0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
8 tayangan13 halaman
Dokumen ini membahas perkembangan Ahlussunnah Wal Jama'ah sejak abad ke-3 Hijriah, penggunaan istilah ini sejak Az-Zabidi, dan keyakinan-keyakinan utama Ahlussunnah Wal Jama'ah seperti beriman kepada 6 rukun iman dan meyakini 50 aqidah. Dokumen ini juga membahas sistem bermazhab melalui ijtihad dan taqlid, serta perbedaan antara mujtahid mutlaq dan mujtahid mazhab.
Dokumen ini membahas perkembangan Ahlussunnah Wal Jama'ah sejak abad ke-3 Hijriah, penggunaan istilah ini sejak Az-Zabidi, dan keyakinan-keyakinan utama Ahlussunnah Wal Jama'ah seperti beriman kepada 6 rukun iman dan meyakini 50 aqidah. Dokumen ini juga membahas sistem bermazhab melalui ijtihad dan taqlid, serta perbedaan antara mujtahid mutlaq dan mujtahid mazhab.
Dokumen ini membahas perkembangan Ahlussunnah Wal Jama'ah sejak abad ke-3 Hijriah, penggunaan istilah ini sejak Az-Zabidi, dan keyakinan-keyakinan utama Ahlussunnah Wal Jama'ah seperti beriman kepada 6 rukun iman dan meyakini 50 aqidah. Dokumen ini juga membahas sistem bermazhab melalui ijtihad dan taqlid, serta perbedaan antara mujtahid mutlaq dan mujtahid mazhab.
PERKEMBANGAN AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH Disusun Oleh : YOUFI ALDIANSYAH (221130001795)
FEB UNISNU JEPARA
SEJARAH PERKEMBANGAN ASWAJA
Sejarawan mencatat Ahlussunnah Wal-Jama’ah sudah digunakan
sejak abad III H, salah satu bukti yang ditemukan adalah Surat Al- Ma’mun (khalifah dinasti Abbasiyah ke 6). Disana tercantum kata-kata, “wa nassaba nafsahum ilaa as-Sunnah (mereka menisbatkan diri pada sunnah) abad ini merupakan generasi penerus sahabat yaitu periode tabi’in dan para imam-imam mutjahid.
Penggunaan istilah ahlussunnah wal jama’ah sebagai sebutan bagi
kelompok keagamaan justru diketahui, sejak Az-Zabidi menyebutkan dalam kitab itihaf as-sadat al-muttaqin, sebagai syarah dari kitab Ihya Ulumuddin Al-Ghazali yang artinya jika disebut ahlussunnah wal jama’ah maka yang dimaksud adalah para pengikut Imam al-Asy’ari dan Imam al-Maturidi (Ithaf al-Sadah al-Muttaqin, Juz 2, hlm 6).
FEB UNISNU JEPARA
I’TIKAD AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH Berikut ini 5 contoh I’tikad (keyakinan/kepercayaan) ahlussunnah wal jama’ah : 1. Beriman terhadap rukun iman yang enam dan percaya Allah mempunyai nama sebanyak 99/Asmaul Husna 2. Meyakini aqaid lima puluh (50), artinya percaya bahwa Allah memiliki sifat wajib dan mustahil serta sifat jaiz, sifat wajib dan mustahil serta mumkin Nabi. 3. Allah beserta nama dan sifat-Nya seluruhnya adalah qadim, karena keduanya berdiri diatas Zat yang qadim, tidak bepermulaan. 4. Ajal manusia sudah ditetapkan, tidak maju atau mundur meski- pun hanya sedetik. 5. Anak-anak orang kafir yang mati belum baligh, tetap masuk surga. FEB UNISNU JEPARA SISTEM BERMAHZAB 1. PENGERTIAN IJTIHAD Kata ijtihad berasal dari kata ijtihada artinya bersungguh-sungguh, berusaha keras, secara terminologis itjihad adalah mencurahkan kemampuan untuk mendapatkan hukum syara’ yang praktis melalui istinbath. ijtihad terbagi dalam dua macam, yaitu pertama itjihad untuk mengambil hukum dari makna leksikal teks Al- Quran maupun sunnah, kedua mengambil hukum dari nalar teks Ketika ditemukan ‘illat hukum. Itjihad yang kedua diseut al-Qiyas.
FEB UNISNU JEPARA
CIRI KHUSUS HAKIKAT IJTIHAD
Ciri khusus hakikat itjihad sebagaimana dalam Mahsun
adalah : 1. Itjihad adalah pengerahan daya nalar secara optimal sehingga mujtahid merasa tidak mampu lagi berbuat lebih dari itu. 2. Ijtihad dilakukan oleh orang yang telah mencapai derajat tertentu di bidang keilmuan yang disebut faqih. 3. Produk yang diperoleh dari ijtihad adalah dugaan yang kuat tentang hukum syara’ yang bersifat ‘amaliyah praktis. 4. Itjihad ditempuh melalui cara cara istinbath. FEB UNISNU JEPARA ISTINBATH
Secara bahasa istinbath memiliki arti menciptakan, mengeluarkan,
atau menarik sebuah kesimpulan. Sedangkan menurut istilah, istinbath memiliki arti suatu kegiatan yang dilakukan oleh pakar fikih atau hukum untuk mengungkapkan suatu dalil yang dijadikan dasar dalam menarik sebuah kesimpulan untuk menjawab sebuah persoalan atau menyelesaikan permasalahan.
Hukum Istinbath adalah suatu cara yang dilakukan atau
dikeluarkan oleh pakar hukum untuk mengungkapkan suatu dalil hukum untuk menjawab persoalan yang terjadi. Obyek yang digunakan dalam hukum istinbath adalah ayat-ayat didalam Al-Quran atau dalil di dalam Hadis.
FEB UNISNU JEPARA
ISTINBATH KH. Achmad Siddiq dalam buku Khittah Nahdliyyah mengatakan untuk mampu ber-istinbath, selain penguasaan teori dan praktik ushul fiqh dan qawaidul fiqh, mutlak diperlukan penguasaan terhadap banyak macam ilmu yang lain, diantaranya : a) Perbendaharaan ilmu pengetahuan agama yang sangat luas terlebih dahulu. b) Perbendaharaan ilmu pengetahuan agama tentang Al-Quran dan sunnah secara lengkap. c) Penguasaan ilmu Bahasa Arab, mengenai lughah, dialek, tata Bahasa (Nahwu-Sharaf), sastra (balaghah = Badi’, Bayan, dan Ma’ani) dan lain sebagainya. d) Ilmu tafsir, tata cara penafsiran (interpretasi) Al-Quran secara benar dan dapat dipertanggungjawabkan. e) Ilmu hadis, seleksi dan kategori hadis, tata cara penafsiran hadis dan lain sebagainya. f) Dan lain-lain iilmu pengetahuan tentang agama islam. FEB UNISNU JEPARA ISTINBATH Proses istinbath yang dilakukan oleh peserta Bahsul Masaid dikalangan NU adalah model istinbath kolektif (istinbath jama’i). Prosesini hanya bisa dilakukan, jika masalah tidak terjawab dengan metode qauli dan ilhaqi. Instrumen yang digunakan dalam istinbath adalah qaidah ushuliyyah dan qaidah fiqhuyyah yang digunakan dalam lingkup empat mahzab besar, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hambali serta pengikutnya. Perbuatan itjihad itu berkaitan dengan beberapa unsur : a) Mujtahid, artinya orang yang melakukan perbuatan itjihad b) Masalah yamg diitjihadi, dicari, hukumnya atau pendapat mengenai masalah itu. c) Metode pengambilan kesimpulan pendapat. d) Landasan, yaitu Al-Qur’an dan sunnah. e) Hasil, hukum atau pendapat mengenai sesuatu masalah. FEB UNISNU JEPARA MUJTAHID MUTLAQ
Istilah mujtahid Mutlaq yaitu imam yang mampu
berijtihad /beristinbath sendiri dari Al-Quran dan sunnah, dengan menggunakan metode yang ditemukan sendiri dan diakui kekuatannya oleh para imam lainnya. Yang termasuk mujtahid Mutlaq adalah Imam Maliki, Imam Hanafi, Imam Syafi’i, dan Imam Hambali.
Mutjahid juga disebut mujtahid mustaqil yang artinya
mujtahid bebas karena tidal terikat ijtihad imam lain dan bebas dari metode yang ditemukan dan dipergunakan oleh imam lain. FEB UNISNU JEPARA MUJTAHID MUTLAQ Dibawah tingkat mujtahid Mutlaq ada yang dipergunakan istilah mujtahid meskipun sudah tidak bebas dari ikatan mujtahid lain (mujtahid Mutlaq lain) yaitu : a) Mujtahid mazhab, yaitu seorang yang sudah mampu beristinbath sendiri dari Al-Qur’an dan sunnah tetapi masih menggunakan metode atau kaidah yang ditemukan atau diciptakan oleh seorang mujtahid Mutlaq yang diikutinya, seperti Imam Muzani. b) Mujtahid Fatwa, yaitu seorang yang mampu menilai mana yang terkuat (tarjih) antara pendapat-pendapat yang berkembang di suatu mazhab (pendapat-pendapat hasil istinbath para mujtahid mazhab). Dari pendapat-pendapat itu, dipilih untuk difatwakan (disampaikan kepada orang lain yang memerlukannya). FEB UNISNU JEPARA TAQLIQ Kata taqliq berasal dari kata qallada yang berarti mengikat atau mengikut. Dalam istilah agama diartikan mengikuti pendapat orang lain yang diyakini kebenarannya menggantungkan sesuatu di dalam lehernya orang lain dan mengalungkan sesuai dengan Al- Qur’an dan al-Hadis.
Taqlid bagi Nahdlatul Ulama sebagaimana pendapat KH. Sahal
Mahfudh ialah mengambil atau mengamalkan pendapat orang lain tanpa tau dalil-dalilnya atau hujjahnya, taqlid mujtahid adalah menerima sesuatu tanpa ada perkataan hujjahnya, seperti orang awam yang mengambil dalil dari mujtahid yang kembali pada sabda nabi bukanlah taqlid, dan yang merujuk pad ijma pun bukan taqlid juga karena itu kembali pada hujjahnya sendiri. FEB UNISNU JEPARA 3. HAKIKAT SISTEM BERMAZHAB Pada hakikatnya, system bermazhab, tidak mempertetangkan antara system ijtihad dan system taqliq, tetapi merangkaikan keduanya pada suatu proporsi yang serasi, tidak semua orang diharuskan menggunakan ijtihad , sebaliknya tidak mungkin orang menggunakan system taqlid jika tidak ada pendapat/mazhab yang diikuti dari penggunaan system ijtihad oleh para mujtahidin.
Menganalis restu Rasulullah SAW kepada sahabat Muadz bin
Jabal untuk melakukan ijtihad : a) Bahwa yang diijtihadi adalah hal-hal yang tidak didapat dalilnya secara sharih (jelas) dalam Al-Qur’an dan sunnah. b) Hasil ijtihad beliau dimaksudkan untuk diikuti oleh kaum muslimin di zaman