Anda di halaman 1dari 3

Nama Anggota Kelompok 4:

1. Nadia Hulwa (220101123)


2. Hadyatul Ain Febryani (220101128)
3. Zulfira Ayu Febtaria (220101130)
Kelas/Prodi: 2D/PAI

Tafsir dan syarah dilihat dari sastra bahasa, fiqh, teologi, filsafat, tasawuf, ilmiyah dan
corak sastra budaya kemasyarakatan.

Pengertian
Kata corak dalam bahasa Arab disebut launin (‫ )لون‬yang jamannya alwan (‫ )الوان‬yang
berarti warna. Ibnu Mandzur dalam kitab Lisan al-Arab mengatakan bahwa warna setiap
sesuatu adalah pembeda antara sesuatu dengan sesuatu yang lain. Jadi, memrut Ibnu
Mandzur, wama atau corak sama dengan jenis. Sementara im, dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia kata corak mempunyai beberapa arti, salah satunya berarti berjenis-jenis warna
pada warna dasar. Contohnya, dasarnya putih, coraknya merah. Maka, pada pembahasan ini
warna dasamya adalah tafsir bi al-ra'yi, di atas warna dasar itu ada warna-warna lain yang
beragam, yaitu corak.

Kata corak jika disandingkan dengan kata tafsir bisa diartikan sebagai kekhususan
suatu tafsir yang merupakan dampak dari kecenderungan seorang mufassir dalam
menjelaskan maksud ayat al-Quran. Dengan kata lain, corak tafsir adalah kecenderungan
pemikiran atau ide seorang mufassir yang mendominasi suatu karya tafsirnya. Corak tafsir
sekaligus menunjukkan paham mufassirnya serta bentuk tafsir yang digunakannya.
Pengkhususan suatu tafsir pada corak tertentu tidak menutup kemungkinan ada corak lain
dalam tafsir tersebut, tetapi yang menjadi acum adalah corak yang dominan. Singkatnya,
dalam suatu karya tafsir bisa saja memiliki beberapa corak atau kecenderungan. Sebagaimana
yang terjadi pada tafsir al-Kasyaf karya al-Zamakhsyari (467-538 II) yang memiliki dua corak
sekaligus, yaitu corak i’liqadi dan lughawi.

Ragam Corak Tafsir dan Syarah


Tafsir al-Qur’an memiliki beberapa corak di antaranya adalah corak lughawi
(kebahasaan). Fikih (hukum). Kalami/teologi/itiqadi, sufi isyari, ilmi (sains), tarbawi
(pendidikan), da’awi (dakwah), adabi al-ijtima’i (sosial kemasyarakatan).
1. Corak lughawi (kebahasaan)
Corak lughawi adalah penafsiran yang dilakukan dengan kecenderungan atau pendekatan
melalui analisa kebahasaan. Tafsir dengan corak lughawi biasanya banyak diwarnai dengan
analisis kata per kata (tahlil al-laf), mulai dari asal dan bentuk kosakata (mufaradat), sampai
pada kajian terkait gramatika tata bahasa, seperti tinjauan aspek nahwu, sharf, sampai pada
qira’at. Tidak jarang juga para mufassir mencantumkan bait-bait syair Arab sebagai landasan
dan acuan. Maka, seseorang yang ingin menafsirkan al-Qur’an dengan corak lughawi harus
menguasai bahasa Arab dan seluk-beluknya. Di antara kitab tafsir yang bercorak lughawi
adalah kitab tafsir al-Kasyaf kary al-Zamakhsyari (w. 538 H) dan kitab tafsir Bahrul Muhith
karya Abu Hayyan al-Andalusi (654-745 H).
2. Corak fikih
Corak tafsir fikih adalah corak tafsir yang menitikberatkan pada pembahasan masalah-
masalah fiqhiyah dan cabang-cabangnya serta membahas perdebatan seputar pendapat-
pendapat imam mazhab. Tafsir fikih dikenal juga dengan sebutan tafsir ahkam, yaitu tafsir
yang lebih berorientasi pada ayat-ayat hukum dalam al-Qur’an Tafsir fiqih muncul bersamaan
dengan lahtimya tafsir bil ma’tsur dan semakin berkembang seiring dengan majunya
intensitas ijtihad. Pada awalnya, tafsir fiqih terlepas dari kontaminasi hawa nafsu tetapi
menjadi berbeda setelah adanya mazhab yang empat dan yang lainnya. Mereka yang fanatik
pada mazhab yang dianutnya menafsirkan untuk dijadikan dalil atas kebenaran mazhabnya,
tapi tetap masih ada orang yang tidak fanatik terhadap mazhab, sehingga penafsiramnya
bersih dari kecenderungan hawa nafsu.
Contoh tafsir fikih, seperti pada kata dalam surah al-Maidah ayat 6. Jika dibaca mansub maka
kaki wajib dibasuh ketika wudhu, sedangkan ketika dibaca majnur maka hanya wajib diusap.
Di antara kitab tafsir bercorak fikih ialah Ahkam al- Qur’am karya al-Jashshash (w. 370 H) dan
al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an karya al- Qurthubi (w. 671 H).
3. Corak kalami tiqadi (teologi)

Tafsir bercorak kalami atau i’tiqadi Adalah tafsir yang fokus pembahasannya pada masalah
aqidah atau kalam penafsiran mengenai persoalan kalam lebih cenderung membela paham
yang dianut mufassirnya, sehingga ayat-ayat yang bertentangan dengan mazhabnya akan
dimaknai dengan makna lain yang mendukung dan sesuai dengan mazhabnya. Tafsir bercorak
kalam akan lebih banyak membicarakan tema- tema kalam dibandingkan mengedepankan
pesan-pesan pokok Al-Quran Contolnya, dalam kitab tafsir al-Kasyaf pada surah al-Qiyamah
ayat 22-23, al-Zamakhsyan mengesampingkan makna zahir kata ‫( ناظرة‬melihat) sebab
menurut ajaran Mu’tazilah

4. Corak sufi isyari


Tafsir bercorak sufi isyari adalah tafsir yang cenderung menakwilkan Al-Qur’an selain dari apa
yang tersirat dengan berdasarkan isyarat-isyarat yang tampak pada ahli tasawuf Corak tafsir
sufi isyari ini telah ada sejak masa sahabat. Misalnya. Penafsiran Ibnu Abbas terhadap surah
an-Nasr. Ibnu Abbas tidak menafsirkan surah an-Nasr seperti sahabat yang lain, ia
menafsirkan surah an-nasr sebagai pertanda ajal Rasulullah telah dekat diantara kitab tafsir
bercorak sufi isyari adalah kitab tafsir bercorak sufi isyari ialah tafsir al-Qur’an al-Azhim karya
Imam al-Tustari (w, 273 H) dan Haqaiq at-Tafsir karya al-Allamah as-Sulami (w. 412 H).
5. Corak ilmi (sains)

Tafsir bercorak Ilmi adalah tafsir yang menitikberatkan pada kajian bidang ilmu pengetahuan
yakni untuk menjelaskan ayat-ayat yang berkaitan dengan ilmu dalam Al-Qur’an. Kajian tafsir
ini adalah untuk memperkuat teori-teori ilmiah. Tafsir ilmi lahir karena adanya seruan untuk
merenungi fenomena alam semesta yang biasanya terdapat dalam ayat yang ditutup dengan
ungkapan ‫ افال تعقلون‬atau ‫ افال تتفكرون‬. Mengenai tafsir ilmi para ulama terbagi menjadi dua kubu,
ada yang menerima dan ada yang menolak. Ulama yang menolak berpendapat bahwa
mengaitkan Al-Qur’an dengan teori ilmiah adalah tindakan yang keliru karena dikhawatirkan
justru Al-Qur’an yang disesuaikan dengan temuan ilmiah, Bukan sebaliknya. Di antara kitab
tafsir ilmi adalali al-Jawahir fi Tafsir al-Qur’an al-Karim karya Thanthawi Jauhari (w. 1358 H).

6. Corak tarbawi (pendidikan)


Tafsir bercorak tarbawi adalah tafsir yang menekankan pada tema-tema pendidikan dalam Al
Quran Tafsir tarbawi bisa juga dikatakan sebagai tafsir yang fokus pembahasannya adalah
sistem pengajaran dalam Alquran, seperti bagaimana Luqman mengajari anaknya untuk tidak
menyekutukan Allah dan bagaimana Alquran mengajarkan umat Islam untuk berbuat baik
kepada orang tua. Di antara kitab tafsir bercorak tarbawi adalah al-Tarbuyah al-Islamiyah fi
Surah Ali Imran karya Ali Abdul Halim Muhammad.
7. Corak da'awi (dakwah)
Menurut Quraish Shihab, corak tafsir adalah lima, yaitu corak sastra dan bahasa, filsafat dan
teologi, penafsiran ilmiah, fiqih atau hukum, dan corak tasawuf. Dari kelima corak ini
disimpulkan menjadi satu saja, yaitu corak dakwah. Hal itu karena semua corak-corak itu
mempunyai unsur-unsur dakwah. Jadi, dari corak apapun itu jika mengandung unsur dakwah
maka bisa disebut sebagai corak dakwah.

8. Corak adabi al-ijtima’i (sosial kemasyarakatan)


Al-Adabi berarti tata krama dan sopan santun, sedangkan al-Ijtimai berarti kemasyarakatan.
Jadi, secara etimologi tafsir adabi al-ijtima’i adalah penafsiran yang lebih menekankan pada
sastra budaya dan kemasyarakatan. Sedangkan secara istilah. Tafsir al-adabi al-ijtima’i adalah
corak tafsir yang menjelaskan petunjuk-petunjuk al- Qur’an yang berkaitan langsung dengan
masyarakat, serta usaha-usaha untuk menanggulangi penyakit-penyakit masyarakat
berdasarkan petunjuk ayat-ayat, dau mengemukakan petunjuk-petunjuk tersebut dengan
bahasa yang mudah dimengerti. Tapi indah didengar. Jadi, corak ini berorientasi pada budaya
kemasyarakatan.

Anda mungkin juga menyukai