FIQHI
Muhammad Hasan
NIM: 22203011113
Nama Penulis Jurnal : Dewi Murni
Link Jurnal :
http://ejournal.fiaiunisi.ac.id/index.php/syahadah/article/view/267
PROGRAM STUDI
HUKUM KELUARGA ISLAM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UIN
SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2022
PEMBAHASAN
A. Akademik Crisis
1. Tafsir fiqhi
Fiqhi secara bahasa berarti faham, dalam pengertian pemahaman yang
mendalam yang menghendaki pengerahan potensi akal. Para ulama usul fiqh
mendefenisikan fiqihsebagai cara mengetahui hukum-hukum Islam (syara’)
yang bersifat amali (amalan) melalui dalilnya terperinci. Sedangkan ulama-
ulama fiqih mendefenisikan sekumpulan hukum amaliyah (yang sifatnya
diamalkan) yang disyari’atkan dalam Islam.
Tafsir fiqhi adalah tafsir yang didasarkan atas ayat-ayat hokum dan
kebanyakan dilakukan oleh para ulama ahli fikih sesuai dengan kecenderungan
mazhab dan latar belakang keilmuan yang dimilikinya.1
Dari defenisi ulama ushul fiqih terlihat bahwa fiqih itu sendiri melakukan
Ijtihat karena hukum-hukumnya tersebut diistinbatkan dari dalil-dalilnya yang
terperinci dan khusus, baik melalui nash maupun melalui dalalah (indikasi)
nash. Semua itu tidak dapat dilakukan kecuali melalui Ijtihat. Sedangkan
defenisi dari para ulama fiqih terlihat bahwa fiqih merupakan syara’ itu sendiri.
Baik hukum itu qath’i (jelas, pasti) atau zhanni (masih bersifat dugaan, belum
pasti), dam memelihara hukum furu’ (hukum kewajiban agama yang tidak
pokok) itu sendiri secara keseluruhan atau sebahagian.2
1
Nasarudin baidan, Metodologi penafsiran al-Qur’an, cet II, (Yogjakarta:Pustaka pelajar, 2000), 38
2
Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, Jilid 2, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994) 8
3
Ibid.,
Dalam penafsiran al- Qur’an ada diantara para mufassir yang lebih tertarik
dengan ayat-ayat hukum tersebut sehingga ayat-ayat hukum mendapat perhatian
dan komentar yang lebih banyak dari ayat lainnya. Bahkan diantara mereka ada
yang menulis tafsir khusus ayat-ayat hukum mendapat perhatian dan komentar
dari ayat lainnya. Bahkan diantara mereka ada yang menulis tafsir khusus ayat-
ayat hukum, seperti Muhammad ‘Ali> al- Sh}a>bu>ni> dengan karyanya Rawai’u al-
Baya>n: tafsir Ayat al-Ah}ka>m Min al- Qur’a>n dan al-Jas}ash dengan karyanya
Ahka>m al- Qur’an.4
4
Muhammad H}usein al-Dzahabi>, Tafsi>r wal Mufassiru>n, Jilid 2, (Kairo:Maktabah} Wah}bah, 2000), 321
5
Kadar M Yusuf, Study al- Qur’an, (Jakarta:Penerbit Amzah, 2010), 161
6
M. Qurais Shihab, Kaidah Tafsir, (Jakarta:Lentera Hatia, 2015), 379
Orientasi fiqhi terhadap kajian hukum Islam diawali sejak masa rasul
hingga generasi-generasi sesudahnya. Sedangkan termonologi ilmu fiqhi adalah
suatu proses melahirkan hukum syara’ yang bersifat dan diperoleh dari dalil-
dalil terperinci.
2. Perkembangan Tafsir Fiqhi dari Masa Nabi Sampai pada Masa Munculnya
Mazhab Fiqhiyah
7
Muhammad Ridho, Tafsir dalam Dinamika Sosial, (Yogyakarta, Teras, 2010), 55
Al- Qur’anul Karim yang diturunkan mencakup ayat-ayat hukum tersebut
berkaitan dengan kemaslahatan manusia didunia dan diakhirat. Orang-orang
Islam yang ada dizaman Rasulullah SAW telah memahami maksud dari ayat-
ayat yang berisi hukum fiqih sesuai dengan insting mereka sebagai orang Arab.
Jikalau mereka menemukan kesulitan mereka segera bertanya kepada
Rasulullah SAW.
8
Muhammad H}usein al-Dzahabi>, Tafsi>r wal Mufassiru>n, Jilid 2, (Kairo:Maktabah} Wah}bah, 2000), 319
melahirkan ditambah ditambah dengan empat bulan sepuluh hari. Sebab
perbadaan itu adalah ada pertentangan antara dua nash yang umum dalam al-
Qur’an. Allah SWT menetapkan iddah wanita hamil yang dithalaq suaminya
adalah sampai melahirkan dan iddah bagi yang kematian suami adalah empat
bualan sepuluh hari tanpa ada perincian.9
Ali berpendapat bahwa kedua ayat ini diamalkan secara bersamaan. Umar
berpendapat bahwa ayat tentang iddah wanita yanag ditalaq sebagai pentakhsis
ayat iddah wanita yang ditinggal mati oleh suami. Pendapat Umar ra diperkuat
oleh hadis yang diriwayatkan oleh Sabi’ah binti al-Harits al-Islamiyyah. Yang
mana ia telah kematian suami. Kemudian setelah lima puluh hari dari kematian
suaminya dia melahirkan. Kemudian Rasulullah mengizinkannya untuk
menikah.
9
Abdul al Hay Al-Farmawi, Metode Tafsir Maughuiy, (Jakarta:Raja Grafindo, 1996), 19
Setelah para imam fiqih itu wafat, munculnya generasi dibelakang mereka
yang berjalan mengikuti mazhab fiqih dengan cara taqlid serta fanatisme
terhadap suatu mazhab. Tidak mengenal toleransi dan tidak dalam kerangka
mencari dan menyerukan kebenaran.
Sebagian dari mereka yang mengikuti mazhab fiqih secara taqlid tersebut,
mereka melihat perkataan para imam-imam fiqih sebagaimana mereka melihat
nash syari’at. Mereka menghentikan kesungguhan yang objektif mereka demi
untuk menolong mazhab imam mereka. Mereka mengerahkan semua
kemampuan mereka unruk membatalkan pendapat yang berbeda dengan
pendapat mereka. Pengaruh dari semua itu adalah jikalau sebagian orang yang
taqlid ini melihat ayat-ayat hukum harus sesuai dengan pandangan hukum
mazhab mereka.10
10
Ibid., 320
ayat-ayat berdasarkan topic untuk memelihara bahasan dan penjelasan di
dalamnya.
11
Muhammad Ali Iyazi, al-Mufassiru>n Haya>tuhum wa Mana>hijuhum, 65
12
M. Izzan, Ilmu Tafsir, (Bandung: Tafakkur, 2007), 104
13
M. Qurais Shihab, Membumikan al-Qur’an, (Bandung:PT. Mizan Pustaka, 2007), 108
banyak sekali macamnya. Ahlussunnah telah memiliki tafsir bercorak fiqih yang
bermacam-macam, yang pada permulaannya bersih dari fanatisme. Kelompok
Zahiriyyah juga memiliki kitab tafsir yang bercorak fiqih mereka hanya
memperhatikan nash alQur’an secara zahir saja. Kaum khawarij juga memiliki
kitab tafsir yang bercorak fiqih yang menjadi kekhususan bagi mereka. Orang
syi’ah juga memiliki tafsir yang berbeda dengan orang selain mereka.
Jikalau kita membahas karangan tafsir yang bercorak fiqih, maka kita
tidak ada menemukan tafsir yang bercorak fiqih pada masa tabi’in . adapun
setelah masa tabi’in, banyak para ulama yang mengarang tafsir sesuai sesuai
dengan mazhabnya. Diantara kitab tafsir yang bercorak fiqih tersebut adalah
sebagai berikut:14
1) Abu> Bakar al-‘Arabi> atau yang dikenal dengan al-Jash}as, wafat pada
tahun 370 H, telah menyusun sebuah kitab tafsir yang berjudul
Ah}ka>mul Qur’an. Kitab ini telah dicetak dalam tiga jilid besar. Dan
telah tersebar dikalangan para pencari ilmu.
14
Muhammad H}usein al-Dzahabi>, Tafsi>r wal Mufassiru>n, Jilid 2, (Kairo:Maktabah} Wah}bah, 2000), ,
323
15
Ibid., 324
b. Dari kalangan Syafi’iyyah:16
3) ‘A>li> bin ‘Adulla>h al-Syankifi>, termasuk ulama yang hidup pada abad
ke-9 H mengarang kitab tafsir yang berjudul Ah}ka>mu al-Kita>b al-
Mubi>n. Naskhahnya ada ditemukan di maktabah Azhariyyah.
Tulisannya masih tulisan pengarang (makhtutat). Dijilid dalam
bentuk ukuran yang sederhana.
1) Abu> Bakar al-‘Arabi> yang wafat pada tahun 543 H telah mengarang
sebuah kitab tafsir al- Qur’an yang berjudul Ah}ka>mul Qur’an. Kitab
ini dicetak dalam dua buah jilid yang besar dan telah tersebar
dikalangan para pencari ilmu.
16
Ibid., 328
17
Ibid., 333
2) Abu> ‘Abdulla>h al-Qurth>u>bi>, wafat pada tahun 671 H, mengarang
kitab tafsir yang berjudul al-Ja>mi’ Li> Ah}ka>mi al- Qur’a>n. Bentuk
makhtutat dicetak oleh Darul Kutub Nashariyyah.
2) Kasyfu>f Dzunu>n.
18
Ibid., 335
a. Al- Jami’li Ah}ka>mil Qur’an karya Imam Qurthu>bi>
d. Dll
a. Kelebihan
b. Kekurangan
Yogjakarta:Pustaka pelajar.
Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, Jilid 2, 1994, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve.
Kairo:Maktabah} Wah}bah.
Kairo:Maktabah} Wah}bah