Anda di halaman 1dari 18

Critical Book Riview

‘‘Analisis Wacana dan Konteks dalam Wacana ”


(Malan Lubis, dan Yayat Sudrajat)
WACANA BAHASA INDONESIA

Oleh :

Nama : Syama Wati Nur

Nim : 2172111006

Kelas : Reguler E (Stambuk 2017)

Dosen Pengampu : Dr. Malan Lubis, M.Hum

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN, 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang senantiasa memberikan rahmat,


hidayah, serta karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas Critikal
Bokk Riview mata kuliah “Wacana Bahasa Indonesia” ini dengan tepat waktu.

Makalah ini ditulis guna memenuhi tugas mata kuliah tersebut. Semoga
dengan terselesaikannnya tugas ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan tugas ini, khususnya kepada :

1. Orang tua, keluarga serta saudara-saudari penulis yang tetap


menjadi penyemangat bagi penulis yang telah memberikan dorongan dan
motivasi dalam penyelesaian makalah ini.
2. Bapak Dr. Malan Lubis, M.Hum. selaku dosen pengampu mata
kuliah “Wacana Bahasa Indonesia” jurusan Pendidikan Bahasa Dan Sastra
Indonesia Universitas Negeri Medan, yang selalu memotivasi dalam mata
kuliah ini.
3. Kepada rekan-rekan kelas Reguler E program studi pendidikan
bahasa indonesia, yang telah menemani perjalanan perkuliahan penulis.
4. Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang
telah membantu penulis dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna, maka
kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan guna penyempurnaan
makalah ini.

Medan, November 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... i

DAFTAR ISI....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1

A...............................................................................................................Ras
ionalisasi Pentingnya CBR.......................................................................1
B...............................................................................................................Tuj
uan Penulisan ..........................................................................................1
C...............................................................................................................Ma
nfaat Penulisan........................................................................................1
D...............................................................................................................Ide
ntitas Buku...............................................................................................2

BAB II RINGKASAN ISI BUKU.....................................................................3

A...............................................................................................................Bu
ku Utama .................................................................................................3
B...............................................................................................................Bu
ku Pembanding.........................................................................................9

BAB III PEMBAHASAN.................................................................................12

A...............................................................................................................Pe
mbahasan Isi Buku...................................................................................12
B...............................................................................................................Kel
ebihan Isi Buku........................................................................................13
C...............................................................................................................Ke
kurangan Isi Buku....................................................................................13

BAB IV PENUTUP...........................................................................................14

2
A...............................................................................................................Si
mpulan......................................................................................................14
B...............................................................................................................Sar
an..............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnnya CBR


Sering kali kita bingung memilih referensi untuk kita baca dan kita
pahami. Terkadang kita memilih beberapa sumber untuk dibaca, namun kurang
memuaskan hati kita. Misalnya dari segi analisis bahasa, pemahaman yang
membahas berkaitan mengenai Wacana Bahasa Indonesia. Terkhusus pada buku
yang membahas mengenai Wacana Bahasa Indonesia, maka dari itu penugaan ini
sangat direkomendasikan karena terdapat dua buku dengan pembahasan yag
sama akantetapi terdapat kelebihan dan kekurangan pada masing-masing buku.

B. Tujuan penulisan
a.Untuk Mengetahui Ringkasan Pada Masing-Masing Isi Buku
b. Untuk Mengetahui Kelebihan dan Kekurangan Isi Buku
c.Untuk Mengetahui Simpulan Yang Dihasilkan Penganalisisan Kedua Buku

C. Manfaat penulisan
a.Dapat menyelesaikan Tugas dari Mata Kuliah Warana Bahasa indonesia
b. Dapat menganalisi kedua buku dan ringkasan isi buku
c.Dapat menganalisis kelebihan dan kekurangan isi buku
d. Dapat mengambil simpulan terkait judul yang dimaksud,
sebagaimana yang tertera pada tujuan dari makalah ini

1
D. Identitas Buku
Buku Utama

Judul buku : Analisis Wacana

Pokok Bahasan : Konteks Wacana

Penerbit : Halaman Moeka

Tahun terbit : 2012

Kota terbit : Jakarta

No. ISBN : 978-602-9126-60-0

Buku Pembanding

Judul buku : Makna dalam Wacana

Pokok Bahasaan : Konteks Wacana

Penerbit : C.V YRAMA WIDYA

Tahun terbit : 2008

Kota terbit : Badung

No. ISBN : 978-979-543-527-3

2
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

A. Buku Utama

BAB III

KONTEKS

Dahulu Ahli-ahli bahasa menganalisis kalimat luar konteks. Artinya atau


maknanya dari sebuah kalimat sebenarnya barulah dapat dikatakan benar bila kita
ketahui siapa pembicaranya, siapa pendengarnya bila diucapkan dan lain-lain.
Konteks pemakaian bahasa dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu;
(1) kontak fisik yang meliputi tempat terjadinya pemakaian bahasa dalam
komunikasi. Objek yang disajikan dalam peristiwa komunikas itu dan tindakan
atau perilaku dari para peran dalam peristiwa komunikasi itu; (2) konteks
epistematis atau latar belakang pengetahuan yang sama-sama diketahui oleh
pembicara maupun pendengar;(3) konteks linguistic (linguistics conteks) yang
terdiri dari kalimat-kalimat atau tuturan-tuturan yang mendahului satu kalimat
atau tuturan tertentu dalam peristiwa komunikasi; (4) konteks social (social
context) yaitu relasi social dan latar setting yang melengkapi hubungan antara
pembicara (penutur) yang mendengar (Imam Syafi’I,1990:126)

3.1. PRESUPPOSITION (PRAANGGAPAN)


Sebenarnya praanggapan (presupposition) ini berasal dari perdebatan
dalam ilm falsafah,khususnya tentang hakikat rujukan (apa-apa,benda/keadaan
dan sebagainya) yang rujukan atau dihunjuk oleh kata,frasa atau kalimat dan
ungkapan-ungkapan rujukan (Nababan,1980:48)
Praanggapan itu sebenarnya diketahui benar tidaknya dengan ungkapan
kebahasaan ysng diketahui atau diidentifikasi melalui ujian kebahasaan
khususnya dengan ketetapan dalam peniadaan(constancy under negation) tetapi
kebenarannya walaupun kalimatnya ditiadakan.

3
Teori praanggapan pragmatic biasanya menggunakan dua konsep
dasar,yaitu kewajaran (appropresteness atau felicity) dan pengetahuan bersama
(mutual knowledge atau cimen ground joint assumption)
Praanggapan adalah sesuatu yang dijadikan oleh si pembicara sebagai
dasar pembicaraan. Kalau kita mendengar sebuah pernyataan seorang seperti:
Kami tidak jadi berangkat
Mobil kami rusak
Secara otomatis dari kata-kata (lesikon) yang dipakai si pembicara dapat
kita tarik praanggapan sebagai berikut:
Kata tidak jadi membawa pengertian bahwa kami seharusnya berangkat.
Kata mobil pada kalimat keua tentu membawa praanggapan bahwa jelas kami
yang punya mobil. Jadi praanggapan kedua kalimat di atas adalah:
1. Kami seharusnya berangkat
2. Kami mempunyai mobil

3.2.ASORSI
Kalau praanggapan adalah dasar pembicaraan si pembicara tentang
praanggapan itu. Kalimat ,”Bahwa Ali mabuk mengejutkan ibunya”,mempunyai
praanggapan Ali mabuk dan Ibu Ali masih hidup. Sesuatu yang hendak
diterangkan oleh sipembicara itu ialah tentang ‘mabuknya Ali’ itu,yaitu
mengejutkan ibu-nya-lah pada kalimat itu yang jadi asorsi.
3.3. INFERSI (IMPLIKASI)
Inferens pembicara (percakapan) menurut term saya, adalah proses
interpretasi yang ditentukan oleh situasi dan konteks. Dengan ini si pembicara
dalam percakapan menduga kemauan si pembicara, dan dengan itu pula si
pendengar memberikan responnya.
Jadi konsep impilaktur itu dipakai untuk menerangkan perbedaan yang
serius terdapat antara’apa yang diucapkan’,dengan apa yang implikasi
(diimplikatur) (Nababan/1989:23)

Menurut Levinson (183) ada empat ,acam manfaat konsep imlikatur itu
yaitu:
a. Dapat memberikan penjelasan makna atau fakta-fakta
kebahasaan yang tidak terjangkau oleh teori lingistik.

4
b. Dapat memberikan penjelasan yang tegas tentang
perbedaan lahiriah dari yang dimaksud si pemakai bahasa.
c. Dapat memberikan pemerian simantik yang sederhana
tentang hubungan klausa yang dihubungkan dengan kata
penghubung yang sama.
d. Dapat memberikan berbagai fakta yang secara lahiriah
kelihatan tidak berkaitan malah berlawanan (seperti metapora)
3.3.1. Missing Link Sebagai Inference
Di samping itu ada sebuah inference lain ynag kita namakan missing link
inference yang terdapat di antara dua buah kalimat dan tidak diucapkan.
1a. Kami membeli rumah
1b. Pintunya dari kayu jati
Yang hilang disini:
1c. Rumah itu mempunyai pintu.
Dengan demikian pintu pada (c) itu adlah inference pintu yang tidak
diucapkan itu, kaliamat © tidak perlu diucapkan karena tidak perlu,karena semua
orang tahu bahwa tiap-tiap rumah mempunyai pintu.
Contoh yang lain:
2a. Pajak itu ramai benar.
2b. Orang membeli segala keperluan rumah
Missing linknya:
2c.Banyak orang berbelanja
3a.Saya naik bus kemarin
3b.Supirnya sedang mabuk
Missing linknya:
3c.Bus itu mempunyai supir

3.4 INFORMASI LAMA DAN BARU (OLD AND NEW


INFORMATION)
Dari pembicara kita tentang inferensi atau imlikatur itu,kita diketahui
bahwa tiap-tiap kalimat itu mempunyai inferensinya masing-masing. Tiap –tiap
kalimat pastilah ada sesuatu yang telah diketahui si pendengar. Inilah parposisi itu
atau informasi
Disamping itu tentu ada pula informassi baru yang hendak disampaikan si
pembicara. Kalau seseorang mengatakan :Saya lapar, maka informasi lamanya(old
information) adalah saya dan informasi barunya adalah keadaan informasi
barunya adalah keadaan informasi lama itu yaitu lapar.

5
3.5 CIRI-CIRI KONTEKS
Pada bukunya yang lain Hymes (1964) mencatat tentang ciri-ciri
konteks yang relevan itu adalah:
1.advesser (pembicara)
2.advessee(pendengar)
3.topik pembicaraan
4.setting(waktu,tempat)
5.chanel(penghubungnya):bahasa tulis:lisan dan sebagainya.
6.code(dialeknya:stailnya)
7.message from(debat,diskusi,seremoni agama)
8.event(kejadian)
(Gilian Brown,1983:89)
3.5.1. Pembicara
Mengetahui si pembicara pada suatu situasi akan memudahkan untuk
menginterpretasikan pembicaraan. Umpamanya saja seseorang mengatakan
:Operasi harus dilaksanakan.
3.5.2. Pendengar
Kepentingan mengetahui siapa si pembicarara sama dengan kepentingan
mengetahui si pendengar; terhadap siapa ujaran itu ditub=njukkan akan
memperjelas makna ujaran itu. Berbeda-beda penerima ujaran itu akan berbeda
pulalah tafsiran apa yng didengarkan.

3.5.3. Topik Pembicaraan

Sama pentingnya dengan pembicara dan pendengar adlah topic


pembicaraan. Dengan mengetahui topic pembicaran akan mudahlah bagi
seseorang yang mendengar atau yang membaca untuk memahami pembicaraan
atau tulisan. Banyak kata-kata yang mempunyai makna lain dalam bidang-bidang
tertentu.

3.5.4. Setting

Yang diketahui dengan setting di sini adalah soal waktu,tempat pembicaraan


itu dilakukan. Termasuk juga dalam setting ini hubungan antara si pembicara
dengan si pendengar, gerak-gerik roman mukanya. Dengan mengetahui seperti,
mukanya merah karena marah, atau pucat karena takut, waktunya ketika jauh

6
malam artau pagi-pagi benar akan mempermudah seseorang memahami makna
pembicaraan.

3.5.5 Channel
Untuk memberikan informasi pembicara dapat menggunakan berbagai cara,
bias dengan lisan,tulisan,telegram, telepon dan lain-lain. Inilah yang
kitabnamakan channel.Pemilihan channel itu tergantung kepada beberapa
factor,kepada siapa dia berbicara,dalam situasi yang bagaimana (dekat atau jauh).
Kalau dekat tentu dapat secara lisan , tetapi kalu jauh haruslah dengan tulisan
atau telepon.
3.5.6 Code
Kalau channel itu lisan, maka code dapat dipilih antara salah satu dialek
bahasa itu. Atau juga bias dengan memakai salah satu register yang paling tepat
untuk hal itu.
3.5.7 Message Form
Pesan yang hendak kita sampaikan haruslah tepat.karena bentuk pesan itu
bersifat fundamental dan penting. Banyak pesan yang tidak sampai kepada si
pendengar ,dengan situasinya.
Haruslah bentuk itu umum kalau pendengarnya itu banyak dan dapat bentuk
pesan itu khusus kalau pendengarya tertentu. Isi dan bentuknya haruslah
sesuai,Karen abila antara keduanya tidak sesuai, jelaslah pesan atau informasi itu
payah dicerna oleh sipendengar.

3.5.8 Event

Peristiwa tutur ditentukan oleh tujuan pembicaraan itu. Setiap peristiwa akan
berbeda cara penuturnya,karena setiap peristiwa menghendaki tutur yang
tertentu.Peristiwa tutur seperti wawancara akan berbeda dengan peristiwa tutur
ceramah,atau akan berbeda lagi dengan peristiwa tutur di pengadilan antar hakim
denagn terdakwa atau sanksi.Jadi,dengan demikian kita ketahui bahwa peristiwa
itu adalah sebanyak kontak bahasa yang kita adakan dengan orang lain. Dengan
kata lain peristiwa tutur itu tidak terkira banyaknya.

7
3.6 KONTEKS (CONTEXT)

Teks-teks pendamping teks yang ada jelas teks sebelumnya kita namakan
koteks. Teks pertama tentu tidak mempunyai koteks karena seperti kita
katakana,koteks ini adalah teks sebelumnya.perhatikanlah contoh di bawah ini:
Pak Ridwan sedang duduk-duduk di ruang tamunya bersama istri dan
anaknya. dia mengambil surat kabar yang terletak di atas meja. Istrinya berdiri
dan membuka jendela. Anaknya yang berumur 10 tahun itu sedang menekuni
bacaannya.
Jelaslah ‘Dia’ pada kalimat kedua harus kita interpretasikan sebagai ‘Pak
Ridwan’. Meja yang juga terdapat di kalimat kedua jelas terdapat dalam ruangan
itu. Istrinya pada kalimat ketiga jelas mesti istri Pak Ridwan yang telah
disebutkan pada kalimat pertama,dan jendela itu juga mestilah yang ada pada
ruangan itu.’Anaknya’ pada kalimat keempat mestilah kata interprestasikan
sebagai ‘anaknya’pada kalimat pertama.

B. Buku Pembanding

1.4.1 Istilah Wacana


Konteks wacana merupakan ciri-ciri alam di luar bahasa (konteks
nonlinguistic yang menumbuhkan makna ujaran atau wacana. Unsure luar bahasa
merujuk pada konteks,, yang meliputi kontek ujaran, konteks budaya, dan konteks
referensi (Fowler, 1986:86).
Konteks wacana yang mendukung pemaknaan ujaran, tuturan, atau wacana
asalah situasi kewacanaan. Situasi kewacanaan berkaitan erat dengan tindak tutur.
Sejalan dengan pandangan Dell hymes (1972) yang menyebutkan komponen tutur
dengan singkatan SPEAKING, dalam bahasa Indonesia pun komponen tuturan
yang merupakan konteks kewacanaan dapat disingkat dengan WICARA yang
fonem awalnya mengacu kepada:

8
W (aktu, tempat, dan suasana)
I ( nstrumen yang digunakan)
C (ara dan etika tutur)
A ( lur ujaran dan pelibat tutur)
R (asa, nada, dan ragam bahasa)
A (manat dan tujuan tutur)

1.4.2 Waktu, Tempat, dan suasana


Waktu berlangsungnay komunikasi adalah siang, malam, pagi-pagi, sore
hari, dsb. Pilihan kata yang digunakan untuk masing-masing waktu tersebut tentu
tidak sama.
Suasana penggunaan ujaran akan menentukan jenis bahasanya. Bahasa dalam
suasana resmi (formal) akan berbeda dengan bahasa dalam suasana tidak resmi
(informal).
Tempat berlangsungnya ujaran bias di rumah, dijalan,di sawah, di kantor, di pasar,
dsb. Karena tempatnya berbeda-beda, tentu saja bahasa yang digunakannya pun
mempunyai variasi yang berbeda. Ekspresi bahasa sangat dipengaruhi oleh latar
belakang tempat, waktu, suasana pemakainnya, dimana, kapan, dan bagaimana
cara digunakannya.
1.4.3 Instrumen yang digunakan
Bahasa yang digunakan dalam komunikasi dapat berupa medium lisan
maupun tulisan. Meskipun begitu, untuk mengekpresikan isi hati digunakan pula
sarana komunikasi non verbal ( isyarat, kinesik).Alat yang digunakan dalam
komunikasi bahasa akan menentukan jenis dan wujud bahasanya. Pemakaian alat
bantu dalam berbahasa bergantung pula pada tempat, waktu, dan suasananya.
Alatt bantu komunikasi bahasa itu, antara lain radio, TV, pengeras suara, OHV,
Koran, majalh, telepon, dan surat.
1.4.4. Cara dan etika Tutur
Cara dan etika tutur mengac pada perilaku peserta tutur. Misalnya, diskusi yang
cenderung dua arah, setiap peserta memberikan tanggapan. Berbeda dengan

9
kuliah atau ceramah yang cenderung satu arah, ada norma diskusi dan norma
ceramah.
14.5 Alur Ujaran dan pelibat Tutur
14.5.1 Alur Ujaran (Tutur)
Alur Ujaran merupakan ujud bahasa yang digunakan sewaktu berkomunikasi
berkaitan dengan struktur bahasa, seperti: bunyi, urutan, dan kontruksi.
a. Struktur lahir, yang berupa representasi fonetis, berbentuk satuan
bahasa, berada dalam wilayah mulut sebagai perilaku ujaran, bersifat
heterogen dan variatif sehingga relative mudah berubah.
b. Struktur Batin yang berupa kaidah fonologis, gramatikal, dan
semantic, berada dalam wilayah otak dan pikiran, berupa kemampuan,
bersifat homongen, relative tetap.

14.5.2 Pelibat Tutur


Pelibat tutur menyangkut penyapa (pembicara/penulis) dan pesapa
(penyimak/pembaca). Berlangsungnya komunikasi bahasa antara penyapa dan
pesapa berpusat kepada objek yang dibicarakan.

14.6 Rasa, Nada, dan Ragam Bahasa


Ragam merupakan sikap penyapa terhadap topic atau tema yang sedang
dibicarakan. Rasa sangat tergantung kepeda pribadi penyapanya. Karena itu, rasa
bersifat subjektif. Misalnya dalam komunikasi pemakai bahasa bias memiliki
perasaan gembira, sedih, mangkel, dan ragu-ragu.
Nada merupakan sikap penyapa terhadap pesapanya. Ragam bahasa atau variasi
bahasa mengacu ke bentuk dan jenis wacana serta gaya bahasa yang dugunakan
sewaktu berkomunikasi berlangsung. Variasi bahasa dapat dibedakan berdasarkan
pemakai dan pemakaian bahasa. Ragam bahasa menyangkut logat atau dialek dan
sikap bahasa atau gaya bahasa. Ragam pemakaian bahasa menyangkut kebakuan,
tujuan, sifat, dan medium bahasa.
14.7 Amanat Tutur
Amanat tutur merupakan maksud dan tujuan yang ingin dicapainya oleh
penyapa. Amanat juga adalah pesan penyapa yang sudah pesapa terima. Tujuan

10
pembicaraan bias bersifat informative, interogatif, imperaktif, dan vokatif. Tujuan
informative mengharapkan agar pesapa merespon dengan perhatian saja, tujuan
interogatof mengharapkan agar pesapa merespon dengan jawaban, tujuan vokatif
mengharapkan agar pesapa merespon dengan perhatian, tujuan imperative
mengharapkan agar pesapa merespon dengan tindakan.
Amanat ujaran berkaitan erat dengan isi yang dikandung oleh ujaran itu. Amanat
ujaran dapat diterima langsung oleh pesapa, dapat pula sebaliknya. Amanat ujaran
mungkin langsung dipahami oleh pesapa mungkin tidak langsung. Dalam hal ini
sering terjadi kesalahpahaman anatara penyapa dengan pesapa yang disebut
miscommunication atau mis understanding.

BAB III

PEMBAHASAN

A. Pembahasan isi buku

Pada kedua buku yang di ulas, bahwasannya sama-sama membahas


pembahasn yang sama namun bedanya dari kedua buku tersebut bahwasannya
terletak pada jumlh materi yang di sajikan, cara penyampaian materi, ketebalan
buku, dan terdapat mater yang berbeda-beda di dalamnya. Pada buku utama
Buku Analisis wacana karangan Dr. Malan Lubis, M. Hum, pada bab 3
membahas mengenai konteks yang terdiri dari berbagai jenis materi yaitu

11
prasupposisi, asorsi, inferensi, informasi lama dan baru, dan cirri cirri konteks;
pembicara, pendengar, topic pembicaraan, setting, channel, code, message
form, event. Jadi buku ini sangat cocok untuk dibaca oleh mahasiswa atau
dosen yang berkecimbung didalam dunia bahasa, dan juga orang-orang yang
ingin mengetahui mengenai lebih dalam lagi wacana. Penulisan kalimat-
kalimatnya juga bagus, sehingga menarik untuk dibacan.

Sedangakan pada buku pebanding Buku Makna dalam wacana


karangan Yayat Sudrajat pada bab 14 membahasa mengenai Konteks wacana
yang meliputi berbagai materi yaitu istilah Konteks, waktu, tempat, suasana,
instrument yang digunakan, cara dan etika tutur, alur ujaran dan pelibat tutur,
rasa, nada, dan ragam bahasa, dan amanat tutur. Jadi buku ini sangat member
manfaat bagi yang membacanya, terkhusus mahasiswa atau dosen yang berada
di jurusan bahasa, dan juga yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai
wacana.

B. Kelebihan Isi Buku


Buku Utama
- Terdapat pembahasan yang terperinci
- Cover dan jenis kertas yang sangat baik, membuat minat membaca
semakin bersemangat karena menarik.bila dibandngkan dengan buku
pembanding
- Bahasa yang digunakan mudah untuk dipahami, ejaan dan tata
bahasa tidak ditemukan adanya kesalahan.
- Pembahasan yang terstruktur memudahkan pembaca dalam
memahami isi buku

12
Buku Pembanding
- Pembahasan yang mendetail
- Pembahasan yang terstruktur

C. Kekurangan Isi Buku


Pada buku utama tidak memiliki rangkuman sehingga menyulitkan
pembaca dalam memahami secara keseluruan pada tiap babnya, sedangkan
kekurangan pada buku pembanding mateeri bab yang sedikit bila
dibandingan dengan buku utama.

BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Konteks pemakaian bahasa dapat dibedakan menjadi empat macam
yaitu; (1) kontak fisik yang meliputi tempat terjadinya pemakaian bahasa
dalam komunikasi. Objek yang disajikan dalam peristiwa komunikas itu dan
tindakan atau perilaku dari para peran dalam peristiwa komunikasi itu; (2)
konteks epistematis atau latar belakang pengetahuan yang sama-sama
diketahui oleh pembicara maupun pendengar;(3) konteks linguistic (linguistics
conteks) yang terdiri dari kalimat-kalimat atau tuturan-tuturan yang

13
mendahului satu kalimat atau tuturan tertentu dalam peristiwa komunikasi; (4)
konteks social (social context) yaitu relasi social dan latar setting yang
melengkapi hubungan antara pembicara (penutur) yang mendengar (Imam
Syafi’I,1990:126)
Konteks wacana merupakan ciri-ciri alam di luar bahasa (konteks
nonlinguistic yang menumbuhkan makna ujaran atau wacana. Unsure luar
bahasa merujuk pada konteks,, yang meliputi kontek ujaran, konteks budaya,
dan konteks referensi (Fowler, 1986:86).
Konteks wacana yang mendukung pemaknaan ujaran, tuturan, atau
wacana asalah situasi kewacanaan. Situasi kewacanaan berkaitan erat dengan
tindak tutur. Sejalan dengan pandangan Dell hymes (1972) yang menyebutkan
komponen tutur dengan singkatan SPEAKING, dalam bahasa Indonesia pun
komponen tuturan yang merupakan konteks kewacanaan dapat disingkat
dengan WICARA
B. Saran
Kedua buku ini sangat saya rekomendasikan bagi para pembaca yag ingin
mencari pembahasan mengenai wacana dalam pendidikan karena keduanya
sangat relevan pembahasannya sebagai referensi. Buku ini baik dignakan
kepada Dosen maupun Mahasiswa terkhususnya pendidikan bahasa.
Demekianlah hasil dari pengasan penulis semoga dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Keritik dan perbaikan sangat membantu demi kesempurnaan
kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Sudrajat, Yayat. MaknadalamWacana. 2008. Bandung: YRama Widya.


Lubis, Malan. AnalisisWacana. 2012. Jakarta: Halaman Moeka.

14

Anda mungkin juga menyukai