Anda di halaman 1dari 4

Lexicography

- Etimologi

Istilah “leksikon” dalam ilmu linguistik berarti perbendaharaan kata-kata, sering


disebut leksem. Cabang linguistik yang berurusan dengan leksikon disebut “leksikologi”.
Istilah “leksikologi” jarang dipakai karena berurusan tentang penyusunan kamus yang
disebut juga dengan “leksikografi”. Leksikografi tidak lain adalah bentuk “terapan” dari
leksikologi (Verhaar, 2008 : 13).

Leksikologi dan leksikografi merupakan dua istilah yang hampir sama sehingga
orang sering tidak dapat membedakannya dengan jelas. Menurut etimologi atau asal
Leksikologi adalah nama yang diberikan kepada bidang studi di dalam ilmu bahasa
teoritis, sedangkan leksikografi merupakan ilmu bahasa terapan. Jadi, leksikologi ialah
bidang ilmu bahasa yang mempelajari atau menyelidiki kosakata yang menjadi landasan
tertulis bagi leksikografi yaitu ilmu tentang menyusun kamus (Doroszewaki dalam
Verhar, 2008: 13 ). Dengan kata lain leksikologi adalah cabang linguistik yang
membicarakan atau menyelidiki makna kata.

- Pendapat Para Ahli

Pada pendapat lain Svensen (2009: 3) mengemukakan ada beberapa pendapat,


yakni leksikografi dan leksikologi adalah dua hal yang sama, leksikografi adalah cabang
leksikologi, dan leksikologi sama dengan metasikolografi. Leksikografi adalah aktifitas
yang terdiri dari penelitian, pengumpulan, seleksi, analisis dan penjelasan satuan leksikal
(kata-kata, elemen kata, dan gabungan kata) yang dimiliki leh satu atau lebih bahasa di
dalam kamus. lebih jauh lagi Svensen (2009: 3) mengatakan bahwa leksikografi
merupakan bidang terapan linguistik, sedangkan leksikologi adalah ilmu tentang studi
kosakata, stuktur dan karakteristik lainnya.

Hubungan antara leksikografi dengan leksikologi memang dekat sekali


sehingga batas antara keduanya sering sukar ditentukan. Yang jelas ilmu mengenai
leksikon disebut leksikologi (pakarnya disebut leksikolog), sedangkan penulisan
mengenai leksikologi disebut leksikografi (pakarnya disebut leksikograf). Seorang
leksikolog identik dengan leksikograf. Sebaliknya, leksikograf pun identik dengan
seorang leksikolog (Chaer, 2007 : 177). Jadi dapat dikatakan bahwa leksikografi adalah
penerapan leksikologi, tetapi dengan kebebasan mengubah disana sini. Dengan cara
popular dapat dikatakan bahwa leksikografi adalah pemakaian opotunistis prinsip-
prinsip leksikologi, dengan pengertian bahwa meskipun prinsip-prinsip leksikologi
harus dipertahankan dalam leksikografi, namun kadang-kadang di dalam
penyusunan kamus terpaksa mengubah sedikit-sedikit demi alasan praktis bagi
penyusunan kamus sebagai tugas-tugas praktis pula.

Leksikografi sebagai sub disiplin linguistik, tentunya tidak bisa melepaskan diri
dari linguistik. Oleh karenanya kajian-kajian leksikografi tidak terlepas dari bahasa
sebagai objeknya. Jika dicermati unsur utama yang dikaji dalam leksikografi adalah
bahasa, mulai dari unsur bunyi, morfem, pembentukan kata, kelas kata, pemakaiannya,
maupun makna dengan berbagai pengembangannya.
- Pengertian Kamus

Secara etimologis, kata kamus berasal dari kata dalam bahasa Arab, yaitu qamus
(bentuk jamaknya qawamus). Dalam bahasa Inggris sinonim dari kamus adalah
dictionary, dan berasal dari kata dalam bahasa Latin, yaitu dictionarium. Padanannya
dalam bahasa Belanda adalah woordenboek, yang dibedakan dari woordenschat, dalam
bahasa Indonesia dipadankan dengan perbendaharaan kata atau kosakata.

Kamus adalah buku rujukan yang memuat daftar kata atau gabungan kata dengan
keterangan mengenai berbagai segi maknanya dan penggunaannya dalam bahasa tertentu;
dalam kecenderungannya, kamus biasanya disusun secara alfabetis (Kridalaksana, 2010:
86). Sedangkan menurut Chaer 2007 “kamus adalah sebuah buku berisi katakata dari
sebuah bahasa, biasanya disusun secara alfabetis, disertai keterangan akan artinya,
ucapannya, ejaannya dan sebagainya”.

- Deskripsi Umum

Sistem bahasa terdiri dari tiga subsistem, yaitu subsistem fonologi, subsistem
gramatika, dan subsistem leksikon. Subsistem fonologi berkenaan dengan masalah tata
bunyi bahasa, subsistem gramatika berkenaan dengan masalah bentuk dan susunan kata
serta bentuk dan kalimat, sedangkan subsistem leksikon berkenaan dengan masalah
kosakata atau perbendaharaan kata Samsuri, 1982: 67; lihat Lyons 1995: 155).
Dalam studi perkamusan, pengetahuan system ejaan diperlukan untuk menuliskan
kata-kata yang akan dijadikan lema (entri) dengan benar. Pengetahuan morfologi
diperlukan untuk menentukan bentuk-bentuk yang akan dijadikan lema, berikut sistem
penyusunannya. Pengetahuan morfofonemik diperlukan untuk menentukan perubahan
bunyi-bunyi fonem akibat adanya proses morfologi dan sintaksis.

Pengetahuan sintaksis diperlukan untuk menentukan dan menganalisis satuan-


satuan sintaksis dengan benar. Pengetahuan semantic diperlukan untuk menjelaskan
makna-makna kata dengan tepat. Dalam hal ini, seorang leksikografer harus
Sementara, pengetahuan sosiolinguistik, dialektologi, antropolinguistik, dan kajian makro
linguistik lainnya diperlukan untuk

Berdasarkan uraian di atas, sebuah kamus belum dapat disusun sebelum


penyusunnya memahami semua bidang kajian linguistik, Artinya, kerja leksikografi
terletak di ujung akhir semua kegiatan kerja linguistik. Hal ini tentu berbeda dengan
pembidangan linguistic yang dibuat oleh Kridalaksana (Djoko Kentjono, 1980).

Anda mungkin juga menyukai