat susunan kata Fi’il Mudhari’ ‫ يلوللعقللها‬/yal’aqahā/

“menjilatinya” yang di ulang kembali dengan susunan kata ‫ ياولنعقلهلححا‬/yul’iqahā/

‫ للنع ل‬/la’iqa/ “menjilat”


“menjilatkannya”, kedua kata tersebut berasal dari kata ‫ق‬
yang merupakan repetisi penuh.

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada hadis 6 bab Adab ditemukan


jenis kohesi leksikal berupa repetisi 1 buah.

3.2.1.7 Hadis 7 (Adab Memberikan Salam)

‫ان صلى ا عليه وسلم ) لنيالسليوم لال ل‬


‫صنغيار‬ ‫ لقالل لراسوال ل ل‬:‫لولعون ألنبيِ هالرويلرةل رضيِ ا عنه لقالل‬
(ِ‫ب لعللى الوللمانشي‬ ‫ لواولقلنليال لعللى الوللكنثيرن ( امتلفل ة‬,‫لعللى الوللقانعند‬
‫ ) لواللرانك ا‬:‫ لونفيِ نرلوايلسة لناموسلنسم‬.‫ق لعللوينه‬

/wa’an `abī hurayrata raḍiyallāhu ‘anhumā qāla: qāla rasūlullāhi ṣalallāhu


‘alaihi wasallam (liyusallim aṣṣagīru ‘alā alqā’idi, wa alqalīlu ‘alā alkaṡīri)
muttafaq ‘alaihi. Wa fī riwāyatin limuslimin: (wa arrākibu ‘alā almāsyī)/ “Dari
Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam bersabda: "Hendaklah salam itu diucapkan yang muda kepada yang tua,
dan yang sedikit kepada yang banyak." Muttafaq Alaihi. Menurut riwayat Muslim:
"Dan yang menaiki kendaraan kepada yang berjalan."

27
Pada hadis di atas terdapat 3 (tiga) antonim yakni (1) kata Isim Mufrad
‫ لال ل‬/aṣṣagīru/ “yang muda” dengan kata IsimMufrad ‫ الوللقانعد‬/alqā’idi/ “yang
‫صنغيار‬
tua”. (2) kata IsimMufrad ‫ اولقلنليال‬/alqalīlu/ “yang sedikit” dengan kata IsimMufrad

‫ الوللكنثينر‬/alkaṡīri/ “yang banyak”. (3) kata IsimFail ‫ب‬ ‫ اللرانك ا‬/arrākibu/ “yang menaiki
kendaraan” dengan kata Isim Fa’il ِ‫شي‬ ‫ الوللما ن‬/almāsyī/ “yang berjalan”.

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada hadis 7 bab Adab ditemukan


jenis kohesi leksikal berupa antonim 3 buah.

3.2.1.8 Hadis 8 (Adab Memberikan Salam)

‫ئ لعون الوللجلمالعنة إنلذا‬ ‫ان صلى ا عليه وسلم ) ياوجنز ا‬ ‫ لقالل لراسوال ل ل‬:‫لولعون لعلنييِ رضيِ ا عنه لقالل‬
ِ‫ لواولبلويهلقندي‬,‫ئ لعنن الوللجلمالعنة ألون يلارلد أللحادهاوم ( لرلواها ألوحلماد‬
‫ لوياوجنز ا‬,‫لمدروا ألون يالسليلم أللحادهاوم‬

/wa’an ‘aliyyi raḍiyallāhu ‘anhu qāla: qāla rasūlullāhi ṣalallāhu ‘alaihi


wasallam (yujzi`u ‘an aljamā’ati `iżā marrū `an yusallima `aḥaduhum, wa yujzi`u
‘ani aljamā’ati `an yarudda `aḥaduhum) rawāhu `aḥmadu wa al-baihaqiyyu/
“Dari Ali Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
bersabda: "Cukuplah bagi sekelompok orang berjalan untuk mengucapkan salam
salah seorang di antara mereka dan cukuplah bagi sekelompok orang lainnya
menjawab salam salah seorang di antara mereka." Riwayat Ahmad dan Baihaqi.

Pada hadis di atas terdapat 2 (dua) repetisi yakni (1) kalimat ‫عون‬ ‫ياوجنز ا‬
‫ئ ل‬
‫ الوللجلمالعنة‬/yujzi`u ‘an aljamā’ati/ “cukuplah bagi sekelompok orang” yang di ulang
kembali dengan kalimat berikutnya ‫عححنة‬ ‫ئ لعححنن الوللجلما ل‬
‫ لوياوجححنز ا‬/wa yujzi`u ‘ani
aljamā’ati/ “cukuplah bagi sekelompok orang lainnya” berupa repetisi penuh. (2)
‫ أللحاد ا‬/`aḥaduhum/ “di antara mereka” yang diulang kembali dengan
kata Isim ‫همو‬
‫ أللحاد ا‬/`aḥaduhum/ “di antara mereka” berupa repetisi penuh.
kata ‫همو‬

Selanjutnya pada hadis di atas terdapat kata Fi’il Mudhari’ ‫سححليلم‬


‫يا ل‬
/yusallima/ “mengucapkan salam” dengan kata Fi’il Mudhari’ ‫ يلححارلد‬/yarudda/
“menjawab salam”.

28
Berdasarkan analisis yang dilakukan pada hadis 8 bab Adab ditemukan
jenis kohesi leksikal berupa repetisi 2 buah dan antonim 1 buah.

3.2.1.9 Hadis 9 (Adab Memberikan Salam)

‫ان صلى ا عليه وسلم ) لل تلوبلداؤوا الوليلاهولد لوالنل ل‬


‫صالرى‬ ‫ لقالل لراسوال ل ل‬:‫لولعونها رضيِ ا عنه لقالل‬
‫ضيلقننه ( ألوخلرلجها اموسلنةم‬
‫طدروهاوم إنللى أل و‬
‫ض ل‬ ‫ لفا و‬,‫ق‬ ‫ لوإنلذا ل نلقويتااموهاوم نفيِ ل‬,‫نباللسللنما‬
‫طنري س‬

/wa’anhu raḍiyallāhu ‘anhu qāla: qāla rasūlullāhi ṣalallāhu ‘alaihi wasallam (lā
tabda`ū alyahūda wa annaṣārā bi assalāmi, wa `iżā laqītumūhum fī ṭarīqin,
faḍṭarrūhum `ilā `aḍyaqihi) `akhrajahu muslimun/ “Dari Ali Radliyallaahu 'anhu
bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah
mendahului orang Yahudi dan Nasrani dengan ucapan salam, bila bertemu dengan
mereka di sebuah jalan usahakanlah mereka mendapat jalan yang paling sempit."
Riwayat Muslim.
Jenis kohesi leksikal berupa repetisi, sinonim, antonim, hiponim, kolokasi
dan ekuivalensi pada hadis 9 bab Adab tidak ditemukan.

3.2.1.10 Hadis 10 (Adab Ketika Bersin)

‫س أللحاداكوم فلوليلاقلن الوللحوماد ن ل ن‬


,‫ل‬ ‫ ) إنلذا لعطل ل‬:‫لولعونها رضيِ ا عنه لعنن لالنلبنييِ صلى ا عليه وسلم لقالل‬
( ‫صلناح لباللاكوم‬ ‫ لويا و‬,‫ا‬‫ يلوهندياكام ل ل ا‬:‫ فلوليلقاول للاه‬,‫اا‬
‫ك لل‬ ‫لووليلقاول للها ألاخوها يلورلحام ل‬
‫ك لل‬
‫ فلإ نلذا لقالل للها يلورلحام ل‬,‫اا‬
‫ي‬‫ألوخلرلجها الولبالخانر د‬

/wa’anhu raḍiyallāhu ‘anhu ‘aninnabiyyi ṣalallāhu ‘alaihi wasallam qāla: (`iżā


‘aṭasa `aḥadukum falyaquli alḥamdulillāhi, wa alyaqul lahu `akhūhu yarḥamuka
allāhu, fa`iżā qāla lahu yarḥamuka allāhu, falyaqul lahu: yahdīkumu allāhu, wa
yuṣliḥu bālakum) `akhrajahu al-bukhāriyyu/ “Dari Ali Radliyallaahu 'anhu bahwa
Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila salah seorang di antara
kalian bersin, hendaklah mengucapkan alhamdulillah, dan hendaknya saudaranya
mengucapkan untuknya yarhamukallah. Apabila ia mengucapkan kepadanya
yarhamukallah, hendaklah ia (orang yang bersin) mengucapkan yahdii kumullah
wa yushlihu baalakum (artinya = Mudah-mudahan Allah memberikan petunjuk
dan memperbaiki hatimu)." Riwayat Bukhari.

29
‫ك لل‬
Pada hadis di atas terdapat susunan kata Fi’il Mudhari’ ‫ااحح‬ ‫يلورلحامحح ل‬
/yarḥamuka allāhu/ “yarhamukallah” yang diulang kembali dengan susunan kata
‫ك لل‬
berikutnya ‫اا‬ ‫ يلورلحام ل‬/yarḥamuka allāhu/ “yarhamukallah”. Maka kedua susunan
kata Fi’il Mudhari’ tersebut merupakan kohesi leksikal berupa repetisi penuh.

‫ لعطل ل‬/’aṭasa/ “bersin” yang


Pada hadis di atas terdapat kata Fi’il Madhi ‫س‬

bersanding atau berkolokasi dengan kata Isim ‫ الوللحومحححاد نللنححح‬/alḥamdulillāhi/


“alhamdulillah”, kata Fi’il Mudhari’ ‫ك ل لا‬
‫احححح‬ ‫ يلورلحامحححح ل‬/yarḥamuka allāhu/
“yarhamukallah”, dan Fi’il Mudhari’ ‫يلوهححندياكام ل ل‬/ yahdīkumu allāhu/ “yahdii
‫احح‬
kumullah”. Maka ucapan-ucapan tersebut merupakan kohesi leksikal berupa
kolokasi (sanding kata).
Berdasarkan analisis yang dilakukan pada hadis 10 bab Adab ditemukan
jenis kohesi leksikal berupa repetisi 1 buah dan kolokasi 1 buah.

3.2.1.11 Hadis 11 (Adab Minum)

( ‫ان صلى ا عليه وسلم ) لل يلوشلربللن أللحةد نموناكوم لقائنلما‬


‫ لقالل لراسوال ل ل‬:‫لولعونها رضيِ ا عنه لقالل‬
‫ألوخلرلجها اموسلنةم‬

/wa’anhu raḍiyallāhu ‘anhu qāla: qāla rasūlullāhi ṣalallāhu ‘alaihi wasallam (lā
yasyrabanna `aḥadun minkum qā`imān) `akhrajahu muslimun/ “Dari Ali
Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Janganlah salah seorang di antara kalian minum sambil berdiri." Riwayat
Muslim.
Jenis kohesi leksikal berupa repetisi, sinonim, antonim, hiponim, kolokasi
dan ekuivalensi pada hadis 11 bab Adab tidak ditemukan.

3.2.1.12 Hadis 12 (Adab Memakai Sandal)

30
‫ان صلى ا عليه وسلم ) إنلذا انونتللعلا أللحاداكوم فلوليلوبلدوأ‬ ‫ لقالل لراسوال ل ل‬:‫لولعونها رضيِ ا عنه لقالل‬
‫ع( ألوخلرلجه اموسلنةم‬ ‫ لوولتل ا ن‬,‫ع فلوليلوبلدوأ نباليشلمانل‬
‫ لوآاْنخرلهالما تاونلز ا‬,‫كن الولياوملنى أللوللهالما تاونلعال‬ ‫ لوإنلذا نللز ل‬,‫نباوليلنمينن‬
‫إللى قلوولننه بااليشلمانلو لو أوخلرلج لباقنليه لمالن ة‬
‫ك والتيورنمنذديو و أابولدااود‬

/wa’anhu raḍiyallāhu ‘anhu qāla: qāla rasūlullāhi ṣalallāhu ‘alaihi wasallam


(`iżā inta’alu `aḥadukum falyabda` bi alyamīni, wa`iżā naza’a falyabda`
biassyimāli, waltakuni alyumnā `awwa lahumā tun’alu, wa ākhira humā tunza’u)
`akhrajahu muslimun `ilā qaulihi bi assyimāli wa `akharaja bāqiyahi mālikun wa
at-tirmiżiyyū wa `abū dāwuda/ “Dari Ali Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila seseorang di antara kalian
memakai sandal, hendaknya ia mendahulukan kaki kanan, dan apabila melepas,
hendaknya ia mendahulukan kaki kiri, jadi kaki kananlah yang pertama kali
memakai sandal dan terakhir melepaskannya." Muttafaq Alaihi.

Pada hadis di atas terdapat pengulangan kata Fi’il Mudhari’ ‫فلوليلوبححلدوأ‬

/falyabda`/ “hendaknya ia” yang diulang dengan kata yang sama ‫ فلوليلوبلدوأ‬/falyabda`/
“hendaknya ia”. Kata ini merupakan repetisi penuh.

Selanjutnya pada hadis di atas terdapat 3 (tiga) antonim yakni (1) kata
Fi’il Mudhari’ ‫ تاونلعححال‬/tun’alu/ “memakai” dengan kata Fi’il Mudhari’ ‫ع‬
‫ تاونححلز ا‬/
tunza’u/ “melepaskan”. Kedua kata tersebut berasal dari kata ‫ نلنعححلل‬/na’ila/
‫ نللز ل‬/naza’a/ “melepas”. (2) Kata ‫ اوليلنمينن‬/alyamīni/ “kanan”
“memakai” dan kata ‫ع‬
‫ ال ي‬/assyimāli/ “kiri”. Kedua kata tersebut berasal dari
dengan susunan kata ‫شلمانل‬

‫ ن‬/syimāl/ “kiri” . (3) Kata Isim ‫أللولل‬


kata ‫ يللمةن‬/yamanun/ “kanan” dan kata ‫شلمال‬

/`awwala/ “awal atau pertama” dengan kata Isim ‫خر‬


‫ آاْ ن‬/ākhira/ “akhir”. Ketiga
antonim tersebut bersifat mutlak.

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada hadis 12 bab Adab ditemukan


jenis kohesi leksikal berupa repetisi 1 buah dan antonim 3 buah.

3.2.1.13 Hadis 13 (Adab Memakai Sandal)

31
‫ش أللحاداكوم نفيِ نلوعسل‬
‫ان صلى ا عليه وسلم ) لل يلوم ن‬ ‫ لقالل لراسوال ل ل‬:‫لولعونها رضيِ ا عنه لقالل‬
‫ ألوو لنيلوخللوعهالما لجنميلعا ( امتلفل ة‬,‫ لوولياوننعولهالما لجنميلعا‬,‫لوانحلدسة‬
‫ق لعللوينه‬

/wa’anhu raḍiyallāhu ‘anhu qāla: qāla rasūlullāhi ṣalallāhu ‘alaihi wasallam (lā
yamsyi `aḥadukum fī na’lin wāḥidatin, walyun’ilhumā jamī’ān, `au liyakhla’humā
jamī’ān) muttafaq ‘alaihi/ dari Ali Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah seseorang di antara kalian
berjalan dengan satu sandal, dan hendaklah ia memakai keduanya atau melepas
keduanya." Muttafaq Alaihi.

Pada hadis di atas terdapat kata ‫جنميلعا‬


‫ ل‬/jamī’ān/ “keduanya” yang diulang
kembali dengan kata yang sama setelahnya yaitu ‫جنميلعا‬
‫ ل‬/jamī’ān/ “keduanya”.
Maka kata tersebut merupakan kohesi leksikal berupa repetisi penuh.
Selanjutnya pada hadis di atas terdapat susunan kata Fi’il Mudhari’ ‫ولياوننعولهالما‬
/walyun’ilhumā/ “memakai keduanya” dengan susunan kata Fi’il Mudhari’
‫ لنيلوخللوعهالمحححا‬/liyakhla’humā/ “melepas keduanya”. Kedua kata tersebut saling
berlawanan dan merupakan antonim antar kata yang bersifat mutlak yang berasal
dari kata ‫ نلنعلل‬Fi’il Madhi /na’ila/ “memakai / mengenakan” dan kata Fi’il Madhi

‫ لخلللع‬/khala’a/ “melepaskan /menanggalkan”.


‫ ايثم س‬/yamsyi/ “berjalan”
Kemudian ditemukan pula kata Fi’il Mudhari’ ‫ش‬

yang bersanding atau berkolokasi dengan kata Isim Mufrad ‫ انثعلل‬/na’lin/ “sandal”.

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada hadis 13 bab Adab ditemukan


jenis kohesi leksikal berupa repetisi 1 buah, antonim 1 buah dan kolokasi 1 buah.

3.2.1.14 Hadis 14 (Adab Berpakaian)

‫ان صلى ا عليه وسلم ) لل يلونظاار ل ل‬


‫اا إنللى لمون‬ ‫ لقالل لراسوال ل ل‬:‫اا لعونها لقالل‬ ‫ضليِ ل ل‬ ‫عن انوبنن اعلملر لر ن‬‫لو ل ن‬
‫ق لعللويه‬ ‫لجلر ثلووبلها اخيللللء ( امتلفل ة‬

/wa’ani ibni ‘umara raḍiyallāhu ‘anhu qāla: qāla rasūlullāhi ṣalallāhu ‘alaihi
wasallam (lā yanẓuru allāhu `ilā man jarra ṡaubahu khuyalā`a) muttafaq ‘alaihi/
Dari Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa

32
Sallam bersabda: "Allah tidak akan melihat orang yang menjuntai pakaiannya
terseret dengan sombong." Muttafaq Alaihi.
Jenis kohesi leksikal berupa repetisi, sinonim, antonim, hiponim, kolokasi
dan ekuivalensi pada hadis 14 bab Adab tidak ditemukan.

3.2.1.15 Hadis 15 (Adab Makan)

,‫ ) إنلذا أللكلل أللحاداكوم فلوليلوأكاول بنيلنمينننه‬:‫ان صلى ا عليه وسلم لقالل‬ ‫لولعونها رضيِ ا عنه أللن لراسولل ل ل‬
‫ لويلوشلربا بننشلمالننه ( ألوخلرلجها اموسلنةم‬,‫طالن يلوأكاال بننشلمالننه‬
‫ فلإ نلن لاللشوي ل‬,‫ب فلوليلوشلربو بنيلنمينننه‬
‫لوإنلذا لشنر ل‬

/wa’anhu raḍiyallāhu ‘anhu qāla: (`iżā `akala `aḥadukum falya`kul biyamīnihi,


wa`iżā syariba fal yasyrab biyamīnihi, fa`inna asysyaiṭāna ya`kulu bisyimālihi,
wa yasyrabu bisyimālihi) `akhrajahu muslimun/ Dari Ibnu Umar Radliyallaahu
'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila
seseorang di antara kalian makan hendaknya ia makan dengan tangan kanan dan
minum hendaknya ia minum dengan tangan kanan, karena sesungguhnya setan itu
makan dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya." Riwayat
Muslim.
Pada hadis di atas terdapat 4 (empat) repetisi yakni (1) kata Fi’il Madhi
‫ أللكلل‬/`akala/ “makan” yang diulang kembali dengan kata Fi’il Mudhari’ ‫فلوليلأواكول‬
/falya`kul/ “makan” dan kata Fi’il Mudhari’ ‫ يلأواكال‬/ya`kulu/ “makan”. (2) kata Fi’il

Madhi ‫ لشححنر ل‬/syariba/ “minum” yang diulang kembali dengan kata Fi’il
‫ب‬
Mudhari’ ‫ب‬‫ فلوليلوشححلر و‬/fal yasyrab/ “minum” dan kata Fi’il Mudhari’ ‫ب‬
‫يلوشححلر ا‬
/yasyrabu/ “minum”. Kedua kata tersebut merupakan repetisi sebahagian atau
variasi. (3) kata Isim ‫ بنيلنمينن‬/biyamīnihi/ “dengan tangan kanannya” yang diulang

kembali dengan kata yang sama ‫ بنيلنمين‬/biyamīnihi/ “dengan tangan kanannya”. (4)

kata Isim ‫شححلمالننه‬


‫ بن ن‬/bisyimālihi/ “dengan tangan kirinya” yang diulang kembali
dengan kata yang sama ‫شلمالننه‬
‫ بن ن‬/bisyimālihi/ “dengan tangan kirinya”. Kedua kata
tersebut merupakan repetisi penuh.

33
Selanjutnya pada hadis di atas terdapat susunan kata Isim ‫بنيلنميننحححه‬

/biyamīnihi/ “dengan tangan kanan” dengan susunan kata Isim ‫شلمالننه‬


‫ بن ن‬/bisyimālihi/
“dengan tangan kirinya” yang berasal dari kata Isim ‫ يللمةن‬/yamanun/ “kanan” dan

kata Isim ‫شلمال‬


‫ ن‬/syimāl/ “kiri” . Kedua kata tersebut merupakan antonim yang
bersifat mutlak.
Setelah itu pada hadis di atas ditemukan kolokasi yaitu kata Fi’il Madhi
‫ أللكلل‬/`akala/ “makan” yang bersanding atau berkolokasi dengan kata Fi’il Madhi
‫ لشنر ل‬/syariba/ “minum”.
‫ب‬

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada hadis 15 bab Adab ditemukan


jenis kohesi leksikal berupa repetisi 4 buah, antonim 1 buah dan kolokasi 1 buah.

3.2.1.16 Hadis 16 (Adab Makan Minum Berpakaian dan Bersedekah)

‫ان صلى ا عليه‬ ‫ لقالل لراسوال ل ل‬:‫ب لعون ألنبينه لعون لجيدنه رضيِ ا عنه لقالل‬ ‫لولعون لعومنرو وبنن اشلعوي س‬
,‫ف لولل لمنخيللسة ( ألوخلرلجها ألابو لدااولد لوألوحلماد‬
‫صلدوق نفيِ لغوينر لسلر س‬ ‫ب لواولبل و‬
‫س لوتل ل‬ ‫وسلم ) اكول لواوشلر و‬
‫لولعللقلها الولبالخانر د‬
‫ي‬

/wa’an ‘amrū ibni syu’aibin ‘an `abīhi ‘an jaddihi raḍiyallāhu ‘anhu qāla: qāla
rasūlullāhi ṣalallāhu ‘alaihi wasallam (kul wa isyrab wa albas wa taṣaddaq fī
gairi sarafin walā makhīlatin) `akharajahu `abū dāwuda wa `aḥmadu, wa
‘alaqahu al-bukhāriyyu/ Dari Amar Ibnu Syu'aib, dari ayahnya, dari kakeknya,
Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Makanlah, minumlah, berpakaianlah, dan bersedekahlah tanpa berlebihan dan
sikap sombong." Riwayat Ahmad dan Abu Dawud. Hadits mu'allaq menurut
Bukhari.
Jenis kohesi leksikal berupa repetisi, sinonim, antonim, hiponim, kolokasi
dan ekuivalensi pada hadis 16 bab Adab tidak ditemukan.

34
3.2.2 Jenis Kohesi Leksikal Pada Bab Kebaikan dan Silaturahmi

Jenis kohesi leksikal yang terdapat pada bab Kebaikan dan Silaturahmi yaitu
berupa repetisi, sinonim, antonim, hiponim, dan kolokasi. Bab Kebaikan dan
Silaturahmi terdiri dari 14 hadis dan didalamnya ditemukan kohesi leksikal
sebanyak 36 buah yang terdiri dari repetisi 23 buah, sinonim 1 buah, antonim 4
buah, hiponim 4 buah dan kolokasi 4 buah.

3.2.2.1 Hadis 1 (Bab Bersaudara)

‫ب ألون ياوبلس ل‬
‫ط‬ ‫ان صلى ا عليه وسلم ) لمون أللح ل‬ ‫ لقالل لراسوال ل ل‬:‫لعون ألنبيِ هالرويلرةل رضيِ ا عنه لقالل‬
‫صول لرنحلمها ( ألوخلرلجها الولبالخانر د‬
‫ي‬ ‫ فلوليل ن‬,‫ لوألون ياونلسأ ل نفيِ ألثلنرنه‬,‫للها نفيِ نروزقننه‬
/’an `abī hurayrata raḍiyallāhu ‘anhu qāla: qāla rasūlullāhi ṣallaallāhu ‘alaihi
wasallama (man `ahabba `an yubsaṭa ‘alaihi fī rizqihi, wa `an yunsa`a lahu fī
`aṡarihi, falyaṣil raḥimahu) `akhrajahu al-bukhārī/ “Dari Abu Hurairah
Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Barangsiapa ingin dilapangkan rizqinya dan dipanjangkan umurnya, hendaknya
ia menghubungkan tali kekerabatan." Riwayat Bukhari.
Jenis kohesi leksikal berupa repetisi, sinonim, antonim, hiponim, kolokasi
dan ekuivalensi pada hadis 1 bab Kebaikan dan Silaturahmi tidak ditemukan.

3.2.2.2 Hadis 2 (Bab Bersaudara)

‫ لقالل لراسوال ل ل‬:‫طنعسم رضيِ ا عنه لقالل‬


‫ان صلى ا عليه وسلم ) لل يلوداخال‬ ‫لولعون اجبلوينر وبنن ام و‬
‫الوللجنلةل لقانطةع ( يلوعننيِ لقانطلع لرنحسم امتلفل ة‬
‫ق لعللوينه‬
/wa’an jubair ibni muṭ’imin raḍiyallāhu ‘anhu qāla: qāla rasūlullāhi ṣallaallāhu
‘alaihi wasallam (lā yadkhulu al-jannata qāti’un) ya’nī qāti’a rahimin. Muttafaq
‘alaihi/ “Dari Jubair Ibnu Muth'im Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak akan masuk surga seorang
pemutus, yaitu pemutus tali kekerabatan." Muttafaq Alaihi.

35
‫ لقا ن‬/qāti’un/ “pemutus”
Pada hadis di atas terdapat kata Fi’il Mudhari’ ‫طةع‬

‫ لقا ن‬/qāti’a/ “pemutus”. Kedua kata


yang diulang kembali dengan kata yang sama ‫طلع‬

tersebut merupakan repetisi variasi dari kata Fi’il Mudhari’ ‫ قل ل‬/qaṭa’a/


‫طححلع‬
“memutuskan”.

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada hadis 2 bab Kebaikan dan


Silaturahmi ditemukan jenis kohesi leksikal berupa repetisi 1 buah.

3.2.2.3 Hadis 3 (Bab Akhlak)

‫ال لحلرلما‬ ‫ ) إنلن ل ل‬:‫ان صلى ا عليه وسلم لقالل‬ ‫لولعنن الولامنغيلرنة اشوعبلةل رضيِ ا عنه أللن لراسونل ل ل‬
‫ لولكوثلرةل لالدسلؤانل‬,‫ لولكنرهل للاكوم نقيلل لولقالل‬,‫ت‬ ‫ لولووألد الولبللنا ن‬,‫ت‬
‫ لولمونلعا لولها ن‬,‫ت‬ ‫ق الولالملها ن‬
‫لعللوياكوم اعاقو ل‬
‫ق لعللويه‬ ‫ضالعةل الوللمانل ( امتلفل ة‬
‫لوإن ل‬
/wa’ani al-makhīrati syu’bata raḍiyallāhu ‘anhu `anna rasūlullāhi ṣallaallāhu
‘alaihi wasallam qāla: (`inna allāha ḥarrama ‘alaikum ‘uqūqa al `ummahāti,
wawa`da al banāti, wa man’ān wa hāti, wa kariha lakum qīla wa qāla, wa
kaṡrata as-su`āli wa `iḍā’ata al māli) muttafaq ‘alaih/ “Dari al-Mughirah Ibnu
Syu'bah bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Sesungguhnya Allah mengharamkan kalian durhaka kepada ibu, mengubur anak
perempuan hidup-hidup, menahan dan menuntut; dan Dia tidak suka kalian
banyak bicara, banyak bertanya, dan menghambur-hamburkan harta." Muttafaq
Alaihi.

Pada hadis di atas terdapat kata Fi’il Madhi ‫ححححلرلما‬


‫ ل‬/ḥarrama/
“mengharamkan” sebagai hipernimnya. Sementara yang merupakan hiponimnya

‫ق الولالملها ن‬
adalah ‫ت‬ ‫لولووألد الولبللنا ن‬,
‫ اعاقو ل‬/ ‘uqūqa al `ummahāti/ “durhaka kepada ibu”, ‫ت‬
‫ لولمونلعا لولها ن‬/wa
/wawa`da al banāti/ “mengubur anak perempuan hidup-hidup” , ‫ت‬
man’ān wa hāti/ “menahan dan menuntut”. Perbuatan-perbuatan tersebut
merupakan bagian dari yang haram. Maka bagian bagian kalimat tersebut
merupakan kohesi leksikal berupa hiponim yang memiliki hubungan atas bawah.

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada hadis 3 bab Kebaikan dan


Silaturahmi ditemukan jenis kohesi leksikal berupa hiponim 1 buah.

36
3.2.2.4 Hadis 20 (Kebaikan Kepada Orang Tua)

‫ضى‬
‫ان فى نر ل‬ ‫ضى د‬ ‫ )نر ل‬:‫ص لعنن لالنلبنييِ صلى ا عليه وسلم لقالل‬ ‫ان وبنن علومرنلووبنن اللعا ن‬‫لولعون لعوبند ل ل‬
‫صلحلحها انوبان نحلبالن لواوللحانكام‬ ‫ين ( ألوخلرلجها لالتيورنمنذ د‬
‫ لو ل‬,‫ي‬ ‫خنط الوللوالنلد و ن‬
‫س و‬ ‫خطا ل ل‬
‫ان نفيِ ا‬ ‫ لو ا‬,‫الوللوالنلدوينن‬
‫س و‬
/wa’an ‘abdillāhi ibni ‘amri wa ibni al’āṣi ‘aninnabiyyi ṣallallāhu ‘alaihi
wasallam qāla: (riḍā allāhi fī riḍā alwālidaini, wasukhṭu allāhi fī sukhṭi
alwālidaini) `akhrajahu attirmiżiyyu, waṣaḥḥaḥu ibnu ḥibbāba wa alḥākimu/
“Dari Abdullah Ibnu Amar al-'Ash Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu
'alaihi wa Sallam bersabda: "Keridhaan Allah tergantung kepada keridhaan orang
tua dan kemurkaan Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua." Riwayat
Tirmidzi. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban dan Hakim.

Pada hadis di atas terdapat 2 (dua) repetisi yakni (1) kata Isim ‫ضى‬
‫ نر ل‬/riḍā/
“keridhaan” yang diulang kembali dengan kata Isim yang sama ‫ضححى‬
‫ نر ل‬/riḍā/
“keridhaan”. (2) kata Isim ‫ط‬
‫خ ا‬
‫ سححا و‬/sukhṭu/ “kemurkaan” yang diulang kembali
dengan kata yang sama ‫ط‬
‫خ ن‬
‫ححح و‬
‫ س ا‬/sukhṭi/ “kemurkaan”. Kedua kata tersebut
merupakan repetisi penuh.
Selanjutnya kata Isim ‫ضى‬
‫ نر ل‬/riḍā/ “ridha” di atas berantonim dengan kata
Isim ‫ط‬
‫خ ا‬
‫ سححا و‬/sukhṭu/ “kemurkaan”. Kedua kata tersebut saling berlawanan dan
merupakan antonim antar kata yang bersifat mutlak.
Kemudian pada hadis di atas ditemukan pula 2 (dua) kolokasi yakni, (1)
‫ضى د‬
susunan kata Isim ‫ان‬ ‫ نر ل‬/riḍā allāhi/ “ridha Allah” bersanding atau berkolokasi
dengan susunan kata Isim ‫ضى الوللوالنلدوينن‬
‫ نر ل‬/riḍā alwālidaini/ “ridha kedua orangtua”.
‫خطا ل ل‬
(2) susunan kata Isim ‫ان‬ ‫س و‬
‫ ا‬/sukhṭu allāhi/ “kemurkaan Allah” bersanding atau
berkolokasi dengan susunan kata Isim ‫ط الوللوالنحححلدوينن‬
‫خ ن‬
‫ سحححا و‬/sukhṭi alwālidaini/
“kemurkaan kedua orangtua”.

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada hadis 4 bab kebaikan dan


silaturahmi ini ditemukan jenis kohesi leksikal berupa repetisi 2 buah, antonim 1
buah dan kolokasi 2 buah.

37
3.2.2.5 Hadis 5 (Bab Bertetangga)

‫ ) لوالللنذي نلوفنسيِ بنيلندنه لل‬:‫س رضيِ ا عنه لعنن لالنلبنييِ صلى ا عليه وسلم ألنلها لقالل‬ ‫لولعون أ نل س‬
‫ب لننلوفنسنه ( امتلفل ة‬
‫ق لعللوينه‬ ‫ياوؤنمان لعوبةد لحلتى يانح ل‬
‫ب لنلجانرنه لما يانح د‬
/wa ‘an `anasin raḍiyallāhu ‘anhu ‘aninnabiyyi ṣallallāhu ‘alaihi wasallam
`annahu qāla: (wallażī nafsī biyadihi lā yu`minu ‘abdun ḥattā yuḥibba lijārihi mā
yuḥibba linafsihi) muttafaq ‘alaihi/ “Dari Anas bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi
wa Sallam bersabda: "Demi Tuhan yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah
seorang hamba (dikatakan) beriman sehingga ia mencintai tetangganya
sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." Muttafaq Alaihi.
Pada hadis di atas terdapat dua (2) repetisi yakni Fi’il Mudhari’ (1) kata
‫ب‬
‫ يانح ل‬/yuḥibba/ “ia mencintai” yang diulang kembali dengan kata yang sama ‫ب‬
‫يانح د‬
/yuḥibba/ “ia mencintai”, kata tersebut berasal dari kata Fi’il Madhi ‫ب‬
‫ لح ل‬/ḥabba/
‫ نلوف ن‬/nafsī/ “diri sendiri” yang diulang dengan kata yang
“mencintai”. (2) kata ِ‫سي‬

‫ نلوف ن‬/nafsihi/ “dirinya sendiri”. Maka kedua kata tersebut merupakan kohesi
sama ‫سنه‬
leksikal berupa repetisi penuh.

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada hadis 5 bab Kebaikan dan


Silaturahmi ditemukan jenis kohesi leksikal berupa repetisi 2 buah.

3.2.2.6 Hadis 6 (Bab Dosa)

‫ب ألوعظلام‬‫ي لاللذون ن‬‫ان صلى ا عليه وسلم أل د‬ ‫ت لراسولل ل ل‬ ‫ لسأ لول ا‬: ‫لولعنن انوبنن لموساعوسد رضيِ ا عنه لقالل‬
‫ك لخوشيلةل ألون يلأواكلل‬‫ )ألون تلوقتالل لولللد ل‬: ‫ي ؟ لقالل‬ ‫ ثالم أل د‬: ‫ت‬‫ اقول ا‬.(‫ك‬ ‫ لوهالو لخللقل ل‬,‫ ) ألون تلوجلعلل نللن ننلددا‬:‫؟ لقالل‬
‫ك ( امتلفل ة‬
‫ق لعللوينه‬ ‫ )ألون تالزاننليِ بنلحنليللةن لجانر ل‬:‫ي ؟ لقالل‬ ‫ ثالم أل د‬:‫ت‬
‫ك( اقول ا‬
‫لملع ل‬
/wa’ani ibni mas’ūdin raḍiyallāhu ‘anhu qāla: sa`altu rasūlullāhi ṣalallāhu
‘alaihi wasallam `ayyu ażżanbi `a’ẓamu? qāla: (`an taj’ala lillāhi niddān
wahuwa khalaqaka). qultu: ṡumma `ayyu? qāla: (`an taqtula waladaka khasyyata
`an ya`kula ma’aka). qultu: ṡumma `ayyu? qāla: (`an tazāniya biḥalīlatin jārika)
muttafaq ‘alaihi/ “Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku bertanya kepada
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, dosa apakah yang paling besar?. Beliau
menjawab: Engkau membuat sekutu bagi Allah, padahal Dia-lah yang
menciptakanmu." Aku bertanya lagi: Kemudian apa?. Beliau menjawab: "Engkau

38
membunuh anakmu karena takut ia akan makan bersamamu." Aku bertanya lagi:
Kemudian apa?. Beliau bersabda: "Engkau berzina dengan istri tetanggamu."
Muttafaq Alaihi.

Pada hadis di atas terdapat 2 (dua) repetisi yakni (1) kata ‫ قلححال‬/qāla/

“Beliau menjawab” yang diulang sebanyak 3 kali dan kata ‫ اقول ا‬/qultu/ “aku
‫ت‬
bertanya lagi” yang diulang sebanyak 2 kali. Kedua kata tersebut merupakan
‫ ثالم أل د‬/ṡumma `ayyu/ “kemudian
repetisi sebahagian atau variasi. (2) susunan kata ‫ي‬
apa” yang diulang sebanyak 2 kali. Susunan kata tersebut merupakan kohesi
leksikal berupa repetisi penuh.

‫ب أل و‬
Selanjutnya pada hadis di atas ditemukan juga susunan kata ‫عظلام‬ ‫لاللذون ن‬
/ażżanbi `a’ẓamu/ “dosa yang paling besar” sebagai hipernim (supordinat) yang
memiliki hiponim ‫ ألون تلوجلعلل نللن ننح دلدا‬/`an taj’ala lillāhi niddān/ “engkau membuat

‫ ألون تلوقتاححلل لوللححلد ل‬/`an taqtula waladaka/ “engkau membunuh


sekutu bagi Allah”, ‫ك‬

anakmu”, ‫ك‬ ‫ ألون تالزاننليِ بنلحنليللةن لجانر ل‬/`an tazāniya biḥalīlatin jārika/ “engkau berzina
dengan istri tetanggamu”. Maka perbuatan-perbuatan tersebut merupakan bagian
‫ب ألوع ل‬
dari ‫ظام‬ ‫ لاللذون ن‬/ażżanbi `a’ẓamu/ “dosa yang paling besar”.

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada hadis 6 bab Kebaikan dan


Silaturahmi ditemukan jenis kohesi leksikal berupa repetisi 2 buah dan hiponim 1
buah.

3.2.2.7 Hadis 7 (Bab Dosa)

‫ ) نمون الوللكلبائننر لشوتام‬:‫اا لعونها صلى ا عليه وسلم لقالل‬ ‫ضليِ ل ل‬ ‫ان وبنن لعومنرو وبنن اوللعا ن‬
‫ص لر ن‬ ‫لولعنن لعوبند ل ل‬
‫ لويلاس د‬,‫ب أللباها‬
‫ب‬ ‫ب أللبا لاللراجنل لفيلاس د‬
‫ نللعوم يلاس د‬:‫ب لاللراجال لوالنلدوينه ؟ لقالل‬
‫ لوهلول يلاس د‬:‫ نقيلل‬: ‫لاللراجنل لوالنلدوينه‬
‫ب أالمها ( امتلفل ة‬
‫ق لعللوينه‬ ‫ فليلاس د‬,‫أالمها‬
/wa’an abdillāhi ibni ‘amri wa ibni al’āṣi raḍiyallāhu ‘anhu ṣallaallāhu ‘alaihi
wasallam qāla: (mina alkabā`iri syatmu arrajuli wālidaihi: qīla: wa hal yasubbu
arrajulu wālidaihi? qāla: yasubbu `abā arrajuli fayasubbu arrajulu `abāhu, wa

39
yasubbu `ummahu, fayasubba `ummuhu) muttafaq ‘alaihi/ “Dari Abdullah Ibnu
Amar Ibnu al-'Ash Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam bersabda: "Termasuk dosa besar ialah seseorang memaki orang tuanya."
Ada seseorang bertanya: Adakah seseorang akan memaki orang tuanya. Beliau
bersabda: "Ya, ia memaki ayah orang lain, lalu orang lain itu memaki ayahnya dan
ia memaki ibu orang lain, lalu orang itu memaki ibunya." Muttafaq Alaihi.

Pada hadis di atas ditemukan 3 (tiga) repetisi yakni, (1) kata Fi’il
Mudhari’ ‫ب‬
‫ يلاسحح د‬/yasubbu/ “memaki” yang di ulang kembali sebanyak 5 kali
‫ب أللبا لاللر ا‬
merupakan repetisi penuh. (2) susunan kata ‫جنل‬ ‫ يلاس د‬/fayasubbu arrajulu
`abāhu/ “ia memaki ayah orang lain” yang diulang dengan susunan kata ‫ب أللباها‬
‫فليلاس د‬
/fayasubbu arrajulu `abāhu/ “orang lain itu memaki ayahnya” merupakan repetisi
‫ لسحح ل‬/sabba/ “memaki. (3) susunan kata ‫ب أالمححه‬
variasi dari kata ‫ب‬ ‫ يلاسحح د‬/yasubbu
`ummahu/ ” memaki ibu orang lain”, yang diulang sebanyak 2 kali merupakan
repetisi penuh. Susunan kata tersebut berasal dari kata ‫ب‬
‫ لس ل‬/sabba/ “memaki”.
Kemudian pada hadis di atas terdapat pula kata Fi’il Madhi ‫شوتام‬
‫ ل‬/syatmu/
“memaki” dengan kata Fi’il Mudhari’ ‫ب‬
‫ يلاس د‬/yasubbu/ “memaki”. Kedua kata
‫ل‬
tersebut merupakan kata yang bersinonim, kata-kata tersebut berasal dari kata ‫شحلتم‬

/syatama/ “memaki” dan kata ‫ب‬


‫ لس ل‬/sabba/ “memaki”.
Selanjutnya kata ‫ أللبححاها‬/`abahu/ “ayahnya” dengan kata ‫ أ المححها‬/`ummuhu/
“ibumu” saling berlawanan dan merupakan antonim antar kata yang bersifat
mutlak.
Pada hadis di atas ditemukan 2 (dua) hiponim yakni, (1) kata Isim ‫لوالنلدوينه‬
/wālidaihi/ “orang tuanya” sebagai hipernimnya (supordinat). Sementara yang
merupakan hiponimnya adalah kata ‫ أللبححاها‬/`abahu/ “ayahnya” dan kata ‫أ المححها‬
/`ummuhu/ “ibumu”. Maka kata ayah dan ibu merupakan kohesi leksikal berupa
hiponim (hubungan atas-bawah) dari kata ‫ لولنلدوينن‬/walidaini/ “orang tua”. (2) kata

Isim ‫ الوللكبلحححانئر‬/alkabā`iri/ “dosa besar” sebagai hipernimnya (superordinat).

‫لشوتام لاللر ا‬
Sementara yang merupakan hiponimnya adalah susunan kata ‫جحنل لوانلحلدوينه‬

‫ب لاللر ا‬
/syatmu arrajuli wālidaihi/ “memaki orang tuanya”, ‫جال لوالنلدوينه‬ ‫ يلاس د‬/yasubbu

40
‫ب أللبا لاللر ا‬
arrajulu wālidaihi/ “memaki orang tuanya”, ‫جنل‬ ‫ يلاس د‬/yasubbu `abā arrajuli/
“ memaki ayah orang lain” dan ‫ب أ المها‬
‫ يلاس د‬/yasubbu `ummahu/ “memaki ibunya”.

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada hadis 7 bab kebaikan dan


silaturahmi ini ditemukan jenis kohesi leksikal berupa repetisi 3 buah, sinonim 1
buah, antonim 1 buah dan hiponim 2 buah.

3.2.2.8 Hadis 8 (Bab Silaturahmi)

‫ ) لل يلنحدل لناموسلنسم ألون‬:‫ان صلى ا عليه وسلم لقالل‬ ‫ب رضيِ ا عنه أللن لراسولل ل ل‬ ‫لولعون ألنبيِ ألديو ل‬
( ‫ لولخويارهالما الللنذي يلوبلدأا نباللسللنما‬,‫ يلولتلقنليانن فلياوعنرضا هللذا لوياوعنرضا هللذا‬: ‫ث لللياسل‬ ‫يلوهاجلر أللخاها فلوو ل‬
‫ق ثللل ن‬
‫امتلفل ة‬
‫ق لعللوينه‬
/wa’an `abbī ayyūbua raḍiyallāhu ‘anhu `anna rasūlullāhi ṣalallāhu ‘alaihi
wasallam qāla: (lā yaḥillu limuslimin `an yahjura `akhāhu fauqa ṡalāṡi liyālin:
yaltaqiyāni fayu’riḍu hażā wayu’riḍu hażā, wa khairu humā allażī yabda`
bissalāmi) muttafaq ‘alaihi/ “Dari Abu Ayyub Radliyallaahu 'anhu bahwa
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak halal bagi muslim
memutuskan persahabatan dengan saudaranya lebih dari tiga malam. Mereka
bertemu, lalu seorang berpaling dan lainnya juga berpaling. Yang paling baik di
antara keduanya ialah memulai mengucapkan salam. Muttafaq Alaihi.

‫ام و‬
Pada hadis di atas ditemukan 3 (tiga) repetisi yakni, (1) kata Fi’il ‫سلنسم‬

/muslimin/ “muslim” yang diulang dengan kata Fi’il ‫سللنما‬


‫ ال ل‬/assalāmi/ “selamat”
merupakan repetisi variasi dari kata ‫سولةم‬
‫ ل‬/salmun/ “islam/selamat”. (2) kata Fi’il
‫ ياوعححنر ا‬/yu’riḍu/ “berpaling”
Mudhari’ ‫ض‬ ‫ياوعحح ن‬
yang diulang kembali dengan ‫رض‬

/yu’riḍu/ “berpaling”. (3) kata ‫ هللذا‬/hażā/ “ini” yang dulang dengan kata yang sama

‫ هللذا‬/hażā/ “ini”. Kedua susunan kata tersebut merupakan repetisi penuh.

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada hadis 8 bab kebaikan dan


silaturahmi ini ditemukan jenis kohesi leksikal berupa repetisi 3 buah.

41
3.2.2.9 Hadis 9 (Bab Kebaikan)

‫صلدقلةة ( ألوخلرلجها‬ ‫ لقالل لراسوال ل ل‬:‫لجابنسر رضيِ ا عنه لقالل‬


‫ان صلى ا عليه وسلم ) اكدل لموعاروفس ل‬
‫الولبالخانر د‬
‫ي لولعون‬
/wa’an jābiri raḍiyallāhu ‘anhu qāla: qāla rasūlullāhi ṣalallāhu ‘alaihi wasallam
(kullu ma’rūfin ṣadaqatun) `akhrajahu al-bukhāriyyu/ “Dari Jabir Radliyallaahu
'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Setiap kebaikan
adalah sedekah." Riwayat Bukhari.

‫ لموعححارو س‬/ma’rūfin/ “kebaikan” yang


Pada hadis di atas terdapat kata ‫ف‬

bersanding atau berkolokasi dengan kata ‫صلدقلةة‬


‫ ل‬/ṣadaqatun/ “sedekah”. Sehingga
disandingkan menjadi ‫صححلدقلةة‬ ‫ لموعححارو س‬/ma’rūfin ṣadaqatun/ “kebaikan adalah
‫ف ل‬
sedekah”. Maka kedua kata tersebut merupakan kohesi leksikal berupa kolokasi
(sanding kata).

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada hadis 9 bab kebaikan dan


silaturahmi ditemukan jenis kohesi leksikal berupa kolokasi 1 buah.

3.2.2.10 Hadis 10 (Bab Kebaikan)

‫ لقالل لراسوال ل ل‬:‫لولعون ألنبيِ لذير رضيِ ا عنه لقالل‬


‫ان صلى ا عليه وسلم ) لل تلوحقنلرلن نمون‬
(‫طولقس‬
‫جه ل‬ ‫ لوللوو ألون تلوللقى أللخا ل‬,‫ف لشويلئا‬
‫ك بنلو و س‬ ‫الوللموعارو ن‬
/wa’an `abī żarri raḍiyallāhu ‘anhu qāla: qāla rasūlullāhi ṣalallāhu ‘alaihi
wasallam (lā taḥqiranna mia alma’rūfi syay`ān, wa lau `an talqā `akhāka
biwajhin ṭalqin) Dari Abu Dzar Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Janganlah engkau memandang rendah
bentuk apapun dari kebaikan, walaupun engkau hanya bertemu dengan saudaramu
dengan muka manis.” Riwayat Muslim.

42
Pada hadis di atas terdapat kata ‫ لووجسه‬/wajhin/ “wajah atau muka” yang

bersanding atau berkolokasi dengan kata ‫طولحححق‬


‫ ل‬/ṭalqin/ “manis”. Sehingga
disandingkan menjadi ‫طولقس‬
‫ لووجسه ل‬/wajhin ṭalqin/ “muka manis”. Maka kedua kata
tersebut merupakan kohesi leksikal berupa kolokasi (sanding kata).

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada hadis 10 bab kebaikan dan


silaturahmi ditemukan jenis kohesi leksikal berupa kolokasi 1 buah.

3.2.2.11 Hadis 11 (Bab Bertetangga)

‫ان صلى ا عليه وسلم ا عليه وسلم ) إنلذا‬ ‫ لقالل لراسوال ل ل‬:‫لولعون ألنبيِ لذير رضيِ ا عنه لقالل‬
‫ك ( ألوخلرلجهالما اموسلنةم‬‫ت لملرقلةل فلأ لوكثنور لمالءلها لوتللعاهلود نجيلرانل ل‬
‫طلبلوخ ل‬
/wa’anhu raḍuyallāhu ‘anhu qāla: qāla rasūlullāhi ṣalallāhu ‘alaihi wasallam
(`iżā ṭabakhta maraqatan fa`akṡir mā`ahā wata’ahad jīrānaka) `akhrajahumā
muslimun/ Dari Abu Dzar Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila engkau memasak kuah, perbanyaklah airnya
dan perhatikanlah tetanggamu." Riwayat Muslim.
Jenis kohesi leksikal berupa repetisi, sinonim, antonim, hiponim, kolokasi
dan ekuivalensi pada hadis 11 bab kebaikan dan silaturahmi tidak ditemukan.

3.2.2.12 Hadis 12 (Bab Bersaudara)

‫س لعون‬‫ان صلى ا عليه وسلم ) لمون نلفل ل‬ ‫ لقالل لراسوال ل ل‬:‫ولعن ألنبيِ هالرويلرةل رضيِ ا عنه لقالل‬
,‫ لولمون يللسلر لعللى اموعنسسر‬, ‫ب يلوونما الولقنليالمنة‬
‫اا لعونها اكوربلةل نمون اكلر ن‬ ‫س لل‬‫ نلفل ل‬,‫ب اللددونيلا‬
‫اموسلنسم اكوربلةل نمون اكلر ن‬
‫اا نفيِ لعوونن‬‫ لو ل ل‬,‫اا نفيِ لالددونليا لواولنخلرنة‬
‫ لستللرها ل ل‬,‫ لولمون لستللر اموسلنلما‬,‫اا لعللوينه نفيِ لالددونليا لواولنخلرنة‬ ‫يللسرل ل ل‬
‫الوللعوبند لما لكالن الوللعوباد نفيِ علوونن ألنخينه ( ألوخلرلجها اموسلنةم‬
/wa’an `abī hurayrata raḍiyallāhu ‘anhu qāla: qāla rasūlullāhi ṣalallāhu ‘alaihi
wasallam (man naffasa ‘an muslimin kurbatan min kurabi yaumi alqiyāmati wa
man yassara ‘alā mu’sirin yassara allāhu ‘alaihi fī addunyā wa al`ākhirati wa
man satara musliman satarahullāhu fī addunyā wa al`ākhirati wa allāhu fī ‘auni
al’abdi mā kāna al’abdu fī ‘auni `akhihi) `akhrajahu muslimun/ “Dari Abu
Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
bersabda: "Barangsiapa melepaskan kesusahan seorang muslim dari kesusahan

43
dunia, Allah akan melepaskan kesusahannya pada hari kiamat; barang siapa
memudahkan seorang yang mendapat kesusahan, Allah akan memudahkan
urusannya di dunia dan akhirat; dan barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim,
Allah akan menutupi (aibnya) di dunia dan Akhirat; dan Allah selalu akan
menolong hambanya selama ia menolong saudaranya." Riwayat Muslim.

Pada hadis di atas terdapat 8 (delapan) repetisi yakni (1) kata Fi’il Madhi

‫ نلفل ل‬/naffasa/ “melepaskan” yang diulang sebanyak 2 kali merupakan repetisi


‫س‬
‫ ام و‬/muslimin/ “muslim” yang diulang dengan kata
penuh. (2) kata Fi’il Madhi ‫سنلم‬

‫ اموسلنلما‬/musliman/ “muslim” (3) ‫ اكوربلةل‬/kurbatan/ “kesusahan” yang diulang kembali


sebanyak 2 kali dengan kata ‫ب‬ ‫ اكلر ن‬/kurabi/ “kesusahan” yang diulang sebanyak 2
‫ فكرر ب‬/karbun/ “kesusahan” merupakan repetisi variasi. (4)
kali berasal dari kata ‫ب‬

kata Fi’il Madhi ‫سلر‬


‫ يل ل‬/yassara/ “memudahkan” yang diulang dengan kata yang
sama ‫سححلر‬
‫ يل ل‬/yassara/ “memudahkan” yang berasal dari kata Fi’il Madhi ‫سَسسفر‬
‫يف س‬
/yasira/ “mudah”. (5) kata Isim ‫ لالددونليا‬/addunyā/ “dunia” yang diulang sebanyak 2

‫ اول ن‬/al`ākhirati/ “akhirat” yang diulang sebanyak 2 kali. (7)


kali. (6) kata Isim ‫خلرة‬

kata Fi’il Madhi ‫عوونن‬


‫ ل‬/’aun/ “menolong” yang diulang kembali dengan kata yang
‫ ل‬/’aun/ “menolong”. (8) kata Isim ‫ الوللعوبند‬/al’abdi/ “hamba” yang diulang
sama ‫عوونن‬

dengan kata yang sama ‫ الوللعوباد‬/al’abdu/ “hamba” Kelima kata tersebut merupakan
kohesi leksikal berupa repetisi penuh.
Selanjutnya kata Isim ‫ لالددونليا‬/addunyā/ “dunia” di atas berantonim dengan

‫ اول ن‬/al`ākhirati/ “akhirat”. Maka kedua kata tersebut merupakan


kata Isim ‫خححلرة‬
kohesi leksikal berupa antonim (lawan kata).
Berdasarkan analisis yang dilakukan pada hadis 12 bab kebaikan dan
silaturahmi ini ditemukan jenis kohesi leksikal berupa repetisi 8 buah dan antonim
1 buah.

44
3.2.2.13 Hadis 13 (Bab Kebaikan)

‫ لقالل لراسوال ل ل‬:‫لولعنن انوبنن لموساعوسد رضيِ ا عنه لقالل‬


,‫ان صلى ا عليه وسلم ) لمون لدلل لعللى لخويسر‬
‫فلللها نموثال ألوجنر لفانعلننه ( ألوخلرلجها اموسلنةم‬
/wa’an ibini mas’ūdin raḍiyallāhu ‘anhu qāla: qāla rasūlullāhi ṣalallahu ‘alaihi
wasallam (man dalla ‘alā khairin falahu miṡlu `ajri fā’ilihi) `akhrajahu
muslimun/ “Dari Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa menunjukkan (seseorang) kepada
kebaikannya, ia memperoleh pahala seperti pahal orang yang melakukannya."
Riwayat Muslim.
Jenis kohesi leksikal berupa repetisi, sinonim, antonim, hiponim, kolokasi
dan ekuivalensi pada hadis 13 bab Kebaikan dan Silaturahmi tidak ditemukan.

3.2.2.14 Hadis 14 (Bab Bersaudara)

‫ن اوستللعاذلاكوم بنا لللن‬


‫ ) لم ن‬:‫اا لعونهالما لعنن النلبنييِ صلى ا عليه وسلم لقالل‬ ‫ضليِ ل ل‬ ‫لولعنن انوبنن اعلملر لر ن‬
( ‫ فلإ نون للوم تلنجادوا لفاوداعوا للها‬,‫ لولمون أللتى إنللوياكوم لموعارولفا فللكافنائواه‬,‫ لولمون لسأ لللاكوم بنلالللنه فلأ لوعطاواه‬,‫فلأ لنعيذاواه‬
ِ‫ألوخلرلجها الولبلويهلقندي‬

/wa’an ibni ‘umara raḍiyallāhu ‘anhumā ‘aninnabiyyi ṣalallāhu ‘alaihi wasallam


qāla: (manista’āżakum billāhi fa`a’īżūhu, wa man sa`alakum billāhi fa`a’ṭuhu,
wa man `atā `ilaikum ma’rūfan fakāfi`ūhu, fa`in lam tajidū fad’ūlahu) `akhrajahu
al-baihaqiyyu/ “Dari Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu
'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa meminta perlindungan kepadamu
dengan nama Allah, lindungilah dia; barangsiapa meminta sesuatu kepadamu
dengan nama Allah, berilah dia; barangsiapa berbuat baik kepadamu, balaslah dia,
jika engkau tidak mampu, berdoalah untuknya." Riwayat Baihaqi

Pada hadis di atas ditemukan 2 (dua) repetisi yakni, (1) kata Fi’il
‫ ا و‬/ista’āża/ “meminta perlindungan” yang diulang dengan kata ‫ألنعيذا‬
Mudhari’ ‫ستللعاذ‬

‫ و‬/`a’īżū/ “lindungi” merupakan repetisi variasi dari kata ‫ لعاذ‬/’āża/ “berlindung”.


(2) susunan kata Isim ‫ بنا لللن‬/billāhi/ “dengan nama Allah” yang diulang sebanyak 2
kali merupakan repetisi penuh.

45
Selanjutnya ditemukan kata Fi’il Madhi ‫سححأ للل‬
‫ ل‬/sa`ala/ “meminta” yang
‫ أل و‬/`a’ṭā/ “memberi”.
berantonim dengan kata Fi’il Mudhari’ ‫عطى‬
Berdasarkan analisis yang dilakukan pada hadis 14 bab Kebaikan dan
Silaturahmi ditemukan jenis kohesi leksikal berupa repetisi 2 buah dan antonim 1
buah.

3.2.3 Jenis Kohesi Leksikal Pada Bab Zuhud dan Wara’


Jenis kohesi leksikal yang terdapat pada bab Zuhud dan Wara’ yaitu berupa
repetisi, sinonim, antonim, hiponim, dan kolokasi. Bab Zuhud dan Wara’ terdiri
dari 11 hadis dan didalamnya ditemukan kohesi leksikal sebanyak 34 buah yang
terdiri dari repetisi 25 buah, sinonim 3 buah, antonim 4 buah, hiponim 1 buah dan
kolokasi 1 buah.

3.2.3.1 Hadis 1 (Bab Wara’)

‫ان صلى ا عليه وسلم يلاقوال لوألوهلوى‬ ‫ت لراسولل ل ل‬ ‫اا لعونها لقالل لسنموع ا‬ ‫ضليِ ل ل‬
‫لعون لالدنوعلمانن وبنن بلنشيسر لر ن‬
‫صبللعوينه إنللى أااذنلوينه )إنلن الوللحلللل بليينة لوإنلن الوللحلرالما بلييةن لوبلوينلهالما اموشتلبنلها ة‬
‫ت لل يلوعللامهالن لكنثيةر‬ ‫لالدنوعلماان بنإ ن و‬
ِ‫ لولمون لولقعل نفيِ اللدشبالهاتن لولقعل نفي‬,‫ضنه‬ ‫س فللمنن اتللقى لالدشبالهاتن فلقلند انوستلوبلرأل لنندينننه لونعور ن‬
‫نمون لاللنا ن‬
‫ن نحلمى‬‫ أللل لوإن د ل‬,‫ أللل لوإنلن لناكيل لملنسك نحلمى‬,‫ك ألون يلقللع نفينه‬‫الوللحلرانما كلاللرانعيِ يلورلعى لحوولل الولنحلمى ايونش ا‬
‫ لوإنلذا فللسلدتو فللسلد الوللجلساد‬,‫له‬
‫صلللح لالولجلساد اك د ا‬
‫ت ل‬ ‫صلللح و‬
‫ضلغةل إنلذا ل‬ ‫ أللل لوإنلن نفيِ الوللجلسدن ام و‬,‫ان لملحانرامها‬ ‫لل‬
‫ ألللا لونهليِ الولقل و ا‬,‫اكلدها‬
‫لب ( امتلفل ة‬
‫ق لعللوينه‬

/’ani an-nu’māni ibni basyīrin raḍiyallāhu ‘anhu qāla sami’tu rasūlullāhi


ṣalallāhu ‘alaihi wasallam yaqūlu wa`ahwā an-nu’mānu bi`iṣba’aihi `ilā
`użunaihi (`inna al-ḥalāla bayyinun wa `inna al-ḥarāma bayyinun, wa bainahumā
musytabihātun lā ya’lamahunna kaṡīrun mina annāsi famani attaqā assyubuhāti
faqadi istabra`a lidīnihi wa ‘arḍihi, wa man waqa’a fī assyubuhāti waqa’a fī al-
ḥarāmi: kā arrā’ī yar’ā ḥaula alḥimā yūsyiku `an yaqa’a fīhi, `alā wa `inna
likulli maliki ḥimān, `alā wa `inna ḥamī allāhi maḥārimuhu, `alā wa `inna fī
aljasadi muḍgotan `iżā ṣalaḥat ṣalaḥa aljasadu kulluhu, wa `iżā fasadat fasada
aljasadu kulluhu, `alā wahiya alqalbu) muttafaq ‘alaihi/ “Nu'man Ibnu Basyir
Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam bersabda -dan Nu'man memasukkan dia jarinya ke dalam kedua
telinganya-: "Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram pun jelas, dan di

46
antara keduanya ada hal-hal yang syubhat yang tidak diketahui oleh kebanyakan
manusia. Barangsiapa menjauhinya, maka ia telah membersihkan agamanya dan
kehormatannya dan barangsiapa memasuki syubhat, ia telah memasuki
keharaman, seperti halnya penggembala yang menggembala di sekitar batas
(tanahnya), tidak lama ia akan jatuh ke dalamnya. Ingatlah bahwa setiap
kepemilikan ada batasnya, dan ingatlah bahwa batas Allah ialah larangan-
larangan-Nya. Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ada segumpal daging, jika ia baik
seluruh tubuh akan baik jika ia rusak seluruh tubuh akan rusak. Ketahuilah dialah
hati." Muttafaq Alaihi.

‫الول ل‬
Pada hadis di atas terdapat 12 (dua belas) repetisi yakni (1) kata Isim ‫حلرالما‬

/alḥarām/ haram” yang diulang sebanyak 2 kali dengan kata ‫رما‬


‫ لملحا ن‬/maḥārimuhu/
“larangan” merupakan repetisi variasi. (2) kata Isim ‫ بلييةن‬/bayyinun/ “jelas” yang

diulang dengan kata yang sama ‫ بلييةن‬/bayyinun/ “jelas”. Kata tersebut berasal dari

kata ‫ لبالن‬/bāna/ “jelas”. Maka kata tersebut merupakan kohesi leksikal berupa
‫ اموشتلبنلها ة‬/musytabihātun/ “syubhat” yang diulang
repetisi penuh. (3) kata Isim ‫ت‬

‫ لالدشححبالها ن‬/assyubuhāti/ “syubhat” yang diulang sebanyak dua kali


dengan kata ‫ت‬

merupakan repetisi variasi. (4) Fi’il Madhi ‫ لوقللع‬/waqa’a/ “jatuh” yang diulang

sebanyak dua kali dengan kata ‫ يلقللع‬/yaqa’a/ “jatuh”. Kedua kata di atas merupakan

repetisi variasi. (5) kata ِ‫عي‬


‫ للرا ن‬/arrā’ī/ “penggembala” yang diulang dengan kata
‫ يلور ل‬/yar’ā/ “menggembala” berasal dari kata ‫ع‬
Fi’il Mudhari’ ‫عى‬ ‫ر ل‬ ‫يلور ل‬
- ‫ع‬

/ra’a/ - /yar’a/ “gembala”. (6) kata ‫حلمى‬


‫ ن‬/ḥimā/ “batas”, yang diulang sebanyak
tiga kali merupakan repetisi penuh. (7) kata ‫ أللل‬/`alā/ “ingatlah” yang diulang

sebanyak tiga kali. (8) kata ‫ إندن‬/`inna/ “sesungguhnya” yang diulang sebanyak

‫ لج ل‬/jasadi/ “tubuh” yang diulang sebanyak tiga kali. (10) ‫اكدلها‬


lima kali. (9) kata ‫سند‬
‫صلللح و‬
/kulluhu/ “seluruh” yang diulang sebanyak dua kali. (11) kata ‫ت‬ ‫ ل‬/ṣalaḥat/ “
‫صل ل ل‬
dia baik” dengan kata ‫ح‬ ‫ ل‬/ṣalaḥa/ “baik” yang memiliki hubungan antar kata
‫صل ا ل‬
yang berasal dari kata ‫ح‬ ‫ فللسلد و‬/fasadat/ “dia rusak”
‫ ل‬/ṣaluḥa/ “baik. (12) kata ‫ت‬
dengan kata /fasada/ “rusak” yang memiliki hubungan antar kata yang berasal

‫ فل ل‬/fasada/ “rusak”. Ketujuh kata-kata di atas merupakan repetisi


dari kata ‫سححلد‬
penuh.

47
‫الول ل‬/alḥalāl/ “halal”
Selanjutnya pada hadis di atas ditemukan kata Isim ‫حللل‬

‫ الول ل‬/alḥarām/ haram”.


yang berantonim dengan kata Isim ‫حلرالما‬

‫ الوللج ل‬/aljasadi/ “tubuh” sebagai


Kemudian di temukan pula kata Isim ‫سحند‬
hipernimnya (supordinat). Sementara yang merupakan hiponimnya adalah kata
Isim ‫ أ ااذنلوينه‬/`użunaihi/ “telinga” yang berasal dari kata ‫ أ ااذن‬/`użunun/ “telinga”, kata

Isim ‫صبللعوينه‬ ‫ أا و‬/`uṣbu’/ “jari”, kata


‫ إن و‬/`iṣba’aihi/ “jari” yang berasal dari kata ‫صلبع‬
Isim ‫ضلغةل‬ ‫ الولقلول ا‬/alqalbu/ “hati”. Maka kedua
‫ ام و‬/muḍgotan/ “daging” dan kata Isim ‫ب‬
‫ الوللج ل‬/aljasadi/ “tubuh”. Maka
kata tersebut merupakan bagian dari kata Isim ‫سند‬
kata-kata tersebut merupakan kohesi leksikal berupa hiponim (hubungan atas-
bawah).

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada hadis 1 bab Zuhud dan Wara’
ditemukan jenis kohesi leksikal berupa repetisi 12 buah, antonim 1 buah dan
hiponim 1 buah.

3.2.3.2 Hadis 2 (Bab Zuhud)

‫س لعوباد الليديلنارن‬
‫ان صلى ا عليه وسلم ) تلنع ل‬ ‫ لقالل لراسوال ل ل‬:‫لولعون ألنبيِ هالرويلرةل رضيِ ا عنه لقالل‬
‫ي‬‫ض ( ألوخلرلجها اولبالخانر د‬ ‫لواليدورهلنم لواولقلنطيفلنة إنون أاوعنطليِ لر ن‬
‫ لوإنون للوم ياوعطل للوم يلور ل‬,‫ضيِل‬
/wa’an `abī hurayrata raḍiyallāhu ‘anhu qāla: qāla rasūlullāhi ṣalallāhu ‘alaihi
wasallam: (ta’isa ‘abdu ad-dīnāri wa ad-dirhami wa alqatīfati , `in `u’tiya raḍiya,
wa `in lam yu’ṭa lam yarḍa) `akhrajahu al-bukhariyyu/ “Dari Abu Hurairah
Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Celakalah hamba-hamba dinar, dirham, dan kain beludru. Jika diberi ia rela dan
jika tidak diberi ia tidak rela." Riwayat Bukhari.

Pada hadis di atas ditemukan 2 (dua) repetisi yakni, (1) kata Fi’il

‫ ألوع ن‬/`u’tiya/ “diberi” diulang dengan kata Fi’il Mudhari’ ‫ ياوعطل‬/yu’ṭa/


Mudhari’ ِ‫طي‬
‫ لع ل‬/’aṭā/ “beri”. (2)
“diberi” merupakan repetisi variasi dari kata Fi’il Madhi ‫طى‬

Fi’il Madhi kata ِ‫ي‬


‫ض ل‬‫ لر ن‬/raḍiya/ “rela” yang diulang kembali dengan kata Fi’il

48
‫ ليحور ل‬/ yarḍa/ “rela”. Maka kedua kata tersebut merupakan kohesi
Mudhari’ ‫ض‬

leksikal berupa repetisi variasi dari kata ِ‫ي‬


‫ض ل‬‫ لر ن‬/raḍiya/ “rela”.
‫ اللححيديلنا ن‬/ad-dīnāri/ “dinar” yang
Selanjutnya ditemukan pula kata Isim ‫ر‬

bersanding atau berkolokasi dengan kata Isim ‫ اليدورهلنم‬/ad-dirhami/ “dirham” dan

‫ اولقل ن‬/alqatīfati/ “kain beludru”.


kata Isim ‫طيلفة‬
Berdasarkan analisis yang dilakukan pada hadis 2 bab Zuhud dan Wara’
ditemukan jenis kohesi leksikal berupa repetisi 2 buah dan kolokasi 1 buah.

3.2.3.3 Hadis 3 (Bab Zuhud)

ِ‫ان صلى ا عليه وسلم بنلموننكنبي‬ ‫ أللخلذ لراسوال ل ل‬:‫اا لعونهالما لقالل‬ ‫ضليِ ل ل‬ ‫لولعنن انوبنن اعلملر لر ن‬
‫)إنلذا ألوملسيو ل‬:‫غنريبة ألوو لعابنار لسنبيسل ( لولكالن انوبان اعلملر يلاقوال‬
‫ت‬ ‫ك ل‬ ‫ ) اكون نفيِ لالددونليا لكأ لنل ل‬:‫فللقالل‬
‫ لونمون‬,‫صلحنتكل لنلسقلنمك‬ ‫ت فللل تلونتلنظنر الوللملسالء لواخوذ نمون ن‬
‫صلبحو ل‬‫ لوإنلذا أل و‬,‫صلباحل‬ ‫فللل تلونتلنظنر الل ل‬
‫ك( ألوخلرلجها الولبالخانر د‬
‫ي‬ ‫حلليانتكل لنلمووتن ل‬
/wa ‘an ibni ‘umara raḍiyallāhu ‘anhumā qāla: `akhaża rasūlullāhi ṣalallāhu
‘alaihi wasallam bimankibayya faqāla” (kun fī ad-dunyā ka`annaka garībun, `au
‘ābiru sabīlin). Wa kāna ibnu ‘umara yaqūlu: (iżā `amsaita falā tantaẓiri
aṣṣabāḥa, wa`iżā `aṣbaḥta falā tantaẓiri almasā`a, wa khuż min ṣiḥatika
lisaqamika, wa min ḥayātika limautika) `akhrajahu al-bukhāriyyu/ “Ibnu Umar
Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memegang
kedua pundakku dan bersabda: "Hiduplah di dunia ini seakan-akan engkau orang
asing atau orang yang sedang lewat." Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu berkata: Jika
engkau memasuki waktu sore, maka janganlah menunggu pagi; dan jika engkau
memasuki waktu pagi, janganlah menunggu waktu sore; ambillah kesempatana
dari masa sehatmu untuk masa sakitmu dan dari masa hidupmu untuk matimu."
Riwayat Bukhari.
Pada hadis di atas terdapat 3 (tiga) repetisi yakni, (1) kata Fi’il Mudhari’
‫ فللل تلونتلنظححنر‬/falā tantaẓiri/ “maka janganlah menunggu” yang diulang kembali
dengan kata yang sama ‫ر‬ ‫ فللل تلونتلنظحح ن‬/falā tantaẓiri/ “maka janganlah menunggu”.
Maka kedua kata tersebut merupakan kohesi leksikal berupa repetisi penuh. (2)

‫ ألوم ل‬/`amsī/ “sore” yang diulang kembali dengan kata Isim ‫الوللملسححالء‬
kata Isim ِ‫سي‬

/almasā`a/ “sore” merupakan repetisi variasi dari kata ‫سااء‬


‫ لم ل‬/masā`u/ “sore”. (3)

49
‫ أل و‬/aṣbāḥa/ “pagi” yang bersinonim dengan kata Isim ‫صححلبالح‬
kata Isim ‫صححلبح‬ ‫لال ل‬
/aṣṣabāḥa/ “pagi” merupakan repetisi variasi dari kata ‫صلباح‬
‫ ل‬/ṣabaḥa/ “pagi”.
‫ لغنري ة‬/garību/ “orang
Selanjutnya pada hadis di atas ditemukan kata Isim ‫ب‬

asing” yang bersinonim dengan kata Isim ‫عابنار‬


‫ ل‬/‘ābiru/ “orang lewat”.
Kemudian pada hadis di atas terdapat 3 (tiga) antonim yakni (1) kata
‫ لال ل‬/aṣṣabāḥa/ “pagi” dengan kata ‫ الوللملسححالء‬/almasā`a/ “sore”. Kedua kata
‫صححلبالح‬
tersebut saling berlawanan dan merupakan antonim antar kata yang bersifat
mutlak. (2) kata ‫ت‬ ‫ ن‬/ṣiḥatika/ “sehat” dengan kata ‫ لنلسحقلنم‬/lisaqami/ “sakit”.
‫صحلح ن‬
Kedua kata tersebut saling berlawanan dan merupakan antonim antar kata yang
bersifat mutlak. (3) kata ‫ت‬
‫ لحليا ن‬/ḥayāti/ “hidup” dengan kata ‫ت‬
‫ لنلموو ن‬/limauti/ “mati”.
Maka kata-kata tersebut merupakan kohesi leksikal berupa antonim (lawan kata).

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada hadis 3 bab Zuhud dan Wara’
ditemukan jenis kohesi leksikal berupa repetisi 1 buah, sinonim 3 buah dan
antonim 3 buah.

3.2.3.4 Hadis 4 (Bab Zuhud)

‫لقالل لراسوال ل ل‬:‫اا لعونهالما لقالل‬


‫ان صلى ا عليه وسلم ) لمون تللشبلهل بنقلووسما فلهالو‬ ‫ضليِ ل ل‬
‫لولعنن انوبنن اعلملر لر ن‬
‫نمونهاوم ( ألوخلرلجها ألابو لدااولد لو ل‬
‫صلحلحها انوبان نحلبالن‬
/ wa ‘an ibni ‘umara raḍiyallāhu ‘anhumā qāla: `akhaża rasūlullāhi ṣalallāhu
‘alaihi wasallam (man tasyabbaha biqaumin minhum) `akhrajahu `abū dāwuda
waṣaḥḥaḥu ibnu ḥibbān/ “Dari Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa menyerupai suatu kaum,
maka ia termasuk mereka." Riwayat Abu Dawud. Hadits shahih menurut Ibnu
Hibban.
Jenis kohesi leksikal berupa repetisi, sinonim, antonim, hiponim, kolokasi
dan ekuivalensi pada hadis 4 bab Zuhud Wara’ tidak ditemukan.

50
3.2.3.5 Hadis 5 (Bab Zuhud)

,‫ف لالنلبنييِ صلى ا عليه وسلم يلوولما‬ ‫ت لخول ل‬ ‫ اكون ا‬:‫اا لعونهالما لقالل‬ ‫ضليِ ل ل‬‫س لر ن‬ ‫لولعنن انوبنن لعلبا س‬
‫ لوإنلذا‬,‫ت لفاوسلألن الللل‬
‫ لوإنلذا لسأ لول ل‬,‫ك‬ ‫ك انوحلفظن ل ل‬
‫ال تلنجودها تالجاهل ل‬ ‫ال يلوحلفظو ل‬ ‫ ) ليا اغللاما انوحلفظن ل ل‬:‫فللقالل‬
‫صنحيةح‬‫ لولقالل لحلسةن ل‬,‫ي‬ ‫ت فلاوستلنعون بنا لللن ( لرلواها لالتيورنمنذ د‬ ‫انوستللعنو ل‬

/wa’an ibni ‘abbāsin raḍiyallāhu ‘anhumā qāla: kuntu khalfa annabiyya


ṣalallāhu 'alaihi wasallam yaumān, faqāla: (yāgulāmu iḥfaẓi allāha yaḥfaẓka,
iḥfaẓi allāha tajidhu tujāhaka, wa`iżā sa`alta fās`ali allāha, wa `iżā ista’anta
fāsta’in billāha) rawāgu at-tirmiżiyyu, waqāla ḥasanin ṣaḥīhun/ “Ibnu Abbas
Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku pernah di belakang Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa Sallam pada suatu hari dan beliau bersabda: "Wahai anak muda,
peliharalah (ajaran) Allah, niscaya Dia akan memelihara engkau dan peliharalah
(ajaran) Allah, niscaya engkau akan mendapatkan-Nya di hadapanmu. Jika engkau
meminta sesuatu, mintalah kepada Allah dan jika engkau meminta pertolongan,
mintalah pertolongan kepada Allah." Riwayat Tirmidzi. Ia berkata: Hadis ini
shahih.

Pada hadis di atas terdapat 4 (empat) repetisi yakni (1) kata Fi’il Mudhari’
‫ يلوحفل و‬/yaḥfaẓ/
‫ انوحفلنظ‬/ihfaẓi/ “peliharalah” yang diulang dengan kata Fi’il Mudhari’ ‫ظ‬
“memelihara” yang berasal dari kata ‫ظ‬ ‫ لحف ل‬/ḥafiẓa/ “memelihara”. (2) susunan
‫ لسححأ لول ل‬/sa’alta/ “engkau meminta” yang diulang dengan susunan
kata ‫ت‬

kata ‫سلأل‬
‫ لفا و‬/fas´ali/ “mintalah” memiliki hubungan antar kata yang berasal dari
kata ‫سألل‬ ‫ انوستللعون ل‬/ista’anta/ “engkau meminta
‫ ل‬/sa´ala/ “meminta”. (3) kata ‫ت‬
pertolongan” yang diulang dengan kata ‫ستلنعون‬
‫ ا و‬/āsta’in/ “minta pertolongan” yang
berasal dari kata ‫ستللعاون‬
‫ ان و‬/ista’ān/ “minta tolong”. Ketiga kata tersebut merupakan
‫ ل ل‬/Allāhu/ “Allah” yang diulang kembali dengan kata
repetisi variasi. (4) kata ‫اا‬
‫ ل ل‬/Allāhu/ “Allah” merupakan repetisi penuh.
yang sama ‫اا‬

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada hadis 5 bab Zuhud dan Wara’
ditemukan jenis kohesi leksikal berupa repetisi 4 buah.

51
3.2.3.6 Hadis 36 (Bab Zuhud)

‫ ليا‬:‫ ) لجالء لراجةل إنللى لالنلبنييِ صلى ا عليه وسلم فللقالل‬:‫اا لعونهالما لقالل‬ ‫ضليِ ل ل‬ ‫لولعون لسوهنل وبنن لسوعسد لر ن‬
‫ انوزهلود نفيِ لالددونليا يانحدب ل‬:‫ فحلقالل‬.‫س‬
‫ك‬ ‫اا لوأللحبلننيِ لاللنا ا‬
‫ ادللننيِ لعللى لعلملس إنلذا لعنمولاتها أللحبلننيِ ل ل‬:‫ان‬‫لراسولل ل ل‬
‫ لولسنلادها لحلسةن‬,‫س ( لرلواها انوبان لمالجه لولغوياراه‬ ‫ لواوزهلود نفيلما نعونلد لاللناسن يانحدبكل لاللنا ا‬,‫الللا‬

/wa’an sahli ibni sa’din raḍiyallāhu ‘anhu qāla: jā`a rajulun `ilā annabiyyi
ṣalallāhu ‘alaihi wasallam faqāla: yā rasūlullāhi: dullanī ‘alā ‘amalin `iżā
‘amiltuhu `aḥabbanī allāhu wa`aḥabbanī annāsu, faqāla: (azhad fī addunyā
yuḥibbuka allāhu, wa`azhad fīmā ‘inda annāsi yuḥibbuka annāsu) rawāhu ibnu
mājah wa gairuhu, wasanaduhu ḥasanun/ Sahal Ibnu Sa'ad Radliyallaahu 'anhu
berkata: Ada seseorang menghadap Nabi sa. dan berkata: Tunjukkan kepadaku
suatu perbuatan yang bila aku melakukannya, aku disukai Allah dan manusia.
Beliau bersabda: "Zuhudlah dari dunia, Allah akan mencintaimu dan Zuhudlah
dari apa yang dimiliki orang, mereka akan mencintaimu." Riwayat Ibnu Majah
dan lainnya dengan sanad hasan.
Pada hadis di atas terdapat 5 (lima) repetisi yakni (1) susunan kata Fi’il

‫ أل ل‬/`aḥabbanī/ “disukai” yang diulang dengan kata ِ‫أللحبلننحححي‬


Mudhari’ ِ‫حب لننحححي‬

/`aḥabbanī/ “disukai”, ‫ك‬


‫ يانحدب ل‬/yuḥibbuka allāhu/ “mencintaimu”, ‫ك‬
‫ يانحدب ل‬/yuḥibbuka/
“mencintaimu”. Susunan kata-kata tersebut berasal dari kata Fi’il Madhi ‫ب‬
‫لح ل‬
/ḥabba/ “mencintai”. (2) kata Fi’il Madhi ‫علمسل‬
‫ ل‬/‘amalin/ “perbuatan” yang diulang
‫ لعنمول ا‬/‘amiltu/ “perbuatan”. Kedua kata tersebut merupakan
kembali dengan kata ‫ت‬
‫ ل ل‬/Allāhu/ “Allah” yang diulang
kohesi leksikal berupa repetisi variasi. (3) Kata ‫اا‬
‫ ل ل‬/Allāhu/ “Allah”. (4) Kata Fi’il Amr ‫انوزهلود‬
kembali dengan kata yang sama ‫اا‬

/azhad/ “Zuhudlah” yang diulang kembali dengan kata yang sama ‫ انوزهلود‬/azhad/

‫ لاللنا ا‬/annāsu/ “manusia” yang diulang kembali dengan


“Zuhudlah”. (5) kata Isim ‫س‬

‫ لاللنا ا‬/annāsu/ “manusia”. Ketiga kata tersebut merupakan kohesi


kata yang sama ‫س‬
leksikal berupa repetisi penuh.

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada hadis 6 bab Zuhud dan Wara’
ditemukan jenis kohesi leksikal berupa repetisi 5 buah.

52
3.2.3.7 Hadis 7 (Bab Wara’)

‫ت لراسولل ل ل‬
) :‫ان صلى ا عليه وسلم يلاقوال‬ ‫ لسنموع ا‬:‫ص رضيِ ا عنه لقالل‬ ‫لولعون لسوعند وبنن ألنبيِ لولقا س‬
‫يِ الوللخفدى( ألوخلرلجها اموسلنةم‬
‫يِ الوللغنن ل‬
‫ب الوللعوبلد لالتلقن ل‬ ‫إنلن ل ل‬
‫ال يانح د‬
/wa’an sa’di ibni `abī waqqāṣin raḍiyallāhu ‘anhu qāla: sami’tu rasūlullāhi
ṣalallahu ‘alaihi wasallam yaqūlu: (`inna allāha yuḥibbu al’abda attaqiyya
alganiyya alkhafiyya) `akharajahu muslimun/ “Sa'ad Ibnu Abu Waqqash berkata:
Aku mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertaqwa, yang kaya, dan yang
tersembunyi." Riwayat Muslim.
Jenis kohesi leksikal berupa repetisi, sinonim, antonim, hiponim, kolokasi
dan ekuivalensi pada hadis 7 bab zuhud dan wara’ tidak ditemukan.

3.2.3.8 Hadis 8 (Bab Zuhud)


‫ لقالل لراسوال ل ل‬:‫لولعون ألنبيِ هالرويلرةل رضيِ ا عنه لقالل‬
‫ان صلى ا عليه وسلم ) نمون احوسنن إنوسللنما‬
‫الوللمورنء تلوراكها لما لل يلوعننينه ( لرلواها لالتيورنمنذ د‬
‫ لولقالل لحلسةن‬,‫ي‬
/wa’an `abī hurayrata raḍiyallāhu ‘anhu qāla : qāla rasūlullāhi ṣalallāhu ‘alaihi
wasallam (min ḥusni `islāmi almar`i tarkuhu mālā ya’nīhi) rawāhu at-tirmiżiyyu,
wa qāla ḥasanun/ “Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Termasuk baiknya keislaman seseorang
ialah ia meninggalkan apa yang tidak berguna baginya." Riwayat Tirmidzi. Ia
berkata: Hadits hasan.
Jenis kohesi leksikal berupa repetisi, sinonim, antonim, hiponim, kolokasi
dan ekuivalensi pada hadis 8 bab Zuhud dan Wara’ tidak ditemukan.

3.2.3.9 Hadis 39 (Bab Zuhud)


‫ان صلى ا عليه وسلم ) لما لمللل‬
‫ لقالل لراسوال ل ل‬:‫ب رضيِ ا عنه لقالل‬ ‫لولعون الولنموقلدانما وبنن لموعنديلكنر ل‬
‫طسن ( ألوخلرلجها لالتيورنمنذ د‬
‫ي لولحلسنلها‬ ‫اوبان آاْلدلما نولعالء لش دلرا نمون بل و‬

/wa’ani al-miqdāmi ibni ma’di yakūba raḍiyallāhu ‘anhu qāla: qāla rasūlullāhi
ṣalallāhu ‘alaihi wasallam (mā mala`a ibnu ādama wi’ā`an syarrān min baṭnin)
`akhrajahu atarmiżiyyu waḥassanahu/ “Dari al-Miqdam Ibnu Ma'dikarib bahwa
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Anak Adam tidak mengisi
suatu tempat yang lebih jelek daripada perutnya." Hadits hasan riwayat Tirmidzi.

53
Jenis kohesi leksikal berupa repetisi, sinonim, antonim, hiponim, kolokasi
dan ekuivalensi pada hadis 9 bab Zuhud dan Wara’ tidak ditemukan.

3.2.3.10 Hadis 10 (Bab Zuhud)


‫ان صلى ا عليه وسلم ) اكدل بلننيِ آاْلدلما لخ ل‬
‫طاءة لولخويار‬ ‫ لقالل لراسوال ل ل‬:‫س رضيِ ا عنه لقالل‬ ‫لولعون ألنل س‬
‫ي لواوبان لمالجوه لولسنلادها قلنو ت‬
‫ي‬ ‫طانئينل لالتللواابولن ( ألوخلرلجها لالتيورنمنذ د‬‫الوللخ ل‬

/wa’an `anasin raḍiyallāhu ‘anhu qāla: qāla rasūlullāhi ṣalallāhu ‘alaihi


wasallam: (kullu banī ādama khaṭṭā`in, wa khairu alkhaṭṭā`īna attawwābūna)
`akhrajahu at-tarmiżiyyu wa ibnu mājah, wasanaduhu qawiyyun/ “Dari Anas
Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Setiap anak Adam itu mempunyai kesalahan, dan sebaik-baik orang yang
mempunyai kesalahan ialah orang-orang yang banyak bertaubat." Riwayat
Tirmidzi dan Ibnu Majah. Sanadnya kuat.

Pada hadis di atas terdapat kata ‫ لخ ل‬/khaṭṭā`un/ “kesalahan” yang diulang


‫طاةء‬
‫ الوللخ ل‬/alkhaṭṭā`īna/ “kesalahan”. Maka kata tersebut merupakan
dengan kata ‫طانئيلن‬
kohesi leksikal berupa repetisi variasi.

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada hadis 10 bab Zuhud dan Wara’
ditemukan jenis kohesi leksikal berupa repetisi 1 buah.

3.2.3.11 Hadis 11 (Bab Zuhud)

‫ت نحوكلمةة لوقلنليةل‬ ‫صوم ا‬‫ان صلى ا عليه وسلم ) لال ل‬ ‫ لقالل لراسوال ل ل‬:‫س رضيِ ا عنه لقالل‬ ‫لولعون ألنل س‬
‫ف نمون قلوونل لاوقلمالن الوللحنكينم‬‫صلحلح ألنلها لموواقو ة‬
‫ف لو ل‬
‫ضنعي س‬ ‫لفانعلاها ( ألوخلرلجها الولبلويهلقنديِ نفيِ لالدشلع ن‬
‫ب بنلسنلسد ل‬
/wa’an `anasin raḍiyallāhu ‘anhu qāla: qāla rasūlullāhi ṣalallāhu ‘alaihi
wasallam (aṣṣumtu ḥikmatun wa qalīlun fā’iluhu) `akhrajahu al-baihaqiyyu fī
assyu’abi bisanadin ḍa’ifin, waṣaḥḥaḥa `annahu mauqūfun min qauli luqmāna
alḥakīmi/ “Dari Anas Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi
wa Sallam bersabda: "Diam itu bijaksana, namun sedikit orang yang
melakukannya." Riwayat Baihaqi dalam kitab Syu'ab dengan sanad lemah, dan ia
menilainya mauquf pada ucapan Luqman Hakim”
Jenis kohesi leksikal berupa repetisi, sinonim, antonim, hiponim, kolokasi
dan ekuivalensi pada hadis 11 bab Zuhud dan Wara’ tidak ditemukan.

54
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

 Jenis kohesi leksikal yang terdapat pada hadis Kitabul Jami’ dalam Kitab
Bulughul Maram karya Al-Hafizh Ibnu Hajar Al- ‘Asqalani yang terdiri dari
bab Adab, bab Kebaikan dan Silaturahmi, dan bab Zuhud dan Wara’ berupa
repetisi, sinonim, antonim, hiponim, dan kolokasi.

 Bab Adab terdiri dari 16 hadis dan didalamnya ditemukan kohesi leksikal
sebanyak 42 buah yang terdiri dari repetisi 17 buah, sinonim 2 buah,
antonim 11 buah, hiponim 1 buah dan kolokasi 10 buah.

 Bab Kebaikan dan Silaturahmi terdiri dari 14 hadis dan didalamnya


ditemukan kohesi leksikal yang berjumlah 36 buah yang terdiri dari repetisi
23 buah, sinonim 1 buah, antonim 4 buah, hiponim 4 buah dan kolokasi 4
buah.

 Bab Zuhud dan Wara’ terdiri dari 11 hadis dan didalamnya ditemukan
kohesi leksikal yang berjumlah 34 buah yang terdiri dari repetisi 25 buah,
sinonim 3 buah, antonim 4 buah, hiponim 1 buah dan kolokasi 1 buah.

 Jenis kohesi leksikal yang paling dominan yang terdapat pada hadis bab
Adab adalah berupa repetisi yaitu berjumlah 17 buah. Jenis kohesi leksikal
yang paling dominan yang terdapat pada hadis bab Kebaikan dan
Silaturahmi adalah berupa repetisi yaitu berjumlah 23 buah. Jenis kohesi
leksikal yang paling dominan yang terdapat pada hadis bab Zuhud dan
Wara’ adalah berupa repetisi yaitu berjumlah 25 buah.

 Jenis kohesi leksikal yang paling dominan adalah berupa repetisi yang
berjumlah 65 buah. Dan jenis kohesi leksikal berupa repetisi yang paling
dominan dari ketiga bab tersebut terdapat pada hadis bab Zuhud dan Wara’
yang berjumlah 25 buah.

55
4.2 Saran

Penulis berharap kepada mahasiswa/mahasiswi program studi Sastra Arab


berikutnya dapat menganalisis wacana-wacana bahasa Arab yang terdapat dalam
bentuk novel, artikel maupun opini, sehingga dapat memperluas wawasan serta
pemahaman serta dapat menambah khazanah perbendaharaan teori kebahasaan
khususnya mengenai kohesi leksikal.

56
DAFTAR PUSTAKA

Al-Khuli, Muhammad Ali. 1982. A Dictionary of Theoretical linguistic: English


Arabic with An Arabic-English Glosary. Beirut: Maktabah Lubnan
Ardiles, 2006. Analisis Kohesi Gramatikal pada Wacana ‘Jundiyun Muslimun’
Dalam Buku Qira’atu AL-‘Arabiyyatu Karya Saleh Ibnu Muhammad
Malik Dkk.(skripsi), Medan: Universitas Sumatera Utara
Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Djajasudarma, T. Fatimah.1993. Semantik 1 Pengantar Ke Arah Ilmu Makna.
Bandung: PT Refika
.1994. Wacana Pemahaman dan Hubungan Antar
Unsur. Bandung: PT Refika
.2006. Metode Linguistik. Bandung: PT. Refika
Aditama
Halliday, MAK dan Ruqaiya Hasan. 1976. Cohesion In English. London:
Longman
Hasanuddin, Fauzi Nor. 2010. Ibanah Al-Ahkam Syarah Bulugh Al-Maram. Kuala
Lumpur: Al-Hidayah Publication
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramaedia Pustaka
Utama
Mulyana, 2005 . Kajian Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Pangaribuan, Tagor. 2008. Paradigma Bahasa. Yogyakarta: Graha Ilmu
Pateda, Mansur. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: PT Rineka Cipta
Saragih, Amrin. 20002. Diktat Bahasa dalam Konteks Sosial. Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara Program Studi Linguistik
Sumarlam. 2003. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra
Tarigan, Henry Guntur. 1987. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa
Yunus, Mahmud. 1989. Kamus Indonesia –Arab. Jakarta: Bulan Bintang

57

Anda mungkin juga menyukai