Anda di halaman 1dari 17

MEMAHAMI KONSEP SEMANTIK

MAKALAH

Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Ilmu Lughah

Dosen Pengampu:

Asep Mauludin,M.Pd

Disusun Oleh:

Qulsum Asriah

NIM: 202108007

PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PERSIS GARUT

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberi sebaik-baik nikmat berupa
iman dan Islam. Shalawat dan doa keselamatan, semoga tetap tercurah limpahkan
kepada Nabi Muhammad Saw.

Alhamdulillah karena berkat rahmat dan karunia-Nya penyusun dapat


menyelesaikan tugas makalah Ilmu Lughah ini. Adapun maksud dan tujuan
penyusun disini yaitu menyajikan beberapa hal yang menjadi materi dari makalah
ini yaitu Memahami Semantik.

Penyusun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih banyak


kekurangan oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran demi
menyempurnakan makalah ini agar lebih baik dan dapat berguna semaksimal
mungkin. Akhir kata penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu proses penyusunan dan penyempurnaan makalah ini.

Garut, 18 Juni 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

A. Definisi Semantik ........................................................................................ 3


B. Jenis-Jenis Semantik ................................................................................... 3
C. Hubungan Semantik Dalam Linguistik ....................................................... 4
D. Ruang Lingkup Semantik............................................................................ 5

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 13

Kesimpulan ....................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam proses komunikasi, bahasa menjadi sarana utama untuk menyampaikan
pesan antara individu atau kelompok. Namun, pesan yang disampaikan tidak hanya
terbatas pada rangkaian kata dan kalimat, melainkan juga melibatkan makna yang
terkandung didalamnya. Itulah sebabnya studi tentang semantik, yaitu cabang
linguistic yang mempelajari makna dalam bahasa menjadi sangat penting.
Semantik mempelajari bagaimana kata, frasa dan kalimat mengungkapkan makna,
bagaimana makna-makna tersebut saling berhubungan, serta bagaimana konteks
mempengaruhi pemahaman makna tersebut. Dalam konteks semantik, makna
bukanlah hal yang tunggal, melainkan kompleks dan bisa berubah tergantung pada
konteks dan penggunaan bahasa. Pemahaman yang tepat terhadap semantik sangat
penting dalam komunikasi dan meminimalkan kesalahpahaman.
Penerapan semantik sangat luas dalam berbagai bidang, seperti sastra, terjemahan,
analisis teks dan komputasi linguistik. Dalam studi sastra, semantik membantu
menganalisis makna dalam puisi, prosa, dan karya sastra lainnya. Dalam bidang
terjemahan, pemahaman semantik menjadi penting dalam mentransfer makna dari
bahasa sumber ke bahasa lain. Sementara dalam komputasi linguistik, semantik
digunakan untuk mengembangkan algoritma dan model computer yang dapat
memahami dan memproses bahasa manusia.
Dalam konteks global, studi semantik juga relevan untuk memahami perbedaan
dan kesamaan antara bahasa-bahasa yang berbeda di dunia. Bahasa memiliki sistem
semantic yang berbeda-beda dan penelitian semantik membantu mengidentifikasi
persamaan dan perbedaan tersebut serta menggali aspek universal dalam pemahaman
makna.
Dengan demikian, pemahaman dan penerapan semantic memiliki peran penting
dalam memahami, menggunakan, dan menganalisis bahasa dengan tepat. Studi
semantik membuka jalan untuk memperdalam pemahaman manusia terhadap bahasa
dan memperkaya kemampuan komunikasi lintas budaya dan bahasa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa masalah, yaitu:
1. Apa definisi semantik ?

1
2. Apa saja jenis-jenis semantik?
3. Bagaiamana hubungan semantik dalam linguistik?
4. Apa saja ruang lingkup semantik?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan permasalahan tersebut maka tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui definisi semantik.
2. Mengetagui jenis-jenis semantik
3. Mengetahui hubungan semantik dalam linguistik.
4. Mengetahui ruang lingkup semantik.
.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Semantik
Secara etimologi, semantik diserap dari bahasa Inggris, yaitu semantics yang
berarti studi tentang makna. Dalam beberapa literatur berbahasa Arab disiplin ilmu
ini disebut dengan berbagai istilah, yaitu “ ‫ “ علم الداللة‬dan “ ‫ ”علم المعنى‬bahkan disebut
“‫ ;”سيمانتك‬sebagai kata pungutan dari bahasa Inggris (semantics) atau Prancis
(semantique). Istilah semantik pertama sekali muncul pada tahun 1883 M. oleh
ilmuan Prancis yang bernama Breal melalui artikelnya yang diberi judul: “Le Lois
Intellectuelles du Language”(Nasution, 2017:147).
Dalam pengertian terminologi, semantik adalah studi tentang makna, atau ilmu
yang mempelajari tentang makna, atau merupakan cabang linguistik yang mengkaji
tentang teori makna (Umar, 1982: 11). Adapun menurut al-Jurjani (2003:108)
semantik adalah suatu kedaan dimana untuk mengetahuinya diperlukan pengetahuan
pada sesuatu yang lain, hal yang pertama adalah al-dal (penanda) dan yang kedua
adalah al-madlul (petanda).
Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui bahwa semantik adalah bagian dari
kajian linguistik yang menjadikan makna sebagai objek kajiannya.
B. Jenis-Jenis Semantik
Tajudin (2014: 14-18) menjabarkan jenis semantik sebagai berikut:
1. Semantik Leksikal
Semantik leksikal yaitu mempelajari makna yang ada pada leksem atau
kata dari sebuah bahasa. Istilah leksem adalah yang sering digunakan dalam
studi semantik untuk menyebut satuan bahasa bermakna. Berbagai makna
yang terdapat pada leksem-leksem itu yang disebut makna leksikal.
Contohnya sebagai satuan semantik, leksem dapat berupa sebuah kata seperti
meja, topi, kasur, dan lainnya. Leksem dapat juga berupa gabungan kaa
seperti ‘meja hijau’ dalam arti pengadilan, ‘bertekuk lutut’ dalam arti
‘menyerah’.
2. Semantik Gramatikal
Semantik gramatikal yaitu mengkaji sebuah makna gramatikal yang
memiliki kata, frasa, morfem, klausa, dan juga kalimat. Adapun tataran
bahasanya yaitu, morfologi dan sintaksis. Morfologi adalah cabang dari

3
linguistik yang mempelajari struktur intern kata, serta proses-proses
pembentukannya; sedangkan sintaksis adalah studi mengenai hubungan kata
dengan kata dalam bentuk satuan yang lebih besar, yaitu frase, klausa, dan
kalimat. Proses morfologi dan proses sintaksis masing-masing mempunyai
makna. Oleh karena itu, pada tataran ini ada masalah-masalah semantik yaitu
yang disebut semantik gramatikal karena objek studinya adalah makna-
makna gramatikal dari tataran tersebut.
3. Semantik Sintaktikal
Semantik sintaktikal sasaran penyelidikannya tertumpu pada hal-hal yang
berkaitan dengan sintaksis. Ini dilakukan mengingat bahwa di dalam sintaksis
itu ada tataran bawahan yang disebut fungsi gramatikal kategori gramatikal
dan peran gramatikal.
C. Hubungan Semantik dalam Linguistik
Linguistik didefinisikan sebagai ilmu bahasa atau studi ilmiah mengenai bahasa.
Linguistik mempunyai beberapa cabang, yaitu fonologi, morfologi, sintaksis, dan
wacana. Tataran fonologi lazim dibagi dua, yaitu fonetik dan fonemik. Satuan dalam
studi fonetik adalah fon (atau bunyi bahasa). Fon ini tidak bermakna dan tidak dapat
membedakan makna kata. Oleh karena itu, pada tingkat fonetik ini, tidak ada studi
dan masalah semantik. Satuan dalam tataran fonemik adalah fonem yang lazim
didefinisikan sebagai satuan bunyi terkecil yang dapat membedakan makna kata.
Meskipun fonem ini dapat membedakan makna kata, tetapi sesungguhnya fonem itu
sendiri tidak memiliki makna. Oleh karena itu, pada tataran fonemik ini pun tidak ada
persoalan semantik. Dengan kata lain, fonemik tidak menjadi objek studi semantik.
Pada tataran morfologi, ada masalah semantik sebab morfem yang merupakan
satuan terkecil dalam studi morfologi lazim diberi definisi satuan gramatikal terkecil
yang bermakna. Studi morfologi selalu berkenaan dengan proses pembentukan, baik
dengan menggunakan afiks, dengan pengulangan, maupun dengan penggabungan
(komposisi). Proses-proses pembentukan kata ini akan melahirkan makna-makna
yang disebut makna gramatikal sebab studi morfologi termasuk dalam lingkup
gramatika.
Pada tataran sintaksis, juga ada masalah semantik karena semua satuan sintaksis,
yaitu kata, frasa, klausa, dan kalimat memiliki makna. Dalam proses penyusunan
satuan-satuan itu pun lahir juga makna-makna baru yang juga disebut makna
gramatikal sebab sintaksis juga berada dalam lingkup gramatika.

4
Berdasarkan uraian tersebut, dapat kita lihat bahwa ruang lingkup studi semantik
meliputi semua tataran bahasa, kecuali tataran fonetik dan fonemik yang
menyinggung juga masalah makna, tetapi tidak memiliki makna (Abdul Chaer dan
Liliana, t,t: 18-19).
D. Ruang Lingkup Semantik
Objek semantik adalah makna, dan telah diketahui pula bahwa suatu ilmu itu
memiliki lingkupan yang menjadi kajiannya. Lingkupan kajian inilah yang biasanya
digunakan sebagai kriteria untuk menentukan, apakah suatu ilmu itu dapat disebut
ilmu pengetahuan atau tidak.
Dalam hal ini semantik terbagi menjadi tiga bagian diantaranya adalah jenis
makna, relasi makna dan perubahan makna.
1. Jenis Makna
Menurut Saida dan Berti (2018: 14) jenis makna dapat dibedakan berdasarkan
beberapa kriteria dan sudut pandang. Berdasarkan jenis semantiknya dapat
dibedakan antara makna leksikal, makna gramatikal dan kontekstual. Berdasarkan
ada tidaknya referen pada sebuah kata dapat dibedakan adanya makna referensial
dan nonreferensial. Berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata dapat
dibedakan adanya makna konotatif dan denotatif. Berdasarkan ketepatan
maknanya dapat dibedakan adanya makna istilah dan makna makna kata. Maka
akan diuraikan sebagai berikut :
a) Makna Leksikal dan Makna Gramatikal
Makna leksikal adalah makna sebenarnya, sesuai dengan hasil observasi
indra kita, makna apa adanya dan makna yang ada dalam kamus. Maksud makna
dalam kamus adalah makna dasar atau makna yang konret. Misalnya leksem
(‫ )حصان‬memiliki makna sejenis binatang, (‫ )مرسم‬bermakna leksikal sejenis alat
tulis yang terbuat dari kayu dan(‫ )الماء‬bermakna leksikal sejenis barang cair yang
biasa digunakan untuk keperluan sehari-hari (Taufiqurrahman, 2006: 83)
Sedangkan makna gramatikal menurut Fahmi(t,t :157) adalah makna yang
terjadi setelah proses gramatikal (Afikasi, Reduplikasi, Kalimatisasi).
Perbedaan dari makna leksikal dan gramatikal adalah makna leksikal
merupakan makna dasar/makna dari kata per kata, sedangkan makna gramatikal
adalah makna baru yang muncul ketika kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat.

5
Contoh: kata kuda (‫ )الفرس‬bermakna leksikal binatang sedangkan makna
gramatikalnya bisa menjadi alat transportasi atau sejenis. Contoh dalam bahasa
Arab: ‫ذهبت الى المدينة راكب الفرس‬
b) Makna Kontekstual
Makna sebuah kata, baik kata dasar maupun kata jadian, sering sangat
tergantung pada konteks kalimat atau situasi, maka makna ini disebut makna
kontekstual (Tajudin,2014: 57). Misalnya :
 Rambut di kepala nenek belum ada yang putih
 Sebagai kepala sekolah dia harus menegur murid itu.
 Nomor teleponnya ada pada kepala surat itu.
Adapun contoh lain :
‫وقع صوته في أذذني‬
‫وقعت الحقيبة عن السيارة‬
‫وقعت عيني على منظر جميل‬
Verba ‫وقع‬/ ‫ وقعت‬pada tiga tempat diatas memiliki makna yang berbeda-
beda padahal kata tersebut sama. Verba pada contoh pertama bermakna ‘sampai’,
pada contoh kedua bermakna’ jatuh’ dan pada contoh ketiga bermakna
‘melihat’(Tajudin,2014: 58).
c) Makna Referensial dan Makna Non-Referensial
Perbedaan antara makna referensial dan makna nonreferensial diketahui
dari ada atau tidaknya referen dari kata-kata itu. Bila kata-kata itu mempunyai
referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu, maka kata tersebut
disebut sebagai kata bermakna referensial. Namun, jika kata-kata tersebut tidak
mempunyai referen, maka kata itu disebut kata bermakna nonreferensial (Saida
dan Berti, 2018:16). Sebagai contoh, kita dapat menyebut ‫ سيارة‬dan ‫ قلم‬makna
referensial karena keduanya memiliki referen, pertama adalah kendaraan bermesin
sebagai alat transportasi, kedua adalah sejenis peralatan tulis. Sebaliknya kata , ‫بل‬
‫و‬, ‫ على‬tidak mempunyai referen, oleh sebab itu dapat digolongkan dalam kata
yang bermakna nonreferensial (Tajudin,2014: 60).
d) Makna Denotatif dan Makna Konotatif
Menurut Saida dan Berti (2018: 16-17) hal yang paling mencolok untuk
dapat membedakan makna denotatif dan makna konotatif adalah mengenai ada
atau tidaknya ‘nilai rasa’. Setiap kata itu (terutama yang disebut kata penuh)
mempunyai makna denotatif, tetapi tidak setiap kata itu memiliki makna konotatif.

6
Sebuah kata disebut memiliki makna konotatif apabila kata itu mempunyai ‘nilai
rasa’, baik positif maupun negatif.
Makna denotasi pada dasarnya sama dengan makna referensial karena
makna denotatif ini lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan
hasil observasi menurut pengelihatan, penciuman, pendengaran, perasaan atau
pengalaman lainnya. Jadi, makna denotatif ini menyangkut informasi-informasi
faktual objektif. Lalu karena itu maka denotasi sering disebut sebagai ‘makna
sebenarnya’. Sedangkan makna konotatif memiliki keunikannya sendiri. Makna
konotasi sebuah bahasa dapat berbeda dari satu kelompok masyarakat dengan
kelompok masyarakat yang lain, sesuai dengan pandangan hidup, dan norma-
norma penilaian kelompok masyarakat tesebut.
Misalkan saja kata ‘babi’. Kata tersebut memiliki konotasi negatif bagi
komunitas-komunitas agama yang menajiskannya, namun bisa saja di dalam
lingkungan masyarakat yang lain kata ini tidak memiiki konotasi negatif. Contoh
lain kata ‫ بيت‬dan ‫ دار‬memiliki makna denotasi yang sama, yaitu ‘bangunan tempat
berlindung keluarga’ tetapi kedua itu memiliki nilai rasa yang berbeda. Kata ‫بيت‬
digunakan untuk referen yang umum dipahami yaitu ‘tempat tinggal’, sedangkan
kata ‫ دار‬disamping untuk rumah tinggal juga digunakan untuk ‫‘ دار النجاح‬rumah
keberuntungan, ‫‘ دار السالم‬rumah kedamaian’ dan ‫‘ دار القرار‬rumah keabadian’
(Tajudin,2014: 63-65).
e) Makna Kata dan Makna Istilah
Setiap kata atau leksem memiliki makna, namun dalam penggunaannya
makna kata itu baru menjadi jelas kalau kata itu sudah berada di dalam konteks
kalimatnya atau konteks situasinya. Berbeda dengan kata, istilah mempunyai
makna yang jelas, yang pasti, yang tidak meragukan, meskipun tanpa konteks
kalimat. Oleh karena itu sering dikatakan bahwa istilah itu bebas konteks. Hanya
perlu diingat bahwa sebuah istilah hanya digunakan pada bidang keilmuan atau
kegiatan tertentu. Perbedaan antara makna kata dan makna istilah dapat dilihat
dari contoh berikut ini:
Tangannya luka kena pecahan kaca.
Lengannya luka kena pecahan kaca.
Kata tangan dan lengan pada kedua kalimat di atas adalah ber- sinonim
atau bermakna sama. Namun dalam bidang kedokteran kedua kata itu memiliki
makna yang berbeda. Tangan bermakna bagian dari pergelangan sampai ke jari

7
tangan, sedangkan lengan adalah bagian dari pergelangan sampai ke pangkal bahu
(Bachrudin, 2023: 69)
Adapun contoh lain kata ‫ الكتاب‬masih bersifat umum tapi sebagai istilah
dalam bidang telogi Kristen maka kata ‫ الكتاب‬itu sudah lebih khusus yaitu kitab
suci agama mereka injil sedangkan dalam bidang teologi Islam merujuk pada Al-
Qur’an.
2. Perubahan Makna
Kondisi bahasa tergantung kepada kondisi pemakainya (manusia). Jika
manusia mengalami perubahan, maka bahasanya pun ikut berubah. Perubahan
bahasa bisa terjadi pada kata dan makna. Berikut ini ada dua hal pokok yang ingin
dijelaskan, yaitu faktor-faktor yang melatarbelakangi perubahan makna dan
bentuk-bentuk perubahan makna (Nasution, 2017: 154-161).
a) Faktor-Faktor Perubahan Makna
Menurut Mukhtar (1982:237) ada tiga faktor utama penyebab terjadinya
perubahan makna, yaitu faktor bahasa, sejarah dan sosial. Di sisi lain, menurut
Pateda (1972:163), menyebutkan bahwa di antara beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya perubahan makna, adalah pengaruh bahasa asing. Maka
dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan, bahwa ada empat faktor
penyebab terjadinya perubahan makna yaitu:
1) Faktor Kebahasaan
Perubahan makna yang disebabakan oleh faktor kebahasaan erat
hubungannya dengan aspek fonologi, morfologi dan sintaksis. Karena jika
terjadi perubahan pada ketiga aspek tersebut, maka otomatis makna baru pun
muncul.
Aspek fonologi misalnya, kata ‫ نصر‬/nashara/yang berarti menolong,
akan berubah makna jika fonem nasal ‫ن‬/ n/ yang ada di awal kata tersebut
diubah menjadi fonem bilabial ‫ ب‬/ b/ menjadi ‫ بصر‬/bashara/ yang berarti
melihat. Demikian pula fonem yang lainnya.
Aspek morfologi kata ‫ذكر‬/dzakara/misalnya maknanya menyebut atau
mengingat. Makna ini kemudian akan mengalami perubahan jika dibentuk
menjadi‫ ذاكر‬/dzaakara/ (bina musyârakah) yaitu: saling mengingatkan,
bermusyawarah atau diskusi.

8
Demikian juga dari aspek sintaksis, kata ‫ ضرب‬/dharaba/misalnya yang
bermakna memukul, jika dibaca ‫ ضرب‬/dhuriba/ akan berubah makna menjadi
dipukul, dari makna aktif menjadi pasif. Demikian seterusnya.
2) Faktor Kesejarahan
Perubahan makna karena faktor kesejarahan berhubungan erat dengan
perkembangan kata. Dalam bahasa Arab misalnya kata ‫ كتب‬/kataba/ pada
awalnya digunakan bukan dengan makna yang kita kenal sekarang yaitu
menulis, karena orang Arab jahiliyah belum kenal budaya tulis menulis. Kata
ini pada awalnya bermakna menjahit; menghubungkan kain yang satu dengan
yang lain. Dalam perkembangannya ditemukan budaya tulis menulis;
menghubungkan fonem yang satu dengan fonem yang lain, pekerjaan ini
mereka sebut dengan lambang‫ كتب‬/kataba/. Seiring dengan perkembangan
Islam, banyak mufradat bahasa Arab berubah makna yang nota bene
mufradat dimaksud sudah ada sejak masa jahiliyah.
3) Faktor Sosial/Faktor Kebutuhan Kata Baru
Faktor ini erat hubungannya dengan perkembangan peradaban. Semakin
tinggi peradaban sebuah bangsa, akan semakin banyak pula bangsa lain yang
memakai bahasanya. Kata computer misalnya, sebagai hasil peradaban orang
barat, diserap oleh berbagai negara, tidak terkecuali bangsa Arab. Sehingga
ditemukanlah kata ‫ كومبيوتير‬/kumbiyûtîr/ Penyerapan ini dilakukan seiring
dengan kebutuhan terhadap hal yang baru yang belum ditemukan
sebelumnya.
4) Faktor Bahasa Asing
Sebagaimana contoh kata paper dalam kalimat: “This is a paper cutter”,
artinya Ini sebuah alat pemotong kertas. Namun dalam bahasa Indonesia,
maka kata paper dikaitkan dengan karya ilmiah yang disusun untuk
didiskusikan dalam forum ilmiah berupa seminar atau kongres. Seperti dalam
kalimat: “Para finalis diharapkan dapat menulis paper untuk disampaikan di
depan forum ini”. Dengan demikian, makna leksikal paper dalam bahasa
Inggris mengalami perluasan makna dalam bahasa Indonesia.
Dalam bahasa Arab, kata ‫ الصحابة‬/al-Sahabah/ misalnya, menurut Ma’lûf
(1992: 416) adalah: “para sahabat Nabi kaum muslimin (Muhammad SAW.)
yang pernah bertemu dengan Beliau dan bersahabat dengannya”.

9
Kata ‫ الصحابة‬/al-Sahâbah/ ini diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi
sahabat yang mengandung makna sebagai kawan, teman. Dalam hal ini makna
sahabat tidak ditentukan harus pada masa nabi saja artinya kata ini mengalami
perluasan makna dalam bahasa pemungutnya.
b) Bentuk-Bentuk Perubahan Makna
Menurut Samsuri (1987:63-64) ada tiga bentuk perubahan makna, yaitu
penambahan, pengurangan, dan penggantian. Berikut ini akan dijelaskan bentuk-
bentuk perubahan bahasa.
1) Makna Penambahan atau Meluas
Perubahan makna dalam bentuk penambahan atau meluas adalah gejala
yang terjadi pada sebuah kata atau leksem yang pada mulanya hanya
memiliki sebuah makna, tetapi kemudian karena berbagai faktor menjadi
memiliki maknamakna lain.
Contoh bentuk kata “saudara,” pada mulanya bermakna ‘seperut’ atau
‘sekandung’ kemudian berkembang maknanya menjadi ‘siapa saja yang
sepertalian darah’. Bahkan kini siapapun dapat disebut saudara, seperti dalam
kalimat: “Setiap orang harus menghormati saudaranya sesama manusia
(Abdul Chaer, 1996: 141).
Dalam bahasa Arab kata kata “‫“ األب‬pada awalnya hanya untuk orang tua
laki – laki, tetapi kemudian telah meluas maknanya menjadi siapa saja laki-
laki dewasa dan sering dipanggil dengan “‫“األب‬. Demikian halnya dengan
kata “‫“األم‬.
2) Makna Mengurang atau Menyempit
Makna mengurang/ menyempit adalah gejala yang terjadi pada sebuah
kata yang pada mulanya memiliki makna yang cukup luas, kemudian berubah
menjadi terbatas. Seperti kata pandeta, yang aslinya bermakna ‘orang yang
berilmu.’ Tetapi dalam bahasa Indonesia, kata pendeta telah mengalami
penyempitan makna menjadi ‘guru agama kristen’.
Kata serapan bahasa Arab misalnya adalah kata “‫“ عالم‬berarti
‘cendikiawan, tenaga ahli, sarjana. Namun dalam bahasa Indonesia, kata ini
mengandung arti: 1. ‘Berilmu (terutama dalam hal agama Islam),’ seperti
kalimat: “Ia seorang alim yang sangat disegani di kampung ini. 2. ‘Saleh.’
Seperti kalimat: “Kelihatannya ia sangat alim dan tidak pernah meninggalkan
sembahyang.”Penyempitan makna terjadi, karena kata alim dalam bahasa
10
Indonesia hanya digunakan untuk orang yang tahu tentang ajaran Islam dan
orang yang taat dalam beribadah. Padahal dalam bahasa Arab, ‘alim’ adalah
orang yang tahu tentang apa saja dan tidak terkait dengan taat atau tidaknya
dalam beribadah.
3) Penggatian Makna atau Perubahan Total
Perubahan total adalah berubahnya makna sebuah kata dari makna
asalnya, walaupun kemungkinan ditemukan unsur keterkaitan antara makna
asal dengan makna yang baru. Munsyi mencontohkan, bahwa dalam bahasa
Indonesia sekarang gapura artinya ‘pintu gerbang.’ Kata ini berasal dari
bentuk adjektiva ‫ غفور‬/gafûr/ artinya ‘amat mengampuni.’ Asal-usulnya,
konon, pada zaman Walisanga di Jawa berlaku kepercayaan bahwa siapa saja
yang mau melewati gerbang ke Mesjid Demak dengan sendirinya
memperoleh pengampunan dosa-dosa atas agama yang dipeluk sebelumnya.
Dengan demikian, telah terjadi perubahan makna secara total.
Kata logat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan yang diambil
dari bahasa Arab lughah. Kata lughah memiliki arti aksen atau dialek.
Adapun makna dari kata lughah dalam bahasa Arab adalah bahasa. Kata
dialek dalam bahasa Arab menggunakan istilah lahjah bukan lughah.
Sehingga, kata logat merupakan kata serapan yang memiliki makna jauh
berbeda dari makna aslinya (Faizetul, 2019: 135).
3. Relasi Makna
Relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa
yang satu dengan satuan bahasa lainnya. Relasi semantik itu dapat menyatakan
kesamaan makna, pertentangan makna, ketercakupan makna, kegandaan makna,
atau juga kelebihan makna (Nilawati, 2018: 28-29).
a. Sinonim
Menurut Munirah (2016 :20) sinonim adalah suatu kata yang memiliki
bentuk yang berbeda namun memiliki arti atau pengertian yang sama atau
hampir sama. Misalnya dalam bahasa Arab kata ‫ جيد‬dengan ‫ طييب‬adalah dua
buah kata yang bersinonim. Kemudian dalam bahasa Indonesia kita mengenal
kata-kata: mati, mampus, meninggal, wafat dan berpulang ke rahmatullah,
semuanya adalah kata-kata yang bersinonim antara satu sama lain.
b. Antonim

11
Antonim atau antonimi adalah hubungan semantik antara dua buah satuan
ujaran yang maknannya menyatakan kebalikan, pertentangan, atau kontras
antara yang satu dengan yang lain. Misalnya kata buruk berantonim dengan
kata baik, kata mati berantonim dengan kata hidup, kata guru berantoni
dengan kata murid, dan kata membeli berantonim dengan kata menjual
(Chaer, 2012: 299). Contoh lain kata ‫’ صحيح‬benar’ berantonim dengan kata
‫‘ خطأ‬salah’, kata ‫‘ كبير‬besar’ berantonim dengan kata ‫‘ صغير‬kecil’ dan
sebagainy
c. Homonim
Homonim adalah dua buah kata atau satuan ujaran yang
bentuknya ’kebetulan’ sama; tetapi maknanya berbeda, karena masing-
masing merupakan kata atau bentuk ujaran yang berlainan. Umpamanya kata
mengurus yang berarti ‘mengatur’ dan kata mengurus yang berarti ‘menjadi
kurus’(Chaer, 2012: 302). Contoh dalam bahasa Arab kata ‫ قريب‬yang berarti
dekat dan kata ‫ قريب‬yang berarti kerabat.
d. Polisemi
Menurut Tajudin (2014: 94) polisemi lazim diartikan sebagai satuan
bahasa yang memiliki makna lebih dari satu. Misalnya kata ‫ الخال‬bisa berarti
paham, tahi lalat di wajah, awan dan onta yang gemuk. Dalam bahasa
Indonesia ‘kambing hitam’, bisa berarti kambing yang hitam atau orang yang
dipersalahkan.
e. Hiponimi
Hiponimi merupakan ungkapan yang maknanya bagian dari suatu
ungkapan lain. Misalnya kata ‫‘ وردة‬mawar’ adalah hiponimi dari kata ‫زهرة‬
‘bunga’, sebab kata ‫‘ وردة‬mawar’ termasuk dalam makna kata ‫‘ زهرة‬bunga’
(Tajudin, 2014: 93).

12
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
 Semantik adalah ilmu yang mempelajari tentang makna, atau merupakan cabang
linguistik yang mengkaji tentang teori makna.
 Jenis semantik terbagi menjadi tiga, yaitu semantic leksikal, semantik gramatikal dan
semantik semantikal.
 Semantik memiliki hubungan yang erat dengan ketiga cabang ilmu linguistik
(fonologi, morfologi, dan sintaksis). Makna suatu kata atau kalimat ditentukan oleh
unsur bunyi (tekanan suara dan atau nada suara atau yang lebih umum adalah
suprasegmental), bentukan kata (perubahan bentuk kata), maupun susunan kata dalam
kalimat.
 Ruang lingkup semantik yaitu tentang makna meliputi jenis makna, perubahan makna
dan relasi makna.

13
DAFTAR PUSTAKA
Ali al-Jurjani, Ali Ibn Muhammad. 2003. Al-Ta’rifat. Dar al-Kutub al-Ilmiyyah: Beirut

Bachrudin. 2023. Relasi Bahasa Indonesia dan Hukum Bahasa Indonesia Dalam Penyusunan
Perjanjian dan Pembuatan Akta Notaris. KENCANA: Jakarta

Chaer, Abdul. 1994. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. PT Rineka Cipta: Jakarta

Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Rineka Cipta: Jakarta

Chaer. Abdul. Liliana Muliastuti. Semantik Bahasa Indonesia. Modul Kegiatan Belajar

Fahmi, Mahmud Hajazy. Madkhal ila ‘llmi al-Lughah. Daar al-Quba: Kairo

Gani, Saida. Berti Arsyad. 2018. Kajian Teoritis Struktur Internal Bahasa. ‘A Jamiy, Jurnal
Bahasa dan Sastra Arab vol. 07, No.1 Juni 2018

Louwis Ma’lûf.1992. al-Munjid fi al-Lugah wa al-A’lam. cet. Ke- 32. Dâr al-Masyriq: Beirut

Muniroh. 2016. Pengembangan Bahasa Indonesia. Universitas Muhamadiyah Makassar:


Makassar

Nasution, Sakholid. 2017. Pengantar Linguistik Bahasa Arab. CV Lisan Arabi: Sidoarjo

Samsari. 1987. Analisis Bahasa. Cet. Ke-7, Penerbit Erlangga: Jakarta

Tajudin, Nur. 2014. Semantik Bahasa Arab Pengantara Studi Ilmu Makna. CV Semiotika:
Jatinangor

Taufiqurrahman. 2006. Leksikal Bahasa Arab. UIN Malang Press: Malang

Ukhrawiyah,Faizetul. 2019. Perubahan Makna KosaKata Bahasa Arab yang diserap ke


dalam Bahasa Indonesia. Al-Ma’rifah Jurnal Budaya, Bahasa dan Sastra Arab. Vol. 16, No.
2, Oktober 2019,

Umar, Ahmad Mukhtar. 1982. ‘Ilm al-Dilalah. Maktabah Dar al-‘Arabiyah li al-Nashr wa al-
Tauzi: Kuwait.

14

Anda mungkin juga menyukai