Tafsir dan syarah dilihat dari sastra bahasa, fiqh, teologi, filsafat, tasawuf, ilmiyah dan
corak sastra budaya kemasyarakatan.
Pengertian
Kata corak dalam bahasa Arab disebut launin ( )لونyang jamannya alwan ( )الوانyang
berarti warna. Ibnu Mandzur dalam kitab Lisan al-Arab mengatakan bahwa warna setiap
sesuatu adalah pembeda antara sesuatu dengan sesuatu yang lain. Jadi, memrut Ibnu
Mandzur, wama atau corak sama dengan jenis. Sementara im, dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia kata corak mempunyai beberapa arti, salah satunya berarti berjenis-jenis warna
pada warna dasar. Contohnya, dasarnya putih, coraknya merah. Maka, pada pembahasan ini
warna dasamya adalah tafsir bi al-ra'yi, di atas warna dasar itu ada warna-warna lain yang
beragam, yaitu corak.
Kata corak jika disandingkan dengan kata tafsir bisa diartikan sebagai kekhususan
suatu tafsir yang merupakan dampak dari kecenderungan seorang mufassir dalam
menjelaskan maksud ayat al-Quran. Dengan kata lain, corak tafsir adalah kecenderungan
pemikiran atau ide seorang mufassir yang mendominasi suatu karya tafsirnya. Corak tafsir
sekaligus menunjukkan paham mufassirnya serta bentuk tafsir yang digunakannya.
Pengkhususan suatu tafsir pada corak tertentu tidak menutup kemungkinan ada corak lain
dalam tafsir tersebut, tetapi yang menjadi acum adalah corak yang dominan. Singkatnya,
dalam suatu karya tafsir bisa saja memiliki beberapa corak atau kecenderungan. Sebagaimana
yang terjadi pada tafsir al-Kasyaf karya al-Zamakhsyari (467-538 II) yang memiliki dua corak
sekaligus, yaitu corak i’liqadi dan lughawi.
Tafsir bercorak kalami atau i’tiqadi Adalah tafsir yang fokus pembahasannya pada masalah
aqidah atau kalam penafsiran mengenai persoalan kalam lebih cenderung membela paham
yang dianut mufassirnya, sehingga ayat-ayat yang bertentangan dengan mazhabnya akan
dimaknai dengan makna lain yang mendukung dan sesuai dengan mazhabnya. Tafsir bercorak
kalam akan lebih banyak membicarakan tema- tema kalam dibandingkan mengedepankan
pesan-pesan pokok Al-Quran Contolnya, dalam kitab tafsir al-Kasyaf pada surah al-Qiyamah
ayat 22-23, al-Zamakhsyan mengesampingkan makna zahir kata ( ناظرةmelihat) sebab
menurut ajaran Mu’tazilah
Tafsir bercorak Ilmi adalah tafsir yang menitikberatkan pada kajian bidang ilmu pengetahuan
yakni untuk menjelaskan ayat-ayat yang berkaitan dengan ilmu dalam Al-Qur’an. Kajian tafsir
ini adalah untuk memperkuat teori-teori ilmiah. Tafsir ilmi lahir karena adanya seruan untuk
merenungi fenomena alam semesta yang biasanya terdapat dalam ayat yang ditutup dengan
ungkapan افال تعقلونatau افال تتفكرون. Mengenai tafsir ilmi para ulama terbagi menjadi dua kubu,
ada yang menerima dan ada yang menolak. Ulama yang menolak berpendapat bahwa
mengaitkan Al-Qur’an dengan teori ilmiah adalah tindakan yang keliru karena dikhawatirkan
justru Al-Qur’an yang disesuaikan dengan temuan ilmiah, Bukan sebaliknya. Di antara kitab
tafsir ilmi adalali al-Jawahir fi Tafsir al-Qur’an al-Karim karya Thanthawi Jauhari (w. 1358 H).