Disusun Oleh :
1. Herni Ambarwati NIM. 19200011010
2. M. Fathurrohman NIM. 19200011008
Salah satu kegiatan ilmiah di biang fiqh dan ushul fiqh adalah
mengembalikan berbagai pendapat ulama fiqh kepada ushul yang telah
dirumuskan oleh para imam mazhabnya, serta menjelaskan sebab-sebab
perbedaan pendapat dan dasar pijakan pendapatnya, dan yang tak kalah penting
adalah menjadikan ushul fiqh tidak hanya sekedar konsep teoritis tetapi mampu
menjadi ilmu terapan yang praktis. Tulisan ini mencoba mengungkap upaya
mengembalikan setiap pendapat fiqh kepada ushulnya, dengan tujuan agar dapat
diketahui bagaimana suatu pendapat muncul dan dasar pemikiran perumusannya.
Memang penulis akui bahwa dalam tulisan ini masih banyak terdapat kekurangan,
untuk itu penulis sangat berharap kiranya pembaca yang budiman berkenan
memberikan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tulisan ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa Pengertian Thariqah Takhrij Al-Furu’ Ala Al-Ushul ?
2. Apa sumber hukumnya?
3. Siapa Tokoh dan Kitab-kitab Ushul Fiqh yang ditulis dengan metode
Takhrij Al-Furu’ ‘ala Al-Ushul?
4. Apa saja manfaat penerapannya?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Takhrij, Furu’ dan Ushul
:التخرجي
وعا.بعض((ه وألكت بعضه أبقت :املرعى اإلبل وخرجت .بعضه وترتك بعضه تألك أن :املرتع الراعية خترجي
أنبت إذا :خترجي في(((ه وع(((ام خترجي وفهيا خرج ((اء أرض وك ((ذكل ،وج ((دب خص ((ب أي :خترجي في ((ه م
لوح((ه الغالم وخرج .ماكن دون ماكن يف نبهتا يكون أن :األرض وخترجي .بعض ينبت ومل املواضع بعض
يكتهبا مل مواضع فيه فرتك كتبه إذا :خترجيًا
1 Ibn Manzhur, Lisan al-Arab, jilid II, h. 252-253. Pengertian secara bahasa ini dikutip oleh
Muhammad Bakr Ismail Habib dalam Ilmu Takhrij al-Furu ala al-Ushul yang dimuat
dalam Majallah Jami’ah Ummul Quro li Ulum al-Syariah wa al-Dirasat al-Islamiyah, 1429 H, h.
286.
menyerupainya, setelah memahami makna yang menjadi alasan adanya hukum
pada masalah pertama. Keempat, menggali ushul dari furu’. Kelima, membangun
furu’ dari ushul, baik furu’ itu yang sudah difatwakan oleh para imam atau belum.
Pengertian inilah yang dipakai dalam pembahasan ini.
Menurut Ibn Taimiyah, takhrij adalah : ي ُْشهِب ُهَا فَه َُو ن َ ْق ُل ُحمْك ِ َم ْسَأةَل ٍ إ ىَل َما: َوَأ َّما التَّخْ ِر ُجي
َوالت َّ ْس(( ِوي َ ُة بَيْهَن ُ َم((ا ِفي(( ِه، ( memindahkan hukum suatu masalah kepada kasus yang
menyerupainya atau ada kesaamaan antara keduanya.2 Defenisi ini juga digunakan
oleh al-Mardawi dan Ibn Badran Ibn Farhun mendefenisikan takhrij
dengan منصوصة إس تخراج حمك مس(أةل من مس(أةل. (mengeluarkan hukum suatu masalah
dari suatu masalah yang ada nashnya). Sedangkan menurut al-Syekh Alawi al-
Saqaf, مشاهبة احلمك من نص إماهمم ىف صورة إىل صورة أن التخرجي ان ينقل فقهاء املذهب (takhrij
adalah fuqaha’ suatu mazhab menukilkan hukum dari pendapat imam mereka
dalam satu bentuk kepada bentuk yang serupa.3 Defenisi lain dikemukakan
oleh Syek Muhammad Riyadh : غ(ري منص(وص أن التخرجي ان ينظ(ر جمهتد املذهب ىف مس(أةل
علهيا فيقيسها عىل مسأةل منصوص علهيا ىف املذهب (Takhrij adalah seorang mujtahid mazhab
meneliti masalah yang tidak ada nashnya lalu mengqiyaskannya kepada masalah
yang ada nashnya dalam suatu mazhab). 4
landasan tempat membangun sesuatu, baik bangunan itu kongkrit atau abstrak. Menurut
istilah, ushul memiliki beberapa makna, antara lain : (1) bermakna dalil seperti dalam
contoh : سنةاألصل ىف وجوب الصالة الكت((اب وال “dalil wajib sholat adalah Alqur’an dan
sunnah”, (2) bermakna kaidah umum yaitu satu ketentuan yang bersifat umum yang
2 Ahmad ibn Abd al-Halim ibn Taimiyah, al-Musawwidah, Muhaqqiq : Muhammad Muhyi al-Din
Abd al-Hamid, Beirut : Dar al-Kutub, tt, h. 533.
3 Alawi al-Saqaf, Al-Fawaid al-Makiyah, Mesir : Musthafa al-Babi al-Halabi, tt, hal. 42-43.
أصول “Islam dibangun diatas lima kaidah umum”, (3) bermakna al-rajih ( yang lebih
kuat dari beberapa kemungkinan) seperti dalam contoh : األص(((((ل ىف الالكم
احلقيقة “pengertian yang lebih kuat dari suatu perkataan adalah pengertian hakikatnya”,(4)
bermakna asal tempat menganologikan sesuatu yang merupakan salah satu dari rukun
qiyas. Misalnya khamar merupakan asal ‘ (tempat mnegiyaskan) narkotika, dan (5)
bermakna sesuatu yang diyakini bilamana terjadi keraguan dalam satu masalah, misalnya,
fiqih, ashal adalah tempat hukum yang ditetapkan dengan nash atau ijma’, dan menurut
senantiasa berkembang sehingga tidak lagi terjangkau oleh nash, dan untuk mendapatkan
Para ulama terdahulu tidak memberikan defenisi terhadap cabang ilmu ini.
Defenisi baru diberikan oleh ulama generasi berikutnya, khususnya para pentahqiq dalam
bidang ilmu ini. Berbagai komentar ulama seputar masalah ini antara lain :
5 Wahbah al-Zuhaili, Ushul al-Fiqh al-Islami, Damascus : Dar al-Fikri, 1998, h. 16. Lihat juga
Satria Efendi, Ushul Fiqh, Jakarta : Kencana, 2005, h. 2.
6 Wahbah al-Zuhaili, Op.cit, h. 605.
7 Abdul Wahhab Khalaf, Ilmu Ushul al-Fiqh, Semarang : Dina Utama, 1994, h. 80
8 Ibid, Lihat juga Wahbah al-Zuhaili, Op. cit, h. 606.
1. Prof. Muhammad Ali Farkus dalam muqaddimah dan tahqiq kitab Miftah al-
berlaku hikmah tasyri’, yaitu bertambah lapangnya umat dengan terbukanya pintu
kasus-kasus terbaru, tersingkap pula hubungan yang kuat antara kaidah ushuliah
dan furu’ fiqhiah. Hubungan inilah yang dikenal dengan takhrij al-furu’ ala al-
ushul.
2. Dr. Muhammad Hasan Hito, dalam penjelasan ilmu ini setelah menjelaskan
seputar hubungan antara qaidah-qaidah ijmali dan cabang-cabang fiqh ini dan
seputar pengaruhnya terhadap perbedaan dalam-dalil ijmali. Jadi ilmu ini menjadi
cabang-cabang fiqh.
enjelaskan huku kasus yang tidak ada nashnya dari para imam dengan
a. Secara umum, takhrij menyampaikan kepada ushul dan qaidah yang dibangun
para imam sebagai landasan sesuatu yang mereka kaitkan kepada hukum-hukum
qaidah ushul, menurut cara yang ditempuh kitab Takhrij al-Furu’ ala al-
atau dengan memasukkannya kebawah salah satu qaidah. Takhrij menurut makna
ini adalah apa-apa yang diperbincangkan oleh fuqoha’ dan ushuli dalam
pembahasan ijtihad dan taqlid dan dalam kitab-kitab yang terkait dengan hukum-
ta’lil), atau mengarahkan pendapat-pendapat yang dinukil dari para imam dan
hukum kepadanya.
yaitu ushul fiqh dan fiqh, maka sumber ilmu Takhrij al-Furu’ ala al-Ushul adalah
gabungan keduanya. Ilmu ini mengambil sumber qaidah-qaidah ushul dari ilmu ushul
fiqh dan mengambil cabang-cabang fiqh dari ilmu fiqh dan menghubungkannya
kembali kepada ushul. Ini adalah bentuk takhrij yang pertama yaitu adanya hubungan
yang tidak ada pernyataannya dari ulama, juga bersumber dari ushul qaidah-qaidah
ushuliyah yang menjadi landasan furu’ yang baru, sebagaimana furu’ itu diambil dari
fiqh yang menyerupainya dan diberlakukan sesuai dengan metode imam dan
Dr. Ya’qub al-Ba Husain mengungkapkan bahwa ilmu bahasa Arab dan
pada dasarnya kembali hakikatnya yaitu ilmu ushul fiqh, sebab qaidah-qaidah ushul
dibangun dari qaidah bahasa Arab. Demikian juga ilmu khilaf dipakai oleh orang yang
C. Tokoh dan Kitab-kitab Ushul Fiqh yang ditulis dengan metode Takhrij
Al-Furu’ ‘ala Al-Ushul
Kitab ini dikarang oleh Imam Abu Zaid Ad-Dabusi. Seperti yang telah
diungkapkan diatas bahwa kitab ini begitu mirip dengan kitab As-
Samarkandi (Ta’sis An-Nazhoir). Kitab ini sendiri mengandung beberapa
kaedah dan dhabith fiqh yang semuanya menggunakan redaksi Al-Ashl.
Namun, walaupun kitab ini mengandung banyak kaedah dan dhabith fiqh,
ia tetap masuk dalam kategori kitab Takhrij karena tujuan dari penulisan
kaedah tersebut hanya berfungsi untuk menjelaskan bagaimana metode
membangun masalah cabang dari kaedah pokok yang ada.
Kitab ini sendiri dianggap sebagai kitab yang luar biasa yang ditulis pada
kurun ke 5 hijriyah, mengingat bahwa metode ini sendiri termasuk metode
baru dalam penulisan kitab Ushul fiqh dan menghasilkan pemikiran baru
dalam teori ilmunya. Kitab ini juga dianggap sebagai kitab ushul fiqh
komparatif mengingat didalamnya banyak sekali menguraikan tentang
perbedaan pendapat pada mujtahid mutlak dalam membangun mazhab
mereka.
Ilmu ini mengambil sumber qaidah-qaidah ushul dari ilmu ushul fiqh dan mengambil
cabang-cabang fiqh dari ilmu fiqh dan menghubungkannya kembali kepada ushul. Ini
adalah bentuk takhrij yang pertama yaitu adanya hubungan furu’ yang ada dengan
ushulnya yang jelas.
Adapun tokoh dan kitab-kitab ushul fiqh yang ditulis dengan metode takhrij al-
furu’ ‘ala al-ushul تأسيس النظائرkarangan As-Samarkandi (373 H), تأسيس النظر
karangan Abu Zaid Ad-Dabusi (430 H), ولkkروع على االصkkريج الفkk في تخkدkkالتمهي
karangan Al-Isnawi (772 H), مفتاح الوصول الى بناء الفروع على االصولkarangan At-
Tilmisani (771 H), ولkkروع على االصkk في تخريج الفk التمهيدkarangan Al-Isnawi (772
H), القواعد و الفوائد االصوليةkarangan Ibn al-Liham (803 H).
DAFTAR PUSTAKA
Ibn Manzhur, Lisan al-Arab, jilid II, h. 252-253. Pengertian secara bahasa ini
dikutip oleh Muhammad Bakr Ismail Habib dalam Ilmu Takhrij al-Furu
ala al-Ushul yang dimuat dalam Majallah Jami’ah Ummul Quro li Ulum
al-Syariah wa al-Dirasat al-Islamiyah, 1429 H.