Anda di halaman 1dari 3

B.

Tafsir Al Fiqhi
Tafsir bercorak fiqhi adalah kecenderungan tafsir dengan metode fiqh
sebagai basisnya, atau dengan kata lain, tafsir yang berada dibawah pengaruh ilmu
fiqh, karena fiqh sudah menjadi minat dasar mufasirnya sebelum dia melakukan
usaha penafsiran. Tafsir ini seakan- akan melihat Al- Qur’an sebagai kitab suci
yang berisi ketentuan perundang- undangan, atau menganggap Al- Qur’an sebagai
kitab hukum. 1
Corak tafsir fiqhi lahir melalui penukilan riwayat. Ini terjadi lantaran
kebanyakan masalah yang muncul dan menjadi bahan pertanyaan para sahabat
sejak masa awal islam, sampai pada generasi selanjutnya, yaitu masalah yang
berkaitan dengan aspek hukum. Disini, keputusan hukum yang bersumber dari Al-
Qur’an bisa muncul dengan cara melakukan penafsiran terhadapnya. Corak tafsir
ini sudah ada sejak jaman Nabi. Kemudian para sahabat langsung mencari
keputusan hukum dari Al Qur’an dan berusaha menarik kesimpulan dari hukum
syari’ah berdasarkan ijtihad.
Tafsir fiqhi ini banyak ditemukan dalam kitab fiqh karya imam- imam dari
berbagai madzhab yang berbeda. Dari kaum mu’tazilah lahir kitab tafsir yang
fanatik terhadap madzhabnya, yaitu al- Kasysyaf karya al- Zamakhsyariy. Dari
kalangan Hanafiyah lahir kitab yang mendukung madzhabnya yaitu Ruh al
Ma’ani karya al- Alusi dan tafsir al- Nasafiy. Dari kalangan Malikiyah lahir kitab
tafsir yang berorientasi kepada madzhabnya, yaitu al Jami’li ahkam al- Qur’an
karya al Qurtubi. Dan dari kalangan Syafi’iyah lahir kitab tafsir yang cenderung
kepada madzhabnya, yaitu tafsir al- Kabir (Mafatih al Ghaib) karya al Fahr al Din
al Raziy.2
Faktor yang cukup mencolok berkaitan dengan kemunculan corak tafsir
fiqhi adalah karya- karya yang menampilkan pandangan fiqih yang cukup
sektarian, ketika kita menemukan tafsir fiqih sebagai bagian dari perkembangan
kitab- kitab fiqih yang disusun oleh para pendiri madzhab. Meskipun begitu ada

1
Acep Hermawan, Ulumul Qur’an, Bandung: PT Remaja Rosada, 2011, hlm. 116
2
Muhammad Nor Ichwan, Tafsir ‘Ilmiy Memahami Al- Qur’an Melalui Pendekatan
Sains Modern, Jogja: Menara Kudus, 2004, hlm. 112
pula yang memberikan analisis dengan membandingkan perbedaan pandangan
madzhab yang mereka anut.
Dalam sistematika penulisan tafsir fiqhi dikenal adanya 3 sistematika, yaitu:
1. Mushafi yaitu penyusunan kitab tafsir dengan berpedoman pada susunan
ayat- ayat, surat- surat dalam mushaf dengan memulai dari surat al- Fatihah,
al- Baqarah, dst.
2. Nuzuli yaitu dalam menafsirkan al- Wqur’an dengan berdasarkan kronologis
surat.
3. Maudhu’ yaitu menafsirkan al- Qur’an berdasarkan topik- topik tertentu
dengan mengumpulkan ayat- ayat yang ada hubungannya dengan topik
tertentu kemudian ditafsirkan.
Contoh tafsir fiqhi dalam QS. Al- Baqarah (2): 43

‫ٱر َكعُواْ َمعَ ّٰر ِِك ِعين‬ َّ ‫َوأَقِي ُمواْال‬


َّ ْ‫صلَ ٰوة ََو َءاتُوا‬
ْ ‫ٱلز َكوة ََو‬
Artinya: “Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-
orang yang rukuk.” (QS. Al- Baqarah (2): 43 )
Dalam menafsirkan ayat diatas Al Qurtubi membagi pembahasan ayat ini
menjadi 34 masalah. Diantara pembahasan yang menarik adalah masalah ke 16.
Dia mendiskusikan berbagai pendapat tentang status anak kecil yang menjadi
imam sholat. Diantara tokoh yang mengatakan tidak boleh adalah al Thawr, Malik
dan Ashab Al Ra’yi. Dalam masalah ini Al Qurtubi berbeda pendapat dengan
madzhab yang dianutnya. Menurutnya anak kecil boleh menjadi imam jika
memiliki bacaan yang baik.3

C. Tafsir Al Falsafi
Tafsir falsafi adalah teori- teori (wacana) filsafat atau tafsir yang
menempatkan teori- teori sebagai paradigmanya. Corak tafsir ini lahir akibat
penerjemahan buku- buku filsafat, terutama pada masa pemerintahan Abasiyah
dimana pada saat itu banyak buku- buku filsafat dari berbagai bahasa ( Yunani,
India, Persia, dan lain- lain) yang diterjemahkan dalam bahasa Arab. Aktivitas itu

3
Istiya Rahayu, Tafsir Kontemporer Macam- Macam Corak Tafsir, Makalah Jurusan
Pendidikan Bahasa Arab UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012 hlm. 5
muncul pada masa kekhalifahan al Mansur, kemudian dilanjutkan dengan generasi
selanjutnya sampai pada masa al- Ma’mun (813-830 M). Disamping itu,
munculnya corak tafsir ini dikarenakan masuknya penganut agama lain ke dalam
islam, yang dengan sadar atau tidak masih mempercayai beberapa hal dari
kepercayaan lama mereka. Yang kemudian menimbulkan pendapat pro-kontra
yang tercermin dalam penafsiran mereka. 4
Untuk mengkompromi pendapat pro- kontra dari kedua kubu ini dapat
ditempjuh dengan dua metode. Pertama dengan cara mentakwilkan teks- teks
keagamaan sesuai dengan pandangan para filosof. Artinya dengan cara
memadukan teks- teks Al- Qur’an sesuai dengan pandangan mereka sehingga
dapat sejalan. Kedua dengan cara menjelaskan teks- teks keagamaan dengan
menggunakan berbagai pandangan dan teori filsafat.5
Tafsir falsafi yang cenderung hanya berdasarkan logika dan karena peran
logika begitu mendominasi, maka metode ini kurang memperhatikan aspek
historis kitab suci. Namun begitu, tetap ada sisi positifnya yaitu kemampuannya
membangun abstraksi makna- makna yang tersembunyi yang diangkat dari teks
kitab suci untuk dikomunikasikan lagi kepada masyarakat yang lebih luas tanpa
hambatan budaya dan bahasa.
Contoh kitab- kitab tafsir falsafi:
1. Mwafatih al- Ghaib yang dikarang al- Fakhr al- Razi
2. Tafsir Al- Qur’an al- Adhim, karangan Imam Al- Tustury
3. Haqaiq al- Tafsir, karangan al- Allamah al- Sulamy
4. ‘Arais al- Bayan fy Haqaiq al- Qur’an, karangan imam Al- Syiraz

4
Ridhoul Wahidi, Corak Teologis- Filosofis dalam Penafsiran Al- Qur’an, Jurnal
Syahadah Vol.2, No. 1, 2014 hlm. 31
5
Abdul Mustaqim, Aliran- Aliran Tafsir dan Periode Klasik Hingga Kontemporer,
Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2005, hlm. 71

Anda mungkin juga menyukai