Disusun oleh:
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
PENYUSUN
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semantik adalah cabang lingustik yang bertugas menelaah makna kata, bagaimana mula
bukanya, bagaimana perkembangannya, dan apa sebabnya terjadi perubahan makna dalam
sejarah bahasa (Mulyono dalam Suwandi, 2008:9). Kata semantik disepakati sebagai istilah
untuk bidang ilmu bahasa yang membahas dan mempelajari tentang makna atau arti. Istilah
makna merupakan kata dan istilah yang membingungkan. Sebagai contoh ambillah kalimat
Pencuri masuk rumah semalam. Timbul berbagai pertanyaan, misalnya Siapa nama pencuri itu?
Apakah laki-laki atau perempuan? Apakah pencuri itu menggunakan senjata? Pukul berapa
pencuri itu masuk rumah?. Demikian pula dengan kata: masuk, rumah, semalam. Maksudnya,
apakah yang dimaksud dengan kata: masuk, rumah, semalam? Misalnya, apakah masuk melalui
pintu atau jendela? Rumah siapa yang dimasuki? Seandainya kalimat pencuri masuk rumah
semalam, kita dengar dari teman kita yang sekarang sedang berbincang-bincang dengan kita,
tentu kita dapat menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan makna kata-kata yang digunakan
sehingga kita memahami keseluruhan makna kalimat itu. Sebab itu dikatakan istilah makna
B.Rumusan Masalah
4
3.Apa saja jenis dari semantics?
C.Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian semantik
Kata semantik berasal dari bahasa Yunani sema yang artinya tanda atau lambang (sign).
“Semantik” pertama kali digunakan oleh seorang filolog Perancis bernama Michel Breal pada
tahun 1883. Kata semantik kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang
linguistik yang mempelajari tentang tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya.
Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti,
yaitu salah satu dari tiga tataran analisis bahasa: fonologi, gramatika, dan semantik (Chaer, 1994:
2). Semantik (dari bahasa Yunani: semantikos, memberikan tanda, penting, dari kata sema,
tanda) adalah cabang linguistik yang mempelajari arti/makna yang terkandung pada suatu
Dengan kata lain, semantik adalah pembelajaran tentang makna. Semantik biasanya dikaitkan
dengan dua aspek lain: sintaksis, pembentukan simbol kompleks dari simbol yang lebih
sederhana, serta pragmatik, penggunaan praktis simbol oleh komunitas pada konteks tertentu.
Kata semantik itu sendiri menunjukkan berbagai ide - dari populer yang sangat teknis. Hal ini
sering digunakan dalam bahasa sehari-hari untuk menandakan suatu masalah pemahaman yang
datang ke pemilihan kata atau konotasi. Masalah pemahaman ini telah menjadi subjek dari
banyak pertanyaan formal, selama jangka waktu yang panjang, terutama dalam bidang semantik
formal. Dalam linguistik, itu adalah kajian tentang interpretasi tanda-tanda atau simbol yang
6
digunakan dalam agen atau masyarakat dalam keadaan tertentu dan konteks.[3] Dalam
pandangan ini, suara, ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan proxemics memiliki semantik konten
(bermakna), dan masing-masing terdiri dari beberapa cabang kajian. Dalam bahasa tertulis, hal-
hal seperti struktur ayat dan tanda baca menanggung konten semantik, bentuk lain dari bahasa
menanggung konten semantik lainnya. Sebuah kata, misalnya buku, terdiri atas unsur lambang
bumyi yaitu [b-u-k-u] dan konsep atau citra mental benda-benda (objek) yang dinamakan buku.
Menurut Ogden dan Richards (1923), dalam karya klasik tentang “teori semantik segi tiga” ,
kaitan antara lambang, citra mental atau konsep, dan referen atau objek dapat dijelaskan dengan
gambar dan uraian sebagai berikut. Citra mental/konsep buku Lambang [b-u-k-u] Referen/objek.
Semantik kebahasaan adalah kajian tentang makna yang digunakan untuk memahami ekspresi
manusia melalui bahasa. Bentuk lain dari semantik mencakup semantik bahasa pemrograman,
Berikut ini terdapat beberapa pengertian semantik menurut para ahli, terdiri atas:
a. Menurut Ferdinand de saussure (1966) Mengemukakan semantik yaitu yang terdiri dari
(1) komponen yang mengartikan, yang berwujud bentuk-bentuk bunyi bahasa dan (2)
komponen yang diartikan atau makna dari komponen yang pertama itu. Kedua komponen
ini adalah merupakan tanda atau lambang, sedangkan yang ditandai atau atau yang
dilambanginya adalah sesuatu yang berbeda diluar bahsa yang lazim disebut referen atau
b. Menurut Tarigan (1985: 2) Mengatakan bahwa semantik dapat dipakai dalam pengertian
luas dan dalam pengertian sempit. Semantik dalam arti sempit dapat diartikan sebagai
telaah hubungan tanda dengan objek-objek yang merupakan wadah penerapan tanda-
tanda tersebut. .
7
c. Menurut Verharr (2001: 384) Dapat dibedakan menjadi dua, yaitu semantik gramatikal
dan semantik leksikal. Istilah semantik ini digunakan para ahli bahasa untuk menyebut
salah satu cabang ilmu bahsa yang bergerak pada tataran makna atau ilmu bahsa yang
mempelajari makna.
d. Menurut Chaer (2009: 6-11) Semantik berdasarkan tataran atau bagian dari bahasa yang
menjadi objek penyelidikan dapat dibedakan menjadi empat, yaitu (1) semantik leksikal
yang merupakan jenis semantik yang objek penelitiannya adalah leksikon dari suatu
bahsa, (2) semantik gramatikal yang merupakan jenis semantik yang objek penelitiannya
adalah makna-makna gramatikal dari tataran morfologi, (3) semantik sintaksikal yang
merupakan jenis semantik yang sasaran penyelidikannya bertumpu pada hal-hal yang
berkaitan dengan sintaksis, (4) semantik maksud yang merupakan jenis semantik yang
berkenaan dengan pemakaian bentuk-bentuk gaya bahsa, seperti metafora, ironi, litotes,
dan sebagainya.
tanda tersebut”.
berarti teori makna atau teori arti, yakni cabang sistematik bahasa yang menyelidiki
g. Menurut Lehrer; 1974: 1 Semantik adalah studi tentang makna. Bagi Lehrer, semantik
merupakan bidang kajian yang sangat luas, karena turut menyinggung aspek-aspek
8
struktur dan fungsi bahasa sehingga dapat dihubungkan dengan psikologi, filsafat dan
antropologi.
h. Menurut Kambartel (dalam Bauerk, 1979: 195) Semantik mengasumsikan bahwa bahasa
terdiri dari struktur yang menampakan makna apabila dihubungkan dengan objek dalam
adalah studi tentang hubungan antara suatu pembeda linguistik dengan hubungan proses
j. Menurut Dr. Mansoer pateda Semantik adalah subdisiplin linguistik yang membicarakan
makna. k. Menurut Abdul Chaer Semantik adalah ilmu tentang makna atau tentang arti.
Yaitu salah satu dari 3 (tiga) tataran analisis bahasa (fonologi, gramatikal dan semantik).
l. Ferdinand de Saussure (1966) Semantik terdiri dari: Komponen yang mengartikan, yang
berwujud bentuk dan bunyi bahasa. Komponen yang diartikan atau makna dari
Semantik mengandung pengertian studi tentang makna dengan anggapan bahwa makna
menjadi bagian dari bahasa, maka semantic merupakan bagian dari linguistik.
B. Hakikat makna
9
Menurut teori yang dikembangkan dari pandangan Ferdinand de Saussure, makna adalah
’pengertian’ atau ’konsep’ yang dimiliki atau terdapat pada sebuah tanda-linguistik. Menurut de
Saussure, setiap tanda linguistik terdiri dari dua unsur, yaitu (1) yang diartikan (Perancis:
signifie, Inggris: signified) dan (2) yang mengartikan (Perancis: signifiant, Inggris: signifier).
Yang diartikan (signifie, signified) sebenarnya tidak lain dari pada konsep atau makna dari
sesuatu tanda-bunyi. Sedangkan yang mengartikan (signifiant atau signifier) adalah bunyi-bunyi
yang terbentuk dari fonem-fonem bahasa yang bersangkutan. Dengan kata lain, setiap tanda-
linguistik terdiri dari unsur bunyi dan unsur makna. Kedua unsur ini adalah unsur dalam-bahasa
(intralingual) yang biasanya merujuk atau mengacu kepada sesuatu referen yang merupakan
unsur luar-bahasa (ekstralingual). Dalam bidang semantik istilah yang biasa digunakan untuk
tanda-linguistik itu adalah leksem, yang lazim didefinisikan sebagai kata atau frase yang
didefinisikan sebagai satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri yang dapat terjadi dari morfem
tunggal atau gabungan morfem (Harimurti, 1982:76) adalah istilah dalam bidang gramatika.
Dalam makalah ini kedua istilah itu dianggap memiliki pengertian yang sama. Yang perlu
dipahami adalah tidak semua kata atau leksem itu mempunyai acuan konkret di dunia nyata.
Misalnya leksem seperti agama, cinta, kebudayaan, dan keadilan tidak dapat ditampilkan
referennya secara konkret. Di dalam penggunaannya dalam pertuturan, yang nyata makna kata
atau leksem itu seringkali, dan mungkin juga biasanya, terlepas dari pengertian atau konsep
dasarnya dan juga dari acuannya. Misal kata buaya dalam kalimat (1). (1). Dasar buaya, ibunya
sendiri ditipunya. Oleh karena itu, kita baru dapat menentukan makna sebuah kata apabila kata
itu sudah berada dalam konteks kalimatnya. Makna sebuah kalimat baru dapat ditentukan apabila
kalimat itu berada di dalam konteks wacananya atau konteks situasinya. Contoh, seorang setelah
10
memeriksa buku rapor anaknya dan melihat angka-angka dalam buku rapor itu banyak yang
merah, berkata kepada anaknya dengan nada memuji. (2). ”Rapormu bagus sekali, Nak!” Jelas,
dia tidak bermaksud memuji walaupun nadanya memuji. Dengan kalimat itu dia sebenarnya
Teori yang mendasari dan dalam lingkungan mana semantik dibahas membawa kita
kepengenalan tentang jenis-jenis semantik. Jenis-jenis semantik itu dapat dideskripsikan berikut:
1. Semantik Behavioris
Para penganut aliran behavioris memiliki sikap umum: Penganut pandangan behavioris tidak
terlalu yakin dengan istilah-istilah yang bersifat mentalistik berupa mind, concept, dan idea:
Tidak ada perbedaan esensial antara tingkah laku manusia dan hewan: Mementingkan factor
belajar dan kurang yakin terhadap faktor-faktor bawaan: dan Mekanismenya atau
determinasinya. Berdasarkan sketsa itu makna berada dalam rentangan antara stimulus dan
respon, antara rangsangan dan jawaban. Makna ditentukan oleh situasi yang berarti ditentukan
oleh lingkungan. Karena itu, makna hanya dapat dipahami jika ada data yang dapat diamati yang
berada dalam lingkungan pengalaman manusia. Contoh: seorang ibu yang menyuapkan makanan
pada sibayi.
2. Semantik Deskriptif
Semantik deskriptif yaitu kajian semantik yang khusus memperlihatkan makna yang sekarang
berlaku. Makna kata ketika kata itu untuk pertama kali muncul. Tidak diperhatikan. Misalnya
dalam bahasa Indonesia ada kata juara yaitu orang yang mendapat peringkat teratas dalam
11
pertandingan tanpa memperhatikan makna sebelumnya yaitu pengatur atau pelerai dalam
3. Semantik Generatif
Konsep-konsep yang terkenal dalam aliran ini adalah: Kompetensi (competence), yaitu
kemampuan atau pengetahuan bahasa yang dipahami itu dalam komunikasi: Struktur luar, yaitu
unsur bahasa berupa kata atau kalimat yang seperti terdengar: dan Struktur dalam, yaitu makna
yang berada dalam struktur luar. Aliran ini menjadi terkenal dengan munculnya buku Chomsky
tahun 1957 yang kemudian diperbarui. Teori semantic generatif muncul tahun 1968 karena
ketidak puasan linguis terhadap pendapat Chomsky. Menurut pendapat mereka struktur semantik
dan struktur sintaksis bersifat homogen. Struktur dalam tidak sama dengan struktur semantik.
Untuk menghubungkannya digambarkan dengan satu kaidah, yaitu transformasi. Teori ini tiba
pada kesimpulan bahwa tata bahasa terdiri dari struktur dalam yang berisi tidak lain dari struktur
semantik dan struktur luar yang merupakan perwujudan ujaran kedua struktur ini dihubungkan
4. Semantik Gramatikal
Semantik gramatikal adalah studi simentik yang khususnya mengkaji makna yang terdapat
dalam satuan kalimat. Verhaar mengatakan Semantik gramatikal jauh lebih sulit dianalisis.
Untuk menganalisis kalimat masih duduk, kakak sudah tidur tidak hanya ditafsirkan dari kata-
kata yang menyusunnya. Orang harus menafsirkan keseluruhan isi kalimat itu serta sesuatu yang
ada dibalik kalimat itu. Sebuah kata akan bergesr maknanya apabila diletakkan atau digabungkan
5. Semantik Leksikal
12
Semantik leksikal adalah kajian simentik yang lebih memuaskan pada pembahasan sistem
makna ayang terdapat dalam kata. Semantik leksikal tidak terlalu sulit. Sebuah kamus
merupakan contoh yang tepat untuk Semantik leksikal: makna setiap kata diuraikan disitu. Jadi,
Semantik leksikal memperhatikan makna yang terdapat didalam kalimat kata sebagai satuan
mandiri.
6. Semantik Historis
Semantik historis adalah studi semantik yang mengkaji sistem makna dalam rangkaian waktu.
Studi semantik historis ini menekankan studi makna dalam rentangan waktu, bukan perubahan
bentuk kata. Perubahan bentuk kata lebih banyak dikaji dalam linguistic hoistoris. Asal-usul kata
menjadi bagian studi etimilogi. Semantik ini membandingkan kata-kata berdasarkan periode atau
antara kata pada masa tertentu dengan kata pada bahasa yang lain. Misalnya dalam BI terdapat
kata padi dan dalam bahasa jawa terdapat kata pari. Fonem/ d/ dan/ r/ berkorespondensi.
7. Semantik Logika
Sematik logika adalah cabang logika modern yang berkaitan dengan konsep-konsep dan notasi
simbolik dalam analisis bahasa semantik logika mengkaji sistem makna yang dilihat dari logika
seperti yang berlaku dalam matematika yang mangacu kepada kata pengkajian makna atau
penafsiran ajaran, terutama yang dibentuk dalam sistem logika yang oleh Carnap disebut
semantik. Dalam semantik logika dibahas makna proprsi yang dibedakan dengan kalimat, sebab
kalimat yang berbeda dalam bahasa yang sama dapat aja diujarkan dalam proporsi yang sama.
Sebaliknya, sebuah kalimat dapat diujarkan dalam dua atau lebih proporsi. Proporsi boleh benar
boleh salah, dan lambang disebut sebagai variabel proporsional dalam semantik logika.
8. Semantik Struktural
13
Semantik struktural bermula dari pandangan linguis struktural yang dipelopori oleh Saussure.
Penganut strukturalisme berpendapat bahwa setiap bahasa adalah sebuah sistem, sebuah
hubungan struktur yang unik yang terdiri dari satuan-satuan yang disebut struktur. Struktur itu
terjelma dalam unsure berupa fonem, morfem, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana yang
Bagi seorang wartawan, seorang reporter atau orang-orang yang berkecimpung dalam
dunia persuratkabaran dan pemberitaan, mereka barang kali akan memperoleh manfaat
memilih dan menggunakan kata dengan makna yang tepat dalam menyampaikan
homonimi, denotasi, konotasi dan nuansa-nuansa makna tertentu akan sulit bagi mereka
Bagi mereka yang berkecimpung dalam penelitian bahasa, seperti mereka yang belajar di
Fakultas Sastra, pengetahuan semantik akan banyak memberi bekal teoretis kepadanya
Bagi seorang guru atau calon guru pengetahuan semantik mengenai semantik akan
memberi manfaat teoretis dan juga manfaat praktis. Manfaat teoretis karena dia sebagai
guru bahasa harus pula mempelajari dengan sungguh-sungguh akan bahasa yang
diajarkannya. Teori-teori semantik ini akan menolong memahami dengan baik “rimba
belantara rahasia” bahasa yang akan diajarkannya itu. Sedangkan manfaat praktis akan
diperolehnya berupa kemudahan bagi dirinya dalam mengajarkan bahasa itu kepada
14
keterampilan yang luas mengenai segala aspek bahasa, juga harus memiliki pengetahuan
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
16
DAFTAR PUSTAKA
17