Disusun oleh:
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah Mata Kuliah Leksikologi Bahasa Arab
dengan tepat waktu.
Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Leksikologi Bahasa Arab.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada Ibu Nur Aini Pakaya S.Pd.i, M.Pd selaku dosen pembimbing mata
kuliah Leksikolgi Bahasa Arab dan kepada teman –teman serta rekan-rekan sekalian yang
telah terlibat dalam penyelesaian makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata-kata adalah bahan dasar dari bahasa manusia, dan kajian leksikologi
memperlihatkan kompleksitas dan kekayaan bahasa melalui penelusuran
berbagai aspeknya. Dari kata-kata sehari-hari yang sederhana hingga
kosakata khusus dalam bidang ilmiah, leksikologi membantu kita
memahami bagaimana kata-kata ditemukan, dibentuk, dan digunakan
dalam konteks yang berbeda.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kata dan makna dalam Leksikologi Bahasa Arab?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui arti kata dan makna dalam Leksikologi Bahasa
Arab
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Makna
1. Pengertian Makna
Kata ma'na, dalam ilmu semantik, sering disebut 'tanda' (dalalah). Ali Al-
Khuli mendefinisikan, makna/tanda (meaning) adalah:
“Makna/Tanda adalah sesuatu yang dipahami seseorang, baik berasal dari kata,
ungkapan, maupun kalimat.”
Secara etimologi, kata ma'na berasal dari ‘anni yang salah satu maknanya
ialah melahirkan. Karena itu, makna diartikan sebagai perkara yang dilahirkan
dari tuturan. Perkara ter- sebut ada di dalam benak manusia sebelum diungkapkan
dalam sarana bahasa. Sarana ini berubah-ubah sesuai dengan perubahan makna
tersebut di dalam benak. Perkara yang terdapat di dalam benak disimpulkan
sebagai hasil peng- alaman yang diolah akal secara tepat.
2. Pengertian Simbol
Pengbahasan tentang simbol, dalam linguistik, kini telah dikaji secara khusus
di dalam ilmu semiotika (IlIm Al-'Alamaal) Secara etimologi, semiotics berasal
dari bahasa Yunani 'semeion' yang diambil dari kata 'sema' berarti 'tanda'.
3. Pengertian acuan
Dalam linguistik modern, ada beberapa teori yang dipakai untuk memahami
makna, antara lain:
1. Nadzariyah Isyariyah (Teori Referensial)
Menurut teori ini, cara untuk memahami makna bukan dengan melihat,
mendeskripsikan, atau mendefinisikan acuan/benda. Akan tetapi, makna dipahami
melalui konteks kebahasaan (siyaq lughawi) yang digunakan dan konteks situasi-
kondisi (siyaq hal-mawqif) pada saat ungkapan itu terjadi.
Yaitu, sesuatu yang ditunjukkan oleh lafal pada saat diucapkan; yakni
bahwa penunjukan makna berdasarkan materi huruf-huruf yang terucap. Dalalah
Mantuq diklasifi- kasikan sebagai berikut:
a. Nash
b. Dhahir
c. Muawwal
d. Iqtidha’
e. Isyarat
a. Mafhum muwafaqah
b. Mafhum mukhalafah.
Yaitu, kata yang cakupan maknanya bersifat umum, merata, tidak terbatas.
Bentuk (shigat) kata umum dalam bahasa Arab ada tiga macam, yaitu:23
c. Isim Mubham
Kata Khusus adalah kebalikan kata umum. Definisi kata khusus yaitu lafal
yang cakupannya hanya mengena pada sesuatu yang terbatas. Yang dimaksud
'sesuatu terbatas' ini, boleh berjumlah satu, dua, tiga atau lebih asalkan terbatas.
5. Hakekat (Makna Asli)
a. Hakikat Lughawi
b. Hakikat Syar’i
c. Hakikat Urf
1. Etimologi
بينccا ويcc فرع من علم اللغة يتتبع أصل الكلمة تاريخيا من حين ظهوره: االيتمولوجيا أو علم أصول الكلمات
ل فيcc ب، بcدة فحسcة الواحccة ال في اللغccل الكلمcبين أصccنى ويccظ أو المعcيرات في اللفccا من تغccرأ عليهcما ط
المجموعة اللغوية التي تنتمي إليها أيضا.
3. Polisemi
4. Sinonim
Sinonimi (Al-Taraduf) adalah dua kata atau lebih yang maknanya kurang
lebih sama. Dikatakan "kurang lebih" karena memang, tidak akan ada dua buah
kata berlainan yang maknanya persis sama. Yang sama sebenarnya hanya infor-
masinya saja, sedangkan maknanya tidak persis sama. Misal- nya, kata jenazah,
bangkai, mayat, kata-kata ini disebut ber- sinonim, namun kata-kata ini tidak
persis sama maknanya. Buktinya, kata-kata yang bersinonim tidak bebas diper-
tukarkan secara bebas. Misalnya, "Aku melihat bangkai anjing", tidak bisa ditukar
dengan "Aku melihat jenazah anjing".
5. Antonim
Antonim (Al-Tadhad) adalah dua buah kata atau lebih yang maknanya
'dianggap' berlawanan. Disebut 'dianggap' karena sifat berlawanan dari dua kata
yang berantonim ini sangat relatif. Ada kata-kata yang mutlak berlawanan, seperti
kata mati dengan hidup, kata siang dengan malam. Ada juga yang tidak mutlak,
seperti kata jauh dengan dekat, kata kaya dengan miskin. Seseorang yang tidak
‘kaya’ belum tentu ‘miskin’. Begitu juga sesuatu yang ‘tinggi’ belum tentu
‘rendah’.
7. Disharmoni (Tanafur)
وهو إذا كانت الكلمات من حقل وكل واحدة ال تضاد األخرى وال تشتمل على معناها: التنافر.
8. Konotasi
Konotasi atau nilai rasa kata adalah pandangan baik- buruk atau positif-
negatif yang diberikan oleh sekelompok masyarakat bahasa terhadap sebuah kata.
Nilai rasa kata ini sangat ditentukan oleh pengalaman, kebiasaan dan panda- ngan
hidup yang dianut masyarakat pemakai bahasa itu. Misalnya, kata خنزیرatau babi
yang makna sebenarnya 'sebangsa binatang ternak berkaki empať, di daerah-
daerah yang mayoritas penduduknya beragama Islam memiliki nilai rasa jijik,
kotor, haram. Tetapi di daerah yang penduduknya tidak beragama Islam tentu
tidak bernilai demikian.
E. Jenis Makna
1. Makna Leksikal
Makna leksikal adalah makna yang sebenarnya, makna yang sesuai dengan
hasil observasi indera kita, maka ia bersifat apa adanya, atau makna yang ada di
dalam kamus. Misalnya, leksem 'kuda' memiliki makna leksikal sejenis binatang
berkaki empat yang biasa dikendarai, 'pensil' bermakna leksikal sejenis alat tulis
yang terbuat dari kayu dan arang, dan 'air' bermakna leksikal sejenis barang cair
yang biasa digunakan untuk keperluan sehari-hari.
2. Makna Gramatikal
Makna gramatikal baru ada kalau terjadi proses grama- tikal seperti
afiksasi, reduplikasi, komposisi atau kalimatisasi. Umpamanya, dalam proses
aplikasi prefiks ber- dengan baju melahirkan makna gramatikal 'mengenakan atau
memakai baju', dengan dasar kuda melahirkan makna gramatikal ‘’mengendarai
kuda’.
3. Makna Kontekstual
Makna kontekstual adalah makna sebuah laksem atau kata yang berada
dalam suatu konteks. Misalnya, makna konteks kata kepala pada kalimat berikut:
4. Makna Referensial
5. Makna Denotatif
Makna Denotatif adalah makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya
yang dimiliki oleh sebuah kata. Umpama- nya, kata kurus bermakna denotatif
yang mana artinya 'keadaan tubuh seseorang yang lebih kecil dari ukuran yang
normal'. Kata bunga bermakna denotatif yaitu 'bunga yang seperti kita lihat di
taman bunga'.
6. Makna Konotatif
7. Makna Konseptual
8. Makna Asosiatif
Makna Asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata
bahasa. Misalnya, kata melatı berasosiasi dengan sesuatu yang suci atau kesucian,
kata merah berasosiasi dengan berani dan kata buaya berasosiasi dengan jahat
atau kejahatan. Makna asosiatif ini sebenarnya sama dengan lambang atau
perlambangan yang digunakan oleh suatu masyarakat pengguna bahasa untuk
menyatakan konsep lain, yang mempunyai kemiripan dengan sifat keadaan, atau
ciri yang ada konsep asal kata tersebut.
9. Makna Kata
Setiap kata atau leksem memiliki makna. Pada awalnya, makna yang
dimiliki sebuah kata adalah makna leksikal, makna denotatif atau makna
konseptual. Namun dalam penggunaan makna kata itu baru menjadi jelas jika kata
itu sudah berada dalam konteks kalimatnya atau konteks situasi- nya. Oleh karena
itu dapat dikatakan bahwa makna kata masih bersifat umum, kasar, dan tidak
jelas. Kata tangan dan lengan sebagai kata, maknanya lazim dianggap sama,
seperti pada contoh (a) dan (b) berikut.
Jadi, kata tangan dan kata lengan pada kedua kalimat di atas adalah bersinonim
atau bermakna sama.
Yang disebut istilah adalah yang mempunyai makna yang pasti, jelasm
dan tidak meragukan, meskipun tanpa konteks kalimat. Yang perlu diingat adalah
bahwa sebuah istilah hanya digunakan pada keilmuan atau kegiatan tertentu.
Umpamanya, kata tangan dan kata lengan yang men- jadi contoh di atas. Kedua
kata itu dalam bidang kedokteran mempunyai makna yang berbeda. Tangan
bermakna 'bagian dari pergelangan sampai ke jari tangan', sedangkan lengan
adalah 'bagian dari pergelangan sampai ke pangkal bahu'.
Idiom adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat diramalkan dari
makna unsur-unsunya, baik secara leksikal maupun secara gramatikal.
Umpamanya, secara gramatikal bentuk menjual rumah bermakna 'yang menjual
menerima uang dan yang membeli menerima rumahnya, tetapi dalam bahasa
Indonesia bentuk menjual gigi tidak memiliki makna seperti itu, melainkan
bermakna 'tertawa keras-keras. Jadi, makna seperti yang dimiliki bentuk menjual
gigi itulah yang disebut makna idiomatikal. Contoh lain dari idiom adalah
membanting tulang dengan makna 'bekerja keras', meja hijau dengan makna
'pengadilan'.
KESIMPULAN
Kaligrafi adalah suatu tulisan yang ditulis dengan indah atau suatu
kepandaian menulis elok dan boleh juga dikatakan seni tulisan indah. Di dalam
seni rupa Islam, tulisan arab seringkali dibuat kaligrafi. Biasanya isinya ayat-ayat
Al-Quran dan katta-kata bijak. Bentuknya bermacam-macam, tidak selalu pena
diatas kertas, tetapi seringkali juga ditatahkan di atas logam atau kulit. Kaligrafi
adalah seni yang dihormati di antara berbagai seni rupa Islam, karena merupakan
alat utama untuk melestarikan Al-Qur'an. Salah satu bentuk penerapan kaligrafi
Islam sebagai seni hias adalah di Istana Al Hamra, Spanyol.
DAFTAR PUSTAKA
Hafid Abdul Karim, “Taqdim dan Ta’khir dalam Al-Qur’an (Pendekatan Qawaid al- Lughah
al-‘Arabiyah)”, Al-Jami’ah , Vol.39, No. 1, Juni 200
Al-Jurjani Abdul Qahir, Dala’ilul I’jaz (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1999)
Akbar, Ali. (1995). Kaidah Menulis Dan Karya-Karya Master Kaligrafi Islam. Jakarta: PT.
Pustaka Firdaus.
Aliyah, Darul Ulum Press. (1991). Serial Belajar Kaligrafi 6: Untuk Madrasah. Bag.II, Jakarta
Makin, Nurul. (1995). Kapita Selekta Kaligrafi Islam. Jakarta: Pustaka Panjimas
Khoiri, Ilham. (1999). Al-Qur’an dan Kaligrafi. Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu.