Anda di halaman 1dari 31

LINGUISTIK TERAPAN

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Linguistik Umum

Dosen Pengampu: Dr. Mohammad Siddiq,M.Si.,M.Pd

Disusun oleh Kelompok 9:

Iqbal Husni Fauzan 11220130000021

Salma Zakiyah 11220130000013

Devita Dwi Lestari 11220130000015

Kelas: 1A/PBSI

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Swt. yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
dan syukur penulis haturkan kepada Allah Swt., yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang
“Linguistik Terapan” tepat pada waktunya. at bertangkaikan salam semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan
terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat
memperbaiki makalah ini. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Tanggerang Selatan, 28 Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan Makalah..............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3

A. Hakikat Linguistik Terapan.............................................................................................3

B. Sejarah Linguistik Terapan.............................................................................................4

C. Objek Kajian Linguistik Terapan....................................................................................5

D. Ruang Lingkup Linguistik Terapan................................................................................7

E. Pengajaran Bahasa dalam Linguistik Terapan..............................................................14

F. Penelitian Bahasa dalam Linguistik Terapan................................................................16

G. Penerjemahan Bahasa dalam Linguistik Terapan.........................................................19

H. Penerapan Praktis Linguistik Terapan yang Terdapat di Indonesia..............................23

BAB III PENUTUP................................................................................................................27

A. Kesimpulan...................................................................................................................27

B. Saran..............................................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................28

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Linguistik berarti ilmu tentang bahasa. Dalam disiplin ilmu bahasa,


diperlukan praktik untuk menerapkan ilmu kebahasaan dalam kehidupan
sehari-hari seperti pengajaran, pembelajaran, penerjemahan, penelitian, dan
lain sebagainya. Suatu aktivitas yang memerlukan kebahasaan sebagai objek
pembelajarannya, harus didasari oleh ilmu yang mengkaji kebahasaan, yang
disebut dengan ilmu bahasa (linguistik). Secara umum, ilmu bahasa dapat
dibedakan berdasarkan jenisnya, yaitu linguistik murni dan linguistik terapan.
Linguistik murni mengkaji tentang fonetik, fonologi, morfologi, sintaksis, dan
semantik. Sedangkan linguistik terapan membahas tentang psikolinguistik,
sosiolinguistik, keterampilan berbahasa, pengajaran berbahasa, penerjemahan,
dan leksikografi.

Linguistik terapan merupakan salah satu cabang ilmu bahasa.


Linguistik terapan membahas tentang bidang praktis yang terdapat dalam
linguistik. Linguistik terapan mengacu pada penggunaan bahasa oleh guru
bahasa mengenai hasil temuan ahli bahasa. Linguistik terapan termasuk ke
dalam ilmu yang sudah memenuhi berbagai fungsi bahasa dan memiliki dasar
ilmu yang berkaitan dan terbuka. Bahasa yang menjadi kajian linguistik
terapan dapat dipelajari dari berbagai aspek dan tingkatan dengan
menggunakan metode induktif dan metode deduktif. Tingkatan bahasa
meliputi aspek bunyi, morfem, kata, frasa, dan kalimat serta aspek makna.
Linguistik terapan mencakup penerapan mengenai teori-teori psikolinguistik,
sosiolinguistik, antropolinguistik, dan lainnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan


masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana hakikat linguistik terapan?

2. Bagaimana sejarah linguistik terapan?

1
3. Apa saja objek kajian linguistik terapan?

4. Apa saja ruang lingkup linguistik terapan?

5. Bagaimana pengajaran bahasa dalam linguistik terapan?

6. Bagaimana penelitian bahasa dalam linguistik terapan?

7. Bagaimana penerjemahan bahasa dalam linguistik terapan?

8. Bagaimana penerapan praktis linguistik terapan yang terdapat di


Indonesia?

C. Tujuan Penulisan Makalah

Makalah ini dibuat untuk menyelesaikan salah satu tugas pada mata
kuliah Linguistik Umum dan juga untuk menjelaskan kepada pembaca
mengenai Linguistik Terapan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Linguistik Terapan

Kata linguistik berasal dari bahasa latin lingua yang berarti bahasa.
Dalam bahasa Perancis langage-langue; Italia lingua. Akhiran kata ics dalam
linguistics berfungsi untuk memaknai nama sebuah ilmu, sehingga linguistik
berarti ilmu tentang bahasa. Selain itu, Kata terapan atau menerapkan,
memiliki arti memakai atau menggunakan. Dalam linguistik terapan
mempelajari penerjemahan, leksikografi, perencanaan bahasa, dan lain
sebagainya.1 Linguistik terapan adalah cabang linguistik yang membahas
prinsip-prinsip dan langkah penerapan ilmu linguistik pada bidang-bidang non
linguistik. Orientasi nya adalah praktis dan pragmatik bagi ke kemaslahatan
publik.2

Kasbollah berpendapat bahwa linguistik terapan adalah ilmu bahasa


yang menjadi terapan dalam bidang praktis. Linguistik terapan dapat dilihat
sebagai ilmu baru yang dapat berkembang dan diakui keberadaannya.
Leksikografi, penerjemahan, patologi, dan terapi wicara merupakan bagian
dari linguistik terapan, hal ini dikarenakan linguistik terapan merupakan ilmu
yang sudah memenuhi berbagai fungsi bahasa dan memiliki dasar ilmu yang
berkaitan dan terbuka. Menurut Spolsky, linguistik terapan lebih luas
daripada linguistik pendidikan. Maka dari itu, ia menggunakan istilah
educational linguistik (linguistik pendidikan).3 Menurut William F. Mackey,
istilah linguistik terapan mulai digemari di Amerika Serikat sekitar tahun 1940
saat orang mulai berpikir bahwa linguistik dapat dipakai untuk tujuan
kemanusian yang mengangkat seseorang sebagai manusia yang humanitas.4

Dari definisi yang sudah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa


linguistik terapan mengacu pada penggunaan bahasa oleh guru bahasa

1
Hasan Busri, dkk, Linguistik Terapan Konsep Pembelajaran dan Penelitian Linguistik Mutakhir,
(Malang: Literasi Nusantara, 2020), h. 3.
2
A. Chaedar Alwasilah, Pengantar Penelitian Linguistik Terapan, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2005),
h. 7.
3
Hasan Busri, dkk., Op Cit., h. 3.
4
Mansoer Pateda, Linguistik (Sebuah Pengantar), (Bandung: Penerbit Angkasa, 2021), h. 52.

3
mengenai hasil temuan ahli bahasa. Selain itu, ada perbedaan antara guru
bahasa dan ahli bahasa, yaitu ahli bahasa dapat mengajukan teori bahasa dan
perian sedangkan guru bahasa menggunakan ilmu linguistik terapan tersebut
dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakannya. 5 Linguistik terapan
memiliki manfaat untuk memecahkan permasalahan praktis yang
bersangkutan dengan bahasa seperti, dalam pengajaran bahasa. Dengan
demikian, linguistik berperan sebagai alat. Contohnya, linguistik dapat
dimanfaatkan untuk mengajarkan bahasa agar perolehan anak lebih
meningkat. Linguistik terapan memiliki beberapa prinsip. Adapun prinsip
linguistik terapan sebagai berikut,6

1) Penerapan dengan syarat adanya yang diterapkan. Linguistik terapan akan


sangat bergantung pada kecanggihan linguistik teoretis. Dalam hal ini, apa
yang telah ditemukan baru dapat diterapkan beberapa saat kemudian.

2) Hubungan yang diterapkan dengan bidang terapan akan menentukan besar


kecilnya manfaat penerapan.

3) Aplikasi bersifat kontekstual. Hal ini diartikan sebagai besar kecilnya


penerapan tergantung pada konteks penerapan.

4) Aplikasi merupakan masukan bagi pengembangan teori yang ada atau


setiap aplikasi dan praktik lapangan berkontribusi bagi pengembangan
linguistik.

5) Aplikasi mengikuti hukum universal bahasa, yaitu beberapa teori dapat


digunakan pada hampir setiap bahasa.

6) Aplikasi bersifat interdisipliner. Hal ini memiliki arti melibatkan cabang


pengetahuan selain ilmu linguistik.

B. Sejarah Linguistik Terapan

Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 pandangan mengenai
linguistik terapan mulai dikembangkan. Pada saat itu para ilmuwan di
Amerika serikat dan Eropa barat mulai memikirkan cara penerapan linguistik

5
Hasan Busri, dkk, Op Cit., h. 4.
6
A. Chaedar Alwasilah, Op Cit., h. 7-8.

4
dalam berbagai jenis ilmu lainnya. Pada tahun 1946, istilah linguistik terapan
telah diakui di Universitas Michigan dan digunakan secara resmi sebagai
nama khusus mandiri dan jurusan yang terpisah. Pada akhir tahun 1950 dan
awal 1960, penggunaan linguistik terapan secara bertahap diperluas dan
mengalami perkembangan makna dengan memasukan rujukan penerjemahan
ke terjemahan otomatis. Pada tahun 1964, dewan Eropa membiayai persiapan
Asosiasi Internasional Linguistik Terapan yang didirikan dan melakukan
kongres internasional pertamanya di Nancy, Perancis.7

Sejarah linguistik terapan di Indonesia belum terlihat secara lengkap


hingga saat ini, meskipun begitu pelana musik Indonesia telah ada sejak lama
dan dan cukup ramai. Pada awalnya linguistik terapan di Indonesia banyak
dilakukan oleh para ahli linguistik terapan dari Belanda dan Eropa. Hal ini
bertujuan untuk kepentingan pemerintahan kolonial. Di sisi lain, hingga akhir
1950-an, pendidikan formal linguistik di departemen sastra dan lembaga-
lembaga pelatihan guru pada dasarnya berpegangan pada konsep-konsep tata
bahasa tradisional yang sangat bersifat normatif. Kemudian, pada 15
November 1975, terjadi perubahan atas prakarsa sejumlah ahli bahasa tingkat
tinggi. Oleh karena itu, didirikanlah organisasi kebahasaan yang disebut
Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI).8

C. Objek Kajian Linguistik Terapan

Objek kajian linguistik terapan membahas tentang bahasa, yaitu bahasa


manusia yang menjadi alat komunikasi dengan menggunakan ujaran sebagai
medianya. Hal ini berarti bahasa lisan menjadi objek primer linguistik,
sedangkan bahasa tulisan sebagai objek sekunder linguistik, karena bahasa
tulisan dapat dikatakan sebagai "turunan" bahasa lisan. Saussure disebut
sebagai bapak linguistik modern yang merupakan seorang ahli linguistik
berkebangsaan Swiss. Ia berpendapat bahwa, objek linguistik meliputi
langage, langue, dan parole. Langage atau dalam bahasa Inggris disebut
dengan Linguistic Disposition, adalah bahasa pada umumnya. Hal ini sama
seperti ungkapan "manusia memiliki bahasa sedangkan hewan tidak memiliki
7
Hasan Busri, dkk., Op Cit., h. 4-5.
8
Ibid., h. 6.

5
bahasa". Selanjutnya, Langue atau dalam bahasa Inggris disebut language,
berarti bahasa tertentu, seperti bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa Indonesia,
dan sebagainya. Sedangkan parole atau dalam bahasa Inggris disebut speech,
diartikan sebagai logat, ucapan atau tuturan. Beberapa ilmu yang berhubungan
dengan linguistik terapan sebagai objek penelitiannya, antara lain;9

1) Linguistik terapan atau ilmu tentang aspek kebahasaan (linguistik murni)

2) Ilmu-ilmu tentang bahasa, istilah kebahasaan digunakan dalam arti kiasan.


Contohnya adalah kinematika dan paralinguistik. Kinesik adalah ilmu
tentang gerak tubuh atau isyarat atau bahasa tubuh seperti anggukan
kepala dan isyarat tangan. Sedangkan, Paralinguistik adalah ilmu yang
berfokus pada kegiatan khusus yang menyertai pengucapan bahasa.
Misalnya, keluh kesah kekeh, tawa, batuk ringan, dan bentuk-bentuk tegun
(ehm, anu, apa itu, apa ya, dan sebagainya)

3) Pengetahuan tentang opini bahasa. Sebagai contoh, metalinguistik, ilmu


yang membicarakan tentang detail "bahasa" yang digunakan untuk
menggambarkan bahasa yang tercermin dalam istilah studi teori linguistik.

4) Pengetahuan mengenai ilmu bahasa. Misalnya, penelitian yang


mengkhususkan diri dalam linguistik itu sendiri, seperti penelitian tentang
sejarah perjalanan dalam ilmu linguistik.

Bahasa yang menjadi kajian linguistik terapan dapat dipelajari dari


berbagai aspek dan tingkatan. Tingkatan bahasa meliputi aspek bunyi,
morfem, kata, frasa, dan kalimat serta aspek makna. Cabang linguistik yang
mempelajari aspek fonetik atau bunyi bahasa dalam fonologi. Ukuran morfem
atau kata dipelajari dalam Morfologi. Sedangkan, frasa atau kalimat
dijelaskan dalam sintaksis. Disisi lain, aspek makna bahasa dipelajari dalam
ilmu lain yang disebut semantik. Adapun linguistik terapan menggunakan
metode ilmiah seperti induktif dan deduktif untuk mempelajari bahasa.
Metode induktif digunakan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitian
yang diperoleh dari pengamatan secara rinci. Sedangkan metode deduktif

9
Ibid., h. 6-7.

6
digunakan ketika ahli bahasa ingin menguji validitas atas teori atau hukum
yang sudah ada sebelum melakukan penelitian.10

D. Ruang Lingkup Linguistik Terapan

Linguistik terapan mengacu pada berbagai aktivitas yang melibatkan


beberapa hal yang terkait dengan pemecahan masalah bahasa dengan ruang
lingkup yang lebih luas seperti, pengajaran bahasa (language education)
meliputi membaca (reading comprehension), pidato (speech) atau komunikasi
publik (public speaking), menulis (writing), dan aspek lainnya. Selain itu,
terdapat penerjemahan atau alih bahasa (translation) sebagai ruang lingkup
lainnya yakni leksikografi atau leksikologi dalam ilmu perkamusan, linguistik
forensik (forensic linguistic), linguistik edukasional, dan bidang terapan
lainnya.11

1. Psikolinguistik

Psikolinguistik berkembang bermula dari adanya pakar linguistik


yang memiliki minat di bidang psikologi dan juga para ahli psikologi yang
mendalami bidang ilmu bahasa (Linguistik). Menurut Natsir, gagasan
kemunculan psikolinguistik sudah ada sejak tahun 1952 yaitu sejak Social
Science Research Council di Amerika serikat mengundang tiga orang ahli
bahasa dan tiga orang psikolog untuk mengadakan konferensi
interdisipliner. Psikolinguistik merupakan kajian interdisipliner antara
psikologi dan ilmu linguistik. Psikologi sendiri berasal dari bahasa Inggris,
yaitu kata psychology. Kata psychology berasal dari bahasa Yunani yang
memiliki penggabungan kata antara psyche (jiwa) dan Logos (ilmu). Maka
dari itu, jika didefinisikan secara etimologi, psikologi berarti ilmu jiwa.
Ketika psikologi sebagai cabang ilmu dari filsafat, psikologi memiliki
istilah yang dapat diartikan sebagai ilmu jiwa. Bahkan, pada tahun 1950an,
ilmu jiwa sering digunakan sebagai padanan kata psikologi dalam
kepustakaan Indonesia.12

10
Ibid., h. 7-8.
11
Yendra, Mengenal Ilmu Bahasa (Linguistik), (Yogyakarta: Deepublish, 2018), h. 324-325.
12
Sri Suharti, dkk, Kajian Psikolinguistik, (Aceh: Yayasan Penerbit Muhammad Zaini, 2021), h.
1-2.

7
Menurut John dewey, cara menafsirkan analisis linguistik bahasa
kanak-kanak berdasarkan prinsip-prinsip psikologi. Penggolongan
psikologi akan kata-kata yang diucapkan kanak-kanak dilakukan
berdasarkan makna seperti yang dipahami kanak-kanak, dan bukan seperti
yang dipahami orang dewasa dengan bentuk-bentuk tata bahasa orang
dewasa. Ilmu psikologi dan ilmu linguistik merupakan suatu ilmu yang
sangat berbeda. Selain itu, keduanya memiliki metode dan prosedur yang
berlainan. Akan tetapi, ilmu psikologi dan ilmu linguistik memiliki
persamaan yaitu, sama-sama meneliti bahasa sebagai objek materi
formalnya. Ilmu psikologi mengkaji perilaku atau proses berbahasa,
sedangkan ilmu linguistik mengkaji struktur bahasa dari segi fonologi,
morfologi, sintaksis, dan semantik. Penamaan gabungan ilmu psikologi
dan ilmu linguistik yang digunakan saat ini merupakan hasil kerjasama
yang lebih terarah dan sistematis karena dinilai lebih tepat untuk
menggambarkan kemandirian dan objek kajian yang spesifik, yakni pada
proses psikologis yang terjadi pada orang berbahasa. Maka dari itu,
lahirlah satu ilmu baru yang kini disebut psikolinguistik.13

Psikolinguistik mempelajari hubungan antara bahasa dengan


perilaku dan akal budi manusia. Selain itu, psikolinguistik juga mengkaji
bagaimana proses-proses psikologi berlangsung pada saat seseorang
mengucapkan kalimat-kalimat yang didengarnya ketika berkomunikasi
dan bagaimana kemampuan berbahasa diperoleh pada saat berkomunikasi.
Psikolinguistik mencakup proses kognitif yang dapat menghasilkan
kalimat yang mempunyai makna, tata bahasa dari perbendaharaan kata,
dan struktur bahasa, serta proses yang membuat ungkapan dan kata dapat
dipahami. Menurut Harley, psikolinguistik merupakan studi tentang
proses-proses mental dalam pemakaian bahasa.14

Dalam bidang linguistik, psikolinguistik dikategorikan sebagai


makrolinguistik. Hal ini dikarenakan, psikologi mempelajari bidang
bahasa dalam hubungannya dengan bidang-bidang di luar bahasa.

13
Ibid., h. 5-7.
14
Ibid., h. 13.

8
Psikolinguistik membuka diri pada temuan pengetahuan ilmu lain sebagai
alat bantu untuk menginterpretasikan masalah pemerolehan bahasa,
komprehensi bahasa, dan juga produksi bahasa. Maka dari itu,
psikolinguistik menjadi salah satu cabang linguistik yang kompleks dan
mengalami perkembangan yang cukup pesat. Dilihat secara teoritis,
psikologi memiliki kedudukan dalam studi bahasa untuk mencari satu teori
bahasa yang secara linguistik dapat diterima dan secara psikologi dapat
menerangkan hakikat bahasa serta pemerolehannya. Dapat disimpulkan,
psikolinguistik mencoba menerangkan hakikat struktur bahasa dan
bagaimana struktur tersebut diperoleh, digunakan pada waktu bertutur, dan
pada waktu memahami kalimat-kalimat dalam pertuturan.15

2. Sosiolinguistik

Dikutip dari Chaer, sosiolinguistik dapat diartikan sebagai ilmu


tentang karakteristik bahasa, yaitu karakteristik mengenai fungsi-fungsi
bahasa dan karakteristik pemakai bahasa yang secara berkepanjangan
memerlukan interaksi satu sama lain, sehingga dalam hal itu bahasa
tersebut mengalami perubahan di dalam masyarakat tuturnya.
Sosiolinguistik menjadi cabang linguistik yang mempelajari seluruh aspek
relasi antara bahasa dan masyarakat. Sosiolinguistik masuk ke dalam ilmu
interdisipliner antara ilmu sosiologi dan linguistik yang membahas
masalah kebahasaan dalam hubungannya dengan masalah-masalah sosial.
Dalam objek kajian sosiolinguistik, sosiolinguistik memandang bahasa
sebagai sarana berinteraksi dan berkomunikasi di dalam masyarakat
sosial.16

Sosiolinguistik memiliki hubungan dengan spesifikasi penggunaan


bahasa yang sebenarnya, seperti deskripsi pola-pola pemakaian bahasa
(dialek) dalam budaya tertentu. Kajian sosiolinguistik dapat disebutkan
sebagai berikut,17

1) Sosiolinguistik mengkaji bahasa dalam konteks sosial dan kebudayaan

15
Ibid., h. 14.
16
Yendra, Op Cit., h. 270.
17
Ibid., h. 272-273.

9
2) Sosiolinguistik menghubungkan faktor-faktor kebahasaan, ciri-ciri,
dan ragam bahasa dengan situasi serta faktor-faktor sosial dan budaya

3) Sosiolinguistik mengkaji fungsi-fungsi sosial dan penggunaan bahasa


dalam masyarakat.

Menurut Waridah, Sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari


aspek-aspek bahasa kemasyarakatan, terkhusus perbedaan atau variasi
yang terdapat dalam bahasa yang berkaitan dengan faktor-faktor
kemasyarakatan. Sosiolinguistik juga dapat disebut sebagai studi atau
pembahasan dari bahasa yang berhubungan dengan penutur bahasa itu
sebagai anggota masyarakat. Maka dari itu, dapat diketahui perkembangan
bahasa sebagai akibat dari perkembangan masyarakat. Untuk mengetahui
alat perkembangan masyarakat pemakainya dan tingkat sosial
kemasyarakatan, dapat digunakan bahasa atau ilmu linguistik.
Sosiolinguistik bersifat affective atau problematis, yaitu dengan membahas
sikap kebahasaan suatu masyarakat sebagai pemakai bahasa, membahas
gejala-gejala kebahasaan sebagai suatu kesulitan atau suatu masalah, dan
membahas bagaimana membina atau mengembangkan salah satu segi
kebahasaan. Sosiolinguistik menjadi bagian dari pada studi linguistik
terapan.18

3. Etnolinguistik

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, etnolinguistik adalah


cabang linguistik yang menyelidiki hubungan antara bahasa dan
masyarakat pedesaan atau masyarakat yang belum mempunyai tulisan.
Etnolinguistik memiliki pandangan tentang keterkaitan antara bahasa
dengan pandangan dunia penuturnya bahasa-bahasa minoritas yang
memiliki daya hidup etnolinguistik rendah akan digeser oleh bahasa-
bahasa dengan jiwa etnolinguistik yang kuat. Hal ini dikarenakan penutur
dengan jiwa etnolistik yang rendah akan cenderung meningkatkan pilihan
bahasanya pada bahasa yang lebih dominan. Di Indonesia, konteks
kebahasaan dalam kehidupan etno linguistik bahasa-bahasa daerah di

18
Tutik Wahyuni, Sosiolinguistik, (Klaten: Penerbit Lakeisha, 2021), h. 9-20.

10
Indonesia rata-rata lebih lemah dibandingkan bahasa Indonesia. Hal ini
dikarenakan bahasa Indonesia berdasar pada dukungan lembaga
pemerintah dan kedudukan sosialnya. Oleh sebab itu, terdapat fenomena
pergeseran pilihan bahasa dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia.19

Dalam pandangan etnolinguistik, bahasa mantra yakni bahasa yang


memiliki jiwa etnolinguistik yang rendah, atau cenderung jarang
digunakan oleh orang dalam bahasa kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu
untuk mempelajari tentang seluk beluk bahasa mantra warok Ponorogo
dapat dilakukan sebuah kajian etnolinguistik. Kajian etnolinguistik ini,
berfokus pada wujud leksikon mantra dan makna dibalik tuturan mantra
tersebut serta pandangan atau pemikiran para warok (Pendekar) tentang
jati dirinya sebagai warok Ponorogo dalam menjiwai kehidupan melalui
ekspresi kesenian Reog.

4. Neurolinguistik

Neurolinguistik adalah linguistik dalam bidang neurologi (saraf).


Neurolinguistik adalah kajian yang memiliki pusat perhatian pada dasar-
dasar biologis bahasa dan peralatan-peralatan otak yang mendasari
pemerolehan dan penggunaan bahasa, serta mencari pusat kebahasaan
dalam otak manusia. Neurolinguistik berpendapat bahwa terdapat kaitan
langsung antara bahasa dengan otak manusia. 20 Neurolinguistik termasuk
ke dalam cabang interdisipliner linguistik dan ilmu kedokteran yang
meneliti hubungan antara cara kerja otak manusia dan pemrosesan
aktivitas bahasa. Neurolinguistik berfokus pada upaya menciptakan model
pemrograman saraf yang merekonstruksi kerja otak dalam proses kegiatan
bicara, auditori, membaca, menulis, dan bahasa isyarat. Study neuro
linguistik percaya bahwa pusat perilaku berbahasa ada di belahan otak kiri
(hemisfer kiri), dengan berbagai bukti dan temuan neurologis.21

19
Mulyani, Praktik Penelitian Linguistik, (Yogyakarta: Deepublish, 2020), h. 12-13.
20
Yendra, Op Cit., h. 304.
21
Sri Harini Ekowati, Kajian Pendidikan Bahasa dan Sastra, (Sumatera Barat: Insan Cendekia
Mandiri, 2021), h. 4.

11
Neurolinguistik terdiri dari dua terminologi yaitu neurologi dan
linguistik. Menurut Aitchison dan Bambini, neurolinguistik merupakan
studi tentang bahasa serta pikiran atau studi tentang proses mental pada
pemakaian bahasa. Sedangkan menurut Nababan, neuro linguistik disebut
sebagai studi yang memusatkan atensinya pada dasar-dasar biologis bahan
serta peralatan-peralatan otak yang mendasari pemerolehan serta
pemakaian bahasa. Sistem otak manusia dibagi menjadi tiga, yaitu otak
besar, otak kecil, dan batang otak. Dalam berbahasa, otak besar memiliki
fungsi yang lebih penting. Korteks Serebral otak besar ikut serta langsung
dalam pemrosesan bahasa serta mengendalikan ataupun mengelola proses
kognitif manusia.22

5. Linguistik Komputasi

Linguistik komputasi (computation linguistic) merupakan hasil dari


kajian para peneliti psikolinguistik. Linguistik komputasi menjadi bagian
dari pengembangan dan penerapan kajian psikolinguistik yang pada saat
itu menjadi kajian baru yang diteliti oleh peneliti psikolinguistik. Hal ini
disebabkan oleh, perkembangan teknologi yang berhasil menciptakan
sebuah sistem yang memiliki kemampuan (otak) yang mirip dengan
manusia yaitu komputer dengan kecerdasan otak buatannya (artificial
intelligent). Karena prinsip kerja komputer memiliki kemiripan dengan
sistem kerja otak manusia, maka para ahli psikolinguistik menciptakan
kajian baru yang disebut dengan linguistik komputasi. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa, linguistik komputasi adalah ilmu bahasa yang
mengkaji sistem kerja otak komputer dan keterkaitannya dengan
kebahasaan. Dalam linguistik komputasi, pada saat itu komputer
digunakan oleh para ahli untuk mengolah data kebahasaan dan mencari
informasi yang diinginkan dengan cara berkomunikasi dengan jejaring lain
yang memiliki informasi yang diperlukan itu. Kemudian, pengolahan data
dan pencarian informasi tersebut mengalami perkembangan ke arah
teknologi yang berhubungan dengan otak komputer tersebut. Dari sini
dapat diambil kesimpulan, objek kajian utama linguistik komputasi adalah
22
Sri Suharti, Op Cit., h. 88-89.

12
bagaimana sistem kerja otak komputer dengan keterkaitannya dengan
bahasa. Tujuan kajian linguistik komputasi dengan sistem kerja otak
komputer yakni, mengharapkan komputer dapat memiliki kemampuan
berbahasa seperti manusia. 23

6. Linguistik Forensik

Linguistik Forensik adalah ilmu bahasa yang memiliki keterkaitan


dengan hukum (law) dan kejahatan (crime). Maka dari itu, kajian dari
linguistik forensik disebut dengan studi bahasa teks, khususnya teks
hukum. Teks hukum meliputi bermacam-macam jenis dan bentuk analisis
teks seperti menganalisis dokumen produk linguistik dari parlemen atau
badan pembuat hukum, surat atau dokumen pribadi, dan surat panggilan
pengadilan. Oleh karena itu, dalam hal ini ahli bahasa memiliki manfaat
untuk menyediakan atau menganalisis bukti berupa elemen bahasa demi
kepentingan investigasi perdata dan pidana. Linguistik forensik mengkaji
bahasa seperti yang digunakan dalam pemeriksaan silang-sengketa, bukti
presentasi, arah hakim, menyimpulkan kepada juri persidangan, peringatan
polisi, teknik wawancara, dan lain-lain. Adapun tataran linguistik yang
berkaitan dengan fonetik akustik, analisis wawancara, dan semantik, di
samping berkaitan dengan pragmatik dan psikolinguistik. Linguistik
forensik memiliki tataran utama dengan masalah identifikasi penutur
berdasarkan dialek, gaya bicara, atau aksennya dan tulis tangan tersangka
kejahatan untuk mendapatkan profilnya.24

7. Linguistik Edukasional

Linguistik edukasional atau linguistik pendidikan, adalah disiplin


ilmu yang mengintegrasikan alat-alat penelitian dari linguistik dan disiplin
ilmu sosial lainnya untuk mengkaji secara mendalam berbagai persoalan
yang berkaitan dengan bahasa dan pendidikan. Linguistik mengajarkan
teori analisis dan deskripsi bahasa sebagai objek kajiannya. Linguistik
edukasional mengajarkan unsur-unsur linguistik dan teknik-teknik
penulisan linguistik.
23
Yendra., Op Cit., h. 305-307.
24
Ibid., h. 333-334.

13
8. Leksikografi

Leksikografi memiliki arti sebagai bidang ilmu bahasa yang


mempelajari cara pembuatan kamus. Penulisan kamus yang tepat harus
melalui berbagai proses, sehingga sebagian besar sarjana memiliki kamus
namun tidak tahu bagaimana cara penulisan kamus. Penyusunan kamus
diawali oleh dua nama besar yakni Samuel Johnson dan Noah Webster.
Samuel Johnson merupakan ahli bahasa dari Inggris yang telah membuat
Dictionary of The English Language pada tahun 1755. Sedangkan di
Amerika, Webster membuat kamus An American Dictionary of The
English Language untuk pertama kalinya dalam dua volume pada tahun
1828.25 Kamus dijadikan rujukan sekaligus sebagai penjaga standardisasi
korpus bahasa. Sebelum dimasukkan sebagai entri (kata kepala), Para
penyusun kamus (leksikograf) harus memiliki pengetahuan linguistik yang
luas dari setiap kosakatanya.26

9. Stilistika

Stilistika berarti cara bergaya seseorang dalam menyatakan


pikirannya dalam bahasa tulis. Pada dunia karang dan mengarang terdapat
ungkapan write with style!, Yakni perintah untuk menulis tidak sekedar
benar secara dramatik, tetapi juga menarik, indah, dan mengesankan
pembaca. Tak jarang penulis yang dikenal publik karena gaya tulisannya
yang khas. Maka dari itu, untuk dapat mendeskripsikan gaya tulisan
seseorang, diperlukannya teori-teori linguistik.27

E. Pengajaran Bahasa dalam Linguistik Terapan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “strategi” memiliki


makna rencana yang cermat mengenai aktivitas untuk mencapai sasaran
khusus. Strategi pengajaran berbahasa adalah kumpulan prosedur pedagogis
yang secara universal disusun untuk menentukan strategi pembelajaran yang
nyata bagi peserta didik yang secara langsung menuju kepada perkembangan

25
Muhammad Iqbal, Azwardi, dan Rostina Taib, Linguistik Umum, (Banda Aceh: Syiah Kuala
University Press, 2017), h. 48-49.
26
A. Chaedar Alwasilah, Op Cit., h. 8.
27
Ibid., h. 10.

14
kompetensi dalam bahasa sasaran. Menurut Richards, dalam bidang linguistik
terapan, istilah strategi mengandung makna langkah-langkah yang dipakai
dalam belajar, berpikir, dan lain-lain, yang dilakukan sebagai cara untuk
mencapai suatu tujuan.28

Menurut Soenardji, analisis ilmiah terhadap berbagai gejala


dirumuskan ke dalam kaidah-kaidah fonologi, morfologi, dan sintaksis serta
diproses menjadi bahan ajar dalam pengajaran bahasa. Hasil perdebatan ilmiah
dalam hasil penelitian dengan penekanan pada teori bahasa ditransformasikan
menjadi argumen utama untuk penggunaan bahasa yang baik dan benar
melalui kegiatan pengajaran bahasa. Jika kita menganggap linguistik dan
pengajaran sebagai dua kutub, harus ada hubungan antara dua kutub yang
dapat menyambungkan keduanya dengan sebaik-baiknya. Linguistik terapan
berfokus pada pengajaran bahasa sebagai berikut,29

1) Butir-butir teoritik yang mempunyai keabsahan kuat dalam linguistik, dan

2) Berbagai metode dan alternatif untuk mengelola penyampaian pengajaran


bahasa. Kemungkinan dan alternatif itu diusahakan agar sesuai dengan
sejalan dengan butir teoritik dalam linguistik.

3) Ramelan menjelaskan penggunaan linguistik dalam pengajaran bahasa


secara lebih transparan antara lain,

4) Memberi pijakan tentang prinsip-prinsip pengajaran bahasa asing, yang


termasuk di dalamnya pendekatan, metode dan teknik,

5) Memberi petunjuk atau tindakan terhadap isi atau materi Bahasa yang
akan diajarkan berdasarkan uraian rinci, termasuk penggunaan ungkapan
bahasa.

Seorang guru tentunya terlibat dalam interaksi dan proses belajar-


mengajar. Keberhasilan mengajar ditentukan oleh kebaikan serta
kesempurnaan proses belajar mengajar. Metode apapun yang digunakan dalam
pengajaran bahasa bertujuan agar para peserta didik mampu berbahasa.

28
Henry Guntur Tarigan, Strategi Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa, (Bandung: Angkasa,
2021), h. 3.
29
Hasan Busri, dkk, Op Cit., h. 9.

15
Metode pembelajaran Bahasa merupakan salah satu aspek terpenting dalam
pembelajaran bahasa. pemilihan metode pembelajaran bahasa tertentu
menentukan struktur kurikulum dan materi pelajaran bahasa. Oleh karena itu,
guru atau calon guru bahasa perlu memahami metode yang digunakan dalam
pembelajaran bahasa. Metode harus dibedakan dari pendekatan, teknik, dan
strategi pembelajaran. Pada kenyataannya, terdapat tiga istilah pembelajaran
yang sering dicampur adukan satu sama lain, yaitu pendekatan, metode, dan
teknik. Metode pembelajaran adalah proses atau langkah langkah yang
dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah diberikan.
Pembelajaran bahasa menggunakan metode untuk mengungkapkan kerangka
keseluruhan proses pembelajaran. Seluruh proses tersebut disusun menjadi
rangkaian yang sistematis, pada keseluruhannya berasal dari pendekatan yang
digunakan sebagai landasan acuan. Oleh karena itu, metode ini bersifat
prosedural.30

F. Penelitian Bahasa dalam Linguistik Terapan

Penelitian adalah upaya untuk menemukan, mengembangkan, dan


menguji kebenaran pengetahuan berdasarkan data dan fakta melalui sumber-
sumber pengetahuan (pengalaman, tradisi, metode otoritatif, metode deduktif
dan metode induktif, serta pendekatan ilmiah). Upaya tersebut harus dilakukan
dengan menggunakan metode ilmiah, termasuk metode objektif, analitis, dan
sistematis. Menurut Kerlinger, penelitian ilmiah adalah penelitian yang
dilakukan secara sistematis, kritis, empiris, dan terkendali, berdasarkan
hipotesis tentang hubungan yang diperkirakan terdapat fenomena alam.
Sistematis artinya penelitian dilakukan menurut pola dan aturan yang
diterapkan secara terencana. Empiris artinya fenomena yang diteliti
merupakan fenomena faktual yang nyata. Sedangkan kritis berarti mengamati,
waspada, dan menerima objek atau fenomena yang diteliti.31

Penelitian sebenarnya adalah tindakan bermain dengan hipotesis yang


merupakan terkaan bernalar ihwal sesuatu. Hipotesis eksperimental

30
Ibid., h. 11-12.
31
Azwardi, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, (Banda Aceh: Syiah
Kuala University Press, 2018), h. 1.

16
memprediksi hasil dari peristiwa yang dikendalikan dan hasil inilah yang
mengkonfirmasi atau menyangkal hipotesis itu. Dalam penelitian, bahasa
selalu dikaitkan dengan model teori atom dan sebagian besar penelitian
memerlukan pembuktian atau pengujian sebuah prediksi teori atau model
melalui eksperimen atau observasi. Penelitian eksperimen, observasi, dan
studi khusus, harus didasarkan pada teori yang menjelaskan penelitian.32

Penelitian linguistik adalah studi ilmiah tentang bahasa untuk


memperjelas fenomena yang terlibat dalam bahasa dan penggunaan bahasa
berdasarkan data linguistik. Objek penelitian linguistik adalah bahasa, baik
bahasa murni maupun bahasa terapan. Untuk memudahkan dan memahami
intisari kajian linguistik, ahli bahasa harus mampu membedakan secara jelas
antara dikotomi linguistik murni dan linguistik terapan. Linguistik murni
adalah cabang linguistik yang pengkajian ilmu bahasa difokuskan pada
struktur bahasa sebagai korpus (data), seperti fonologi, morfologi, dan
sintaksis. Di sisi lain, link musik terapan berkaitan dengan analisis ilmu
bahasa dengan fokus pemakaian bahasa sebagai korpus, seperti memeriksa
penggunaan bahasa dari perspektif morfologis, sintaksis, dan semantis.33

Sebagai ilmu yang mencoba mengkonstruksi teori tentang bahasa,


linguistik menggunakan metode induktif dan deduktif. Metode induktif adalah
proses dari fakta ke teori. Sedangkan, metode deduktif adalah proses dari teori
ke fakta. Metode induktif dilakukan dengan empat langkah sebagai berikut,34

1) Observasi data. Pada langkah ini, peneliti mengumpulkan data bahasa dan
mendeskripsikannya dalam pernyataan yang dapat dipahami oleh peneliti
lain.

2) Wawasan berdasarkan struktur data. Dalam langkah ini, peneliti


menemukan keteraturan dalam data bahasa yang terhimpun atau mencari
pedoman dalam bahasa yang dipelajarinya.

3) Perumusan hipotesis. Dalam langkah ini, pedoman-pedoman atau


keteraturan yang diperoleh pada langkah sebelumnya dirumuskan secara
32
A. Chaedar Alwasilah., Op Cit., h. 13-16.
33
Azwardi., Op Cit., h. 93.
34
Ibid., h. 97.

17
tepat, sehingga memberikan gambaran yang baru dan inklusif tentang
bahasa.

4) Pengujian hipotesis. Pada langkah ini, rumusan pada langkah sebelumnya


diuji dengan fakta lain. Suatu teori tentang bahasa akan dianggap legal jika
hasilnya telah diuji oleh peneliti lain dengan hasil yang sama.

Kegiatan meneliti ditentukan oleh paradigma. Paradigma adalah cara


pandang umum seorang peneliti terhadap kejadian atau fenomena, misalnya
fenomena berbahasa. Paradigma menjadi sangat normatif. Hal ini disebabkan,
dalam paradigma diikuti dan dipraktikkan sehingga terdapat aturan dalam pola
interaksinya yang dalam praktiknya terdapat juga larangan yang berlaku ketika
terjadi suatu peristiwa. Manusia memiliki paradigma yang berbeda-beda untuk
mengamati dan memahami fenomena yang lain. Manusia juga memiliki
perbedaan pandangan dalam fenomena berbahasa dengan fenomena lainnya.
Objek yang diteliti sama, tetapi paradigma yang digunakan berbeda.35

Penelitian linguistik mengalami perkembangan yang tidak hanya


terbatas pada bahasa secara struktural. Namun, penelitian linguistik
mengalami perkembangan yang cukup pesat pada kajian secara fungsional.
Kajian bahasa struktural berarti peneliti memberikan perhatian secara khusus
dan mendalam terkait relasi struktur bahasa secara intern dan bebas konteks.
Sedangkan, kajian bahasa fungsional adalah peneliti mengkaji dan
menghubungkan bahasa dengan konteks penggunaannya sesuai dengan fakta
atau realitas sosial. Dalam proses penelitian bahasa, peneliti menggunakan
metode deskriptif, kualitatif, kuantitatif, komparatif, dan studi pustaka.
Peneliti dapat mengeksplorasi data dan fakta empiris yang membuat satuan
lingual bisa dijelaskan secara ilmiah. Hal ini disebabkan oleh persebaran
bahasa yang luas dan mengalami dinamika yang cepat.36

G. Penerjemahan Bahasa dalam Linguistik Terapan

Alih bahasa (translation) adalah sebuah usaha pemindahan wacana


dari suatu bahasa ke bahasa lain, dengan prosesnya yang disebut dengan

35
Muhammad, Metode Penelitian Bahasa, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), h. 14-15.
36
Mulyani, Op Cit., h. 7.

18
“terjemahan” atau “tafsir”. Terjemahan merupakan sebuah alih bentuk berupa
teks dari suatu bahasa ke bahasa yang lain tanpa mengurangi atau
menambahkan ide atau pesan yang terkandung dalam teks sumber. Alih
bahasa merupakan kegiatan kompleks yang menuntut kecermatan. Maka dari
itu, seseorang yang melakukan kegiatan mengalihkan bahasa harus
menguasai bahasa sumber dan bahasa target dengan baik.37

Dalam proses penerjemahan bahasa, yang menjadi poin utamanya


adalah proses pemahaman teks dari bahasa sumber dan pergantian pesan oleh
bahasa target. Maka dari itu, penerjemahan bahasa memiliki tujuan utama
yakni, menghasilkan terjemahan yang semirip mungkin dengan naskah
aslinya. Dalam kenyataannya, menerjemahkan tidak dapat menghasilkan
terjemahan yang sempurna dan sama persis dengan naskah asli. Maka dari
itu, ahli bahasa atau penerjemahan tidak bisa lepas dari kajian dasar bahasa
yaitu; fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik. Jika tanpa
memahami kajian dasar bahasa maka tujuan alih bahasa tidak akan tercapai
dengan baik.38

Terjemahan dapat diartikan menjadi pengalihan makna menurut


bahasa sumber ke bahasa sasaran sesuai dengan struktur gramatikal dan
konteks budaya target bahasa. Bahasa sumber merupakan bahasa pertama
yang akan diterjemahkan, sedangkan bahasa sasaran adalah bahasa hasil
terjemahan dari bahasa sumber. Hasil terjemahan yang didapatkan menurut
penerjemahan Bahasa sumber ke target bahasa tidak sepenuhnya
diterjemahkan secara kata per kata. Namun, dapat diterjemahkan dengan
menggunakan budaya target bahasa. Kunci kegiatan penerjemahan adalah
menggunakan pengalihan makna, bukan kata. Berikut ini beberapa prinsip
terjemahan yang relevan;39

1) Penerjemah wajib dapat menguasai salah satu bahasa sumber dan bahasa
target serta menguasai pengalihan makna dari bahasa sumber ke dalam

37
Yendra, Op Cit., h. 329
38
Ibid., h. 331.
39
Ahmad Muam dan Cisya Dewantara Nugraha, Pengantar Penerjemahan, (Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 2021), h. 2-3.

19
bahasa sasaran. Penerjemah harus pula terampil dalam menulis ulang
pesan yang menjadi makna bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.

2) Penerjemah perlu memahami isi pesan dan tujuan pembicara atau penulis
sebagai bahasa sumber.

3) Objek terjemahan oleh penerjemah bukan bentuk kata demi kata, tetapi
makna secara kontekstual (pesan, konsep)

4) Penerjemah wajib menerjemahkan pesan bahasa sumber agar penerima


dapat memahami pesan yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa
sasaran.

5) Penerjemah hendaknya memperhatikan secara psikologis bahasa


penerima dan hendaklah memakai pilihan bentuk bahasa yang dapat
dipakai pada bahasa penerima, sebagai akibatnya hal itu dapat
memudahkan pembaca atau pendengar memahami pesan yang dialihkan.

6) Penerjemah sepatutnya dapat memperhatikan aspek tentang sumber


wacana atau teks dalam mengalihkan pesan. Terjemahan memiliki
beberapa jenis menurut Jakobson, yakni;40

a. Terjemahan intralingual, adalah penyusunan kembali kata-kata


terhadap suatu tafsiran tanda-tanda verba menggunakan tanda-tanda
lain dalam bahasa yang sama.

b. Terjemahan interlingual, adalah suatu pembacaan tanda-tanda verba


menggunakan tanda bahasa lainnya, yang digunakan ketika ingin
mengatakan suatu ungkapan atau teks dengan cara lain untuk
mengklasifikasi sesuatu yang sudah dijelaskan atau dituliskan.

c. Terjemahan intersemiotik, adalah menerjemahkan bahasa verbal ke


bahasa nonverbal. Jenis terjemahan ini digunakan ketika ditemui pada
sebuah teks seperti sajak yang diterjemahkan menjadi musik, seni,
tari, film, atau lukisan yang kemungkinan untuk contoh kasus ini
hanya transposisi kreatif yang dapat menerjemahkannya. Menurut

40
Ibid., h. 4-5.

20
Bathgate dalam bukunya yang berjudul A Survey of Translation
Theory, terjemahan memiliki 7 tahapan yakni;41

1) Tuning

Tuning adalah fase penelitian atau kegiatan menganalisis


atas teks sumber yang akan diterjemahkan ke bahasa sasaran.
Sebagai contoh, dalam menganalisis tema dari bahasa sumber
yang akan diterjemahkan, jika teks dari bahasa sumber termasuk
ke dalam bidang khusus, seperti bidang sosial, ekonomi, politik,
dan sebagainya, tindakan yang dilakukan oleh penerjemah adalah
memiliki pengetahuan tematis terhadap teks bahasa sumber.
Dalam tahap tuning, aspek lain seperti istilah-istilah khusus dalam
bahasa sumber perlu diperhatikan. Karena istilah khusus sangat
berkaitan dengan masalah kecocokan makna dalam bahasa
sasaran. Maka, dalam fase ini, sebelum melakukan penerjemahan,
penerjemah harus mengenali istilah-istilah khusus, menemukan
definisi, lalu mencari persamaan makna ke dalam bahasa sasaran.

2) Analysis

Analysis merupakan fase menganalisis isi pesan atau


maksud bahasa sumber secara gramatikal dan semantik (makna).
Pada tahap ini, penerjemah dapat memeriksa struktur kalimat yang
sulit dan struktur kalimat bahasa sumber. Kalimat-kalimat yang
memiliki struktur yang sulit dapat disederhanakan untuk
memudahkan memahami isi pesan. Di tahap ini, penerjemah juga
dapat membubuhi kosakata yang sulit dimengerti, dengan cara
menggunakan kamus umum dan kamus bidang khusus yang
menjadi alat bantu untuk memecahkan masalah. Selain itu,
mencari dan membaca buku referensi bidang tertentu menjadi
strategi dalam menangkap makna atau isi pesan bahasa sumber
sangat penting dilakukan oleh penerjemah pada fase ini.

3) Understanding
41
Ibid., h. 9-13.

21
Understanding adalah fase pemahaman teks bahasa
sumber sebelum diterjemahkan. Dalam tahapan ini, penerjemah
harus dapat mengelompokkan kata-kata atau frase-frase dari setiap
kalimat dalam bahasa sumbernya. Setelah itu, penerjemah dapat
menentukan hubungan sintaksis antar kata atau frase tersebut. Tak
hanya itu, penerjemah juga harus bisa melihat hubungan antara
unsur-unsur agar dapat menentukan konsistensi, sehingga hasil
terjemahan mudah dipahami.

4) Terminology

Dalam tahap ini, penerjemah dapat memikirkan


pengungkapan terjemahan ke dalam bahasa sasaran dengan
menemukan istilah dan berbagai ungkapan yang tepat. Kata yang
digunakan oleh penerjemah tidak mengelirukan, mengolok-olok,
atau menyinggung perasaan pengguna bahasa sasaran. Agar
penerjemah dapat menggunakan istilah-istilah teknis yang sesuai
dengan istilah-istilah yang digunakan dalam cabang ilmu tertentu,
penerjemahan menekankan model penerjemahan nomenklatif.
Sebagai contoh, dalam bidang politik, penerjemah harus
menerjemahkan istilah-istilah tertentu dengan persamaan istilah
dalam bahasa sasaran.

5) Restructuring

Dalam tahapan ini, penerjemah menata kembali hasil dari


tahap tuning, analysis, understanding, dan terminology.
Keselarasan gaya bahasa sangat berpengaruh terhadap kualitas
hasil terjemahan. Maka dari itu, penerjemah sebaiknya mengikuti
gaya bahasa yang terdapat dalam bahasa sumber.

6) Checking

Dalam tahapan ini, penerjemah patut mengawasi kembali


hasil terjemahan dengan menandai berbagai kesalahan yang
ditemukan pada proses penerjemahan, seperti kesalahan dalam
penulisan kata, penggunaan tanda baca, dan penyusunan kalimat.

22
7) Discussion

Discussion menjadi tahapan akhir dari penerjemahan.


Penerjemah hendaknya berdiskusi dengan beberapa orang yang
kompeten terhadap praktik penerjemahan untuk menghindari
masukkan yang terlalu banyak karena dapat membingungkan
penerjemah. Tapi ini hendaknya dilakukan dengan model interaktif
antara penerjemahan dengan ahli di bidang yang berkaitan.

H. Penerapan Praktis Linguistik Terapan yang Terdapat di Indonesia

Para ahli ilmu bahasa sepakat bahwa linguistik terapan jauh lebih luas
cakupannya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Berikut ini
beberapa cabang linguistik terapan yang sudah lazim dikenal di Indonesia;42

1) Pengajaran Bahasa

Pengajaran bahasa merupakan cabang yang paling diminati dan


mendapat kontribusi dari penelitian-penelitian linguistik. Dari beberapa
pakar linguistik terapan identik dengan pengajaran bahasa, baik bahasa
ibu maupun bahasa asing.43 Pengajaran bahasa memiliki istilah “metode”
dan “pendekatan” yang sering dipakai secara bergantian.44

2) Penerjemahan

Dalam cabang penerjemahan melibatkan dua bahasa, yaitu bahasa


sumber dan bahasa sasaran. Seorang penerjemah tidak dapat
menghasilkan karya terjemahannya dengan baik jika tidak ada
penguasaan linguistik oleh bahasa sumber dan bahasa sasaran. Sulitnya
melakukan terjemahan dikarenakan jauhnya budaya bahasa sumber dan
bahasa sasaran.

3) Penulisan Bahan Ajar

Para penulis buku ajar teks bahasa harus memiliki pengetahuan


linguistik yang memadai, khususnya pedagogi gramatikal yang baik,

42
A. Chaedar Alwasilah, Op Cit., h. 8-10.
43
Ibid.
44
Henry Guntur Tarigan, Op Cit., h. 4.

23
untuk dapat menyajikan materi yang tidak hanya benar secara ilmiah
tetapi juga benar secara pedagogi.

4) Penyusunan Kurikulum Bahasa

Pengembang kurikulum Bahasa harus memiliki pengetahuan yang


baik tentang linguistik. Kurikulum merupakan dokumen mentasi nasional
yang selalu dijadikan acuan bagi penulis bahan ajar, penulis soal, dan tim
penilai. Oleh karena itu, kurikulum dikembangkan oleh tim yang lebih
besar dan melibatkan berbagai ahli. Dalam penyusunan kurikulum bidang
studi bahasa indonesia, paling sedikit terdapat tujuh dimensi yang perlu
mendapatkan perhatian para ahli pendidikan dan pengajaran bahasa
indonesia.

5) Perencanaan Bahasa

Perencanaan bahasa umumnya dikenal sebagai kebijakan bahasa


(language policy, language planning), yaitu upaya sistematis yang
kolektif oleh sebuah lembaga yang diamanatkan oleh pemerintah untuk
mengembangkan kebijakan penggunaan bahasa di negara. Perencanaan
ini memiliki tiga bagian penting, yaitu kebijakan status bahasa (status
planning), pendidikan bahasa (acquisition planning), dan korpus bahasa
(corpus planning). Di Indonesia, lembaga tersebut merupakan pusat
bahasa.

6) Bilingualisme

Bilingualisme adalah sub bidang linguistik terapan yang


mempelajari fenomena kedwibahasaan yakni antara lain, definisi dan
karakteristik penutur dwibahasa, pemerolehan bahasa, proses
kedwibahasaan, bahasa dominan dan bahasa inferior, transmisi bahasa,
alih kode, kedwibahasaan dengan kecerdasan, dan pendidikan pada
umumnya. Fenomena ini memunculkan pendidikan bilingual (bilingual
education), ya itu sistem pendidikan yang menggunakan dua bahasa
sebagai media pembelajaran.

7) Filsafat Bahasa

24
Filsafat bahasa adalah cabang filsafat yang dimaksud sifat-sifat
bahasa, dan tentunya memerlukan pemerataan teori linguistik. Secara
bahasa terutama membahas tentang filsafat analitik atau filsafat analitika
bahasa. Selain itu, filsafat bahasa juga membahas tentang penggunaan
dan fungsi bahasa oleh manusia, teori makna dan dimensi makna, serta
hakikat bahasa sebagai objek material filsafat, termasuk ihwal dualisme
bentuk (form) dan makna (meaning), hubungan bahasa dengan pikiran,
serta hubungan antar budaya dan manusia berdiskusi, serta
berkomunikasi.

8) Apresiasi dan pengajaran sastra

Karya sastra merupakan perwujudan penggunaan bahasa untuk


tujuan keindahan, sehingga berbeda dengan bahasa nonsastra. Ketika
mengajarkan apresiasi sastra atau kritik sastra, guru harus memiliki
keterampilan berbahasa yang memadai untuk menjelaskan karya sastra.

9) Pengajaran bahasa usia dini

Pengajaran bahasa usia dini mungkin termasuk masalah baru di


Indonesia. Selain itu, pengajaran ini juga berkaitan dengan pengajaran
bahasa Inggris di sekolah dasar bahkan taman kanak-kanak. Selain
menguasai psikologi anak, guru juga harus memiliki kemampuan
berbahasa, terutama tata bahasa pada anak usia dini. Hal ini juga
berkaitan dengan pemerolehan bahasa pertama (first language
acquisition).

10) Patologi Ujaran

Beberapa orang memiliki kelainan ujaran, baik bawaan sejak lahir


atau akibat kecelakaan, yang menyebabkan bunyi ujarannya terdengar
berbeda dalam pengucapan bunyi nya dan susunan kosa kata. Mereka
yang mempelajari patologi ujaran membutuhkan pengetahuan tentang
fonetik, fonologi, dan sintaksis untuk menjelaskan fenomena ini.

25
26
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Linguistik terapan merupakan cabang linguistik yang membahas


tentang penerapan ilmu bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Linguistik
terapan mengacu pada penggunaan oleh guru bahasa dan ahli bahasa. Ahli
bahasa dapat mengajukan teori bahasa dan perian sedangkan guru bahasa
menggunakan ilmu linguistik untuk proses belajar mengajar yang
dilaksanakannya. Linguistik terapan berobjek pada kajian yang membahas
bahasa manusia sebagai alat komunikasi dengan menggunakan ujaran sebagai
medianya. Maka dari itu, objek primer linguistik adalah bahasa lisan dan
objek sekunder linguistik adalah bahasa tulisan.

Linguistik terapan mengacu pada berbagai aktivitas yang melibatkan


beberapa hal yang terkait dengan pemecahan masalah bahasa dengan ruang
lingkup yang lebih luas seperti pengajaran bahasa, penerjemahan atau alih
bahasa, dan penelitian bahasa. Metode pembelajaran bahasa merupakan salah
satu aspek terpenting dalam ruang lingkup linguistik terapan pengajaran
bahasa. Selain itu, para ahli imu bahasa juga sepakat bahwa linguistik terapan
jauh lebih lyuas cakupannya yang sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan.

B. Saran

Dengan makalah ini, pembaca diharapkan dapat memahami


pembahasan tentang pemanduan. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, diharapkan masukan kritik atau saran yang
membangun sehingga kami dapat membuat karya yang lebih baik. Semoga
makalah ini dapat menambah wawasan keilmuan para pembaca.

27
DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. Chaedar. Pengantar Penelitian Linguistik Terapan. Jakarta: Pusat


Bahasa, 2005.

Azwardi. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Banda


Aceh: Syiah Kuala University Press, 2018.

Busri , Hasan. Linguistik Terapan Konsep Pembelajaran dan Penelitian


Linguistik Mutakhir. Malang: Literasi Nusantara, 2021.

Ekowati, Sri Harini. Kajian Pendidikan Bahasa dan Sastra . Sumatera Barat :
Insan Cendekia Mandiri, 2021.

Iqbal, Muhammad, Azwardi, and Rostina Taib. Linguistik Umum. Banda Aceh:
Syiah Kuala University Press, 2017.

Muam, Ahmad, and Cisya Dewantara Nugraha. Pengantar Penerjemahan.


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2021.

Muhammad. Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014.

Mulyani. Praktik Penelitian Linguistik. Yogyakarta: Deepublish, 2020.

Pateda, Mansoer. Linguistik (Sebuah Pengantar). Bandung: Titian Ilmu, 2021.

Suhartati, Sri. Kajian Psikolinguistik. Aceh: Yayasan Penerbit Muhammad Zaini,


2021.

Tarigan, Henry Guntur. Strategi Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa.


Bandung: Angkasa, 2021.

Wahyuni, Tutik. Sosiolinguistik. jawa Tengah : Penerbit Lakeisha, 2021.

Yendra. Mengenal Ilmu Bahasa (Linguistik). Yogyakarta: Deepublish, 2018.

28

Anda mungkin juga menyukai