Anda di halaman 1dari 17

‘ILM LUGHAH AL – ‘AM

SEMANTIK

PEMAKALAH:

MUTIARA AMANDA 11180210000021

NITA SITI QODARIAH 11180210000085

KHAIRUNNISA 11180210000101

DOSEN PENGAMPU:

UMI KULSUM, M.A

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018/2019
A. PENDAHULUAN

a. Latar Belakang Masalah


Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk
mengungkapkan pikiran, perasaan, atau ide dengan menggunakan simbol-
simbol komunikasi dengan baik yang berupa suara, sikap badan, maupun yang
berupa tulisan.1 Dalam berbahasapun kita harus mengetahui makna apa yang
terdapat didalamnya. Disinilah peran semantik sangat penting untuk bisa
memahami makna-makna yang ada dalam suatu kata.
Dalam berbahasa, semantik menduduki peringkat tinggi. Dalam kehidupan
kita sehari-haripun kita sering mendengar dan juga menggunakan kata makna
untuk mengaju pada pengertian, konsep, ide dan maksud yang diwujudkan
dalam bentuk ujaran lambang atau tanda. 2
Perubahan bahasa, permainan kata-kata juga ikut berkembang dan
meningkat, pergeseran-pergeseran makna peralihan arti bahasa memang tidak
bisa dipungkiri. Meski demikian makna yang melekat sebelumnya tidak juga
serta merta hilang begitu saja. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor yang akan
dibahas di dalam makalah ini.

b. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan semantik?
2. Apa saja yang termasuk jenis-jenis makna ?
3. Apa yang dimaksud dengan hubungan antar makna?
4. Apa yang dimaksud perubahan makna dan sebab-sebab terjadinya
perubahan makna ?

1
Fitri Nigsih, Sisiliya sama, dan Christanto syam, Relasi Semantik Kata dalam Bahasa Melayu
Dialek Serawai, (Pontianak: Universitas Tanjungpura), hal. 1
2
Abdul Chaer dan liliana muliastuti, Semastik Bahasa Indonesia, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2009), hal. 1

2
B. PEMBAHASAN
a. Pengertian
Secara Etimologis kata semantics atau semantique dalam bahasa prancis,
pada dasarnya berasal dari kata sema, nomina dalam bahasa yunani, yang berarti
tanda atau lambang atau dapat juga semaino, verba dalam bahasa yunani yang
berarti menandai atau melambangkan.
Secara terminologis semantik dapat didefinisikan sebagai bidang linguistik
yang mengkaji arti bahasa.3
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, semantik adalah ilmu tentang
makna kata dan kalimat; pengetahuan mengenai seluk-beluk dan pergeseran arti
kata.4
Ahmad Muhtar Umar mendefinisikan ‘ilm al-dilalah sebagai berikut

‫العلم الداللة هو العلم الذي يدرس المعنى أو ذلك الفرع من علم اللغة الذي يتناول‬

‫دراسة المعنى أو ذلك الفرع الذي يدرس الشروط الواجب توافرها في الرمز حتى‬

‫يكون قادرا على حمل المعنى‬


‘ilm al-dilalah adalah kajian tentang makna atau ilmu yag membahas
tentang makna, atau cabang linguistik yang mengkaji teori makna, atau cabang
linguistik yang mengkaji syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mengungkap
lambang-lambang bunyi sehingga mempunyai makna.5
Sedangkan menurut Ronnie Cann semantics is the study of meaning and
linguistic semantics is the study of meaning as exspressed by the word, pharses,
sentence of human languages.6

Jadi kesimpulannya semantik adalah cabang ilmu linguistik yang membahas


atau mengkaji tentang makna.

3
Makyun Subuki, Semantik Pengantar Memahami Makna Bahasa, (Jakarta: Transpustaka, 2011),
hal. 4
4
Di lihat di https://kbbi.web.id/semantik
5
Moh. Matsna, kajian semantik arab klasik dan kontemporer, (Jakarta: Prenamediagroup, 2016),
hal. 3
6
Suhardi, Dasar-dasar Ilmu Semantik, (Yogyakarta: Ar-Ruzz media, 2015), hal. 16

3
b. Jenis-jenis Makna
Jenis-jenis makna dalam semantik dibagi kedalam beberapa bagian,
diantaranya:
a) Makna Leksikal (Al-Dalalah al-mu’jamiyyah)
Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referensinya dan
sesuai dengan hasil observasi alat indra.7 Leksikal juga bisa diartikan makna
kata sesuai dengan yang tertera di dalam kamus atau makna kamus.8 Contoh
makna leksikal adalah:
Kata (‫ )البحر‬dalam kalimat (‫)يموج البحر‬, makna (‫ )البحر‬dalam kalimat ini
adalah makna haqiqi yaitu lautan. Adapun kalau dikatakan:
(‫)البحر يجطب في المسجد‬, maka kata (‫ )البحر‬disini adalah makna metafora (al-
ma’na al-majazi) yang berarti orang yang banyak ilmunya.9
1. Ahmad memetik mangga di halaman rumah
2. Kita dapat memetik hikmah dari peristiwa tersebut
Pada contoh kalimat nomor 1 kata memetik disebut makna leksikal,
karena kata tersebut sesuai dengan kamus, sedangkan kata memetik pada
kalimat kedua bukan makna leksikal karena mengandung arti yang lain.
Para linguis kontemporer menetapkan tiga karakteristik dari makna
leksikal (al-ma’na al-mu’jami) ini, yaitu:
1. Umum (‘amm), dalam kamus sebuah kata memiliki makna yang umum hal
tersebut karena ia tidak berada dalam konteks tertentu sebab konteks (al-
siyaq)lah yang membatasi dan mengikat makna yang umum tersebut.
2. Banyak dan bermacam-macam (muta’adidd), hal ini karena ia bisa masuk
kedalam berbagai macam konteks yang berbeda-beda dan setiap konteks
tersebut akan memberikannya makna yang baru.
3. Tidak tetap (ghairu tsabit), hal ini karena makna suatu kata dapat berubah-
ubah sesuai dengan konteks yang melatarbelakanginya.10

7
Syarif Hidayatullah, Cakrawala Linguistik Arab, (Jakarta: PT Grasindo, 2017), hal. 118
8
Suhardi, Dasar-dasar Ilmu Semantik, (Yogyakarta: Ar-Ruzz media, 2015), Hal. 56
9
Moh. Matsna, kajian semantik arab klasik dan kontemporer, (Jakarta: Prenamediagroup, 2016),
hal. 44
10
Moh. Matsna, kajian semantik arab klasik dan kontemporer, (Jakarta: Prenamediagroup, 2016),
hal. 42-43

4
b) Makna Gramatikal (al-dalalah al-nahwiyyah)
Makan Gramatikal adalah makna kata yang timbul setelah kata tersebut
digunakan dalam kalimat, makna gramatikal dapat disebut juga makna
kalimat.11
Farid ‘awadh haidar mendefinisikan makna gramatikal (al-dilalah al-
nahwiyyah) dengan

‫الداللة المحصلة من استخدام االلفاظ أو الصورة الكالمية في الجملة المكتوبة‬

‫أو المنطوقة على المستوى التحليلي أو التكيبي‬


Makna yang dihasilkan dari penggunaan kata-kata pada kalimat tulis atau
tutur pada tataran analisis atau struktur.12
Makna gramatikal muncul akibat adanya proses gramatikal seperti
afiksasi (imbuhan), reduplikasi (pengulangan kata), dan komposisi
(Susunan). Umpamanya dalam proses afiksasi prefiks a-dengan kata dasar
kata hasuna ‘baik’ yang membentuk kata ahsana melahirkan makna
gramatikal ‘berbuat baik’. Tambahan arti berbuat akibat proses gramatikal
13
dengan afiksasi prefiks a- yang melekat pada dasar kata tersebut. Objek
kajian dari semantik gramatikal adalah arti dari kategori gramatikal utama
yaitu Nomina (mengacu kepada manusia, binatang, benda, tempat, konsep
atau pengertian), Verba (menggambarkan arti perubahan, proses, keadaan;
kata kerja), Adjektiva (kata keterangan), dan Adverbia.14 Dalam bahasa Arab
dikenal dua bentuk gramatikal yaitu sintaksis (Nahwu) dan morfologi (sharf).
Dalam sintaksis Arab dikenal sebuah istilah yang disebut i’rob, kedudukan
i’rob mempunyai peranan penting dalam menentukan kejelasan suatu
makna.15
c. Makna Kontekstual (al-dalalah al-siyaqiyyah)

11
Suhardi, dasar-dasar Ilmu Semantik, (Yogyakarta: Ar-Ruzz media, 2015), hal. 57
12
Moh. Matsna, hal. 44
13
Syarif Hidayatullah, Cakrawala Linguistik Arab, (Jakarta: PT Grasindo, 2017), hal. 118
14
Makyun Subuki, Semantik Pengantar Memahami Makna Bahasa, (Jakarta: Transpustaka, 2011),
hal. 140
15
Anwar Rudi, Semantik Dalam Bahasa, Jurnal Kariman, Vol. 04 No. 01, 2016. hal. 124

5
Secara etimologi, kontekstual berasal dari bahasa inggis context yang
berarti 1) hubungan kata-kata, 2) suasana, keadaan, dan contextualyang
berarti 1) yang berhubungan dengan konteks, 2) dilihat dalam hubungan
dalam kalimat.16 Kontekstual juga dapat diartikan makna sebuah leksem atau
17
kata yang berada di dalam satu konteks, atau makna yang di peroleh dari
lingkungan kebahasaan yang melingkupi sebuah kata, ungkapan atau kalimat.
18
serta bisa juga diartikan makna yang timbul dari situasi atau keadaan
terjadinya suatu kalimat. 19 Konteks merupakan elemen (jauhar) dari makna
yang dimaksud dalam struktur teks atau pembicaraan, sebab konteks tidak
hanya memperhatikan kata dan kalimat saja, tetapi juga teks tertulis dan
pembicaraan secara keseluruhan lewat hubungan antara kosakata-kosakata
dalam suatu konteks.20 Memahami makna leksikal dan gramatikal saja belum
cukup untuk dapat memahami makna suatu kalimat, sebab untuk memahami
maksa suatu kalimat harus pula diketahui konteks dari terjadinya suatu
kalimat itu, konteks kalimat itu dapat berupa konteks interkalimat, antar
kalimat, bidang kalimat, atau juga situasi kalimat. Contohnya dua kali tiga
berapa? Apabila dilontarkan dikelas 4 SD sewaktu mata pelajaran
Matematika berlangsung tentu akan dijawab “enam”. Kalau dijawab lain,
jawaban itu salah. Namun, apabila dilontarkan kepada tukang print foto di
tempat kerjanya, maka pertanyaan itu mungkin akan dijawab “lima ratus”
atau mungkin jawaban lain. Sebab pertanyaan itu mengacu pada biaya
percetakan foto yang berukuran dua kali tiga centimeter.21
d. Makna Denotatif dan makna Konotatif

16
Zahrani, Perkembangan Makna Bahasa Arab, (Makassar: UIN Alauddin Makassar, 2012), hal.
34
17
Moh. Matsna, kajian semantik arab klasik dan kontemporer, (Jakarta: Prenamedia Group, 2016),
hal. 46
18
Anwar Rudi, hal. 124
19
Zahrani, hal. 35
20
Moh. Matsna, hal. 46
21
Sa,adah, Analisis Semantik Kontekstual Atas Penerjemahan Kata Arab Serapan, (Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), hal. 23

6
Makna denotatif adalah makna kata apa adanya atau makna kata
sesungguhnya atau makna asli.22 Sedangkan makna konotatif disebut sebagai
makna tambahan, yakni hanya tambahan yang sifatnya memberi nilai rasa.
Dengan kata lain makna dimana stimulus dan respons mengandung nilai-nilai
emosional. Contohnya kata al faqir yang sering ditemukan di buku buku
berbahasa arab yang mengacu pada penulis buku, misalnya, memiliki
konotasi yang positif untuk menonjolkan aspek kerendahan hati pada si
penulis. sebalik nya kata al miskin yang juga bersinonim dengan kata al faqir
mempunyai konotasi yang nengatif dan nilai rasa yang tidak mengenakkan.23
Contoh lain kata kurus, langsing, dan kerempeng. Ketiga kata tersebut
memiliki makna denotasi yang sama, yaitu bentuk tubuh atau besar tubuh
yang kurang dari ukuran normal. Namun, ketiganya memiliki nilai rasa atau
konotasi yang berbeda. Kata kurus memiliki konotasi netral, mereka akan
bisas saja apabila dikatakan anda sekarang kurus. Kata langsing memiliki
konptasi atau nilai rasa positif, sebab orang akan merasa senang bila
dikatakan “anda sekarang langsing”. Sebaliknya kata kerempeng memiliki
nilai rasa atau konotasi negatif, sebab orang akan merasa kurang senang bila
dikatakan Anda sekarang kerempeng. 24
c. Hubungan Antar Makna
Ada beberapa hubungan semantis (antar makna) yang memperlihatkan
adanya persamaan, pertentangan, tumpamg tindih, dan sebagainya. Hubungan
inilah yang dikenal dalam ilmu bahasa, diantaranya sebagai sinonimi, antonimi,
hiponimi, homonimi, polisemi, taksonimi, dan meronimi.
a) Sinonimi ( al-Taraduf )
Sinonim / Al-Taraduf (istilah Inggris : Synonymy berasal dari bahasa
Yunani Kuno; onoma = nama dan syn = dengan)25. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia mengartikan sinonim dengan bentuk bahasa yang

22
Suhardi, dasar-dasar Ilmu Semantik, (Yogyakarta: Ar-Ruzz media, 2015), hal. 60
23
Syarif Hidayatullah, Cakrawala Linguistik Arab, (Jakarta: PT Grasindo, 2017), hal. 118
24
Abdul Chaer dan liliana muliastuti, Semastik Bahasa Indonesia, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2009), hal. 25
25
Makyun Subuki, Semantik Pengantar Memahami Makna Bahasa, (Jakarta: Transpustaka, 2011),
hal. 140

7
maknanya mirip atau sama dengan bentuk bahasa yang lain.26 Beberapa pakar
linguistik terkemuka memberikan definisi tentang sinonimi. Menurut
Matthews dalam Syarif Hidayatullah mengartikan sinonimi ialah hubungan
antara dua unit leksikal yang mempunyai kesamaan arti. Fromkin dan
Rodman dalam Syarif Hidayatullah mengemukakan bahwa sinonimi adalah
beberapa kata yang mempunyai kemiripan makna tapi bunyi pelafalannya
(sound) berbeda.27 Gejala kemiripan makna disebabkan oleh sekurang-
kurangnya 3 hal: pertama, kemiripan makna yang disebabkan perbedaan
dialek. Contohnya kata badan (badan) yang bersinonim dengan jasad (jasad),
khalaqa (menciptakan) bersinonim dengan shana’a (membuat). Kedua,
kemiripan makna muncul dengan bahasa yang beda. Contohnya zawjah (istri)
bersinonim dengan tsawiyah (bini). Ketiga, kemiripan makna yang berasal
dari jangka dan masa yang berbeda. Contohnya bilath (keraton) bersinonim
dengan qashr (istana).
b) Antonimi \ al-Adhdhad.
Istilah antonimi berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu anoma yang
berarti “nama” dan anti yang berarti “melawan”. Jadi, secara harfiah,
antonimi berarti “nama yang saling berlawanan”.28 para linguis arab klasik
mendefinisikan antonim sebagai satu kata yang menunjukkan dua makna
yang berlawanan.29
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia antonim adalah kata yang
berlawana makna dengan kata yang lain; leksem yang berpasangan secara
antonomi.30
Antonim di bagi kedalam empat bagian, diantaranya:
1. Antonim binary atau perlawanan makna yang seakan-akan dunia terbelah
menjadi dua (complementary) contoh al maut (kematian) berlawanan
dengan kata al hayat (kehidupan)

26
Dilihat di https://kbbi.web.id/sinonim
27
Syarif Hidayatullah, Cakrawala Linguistik Arab, (Jakarta: PT Grasindo, 2017), hal. 120
28
Makyun Subuki, Semantik Pengantar Memahami Makna Bahasa, (Jakarta: Transpustaka, 2011),
hal. 77
29
Makyun Subuki, hal. 32
30
Dilihat di https://kbbi.web.id/antonim

8
2. Antonim bertingkat (gredeble) contohnya kata kabir (besar) dengan
mutawassith (pertengahan) dan Shagir (kecil)
3. Antonim timbal-balik (Comperse) contohnya Zawj (suami) berlawanan
makna dengan Zawjah (Istri)31
4. Antonim yang berhubungan dengan gerak dan arah contohnya fauq (atas)
berlawanan makna dengan taht (bawah).32
c) Hiponimi
Kata hiponim berasal dari kata Yunani Kuno yang terdiri dari kata onoma
“nama” dan hypo “dibawah”. Yang secara harfiah berarti “nama (yang
termasuk) dibawah nama lain”. Secara semantis, hiponim dapat didefinisikan
sebagai ungkapan (kata, frase, atau kalimat) yang maknanya dianggap
merupakan bagian dari makna ungkapan lain.33 Hiponim juga dapat dinyatakan
sebagai hubungan makna yang mengandung pengertian hubungan hierarkis
dan terdapat klasifikasi makna berdasarkan komponen maknanya. contoh
hiponim dalam bahasa Arab adalah kata mujammi’ (kompilator), mudawwin
(orang yang mengkodifikasi), muhaqqiq (editor), mu’allif (pengarang),
mushannif (orang yang berkarya) semua kata ini merupakan hiponim kata katib
(penulis).34 Contoh lainnya kata merah, kuning dan hijau merupakan hiponim
terhadap kata warna karena kata merah, kuning dan hijau sudah mengandung
makna kelompok warna.35
d. Homonim
Homonim dalam bahasa Yunani Kuno berasal dari kata onoma yang berarti
“nama” dan homos yang berarti “sama” jadi secara harfiah homonim dapat
diartikan sebagai “nama sama untuk benda lain”.36 Jadi hominimi adalah
beberapa kata yang mempunyai kesamaan bentuk dan pelafalan, tetapi

31
Syarih Hidayatullah, Cakrawala Linguistik Arab, (Jakarta: PT Grasindo, 2017), hal. 122
32
Moh. Matsna, kajian semantik arab klasik dan kontemporer, (Jakarta: Prenamedia Group, 2016),
hal. 34
33
Abdul Chaer dan liliana muliastuti, Semastik Bahasa Indonesia, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2009), hal. 24
34
Syarif Hidayatullah, hal. 123
35
Abdul Chaer dan Liliana Muliastuti, Semastik Bahasa Indonesia, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2009), hal. 24
36
Abdul Chaer dan Liliana Muliastuti, hal. 15

9
maknanya berbeda. Seperti contoh kata dharaba dimana dharaba memukul,
mengepung, memikat, berdenyut, cenderung, menentukan. 37
Jenis-jenis homonim dibagi menjadi tiga, diantaranya:
1. Honomini antarkata. Contoh beruang (binatang) dan beruang (punya
uang);
2. Homonimi antarfrase. Contoh lukisan Toni (lukisan milik Toni) dan
lukisan Toni (lukisan untuk Toni);
3. Homonimi antarklausa dan antarkalimat. Contoh baju orang yang
pendek itu pendek (baju orang itu putih dan orang itu pendek atau orang
yang memekai baju putih itu pendek) dan baju orang yang pendek itu
putih (orang itu memakai baju yang pendek dan putih atau baju putih
orang itu pendek).38
Kata-kata yang berhomonim dapat di bedakan atas tiga macam, yaitu:
1. Homonim yang homograf: homonim yang sama ejaannya atau tulisannya
tatapi berbeda ucapannya. Contoh kata mental (bersangkutan dengan
batin dan otak manusia) dan mental (terlempar kembali atau terpelanting)
2. Homonim yang homofon: homonim yang ucapannya sama tetapi berbeda
ejaannya. Contoh kata bang (panggilan untuk kakak laki-laki) dan bank
(lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit).
3. Homonim yang homograf dan homofon: homonim yang ejaan dan
ucapannya sama tetapi makna nya berbeda. Contoh kata bisa (zat racun
yang dapat menyebabkan luka) dan bisa (mempu atau kuasa melakukan
sesuatu).39
e. Polisemi (al-musytarak al- lafzhi)
Polisemi sebagai suatu kata yang mengandung seperangkat makna yang
berbeda, mengandung makna ganda (it also the case that the same word many
have a set of different meanings). 40 Polisemi juga mengandung makna ganda

37
Syarif Hidayatullah, Cakrawala Linguistik Arab, (Jakarta: PT Grasindo, 2017), hal. 123
38
Parera, teori semantik, (Jakarta: erlangga, 2004), hal. 85
39
Abdul Chaer dan liliana muliastuti, Semastik Bahasa Indonesia, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2009), hal. 15-17
40
Moh. Matsna, kajian semantik arab klasik dan kontemporer, (Jakarta: Prenamedia Group, 2016),
Hal. 34

10
atau mengandung makna lebih dari satu, tetapi makna yang dibentuk tersebut
masih memiliki hubungan dengan makna semula.41 Jadi, polisemi merupakan
suatu kata yang dipergunakan untuk berbagai keperluan tapi masih
berhubungan dengan maknanya. Polisemi tumbuh akibat dari faktor
kesejarahan dan faktor perluasan makna. Contohnya kata ra’is dalam
pengertiannya (1) ketua, (2) pokok, (3) utama, (4) pimpinan, (5) presiden, (6)
pemimpin, (7) rektor, (8) mandor.42
f. Meronimi
Meronimi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah hubungan
leksikal antara objek yang merupakan bagian dari objek lain.43 Meronomi juga
diartikan hubungan makna antara satuan leksikal yang merupakan satu bagian
makna dari keseluruhan atau hubungan bagian-keseluruhan. 44 Contohnya rijl
‘kaki’, yad ‘tangan’, wajh ‘wajah’, famm ‘mulut’, ‘ain ‘mata’, anf ‘hidung’,
udzn ‘telinga’ merpakan bagian dari jism ‘tubuh’.45

d) Perubahan Makna
Perubahan makna adalah gejala pergantian rujukan dari simbol yang sama.
Terjadi pergantian rujukan yang berbeda dengan rujukan semula. Contoh
perubahan makna dalam bahasa Arab kata hatif suara tanpa rupa (dalam
konteks tasawuf) berubah menjadi telepon (dalam konteks teknologi). 46
a. Jenis-jenis perubahan makna, diantaranya:
 Perubahan makna menambah atau meluas: gejala yang terjadi pada
sebuah kata atau leksem yang pada mulanya hanya memiliki sebuah
makna, tetapi kemudian karena berbagai faktor memiliki makna-
makna lain. Contohnya kata saudara pada mulanya bermakna
(sekandung) kemudian berkembang makannya menjadi (siapa saja
yang sepertalian darah).

41
Suhardi, dasar-dasar Ilmu Semantik, (Yogyakarta: Ar-Ruzz media, 2015), Hal. 90
42
Syarif Hidayatullah, Cakrawala Linguistik Arab, (Jakarta: PT Grasindo, 2017), Hal. 124
43
Di lihat di http://kbbi.web.id/meronimi
44
Nuryadi, Hubungan Makna: Suatu Kajian Semantik, (Bekasi: Universitas Islam “45” Bekasi)
45
Syarif Hidayatullah, hal. 126-127
46
Syarif Hidayatullah, hal. 136

11
 Perubahan makna mengurang atau menyempit: gejala yang terjadi
pada sebuah kata yang pada mulanya memiliki makna yang cukup
luas, kemudian berubah menjadi terbatas. Contohnya kata pendeta
yang asliya bermakna (orang yang berilmu) telah mengalami
penyempitan makna menjadi (guru agama Kristen).
 Perubahan makna secara total: perubahan drastic sebuah makna kata
dari makna asalnya, walaupun kemungkinan ditemukan unsur
keterkaitan antara makna asal dengan makna yang baru. Contohnya
dalam bahasa Indonesia sekrang gapura artinya (pintu gerbang). Kata
ini berasal dari bentuk adjektiva ghafuur yang artinya (amat
mengampuni).
 Perubahan mekanik: perubahan ini terjadi pada makna kata yang
menunjukan makna yang lemah, tetapi makna tersebut manjadi makna
yang lebih tinggi dari makna awal. Contohnya kata rasuul artinya
(utusan). Namun makna kata itu berubah menjadi utusan Allah yang
merupakan kedudukan tinggi.
 Perubahan makna menjadi makna yang berlawanan: penggunaakn
kata kepada makna tertentu, tetapi pada saat bersamaan, kata teresbut
menunjukkan makna yang berlawanan. Seperti sebuah kata yang
dapat berarti sedih dan juga dapat berarti senang.47
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan makna
 Bahasa dituruntemurunkan dari generasi kegenerasi dengan cara
langsung dan tidak langsung.48
 Faktor kebahasaan, faktor ini berhubungan erat dengan perubahan
aspek fonologi, morfologi dan sintaksis. Contohnya kata ‫نصر‬
(menolong) akan berubah makna jika fonem ‫ ن‬yang ada di awal kata
diubah menjadi fonem ‫ ب‬menjadi ‫( بصر‬melihat).

47
Moh. Matsna, kajian semantik arab klasik dan kontemporer, (Jakarta: Prenamedia Group, 2016),
hal. 206-208
48
Parera, teori semantik, (Jakarta: erlangga, 2004), hal. 108

12
 Faktor bahasa asing, masyarakat yang terbuka akan dapat dengan
mudahnya menerima anggota masyarakat lain, masyarakat yang
menerima kedatangan akan saling mempengaruhi dengan bahasa dari
masyarakat yang datang. Contoh kata “fitnah” dalam kamus bahasa
indonesia artinya “menuduh”. Kata fitnah ini aslinya serapan dari
kata ‫ فتنة‬bukan bermakna “menuduh” melainkan Adzab, ujian dan
cobaan.
 Faktor kebutuhan kata baru, faktor ini berhubungan erat dengan
perkembangan peradaban. Contohnya kata computer hasil peradaban
orang Barat yang diserap oleh berbagai negara termasuk bangsa Arab,
sehingga ditemukan kata ‫( كومبيوتير‬kumbiyutir).49
c. Sebab-sebab perubahan makna
 Sebab-sebab linguistik, kebiasaan memunculkan dua makna kata
bersama-sama dapat menyebabkan terjadinya perubahan makna.
Makna dari sebuah kata dialihkan begitu saja kedalam makna kata
yang sering muncul bersama. Contoh dalam kbbi kata semena
mempunyai makna “berimbang atau tidak berat sebelah” akan tetapi,
dalam pemakaian berfrase dengan semena-mena berarti “sewenang-
senang”.50
 Sebab-sebab Historis, semua perkembangan itu memerlukan bahasa
sebagai sarana komunikasi dan perekam kemajuan kebudayana.51
Contoh kata ‫ الصوم‬,‫ الصالة‬,‫ الزكاة‬dan lain-lain yang berkaitan dengan
istilah syar’i, yang awalnya memiliki makna secara ‘urf dan kemudian
dimaksudkan pada makna yang ada dalam istilah agama.52 Contoh
lain kata cangkul telah digantikan oleh kata traktor, kata mesin ketik

49
Moh. Matsna, kajian semantik arab klasik dan kontemporer, (Jakarta: Prenamedia Group, 2016),
hal. 209-210
50
Parera, teori semantik, (Jakarta: erlangga, 2004), hal. 110
51
Parera, hal. 111
52
Moh. Matsna, hal. 211

13
digantikan oleh kata komputer, kata juru tulis digantikan oleh kata
sekretaris.53
 Sebab-sebab Sosial, sebab ini dikarenakan perubahan perkembangan
situasi sosial, sehingga menyebabkan makna kata menjadi lebih
sempit atau lebih luas.54 Pemakai bahasa Indonesia mempengaruhi
makna kata untuk menggambarkan pengalaman mereka sedekat dan
senyata mungkin.55 Contohnya kata ‫ السيارة‬dalam alquran kata ini
bermakna sekumpulan pelancong (wisatawan), namun saat ini kata itu
bermakna mobil.56 Contoh lain kata virus yang hanya berhubungan
dengan penyakit sekarang menjadi kata umum untuk mengartikan
semua yang mengganggu dan menghambat kelancaran pengerjaan
sesuatu, misalknya virus komputer.57
 Sebab-sebab Psikologis, perubahan makna sering mempunyai akar
58
pada keadaan mental pemakai bahasa. Juga dikarenakan adanya
perubahan makna karena menjaga kesucian atau karena tabu. Contoh
kata ‫ لمس‬yang berarti menyentuh, digunakan juga dalam pengertian
jima’. 59

C. KESIMPULAN
Semantik adalah cabang ilmu lingustik yang mempelajari atau membahas
tentang makna sebagai objeknya. Semantik juga memiliki jenis-jenis makna; makna
leksikal, makna gramatikal, makna kontekstual, makna denotasi dan makna
konotasi, serta memiliki banyak hubungan antar makna, semantik mengalami
perubahan-perubahan dalam makna dari berbagai faktor; faktor kebahasaan, faktor
bahasa asing dan faktor kebutuhan kata baru, dan juga sebab-sebab yang membuat

53
Parera, teori semantik, (Jakarta: erlangga, 2004), hal. 111
54
Moh. Matsna, hal. 212
55
Parera, teori semantik, (Jakarta: erlangga, 2004), hal. 112
56
Moh. Matsna, kajian semantik arab klasik dan kontemporer, (Jakarta: Prenamedia Group, 2016),
hal. 212
57
Parera, hal. 113
58
Parera, hal. 114
59
Moh. Matsna, hal. 212

14
makna itu menjadi berubah sesuai perkembangan zaman; sebab historis, sebab
sosail, sebab psikologis, dan sebab linguistik.

15
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul dan Liliana Muliastuti. 2009. Semastik Bahasa Indonesia. Jakarta:
Universitas Terbuka.

Hidayatullah, Syarif. 2017. Cakrawala Linguistik Arab. Jakarta: PT Grasindo.

Matsa, Mohammad. 2016. Kajian Semantik Arab Klasik Dan Kontemporer.


Jakarta: Prenamedia Group.

Parera. 2004. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga.

Subki, Makyun. 2011. Semantik Pengantar Memahami Makna Bahasa. Jakarta:


Transpustaka.

Suhardi. 2015. Dasar-Dasar Ilmu Semantik. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Verhaar. 2016. Asas-asas linguistik umum. Yogyakarta: Gajah Mada University


Press.

Nigsih, Fitri, Sisiliya Saman, dan Christanto Syam. “Relasi Semantik Kata dalam
Bahasa Melayu Dialek Serawai”. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Tanjungpura: Pontianak.
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/18908 [diakes 04
Oktober 2019 pukul 11.25]

Nuryadi. “Hubungan Makna: Suatu Kajian Semantik”. Fakultas Komunikasi,


Sastra dan Bahasa. Universitas Islam “45” Bekasi: Bekasi.
http://jurnal.unismabekasi.ac.id/index.php/makna/article/download/767/651/
[diakses 04 Oktober 2019 pukul 05.27]

Rudi, Anwar. 2016. Semantik Dalam Bahasa, Jurnal Kariman, Vol. 04 No. 01
http://ejournal.stit-alkarimiyyah.ac.id/index.php/kariman/article/view/65/63
[diakses 01 Oktober 2019 pukul 11.04]

Sa,adah. 2011. “Analisis Semantik Kontekstual Atas Penerjemahan Kata Arab


Serapan”. Fakultas Adab dan Humaniora. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:
Jakarta.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1370/1/100520-
SA%27ADAH-FAH.PDF [diakses 01 Oktober 2019 pukul 11.08]

Zahrani. 2012. “Perkembangan Makna Bahasa Arab”. Pasca Sarjana bidang


Humaniora. UIN Alauddin Makassar; Makassar. http://uin-alaudin.ac.id/
[diakses 03 Oktober 2019 pukul 00.03]

Di lihat di https://kbbi.web.id/semantik

Di lihat di https://kbbi.web.id/sinonim
Di lihat di https://kbbi.web.id/antonim
Di lihat di https://kbbi.web.id/meronimi

Anda mungkin juga menyukai