Anda di halaman 1dari 6

RANGKUMAN MODUL

MATA KULIAH PRODUKSI KAMUS


NAMA : NURUL KUSTINA
NPM : 180210170036

BAB I
Leksikologi Dan Leksikografi
1.1 Pengertian
Istilah leksikologi dan leksikografi berasal dari kata bahasa Yunani leksikon, yang berarti
ucapan, kata, atau berbicara. Leksikologi merupakan ilmu bahasa yang bersifat teoritis,
sedangkan leksikografi merupakan ilmu bahasa yang bersifat terapan. Dengan demikian,
leksikologi ialah bidang ilmu bahasa yang mempelajari kosa kata yang menjadi landasan
teoritis bagi leksikografi, yakni ilmu tentang cara penyusunan kamus (Doroszewski, dalam
Suryani, 2000)
Leksikologi termasuk ke dalam ilmu bahasa interdisipliner, karena leksikologi memerlukan
ilmu lain sebagai penunjang atau ilmu bantunya, seperti : fonologi, morfologi, sintaksis,
sematik, dan lain-lain. Adapun permasalahan yang dipelajari leksikologi meliputi beberapa
hal, sebagai berikut :
a. Bukti bahwa setiap bahasa memiliki sejumlah kata/kosa kata
b. Bukti bahwa kosa kata atau leksikon merupakan daftar yang terbuka.
c. Hubungan antara bentuk dan makna kata
d. Bukti bahwa kata mempunyai sekian banyak segi yang masing-masing dapat
dianalisis.

1.2 Kesulitan-kesulitan Leksikografi


Leksikografi merupakan bidang linguistik terapan yang mencakup metode dan teknik
penyusunan kamus. Beberapa kesulitan yang sering ditemui dalam penyusunan kamus, antara
lain karena adanya faktor-faktor :
1. Lexical meaning, yaitu berkaitan dengan masalah leksikal suatu bahasa yang sangat
luas dan terbuka terhadap pengaruh bahasa lain.
2. Tatabahasa, leksikografi berada di luar linguistik tetapi tetap harus memperhatikan
masalah tatabahasa.
3. Penyeleksian, yaitu berkaitan dengan banyaknya kata-kata baru.
Pendekatan ilmu bahasa digunakan untuk memecahkan persoalan-persoalan dalam bidang
praktis yang berhubungan dengan bahasa. Dengan demikian, leksikografi nerupakan
penerapan dari leksikologi, karena leksikografi mempunyai tugas praktis, salah satu hasil
konkrit dari pada kamus.
1.3 Leksikografi Sebagai Ilmu Muskil
Ada beberapa alasan yang dapat dikemukakan mengapa leksikografi merupakan suatu bidang
ilmu yang sangat muskil dalam ilmu bahasa :
1. Seorang leksikolog harus memiliki pengetahuan yang luas
2. Kenyataan bahwa untuk menetapkan makna kata yang tepat, seorang leksikolog selalu
akan menghadapi kesulitan.
3. Tugas seorang leksikkolog termasuk ke dalam tugas ilmiah.
1.4 Objek Kajian Leksikografi
Yang dimaksud dengan kosa kata dasar adalah kata-kata yang merupakan perbendaharaan
dasar sesuatu bahasa kata-kata yang tidak mudah berubah atau sedikit sekali
kemungkinannya dipungut dari bahasa lain, karena dapat dikatakan bahwa setiap bahasa
memilikinya. Dengan perkataan lain kosa kata dasar adalah kata-kata yang bersifat
kesementaraan (Tarigan, dalam Suryani, 2000)

BAB II
KAMUS DAN GLOSARI
2.1 Pengertian
Kamus merupakan buku acuan yang memuat kata dan ungkapan yang disusun menurut abjad
berikut keterangan tentang maknanya, pemakaian atau terjemahannya (Mulyono, dkk., dalam
Suryani, 2000). Kamus merupakan sarana penting terutama bagi pengajaran bahasa karena
dapat memberikan infirmasi mengenai derivasi kata, makna kata, ejaan, sert ucapannya.
2.2 Informasi dan kegunaan kamus
Glosari adalah daftar-daftar kata atau daftar istilahistilah dalam suatu bidang ilmu.
Kegunaan kamus :
1. buku petunjuk ejaan tentang cara pemenggalan suku kata, kata-kata mana yang harus
ditulis dengan huruf besar, dan lain-lain;
2. tentang makna kata;
3. buku petunjuk tentang ucapan kata;
4. buku tatabahasa dalam bentuk sederhana;
5. buku etimologi;
6. buku petunjuk mengenai pemakaian kata dalam kalimat;
7. buku sumber kata yang dapat dipilih dan dimanfaatkan;
8. kamus sinonim dan antonim;
9. kamus frase, ungkapan, dan peribahasa;
10. kamus istilah;
11. buku sumber ilmu pengetahuan sederhana.
Informasi yang dapat diberikan kamus kepada para pemakainya:
- Kata kepala atau entri
- Bentuk kata
- Ucapan dan ejaan
- Jenis kata
- Sinonim
- Tingkat-tingkat pemakaian kata
- Definisi atau batasan
- Catatan-catatan pemakaian kata
- Ilustrasi penjelas definisi
- Derivasi kata
- Contoh-contoh pemakaian kata
- Frase-frase
- Kutipan-kutipan
- Kata-kata asing
BAB III

RAGAM KAMUS

3.1 Pembagian Ragam Kamus

Kamus bisa dibedakan atas beberapa macam kamus, seperti: kamus bahasa baku, kamus
baku, kamus besar, kamus dwibahasa, kamus ekabahasa, kamus istilah, kamus kantong, kamus
kecil, kamus mini, kamus multibahasa, kamus pelajar, kamus saku, kamus sinonim, kamus
standar, dan kamus umum. Penentuan ragam kamus atau pengklasifikasian kamus bergantung
kepada sudut pandang orang yang mengadakannya. Meskipun sudah barang tentu terdapat
persamaan umum, naum di antara para ahli kamus terdapat perbedaan yang disebabkan oleh
sudut pandang dalam pengklasifikasian ragam atau tipe kamus.

Menurut Malkiel (dalam Suryani, 2000), kamus dapat diklasifikasikan berdasarkan:

1. Jajaran atau barisannya (range):


a. kepadatan kata kepala atau entri
b. jumlah bahasa yang tercakup
c. taraf konsentrasi pada data leksikal secara tegas, pada pemakaian realia, nama diri,
dan sebagainya.
2. Perspektifnya (perspective)
a. dimensi fundamental (diakronisme x sinkronisme)
b. dimensi susunan dasar entri (secara konvensional bersifat alfabetis, semantis,
arbitrer)
c. dimensi tingkat nada (objektif, perspektif, dan komentar komentar lucu).
3. Penyajiannya (presentasion)
a. definisi atau batasan
b. dokumentasi verbal
c. ilustrasi grafik
d. adanya ciri-ciri khusus (lokalisasi, transkripsi fonetik, dan lain-lain).
(Zgusta, dalam Suryani, 2000)

3.2 Jenis-jenis Kamus


Berikut gambaran umum mengenai setiap jenis kamus ini akan dijelaskan secara
singkat.
1. Kamus Ensiklopedia atau biasa disebut ensiklopedi, adalah kamus yang paling
besar dan terutama sekali memusatkan perhatian kepada denotata kesatuan-
kesatuan leksikal atau kata-kata. Ensiklopedi memberikan informasi mengenai
dunia ekstralinguistik, baik fisik maupun nonfisik, dan hanya disusun dalam urutan
kata-kata atau kesatuan-kesatuan leksikal sebagai acuan bagian-bagian dari dunia
ekstralinguistik yang sedang dibicarakan.
2. Kamus Diakronik, memusatkan perhatian pada sejarah, dengan perkembangan
kata-kata (kesatuan-kesatuan leksikal), baik yang berkaitan dengan bentuk maupun
yang berkaitan dengan makna. Kamus diakronik ini dapat kita bedakan lagi atas
kamus historis dan kamus etimologis.
3. Kamus Historis, memusatkan perhatian pada perubahan-perubahan yang terjadi
baik dalam bentuk maupun dalam makna sesuatu kata (kesatuan leksikal) dalam
suatu jangka waktu sejarah.
4. Kamus Etimologis, memusatkan perhatian pada asal-usul kata-kata (kesatuan-
kesatuan leksikal); sebagian terbesar dari kata-kata suatu bahasa yang dikenal kini
justru muncul atau menjelma sebelum awal tradisi tekstual; kamus etimologis dapat
dikatakan menggarap prasejarah kata-kata. Kamus etimologis dan kamus
komparatif biasanya lebih memusatkan perhatian pada bentuk kata daripada makna
kata (walaupun tidak dapat disangkal bahwa hubungan semantic merupakan hal
penting dalam perbandingan kata-kata).
5. Kamus Sinkronik, mempunyai tujuan utama untuk menggarap persediaan leksikal
suatu bahasa pada suatu masa tertentu atau pada satu tahap perkembangannya. Jadi
berbeda dengan tujuan kamus diakronik.
6. Kamus Umum, adalah kamus yang berisi segala kata dalam suatu bahasa beserta
maknanya, misalnya KUBI.
7. Kamus Khusus, adalah kamus yang garapan atau cakupannya terbatas pada suatu
bidang tertentu saja; misalnya Kamus Linguistik, Kamus Filologi, Kamus Kimia.
8. Kamus Kata-Kata Asing, adalah semacam kamus khusus yang menangani kata-
kata pungut atau kata-kata pinjaman yang berasal dari bahasa asing.
9. Kamus Singkatan, adalah semacam kamus khusus yang memusatkan perhatian
pada kata-kata teleskopis akronim, dan singkatan-singkatan yang lazim dipakai
dalam suatu bahasa.
10. Kamus Ideologis atau Kamus Sinonim, adalah sejenis kamus terbatas yang
memusatkan perhatian pada padan kata: kata-kata yang sama atau hampir sama
maknanya atau pada istilah-istilah atau kelompok istilah yang mempunyai
hubungan semantis.
11. Kamus Sistematik, memusatkan perhatian pada kata-kata yang berhubungan secara
sistematis dalam kelompok-kelompok yang berdasarkan bidang-bidang
onomasiologi dan di dalamnya berdasar pada struktur-struktur nasional atau
struktur-struktur gagasan/pikiran.
12. Kamus Deskriptif Standar, dapat digolongkan sebagai kamus deskriptif bahasa
nasional baku seperti yang dipakai pada batas waktu saat kamus itu disusun, dan
juga diharapkan akan dipakai untuk beberapa lama setelah penerbitan kamus
tersebut. Kamus deskriptif standar memberikan bahasa yang dipakai oleh para
pengarang atau para pembicara masa kini.
Kamus Deskriptif Keseluruhan berbeda dari kamus deskriptif standar dalam dua
hal, yaitu:
a. memerikan jauh lebih banyak bahasa nasional baku seperti yang dipakai pada
masa penyusunan kamus itu;
b. kamus ini tidak menggarap atau memperhatikan pemakaian kata-kata masa
depan; kamus ini terutama sekali dipakai oleh para pemakai yang ingin
mendapatkan informasi mengenai kata-kata yang tidak mereka pahami pada
saat membaca (atau mendengar) suatu naskah.
13. Kamus Ekabahasa atau Kamus Monolingual, adalah kamus yang menyajikan satu
bahasa saja.

14. Kamus Dwibahasa atau Kamus Bilingual, adalah kamus yang menyajikan dua
bahasa. Maksud utama kamus ini adalah untuk menerjemahkan dari satu bahasa ke
dalam bahasa lain, atau dalam penyajian teks dalam bahasa yang bukan merupakan
bahasa asli sang pemakai, atau kedua-duanya bukan bahasa aslinya.
15. Kamus Aneka Bahasa atau Kamus Multilingual, adalah kamus yang menyajikan
lebih dari satu bahasa; misalnya kamus tiga atau empat bahasa.
16. Kamus Besar atau Teraurus, adalah kamus yang memuat lebih dari 200.000 kata
kepala atau entri.
17. Kamus Sedang, adalah kamus yang memuat tidak kurang dari 40.000 kata kepala
atau entri.
18. Kamus Kecil, adalah kamus yang memuat tidak kurang dari 10.000 kata kepala atau
entri.

Anda mungkin juga menyukai