Anda di halaman 1dari 24

HAKIKAT & PENYUSUNAN KAMUS SEDERHANA

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Pengembangan Pembelajaran Bahasa SD

Dosen Pengampu :
Dr. Wagiran, M.Hum.
Dr. Deby Luriawati N, M.Pd.

Disusun Oleh :
Fidya Eka Purnamasari
0103518007

PENDIDIKAN DASAR
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Hakikat dan Cara Penyusunan Kamus Sederhana”.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak dapat terselesaikan tanpa
bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Dr. Wagiran, M.Hum. Dosen mata kuliah Pengembangan Pembelajaran
Bahasa SD yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat dalam
menyelesaikan makalah ini;
2. Dr. Deby Luriawati N, M.Pd. Dosen mata kuliah Pengembangan
Pembelajaran Bahasa SD yang telah memberikan ilmmu yang bermanfaat
dalam menyelesaikan makalah ini;
3. Kedua orang tua serta adik yang telah memberikan motivasi dan doa dalam
penyusunan makalah ini;
4. Teman-teman rombel yang telah bersedia bertukar informasi dalam
penyelesaian makalah ini;
5. Semua pihak yang telah membantu.
Penulis berharap kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan makalah ini
di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, 20 April 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER ………………………………………………………………………….. 1
KATA PENGANTAR .......................................................................................... 2
DAFTAR ISI ......................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 4


1. Latar Belakang ............................................................................................ 4
1.1. Rumusan Masalah .....................................................................................4
1.2. Tujuan ...................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 6


2. Pengertian Kamus..........................................................................................6
2.1. Ragam Kamus ………………………………………………………...….7
2.2. Informasi dari Kamus ………………………………………………...…13
2.3. Tahap-Tahap Penyusunan Kamus ……………………………………....19
2.4. Hal-hal Penting dalam Penyusunan Kamus ………………………….....20
2.5. Petunjuk Penggunaan Kamus di SD …………………………………....21

BAB III PENUTUP ..............................................................................................23


3. Simpulan .....................................................................................................23
3.1.Kritik & Saran ..........................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................24

3
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Belajar bahasa asing memerlukan alat penunjang yang antara lain adalah
kamus. Barangkali kesulitan-kesulitan yang terjadi dalam masalah kebahasaan
dapat diatasi dengan bantuan kamus.
Penyusunan kamus merupakan proses yang panjang. Setiap tahap dalam
proses itu merupakan kumulasi dari penelitian dan analisis bahasa serta kegunaan
praktis kamus hasil proses sebelumnya. Sejarah leksikografi (perihal penyusunan
kamus) di Indonesia dimulai dari daftar kata atau glosarium ke kamus-kamus
dwibahasa kemudian ke kamus-kamus ekabahasa. Menurut catatan, karya
leksikografi tertua dalam sejarah studi bahasa di Indonesia ialah daftar kata Cina –
Melayu pada permulaan abad ke – 15. Yang berisi 500 lema (entri).
Sejarah perkamusan di negeri ini terus berkembang dari masa kemasa. Saat
ini terdapat berbagai ragam karya leksikografi yang berkembang di Indonesia, baik
itu termasuk kamus ekabahasa maupun dwibahasa untuk menjelaskan makna
bahasa asing kedalam bahasa Indonesia. Banyak ditemukan di toko-toko buku
berbagai ragam kamus seperti, Jepang, Perancis, Italia, Mandarin, Inggris, Arab,
Spanyol, dll. Dengan begitu banyaknya ragam kamus, sehingga tidak
memungkinkan bagi penulis untuk membahasnya secara keseluruhan dan terinci,
maka dalam makalah ini akan dibahas seca garis besar saja.

1.1 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian kamus?
2. Apa saja ragam kamus?
3. Apa saja informasi dari kamus?
4. Tahapan-tahapan penyusunan kamus
5. Hal-hal penting dalam menyususn kamus
6. Petunjuk penggunaan kamus di Sekolah Dasar

4
1.2 Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian kamus.
2. Mendeskripsikan ragam kamus.
3. Mendeskripsikan informasi dari kamus.
4. Menganalisis tahapan-tahapan penyusunan kamus
5. Menganalisis hal-hal penting dalam menyusun kamus
6. Menganalisis petunjuk penggunaan kamus di Sekolah Dasar

5
BAB II
PEMBAHASAN

2. Pengertian Kamus
Dalam kata pengantar yang terbit 1995, Samuel Johnson berkata “Saya menerapkan
diri saya pada pembacaan para penulis kita... mencatat segala sesuatu yang dapat
dipergunakan untuk mengetahui atau menjelaskan kata atau frase..” Selanjutnya dia
berkata “(Saya) bukan membentuk, tetapi mendaftarkan bahasa. (Saya) sama sekali
bukan mengajar orang bagaimana seharusnya mereka berpikir tetapi
menghubungkan bagaimana sampai sekarang ini mereka mengekspresikan pikiran-
pikiran mereka.”
Kamus tidak hanya sekedar pencatat atau perekam makna kata. Dalam beberapa hal
kamus merupakan tempat penyimpanan pengalaman-pengalaman manusia yang
telah diberi nama, dan merupakan sarana penting bagi pengajaran kosakata. Kamus
memberikan informasi mengenai derivasi kata, makna kata, ejaannya, dan
ucapannya. Telaah kamus meningkatkan pengetian para siswa akan istilah-istilah
umum, teknis, dan sastra. Juga memberikan informasi mengenai penggunaan
formal dan informal kata-kata, ungkapan-ungkapan kata-kata asing, kata ganti diri,
dan singkatan-singkatan.
Masih banyak siswa bahkan mahasiswa yang belum mengetahui bagaimana cara
menggunakan kamus dengan cara yang baik untuk menigkatkan serta memperkaya
kosakata mereka. Sayang sekali, batasan kata asing mungkin saja dapat dipahami
pada saat membaca, tetapi dengan cepat pudar menjadi tidak jelas kalau para siswa
tidak dapat menemukan petunjuk unggul untuk (1) memahaminya dengan mantap,
(2) mengingatnya baik-baik, dan (3) mempergunakannya dengan tepat (Dale [et al]
; 1971: 277).
Sekarang timbul pertanyaan dalam hati kita; apa sebenarnya kamus itu? Dalam
Webster’s New College Dictionary kita mendapati penjelasan yang mengatakan
bahwa : “Kamus adalah karya acuan yang memuat kata-kata suatu bahasa , sistem
atau bidang pengetahuan yang dimuat secara alfabetis dan diberi batasan; leksikon
(1959 : 230).

6
Dalam The American College Dictionary ada sebuah penjelasan yang mengatakan
bahwa: “Kamus adalah buku yang berisi pilihan kata-kata suatu bahasa, atau suatu
kelas kata khusus, biasanya disusun secara alfabetis, dengan penjelasan-penjelasan
mengenai maknanya serta diekpresikan dalam bahasa yang sama atau dalam bahasa
yang lain; (disebut juga leksikon atau glosari). (Barnhart, 1960 : 336).
Seorang ahli perkamusan, Ladislav Zgusta mengatakan bahwa salah satu dari
batasan-batasan yang terbaik mengenai istilah “kamus” adalah diberikan oleh C.C.
Berg, yang berbunyi : “Kamus adalah daftar bentuk-bentuk linguistik yang telah
disosialisasikan yang tersusun secara bersistem, yang dihimpundari kebiasaan-
kebiasaan bahasa suatu masyarakat bahasa tertentu dan dikomentari oleh sang
pengarang dengan cara yang sedemikian rupa sehingga pembaca yang memenuhi
syarat memahami makna setiap bentuk terpisah, dan diberi informasi mengenai
fakta-fakta yang relevan yang ada kaitannya dengan fungsi bentuk tersebut di dalam
masyarakatnya. “Batasan ini berkenaan dengan tipe-tipe utama kamus, yaitu yang
terutama sekaliberhubungan dengan makna kamus atau lexical meaning
(Zgusta;1971 : 197).

2.1. Ragam Kamus


Penentuan ragam kamus atau pengklasifikasian kamus bergantung kepada sudut
pandangan orang yang mengadakannya. Walaupun terdapat persamaan umum,
namun di antara ahli kamus terdapat perbedaan yang disebabkan oleh sudut
pandangan dalam pengklasifikasian ragam atau tipe kamus.
Menurut Malkiel, kamus dapat diklasifikasikan berdasarkan:
1. Jajaran atau barisannya (range)
2. Perspektifnya (perspective)
3. Penyajiannya (presentation)
Kategori pertama yang berdasarkan jajaran itu dapat dibagi atas:
a) Kepadatan entri atau kata kepala
b) Jumlah bahasa yang tercakup; dan
c) Taraf konsentrasi pada data leksikal secara tegas, pada pemakaian
realia, nama diri, dan sebagainya.

7
Kategori kedua yang berdasarkan perspektif itu melihat adanya tiga perspektif
utama, yaitu:
a) Dimensi fundamental (diakronisme >< sinkronisme)
b) Dimesi susunan dasar entri (secara konvensional bersifat alfabetis,
semantis, arbitrer).
c) Dimensi tingkatan nada (objektif, perspektif, dan komentar-
komentar lucu).
Dalam kategori ketiga yang berdasarkan penyajian perhatian dipusatkan pada:
a) Definisi atau batasan
b) Dokumentasi verbal
c) Ilustrasi grafik
d) Adanya ciri-ciri khusus (misalnya lokalisasi, transkripsi, fonetik,
dan lain-lain) (Zgusta ; 1971 : 220)
T.A. Sebeok dalam makalahnya yang berjudul “Materials for a typology of
dictionarie” yang dimuat dalam majalah Lingua 11 : 1962 : 363 ff, menemukan
bahwa ada 16 ciri utama yang turut menentukan tipe sesuatu kamus. Sebuah kamus
mempunyai ciri sebagai berikut:
1. Bersifat generated atau diturunkan (seorang ahli pribumi
menghasilkan suatu daftar kata-kata yang merupakan suatu
glosari),
2. Abstracted atau diringkaskan (dari naskah-naskah) yang
mengandung perbedaan pada naskah-naskah,
3. Pembatasan-pembatasan atau limit-limit korpus (dari naskah-
naskah yang dikutip),
4. Keragaman intern korpus yang mungkin dipertimbangkan atau
tidak,
5. Bentuk-bentuk tunggal dari bentuk-bentuk ganda yang dapat
dinyatakan
Disamping itu kamus dapat pula:
6. Berdasarkan bentuk
7. Berdasarkan makna
8. Disusun dengan / oleh bentuk

8
9. Disusun dengan / oleh makna
10. Acuan-acuan silang dapat diberikan berdasarkan bentuk,
11. Dokumentasi dapat berupa :
a. Dialektis
b. Geografis
c. Tekstual
12. Eksemplifikasi (pemberian contoh)
13. Terjemahan, keterangan, komentar
14. Kekerapan data
15. Komentar etimologis, dan
16. Komentar ensiklopedis (Zgusta: 1971 :220)
Dalama mengklasifikasikan kamus, Scerba mempergunakan beberapa
dimensi, antara lain :
a) Kamus akademis >< kamus referensi
b) Kamus ensiklepdi >< kamus umum
c) Tesaurus >< kamus normal (ekabahasa atau dwibahasa)
d) Kamus normal (ekabahasa atau dwibahasa) >< kamus
ideologi (sinonim)
e) Kamus ekabahasa >< kamus terjemahan (yang kita sebut
kamus dwibahasa).
f) Kamus non historis >< kamus historis (Zgusta; 1971:220-
221).
Berikut ini akan diberikan keterangan singkat mengenai setiap jenis kamus
tersebut agar kita mendapat gembaran umum.
Kamus ensiklopedik atau biasa disebut ensiklopedi adalah kamus yang
paling besar dan memusatkan perhatian pada denotata kesatuan-kesatuan leksikala
atau kata-kata. Ensiklopedi memberikan informasi mengenai dunia ekstra-
linguistik, baik fisik maupun non-fisik, dan disusun dalam urutan kata-kata atau
kesatuan-kesatuan leksikal sebagai acuan bagian-bagian dari dunia ekstra-linguistik
yang sedang dibicarakan itu. Justru dalam urutan atau susunan “berdasarkan kata”
inilah ensiklopedi mempunyai persamaan dengan kamus ekabahasa. Kata
ensiklopedi mengingatkan kita pada suatu karya agung yang terdiri dari banyak jilid

9
yang meliputi segala bidang pengetahuan manusia. Ensiklopedi yang terkenal
antara lain Ensyclopedia Britannica, International Encyclopedia f the Social
Sciences; dan untuk Indonesia adalah Ensiklopedi Indonesia (7 jilid).
Selanjutnya Zgusta membuat klasifikasi kamus , yang dapat kita rangkumkan
seperti yang terlihat pada gambar 2.3
Kamus diakronik memusatkan perhatian pada sejarah, dengan
perkembangan kata-kata (kesatuan-kesatuan leksikal), baik yang berkaitan dengan
bentuk maupun makna. Kamus diakronik ini dapat kita bedakan lagi atas kamus
historis dan kamus etimologis.
Kamus historis memusatkan perhatian pada perubahan-perubahan yang
terjadi baik dalam bentuk maupun makna sesuatu katan (kesatuan leksikal) dalam
suatu jangka waktu sejarah.

k. historis
k. kata-kata
k. diakronik
Berdasarkan asing
k. etimologis
waktu
k. sinkronik k. singkatan

k. deskriptif
standar
k. umum
k. deskriptif
Berdasarkan keseluruhan
Jangkauan
K. Ensiklopedik k. ideologis
KAMUS

k. khusus
(terbatas)
K. Linguistik k. sistematik
k. ekabahasa

Berdasarkan
k. dwibahasa
Jumlah Bahasa

k. aneka bahasa

k. besar

Berdasarkan
k. sedang
jumlah entri

k. kecil

10
Kamus etimologis memusatkan perhatian pada asal-usul kata-kata
(kesatuan-kesatuan leksikal); sebagian besar dari kata-kata suatu bahasa yang
dikenal kini justru muncul atau menjelma sebelum awal tradisi tekstual; kamus
etimologis dapat dikatakan menggarap pra-sejarah kata-kata. Namun asal-usul kata
yang ada kini merupakan objek yang sah bagi kamus etimologis ini. Harus kita
ketahui bahwa kamus etimologis yang besar secara logika cenderung berkembang
menjadi kamus komparatif. Kamus etimologis dan kamus komparatif lebih
memusatkan perhatian pada bentuk kata daripada makna kata (walaupun tidak
dapat disangkal bahwa hubungan semantik merupakan hal penting dalam
perbandingan kata-kata).
Kamus sinkronik menggarap persediaan leksikal suatu bahasa pada suatu
masa tertentu atau pada satu tahap perkembangannya. Jadi, berbeda dengan tujuan
kamus diakronik.
Kamus umum adalah kamus yang berisi segala kata dalam suatu bahasa
beserta maknanya, misalnya: Kamus Umum Bahasa Indonesia karya W.J.S.
Poerwadarminta.
Kamus khusus adalah kamus yang garapan atau cakupannya terbatas pada
suatu bidang tertentu saja, misalnya: Kamus Linguistik, Kamus Ekonomi.
Kamus kata-kata asing adalah semacam kamus khusus yang menangani
kata-kata pinjaman atau kata pungut yang berasal dari bahasa asing.
Kamus singkatan adalah kamus khusus yang memusatkan perhatian pada
kata-kata teleskopis, akronim, dan singkatan-singkatan yang lazim dipakai dalam
suatu bahasa.
Kamus ideologis atan kamus sinonim adalah kamus terbatas yang
memusatkan perhatian pada padanan kata; kata-kata yang sama atau hampir sama
maknanya; atau pada istilah-istilah atau kelompok istilah yang mempunyai
hubungan semantis. Kamus ini mencakup juga antonim, walaupun kita kenal juga
ada kamus khusus berupa kamus antonim.
Kamus sistematikmemusatkan perhatian pada kata-kata yang berhubungan
secara semantis dalam kelompok-kelompok yang berdasarkan bidang-
bidangonomasiologis dan berdasar pada struktur-struktur national atau struktur-

11
struktur gagasan/pikiran. Contoh: Thesaurus of English Words and Phrases karya
Roget.
Kamus deskriptif-standard dapat digolongkan sebagai kamus deskriptif
bahasa nasional standar seperti yang dipakai pada batas waktu saat kamus itu
disusun, dan dipakai untuk beberapa lama setelah penerbitan kamus tersebut.
Kamus deskriptif standard memerikan bahasa yang dipakai oleh para pengarang
dan pembicara masa kini.
Kamus deskriptif keseluruhan berbeda dari kamus deskriptif standard dalam
dua hal, yaitu:
1. Memerikan jauh lebih banyak daripada bahasa nasional standard seperti
yang dipakai pada masa penyususnan kamus itu.
2. Kamus ini tidak menggarap atau memerhatikan pemakaian kata-kata masa
depan; kamus ini dipakai para pemakai yang ingin mendapatkan informasi
mengenai kata-kata yang tidak mereka pahami pada saat membaca atau
mendengar suatu naskah.
Kamus ekabahasa atau kamus monolingual adalah kamus yang menyajikan
satu bahasa saja.
Kamus dwibahasa atau kamus bilingual adalah kamus yang menyajikan dua
bahasa. Maksud utama kamus ini adalah untuk penerjemahan dari suatu bahasa ke
dalam bahasa lain, atau dalam penyajian teks dalam bahasa yang bukan merupakan
bahasa asli sang pemakai, atau keduanya bukan bahasa aslinya.
Kamus aneka bahasa atau kamus multilingual adalah kamus yang
menyajikan lebih dari dua bahasa; misalnya kamus tiga atau empat bahasa.
Kamus besar atau tesaurus adalah kamus yang memuat lebih dari 200.000 kata
kepala atau entri.
Kamus sedang adalah kamus yang memuat tidak kurang dari 40.000 kata
kepala atau entri.
Kamus kecil adalah kamus yang memuat tidak kurang dari 10.000 kata
kepala atau entri.
Selanjutnya akan timbul pertanyaan dalam hati kita; informasi-informasi
apa sajakan yang dapat diberikan oleh sebuah kamus kepada pemakainya? Hal ini
akan menjadi pokok pembicaraan kita berikut ini.

12
2.2. Informasi dari Kamus
Banyak informasi yang dapat diberikan oleh kamus kepada pemakainya, antara
lain:
1. Kata kepala atau entri
2. Bentuk kata
3. Ucapan dan ejaan
4. Jenis kata
5. Sinonim atau padanan kata
6. Tingkat-tingkat pemakaian kata
7. Catatan-catatan pemakaian kata
8. Definisi atau batasan
9. Ilustrasi penjelas definisi
10. Derivasi kata
11. Contoh-contoh pemakaian kata
12. Frase-frase
13. Kutipan-kutipan
14. Kata-kata asing
15. Acuan silang; acuan tambahan
Dalam pembahasan yang selanjutnya butir-butir diatas disederhanakan
menjadi 9 butir yang terlihat pada gambar berikut.

Kata
Kata kepala
dan (entri) Jenis
Frase kata
asing
Sinoni
Frase Aneka m dan
antoni
Informasi m

Derivas
Kamus Tingkata
n
i pemakai
Kata Catatan an kata
dan pemaka
batasan ian kata

13
1. Entri atau Kata Kepala

(Echols dan Shadily; 1981 : 126).

Sungguh menggembirakan bila para siswa dapat menemui dengan cepat dan
tepat kata-kata kepala yang sedang mereka cari. Penemuan kata-kata kepala akan
dapat dilakukan dengan mudah bila diiringi dengan praktik latihan, walaupun tidak
dapat disangkai bahwa pengetahuan mengenai sistem pengentrian jelas menolong
dan mengurangi pencarian yang bersifat coba-coba saja.
Ada beberapa hal yang harus diketahui oleh para siswa mengenai pengentrian
dalam kamus, antara lain:
1. Semua kata kepala atau entri utama didaftarkan dalam urutan alfabetis
2. Semua kata kepala dicetak dengan huruf tebal
3. Kata majemuk didaftarkan secara alfabetis menurut kata yang pertama
4. Kata kepala yang bersifat biografis didaftarkan berdasarkan berdasarkan
nama tertentu, misalnya Tarigan, Aman diikuti oleh Tarigan, Benyamin,
dan Tarigan,Charles.
5. Setiap varian ejaan mempunyai kata kepala sendiri dalam susunan
alfabetis, misalnya:
Makin dan mangkin
Ubah dan obah
6. Kata kepala utama dapat berupa kata tunggal, kata majemuk, nama diri,
frase, singkatan, prefiks,suffiks, atau akar kata.

14
7. Kata-kata kepala utama yang ejaannya sama, tetapi maknanya atau asal-
usulnya berbeda (yang biasa disebut homograf) dimasukkan secara
terpisah dan ditandai dengan angka yang ditulis di atas, contoh:
Canon1
Canon2
atau ditandai dengan angka romawi, contoh:
ketakI
ketakII
8. Kata kepala dibagi atas suku kata dengan cara membubuhi titik-titik;
suku kata yang mendapat tekanan ditandai dengan tanda aksen(‘) yang
menggantikan titik suku kata.
9. Kata kepala yang berasal dari bahasa asing diberi tanda singkatan huruf
kapital, misalnya: au naturel (Fr) tanda singkatan huruf kapital;
(Dale [et al] 1971 : 278).
Taoge C : kecambah kacang hijau
Taocang C : kucir
Taoco C : nama makanan yang dibuat dari kedelai putih dengan garam.
Dalam contoh Fr mengacu pada France, C mengacu pada Cina.

Setiap halaman kamus berisi dua kata pembimbing pada sudut atas (kanan-kiri)
yang menyatukan entri pertama dan entri terakhir pada halaman tersebut.
Contoh :
Puasa - pugar ,771
Rapi - rasa ,802
Sembar - sembrono ,905
Tiwas - tohor ,1082
(Poerwadarminta ; 1976)

2. Jenis Kata
Apabila kata yang sama dapat dipakai sebagai lebih dari satu jenis kata, maka
kamus akan mendaftarkan setiap batasan secara alfabetis. Di sinilah pentingnya
pengetahuan mengenai jenis kata dan ciri-ciri setiap jenis kata.

15
Dalam contoh di atas perlu diketahui oleh para siswa bahwa:
kb = kata benda
kkt = kata kerja transitif
kki = kata kerja intransitif
ks = kata sifat

3. Sinonim dan Antonim


Seringkali kamus tidak memberi bantuan kepada para siswa, karena batasan suatu
kata lebih sukar dari kata itu sendiri. Untuk mengatasi hal itu, kamus memberikan
sinonim dan antonim kata tersebut. Untuk maksud para siswa / mahasiswa perlu
diberi bimbingan dan pengetahuan sekadarnya dalam bidang denotasi (arti
kalamiah) dan konotasi (arti emosional, arti asosiatif) agar mereka dapat
membedakan satu sinonim dengan yang lainnya.
Telaah antonim bermanfaat dalam mengajarkan konsep lawan kata pada semua
tingkatan kosakata dan perkembangan bahasa. Kelas rendah di SD sudah dapat
mempelajari konsep pasangan lawan kata seperti : atas- bawah, panas – dingin, jauh
– dekat, dan sebagainya.
4. Tingkatan Pemakaian Kata
Dalam kenyatannya dapat kita lihat bahwa sebuah kata dapat diterima dalam satu
situasi, tetapi tidak dapat diterima dalam situasi lain. Kata ndak atau nggak
misalnya, tidak umum dipakai dalam tulisan dan pembicaraan resmi. Oleh karena
itu, dalam kamus kata itu diberi label atau ciri sebagai bahasa percakapan. Dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia karya W.J.S. Poerwadarminta, misalnya terdapat
beberapa tingkatan pemakaian kata, antara lain:
bahasa kasar disingkat bk
bahasa percakapan disingkat bp
bahasa dalam disingkat bd

5. Catatan Pemakaian Kata


Catatan mengenai pemakaian kata dalam kamus sangat menolong bagi
keterampilan berbahasa siswa / mahasiswa. Sebagai tambahan untuk memerikan
standar-standar bagi pemakaian kata-kata secara gramatis, catatan-catatan

16
pemakaian kata dapat menolong para siswa / mahasiswa dalam ejaan-ejaan varian.
Catatan itu dapat memberi informasi bahwa data (informasi) adalah jamak kata
datum (sebutir informasi).
Kamus juga memberikan contoh-contoh penggunaan suatu kata. Sebagai
contoh adalah pemakaian kata kepala atau entri perlu (setelah dibubuhi afiks me –
kan atau di – kan):
a) Mereka lebih memerlukan pakaian daripada makanan.
b) Jangankan memerlukan orang lain, anaknya sendiri tidak dipikirkannya.
c) Yang sangan diperlukan adalah kemakmuran umum, bukan
kemakmuran beberapa gelintir manusia.
d) Untuk menambah hasil besar, diperlukan pupuk bertonton.
e) Pada umumnya mereka tidak memerlukan bantuan unag, melainkan
bantuan tenaga ahli.
f) Perbaikan jalan itu memerlukan waktu tiga bulan.

6. Kata dan Batasan


Salah satu dari sumber-sumber terbesar perkembangan kosakata tidak terletak pada
upaya mempelajari kata-kata baru seperti yang dilakukan dalam mempelajari
makna-makna lainnya bagi kata yang telah kita ketahui. Sebagai contoh, banyak
siswa / mahasiswa yang belum menyadari bahwa kata tentangsebagai preposisi
(Saya tidak tahu-menahu tentang kejadian itu) dapat juga berfungsi sebagai verba
atau kata kerja (Kalau kau berani tentanglah dia nanti dalam rapat itu). Dapat kita
lihat bahwa makna kata tentang bukan hanya satu, tetapi banyak.
Dalam pembahasan sebelumnya telah disinggung bahwa dalam mencari makna atau
definisinya jauh lebih besar atau sukar daripada kata itu sendiri. Untuk mengatasi
hal itu, para siswa / mahasiswa harus dibimbing agar dapat menemukan kata atau
kata-kata kunci yang dapat dipergunakan sebagai pembimbing untuk memahami
definisi. Contoh:
Kata yang dibatasi Kata kunci dan Batasan
1. Peta Gambar yang menunjukkan ciri-ciri permukaan bumi.
2. Indonesia Negara kepulauan yang terdiri atas ribuan pulau besar dan
kecil.

17
3. Plastik Benda yang mempunyai sifat mudah dibentuk.
4. Undang-undang Suatu kumpulan hukum yang diakui oleh suatu negara.
5. bahasa Suatu sistem lambang-lambang vokal yang dipakai oleh
suatu masyarakat sebagai alat komunikasi.

7. Derivasi
Derivasi kata-kata merupakan pernyataan mengenai bagaimana cara kata-
kata baru dibentuk dari kata-kata lama dengan penggunaan prefiks, sufiks, kata
majemuk, dan sebagainya
Derivasi-derivasi kamus merupakan ciri dari kegiatan-kegiatan
keterampilan kata yang bermanfaat pada struktur kata dan komprehensi atau
pemahamannya. Dalam latihan-latihan mengenai analisis kata, para siswa atau
mahasiswa dapat mempergunakan kamus untuk menulis makna kalamiah dari
bagian bagian kata tertentu (akat kata, prefiks, dan sufiks) yang terdaftar dalam
derivasi suatu kata tertentu. Sebagai contoh:
Wiraswasta <wira ‘berani’ + swa ‘sendiri’ + sta ‘bediri’.

8. Frase
Banyak kata kepala mendaftarkan makna-makna khusus yang tergantung
pada pemakaian kata-kata. Kata kepala misalnya mengandung berbagai makna,
tergantung pada frase tempatnya berada.

9. Kata dan Frase Asing


Pengaruh bahasa asing memang ada dalam bahasa kita, bahasa Indonesia.
Selama kata dalam bahasa kita berasal dari berbagai bahasa asing, maka dapat
dikatakan bahwa ada “geografi” kata-kata.
Dalam bidang makanan misalnya kita mengenal kata-kata (atau istilah-
istilah):
bakmi (Cina)
bakso (Cina)
bistik (Belanda)
coklat (Spanyol)

18
makaroni (Italia)

Dalam bidang seni tari kita kenal:


balet (Italia)
hula-hula (Hawai)
rumba (Kuba)
Ca-ca (Kuba)
Rock ‘n’ roll (Amerika)
waldz (Austria, Jerman)

Dari bahasa Perancis, kita kenal:


Atese Ampelop
Klise Esei
Elite Naif

Dari bahasa Latin, kita kenal:


Ad hoc Alma mater data
Agenda A priori de jure
alias Bona fied exit: dan lain-lain.

2.3.Tahap-Tahap Penyusunan Kamus


Di dalam menyusun kamus ada beberapa tahapan kegiatan yang harus
diikuti oleh penyusun kamus. Tahapan kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1.Persiapan
2.Pengumpulan data
3.Pengolahan data
a. Pemeriksaan ulang urutan abjad
b. Penyeleksian data
c. Klasifikasi data
d. Pemberian definisi
e. Penyuntingan hasil pemberian definisi
4. Pengetikan kartu induk

19
5. Penyusunan kartotek
6. Pengetikan naskah
7. Koreksi naskah
8. Cetak coba
9. Koreksi cetak coba
10. Reproduksi kamus

2.4.Hal-hal Penting dalam Penyusunan Kamus


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun kamus yaitu:
1.Kemudahan bagi pemakai kamus;
2.Kemanfaatan bagi pemakai kamus;
3.Kepraktisan bagi pemakai kamus;
4.Pembinaan dan pengembangan bahasa;
5.Tujuan penyusunan kamus.
Salah satu contoh penyusunan entry atau subentry yang disusun berdasarkan
kemudahan bagi pemakai kamus :
1.Kata dasar atau Bentuk dasar
Kata dasar atau bentuk dasar yang menjadi dasar dari segala bentukan kata (kata
jadian) diperlakukan sebagai entry pokok, sedangkan bentuk-bentuk derivasinya
diperlakukan sebagai subentry. Misalnya, kata pukul sebagai kata dasar dan kata
memukul, pukul-memukul, terpukul, pukulan sebagai bentuk derivasinya.
2.Kata Ulang atau Bentuk Ulang
Kata ulang atau bentuk ulang ada empat kelompok, yaitu :
a.Bentuk ulang murni yang menyatakan jamak untuk benda.
b.Bentuk ulang semu.
c.Bentuk ulang yang bukan perulangan semu melainkan perulangan yang
menyatakan proses.
d.Bentuk ulang, seperti bolak balik, bolang baling yang salah satu unsur pembentuk
katanya mempunyai bentuk jadian seperti berbalik, berbaling.
e.Bentuk ulang seperti centang-perentang, porak-poranda yang masing-masing
unsur pembentuk katanya tidak berderivasi dapat diperlakukan sebagai entry
pokok.

20
3.Gabungan kata
a.Gabungan kata atau kelompok kata yang merupakan frase-idiomatik atau tidak,
berimbuhan atau tidak ----- yang tidak berderivasi tidak diperlakukan sebagai entry
pokok, tetapi diperlakukan sebagai contoh pemakaian yang berupa frase yang diberi
penjelasan. Letaknya langsung di bawah entry pokok yaitu pada kata pertama unsur
pembentuk kata gabungan itu.
b.Gabungan kata yang berderivasi – baik idiomatis maupun tidak --- seperti ganggu
gugat (mengganggu gugat, pengganggu gugat, jabat tangan (berjabat tangan),
kambing hitam (mengkambinghitamkan) dapat diperlakukan sebagai entry pokok
dan diikuti bentuk-bentuk derivasinya sebagai subentry gabungan kata itu.

2.5.Petunjuk Penggunaan Kamus di SD


Petunjuk penggunaan kamus di SD adalah sebagai berikut.
1.Ejaan
Ejaan yang digunakan di dalam Kamus Sekolah : Sekolah Dasar adalah ejaan Bahaa
Indonesia sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (1991).
2.Kata Dasar, Kata Turunan atau Kata Jadian dan Kata Ulang
Kata dasar dipakai sebagai dasar bentukan kata yang dijadikan sebagai kata utama
sedangkan bentuk-bentuk turunannya termasuk juga perulangan kata sebagai kata
turunan atau kata jadian.
Contoh : a. kata utama : makan
b. kata turunan : memakan, termakan, makanan
3.Ortografi atau lambang bahasa
a.Garis hubung satu (-)
Garis hubung satu dipakai untuk menghubungkan kata dalam bentuk perulangan
kata. Contoh : abu-abu kb
b.Cetak miring
Huruf-huruf yang dicetak miring digunakan untuk menuliskan lambang kelas kata
dan kalimat contoh pemakaian kata dasar maupun kata jadian dan kata ulang.
Contoh pemakaian :
1.Kb, ks, kk, kbil, ksam, kg, p, kket. nan atau kata ulang.

21
3.Cetak tebal.
4.Koma(,)
5.Titik koma
6.Titik dua (:)
7.Tanda kurung((...))
8.Angka Arab cetak tebal

22
BAB III
PENUTUP

1.1. Simpulan
Kamus adalah daftar bentuk-bentuk linguistik yang telah disosialisasikan
yang tersusun secara bersistem, yang dihimpundari kebiasaan-kebiasaan bahasa
suatu masyarakat bahasa tertentu dan dikomentari oleh sang pengarang dengan cara
yang sedemikian rupa sehingga pembaca yang memenuhi syarat memahami makna
setiap bentuk terpisah, dan diberi informasi mengenai fakta-fakta yang relevan yang
ada kaitannya dengan fungsi bentuk tersebut di dalam masyarakatnya.
1. Informasi dari kamus yaitu Entri atau kata kepala, jenis kata,
sinonim dan antonim, tingkatan emakaian ata, catatan
pemakaian kata, kata dan batasan, derivasi, frase, kata dan frase
asing
2. Ragam kamus diklasifikasikan berdasarkan pada jajaran atau
barisan, Penyajian, dan perspektif
3. Tahapan penyusunan kamus diantaranya. Persiapan,
Pengumpulan data, Pengolahan data, Pengetikan kartu induk,
Penyusunan kartotek, Pengetikan naskah, Koreksi naskah, Cetak
coba, Koreksi cetak coba, Reproduksi kamus
4. Hal-hal yang perlu diperhatiakan dalam penyusunan kamus
adalah Kemudahan bagi pemakai kamus, Kemanfaatan bagi
pemakai kamus, Kepraktisan bagi pemakai kamus, .Pembinaan
dan pengembangan bahasa, Tujuan penyusunan kamus.

1.2. Kritik dan saran


Apabila dalam penyusunan makalah ini ada kesalahan, saya atas nama
penyusun makalah ini memohon untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun.

23
DAFTAR PUSTAKA

Ernawati, W. (2010). EYD & Seputar Kebahasa-Indonesiaan. Jakarta: Kawan

Harimurti, K. (1984). Kamus Linguistik (Edisi Kedua). Jakarta: Gramedia.

Retno, P & Qoniah. (2012). Buku Pintar Bahasa Indonesia. Yogyakarta:


Familia.

Tarigan, H.Guntur. (2011). Pengajaran Kosakata. Bandung: Refika Aditama

24

Anda mungkin juga menyukai