Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“ALIRAN SASTRA (ROMANTISME)”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 2

1. ALFRENDO NAINGGOLAN (2213210008)


2. LISA ANGGRAINI (2213210010)
3. NADIA CAHYA RAHMAN (2213210027)
4. SUSEN SIBURIAN (2213210004)

DOSEN PENGAMPU:

Dr. ELLY PRIHATI WURIYANI, S.S., M.Pd.

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI –UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

AGUSTUS 2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................................1

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................................................3

A. Latar Belakang......................................................................................................................3

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................3

C. Tujuan Pembahasan..............................................................................................................3

BAB 2 PEMBAHASAN..................................................................................................................5

A. Pengertian Aliran Sastra (Romantisme)...............................................................................5

B. Sejarah Aliran Sastra (Romantisme)....................................................................................5

C. Proses Masuknya Aliran Sastra (Romantisme) pada Puisi-Puisi Indonesia.........................8

D. Ciri-ciri Aliran Sastra (Romantisme)....................................................................................9

E. Tokoh Aliran Sastra (Romantisme)....................................................................................10

F. Contoh Karya Aliran Romantisme.....................................................................................12

BAB 3 PENUTUPAN...................................................................................................................17

A. Kesimpulan.........................................................................................................................17

B. Saran...................................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................19

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ALIRAN SASTRA
(ROMANTISME)” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari ibu Dr. Elly
Prihasti Wuriyani, S.S,. M.Pd. pada Mata Kuliah Pengantar Ilmu Sastra. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang aliran sastra romantisme bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Elly Prihasti Wuriyani, S.S,.
M.Pd. selaku dosen Mata uliah Pengantar Ilmu Sastra yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

[Medan, 26 Agustus 2021]

Penyusun

2
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teeuw (dalam Sugiarti, 2004: 67) menyatakan bahwa karya sastra tidak lepas dari
pengarang dalam masyarakatnya, karena karya sastra tidak hadir dalam kekosongan
budaya. Pengarang tidak lepas dari pikiran atau pandangan dunia dan perkembangan
zaman. Pada makalah ini, penulis ingin menjelaskan tentang karya sastra dalam aliran
romantisme, sejarah serta peran para sastrawan yang ikut mengembangkan aliran
romantisme hingga terus berjalan sampai saat ini. Periode Romantis terjadi diantara akhir
abad ke-18 hingga awal abad ke-19. Disebut sebagai era romantis bukan berarti seluruh
karya sastra dalam era ini tentang sesuatu yang berhubungan persoalan cinta, asmara atau
ketertarikan antara laki-laki dan perempuan. Namun periode ini disebut sebagai era
romantis karena pada periode ini ide karya sastranya didominasi dengan unsur-unsur
seperti imajinasi, kebebasan mengeluarkan pendapat (berekspresi), dan idealism.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian aliran sastra (romantisme)?


2. Bagaimana sejarah aliran sastra (romantisme)?
3. Bagaimana proses masuknya romantisme pada puisi-puisi Indonesia?
4. Bagaimana ciri-ciri aliran sastra (romantisme)?
5. Siapakah tokoh-tokoh yang berperan dalam berkembangnya aliran sastra
(romantisme)?
6. Bagaimana contoh karya aliran sastra (romantisme)?

C. Tujuan Pembahasan

1. Dapat memahami apakah pengertian aliran sastra (romantisme)


2. Dapat memahami bagaimana sejarah aliran sastra (romantisme)

3
3. Dapat mengetahui bagaimana proses masuknya romantisme pada puisi-puisi
Indonesia?
4. Dapat memahami bagaimana ciri-ciri aliran sastra (romantisme)
5. Dapat mengetahui siapakah tokoh-tokoh yang berperan dalam berkembangnya
aliran sastra (romantisme)
6. Dapat mengetahui bagaimana contoh karya aliran sastra (romantisme)

4
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Aliran Sastra (Romantisme)

Aliran Romantisisme adalah aliran yang mengedepankan unsur emosi suatu


karya dengan cara penggambaran dan pembangunan citra yang dramatis, teatrikal dan
memiliki suasana seperti dalam mimpi (dream-like).

Adapula pengertian aliran romantisme menurut para ahli yaitu:

Menurut (Sugiarti, 2004:18) Romantisme adalah aliran dalam karya sastra


yang mengutamakan perasaan sebagai dasar perwujudan. Menurut Saini dalam
Damono (2005: 51), romantisisme adalah gerakan kesenian yang mengunggulkan
perasaan (emotion, passion), imajinasi, dan intuisi. Selain itu romantisme juga
mengesahkan imajinasi individu sebagai otoritas kritis yang memungkinkan
kebebasan dari pemahaman klasik tentang bentuk dalam seni. Sedangkan Menurut
Endraswara (2003:33) romantisme merupakan aliran yang menggunakan prinsip
bahwa karya sastra merupakan cerminan kehidupan manusia yang berliku-liku
dengan menggunakan bahasa yang indah sehingga dapat menyentuh emosi pembaca.
Keindahan menjadi fokus utama dalam romantisme.

Sehingga dapat disimpulkan aliran romantisme ini adalah suatu aliran karya
sastra yang lebih mengutamakan perasaan. Perasaan yang mendominasi adalah
perasaan yang indah dan mengetarkan jiwa dalam menjalani sebuah percintaan
namun adapula gambaran perasaan yang tersakiti karena kesalahan masa lalu atau
takdir kehidupan.

B. Sejarah Aliran Sastra (Romantisme)

Aliran ini lahir dan berkembang pada abad ke-18 di Eropa sebagai gerakan
untuk menentang klasikisme, yaitu aliran yang mengutamakan keteraturan dalam
berpikir, bersikap, dan bersifat konvensional. Istilah Romantisisme pertama kali

5
digunakan di Jerman pada akhir 1700-an oleh para kritikus August dan Friedrich
Schlegal yang menulis buku kritik berjudul romantische Poesie (puisi romantik).
Penyair Inggris William Wordsworth menjadi suara utama gerakan romantisisme di
tahun 1815-an.
Wordsworth memiliki gagasan utama bahwa puisi harus menjadi luapan
spontan perasaan yang kuat. Melawan tatanan sosial, kepercayaan setempat, dan
nilai-nilai yang mapan Romantisisme menjadi gerakan seni yang dominan di seluruh
Eropa pada tahun 1820-an. Sejarah romantisisme dipengaruhi oleh datangnya revolusi
industri yang mulai meninggalkan kealamian dunia dan destruktif terhadap
lingkungan. Banyak seniman yang menolak praktik-praktik industrialisasi yang
kurang memperhatikan dampak negatifnya terhadap alam.

Meskipun belum dikategorikan sebagai seni modern, romantisisme telah


melawan gerakan seni klasik yang telah mapan sebelumnya. Romantisisme sudah
mulai mengeksplorasi bentuk estetis lain yang tidak hanya mencari keindahan suatu
objek belaka. Romantisisme menggali nilai luhur yang agung dari suatu subjek,
sebagai pengganti kecantikan dan keindahan fisik.

Istilah romantik boleh dikatakan tidak dapat dilepaskan begitu saja dari
kebudayaan Eropa. Kalaupun kita ingin memahami dan mencari ciri-ciri
romantisisme dalam tradisi sastra Indonesia, mau tidak mau kita harus berurusan
dengan perkembangan tradisi kesusastraan Eropa yang memperkenalkan istilah
romantisisme tersebut. Istilah romantik berhubungan dengan penggunaan kata roman
di Abad Pertengahan, yaitu suatu cerita dalam bahasa rakyat Roman. Roman Abad
Pertengahan, terutama yang berupa cerita kesatria, kebanyakan ditulis dalam bentuk
sajak. Setelah beberapa waktu, ciri-ciri yang menandai cerita ini bergeser menjadi
kejadian-kejadian tegang dan sering tidak masuk akal, serta perasaan luhur tentang
kehormatan dan cerita kebangsawanan yang langsung dihubungkan dengan
pengertian roman dan romantik (Luxemburg et.al, 1989, hlm. 162).

Periode romantik dalam sejarah perkembangan sastra Eropa sering dikaitkan


dengan munculnya Revolusi Prancis, terutama pada abad ke-18. Ketika itu, idiom-
idiom yang berkaitan dengan kebebasan, kesamaan, dan persaudaraan muncul di

6
berbagai sendi kehidupan (Samekto, 1975, hlm. 65). Idiom-idiom tersebut pada
akhirnya menimbulkan keyakinan bahwa pada dasarnya, manusia adalah baik.
Dengan demikian, perasaan ingin mencapai kebahagiaan secara sempurna menjadi
hakikat kehidupan pada masa romantik. Kemunculan romantitisme memang tidak
dapat dilepaskan dari Revolusi Prancis. Tokoh yang memberikan napas dalam
romantisisme di Prancis adalah J. J. Rousseau. Ia dianggap sebagai bapak
romantisisme lewat karya autobiografinya, Confessions. Di dalam bukunya, ia
memaparkan bahwa diri (self) merupakan sesuatu yang otonom dalam menentukan
pilihannya. Dengan kata lain, Rousseau mengenalkan konsep individualisme dan
subjektivisme dalam pemikiran filsafat (Heath dan Boreham, 1999, hlm. 23).

Para seniman romantik cenderung mengunggulkan sifat individualistis


daripada konformistis. Karya seniman romantik menekankan hal yang bersifat
spiritualitas atau fantastik. Minatnya pada alam yang masih liar dan belum diolah
sangat besar. Tokoh-tokoh eskapisme romantis lebih menyukai tempat-tempat yang
alami, natural, bunga-bunga, sinar mentari, atau bulan purnama. Sifat otentik kaum
romantik adalah pandangan filosofis yang menolak hal-hal palsu atau artifisial,
seperti ketentuan sosial, hukum material, dan penaklukan individu oleh hal-hal yang
nonemotif. Romantik menjauhi kejenuhan atau kebiasaan, dan melihat sesuatu secara
berbeda. Romantika menyeret orang sampai batas-batas yang tidak terduga.

Lebih dari seabad sejak romantisisme pertama kali dicetuskan di Barat, tetapi
pengaruhnya masih dapat dirasakan dalam dunia kesenian sampai sekarang. Pada
faktanya, bentuk seni modern pun banyak yang masih bersifat romantik. Walaupun
sudah muncul banyak konsep lain, seperti realisme, simbolisme, surealisme, dan lain-
lain, adanya kebutuhan untuk mengekspresikan diri secara subjektif, terlepas dari
hukum sains dan logika, yang sering kali menjadi vital dalam penciptaan karya seni,
merupakan warisan dari romantisisme. Romantisisme juga memegang peran penting
dalam perkembangan seni rupa modern Indonesia, sebagai penggayaan seni lukis
asing pertama yang masuk ke Indonesia.

7
C. Proses Masuknya Aliran Sastra (Romantisme) pada Puisi-Puisi Indonesia

Romantisisme dalam sastra Indonesia modern, khususnya romantisisme di


dalam puisi-puisi Indonesia yang terbit dalam majalah-majalah sastra, seperti
Pujangga Baru selama tahun 1935‒1939, sangat berkaitan dengan suatu angkatan dari
negeri Belanda yang dikenal juga dengan nama De Tachtigers, atau ‘Angkatan 80’.
De Tactigers sendiri merupakan bentuk perlawanan dari sekelompok sastrawan muda
Belanda yang bersatu dalam De Niuwe Gids, atau ‘Pandu Baru’ pada tahun 1885.
Nama ini mengindikasikan bahwa gerakan tersebut merupakan reaksi terhadap
majalah sastra yang terpenting ketika itu di Belanda, yakni De Niuwe Gids yang
dibentuk tahun 1837, dan mewakili pandangan golongan tradisional (Jassin, 1980).

Pujangga Baru merupakan suatu angkatan sastra di Indonesia yang terkemuka


sebagai gerakan pembaruan di bidang sastra, sebagaimana yang dilakukan oleh
Angkatan 45 yang muncul setelah perang revolusi di Indonesia. Jassin menyebut
Angkatan Pujangga Baru sebagai gerakan yang membawa angin pembaruan dalam
jiwa, pandangan hidup, dan dalam gaya. Namun, yang lebih terkemuka dari angkatan
ini, menurut Jassin, adalah semangat kebangsaan dan romantik (Jassin, 1963).

Semangat romantisisme Angkatan Pujangga Baru ini pada awalnya


menunjukkan kesejajaran dengan semangat De Tachtigers Belanda yang bertolak dari
anggapan bahwa manusia adalah pencipta, bukan sekedar homo artifex, yakni
makhluk yang hanya dapat meniru proses penciptaan Tuhan. Munculnya
romantisisme di Indonesia sebenarnya telah dimulai sejak kehadiran puisi-puisi karya
M. Yamin, Rustam Effendi, dan Or. Mandank selama tahun 1920‒1930. Mereka
menyebut dirinya sebagai kaum praromantik dan romantik (Damono, 1995, hlm. 8).
Ia juga menyebutkan bahwa aliran romantik ini merupakan suatu aliran yang muncul
begitu tiba-tiba, tanpa ada kaitan sama sekali dengan perkembangan puisi Melayu
yang telah berakar pada tradisi kesusastraan Melayu di Nusantara. Dalam hal ini,
Penulis kurang sependapat dengan beliau (Damono) karena jika dicermati dengan
saksama, dapat dilihat adanya suatu alasan yang kuat terkait alasan romantisisme
cepat diterima oleh penyair-penyair modern Indonesia pada masa tersebut. Hal
tersebut dapat dibuktikan dengan pilihan terhadap soneta sebagai bentuk puisi modern

8
yang digemari di kalangan penyair romantik Indonesia. Pemilihan soneta sebagai
bentuk puisi modern oleh penyair Indonesia pada masa itu disebabkan oleh adanya
kemiripan bentuk antara soneta dan pantun yang sama-sama mengikat, yakni
memiliki sampiran dan isi.

Perkembangan sastra di Indonesia dapat digolongkan ke dalam beberapa


angkatan, seperti angkatan 1920-an, atau disebut juga angkatan Balai Pustaka;
angkatan 1933, yang disebut juga angkatan Pujangga Baru; angkatan 1945 yang
disebut angkatan Pendobrak; dan angkatan 1966, atau disebut juga angkatan Orde
Lama. Setiap angkatan memiliki ciri khusus, seperti angkatan 1920-an yang identik
dengan novel Marah Rusli yang berjudul “Sitti Nurbaya”; angkatan 1933 dengan
tokoh sastrawannya Sutan Takdir Alisjahbana (dalam bidang prosa) dan Amir
Hamzah (bidang puisi); angkatan 1945 dengan tokoh sentralnya, Chairil Anwar, yang
terkenal dengan puisi-puisinya yang sangat monumental, salah satunya berjudul
“Aku”; dan angkatan 1966 dengan tokoh sentralnya, Taufik Ismail, yang
menghasilkan kumpulan puisi berjudul “Tirani dan Benteng”.

D. Ciri-ciri Aliran Sastra (Romantisme)

Romantisisme tidak dapat diidentifikasi dengan suatu gaya, teknik, atau sikap
yang tunggal, namun memiliki ciri umum yang seragam. Ciri tersebut adalah:

1. Imajinatif; Meskipun tetap realistis (tidak ada fantasi), adegan yang digunakan
pada romantisisme cenderung tampak teatrikal dan bukan pemandangan sehari-
hari, untuk menciptakan adegan tersebut diperlukan daya imajinasi yang tingg
2. Subjektif; Penciptaan seni dianggap sebagai ekspresi diri seniman.
3. Menggunakan intensitas emosional yang tinggi.
4. Pencitraan atau suasana memiliki kualitas dream-like (seperti
mimpi).Menggambarkan perasaan kuat yang tidak harfiah atau menggunakan
perumpaan dan simbol.

9
Prinsip romantisisme adalah kembali pada alam, contohnya emphasis terhadap
nilai-nilai kebajikan umat manusia, keadilan bagi seluruh umat, serta menggunakan
perasaan daripada logika dan intelekual. Ada beberapa ciri-ciri yang sangat menonjol
dalam aliran romantisme ini, di antaranya kembali ke alam, melankolis, keprimitifan,
sentimental, dan individual (Noyes, 1956). Seni romantik berfokus pada emosi,
perasaan, dan berbagai macam suasana hati, seperti spiritualitas, imajinasi, misteri,
dan semangat perjuangan. Seniman romantik mengekspresikan emosi personal
melalui karyanya, yang kontras dengan pengekangan dan nilai-nilai universal yang
ada pada seni neoklasik. Subject matter bervariasi, contohnya lanskap, religi,
revolusi, dan keindahan yang damai

E. Tokoh Aliran Sastra (Romantisme)

1. Francisco Goya

Francisco Goya dianggap sebagai seniman romantisisme asal Spanyol yang paling
penting pada akhir abad 18-an. Sepanjang karirnya Goya banyak mengabadikan sejarah
melalui lukisannya. Goya sering disebut sebagai Old Masters yang terakhir dan pelukis
modern yang pertama (transisi dari renaisans menuju romantisisme). Selain melukiskan
sejarah dia juga sering melukis potret bernuansa kontemporer (pada masanya) yang
berarti sudah meninggalkan tradisi neoklasik.

2. J.M.W Turner

Joseph Mallord William Turner adalah seniman asal Inggris yang dikenal dengan
pewarnaan ekspresif, pemandangan imajinatif dan gambar dramatis. Sehingga dapat
dengan mudah diketahui bahwa ia adalah seniman beraliran romantisisme. Lukisan
Turner yang paling terkenal adalah lukisan pemandangan lautanya. Turner lahir di
Maiden Lane, Covent Garden, London, di keluarga kelas menengah rendah yang

10
sederhana. Dia tinggal di London sepanjang hayatnya, mempertahankan aksen
kampungnya dan tetap bersikap rendah hati di masa tenarnya.

Turner belajar di Royal Academy of Arts dari tahun 1789. Selama belajar disana,
dia juga menjabat sebagai juru gambar arsitek (drafter). Ia membuka galeri sendiri pada
tahun 1804 dan menjadi profesor di Royal Academy pada tahun 1807 dan mengajar
sampai tahun 1828. Ia gemar melakukan perjalanan keliling Eropa dari tahun 1802 dan
pulang membawa banyak sketsa pemandangan di perjalanannya.

3. Caspar David Friedrich

Caspar David Friedrich adalah pelukis pemandangan Romantik Jerman abad ke-
19. Ia adalah salah satu seniman Jerman yang paling berpengaruh pada masanya. Ia juga
menjadi tokoh terpenting dalam sejarah Romantisisme. Friedrich terkenal karena lukisan
pemandangan alegoris atau bersifat simbolis universal, seperti fabel; cerita bintang yang
menyimbolkan perilaku manusia. Lukisan Friedrich biasanya menampilkan sosok
kontemplatif dalam pemandangan yang berhadapan dengan gelapnya malam, kabut pagi,
pohon tandus atau reruntuhan kuno.

Minat utama Friedrich adalah perenungan terhadap alam dunia dan karyanya yang
seringkali simbolis berusaha menyampaikan tanggapan subjektif dan emosional terhadap
alam. Lukisan Friedrich biasanya menempatkan kehadiran manusia dalam perspektif
kecil di tengah pemandangan yang besar. Perspektif tersebut menurut sejarawan seni
Christopher John Murray mengarahkan pandangan pemirsa terhadap dimensi metafisik
mereka.

4. Amir Hamzah

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, aliran romantisisme dalam karya sastra
Indonesia banyak ditemukan dalam karya-karya angkatan Pujangga Baru. Contohnya

11
dapat ditemukan pada puisi karya Amir Hamzah yang berjudul “Astana Rela” yang
termuat dalam koleksi puisi Njanji Soenji yang terbit tahun 1937.

F. Contoh Karya Aliran Romantisme

A. Puisi karya Amir Hamzah

Astana Rela

karya Amir Hamzah

Tiada bersua dalam dunia

tiada mengapa hatiku sayang

tiada dunia tempat selama

layangkan angan meninggi awan

Jangan percaya hembusan cedera

berkata tiada hanya dunia

tilikkan tajam mata kepala

sungkumkan sujud hati sanubari

Mula segala tiada ada

pertengahan masa kita bersua

ketika tiga bercerai ramai

di waktu tertentu berpandang terang

Kalau kekasihmu hasratkan dikau

12
restu sempana memangku daku

tiba masa kita berdua

berkaca bahagia di air mengalir

Bersama kita mematah buah

sempana kerja di muka dunia

bunga cerca melayu lipu

hanya bahagia tersenyum harum

Di situ baru kita berdua

sama merasa, sama membaca

tulisan cuaca rangkaian mutiara

di mahkota gapura astana rela

Puisi ini menyiratkan tentang keikhlasan tokoh Aku yang tak dapat bertemu dengan
kekasihnya di dunia karena ia percaya mereka akan bersua di surga. Puisi ini menggunakan
beberapa pilihan kata yang menarik, seperti bersua, tilikan, sempana, dan di mahkota astana
gapura rela. Selain itu, ciri khas puisi-puisi Amir Hamzah tampak dalam isinya yang sebagian
besar menyiratkan kerinduan dan kesedihan. Karyanya juga mengandung unsur sufistik, atau
merupakan hasil refleksi pribadi akan hubungannya dengan Tuhan.

13
B. Puisi Karya Sutan Takdir Alisjahbana

Menuju ke Laut

Karya Sutan Takdir Alisjahbana

Ombak ria berkejar-kejaran

Di gelanggang bertepi langit

Pasir rata berulang dikecup,

Tebing curam ditantang diserang,

Dalam bergurau bersama angin,

Dalam berlomba bersama mega.

Angin

Karya Sutan Takdir Alisjahbana

Angin,

Kata orang engkau mengerang,

Bila menderu di pohon kayu

Selalu ngembara di mulia buana

Pemacu Ombak

Karya Sutan Takdir Alisjahbana

Di depan membentang samud’ra biru,

14
Jauh menghabis, di garis lengkung,

Tempat langit mantap bertahan,

Dan awan tipis takjub tertegun

kutipan sajak tersebut, citraan alam yang muncul adalah awan, ombak, samudra, mega, angin,
laut, dan langit. Citraan-citraan alam digunakan untuk mendapatkan analogi yang tepat dengan
gambaran perasaan yang mendalam.

C. Puisi Karya Chairil Anwar

Cintaku Jauh di Pulau

Karya Chairil Anwar

Cintaku jauh di pulau,

gadis manis, sekarang iseng sendiri

Perahu melancar, bulan memancar,

di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.

angin membantu, laut terang, tapi terasa

aku tidak kan sampai padanya.

Di air yang tenang, di angin mendayu,

15
di perasaan penghabisan segala melaju

Ajal bertakhta, sambil berkata:

“Tujukan perahu ke pangkuanku saja,”

Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!

Perahu yang bersama kan merapuh!

Mengapa ajal memanggil dulu

Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!

Manisku jauh di pulau,

kalau kumati, dia mati iseng sendiri.

16
BAB 3

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Romantisisme adalah aliran sastra yang mengutamakan perasaan. Sastra beraliran


romantik ditandai dengan beberapa ciri, di antaranya keinginan untuk kembali ke alam
dan kembali kepada sifat-sifat yang asli, yakni alam yang belum tersentuh dan terjamah
tangan-tangan manusia. Istilah ini juga mencakup ciri-ciri yang menunjukkan keberadaan
keterpencilan, kesedihan, kemurungan, dan kegelisahan yang hebat. Selain itu, romantik
juga cenderung untuk kembali kepada zaman yang sudah menjadi sejarah masa lampau
yang telah melahirkan manusia-manusia besar.
Pengungkapan yang romantis sering dikaitkan dengan percintaan muda-mudi
yang masih hijau dan belum banyak pengalaman. Tokoh-tokoh dalam fiksi romantik
sering digambarkan sangat dikuasai oleh perasaannya dalam merumuskan segala
persoalan. Dikisahkan juga bahwa tokoh-tokoh dalam karya sastra romantisisme tak
tahan menghadapi hidup yang keras dan kejam. Mereka kemudian ada yang lari ke
gunung atau tempat terpencil lainnya yang dirasakan dapat menjauhkannya dari
kekerasan hidup.
Terdapat semacam pandangan yang menilai bahwa puisi-puisi Indonesia tahun
1930-an merupakan puisi yang sarat dengan pengungkapan yang romantis dan mendayu-
dayu, misalnya sajaksajak Amir Hamzah, J.E. Tatengkeng, dan Sanusi Pane. Pengaruh
Barat terasa sekali, terutama dari Angkatan ‘80 Belanda. Hal tersebut tampak melalui
peniruan terhadap puisi-puisi Belanda yang masuk Indonesia pada masa itu. Puisi-puisi
tersebut memiliki beberapa ciri, seperti sajaknya bukan seperti pantun dan syair;
bentuknya lebih bebas daripada puisi lama, baik dalam segi jumlah baris, suku kata,
maupun rima (karena rima merupakan salah satu sarana kepuitisan utama pada masa
romantisisme); serta gaya ekspresi setiap puisinya tampak lebih berfokus pada
pengungkapan emosi dan perasaan. Demikian kentalnya romantisisme dalam puisi-puisi
Indonesia tahun 1930-an tersebut sehingga akhirnya dianggap sebagai salah satu ciri yang
melekat pada puisi zaman Pujangga. Ciri itu pula yang kemudian dijadikan sebagai

17
pembeda antara puisi yang lahir pada tahun-tahun tersebut dengan puisi yang lahir
sesudahnya.

B. Saran

Saran yang dapat penulis berikan adalah dengan banyak melakukan penilitian
terhadap karya-karya sastra modern dalam aliran romantisme agar keutuhan aliran
romantisme tetap terjaga meski sudah berbeda dengan zaman sebelumnya, hal itu juga
dapat mengembangkan aliran romantisme itu sendiri sebagaimana saat zaman balai
pustaka hingga saat ini. Diharapkan juga kepada semua yang meneliti aliran romantisme
ini dapat menjadikannya sebagai sumbangan perkembangan ilmu sastra khususnya dalam
perkembangan sejarah sastra.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://serupa.id/aliran-romantisisme/

http://eprints.umm.ac.id/27558/1/jiptummpp-gdl-hafidhaqul-32226-2-babi.pdf

http://siat.ung.ac.id/files/wisuda/2017-2-2-88201-311412113-bab5-12032018111205.pdf

https://susastra.fib.ui.ac.id/wp-content/uploads/81/2019/02/04.pdf

19

Anda mungkin juga menyukai