Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

LEKSIKOLOGI DAN URGENSINYA

DALAM BIDANG LINGUISTIK ABAD 21


(Ilmu Lughah al-Am)

Dosen: Ali Fathurrahman, M.Pd.

Oleh

KELOMPOK 7

Muhamad Rizki Alpiansyah (210102120)

Umairo Anwar (210102117)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Ucapan puji-puji dan syukur semata-mata hanyalah milik Allah SWT. Hanya kepada-Nya
lah kami memuji dan hanya kepada-Nya lah kami bersyukur, kami meminta ampunan dan kami
meminta pertolongan.

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi agung kita, yaitu
Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita semua,
yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna
dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.

Dengan hormat serta pertolongan-Nya, puji syukur, pada akhirnya kami dapat
menyelesaikan makalah kami dengan tema “Manajemen Pembelajaran Bahasa Arab”, Kami
pun menyadari dengan sepenuh hati bahwa tetap terdapat kekurangan pada makalah kami ini.

Oleh sebab itu, kami sangat menantikan kritik dan saran yang membangun dari setiap
pembaca untuk materi evaluasi kami mengenai penulisan makalah berikutnya. Kami juga
berharap hal tersebut mampu dijadikan cambuk untuk kami supaya kami lebih mengutamakan
kualitas makalah di masa yang selanjutnya.

Mataram, 6 April 2022

Kelompok 7

2
DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………………………………
KATA PENGANTAR………………………………………………………………….
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………………
1. Latar Belakang…………………………………………………………………..
2. Rumusan Masalah……………………………………………………………….

1. BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………
1. Menjelaskan pengertian leksikologi…………………………………………….
2. Menjabarkan Urgensinya……………………………………………………….
3. Mempraktekan membuka kamus dikelas……………………………………….

2. BAB III PENUTUP………………………………………………………………


1. Kesimpulan……………………………………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam tugas kita sehari-hari, entah sebagai guru bahasa, sebagai penerjemah,
sebagai pengarang, sebagai penyusun kamus, sebagai wartawan, atau sebagai apapun
yang berkenaan dengan bahasa, tentu kita akan menghadapi masalahmasalah linguistik,
atau yang berkaitan dengan linguistik.Tanpa pengetahuan yang memadai mengenai
linguistic mungkin kita akan mendapat kesulitan dlam melaksanakan tugas kita; tetapi
kalau kita memahami masalah-masalah linguistik, kita akan mendapat kemudahan dalam
melaksanakan tugas itu. Mengapa? Karena linguistic akan memberi pemahaman kepada
kita mengenai hakikat dan seluk beluk bahasa sebagai satu-satunya alat komunikasi
terbaik yang hanya dimiliki manusia, serta bagaimana bahasa itu menjalankan
peranannya dalam kehidupan manusia bermasyarakat.

Masalah kita disini yang akan kita bahas dalam makalah ini adalah bagaimana
cabang linguistic yang berupa leksikologi baik itu pengertian, dalam linguistik. Sehingga
kita semua bisa memahami dan mengetahui dimana letak kesalahan ataupun kekeliruan
yang berhubungan dengan pembelajaran leksikologi tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Menjelaskan pengertian leksikologi

2. Menjabarkan Urgensinya

3. Mempraktekan membuka kamus dikelas

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Menjelaskan pengertian leksikologi

Istilah “leksikon” dalam ilmu linguistik berarti perbendaharaan kata-kata, sering


disebut leksem. Cabang linguistik yang berurusan dengan leksikon disebut “leksikologi”.
Istilah “leksikologi” jarang dipakai karena berurusan tentang penyusunan kamus yang
disebut juga dengan “leksikografi”.

Leksikografi tidak lain adalah bentuk “terapan” dari leksikologi (Verhaar, 2008 : 13).
Leksikologi dan leksikografi merupakan dua istilah yang hampir sama sehingga orang
sering tidak dapat membedakannya dengan jelas. Menurut etimologi atau asal usulnya,
kedua istilah itu berasal dari kata Yunani lexikon yang berarti “ucapan, berbicara atau
kata”. Keduanya mempunyai pokok bahasan yang sama, yaitu “kata” atau lebih tepat
“leksikon”.

Leksikologi ialah nama yang diberikan kepada bidang studi di dalam ilmu bahasa
teoritis, sedangkan leksikografi merupakan ilmu bahasa terapan. Jadi, leksikologi ialah
bidang ilmu bahasa yang mempelajari atau menyelidiki kosakata yang menjadi landasan
tertulis bagi leksikografi yaitu ilmu tentang menyusun kamus (Doroszewaki dalam
Verhar, 2008: 13 ). Dengan kata lain leksikologi adalah cabang linguistik yang
membicarakan atau menyelidiki makna kata.

Setiap bahasa mempunyai perbendaharaan kata yang cukup besar, meliputi puluhan
ribu kata. Setiap kata mempunyai arti atau makna sendiri, dan urusanan leksikografi tidak
lain adalah pemberian arti masing-masing leksem. Leksikologi jelas berhubungan dengan
fonologi. Ingatlah sekali lagi pasangan (Indonesia) lupa : rupa. Satu-satunya perbedaan
diantaranya ialah perbedaan antara /l/ dan /r/, jadi jelas tugas kedua fonem itu adalah
membedakan leksem-leksemnya.

Lepas dari hubungan leksikon dengan struktur fonologis, ada beberapa segi yang
menarik perhatian, tetapi disini akan disebutkan satu saja. Bandingkan leksem-leksem
5
Inggris meat dan flesh. Perbedaan kedua leksem tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut: apa yang dirujuk pada kata meat dapat dimakan, apa yang dirujuk pada kata flesh
tidak. Akan tetapi, dalam bahasa Indonesia kedua-duanya termasuk leksem daging, atau
dalam leksem Belanda vlees. Jadi, yang dibedakan dalam bahasa Inggris adalah
“mungkin tidaknya dimakan”, sedangkan dalam bahasa Indonesia dan Belanda tidak ada
perbedaan. Contoh sederhana ini menunjukkan adanya sistem leksikal yang lebih
berbelit-belit dalam bahasa tertentu bila dibandingkan dengan bahasa tertentu lainnya. 1

Setiap bahasa mempunyai perbendaharaan kata yang cukup besar, meliputi puluhan
ribu kata. Setiap kata mempunyai arti atau Istilah “leksikon” dalam ilmu linguistik berarti
perbendaharaan kata-kata, sering disebut leksem. Cabang linguistik yang berurusan
dengan leksikon disebut “leksikologi”. Istilah “leksikologi” jarang dipakai karena
berurusan tentang penyusunan kamus yang disebut juga dengan “leksikografi”.

Leksikologi Bahasa Arab. Buku pertama tentang ilm al-ma’ajim (leksikologi)


berbahasa Indonesia, sebuah buku yang memuat tentang ilmu perkamusan, sejarah
kodifikasi kosakata, perkembangan leksikologi bahasa Arab dari masa ke masa,
sistematika penyusunan kamus bahasa Arab (leksikografi) hingga sejarah singkat tentang
tokoh-tokoh ilmu perkamusan (leksikolog) mulai dari Khalil bin Ahmad Al-Farahidi,
Abu Amr al-Syaibani, Abu Mansyur al-Azhari, Ibnu Duraid, Ibnu Jinni, Lewis bin
Nuqala dan banyak lagi, termasuk karya-karya mereka yang fenomena2l.

Leksikologi berkaitan dengan kata-kata yang akan dijadikan entri dalam kamus.
Menurut Al-Kasimi (1977) leksikologi lebih mengacu pada kajian kata dan maknanya,
berkonsentrasi pada sistem bahasa leksikal seperti sintaksis, idiom, sinonim, polisemi dan
komponen leksem. Sehingga bisa dikatakan bahwa leksikolgi merupakan cabang
linguistic yang mengkaji kosakata bahasa, struktur,dan karakteristik kata, serta makna
kata.

1
Chaer, Abdul. 2007. Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

2
repository.uin-malang.ac.id/241/
6
Terdapat dua metode untuk mendeskripsikal butir leksikal, yaitu pendeskripsian
leksikal dalam kamus dan pendeskripsian leksikal dalam thesaurus (Halliday, dalam
Setiawan 2015). Dalam thesaurus yang dimasukkan adalah kata-kata yang memiliki
persamaan makna dengan metode pendeskripsian pola hiponimi dan metonimi.

Leksikologi seperti yang sudah disebutkan di atas ilmu yang mempelajari kata, sifat,
makna, unsur, hubungan semantis, kelompok kata dan keseluruhan leksikon. Pada
intinya, leksikologi mengacu pada lema dan maknanya. Menurut Hartmann (dalam
Setiawan, 2015), menyebutkan bahwa leksikologi adalah ilmu mengenai elemen-elemen
kosakata suatu bahasa, termasuk makna dan hubungannya dengan kata lain, serta
perubahan bentuk kata dan makna berdasarkan waktunya. Oleh karena itu, bisa dibilang
objek kajian leksikologi adalah kosakata.

Menurut (Utami, Hardini, dan Mutiarsih, 2019) menyebutkan bahwa ada dua istilah
terkait dengan kata, yaitu fungsional dan konten. Kata fungsional adalah kata yang
memiliki fungsi-fungsi gramatikal, misalnya, jadi, kemudian, lalu, dan juga itulah
sebabnya dan maka dari itu . Kata-kata yang sudah disebutkan di atas digunakan untuk
mendukung fungsi gramatikal dan tidak mempunyai makna leksikal. Sedangkan kata-kata
yang memiliki makna leksikal adalah, rumah, meja. buku, dll3.

B. Menjabarkan Urgensinya

Leksikologi muncul sebagai bagian terpisah dari linguistik lebih lambat dari
beberapa yang lain, seperti tata bahasa. Bahkan di abad ke-20 beberapa arah awal
strukturalisme menolak kebutuhan untuk memilih leksikologi, baik dengan alasan bahwa
kosa kata seharusnya terstruktur dengan lemah, atau karena linguistik tidak boleh
berurusan dengan semantik sama sekali, yang merupakan inti dari leksikologi (mazhab L.
Bloomfield) .

3
dictio.id/t/apa-itu-leksikologi/162804
7
Sejumlah masalah leksikologi telah dibahas jauh sebelum pembentukannya sebagai
cabang khusus linguistik. Pada zaman kuno dan Abad Pertengahan, pertanyaan tentang
semantik dan struktur kata dipertimbangkan. Retorika kuno memperhatikan fungsi
artistik dari kata tersebut. Perkembangan leksikografi di Eropa pada abad 16-18.
mendorong perkembangan leksikologi. Dalam kata pengantar kamus penjelasan
(misalnya, kamus Akademi Prancis, 1694, kamus bahasa Inggris S. Johnson, 1755),
sejumlah kategori leksikologis dicatat (sinonim, kombinasi kata, kata utama dan turunan,
dll. ). Istilah "leksikologi" pertama kali diperkenalkan oleh ensiklopedia Prancis D.
Diderot dan J. L. D'Alembert pada tahun 1765, di mana leksikologi didefinisikan sebagai
salah satu dari dua (bersama dengan sintaksis) bagian dari doktrin bahasa. Para penulis
melihat tugas leksikologi dalam studi kata-kata di luar penggunaan khusus mereka dalam
pidato, dalam studi tentang prinsip-prinsip umum organisasi kosa kata bahasa. Mereka
memilih dalam leksikologi studi tentang bentuk eksternal, makna dan etimologi kata
(yang juga berarti pembentukan kata). Dalam risalah tentang gaya abad ke-18. cara
membentuk makna kiasan kata-kata dijelaskan secara lebih rinci. Karya pertama tentang
linguistik historis komparatif (R. K. Rask, F. Bopp) meletakkan dasar bagi leksikologi
komparatif. Pada abad ke-19 bidang utama penelitian leksikologis di Eropa adalah
semantik: bentuk internal kata dipelajari (W. von Humboldt), pola umum pembentukan
dan evolusi makna kata (A. Darmsteter, G. Paul) , leksikologi sejarah menerima
perkembangan besar. Pencapaian semasiologi digeneralisasikan dan dikembangkan
dalam karya M. Breal (1897), di mana semasiologi muncul sebagai cabang khusus ilmu
bahasa. Berlanjut ke abad ke-20 pengembangan semasiologi ditujukan, di satu sisi, untuk
mengidentifikasi hukum semantik umum dari evolusi makna kata menggunakan data dari
logika atau psikologi (E. Cassirer, H. Kronasser, S. Ullman, G. Stern dan lain-lain), yang
kemudian mengarah pada pengembangan universal semantik , di sisi lain - untuk
mempelajari sejarah kata-kata sehubungan dengan sejarah objek (sekolah "Kata dan
Benda", karakteristik, khususnya, dialektologi). Arah onomasiologis dalam leksikologi,
yang berkontribusi pada studi kelompok kata, dijelaskan dalam buku oleh B. Cuadri
(1952).

8
Gagasan tentang sifat sistematis fenomena linguistik, yang semakin merambah ke
dalam leksikologi, tercermin terutama dalam teori bidang leksikal yang dibangun di atas
prinsip paradigmatik (J. Trier) dan sintagmatik (W. Porcig). Penyempurnaan teori medan
adalah representasi tesaurus dari organisasi kosakata (Sch. Balli, R. Hallig, W. von
Wartburg). Masalah teori umum kata sebagai satuan bahasa dikembangkan, diskusi
dilanjutkan mengenai keterpisahan kata dan kriterianya (Bally, A. Martinet, JH
Greenberg dan lain-lain), semantiknya (CK Ogden, A. Richards , K. Baldinger). Studi
tentang korelasi kosa kata dengan dunia ekstralinguistik, sejarah kata-kata dalam sejarah
masyarakat (P. Lafargue; sekolah sosiologi Perancis: A. Meillet, E. Benveniste, J.
Matore, M. Cohen), kosa kata dan struktur kesadaran pembicara (E. Sapir , B. Whorf, L.
Weisgerber). Ahli bahasa dari sekolah Praha mengungkapkan diferensiasi fungsional
kosakata.4

C. Mempraktekan membuka kamus dikelas

Dilihat dari aspek fungsional kamus sebagai buku yang bertujuan menjelaskan
makna kosakata, tugas sebuah kamus harus mencakup beberapa hal mendasar, yaitu:

1.Menjelaskan Makna Kata (Syarh Al-Makna) Dalam menjelaskan makna, sebuah


kamus harus memperhatikan beberapa hal, yaitu:

a. Makna Morfologis (sharaf). Misalnya, kata ‫ غفر‬dan ‫ استغفر‬secara morfologis,


keduanya berbeda wazan antara ‫ فعل‬dan ‫ استفعل‬sehingga perbedaan wazan (bentuk kata)
ini mengakibatkan perubahan makna. Penambahan huruf Alif, Sin dan Ta' pada me
nunjukkan makna thalab (permohonan). Bila kata gha-fa-ra () berarti "mengampuni",
maka kata is tagh-fa-ra (1) berarti "memohon ampunan”". Perbedaan wazan, penambahan
huruf dan perbeda an makna morfologis semacam inii harus diperhati kan dalam
penyusunan kamus agar tercapai penje lasan makna kata secara benar.

4
goaravetisyan.ru/id/istoriya-slov-izuchaetsya-v-leksikologii-stilistike-etimologii-iz-istorii/
9
b. Makna Sintaksis (nahwu), yaitu makna gramatikal yang terkait dengan
kedudukan kata dalam kalimat. Misalnya, kedudukan fail (subyek), maf'ul (obyek), fiil
muta'addi (kata kerja transitif), fiil lazim (kata kerja intransitif) dan sebagainya. Semua
kedudukan sin taksis ini dapat mempengaruhi makna kata. Untuk itu, dalam menjelaskan
makna, sebuah kamus harus memperhatikan fungsi-fungsi sintaksis.

c. Koneksitas Makna (rabth al-makna), yaitu hubungan antara makna umum dan
makna khusus yang mungkin terdapat dalam sebuah kata. Misalnya, kata ba-ja-sa (‫)بجث‬
berarti "terbukanya sesuatu hingga keluar air", sehingga kata ini sering diarti kan
"memancar keluar, membelah, menyembuh, memaki". Makna-makna ini masih bersifat
umum ('aam) yang tergantung pada konteks penggunaan kata. Inilah yang oleh Ibnu Faris
(941-1004 M) disebut dengan Isytiqaq Kabir (High Derivation). Sedangkan makna
khusus dari kata (‫ )بجث‬hanya untuk menyebut sesuatu yang pecah hingga n ngeluarkan
air, seperti dalam firman Allah SWT dalam surat Al-A'raf ayat 160: "Dan mereka Kami
bagi menjadi dua belas suku yang masing-masingnya ber jumlah besar dan Kami
wahyukan kepada Musa ketika kaumnya meminta air kepadanya: "Pukullah batu itu
dengan tongkatmu!". Maka memancarlah dari padanya duabelas mata air. Sesungguhnya
tiap-tiap suku menge tahui tempat minum masing-masing. Dan Kami naungkan awan di
atas mereka dan Kami turunkan kepada mereka manna dan salwa.: "Makanlah yang baik-
baik dari apa yang telah Kami rezkikan kepadamu". Mereka tidak menganiaya Kami, tapi
merekalah yang selalu menganiaya dirinya sendiri."

d. Makna Ganda, yaitu kosakata yang memiliki makna lebih dari satu, baik
bersifat polisemi maupun homonim. Polisemi adalah suatu kata banyak makna,5 seperti:
kata ain (‫ )عين‬bisa berarti yang memiliki mata, mata air, sumber, mata-mata/spionis.
Sedang Homonim adalah beberapa kata yang memiliki ke ucapan dan ejaan yang sama
tapi beda arti," seperti: kata (‫ )جد‬bisa diucapkan jaddun (nenek moyang),jiddun
(kesungguhan) dan juddun (sisi, samping, tepi).

5
Taufiqurrochman, Kamus As-Sayuti Istilah Ilmiah Populer Inden 'Arabi, 2002) juz 1 hlm. 194 Arab. (Malang:
Underground Press, 2003) hlm. 212
10
e. Perioritas Makna, yaitu mendahulukan makna kata atas dasar beberapa aspek,
seperti: sejarah, keumum an, makna hakiki dan majazi, makna fisik (hissi), makna abstrak
(tajridi).

f. Tehnik Menjelaskan Makna, yaitu memiliki cara yang tepat dalam menjelaskan
makna, seperti: membuat definisi kata secara cermat, menyebutkan konteks penggunaan
kata, menyebut antonim dan sinonim, memberi contoh, menambah gambar dan informasi
lain yang berfungsi untuk menjelaskan makna kata.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Bahasa Arab, pada awalnya bermula dari bahasa lisan (lughah an-Nutqh) yang
digunakan para pemakai bahasa untuk berkomunikasi dengan sesamanya, sebelum pada
tahap selanjutnya, bahasa itu dikodifikasi atau dibukukan dalam bentuk bahasa tulis
(lughah kitabah). Selain alat komunikasi, bahasa juga berfungsi sebagai alat berfikir atau
media nalar bagi pemakai bahasa itu sendiri. Perkembangan suatu bahasa mengikuti
perkembangan pemikiran para pengguna bahasa. Sebelum era Dinasti Abbasiyah, bangsa
Arab, terutama umat islam, belum banyak yang mengenal pentingnya kodifikasi bahasa
atau penyusunan kamus-kamus bahasa Arab.

12
Daftar Pustaka

1. Chaer, Abdul. 2007. Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

2. http://repository.uin-malang.ac.id/241/

3. https://www.dictio.id/t/apa-itu-leksikologi/162804

4. https://goaravetisyan.ru/id/istoriya-slov-izuchaetsya-v-leksikologii-stilistike-etimologii-iz-istorii/

5. Taufiqurrochman, Kamus As-Sayuti Istilah Ilmiah Populer Inden 'Arabi, 2002) juz 1 hlm. 194 Arab. (Malang:
Underground Press, 2003) hlm. 212

13

Anda mungkin juga menyukai