Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ALIRAN LINGUISTIK
“TEORI/ALIRAN LINGUISTIK KOPENHAGEN”

Dosen Pengampu:
Dr. M. Surip, S.Pd., M.Si

Disusun Oleh: Kelompok 6


1. Abednego Purba (2213210032)
2. Mhd Ilham Syahputra (2213210033)
3. Nadia Cahya Rahmah (2213210027)
4. Nurul Atikah (2213210036)
5. Sari Octavia Sagala (2213210043)
6. Septi Fatma Khairani (2212510010)
7. Silfhani Elisabet (2213210025)

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI – UNIVERSITAS
NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan

karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari

makalah ini adalah “Teori/Aliran Linguistik Kopenhagen”.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

dosen mata kuliah Aliran Linguistik yaitu Bapak Dr. M. Surip, S.Pd., M.Si yang telah

memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap semoga dengan adanya makalah

ini dapat menambah pengetahuan tentang Aliran Linguistik khususnya pada materi Aliran

Linguistik Kopenhagen.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata

sempurna dan masih banyak kekurangannya, baik isi maupun penyusunannya. Atas dasar itu,

dengan senang hati penulis mengharapkan kritik dan saran kepada para pembaca guna

menyempurnakan makalah ini.

(Medan, 18 April 2022)

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................3
A. Sejarah Perkembangan Aliran Kopenhagen.............................................3
B. Bentuk Aliran Kopenhagen......................................................................4
C. Keunggulan dan Kelemahan....................................................................5

BAB III PENUTUP...............................................................................6


3.1 Kesimpulan..........................................................................................................6
3.2 Saran.....................................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA............................................................................7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Linguistik adalah ilmu bahasa yang secara umum atau tidak terikat pada satu bahasa

saja (Muliastuti, 2014: 1). Oleh karena itu, terkadang ilmu ini disebut juga dengan linguistik

umum (general linguistics). Meskipun demikian, menurut Chaer (dalam Muliastuti, 2014)

berdasarkan keluasan objek kajiannya, linguistik dapat dibedakan menjadi linguistik umum

dan linguistik khusus. Dapat ditebak bahwa linguistik khusus berarti memfokuskan kajiannya

pada salah satu bahasa saja. Jika ditelusuri secara etimologi, apa itu linguistik sesungguhnya

berasal dari kata lingua yang bermakna “bahasa” dalam bahasa Latin. Selain dari bahasa

Latin, beberapa bahasa lain juga merujuk pada makna yang sama. Misalnya, dalam bahasa

Prancis adalah langue atau langage, bahasa Italia lingua, bahasa Spanyol lengua, dan bahasa

Inggris language. Sementara itu dalam Bahasa Inggris istilah linguistic berkaitan dengan kata

language. Seperti dalam bahasa Perancis istilah linguistique berkaitan dengan langage. Dapat

disimpulkan bahwa arti dari language maupun langage adalah “bahasa”. Dalam bahasa

Indonesia “linguistik” adalah nama bidang ilmu, dan kata sifatnya adalah “linguistis” atau

“linguistik”. Dapat disimpulkan bahwa secara etimologi linguistik berarti bahasa atau bidang

ilmu yang mempelajari bahasa.

Diantara banyaknya aliran-aliran dalam kajian teori linguistik, makalah ini

akan memfokuskan pada kajian teori linguistik aliran Kopenhagen. Dalam kajian linguistik

yang dikembangkan Hjemslev, pengaruh pandangan Saussure tampak pada pemilihan

expression–from, dan content–form yang keduanya menjadi bagian dari sign function.

Hjemslev banyak dipengaruhi oleh ajaran Saussure, hal ini sehubungan dengan pernyataan,

“Saussure put at the heart of his work the extremely problematical thesis, which was also

taken up by Hjemslev in his Prolegomena to a Theory of Language” (Innis, 1985: 28).

1
Kopenhaggen sendiri adalah ibu kota dari Negara Denmark. Dalam bahasa Inggris ejaannya

adalah Copenhagen. Nama ini berasal dari kata Købmandshavn yang artinya pelabuhan

saudagar. Dari ibu kota Denmark ini, salah satu aliran linguistik lahir dan dikenal oleh dunia.

1.2 Rumusan Masalah

 Bagaimana sejarah perkembangan aliran Kopenhagen dalam kajian linguistik?

 Bagaimana bentuk aliran Kopenhagen?

 Apa saja keunggulan dan kelemahan aliran Kopenhagen?

1.3 Tujuan Penulisan

 Untuk mengetahui sejarah perkembangan aliran Kopenhagen dalam kajian linguistik.

 Untuk mengetahui bentuk aliran Kopenhagen.

 Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan aliran Kopenhagen.

1.4Manfaat Penulisan

 Manfaat Teoretis

Penulisan ini diharapkan mampu menambah pengetahuan tentang kajian Aliran

Linguistik Kopenhagen. Tidak hanya itu, akan dibahas juga mengenai keunggulan dan

kelemahan dari aliran linguistik Kopenhagen.

 Manfaat Praktis

a. Bagi mahasiswa/i, penulisan ini diharapkan dapat memunculkan sikap semangat

dalam mempelajari kajian Aliran Linguistik khususnya mempelajari Teori/Aliran

Linguistik Kopenhagen. Maka dari itu yang dipaparkan dalam makalah ini akan

disajikan dengan sebaik mungkin agar para pembaca dengan mudah dapat

1
memahami. Disini para Mahasiswa akan dituntut untuk teliti dalam membaca dan

melatih untuk berpikir kritis.

b. Bagi pengajar, penulisan ini akan memberikan inovasi pembelajaran terutama

dalam menanamkan sifat-sifat rajin membaca pada para mahasiswa, dan materi

yang disiapkan sudah disusun semenarik mungkin untuk menjadi bahan bacaan

yang baik.

c. Bagi pembaca, penulisan ini diharapkan semakin membuat pembaca menanamkan

sikap rajin membaca, disamping itu diharapkan apa yang dibaca dapat dipahami

dengan baik.

1
2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Aliran Kopenhagen

Para ahli bahasa Skandinavia (J.N. Madvig, A. Noreen, H.G. Wiwel, O. Jespersen, dan Rasmus
Rask) banyak menghasilkan kajian dalam bidang linguistik umum seperti hasil kajian mereka yang
menunjukkan terdapat kekhasan dalam mengembangkan teori kebahasaan (Samsuri, 1988:
41). Setelah terjadi kekhasan yang menarik akhirnya terdapat sebuah aliran yang bernama aliran
Kopenhagen berkat sekelompok ahli linguistik yang menamakan dirinya Linguistic of
Copenhagen. Dua tokoh utama dalam aliran Kopenhagen adalah Brondal dan Hjemslev yang dalam
perkembangannya menunjukkan beberapa perbedaan meskipun mempunyai wawasan dasar yang
sama. Hjelmslev dan Brondal sedikit banyak dipengaruhi oleh wawasan Ferdinand de Saussure.
Pengaruh de Saussure dalam Hjelmslev tampak pada pemilihan expression-form dan content-form
yang menjadi bagian dari sign function sedangkan dalam Brondal pengaruh de Saussure tampak pada
pemilihan kajian kebahasaan secara diakronis dan sinkronis (Samsuri, 1988: 42).
Pengaruh Saussure terhadap aliran ini terutama pada kajian yang dilakukan Brondal tamapak
dalam sikapanya mengikuti pendekatan kebahasaaan secara singkronis. Sedangkan pengaruhnya
terhadap Hjelmslev tampak pada pemilihan antara expression form dan content form yang keduanya
menjadi bagian dari sign function. Selain itu juga tampak pada pemakaian relasi sintagmatis dan
paradigmatis. Hjelmslev bersama Uldall akhirnya mengembangkan teori linguistik yang disebut
dengan teori glosematik. Sebutan ini lahir setelah Hjelmslev mempublikasikan bukunya yang berjudul
Principles de Grammaire Generale. 
Dari kedua tokoh utama aliran kopenhagen, Hjelmslev lebih mempunyai pengaruh yang besar
terutama setelah Hjelmslev mengembangkan wawasan prolegomena dalam mengembangkan
teori linguistik, dan bersama dengan Uldall mengembangkan teori Glosematik yang disebut sebagai
aliran Glosematik setelah Hjelmslev mempublikasikan buku pertamanya Principles de Grammaire
Generale pada tahun 1928 (Samsuri, 1988: 42-43). Adanya kajian fonologi antara Hjelmslev dan
Uldall pada tahun 1931 melahirkan Glosematik yang dikenal dunia luar pada tahun 1935 pada saat
kongres internasional ilmu fonetik di London (Samsuri,1988: 43).
Menurut Hjelmslev bahasa sebagai objek kajian harus didudukkan sebagai struktur yang memiliki
totalitas dan otonomitasnya sendiri. Artinya meskipun bahasa merupakan gejala ujaran yang
berkedudukan sebagai wahana berfikir, merasa, menyusun dan menyampaikan wawasan, serta
berkaitan dengan kehidupan sosial masyarakatnya. Bahasa sebagai objek linguistic bukan merupakan
bagian dari unsur non linguistik. Sehubungan dengan pandangannya ini ia dengan tegas membedakan
antara fungsi eksternal bahasa yang berkaitan dengan unsur-unsur non linguistic dan struktur internal
bahasa yang diistilahkan sebagai a system of figure. 
Menurut Hjelmslev teori bukanlah merupakan penjelasan secara sistematis tentang suatu fakta.
Melainkan merupakan perangkat sistem hipotik. Oleh sebab itu teori harus dibebaskan dari berbagai
pemalsuan sempiri. Meskipun tidak berarti bahwa pengembangan teori dapat dilepaskan dari korpus
data kajian. Anggapan demikian muncul karena adanya wawasan bahwa teori harus berdasarkan pada
sistem deduksi murni. Bertolak dari deduksi ini dibuahkan premis-premis yang bersifat hipotetik.
Hasil kerja deduksi ini kemudian menjadi dasar dalam pengembangan prosedur kerja secara induktif.
Sebagai

3
dasar prosedur induktif, sistem deduksi murni selain mengarahkan penyikapan terhadap gejala juga
menentukan dalam pengembangan teknik analisis. Prosedur induktik dalam hal ini ditandai oleh
adanya formasi konsep yang bergerak dari unsure terkecil misalnya dari bunyi menujuke fonem dan
seterusnya

B. Bentuk Aliran Kopenhagen

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tokoh yang terkenal yaitu Brondal dan juga
Hjelmslev. Hjemslev mengembangkan wawasan prolegomena dalam mengembangkan teori
linguistik dan mengembangkan teori glosematik ini. Pemikiran Hjemslev bahwa bahasa sebagai objek
kajian linguistik harus didudukkan sebagai struktur sui-generis yg memiliki totalitas dan
otonominya sendiri membuat aliran Kopenhagen ini juga berbeda dengan aliran-aliran
sebelumnya. Disini bahasa dibagi menjadi dua fungsi yaitu:
1. eksternal yang meliputi unsur non linguistik dan struktur internal itu sendiri.
2. ia mendiskripsikan bahwa teori merupakan hasil abstraksi yg berkaitan dengan dunia ideasi
dan bukan paparan deskriptif.
Terakhir ia memberi konsep tentang tata tingkat hubungan dan hubungan fungsional antar
tingkatan secara asosiatif dengan cara menjelaskan ciri hubungan fungsional antar kelas yang dibagi
menjadi 3 yaitu interdependensi, determinasi dan konstelasi, ketiga ciri ini masih dapat
diklasifikasikan lagi. Baik Fungsi eksternal maupun fungsi internal, seperti dalam aliran Glosematik
bahasa memiliki 4 strata yang harus dimiliki yaitu rangka forma (hubungan gramatikal intern),
substansi (kategori ekstern dari obyek material), ungkapan (baik berupa wahana verbal maupun
grafis) dan isi atau makna. Keempat strata tersebut akan sejalan dengan prinsip yang dikemukakan
oleh Hjemslev yakni linguistik berkaitan dengan pengetahuan yang tersenden, esensi bahasa ada pada
“sistem dalam”, dan teori merupakan dedukasi murni yg harus dibebaskan dari kabut realitas.
Analisis merupakan pemerian objek kajian yang mengandung sejumlah unsur dalam berbagai
tingkatannya, yang memiliki ketergantungan hubungan yang satu dengan lainnya. Butir awal yang
memiliki ketergantungan dinamakan kelas. Jika kelas mempunyai kesatuan yang luas maka akan
tercipta komponen kelas. Dalam kelas ini dapat diklarifikasikan berdasarkan proses dan sistem. Kelas
sebagai bagian dari proses disebut chain, dengan memiliki komponen berupa bagian dan
penganalisasinya berupa partition. Sedangkan kelas sebagai bagian dari system disebut paradigm,
dengan mempunyai komponen berupa anggota dan menganalisisnya berupa articulation. Prosedurnya
dapat berupa Induktif maupun deduktif. Jika dalam induktif dilakukan dengan sintesis untuk
memperoleh pemerian tentang kelas, komponen, hubungan masing-masing dalam keutuhan maupun
pada ciri totalitas itu sendiri. Bila dilakuakan secara deduktif caranya dengan menggunakan metode
analitis. metode tersebut bertujuan untuk menyelaraskan konsep yang bukan hanya berlaku pada
segmen tetapi berlaku bagi segmen, antar segmen dan totalitasnya.
Dalam metode ini kita juga akan menemukan sebuah cara yaitu melalui komutasi antar
segmen, tetapi hal ini mempunyai dampak yang negatif. Dampak tersebut berupa gejala
sinkretisme dan gejala oplosning. sejala sinkretisme yakni paradigma yang dapat memiliki hubungan
tumpang-tindih antara satu dengan lainnya, meskipun mereka sebenarnya tunggal. Sedangkan gejala

4
oplosning adalah timbulnya varian sinkretisme atau syncretism-variety yang justru dapat dijadikan
pangkal tolak dalam memberikan ciri penanda elemen-elemen tertent

4
Akhirnya dapat dikatakan, sebagaimana de Saussure maka Hjemslev juga menganggap bahasa
sebagai suatu sistem hubungan; dan mengakui adanya hubungan sintagmatik dan paradigmatik.

C. Keunggulan dan Kekurangan

Hjelslev dianggap tokoh yang paling berjasa dalam aliran Kopenhagen, karena beliau telah
mengembangkan wawasan prolegomena dalam mengembangkan teori linguistik dan
mengembangkan teori yang disebut glosematik. Selain hal tersebut beberapa pemikirannya juga
membuat aliran Kopenhagen ini juga berbeda dengan aliran-aliran sebelumnya, yakni bahasa sebagai
objek kajian linguistik harus didudukkan sebagai struktur sui-generis yg memiliki totalitas dan
otonominya sendiri. Disini bahasa dibagi menjadi dua fungsi yaitu eksternal yang meliputi unsur non
linguistik dan struktur internal itu sendiri. Kedua, ia mendiskripsikan bahwa teori merupakan hasil
abstraksi yg berkaitan dengan dunia ideasi dan bukan paparan deskriptif.
Dan terakhir ia memberi konsep tentang tata tingkat hubungan dan hubungan fungsional antar
tingkatan secara asosiatif dengan cara menjelaskan ciri hubungan fungsional antar kelas yang dibagi
menjadi 3 yaitu interdependensi, determinasi dan konstelasi, ketiga ciri ini masih dapat
diklasifikasikan lagi. Baik Fungsi eksternal maupun fungsi internal, bahasa memiliki 4 strata yang
harus dimiliki yaitu rangka forma (hubungan gramatikal intern), substansi (kategori ekstern dari
obyek material), ungkapan (baik berupa wahana verbal maupun grafis) dan isi atau makna. Keempat
strata tersebut akan sejalan dengan prinsip yang dikemukakan oleh Hjelmslev yakni linguistik
berkaitan dengan pengetahuan yang tersenden, esensi bahasa ada pada “sistem dalam”, dan teori
merupakan dedukasi murni yg harus dibebaskan dari kabut realitas. Analisis merupakan pemerian
objek kajian yang mengandung sejumlah unsur dalam berbagai tingkatannya, yang memiliki
ketergantungan hubungan yang satu dengan lainnya.
Butir awal yang memiliki ketergantungan dinamakan kelas. Jika kelas mempunyai kesatuan yang
luas maka akan tercipta komponen kelas. Dalam kelas ini dapat diklarifikasikan berdasarkan proses
dan sistem. Kelas sebagai bagian dari proses disebut chain, dengan memiliki komponen berupa bagian
dan penganalisasinya berupa partition. sedangkan kelas sebagai bagian dari system disebut paradigm,
dengan mempunyai komponen berupa anggota dan menganalisisnya berupa articulation.
Prosedurnya dapat berupa Induktif maupun deduktif. Jika dalam induktif dilakukan dengan
sintesis untuk memperoleh pemerian tentang kelas, komponen, hubungan masing-masing dalam
keutuhan maupun pada ciri totalitas itu sendiri. Bila dilakukan secara deduktif caranya dengan
menggunakan metode analitis. metode tersebut bertujuan untuk menyelaraskan konsep yang bukan
hanya berlaku pada segmen tetapi berlaku bagi segmen, antar segmen dan totalitasnya.
Dalam metode ini kita juga akan menemukan sebuah cara yaitu melalui komutasi antar segmen,
tetapi hal ini mempunyai dampak yang negatif. Dampak tersebut berupa gejala
sinkretisme dan gejala oplosning. sejala sinkretisme yakni paradigma yang dapat memiliki hubungan
tumpang-tindih antara satu dengan lainnya, meskipun mereka sebenarnya tunggal. Sedangkan gejala
oplosning adalah timbulnya varian sinkretisme atau syncretism-variety yang justru dapat dijadikan
pangkal tolak dalam memberikan ciri penanda elemen-elemen tertentu.

5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah terjadi kekhasan yang menarik akhirnya terdapat sebuah aliran yang bernama aliran
Kopenhagen berkat sekelompok ahli linguistik yang menamakan dirinya Linguistic of
Copenhagen. Dua tokoh utama dalam aliran Kopenhagen adalah Brondal dan Hjemslev yang dalam
perkembangannya menunjukkan beberapa perbedaan meskipun mempunyai wawasan dasar yang
sama. Hjelmslev dan Brondal sedikit banyak dipengaruhi oleh wawasan Ferdinand de Saussure. .
Pemikiran Hjemslev bahwa bahasa sebagai objek kajian linguistik harus didudukkan sebagai struktur
sui-generis yg memiliki totalitas dan otonominya sendiri membuat aliran Kopenhagen ini
juga berbeda dengan aliran-aliran sebelumnya. Disini bahasa dibagi menjadi dua fungsi dan memberi
konsep tentang tata tingkat hubungan dan hubungan fungsional antar tingkatan secara asosiatif dengan
cara menjelaskan ciri hubungan fungsional antar kelas yang dibagi menjadi 3 yaitu interdependensi,
determinasi dan konstelasi.

B. Saran
Tentunya penulis sudah menyadari jika dalam penyusnan makalah di atas masih banyak kesalahan
serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan
makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun
dari para pembaca.

6
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.


https://www.purwarupalingua.com/2020/06/aliran-kopenhagen-dan-aliran-london.html (diakses
pada 18 April 2022, pukul 14:02)
http://lilinsukanaruto.blogspot.com/2009/12/aliran-aliran-linguistik-dan.html (diakses pada 18
April 2022, pukul 14:15)
http://adiel87.blogspot.com/2009/06/aliran-kopenhagen.html (diakses pada 18 April 2022, pukul
14:44)
http://gin2gina.blogspot.com/p/sejarah-kajian-linguistik.html (diakses pada 18 April 2022, pukul
14:53)

Anda mungkin juga menyukai