Anda di halaman 1dari 30

CRITICAL BOOK REPORT

BAHASA INDONESIA

DISUSUN OLEH
Nama Mahasiswa : Try Yunita Ritonga
NIM/Prodi :4181141037/Pendidikan Biologi

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN


ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang MahaEsa yang telah senantiasa memberkati dalam
menyelesaikan Critical Book Report (CBR), adapun tugas ini dikerjakan untuk memenuhi
mata kuliah Bahasa Indonesia. Saya telah menyusun CBR ini dengan sebaik-baiknya tetapi
mungkin masih ada kekurangan-kekurangan untuk mencapai kesempurnaan. Saya selaku
penulis menerima berbagai kritik yang sifatnya membangun agar CBR ini menjadi lebih baik
lagi.
Selanjutnya, saya berharap semoga CBR ini bisa memberikan manfaat serta menambah
wawasan bagi para pembaca. Semoga CBR ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kata – kata yang
kurang berkenan.

Medan, 27 Februari 2020

Try Yunita Ritonga

NIM.4181141037

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

A. Rasionalitas Pentingnya CBR................................................................................1


B. Tujuan Penulisan CBR...........................................................................................1
C. Manfaat Penulisan CBR.........................................................................................1
D. Identitas Buku yang di Review..............................................................................1

BAB II DESKRIPSI ISI BUKU......................................................................................3

A. Ringkasan Isi Buku................................................................................................3


B. Kelebihan dan Kekurangan Isi Buku.....................................................................24

BAB III KOMENTAR....................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................27

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalitas Pentingnya CBR

Sering kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami. Terkadang kita

memilih satu buku, namun kurang memuaskan hati kita. Misalnya dari segi analisis bahasa,

pembahasan tentang Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, penulis membuat Critical Book

Review ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih buku refrensi,

Tujuan Penulisan CBR

Mengkritisi atau membandingkan sebuah buku tentang kepemimpinan serta membandingkan


dengan dua buku yang berbeda dengan topik yang sama.

Manfaat Penulisan CBR

1. Untuk mengetahui Pengetahuan mengenai Pembentukan Dan Perluasan Kalimat

2. Membuat menjadi lebih kritis, menganalisis, dan perbandingan.

B. Identitas Buku yang di Review

A. Identitas Buku Utama

Judul buku : Pembentukan Dan Perluasan Kalimat

Penulis : Sukirman Nurdjan, S.S., M.Pd, Firman, S.Pd., M.Pd.

Kota tempat terbit : Makassar

Jumlah halaman : 152 Halaman

B. Identitas Buku Pembanding

Judul buku : Kalimat

Penulis : I Nengah Sukartha, I Nyoman Suparwa, I G.N.K Putrayasa

Kota tempat terbit : Bali

Jumlah halaman : 104 Halaman

4
BAB II

DESKRIPSI ISI BUKU

A. Ringkasan isi buku


 BUKU UTAMA

PEMBENTUKAN DAN PERLUASANKALIMAT

A. Pendahuluan

Bahasa adalah sarana berpikir baik untuk menyampaikan pesan kepada orang lain
maupun untuk menerima pesan dari orang lain. Pikiran yang disampaikan dalam pembicaraan
atau tulisan diungkapkan melalui rangkaian kata yang terpilih dan tersusun menurut
kaidahtertentu. Bahasa merupakan simbol yang bermakna terdiri atas satuan-satuan tertentu
yang secara fungsional saling berhubungan sebagai satu sistem. Satuan terkecil yang
mengandung makna berupa kata dan frasa, sedangkan satuan yang lebih besar yang
mengandung pikiran yang utuh dapat berupa kalimat. Penggunaan bahasa sebagai sarana
berpikir danberkomunikasi sangat ditentukan oleh penguasaan kaidah kalimat yang didukung
oleh kosakata yang memadai.

B. Pengertian Kalimat

Kalimat sebagai satuan bahasa lebih besar daripada kata atau frasa umumnya muncul
dalam tulisan atau pembicaraan berupa rangkaian kata yang menyatakan pikiran tertentu
yangsecara relatif dapat berdiri sendiri, dan intonasinya menunjukkan batas antara
sesamanya. Itulah yang disebut kalimat. Setiap kalimat yang muncul dalam tulisan atau
pembicaraan masing-masing menyatakan pikiran yang terbatas, tetapi tetap utuh baik secara
tersuratmaupun tersirat.

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran. Dalam
bahasa lisan kalimat diawali dan diakhiri dengan kesenyapan, dalam bahasa tulis
diawalidengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya.
Kalimat disusun berdasarkan unsur-unsur yang berupa kata, frase, atau klausa. Jika disusun
berdasarkan pengertian di atas, unsur-unsur tersebut mempunyai fungsi dan pengertian
tertentu yang disebut bagian kalimat. Ada bagian kalimat yang tidak dapat dihilangkan
disebut inti kalimat (subjek dan predikat), sedangkan bagian yang dapat dihilangkan bukan

5
unsur inti kalimat (objek, keterangan, dan pelengkap). Bagian inti dapat membentuk kalimat
dasar dan bagian bukan inti dapat membentuk kalimat luas. Pikiran yang utuh pada setiap
kalimat diungkapkan pada dua bagian, yaitu subjek dan predikat. Subjek sebagai bagian yang
menjadi pokok pembicaraan dalam kalimat dijelaskan maknanya oleh predikat.

Contoh :

(1) Anak itu cerdas.Pikiran yang utuh pada contoh (1) dapat diketahui dengan adanya kata
cerdas yang merupakan jawaban atas pertanyaan mengapa/ bagaimana anak itu. Unsur yang
merupakan jawaban atas pertanyaan mengapa/ bagaimana, berfungsi sebagai predikat. Unsur
anak itu yang merupakan jawaban atas pertanyaan siapa yang cerdas berfungsi sebagai
subjek. Unsur subjek dan predikat dapat dipertukarkan posisinya, tanpa merusak keutuhan
pikiran dari kalimat tersebut. Perhatikan contoh berikut :

(1a) Cerdas anak itu. Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui ciri-ciri kalimat sebagai
berikut :

(1) Dari segi makna, sebuah kalimat harus mengandung pikiran yang utuh, sedangkan
darisegi struktur, kalimatsekurang-kurangnya mengandung unsur subjek dan predikat.

(2) Unsur-unsur yang berupa subjek predikat posisinya dapat dipertukarkan menjadi predikat
subjek.

(3) Subjek dapat diketahui dari jawaban atas pertanyaan apa/siapa, sedangkan predikat dapat
diketahui dari jawaban atas pertanyaan bagaimana/ mengapa.

C. Bagian-bagian Kalimat

Dalam uraian terdahulu telah disebutkan bahwa kalimat adalah rangkaian kata
yangmenyatakan pikiran tertentu yang secara relatif dapat berdiri sendiri, dan intonasinya
menunjukkan batas antara sesama kalimat. Selanjutnya, kata atau kelompok kata yang
dipakai untuk membentuk kalimat menduduki fungsi-fungsi tertentu dalam struktur kalimat.
Sebagai unsur terintegrasi ke dalam suatu struktur, kata-kata tersebut merupakan unsur
kalimat.Bagian inti yang harus terdapat pada kalimat adalah subjek (S) dan predikat (P).
Bagian inti kalimat adalah bagian yang tak dapat dihilangkan dalam struktur kalimat. Subjek
kalimat berfungsi sebagai inti pembicaraan, sedangkan predikat berfungsi sebagai penjelasan
terhadap subjek, yang dapat dilengkapi dengan objek (O) atau keterangan (K).

1. Subjek dan Predikat

6
Setiap kalimat sebagai bentuk pernyataan pikiran mempunyai subjek dan predikat,
baik yang dinyatakan secara tersurat maupun yang dinyatakan secara tersirat. Subjek sebagai
intipembicaraan barulah menyatakan pikiran jika dijelaskan oleh predikat. Hubungan antara
subjek dan predikat dalam kalimat turut menentukan isi pikiran yang dimaksud. Kata-kata
yang digaris bawahi pada contoh berikut berfungsi sebagai subjek (S) dan predikat (P)
kalimat.

Contoh :

(2) Saya sebaiknya beristirahat sejenak.

S P

(3) Perusahaannya makin berkembang akhir-akhir ini.

SP

(4) Engkaubelajar dengan tekun.

SP

Isi pikiran yang terdapat pada kalimat tercermin pada hubungan antara subjek dan predikat.
Tanpa adanya subjek, pokok pembicaraan dalam setiap kalimat menjadi tidak jelas.
Sebaliknya, tanpa adanya predikat, keadaan subjek atau situasi yang meliputi subjek tidak
jelas.

Bagaimana saya ? beristirahat sejenak (sebaiknya)

Siapa yang sebaiknya beristirahat sejenak ? saya

2. Objek dan Keterangan

Objek dan keterangan adalah dua bagian kalimat yang sering muncul dalam kalimat
untuk melengkapi predikat. Hubungan antara objek (O) dan predikat (P) ternyata lebih erat
daripada hubungan antara keterangan (K) dan predikat

Contoh :

(5) Iamembacabuku itubeberapa kali

SP O. K

(6) Kamimerayakanhari ulang tahunnyakemarin.

7
S. P O. K

Objek pada kalimat (6) buku itu, kalimat (7) hari ulang tahunnya dan pada kalimat (8) orang
tuanya terlihat dengan jelas hubungan yang erat dengan predikat. Keterangan yang menyertai
predikat kalimat bervariasi sesuai dengan fungsinya untuk melengkapi predikat. Hubungan
yang agak longgar antara keterangan dan predikat memungkinkan penempatan keterangan
dalam strukturkalimat. Jenis-jenis keterangan yang bermacam-macam itu dapat dilihat pada
contoh berikut :

(9) Ia berdiri di tempat itu sejak tadi.

K (tempat)

(10) Ujian berlangsung selama dua jam.

K (waktu)

D. Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya menyatakan satu pokok pembicaraan
yang dinyatakan pada subjek (S) kalimat. Penjelasan terhadap subjek tersebut dinyatakan
pada predikat (P). Jika predikat kalimat menggunakan kata kerja aktif transitif, kalimat
tersebut dilengkapi dengan objek tertentu. Bagian lain yang berfungsi memberikan penjelasan
tambahan terhadap predikat kalimat adalah keterangan. Pola umum kalimat tunggal tersebut
juga sederhana, yaitu S/P, S/P/O, S/P/K, S/P/O/K, yang dapat diubah menjadi variasi tertentu
melalui pertukaran bagian-bagiannya.

(11) Usahanya berhasil.

(S/P)

(12) Petani itu menyiangi sawahnya.

(S/P/O)

(13) Mahasiswa itu belajar dengan tekun.

(S/P/K)

(14) Kami memanfaatkan peluang itu dengan baik.

(S/P/O/K)

8
Hubungan bagian kalimat yang satu dengan bagian kalimat yang lain tidaklah sama. Predikat
kalimat mempunyai hubungan yang erat dengan objeknya sehingga pengubahan pola kalimat
dengan variasi lain dalam kalimat aktif harus tetap mempertahankan posisi objek di belakang
P(P/O). Bagian keterangan ternyata mempunyai hubungan yang longgardengan
predikatsehingga berpeluang untuk ditempatkan pada berbagai posisi tanpa merusak makna
kalimat. Kepanduan hubungan bagian-bagian kalimat akan memperjelas kalimat sebagai
pernyataan pikiran. Isi pikiran yang dinyatakan pada setiap kalimat dapat berupa berita
(kalimat berita). Pertanyaan (kalimat tanya), perintah atau larangan (kalimat perintah), dan
seruan (kalimat seru). Jenis kalimat yang dapat dipakai dalam penyusunan karya ilmiah
adalah kalimat berita yang menyatakan suatu peristiwa atau keadaan. Isinya bersifat
pernyataan (deklarasi) sehingga dapat dinilai benar atau salah.

Contoh :

(15) Kegiatan penelitian yang menunjang pengembangan ilmu dan teknologi perlu mendapat
perhatian. (kalimat berita)

(16) Di mana kepentingan kita diletakkan ? (kalimat tanya)

(17) Kerjakanlah tugas itu dengan cermat ! (kalimat perintah)

(18) Alangkah mulianya hati orang itu ! (kalimat seru)

Penggabungan dan perluasan kalimat-kalimat tunggal sering dilakukan dalam penyusunan


karya tulis. Beberapa kalimat tunggal yang gagasannya berkaitan kemudian
dipadukanmenjadi satu kalimat majemuk untuk mempertegas kaitan gagasan yang
terkandung di dalamnya. Cara menempatkan gagasan yang saling berkaitan dalam struktur
kalimat majemuk menentukan hubungan gagasan-gagasan tersebut. Selanjutnya, dalam
kalimat majemuk, bagian kalimat tunggal yang sama umumnya cukup dinyatakan satu kali
(pelepasan bagian kalimat).

E. Kalimat Majemuk Setara

Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang terbentuk dari penggabungan
beberapa kalimat tunggal yang setara kedudukannya dan menyatakan peristiwa yang
terjadisecara berturut-turut atau dalam waktu yang bersamaan. Hubungan koordinatif antara
bagian kalimat yang satu dan bagian kalimat yang lain yang setara itu akan terlihat pada
penggunaan kata sambung (kata penghubung) sebagai koordinator dalam struktur kalimat

9
majemuk. Kalimat majemuk setara mempunyai ciri (1) dibentuk dari dua atau lebih kalimat
tunggal dan (2) kedudukan tiap kalimat sederajad. Karena kalimat majemuk merupakan
gabungan kalimat, lebih tepat jika kalimat yang digabung itu disebut dengan istilah klausa.
Penggabungan kalimat-kalimat tunggal menjadi kalimat majemuk dapat menunjukkan
beberapa jenis hubungan dan menjalankan beberapa fungsi yang sangat tergantung pada
katapenghubung di antaranya adalah penjumlahan, pertentangan, pemilihan, perurutan, dan
penguatan. Untuk lebih jelasnya dapat dibaca dalam tabel di bawah ini.

Jenis Fungsi Kata Penghubung


Hubungan (Konjungsi)
penjumlahan pertentangan menyatakan penjumlahan dan, serta, baik, maupun,
pemilihan perurutan atau gabungan kegiatan, sesudah Itu tetapi,
penguatan keadaan, peristiwa, dan sedangkan, bukannya,
proses menyatakan apa yang melainkan atau lalu,
dinyatakan dalam klausa kemudian malah(an),
pertama bertentangan bahkan, apalagi, lagi pula,
dengan klausa kedua tambahan pula.
menyatakan pilihan di antara
dua kemungkinan
menyatakan kejadian yang
berurutan
menyatakanpenguatan atau
penekanan
terhadap kejadian atau
peristiwa

(18) Ia menyadari kesalahannya dan berusaha memperbaiki kesalahannya.

(19) Tingkah lakunya yang buruk itu tidak saja merugikan dirinya, tetapi juga merugikan
keluarganya.

(20) Kita menyelesaikan pekerjaan itu dengan segera atau menyerahkan kepada orang lain.

F. Kalimat Majemuk Bertingkat

Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang terbentuk dari sebuah kalimat
tunggal yang salah satu bagiannya mengalami perluasan atau penggantian dengan kalimat

10
lain. Hubungan bagian kalimat yang satu dengan bagian kalimat yang lain dalam suatu
struktur kalimat majemuk tidak sama atau bertingkat. Bagian yang lebih tinggi kedudukannya
disebut induk kalimat (klausa utama), sedangkan bagian yang lebih rendah kedudukannya
disebut anak kalimat (klausa sematan).Hubungan antara induk kalimat dan anak kalimatnya
bersifat subordinatif. Penggunaan kata sambung tertentusebagai subordinator dalam
perluasan kalimat tunggal menentukan hubungan induk kalimat dengan anak kalimat. Oleh
karena itu, konjungtor yang menghubungkan antara klausa kalimat majemuk bertingkat
berbeda dengan konjungtor pada kalimat majemuk setara. Dalam tabel di bawah dapat dilihat
jenis hubungan antar klausa, konjungtor atau kata penghubung, dan fungsinya.

Jenis Hubungan Fungsi Kata penghubung


(konjungsi)
waktu syarat/ pengandaian klausa bawahan menyatakan sejak, sedari, sewaktu,
tujuan konsesif waktu terjadinya peristiwa sementara, seraya, setelah,
pembandinganpenyebaban atau keadaan yang sambil, sehabis, sebelum,
mengakibatkan cara dinyatakan dalam klausa ketika, tatkala, hingga,
kemiripan penjelasan/ utama klausa bawahan sampai, selama,
penegasan menyatakan syarat atau jika(lau),selandainya, andai
pengandaian terlaksananya kata, asal(kan), kalau,
apa yang disebut dalam apabila, bilamana, manakala
klausa utama klausabawahan agar, supaya, untuk, biar
menyatakan suatu walau(pun),meski(pun)
tujuan atau harapan dari apa sekalipun, biar(pun), kendati
yang disebut dalam klausa (pun), sungguh(pun) seperti,
utama klausa bawahan bagaikan, laksana,
memuat pernyataanyang sebagaimana, daripada, alih-
tidak akan mengubah apa alih, ibarat sebab,karena,
yang dinyatakan dalam oleh karena sehingga,
klausa utama memperliha- sampai(-sampai),
kan perbandingan antara makadengan, tanpa seolah-
pernyataan pada klausa olah,
utama dengan pernyataan seakan-akan bahwa
pada klausa bawahan klausa
bawahan menyatakan sebab
atau alasan terjadinya
sesuatu yang dinyatakan
dalam klausa utama klausa
bawahan menyatakan akibat
dari apa yang dinyatakan
dalam klausa utama klausa
bawahan menyatakan cara
pelaksanaan dan alat dari
apa yang dinyatakan oleh
klausa utama klausa
bawahan menyatakan

11
adanya kenyataan yang
mirip dengan keadaan yang
sebenarnya klausa bawahan
menyatakan penegasan atau
penjelasanterhadap peristiwa
yang dinyatakan pada klausa
utama

Contoh :

Ia datang di rumah kemarin. (kalimat tunggal)Ia datang di rumah ketika kami sedang
merayakan hari ulang tahun adikku. (kalimat majemuk yang diperluas) (kemarin mengalami
perluasan/ pergantian)

1. Peluasan kalimat melalui hubungan waktu dengan menggunakan kata sambung


ketika,setelah, sewaktu, selama, sementara.

Contoh : Ia berhasil mengembangkan pabriknya setelah memperoleh pinjaman modal dari


bank.

2. Perluasan kalimat melalui hubungan syarat dengan menggunakan kata sambung jika,
kalau, jikalau, asal (kan), bila, manakala.

Contoh : Saya bekerja dengan tekun bila berhasil diterima sebagai pegawai di kantor itu.

a. Perluasan kalimat melalui hubungan pengandaian dengan menggunakan kata sambung


seandainya dan sekiranya.

Contoh : Seandainya usul-usul yang diajukannya itu diterima oleh pengurus, tentu program
kerja organisasi dapat terlaksana dengan baik.

b. Perluasan kalimat melalui hubungan tujuan dengan menggunakan kata sambung agar dan

supaya

Contoh : Engkau harus belajar dengan sungguh-sungguh agar dapat mencapai indeks prestasi
yang tinggi.

c. Perluasan kalimat melalui hubungan perlawanan (konsesif) dengan menggunakan kata


sambung meskipun, walaupun, sungguhpun, dan biarpun

Contoh : Meskipun hari hujan, anak itu pergi juga ke sekolah

12
d. Perluasan kalimat melalui hubungan pemiripan atau perbandingan dengan menggunakan
kata sambung seperti, laksana, dan sebagaimana.

Contoh : Wajah gadis itu cantik dan menawan laksana bulan purnama.

e. Perluasan kalimat melalui hubungan sebab dengan menggunakan kata sambung sebab dan
karena.

Contoh : Pekerja itu tidak dapat merampungkan pekerjaannya sebab seminggu ia sakit.

f. Perluasan kalimat melalui hubungan akibat dengan menggunakan kata sambung hingga,

sehingga, dan sampai.

Contoh : Ayah bekerja terlalu keras sehingga jatuh sakit.

g. Perluasan kalimat melalui hubungan penjelasan atau penegasan dengan menggunakan kata
sambung bahwa.

Contoh : Ia baru sadar bahwa pendidikan itu sangat penting bagi masa depan anak-anaknya.

h. Perluasan kalimat melalui hubungan cara atau alat dengan menggunakan kata sambung

dengan.

Contoh : Polisi menyelidiki peristiwa kejahatan tersebut dengan menyamar sebagai buruh
pabrik.

G. Jenis Konjungsi

Konjungsi atau kata penghubung dalam bahasa Indonesia terdiri atas konjungsi
intrakalimat, yaitu konjungsi yang terletak di tengah kalimat, dan konjungsi antarkalimat,
yaitu konjungsi yang terletak di awal kalimat. Jenis konjugsi ini menentukan perlu tidaknya
disisipkan tanda baca koma di dalam kalimat. Konjungsi intrakalimat ada yang harus diikuti
tanda koma, ada pula yang tidak. Sebaliknya, konjungsi antarkalimat harus diikuti tanda
koma.

Contoh :

Konjungsi intrakalimat yang Konjungsi intrakalimat yang


tidak didahului koma didahului koma
... agar/ supaya . . . . . . . . . , padahal . . . . . . ,

13
sehinggga . . . . . . karena . . . sedangkan . . . . . . , tetapi . .
. . . sebab . . . . . . bahwa . . . . . . . , yaitu . . . . . . , seperti .
. . . dan . . . . . . maka . . . . . . . . , atau . . . . . . , dan . . .
Catatan : kata konjungsi dan, atau dapat didahului tanda
koma jika suatu kalimat terdapat pemerian atau keterangan
yang beruntun.

konjungsi antarkalimat

Akan tetapi, . . . Akibatnya, Kendatipun demikian, . . .


. . . Di pihak lain, . . . Jadi, . Meskipun demikian, . . .
. . Dengan demikian, . . . Di Oleh karena itu, . . . Oleh
samping itu, . . . Selain itu, . sebab itu, . . . Sebaliknya, .
. . Berkaitan dengan itu, . . . . . Namun, . . . Tambahan
Sehubungan dengan itu, . . . lagi, . . . Lagi pula, . . .
Walaupun demikian, . . . Pertama, . . . Kedua, . . .
Kemudian, . . . Selanjutnya,
. . . Kesimpulannya, . . .

14
 BUKU PEMBANDING

BAB III

KALIMAT

4.1 Tujuan Khusus

(1) Memahami pengertian kalimat

(2) Memahami struktur kalimat

(3) Memahami syarat kalimat

(4) Memahami kalimat benar

(5) Memahami kalimat efektif

4.2 Materi

(1) Pengertian Kalimat

(2) Struktur Kalimat

(3) Syarat Kalimat

(4) Kalimat Benar

(5) Kalimat Efektif

4.3 Pendahuluan

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang dapat mengungkapkan pikiran yang utuh.
Pikiran yang utuh itu dapat diekspresikan dalam bentuk lisan atau tulisan. Dalam bentuk
lisan, kalimat ditandai dengan alunan titinada, keras –lembutnya suara, disela jeda, dan
diakhiri dengan nada selesai. Dalam bentuk tulisan kalimat dimulai dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya. Dari sudut kelengkapan pikiran,
kalimat biasanya minimal terdiri atas predikat dalam suatu pernyataan, selain ditentukan pula
oleh situasi pembicaraan. Batasan pengertian kalimat tersebut kiranya cukup sebagai
pegangan untuk memahami sebuah kalimat dalam bahasa Indonesia. Persoalannya adalah
penulis sering tidak memperhatikan kalimat yang dibuatnya sehingga kalimatnya itu tidak
memenuhi kaidah pembuatan kalimat yang benar.

15
Dalam hal ini penulis hendaknya memiliki wawasan bahasa Indonesia yang memadai
agar ia dapat menghasilkankalimat yang gramatikal, baik dalam komunikasi lisan maupun
tulis, di sampingdapat pula mengenali kalimat-kalimat yang dihasilkan orang lain sehingga ia
mampu memperbaikinya jika ternyata salah. Di dalam penulisan laporan (tulisan ragam
ilmiah) penulis dituntut untuk memiliki kemampuan dalam penyusunan kalimat baku dan
kalimat efektif. Kebakuan kalimat ditandai oleh adanya penerapan kaidah atau norma kalimat
bahasa Indonesia baku. Keefektifan kalimat ditandai oleh ketepatan kalimat untuk mewakili
gagasan penulis dan sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepat dalam pikiran pembaca.
Dengan bekal kemampuan tersebut, penulis akan dengan cepat bisa melakukan penggantian
atau variasi kalimat untuk menghindari kepenatan pembaca dalam menikmati karya tulis
tersebut. Misalnya, kalimat yang semula ditulis panjang-panjang dan berjenis kalimat
majemuk bertingkat atau campuran bisa divariasi dengan kalimat pendek-pendek dan berjenis
kalimat tunggal.

Berikut ini adalah contoh berbagai variasi kalimat walaupun jumlah kata pembentuknya tidak
selalu sama.

(a) Para tamu telah datang.

(b) Dompet saya hilang.

(c) Dia penyanyi.

(d) Baca!

Pernyataan (a) sampai dengan (d) di atas merupakan contoh kalimat bahasa Indonesia
meskipun ada yang hanya terdiri atas satu kata (kalimat d). Contoh itu merupakan kalimat
karena mengungkapkan pikiran yang lengkap.

4.4 Syarat Kalimat dan Alat Pengetesnya

Persyaratan pokok yang perlu diperhatikan dalam penentuan sebuah pernyataan berupa
kalimat atau bukan adalah (a) adanya unsur predikat dan (b) permutasi unsur kalimat.
Keduanya dapat dijadikan alat untuk mengetes sebuah pernyataan. Setiap kalimat dalam
realisasinya sekurang-kurangnya memiliki predikat, sedangkan pernyataan (kelompok kata)
yang tidak memiliki predikat disebut frasa. Untuk menentukan predikat sebuah kalimat dapat
dilakukan pemeriksaan terhadap verbadalam untaian kata bersangkutan. Umumnya, kalimat
bahasa Indonesia berpredikat

16
verba. Perhatikan contoh berikut ini.

(1) Anak itu belajar.

(2) Orang itu menulis surat.

Pada contoh (1) terdapat verba belajar dan pada kalimat (2) terdapat verbamenulis.
Untukmengetahui kedua verba tersebut sebagai predikat perlu dilakukan tes pemutasian
(perubahan urutan) unsur-unsur kalimatnya.

(1a) Belajar // anak itu.

(2a) Menulis surat // orang itu.

Perubahan urutan unsur-unsur kalimat yang disertai dengan perubahan intonasi dalam contoh
(1a dan 2a) ternyata tidak mengubah informasi dasar kalimat (1 dan 2) di atas. Untuk itu,
pernyataan (1 dan 2) di atas merupakan kalimat. Namun, urutan kata berikut ini bukanlah
kalimat.

(3) Anak yang belajar itu -) (3a) Yang belajar itu // anak

Permutasi unsur pernyataan (3) menjadi (3a) di atas memperlihatkan perubahan makna dasar
pernyataan tersebut. Perubahan makna seperti itu menandakan bahwa pernyataan tersebut
bukanlah kalimat. Selain itu, intonasi pernyataan (3) juga belum lengkap dan harus
dilengkapi untuk menjadi sebuah kalimat seperti pernyataan (4) berikut ini.

(4) Anak yang belajar itu menangis.

4.5 Unsur-unsur Kalimat

Seperti tersebut di atas, kalimat terdiri atas unsur-unsur kalimat, yaitu subjek, predikat, objek,
pelengkap, dan keterangan. Masing-masing unsur tersebut memiliki ciri-ciri tersendiri yang
membedakannya antara unsur yang satu dengan unsur yang lainnya. Ciri unsur subjek adalah

a. merupakan unsur inti/pokok dalam kalimat di samping predikat;

b. penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas pertanyaanapa dan siapa
yang dinyatakan dalam suatu kalimat;

c. disertai kata itu;

d. tidak didahului oleh preposisi/kata depan; dan

17
e. mempunyai keterangan pewatas yang.

Contoh: (1) Ibu memasak sayur di dapur.

(2) Anak-anak sedang belajar di kelas.

Unsur kalimat yang lain adalah predikat. Kedudukan predikat dalam kalimat merupakan
unsur utama di samping subjek. Ciri umum unsur predikat:

a. merupakan unsur utama di samping subjek kalimat;

b. jawaban atas pertanyaan mengapa atau bagaimana;

c. dapat diingkarkan; dan

d. kata adalah/ialah/merupakan adalah predikat dalam kalimat nominal.

Contoh:

(1) Komang Susilawati menjahit baju.

(2) Sungguh mengagumkan hamparan bunga anggrek di Bedugul.

(3) Megawati tidak melupakan tugas rumah tangganya.

Kemudian, objek merupakan unsur kalimat yang dapat diperlawankan dengan unsur subjek.
Unsur objek ditemukan dalam kalimat yang berpredikat verba aktif transitif, yaitu kalimat
yang paling sedikit mempunyai tiga unsur utama (subjek, predikat, dan objek). Dalam hal ini
ciri unsur objek adalah

a. merupakan unsur kalimat yang diperlawankan dengan subjek;

b. langsung berada di belakang predikat;

c. dapat menjadi subjek kalimat pasif; dan

d. tidak didahului preposisi.

Contoh: (1) Gus Dur meraih hadiah Nobel Perdamaian.

(2) Politikus memperebutkan kursi jabatan.

(3) Dia melahirkan gagasan yang baru.

Pelengkap merupakan unsur kalimat yang memiliki banyak kesamaan dengan objek.
Kesamaan itu adalah (a) bersifat wajib pada verba yang memerlukannya dan (b) menempati

18
posisi di belakang predikat. Perbedaannya, yakni terletak pada oposisi kalimat pasif.
Pelengkap tidak bisa menjadi subjek kalimat pasif, sedangkan objekdapat menjadi subjek
kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap di belakang

predikat kalimat aktif, objeklah yang potensial menjadi subjek kalimat pasifnya,

sedangkan pelengkap tidak bisa menjadi subjek.

Selanjutnya ciri unsur pelengkap :

a. menempati posisi belakang predikat

b. dapat didahului preposisi, dan

c. tidak bisa menjadi subjek kalimat pasif.

Contoh :

(1) Komang Rai memberi saya buku.

(2) Gede Krisna membawakan ibunya baju baru.

Unsur yang bersifat memberikan informasi tambahan lebih lanjut tentang sesuatu pada
kalimatadalah unsur keterangan. Informasi tersebut misalnya tentang tempat, waktu, cara,
sebab, dan tujuan. Keterangan dapat berupa frasa dan dapat pula berupa anak kalimat
(klausa). Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, dari, dalam,
pada, kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang berupa klausa (anak
kalimat) ditandai dengan kata penghubung, seperti ketika, karena, meskipun, supaya, jika,
dan sehingga.LebihLebih lanjut ciri keterangan:

a. merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang sesuatu yang
dinyatakan dalam kalimat

b. bukan unsur utama, dan

c. tidak terikat posisi.

Contoh:

(1) Dengan komputer pesawat itu dapat dipantau dari bumi.

(2) Ibu memasak di dapur.

(3) Sekarang manusia telah antipati terhadap makhluk hidup.

19
4.6 Jenis Kalimat

Penulis naskah laporan menyampaikan gagasan atau pikirannya melalui perantaraan


kalimat. Dengan demikian, maka kalimat berfungsi sebagai sarana pembawa gagasan yang
ingin disampaikan oleh penulis naskah. Gagasan itu sering pula disebut gagasan utama
kalimat atau topik kalimat. Gagasan utama kalimat melebur ke dalam unsur-unsur yang
secara tradisional disebut subjek dan predikat. Kridalaksana (1999:129) membatasi subjek
sebagai gatra yang menandai apa yang dinyatakan oleh pembicara, sedangkan predikat
merupakan gatra yang menjelaskan, yakni ada apa, bagaimana, atau berapa. Berikut ini
adalah contohnya.

(1) Istri Sofian tewas. (Istri Sofian = S, tewas = P)

(2) Sofian menuntut Kapolda Jawa Barat. (Sofian = S, menuntut = P, Kapolda Jawa Barat =
O)

Untuk itu, struktur kalimat tunggal bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.

Kesatuan Tunggal
S + P + O / Pel / Ket

Konfigurasi di atas menandakan bahwa gatra S dan P merupakan bagian inti yang
mengandung gagasan utama kalimat. Gagasan utama tersebut dapat dilengkapi dengan O,
Pel, atau K bila diperlukan. Jika kalimat itu hanya memiliki satu gatra S dan P, kalimat
tersebut disebut berkesatuan tunggal. Sementara itu, bangun kalimat juga dimungkinkan diisi
oleh lebih dari satu S atau P. Kalimat yang memiliki lebih dari satu gatra S dan P disebut
kalimat berkesatuan majemuk. Kalimat berkesatuan majemuk dapat berwujud dalam relasi
koordinatif (setara) dan subordinatif(bertingkat).

Kesatuan Majemuk Setara


S1 + P1 + O / Pel /Ket + Kt Hubung + S2 + P2 + O /Pel /Ket

(3) Kami sudah mengajukan proposal itu, tetapi mereka menolaknya.Kesatuan yang bersifat
subordinatif terjadi jika suku kalimat yang satu terikat pada suku kalimat lain dengan sarana
kata hubung dan suku yang terikat tersebut berlaku sebagai salah satu gatra pada suku yang
mengikat.

20
(4) Majalah Jepang ShunkanShinso telah membuktikan bahwa gadis usia 12—13 tahun pun
banyak yang sudah melakukan hal itu.

(5) Orang yang berbadan kekar itu telah meninggal.

(6) Penonton segera dibawa ke ruang tunggu ketika terdengar bunyi ledakan.

Selain jenis kalimat di atas, kalimat juga bisa dibedakan atas bentuknya, yaitu kalimat berita,
kalimat tanya, dan kalimat perintah. Kalimat berita atau deklaratif adalah kalimat yang berisi
pemberitahuan atau pernyataan sehingga lawan bicara menjadi tahu tentang sesuatu yang
diberitakan, misalnya, Argumen adalah suatu proses pernalaran. Kalimat tanya atau
interogatif merupakan kalimat yang dipakai.

4.7 Kalimat Baku

Kebakuan kalimat bahasa Indonesia ditandai oleh hal-hal berikut ini (Kridalaksana,
1978:150—152).

(a) Pemakaian awalan me- dan ber- , jika ada, secara jelas (eksplisit) dan ajek (konsisten).

Ragam Baku Ragam Tidak Baku

-Dosen sedang berceramah di kelas. Dosen sedang ceramah di kelas.

-Mahasiswa melaporkan hasil penelitiannya. Mahasiswa lapor hasil penelitiannya.

(b) Pemakaian fungsi gramatikal, S-P-(O)-(Pel)-(K), secara jelas dan ajek.

Ragam Baku. Ragam Tidak Baku

-Mahasiswa itu tidak pernah datang Mahasiswa itu tidak pernah (P?)

kemari. Kemari

Hal itu belum dibicarakan. (S?) Itu belum dibicarakan.

(c) Pemakaian pola frasa verbal yang berpola aspek+agen+verbal, jika ada, secara ajek.

Ragam Baku. Ragam Tidak Baku

-Data itu belum saya analisis. Data itu saya belum analisis.

-Laporan Anda sudah saya terima. Laporan Anda saya sudah terima.

(d) Pemakaian partikel –kah dan –pun, jika ada, secara ajek.

21
Ragam Baku Ragam Tidak Baku

-Kendatipun masyarakatnya tertutup, pe-. Kendati masyarakatnya tertutup,

nelitian harus dilanjutkan. penelitian harus dilanjutkan.

-Apakah laporan itu sudah disusun? Apa laporan itu sudah disusun?

(e) Tidak digunakan struktur kalimat yang bersifat kedaerahan.

Ragam Baku Ragam Tidak Baku

-Skripsi Tirta masih dipinjam. Skripsinya Tirta masih dipinjam.

-Pukul 15.00 kurang 10 menit. Pukul 15.00 kurang lagi 10

menit.

-Sekolah dan kantor guru sedang Sekolah dan kantoran guru sedang

diperbaiki. diperbaiki.

4.8 Kalimat Efektif

Pakar bahasa seperti Keraf (1989), Ridwan dkk. (1993), Arifin (1987), dan Semi
(1990) menyatakan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang dapat menimbulkan gagasan
yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh
pembicara atau penulisnya. Dalam batasan tersebut tampak jelas bahwa gagasan di dalam
benak penutur/penulis dan kawan tutur/pembaca menjadi inti batasannya. Selanjutnya, Keraf
(1980:34—38) menyatakan bahwa ada enam ciri utama kalimat efektif dalam bahasa
Indonesia.

(1) Kesatuan Gagasan

Setiap kalimat harus menunjukkan adanya kesatuan gagasan yang ditandai oleh
adanya suatu ide tunggal. Kesatuan gagasan itu diwakili oleh subjek dan predikat di dalam
kalimat. Untuk itu, kalimat harus mengandung subjek dan predikat yang menunjukkan
kelengkapan informasi kalimat tersebut. Jika unsur subjek atau predikattidak ada, hal ini
berarti pula tidak lengkapnya informasi yang penting dalam kalimat tersebut. Kalimat berikut
ini kurang efektif karena ketidak jelasan unsur subjek.

Efektif Kurang Efektif

22
- Tahun ini merupakan tahun ter-. Pada tahun ini merupakan tahun ter-

akhir kuliahnya. akhir kuliahnya.

- Desa tempat saya ber-KKN sa- Desa di mana saya ber-KKN sangat

ngat terisolasi. terisolasi.

(2) Kepaduan

Setiap kalimat harus disusun dengan koherensi atau kepaduan yang baik dan kompak
antar unsurnya. Kepaduan dibatasi sebagai hubungan timbal-balik yang jelas di antara unsur-
unsur (kata atau kelompok kata) yang membentuk kalimat itu. Meskipun kalimat tersebut
memiliki gagasan utama, jika terdapat pemakian kata atau kelompok kata yang tidak tepat di
dalamnya, kalimat tersebut menjadi tidak kompak. Dengan demikian, daya rekat (“lem”)
yang menempelkan setiap unsur pembentuk kalimat tersebut menjadi berkurang. Berikut ini
adalah contohnya.

Efektif Kurang Efektif

- Pemerintah sedang memperhatikan Pemerintah sedang memperhatikan

kebersihan kotanya. daripada kotanya.

- Setelah selesai melakukan kegiatannya,. Pembaca setelah selesai melaku-

pembaca dapat menangkap dan merasa-. kan kegiatannya, pembaca dapat

kan ide-ide yang dikemukakan oleh menangkap dan merasakan ide-ide

pengarang buku itu. yang dikemukakan oleh pengarang

buku

itu.

(3) Kesejajaran atau Paralelisme

Paralelisme berarti menempatkan gagasan yang sama penting dan sama fungsinya ke
dalam suatu struktur atau konstruksi gramatikal yang sama. Jika salah satu gagasan itu
ditempatkan dalam struktur kata benda, kata atau kelompok kata yang lain yang memiliki
gagasan sejajar juga ditempatkan dalam fungsi dan struktur yangsama, yaitu kata bentda.

23
Demikian juga kata kerja disejajarkan dengan kata kerja yang lain, afiks verba aktif dengan
afiks verba aktif, dan seterusnya. Berikut ini adalah contohnya.

Efektif Kurang Efektif

- Penghapusan pangkalan asing dan. Penghapusan pangkalan asing dan

penarikan pasukan asing di kawasan. ditariknya pasukan asing di kawasan

Asean mendapat perhatian PBB. Asean mendapat perhatian PBB.

- Tahun ini Unud sebagai penyelenggara. Tahun ini Unud sebagai penyelenggara

pelatihan mahasiswa, sedangkan tahun. pelatihan mahasiswa, sedangkan

tahun

depan PTS sebagai penyelenggaranya. depan diselengarakan oleh PTS.

(4) Penekanan

Inti pikiran yang terkandung di dalam setiap kalimat harus dibedakan dengan sebuah
kata yang dipentingkan. Kata yang dipentingkan harus mendapat tekanan atau harus lebih
ditonjolkan dari unsur-unsur yang lain. Caranya adalah dengan pengubahan posisi kata di
dalam kalimat, yaitu kta yang dipentingkan diletakkan pada awal kalimat, pengulangan
(repetisi) kata yang berfungsi sebagai tumpuan inti pikiran kalimat, urutan pikiran yang logis,
atau pemakaian partikel penegas (seperti lah, -kah). Berikut ini adalah contohnya.

- Pesta Kesenian Bali X diresmikan oleh Wakil Presiden. atau

- Wakil Presiden meresmikan Pesta Kesenian Bali X.

- Pembangunan dilihat sebagai proses yang rumit dan mempunyai banyak dimensi, tidak
hanya dimensi ekonomi tetapi juga dimensi politik, dimensi sosial, dan dimensi budaya.

(5) Kehematan

Setiap kalimat yang digunakan dalam penulisan laporan hendaknya memperhatikan


kehematan (ekonomi kata). Dalam hal ini diusahakan tidakmenggunakan kata yang
berlebihan. Kehematan dapat dilakukan dalam pemakaian kata, frasa (kelompok kata), atau
bentuk lainnya yang dianggap tidak diperlukan. Contohnya sebagai berikut.

Efektif Kurang Efektif

24
- Anak tetangga saya sudah diwisuda Anak dari tetangga saya sudah diwisuda

tahun lau. tahun lau.

- Mahasiswa itu segera mengubah Mahasiswa itu segera mengubah

rancangan penelitian setelah berkonsul- rancangan penelitiannya setelah mereka

tasi dengan dosen pembimbingnya. berkonsultasi dengan dosen pembim-

bingnya.

5) Variasi

Variasi merupakan upaya untuk penganekaragaman bentuk bahasa agar tetap


terpelihara minat dan perhatian pembaca/kawan tutur, misalnya dengan mengadakan variasi
sinonim kata (pilihan kata), panjang-pendek kalimat, dan struktur kalimat (aktif-pasif).
Dengan variasi diharapkan dapat terwujud kesegaran pemakaian bahasa. Contohnya adalah
sebagai berikut.

Bervariasi Tidak Bervariasi

- Seorang pakar walet menyetujui bahwa Seorang pakar walet menyetujui bahwa

alasan penggunaan sarang walet imitasi. alasan penggunaan sarang walet

imitasi

lebih ditekankan pada aspek keamanan.lebih menekankan aspek keamanan.

4.9 Masalah Pemakaian Kalimat Bahasa Indonesia

Seorang penulis yang memiliki kemampuan dalam mengenali kalimat dan ciri-ciri
kalimat efektif akan mampu melihat dan menjelaskan letak kesalahan penulisan kalimat.
Setelah itu, tentu ia mampu dengan cepat memperbaiki kalimat yang kurang tepat yang telah
dibuatnya. Berikut ini disajikan beberapa contoh lain kalimat yang kurang efektif.

(1)Kalimat Bersubjek Ganda

Seseorang yang berada di dalam kerumunan massa maka ia akan berperilaku dan berbudaya
seperti perilaku massa.

- Setiap orang yang berada di dalam konvoi kampanye tingkah lakunya tidak bisa lepas dari
bayangan/citra kampanye yang dipahaminya.

25
(2) Kalimat Berpredikat Ganda

- Sebagian orang beranggapan bahwa pemblokiran jalan raya di daerah Kotagede, juga terjadi
di daerah Nitikan dan Karangkajen Yogyakarta merupakan sikap anarki yang mengiringi
“ritual” kampanye menjelang Pemilu.

(3) Kalimat dengan Kata Penghubung dan Kata Depan Tidak Tepat

- Kampanye nilai-nilai universal, seperti hak asasi manusia, demokrasi, lingkungan hidup,
tegaknya hukum, dan pasar bebas, oleh karena itu menjadi sebuah misi dari negara-negara
maju (baca: Barat).

- Selain kelompok Darwis, pada konvoi kampanye PPP di kota Yogyakarta selalu diwarnai
oleh kelompok-kelompok eksklusif dengan ciri-ciri khusus.

(4) Kalimat Tidak Padu

- Keruntuhan perbankan yang dialami lebih dari dua tahun ini, membuktikan pernyataan
tersebut.

- Paling tidak tanda-tanda itu sudah terlihat, terutama dalam upaya pemulihan ekonomi.
Walaupun diganggu faktor-faktor yang menyangkut masalah keamanan dan gaya
pemerintahan.

(5) Kalimat Tidak Sejajar

- Jika semula ditemukan di Jawa dan Sumatra, kini petani menemukannya di Sulawesi.

(6) Kalimat Tidak Hemat

- Pada umumnya hak ulayat suku bangsa-suku bangsa di Indonesia tidak mempunyai
persoalan karena hak tersebut diakui baik secara intern maupun dari pihak luar masyarakat
yang bersangkutan.

Di samping Pancasila, UUD 1945, maka dalam pandangan para pendiri bangsa, bentuk
negara proklamasi kemerdekaan, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan
pilihan ideal bagi kelangsungan hidup bangsa.

(7) Kalimat Tidak Bernalar

- Saya sudah dikatakan oleh teman-teman sistem kamar kecil di Indonesia.

26
- Salah satu tempat yang menarik untuk dilihat adalah di Monumen Perjuangan Rakyat Bali,
Renon, Denpasar.

4.10 Penutup

Penulis laporan yang baik dituntut agar menguasai jenis kalimat dan cara membentuk
kalimat efektif. Pembentukan kalimat efektif mensyaratkan penguasaan terhadap tata bahasa
Indonesia, kreativitas dalam penggunaan kata, dan daya nalar yang baik. Penguasaan atas tata
bahasa Indonesia akan menghindarkan penulis dari Ketidak ceatan dalam menilai
kelengkapan gagasan di dalam kalimat dan kepaduan antar unsur pembentuk kalimat.
Kreativitas dalam penggunaan kata akan mempermudah penulis dalam pembuatan variasi
kalimat dan penghematan kata. Kemudian, daya nalar yang baik akan memungkinkan penulis
dalam pembuatan kalimat yang masuk akal.

B. Kelebihan dan kekurangan Isi Buku


 Keunggulan
A. Keterkaitan Antarbab

Kedua buku ini membahas tentang kalimat. Pada buku pertama berjudul
Pembentukan dan Perluasan Kalimat yang ditulis oleh Sukirman Nurdjan, S.S., M.Pd,
dkkdan pada buku kedua berjudul Kalimat ditulis oleh I Nengah Sukartha, dkk ,
dimana kedua buku ini menjelaskan tentang kalimat secara rinci, jelas, dan berurutan
sesuai dengan bab – bab yang dituliskan. Selain itu isi dari setiap bab Saling berkaitan
untuk menguatkan isi setiap bab satu sama lainnya.

B. Kemutakhiran Isi Buku


1. Buku utama ini menjelaskan secara detail mengenai pengertian kalimat,
bentuk – bentuk kalimat, jenis – jenis kalimat, contoh kalimat dan lainnya
yang berhubungan dengan kalimat. Sedangkan buku pembanding menjelaskan
secara detail mengenai pengertuan kalimat, unsur – unsur kalimat, jenis – jenis

27
kalimat, syarat – syarat kalimat, contoh kalimat serta permasalahan dalam
kalimat.
2. Bahasa utama yang digunakan dalam buku ini sederhana dan mudah
dimengerti sehingga dapat membantu pembaca untuk memahami dengan
mudah apa isi buku yang disampaikan.
3. Dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis termasuk penggunaan font
sangat bagus dan cukup menarik untuk di baca. Dan begitu juga dengan buku
pembanding
C. Kelengkapan Isi Buku

Buku ini telah memiliki kelengkapan yang baik, termasuk kelengkapan isi yang
terdapat pada buku dengan menggunakan tabel – tabel sebagai contoh, dimana penulis
menyajikan pembahasan materi dengan jelas dan rinci agar pembaca dapat dengan
mudah memahami dan pempelajari setiap materi yang terkandung dalam bab ini.

 Kelemahan Isi Buku


A. Keterkaitan Antarbab

Pada buku pembanding tidak mencantumkan sub-bab dengan jelas penulis hanya
menggunakan angka untuk setiap judul sehingga pembaca kurang jelas dalam
membaca isi buku.

B. Kemuktahiran isi buku


1. Dalam buku ini masih terdapat kalimat-kalimat yang sulit untuk dipahami
sehingga dapat membingungkan para pembaca. Terkhususnya pada buku
pembanding banyak sekali kata kata yang sulit untuk dipahami oleh pembaca,
karena nmenggunakan kata baku.
2. Buku ini memiliki cover yang tidak menarik sehingga tidak dapat menarik minat
pembaca untuk membaca isi buku ini

C. Kelengkapan isi buku

Pada dasarnya bab yang terdapat dalam buku ini telah disajikan selengkap
mungkin, sehingga secara keseluruhan buku ini dinilai telah memilki kelengkapan .

28
BAB IV

KOMENTAR

Adapun saran yang dapat saya berikan pada criticalbookreview ini adalah sebaiknya Penulis
memperbaiki kesalahan dalam penulisan baik itu kata – kata ataupun kalimat, penulis juga
harus bisa memperbaiki cover buku yang lebih bagus lagi sehingga pembaca lebih tambah
semangat dalam membaca buku tersebut. Dari criticalbookreview ini diharapkan kepada
pembaca agar dapat mengetahui isi dari buku tersebut dan mengaplikasikannya dalam
kehidupan kita sehari-hari dan memakai bahasa Indonesia yang baik dan benar.

29
DAFTAR PUSTAKA

Nurdjan,Sukirman,dkk.2016.Bahasa indonesia untuk perguruan tinggi.Makassar : Aksara


Timur

Sukartha, I Nengah, dkk.2015. Bahasa indonesia akademik. Bali : Udayana UniversityPress

30

Anda mungkin juga menyukai