Anda di halaman 1dari 16

KATA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


“Bahasa Indonesia”

Kelompok 6
Ahmad Rahud Akbar
Riska Putri

Dosen Pembimbing
Namiroh Lubis, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
MANDAILING NATAL
T.A 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Alah SWT pencipta segala alam semesta beserta
isinya. Karena atas segala limpahan Rahmat, Taufik, dan Hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Sholawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW
sebagai panutan dan ikutan terbaik bagi umat yang membawa cahaya islam.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa
Indonesia yang berjudul “Kata”

Dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, saya


berharap para pembaca agar dapat memakluminya. Karena kesempurnaan itu
hanya milik Allah SWT, dan kekurangan adalah milik kita. Oleh karena itu
diharapkan bagi para pembaca dimohon untuk memberikan kritik dan sarannya
kepada saya demi kesempurnaan karya ilmiah ini.

Panyabungan, November 2021

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................i


DAFTAR ISI .......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
A. Latar Belakang ..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan .......................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................2


A. Kamus........................................................................................................2
B. Tesaurus.....................................................................................................4
C. Syarat Ketetapan Pemisah Kata.................................................................5
D. Gaya Bahasa dan Indiom...........................................................................10

BAB III PENUTUP ............................................................................................12


A. Kesimpulan ................................................................................................12
B. Saran ..........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bila kita menyadari bahwa kata merupakan alat penyalur gagasan, maka
hal itu berarti semakin banyak kata yang dikuasai seseorang, semakin banyak
pula ide atau gagasan yang dikuasainya dan yang sanggup diungkapkannya.
Mereka yang menguasai banyak gagasan, atau dengan kata lain, mereka yang
luas kosa katanya, dapat dengan mudah dan lancar mengadakan komunikasi
dengan orang-orang lain. Betapa sering kita tidak memahami orang-orang
lain, hanya karena kita tidak cukup memiliki kata atau gagasannya, atau
karena orang yang diajak bicara tidak cukup memiliki gagasan atau kosa kata,
sehingga tidak sanggup mengungkapkan maksudnya secara jelas kepada kita.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Kamus?
2. Apa yang dimaksud dengan Tesaurus?
3. Apa saja Ketetapan Pemisah Kata?
4. Apa saja Gaya Bahasa dan Indiom?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Kamus!
2. Untuk mengetahui apa yang dengan Tesaurus!
3. Untuk mengetahui apa saja Ketetapan Pemisah Kata!
4. Untuk mengetahui apa saja Gaya Bahasa dan Indiom!

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kamus
Kamus adalah buku yang memuat istilah atau kosa kata. Di dalamnya
dijelaskan makna, penggunaan atau terjemahan dari kata yang dimaksud.
Kamus merupakan sejenis buku rujukan yang menerangkan makna kata-kata.
Kamus berfungsi untuk membantu seseorang mengenal perkataan baru. Selain
menerangkan maksud kata, kamus juga mungkin mempunyai pedoman
sebutan, asal usul (etimologi) sesuatu perkataan dan juga contoh penggunaan
bagi sesuatu perkataan.
Kata kamus diserap dari bahasa Arab qamus (‫اموس‬44‫)ق‬, dengan bentuk
jamaknya qawamis. Kata Arab itu sendiri berasal dari kata Yunani Ωκεανός
(okeanos) yang berarti 'samudra'. Sejarah kata itu jelas memperlihatkan makna
dasar yang terkandung dalam kata kamus, yaitu wadah pengetahuan,
khususnya pengetahuan bahasa, yang tidak terhingga dalam dan luasnya.
Dewasa ini kamus merupakan khazanah yang memuat perbendaharaan kata
suatu bahasa, yang secara ideal tidak terbatas jumlahnya.1
Kamus bisa ditulis dalam satu atau lebih dari satu bahasa. Dengan itu
kamus bisa dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:
1. Berdasarkan penggunaan bahasa
a. Kamus Ekabahasa
Kamus ini hanya menggunakan satu bahasa. Kata-kata(entri) yang
dijelaskan dan penjelasannya adalah terdiri daripada bahasa yang
sama. Kamus ini mempunyai perbedaan yang jelas dengan kamus
dwibahasa karena penyusunan dibuat berdasarkan pembuktian
data korpus. Ini bermaksud definisi makna ke atas kata-kata adalah
berdasarkan makna yang diberikan dalam contoh kalimat yang
mengandung kata-kata berhubungan. Contoh bagi kamus ekabahasa
ialah Kamus Besar Bahasa Indonesia (di Indonesia) dan Kamus
Dewan (di Malaysia).

1 Depdiknas. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

2
b. Kamus Dwibahasa
Kamus ini menggunakan dua bahasa, yakni kata masukan
daripada bahasa yang dikamuskan diberi padanan atau pemerian
takrifnya dengan menggunakan bahasa yang lain. Contohnya: Kamus
Inggris-Indonesia, Kamus Dwibahasa Oxford Fajar (Inggris-
Melayu;Melayu-Inggris).
c. Kamus Aneka Bahasa
Kamus ini sekurang-kurangnya menggunakan tiga bahasa atau
lebih. Misalnya, kata Bahasa Melayu Bahasa Inggris dan Bahasa
Mandarin secara serentak. Contoh bagi kamus aneka bahasa
ialah Kamus Melayu-Cina-Inggris Pelangi susunan Yuen Boon Chan
pada tahun 2004.
2. Berdasarkan isi
Kamus dapat muncul dalam berbagai isi. Hal ini disebabkan kamus
diterbitkan dengan tujuan untuk memenuhi keperluan golongan tertentu.
Contohnya, golongan pelajar sekolah memerlukan kamus berukuran kecil
untuk memudahkan mereka membawa kamus ke sekolah. Secara
umumnya kamus dapat dibagi kepada 3 jenis ukuran:
a. Kamus Mini
Kamus ini sekarang sukar untuk dijumpai. Ini juga dikenal
sebagai kamus saku karena kamus ini dapat disimpan dalam saku.
Kamus ini memiliki ketebalan kurang dari 2 cm.
b. Kamus Kecil
Kamus berukuran kecil yang biasa dijumpai. Ini merupakan
kamus yang mudah untuk dibawa.Kamus Dwibahasa Oxford Fajar
(Inggris-Melayu;Melayu-Inggris).
c. Kamus Besar
Kamus ini memuat segala leksikal yang terdapat dalam satu
bahsaa. Setiap perkataannya dijelaskan secara lengkap. Biasanya
ukurannya besar dan tidak sesuai untuk dibawa-bawa.
Contohnya Kamus Besar Bahasa Indonesia.

3
B. Tesaurus
Tesaurus merupakan sebuah buku sinonim (dua kata atau lebih yang
memiliki arti yang sama). Tesaurus sering termasuk karya terkait yang
memiliki hal yang hampir sama. Beberapa tesaurus juga termasuk
daftar hiponim (sub-bagian, misalnya "mawar" adalah hiponim dari bunga)
yang sering digunakan, serta antonim (dua kata yang memiliki arti
berlawanan). Sebagai contoh, dengan mencari kata "besar" di sebuah tesaurus,
seseorang akan menemukan kata lain yang mirip seperti "raya", "agung", dll.
Jika sebuah tesaurus juga memiliki daftar antonim, orang bisa juga mencari
kata yang artinya berlawanan, seperti "kecil".
Secara umum, tesaurus atau thesaurus adalah referensi daftar kosakata
yang dikelompokkan berdasarkan kesamaan makna (berisi sinonim atau
antonim), berbeda dengan kamus, yang memberikan definisi kata-kata, dan
umumnya mencantumkannya dalam urutan abjad. Tujuan utama dari referensi
adalah agar pengguna dapat menemukan kosakata yang paling tepat untuk
mengungkapkan ide.
Tesaurus adalah buku yang memuat daftar kata atau ungkapan yang
bertalian makna Kata tesaurus diambil dari thēsauros dalam bahasa Yunani
yang berarti ‘gudang’. Baik kamus maupun tesaurus diibaratkan seperti laut
atau gudang tempat menyimpan atau menampung khazanah kosakata dalam
suatu bahasa. Keduanya menjadi potret ‘kekayaan’ daya ungkap dalam suatu
bahasa. Sebagai penyedia sinonim dan antonim sebuah kata, tesaurus bisa
membantu kita untuk menghindari memakai kata yang itu-itu saja. Pastinya
sisi kreatif kita akan terasah dan tulisan kita bisa berkembang menjadi lebih
berbobot dengan menggunakan kata-kata baru.
Menurut fungsinya, tesaurus adalah sebuah alat pengawasan (alat
pengecekan atau alat pemilihan) kata-kata yang dipakai untuk menerjemahkan
bahasa manusia yang dipakai oleh pengindeks atau pemakai dalam dokumen,
ke dalam bahasa sistem yang lebih terbatas. Ada dua pengertian prinsip agar
kontrol kosa kata diterapkan dalam tesaurus yaitu:
1. Istilah yang secara sengaja dibatasi cakupannya untuk pengertian yang
terseleksi. Tidak seperti istilah dalam kamus, yang mungkin dapat

4
ditambahkan dengan sejumlah definisi yang berbeda untuk menunjukkan
penggunaan yang umum, masing-masing istilah dalam suatu tesaurus
umumnya terbatas untuk pengertian tunggal yang memberikan kebutuhan
sistem indeksasi paling efektif. Struktur suatu tesaurus, khususnya tampilan
hubungan hierarkinya, sering menunjukkan pengertian suatu istilah yang
dimaksud. Apabila teknik ini tidak tegas, suatu definisi atau catatan
cakupan pengertian yang dipilih, mungkin juga menunjukkan pengertian
lain yang dikenali dalam bahasa natural, namun secara sengaja dikeluarkan
untuk tujuan indeksasi.
2. Apabila konsep yang sama diberikan oleh dua atau lebih sinonim, salah
satu dari istilah ini sering diseleksi sebagai istilah yang digunakan yang
kemudian digunakan secara konsisten dalam indeksasi. Referensi untuk
istilah yang digunakan harus dibuat untuk setiap sinonim yang juga
berfungsi sebagai jalan akses pengguna.

C. Syarat Ketetapan Pemilihan Kata


Istilah “kata” adalah dari bahasa sanskerta “katha” yang mempunyai arti
konversasi, bahasa, cerita, atau dongeng. Kata yaitu unit bahasa yang
berisikan arti dan terdiri dari satu atau lebih morfem. Kata bisa diartikan
sebagai elemen terkecil dalam bahasa yang bisa diucapkan atau dituliskan dan
merupakan suatu realisasi dari kesatuan perasaan atau pikiran yang dipakai
dalam berbahasa. Kumpulan atau penggabungan kata akan menjadi frasa,
klausa dan kalimat. Kata mempunyai fungsi menjadi penyusun kalimat.
Masing-masing kata mempunyai arti yang berbeda, arti kata dapat berubah
sesuai dengan pemakaiannya pada kalimat.2
Ketepatan adalah kemampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan
yang sama pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan
atau dirasakan oleh penulis atau pembicara, maka setiap penulis atau
pembicara harus berusaha secermat mungkin memilih kata-katanya untuk
mencapai maksud tersebut. Ketepatan tidak akan menimbulkan salah paham.
Selain pilihan kata yang tepat, efektivitas komunikasi menuntut persyaratan

2 Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta

5
yang harus dipenuhi oleh pengguna bahasa, yaitu kemampuan memilih kata
yang sesuai dengan tuntutan komunikasi. Adapun syarat-syarat ketepatan
pilihan kata adalah:
1. Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi
Denotasi ialah kata yang bermakna lugas atau tidak bermakna ganda.
Sedangkan konotasi ialah kata yang dapat menimbulkan bermacam-
macam makna. Contoh :
a. Bunga eldeweis hanya tumbuh ditempat yang tinggi. (Denotasi).
Sinta adalah bunga desa di kampungnya. (Konotasi)
b. Sejak dua tahun yang lalu ia membanting tulang untuk memperoleh
kepercayaan masyarakat.
Kata membanting tulang (yang mengambil suatu denotatif kata
perkerjaan membanting sebuah tulang) mengandung makna “bekerja
keras” yang merupakan sebuah kata kiasan. Kata membanting tulang
dapat kita masukkan ke dalam golongan kata yang bermakna konotatif.
2. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai
makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah
mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan. Sinonim ini dipergunakan
untuk mengalih-alihkan pemakaian kata pada tempat tertentu sehingga
kalimat itu tidak membosankan. Dalam pemakaiannya bentuk-bentuk kata
yang bersinonim akan menghidupkan Bahasa seseorang dan
mengonkretkan bahasa seseorang segingga kejelasan komunikasi (lewat
bahasa itu) akan terwujud.
Dalam hal ini pemakai bahasa dapat memilih bentuk kata mana yang
paling tepat untuk dipergunakan sesuai dengan kebutuhan dan situai yang
dihadapinya. Kita ambil contoh kata cerdas dan kata cerdik. Kedua kata itu
bersinonim, tetapi kedua kata tersebut tidak persis sama benar.
Kesinoniman kata masih berhubungan dengan masalah makna denotatif
dan makna konotatif suatu kata. Contoh:
a. Siapa pengubah peraturan yang memberatkan pengusaha?

6
Pembebasan bisa masuk untuk jenis barang tertentu
adalah perubah peraturan yang selama ini memberatkan pengusaha.3
3. Membedakan kata-kata yang mirip ejaannya
Bila penulis sendiri tidak mampu membedakan kata-kata yang mirip
ejaannya itu, makna akan membawa akibat yang tidak diinginkan, yaitu
salah paham. Contoh:
a. bahwa-bawah-bawa
b. interferensi-inferensi
c. Intensif– insensif
d. Karton– kartun
e. Korporasi–koperasi
4. Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat
sendiri (jika pemahaman belum dapat dipastikan) serta hindari kata-kata
ciptaan sendiri
Bahasa selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan
dalam masyarakat. Perkembangan bahasa pertama-tama tampak dari
pertambahan jumlah kata baru. Namun hal itu tidak berarti bahwa setiap
orang boleh menciptakan kata baru seenaknya. Kata baru biasanya muncul
untuk pertama kali karena dipakai oleh orang-orang terkenal atau
pengarang terkenal. Bila anggota masyarakat lainnya menerima kata itu,
maka kata itu lama-kelamaan akan menjadi milik masyarakat. Contoh:
a. Modern-canggih (secara subjektif)
Modern : terbaru atau muktahir (menurut kamus)
Canggih : banyak cakap, suka menggangu, banyak mengetahui,
bergaya intelektual (menurut kamus)
5. Waspada terhadap penggunaan istilah asing dan akhirannya
Waspadalah terhadap penggunaan akhiran asing, terutama kata-kata
asing yang mengandung akhiran asing tersebut. Perhatikan penggunaan:
favorable-favorit, idiom-idiomatik, progress-progresif, kultur-kultural, dan
sebagainya. Kata-kata atau istilah-istilah asing boleh dipakai (mungkin
kita pilih) dengan pertimbangan sebagai berikut:

3 Kemendikbud. 2004. Ejaan yang Disempurnakan. Jakarta: Bumi Aksara.

7
a. Lebih cocok karena notasinya, misalnya:
1) Kritik - kecaman
2) Profesional - bayaran
3) Asimilasi - persenyawaan
4) Aposisi - gelaran
5) Dianalisis - diolah
b. Lebih singkat jika dibandingkan dengan terjemahannya, misalnya:
1) Eksekusi - pelaksanaan hukuman mati
2) Imunisasi - pengebalan terhadap penyakit
3) Inovasi - perubahan secara baru
4) Kontrasepsi - alat pencegah kehamilan
5) Mutasi - perpindahan tugas kepagawaian
c. Bersifat internasional, misalnya:
1) Matematika - ilmu pasti
2) Oksigen - zat asam
3) Hidrogen - zat air
4) Valensi - martabat
5) Fisiologi - ilmu faal
6) Predikat -sebutan
6. Membedakan pemakaian kata penghubung yang berpasangan secara tepat
atau kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara
idiomatis. Contoh:

Pasangan yang salah Pasangan yang benar

antara...dengan... antara...dan...

tidak...melainkan... tidak...tetapi...

baik.... ataupun... baik...maupun...

bukan...tetapi... bukan...melainkan...

Ingat terhadap... Ingat akan...

Mengharap akan... Mengharap...

Membahayakan bagi Berbahaya bagi...

8
sesuatu...

7. Membedakan kata umum dan kata khusus secara cermat


Kata umum adalah sebuah kata yang mengacu kepada suatu hal atau
kelompok yang luas bidang lingkupnya. Sedangkan kata khusus adalah
kata yang mengacu kepada pengarahan-pengarahan yang khusus dan
kongkret. Kata-kata umum (Generik) ialah kata-kata yang luas ruang
lingkupnya, sedangkan kata-kata khusus ialah kata-kata yang sempit ruang
lingkupnya. Makin umum, makin kabur gambarannya dalam angan-angan.
Sebaliknya, makin khusus, mikin jelas dan tepat. Karena itu, untuk
mengefektifkan penuturan lebih tepat dipakai kata-kata khusus dari pada
kata-kata umum. Contoh :
a. Kata umum : melihat
b. Kata khusus : melotot, membelak, melirik, mengintai,
mengamati, mengawasi, menonton (wayang),
memandang (gunung sawah, laut, dan lain-lain),
menatap (gambar).
8. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah
dikenal.
Suatu jenis pengkhususan dalam memilih kata-kata yang tepat adalah
penggunaan istilah-istilah yang menyatakan pengalaman-pengalaman yang
diserap oleh panca indra, yaitu serapan indria penglihatan, pendengaran,
peraba, perasa, dan penciuman. Tetapi sering kali terjadi hubungan antara
indria dengan indria yang lain dirasakan begitu rapatnya, sehingga kata
yang sebenarnya dikenakan kepada suatu indria dikenakan pula pada
indria lainnya. Gejala semacam ini disebut sinestesia.
9. Pemakaian Kata Indria
Suatu jenis pengkhususan dalam memilih kata-kata yang tepat adalah
penggunaan istilah-istilah yang menyatakan pengalaman-pengalaman yang
diserap oleh panca indra, yaitu serapan indria penglihatan, pendengaran,
peraba, perasa, dan penciuman. Tetapi sering kali terjadi hubungan antara
indria dengan indria yang lain dirasakan begitu rapatnya, sehingga kata

9
yang sebenarnya dikenakan kepada suatu indria dikenakan pula pada
indria lainnya. Gejala semacam ini disebut sinestesia. Contoh:
a. Wajahnya manis sekali.
b. Suaranya manis kedengarannya.
10. Menggunakan kata abstrak dan kata konkret secara cermat
Kata abstrak mempunyai referensi berupa konsep atau gagasan,
sedangkan kata konkret mempunyai referensi objek yang diamati seperti
dilihat, didengar, disarakan, diraba, atau dibau. Kata-kata konkret lebih
mudah dipahami dari pada kata-kata abstrak. Karena itu, dalam karangan
sebaiknya dipakai kata konkret sebanyak-banyaknya agar isi karangan itu
menjadi lebih jelas.

D. Gaya Bahasa Dan Indiom


Gaya bahasa atau langgam bahasa dan sering juga disebut majas , majas
adalah cara penutur mengungkapkan maksudnya. Contohnya : Eufimisme,
litotes, metafora, personifikasi. Sebelum menampilkan gaya tertentu, ada
enam factor yang mempengaruhi tampilan bahasa seorang komunikator dalam
berkomunikasi dengan komunikannya, yaitu:
1. Cara dan media komunikasi : lisan atau tulis, langsung atau tidak
langsung, media cetak atau media elektronik.
2. Bidang ilmu : filsafat, sastra, hokum, teknik, kedokteran, dll.
3. Situasi : resmi, tidak resmi, setengah resmi.
4. Ruang atau konteks : seminar, kuliah, ceramah, pidato
5. Khalayak : dibedakan berdasarkan umur, jenis kelamin, dan tingkat
pendidikan.
6. Tujuan : membangkitkan emosi, diplomasi, humor,dll.
Idiom adalah serangkaian kata yang artinya tidak bisa diartikan secara
harafiah, namun mewakilkan ekspresi tertentu yang tersirat di dalamnya. Bagi
kalian yang suka membaca novel atau bacaan dalam bahasa Inggris, mungkin
istilah tersebut sudah terdengar familiar. Idiom sebenarnya tidak hanya

10
dikenal dalam bahasa Inggris, nyaris semua bahasa—termasuk bahasa
Indonesia—mempunyainya.4
Dalam bahasa Inggris, terdapat banyak jenis idiom yang sering digunakan
di berbagai kondisi. Contoh yang bisa menjelaskan bagaimana idiom
digunakan adalah seperti “last straw”, yang apabila diartikan secara harafiah
adalah “sedotan terakhir”, beda jauh dengan arti sebenarnya yang
mengindikasikan “serangkaian hal tidak menyenangkan yang kerap terjadi,
hingga pada titik terakhir membuat seseorang akhirnya kehilangan
kesabarannya”. Idiom memang biasanya tidak bisa dijelaskan dengan singkat,
serta seringkali digunakan dalam sebuah kondisi unik yang spesifik.
Idiom adalah ungkapan bahasa yang artinya tidak secara langsung dapat
dijabarkan dari unsure-unsurnya (Moeliono, 1984:177). Menurut Badudu
(1989:47). “idiom adalah bahasa yang teradatkan”. Oleh karena itu, setiap kata
yang membentuk idiom berarti di dalamnya sudah ada kesatuan bentuk dan
makna. Contoh : Gulung tikar, adu domba, muka tembok, dll. Idiom adalah
ungkapan bahasa berupa gabungan kata (frase) yang maknanya sudah menyatu
dan tidak dapat ditafsirkan dengan makna unsur yang membentuknya. Contoh:
naik darah (marah), tumpah darah (tanah air), panjang tangan ( suka mencuri)

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kamus adalah buku yang memuat istilah atau kosa kata. Di dalamnya
dijelaskan makna, penggunaan atau terjemahan dari kata yang dimaksud.
Kamus merupakan sejenis buku rujukan yang menerangkan makna kata-kata.

4 Ramlan, M. 1987. Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: C.V.

11
Kamus berfungsi untuk membantu seseorang mengenal perkataan baru.
Tesaurus adalah buku yang memuat daftar kata atau ungkapan yang
bertalian makna Kata tesaurus diambil dari thēsauros dalam bahasa Yunani
yang berarti ‘gudang’. Baik kamus maupun tesaurus diibaratkan seperti laut
Istilah “kata” adalah dari bahasa sanskerta “katha” yang mempunyai arti
konversasi, bahasa, cerita, atau dongeng. Kata yaitu unit bahasa yang
berisikan arti dan terdiri dari satu atau lebih morfem. Kata bisa diartikan
sebagai elemen terkecil dalam bahasa yang bisa diucapkan atau dituliskan dan
merupakan suatu realisasi dari kesatuan perasaan atau pikiran yang dipakai
dalam berbahasa. Adapun syarat-syarat ketepatan pilihan kata adalah:
1. Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi. ...
2. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim. ...
3. Membedakan kata-kata yang mirip ejaannya.
Gaya bahasa atau langgam bahasa dan sering juga disebut majas , majas
adalah cara penutur mengungkapkan maksudnya. Idiom adalah serangkaian
kata yang artinya tidak bisa diartikan secara harafiah, namun mewakilkan
ekspresi tertentu yang tersirat di dalamnya.

B. Saran
Kami mengakui apabila ada kesalahan pada makalah ini saya mohon maaf,
dan kepada pembaca kami berharap agar dapat memberikan kritikan agar kami
dapat memperbaiki makalah dengan baik di masa yang akan datang.

12
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi


ke-4. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Depdiknas. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Echols, John M. & Shadily. Hassan. 2003. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.

Ramlan. 1996. Ilmu bahasa Indonesia Sintaksis. Yogykarta: CV. Karyono.

Kemendikbud. 2004. Ejaan yang Disempurnakan. Jakarta: Bumi Aksara.

13

Anda mungkin juga menyukai