Anda di halaman 1dari 17

Catatan diskusi kelompok IV

Menganalisis Al-Qur’an Sebagai Inspirasi Peradaban Dan Sholat Sesuai Rukun Syarat Sahnya

Dosen Pj: Friyansyah, S.Pd.I., M.Pd.I.

Kelompok : IV

Nama : - NAUFAL RAMADAN (2105081013)

- PUTRI PUSPITA SARI (2105081014)

Semester :2

Prodi : Teknik Sipil (abg)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG
BAB 1

1. Pengertian Al-Quran
Al-Quran merupakan kitab suci terakhir yang diturunkan kepada manusia. Tujuan
utama diturunkannya al-Quran adalah sebagai kitab petunjuk yang meliputi bidang akidah,
syariah dan akhlak. Akan tetapi di luar ketiga petunjuk tersebut, al-Quran telah memberikan
motivasi dan inspirasi kepada umat Islam dalam berbagai bidang kehidupan sehingga
melahirkan jenis budaya tertentu. Dialog intelektual yang dilakukan secara kreatif oleh umat
Islam terhadap al-Quran ternyata telah menghasilkan lahirnya generasi umat yang dipenuhi
dinamika dan kreativitas.
Al-Quran adalah sebagai pengajaran bagi Manusia karena itu manusia mengetahui
jalan yang hak dan batil, antara yang benar dan yang sesat dan lainnya.
Hal ini tercantum dalam Surat Yunus ayat 57:

٥٧ َ‫ٰيٓاَيُّهَا النَّاسُ قَ ْد َج ۤا َء ْت ُك ْم َّموْ ِعظَةٌ ِّم ْن َّربِّ ُك ْم َو ِشفَ ۤا ٌء لِّ َما فِى الصُّ ُدوْ ۙ ِر َوهُدًى َّو َرحْ َمةٌ لِّ ْل ُمْؤ ِمنِ ْين‬

“Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur'an) dari Tuhanmu,
penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang
beriman.”

2. Mengidentifikasi Keanekaragaman Corak Penafsiran Al-Qur’an


Corak penafsiran dalam literatur sejarah tafsir biasanya diistilahkan dalam bahasa
Arab yaitu al-laun yang arti dasarnya warna. Corak penafsiran yang dimaksud di sini ialah
nuansa khusus atau sifat khusus yang memberikan warna tersendiri pada tafsir.
ilmu pengetahuan yang menyebabkan timbulnya corak-corak baru dalam ruang lingkup
penafsiran al-Qur`an,  diantaranya adalah:

1.    Tafsir Sufi
Tafsir bercorak sufi ialah tafsir dengan kecenderungan menta`wilkan al-Qur`an selain
dari apa yang tersirat, dengan berdasarkan isyarat-isyarat yang nampak pada ahli ibadah.
Dalam perjalanannya, tafsir ini terbagi ke dalam dua bagian, yaitu:
a. Tafsir Sûfî Isyârî,
 Yaitu penafsiran al-Qur`an dalam bentuk ta`wil, yakni penafsiran yang bersifat
batini. Penafsiran ini dapat diuji validitasnya ketika dibuktikan kesesuaiannya antara
penafsiran yang batini dengan kenyataan lahiriah.
b. Tafsir Sûfî Nadzarî, 
Yaitu tafsir yang dibangun atas premis-premis ilmiah yang diterapkan dalam penafsiran
al-Qur`an. Sedangkan Tafsir Sûfî Isyârî tidak dibangun atas dasar premis-premis ilmiah.
Ia dibangun atas dasar riyâdhah rûhiyyah, yaitu latihan-latihan spiritual yang dilakukan
seorang sufi hingga ia mencapai tingkat menemukan petunjuk melalui hati nuraninya
(inkisyaf).
Ada beberapa kriteria tafsir sufi yang diterima yaitu :
a.       Tidak menafikan penafsiran lahiriah
b.      Ada kesaksian syar’i yang menguatkan penafsiranya
c.       Tidak bertentangan dengan hukum dan akal
d.      Ada kesadaran bahwa Tafsir Isyârî itu  bukan satu-satunya yang di maksud al-
Qur`an.
Salah satu contoh karya yang menampilkan corak tafsir sufi adalah:
a.       Tafsîr al-Qur`ân al-Karîm, karya Sahl al-Tustarî (w.283 H)
b.      Haqâ’iq al-Tafsīr,  karya Abu Abd al-Rahman al-Sulamî (w.412 H)
c.       Lathâ’if al-Isyârah,  karya al-Qusyairi
d.      ‘Arâ’is al-Bayân fī Haqâ’iq al-Qur`ân,  karya al-Syirazî (w.606).

2. Corak Fiqhi
Tafsir bercorak fiqhî ialah kecenderungan tafsir dengan metode fiqh sebagai basisnya, atau
dengan kata lain, tafsir yang berada di bawah pengaruh ilmu fiqh,
Di antara kitab-kitab yang tergolong tafsir fiqhî adalah,  Ahkâm al-Qur`an, karya al-Jassâs (w.
370 H); Ahkâm al-Qur`an,  karya Ibn al-‘Arabî (w. 543 H); dan  Al-Jâmi‘  li ahkâm al-Qur`an,  karya
al-Qurtubî (w. 671 H).
3. Corak Falsafî
Tafsir bercorak falsafî ialah kecenderungan tafsir dengan menggunakan teori-teori filsafat,
atau tafsir dengan dominasi filsafat sebagai pisau bedahnya. Ada beberapa kitab
tafsir falsafi seperti, Mafâtih Al-Ghâib, karya Fakhr al-Razi (w. 606 H), al-Isyârat, karya Imam al-
Ghazali (w. 505 H), Rasail Ibn Sinâ, karya Ibn Sinâ (w. 370 H).
4. Corak ‘Ilmî
Tafsir bercorak ‘ilmî adalah kecenderungan menafsirkan al-Qur`an dengan memfokuskan
penafsiran  pada  kajian bidang ilmu pengetahuan, yakni untuk menjelaskan  ayat-ayat yang berkaitan 
dengan Ilmu dalam  al-Qur`an.[53]
Adapun definisi tafsir bercorak ‘ilmî secara istilah menurut beberapa ulama di antaranya:
a.       Menurut Husayn Al-Dzahabî,  tafsir  yang bercorak ‘Ilmî dalah tafsir yang menetapkan istilah-
istilah ilmu pengetahuan dalam penuturan al-Qur`an.[54]
b.      Pendapat dari ‘Abd Al-Majîd ‘Abd As-Salâm Al-Mahrasî juga memberikan batasan  sama terhadap
tafsir bi al-Ilmî, yaitu: tafsir yang mufasirnya mencoba menyingkap ibarat-ibarat  dalam  al-Qur`an
yaitu mengenai beberapa pandangan ilmiah dan istilahnya serta mengerahkan segala kemampuan dalam
menggali berbagai problem ilmu pengetahuan.
c. Pendapat dari Yusuf al-Qardhawî seperti yang dikutip oleh A. Mufakhir Muhammad, tafsir yang
bercorak ‘Ilmî adalah penafsiran yang menggunakan perangkat ilmu-ilmu kontemporer, realita-realita dan
teorinya untuk menjelaskan sasaran untuk menjelaskan sasaran dan makna al-Qur`an.

5.    Corak Adabî  Ijtimâ’î (Sosial Masyarakat)


Tafsir ini adalah tafsir yang memiliki kecenderungan kepada persoalan sosial
kemasyarakatan. Tafsir jenis ini lebih banyak mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan
perkembangan kebudayaan masyarakat yang sedang berlangsung.

6. Corak Lughawi (Bahasa)


Tafsir lughawi adalah tafsir yang mencoba menjelaskan makna-makna al-Qur’an dengan
menggunakan kaidah-kaidah kebahasaan. Seseorang yang ingin menafsirkan al-Qur’an dengan pendekatan
bahasa harus mengetahui bahasa yang digunakan al-Qur’an yaitu bahasa arab dengan segala seluk-
beluknya.

7.    Corak Balaghi dan Bayani


       Corak Balaghi, yaitu jika seorang Mufassir menafsirkan Al Qur’an didasarkan pada
segi Balaghohnya (Keindahan Perkataan dan Uslub Al Qur’an). Adapun contoh corak tafsir Balaghi
tedapat pada tafsir Al Kasysyaf karya Al Zamakhsyari.
       Sedangkan, Corak Bayani, yaitu tafsir pembahasannya berkisar pada Balaghotu al
Qur’an dalam bentuk Ilmu bayan seperti Tasybih Isti’aroh, Tamsil, Washal, Fashal, dan cabang-
cabangnya seperti penggunaan Makna Denotasi (Haqiqi) dan Majazi (Metafor) dan semacamnya. 

8. Corak Teologi (Kalâm)


Tafsir bercorak Teologi (Kalâm) ialah tafsir dengan kecendrungan pemikiran Kalâm, atau
tafsir yang memiliki warna pemikiran kalâm. Tafsir semacam ini merupakan salah satu bentuk
penafsiran al-Qur`an yang tidak hanya ditulis oleh simpatisan kelompok Teologis tertentu, tetapi lebih
jauh lagi merupakan tafsir yang dimanfaatkan untuk membela sudut pandang Teologi tertentu.

9. Corak Haraki
       Corak Haraki, yaitu tafsir yang ditulis dan disusun oleh seorang tokoh pergerakan umat
Islam. Dalam hal ini seorang mufassir berusaha menjelaskan Maksud Allah dalam al Qur’an,
khususnya yang terkait dengan perubahan dan pergerakan sosial kearah yang lebih baik.
3. Menelusuri Adanya Dialektika Al- Qur’an Dan Budaya

Al-Qur’an tak ubahnya strategi kebudayaan. Al-Qur’an adalah mukjizat yang


berakulturasi dengan manifestasi kebudayaan bangsa Arab. Al-Qur’an menolak disebut syair/puisi
akan tetapi di dalamnya mengandung nilai sastrawi sebagaimana bangsa Arab maju dalam bidang
sastra kala itu. Yang kemudian ditolak Al-Qur’an adalah hal-hal yang mengantarkan kepada
keburukan. Konsep akulturasi budaya seperti inilah yang kemudian menginspirasi dakwah Wali
Songo di Jawa, dan penyebar Islam lainnya di Indonesia.

4. Menelaah Al Qur`An Sebagai Inspirasi Budaya


Dalam konteks ini, Alquran sebagai inspirasi peradaban harus diaktualisasikan melalui
pendidikan Islam holistik integratif. Kata kunci pemajuan peradaban Islam adalah simbiosis
mutualisme antara ulama dan umara, ilmu dan kekuasaan. Sinergi ulama dan umara’, kekuasaan dan
pendidikan, terbukti membuahkan dinamika keilmuan yang sangat pesat, sehingga dalam waktu relatif
singkat kemajuan peradaban Islam dalam berbagai bidang dapat diwujudkan.

Sinergi pendidikan Islam dan kebijakan politik yang mendukung pengembangan ilmu,
teknologi, seni, dan budaya di satu pihak dan pemikiran keislaman di lain pihak, terbukti melahirkan
peradaban berkemajuan dan berkeadaban pada masa lalu.

2.4 Membiasakan Untuk Membaca Dan Mengkaji Al-Qur’an

 keutamaan membaca dan membaca Al-Quran menurut beberapa riwayat, di antaranya adalah


sebagai berikut:

1. Menurut riwayat Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim Al-Bukhari dalam
shahihnya mengatakan, “Sebaik-baik kamu ialah orang yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya.”

2. Riwayat dari Umar bin Al-Kattab ra, bahwa Nabi SAW bersabda, “Sesunggunya Allah SWT
mengangkat derajat beberapa golongan manusia dengan kalam ini dan merendahkan derajat golongan
lainnya.”

3. Riwayat dari Aisyah ra, Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa, Orang yang membaca Al-
Quran sedangkan dia mahir melakukannya, kelak mendapat tempat di dalam Syurga bersama-sama
dengan para rasul yang mulia lagi baik.
4. Sedangkan orang yang membaca Al Quran, tetapi dia tidak mahir, membacanya tertegun-
tegun dan nampak agak berat lidahnya (belum lancar), dia akan mendapat dua pahala.

5. Riwayat dari Abu Umamah ra, katanya: Aku medengar Rasulullah SAW bersabda,
“Bacalah Al-Quran karena dia akan datang pada hari
Kiamat sebagai juru syafaat bagi pembacanya.”

BAB II

1. Pengertian Sholat

Sholat pengertian sholat jika secara bahasa adalah do’a, Jika secara istilah, sholat adalah ibadah
wajib yang mana yang telah di tentukan karena ada pula Sholat sunah namun keduanya ini terdiri dari
ucapan & perbuatan yang berawaal dari takbiratul ihram hingga salam dengan rukun serta persyaratan
tertentu.

Firman Allah Swt Dalam Thaaha : 14

Artinya : “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka
sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. (thaaha: 14).

Dari Imran Ibnu Hushoin R.A bahwa Nabi SAW bersabda:

“Sholatlah dengan berdiri jika tidak mampu maka dengan duduk jika tidak mampu maka
dengan berbaring dan jika tidak mampu juga maka dengan isyarat.” HR. Bukhari.

2. Rukun Sholat

Berikut ini adalah Rukun-Rukun Sholat atau Sering di sebut dengan Rukun 13, yakni ;

1. Niat
2. Berdiri tegak bila mampu, dan diperbolehkan duduk atau berbaring bagi yang tidak
mampu/sakit.
3. Takbiratul ihram
4. Membaca surat Al-fatihah pada setiap rokaatnya
5. Ruku’
6. I’tidal
7. Sujud
8. Duduk di antara dua sujud
9. Duduk Tasyahud Akhir
10. Membaca tasyahud akhir
11. Membaca shalawat Nabi
12. Mengucap salam pertama
13. Tertib (Dilakukan secara berurutan)

3. Syarat Sah Sholat

Secara Sya’riat, Sholat dapat di katakan sah apabila ;

4. Telah memasuki waktu sholat


5. Menghadap ke kiblat
6. Menutup aurat
7. Suci badan dan tempat sholat serta pakaian yang digunakan terdapat najis
8. mengetahui tata cara pelaksanaannya(Sholat)

4. Gerakan-Gerakan Sholat

Takbiratul Ihram

Berdiri tegak, mengangkat kedua tangan sejajar tlinga, lalu melipatnya di depan perut atau dada
bagian bawah.

Ruku’

Ruku’ yang sempurna ditandai tulang belakang yang lurus sehingga bila diletakkan segelas air di atas
punggung tersebut tak akan tumpah.
I’tidal

Bangun dari ruku’, tubuh kembali tegak setelah mengangkat kedua tangan setinggi telinga. I’tidal
merupakan variasi dari postur setelah ruku’ dan sebelum sujud.

Sujud

Menungging dengan meletakkan kedua tangan, lutut, ujung kaki, dan dahi pada lantai. Posisi sujud
berguna untuk memompa getah bening ke bagian leher dan ketiak.

Duduk di antara sujud

Duduk setelah sujud terdiri dari dua macam yaitu iftirosy (tahiyat awal) dan tawarru’ (tahiyat akhir).
Perbedaan terletak pada posisi telapak kaki. pada saat iftirosy, tubuh bertumpu pada pangkal paha
yang terhubung dengan saraf nervus Ischiadius.

Salam

Gerakan memutar kepala ke kanan dank e kiri secara maksimal.

5 Hikmah Sholat

Dikutip dari buku Kitab Lengkap Panduan Shalat karya M. Khalilurrahman Al-Mahfani, Ma, dan
Abdurrahim Hamdi, MA, ada beberapa hikmah sholat yang perlu diketahui setiap Muslim, yaitu:

1. Mencegah dari Perbuatan Mungkar

Sholat yang dilakukan dengan khusyuk akan membentuk pribadi yang mencegah seorang Muslim dari
perbuatan buruk. Allah berfirman dalam surat Al-Ankabut ayat 45 yang artinya: “Sesungguhnya
shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.”

2. Mendidik menjadi Pribadi yang Disiplin

Sholat dapat mendidik seorang Muslim menjadi pribadi yang disiplin. Setiap Muslim dituntut untuk
menghargai waktu dengan sebaik-baiknyam memaksimalkan setiap kesempatan yang ada, dan
mempertahankan eksistensi diri sebagai seorang khalifah di muka bumi.

3. Melatih menjadi Pribadi yang Tangguh

Sholat dapat melatih diri untuk menjadi pribadi yang tangguh dan tidak cengeng ketika menghadapi
masalah. Dalam surat Al-Ma’arij ayat 19-23, Allah berfirman:
“Sesungguhnya manusia diciptakan untuk bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa
kesusahan ia berkeluh kesah, kecuali orang-orang yang mengerjakan solat, yang mereka itu
konsisten mengerjakan sholatnya.”

4. Meninggikan Derajat

Allah akan meninggikan derajat dan menghapus kesalahan orang yang melaksanakan sholat.
Rasulullah SAW bersabda: Hendaknya engkau memperbanyak sujud kepada Allah. Karena engkau
tidak sujud kepada Allah satu kali, melainkan Allah akan mengangkamu satu derajat dan
menghapuskan satu kesalahan dari dirimu.” (HR. Muslim dari Tsauban)

5. Membersihkan Kesalahan dan Dosa

Dengan sholat, Allah akan mengampuni dosa-dosa yang ada di antara satu sholat dengan sholat
berikutnya. Sholat juga dapat membersihkan diri dari kesalahan dan dosa yang dilakukan secara
sengaja atau tidak.

6. Meraih Pertolongan Allah

Ketika sholat, seorang hamba berada pada posisi yang sangat dekat dengan Allah. Kedekatan tersebut
sangat baik untuk dimaksimalkan dengan berdoa dan memohon pertolongan-Nya.

Para sahabat Rasullullah tak akan berkeluh kesah atau berputus asa jika sedang menghadapi kesulitan.
Mereka selalu memohon pertolongan Allah dengan memperbanyak sujud dan rukuk. Sebab, hanya
Allah yang Maha Kuasa dan Maha Penolong.

6. Bacaan Sholat
1. Niat Sholat Subuh

“ USHALLI FARDHAS SUBHI RAK’ATAINI MUSTQBILAL QIBLATI ADAA-AN


(MA’MUMAM/IMAAMAN) LILLAAHI TA’AALAA. ALLAAHU AKBAR.”

Artinya: " Saya berniat sholat fardu subuh dua rakaat menghadap kiblat karena Allah
Ta'ala/Ma'mum karena Allah Ta'ala/Imam karena Allah Ta'ala" .

2. Niat Sholat Zuhur


“ USHALLI FARDHADZ DZUHRI ARBA’A RAKA’AATIN MUSTQBILAL QIBLATI
ADAA-AN (MA’MUMAM/IMAAMAN) LILLAAHI TA’AALAA. ALLAAHU AKBAR.”

Artinya: " Saya berniat sholat fardu zuhur empat rakaat menghadap kiblat karena Allah
Ta'ala/Ma'mum karena Allah Ta'ala/Imam karena Allah Ta'ala" .

3. Niat Sholat Asar

“ USHALLI FARDHAL ASHRI ARBA’A RAKA’AATIN MUSTQBILAL QIBLATI


ADAA-AN (MA’MUMAM/IMAAMAN) LILLAAHI TA’AALAA. ALLAAHU AKBAR.”
Artinya: " Saya berniat sholat fardu asar empat rakaat menghadap kiblat karena Allah
Ta'ala/Ma'mum karena Allah Ta'ala/Imam karena Allah Ta'ala" .
4. Niat Sholat Magrib

“ USHALLI FARDHAL MAGHRIBI SALASA’ RAKA’AATIN MUSTQBILAL QIBLATI


ADAA-AN (MA’MUMAM/IMAAMAN) LILLAAHI TA’AALAA. ALLAAHU AKBAR.”
Artinya: " Saya berniat sholat fardu magrib tiga rakaat menghadap kiblat karena Allah
Ta'ala/Ma'mum karena Allah Ta'ala/Imam karena Allah Ta'ala" .
5. Niat Sholat Isya

“ USHALLI FARDHAL ‘ISYAA-I RAKA’AATIN MUSTQBILAL QIBLATI ADAA-AN


(MA’MUMAM/IMAAMAN) LILLAAHI TA’AALAA. ALLAAHU AKBAR.”
Artinya: " Saya berniat sholat fardu isya empat rakaat menghadap kiblat karena Allah
Ta'ala/Ma'mum karena Allah Ta'ala/Imam karena Allah Ta'ala" .

2. Takbiratul Ihram

Setelah membaca niat, maka selanjutnya yaitu melakukan takbiratul ihram dengan mengangkat
kedua tangan serta mengucapkan “ Allaahu akbar.”
(Allaahu akbar)
Artinya: Allah Maha Besar

3. Membaca Doa Iftitah

Doa iftitah dilakukan setelah mengangkat kedua tangan sejajar dengan telinga (untuk laki-
laki) atau sejajar dengan dada (untuk perempuan) sambil membacakan " allahu akbar" .
Kemudian tangan disedekapkan pada dada dan baru membacakan doa iftitah. Berikut
bacaannya:

ALLAAHU AKBAR KABIIRAW WALHAMDU LILLAAHI KATSIIRA WA


SUBHAANALLAAHI BUKRATAW WA'ASHIILA.
Artinya : " Allah maha besar, maha sempurna kebesaran-Nya. Segala puji bagi Allah, pujian
yang sebanyak-banyaknya. Dan maha suci Allah sepanjang pagi dan petang."

WAJJAHTU WAJHIYA LILLADZII FATARAS SAMAWAATI WAL ARDHA HANIIFAM


MUSLIMAW WAMAA ANAA MINAL MUSYRIKIIN. INNA SHALAATII WA NUSUKII
WA MAHYAAYA WA MAMAATII LILLAAHI RABBIL AALAMIIN. LAA
SYARIIKALAHU WA BIDZAALIKA UMIRTU WA ANAA MINAL MUSLIMIIN.

Artinya : " Kuhadapkan wajahku kepada zat yang telah menciptakan langit dan bumi dengan
penuh ketulusan dan kepasrahan dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik.
Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku semuanya untuk Allah, penguasa
alam semesta. Tidak ada sekutu bagi-Nya dan dengan demikianlah aku diperintahkan dan aku
termasuk orang-orang yang muslim."
4. Al-fatihah
Setelah doa ifititah telah selesai dibacakan, bacaan selanjutnya yaitu membaca surat al-
fatihah.
BISMILLAHIR RAHMAA NIRRAHIIM. ALHAMDU LILLA HI RABBIL 'ALAMIN. AR
RAHMAANIRRAHIIM. MAALIKI YAUMIDDIIN. IYYAAKA NA'BUDU WA
IYYAAKA NASTA'IIN. IHDINASH SHIRRAATAL MUSTHAQIIM. SHIRAATHAL
LADZIINA AN'AMTA 'ALAIHIM GHAIRIL MAGHDUUBI 'ALAIHIM WALADH-
DHAALLIIN.
Artinya : " Dengan nama Allah yang maha pengasih, maha penyayang. Segala puji bagi
Allah, tuhan seluruh alam, yang maha pengasih, maha penyayang, pemilik hari pembalasan.
Hanya kepada engkaulah kami menyembah dan hanya kepada engkaulah kami mohon
pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus (yaitu) jalan orang-orang yang telah engkau
beri nikmat kepadanya, bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka
yang sesat.

5. Membaca Surat Pendek

Bacaan sholat berikutnya adalah membaca surat pendek. Surat pendek dibaca pada dua rakaat
pertama. Berbeda dengan Al-Fatihah, membaca surat pendek hukumnya sunah. Pilihlah bacaan
ayat pendek yang dapat kamu hafal.

6. Rukuk

Bacaan sholat selanjutnya yaitu rukuk. Gerakan rukuk yaitu mengangkat kedua tangan dan
membaca " allahu akbar" . Kemudian badan dibungkukkan dan kedua tangan memegang lutut.
Usahakan antara punggung dan kepala sama rata. Setelah itu membaca:

" SUBHAANA ROBBIYAL 'ADZIIMI WABIHAMDIH" sebanyak 3 kali.

Artinya: " Maha suci tuhan yang maha agung serta memujilah aku kepadanya."

7. I’tidal
Setelah rukuk, bangkit dan tegak dan mengangkat kedua tangan setinggi telinga (laki-laki) atau
dada (perempuan) sambil membaca:

“ SAMI'ALLAAHU LIMAN HAMIDAH”

Artinya: " Allah maha mendengar terhadap orang yang memujinya."

Setelah berdiri tegak, lalu membaca :

“ ROBBANAA LAKAL HAMDU MIL US SAMAWAATI WAMIL UL ARDHI WAMIL U


MAA SYI'TA MIN SYAIN BA'DU.”

Artinya: " Ya Allah tuhan kami, bagimu segala puji sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh sesuatu
yang engkau kehendaki sesudah itu."

8. Sujud

Selesai melakukan iktidal, lakukan sujud dengan meletakkan dahi di lantai yang telah diberikan
alas bersih. Ketika turun ke bawah dari posisi iktidal, lakukan sambil membaca " Allahu akbar"
dan sujud dengan membacanya 3 kali.

 Duduk di Antara Dua Sujud

Setelah sujud dilakukan, langkah selanjutnya yaitu duduk sambil membaca:


“ ROBBIGHFIRLII WARHAMNII WAJBURNII WARFA'NII WARZUQNII WAHDINII
WA'AAFINII WA'FU 'ANNII.”

Artinya: " Ya Allah ampunilah dosaku, belas kasihanilah aku, cukupkanlah segala kekurangan
dan angkatlah derajatku, berilah rizki kepadaku, berilah aku petunjuk, berilah kesehatan kepadaku
dan berilah ampunan kepadaku." Setelah selesai membaca lakukan gerakan sujud dengan bacaan
yang sama sebelumnya. Selesai sujud, berdiri lagi dan melanjutkan rakaat selanjurnya. Jumlah
rakaat tergantung dengan jenis sholat yang dilakukan.

10.Tasyahud Awal
Tasyahud awal dilakukan pada rakaat kedua. Setelah sujud yang kedua, posisi tasyahud awal
yaitu dengan sikap kaki tegak dan kaki kiri diduduki sambil membaca:

“ ATTAHIYYAATUL MUBAAROKAATUSH SHOLAWAATUTH THOYYIBAATU


LILLAAH. ASSALAAMU 'ALAIKA AYYUHAN NABIYYU WA ROHMATULLAHI WA
BAROKAATUH. ASSALAAAMU'ALAINAA WA 'ALAA 'IBAADILLAAHISH
SHOOLIHIIN. ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAH WA ASYHADU ANNA
MUHAMMADAR ROSUULULLAH. ALLAHUMMA SHOLLI 'ALAA MUHAMMAD.”

Artinya: " Segala penghormatan, keberkahan, salawat dan kebaikan hanya bagi Allah.
Semoga salam sejahtera selalu tercurahkan kepadamu wahai nabi, demikian pula rahmat
Allah dan berkah-Nya dan semoga salam sejahtera selalu tercurah kepada kami dan hamba-
hamba Allah yang saleh. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan kecuali Allah dan aku bersaksi
bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah, berilah rahmat kepada Nabi Muhammad."

11. Tasyahud Akhir


Tasyahud akhir dilakukan pada rakaat terakhir. Bacaan dan posisi gerakannya sama dengan
tasyahud awal dengan ditambah selawat nabi.

“ ALLAHUMMA SHOLLI 'ALAA MUHAMMAD WA 'ALAA AALI MUHAMMAD


KAMAA SHOLLAITA 'ALAA IBROOHIM WA 'ALAA AALI IBROOHIMM INNAKA
HAMIIDUM MAJIID. ALLOOHUMMA BAARIK 'ALAA MUHAMMAD WA 'ALAA
AALI MUHAMMAD KAMAA BAAROKTA 'ALAA IBROOHIM WA 'ALAA AALI
IBROOHIMM INNAKA HAMIIDUM MAJIID.”
Artinya: " Ya Allah, berilah rahmat kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad
sebagaimana engkau telah memberikan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi
Ibrahim. Sesungguhnya engkau maha terpuji lagi maha mulia. Ya Allah, berilah keberkahan
kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad sebagaimana engkau telah
memberikan keberkahan kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya
engkau maha terpuji lagi maha mulia."

12. Salam

Setelah membaca selawat nabi, lanjutkan dengan membaca salam sambil menoleh ke kanan dan
ke kiri.

" ASSALAAMU ALAIKUM WA RAHMATULLAH"


Artinya: " Semoga keselamatan dan rahmat Allah dilimpahkan kepadamu." Semua bacaan
sholat di atas hendaknya dibaca dengan tidak terburu-buru agar tidak berantakan. Lakukanlah
sholat tepat waktu setiap hari sesuai dengan kewajiban yang telah ditetapkan.

6. Mengimplemenatsi Sholat Dalam Kehidupan

Shalat merupakan ibadah yang berfungsi sebagai sarana komunikasi antara hamba dan
pencipta. Selama pelaksanaan shalat, sesungguhnya telah terjadi interaksi yang intensif antara
mushalli dan allah.
“komunikasi itu terjadi, kita merasa berhadapan dengan allah jika shalat yang kita lakukan
khusyuk.  

shalat yang khusyuk tidak sekadar mampu mempertemukan mushalli dengan allah tapi juga
dapat menghadirkan allah sebagai pengawas dalam kehidupan yang bersangkutan. Karena itu,
kekhusyukan itu wajib diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

bentuknya, mengikuti segala perintah-nya dan menjauhi segala laragan-nya.   “banyak sekali
bentuknya. Tapi intinya adalah kita tidak cukup beribadah seperti shalat dan sebagainya, tapi
yang juga penting adalah perbuatan kita juga wajib dijaga, jangan sampai merugikan orang
lain, jangan dengki, tidak boleh sombong dan sebagainya,”.  

7 Contoh-Contoh Perilaku Konsistensi Dalam Melaksanakan Sholat

Agama Islam sudah mensyariatkan beberapa cara untuk menjaga kesadaran beragama.
Islam mensyariatkan salat, baik salat fardu yang lima waktu maupun salat-salat sunat. Salat
bisa meng-up-date kesadaran seorang muslim terhadap nilai-nilai yang dianutnya, paling
tidak lima kali dalam sehari.

Oleh karena itu orang yang salat dapat terhindar dari perbuatan keji dan mungkar,
sebagaimana firman Allah Swt, “Ultu maa uhiya ilaika minal kitabi wa aqimish shalaata Inna
shalaata tanha ‘anil fahsya-i wal munkar, wa ladzikrullaahu akbar wallaahu ya’lamu maa
tashna’uun. (Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Alquran) dan
dirikanlah salat.

Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.


Sesungguhnya mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang
lain) dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan). (QS. Al Ankabut: 45).

Istiqomah adalah kunci utama dalam menjaga sholat. Istiqomah pada dasarnya adalah
menjaga iman dan takwa kita kepada Allah SWT dan senantiasa menjaga ibadah kita agar
setiap saat mengingat perintah-Nya.

istiqomah bukan hanya kita lakukan ketika bulan Ramadhan, melainkan setiap saat.
Allah pun memerintahkan kita sebagai umat Islam untuk istiqomah dalam melaksanakan
ibadah dan amalan baik, sebagaimana dalam QS. Fushilat ayat 30:

Artinya: Sesungguhnya orang-orang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian


mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan
mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka
dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu” (Q.S. Fushilat: 30).

Anda mungkin juga menyukai