Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENGUJIAN BAHAN

ASPAL

Nama : Octoviano M. J. Besin (1223713925)

Jurusan : Teknik Sipil

Program studi : TPPJJ ‘’A’’

Semester : IV (empat)

POLITEKNIK NEGERI KUPANG TAHUN 2014


Kata Pengantar

Puji dan syukur patut saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena hanya atas
rahmat-Nya yang senantiasa diturunkan kepada kita sekalian di dunia ini, kita masih bisa
menikmati dan menghirup udara yang telah Tuhan sediakan kepada kita semua serta saya juga
bisa menyelesaikan laporan ini tanpa tekanan apapun. Saya juga berterimakasih kepada dosen
pembimbing yang sudah mengawasi kerja kami di laboratorium serta memberikan pengetahuan
dalam pelaksanaan praktik dengan sabar. Dan juga terimakasih kepada teman-teman sekelas yang
sudah mau bekerja sama dalam pelaksanaan praktik. Pada laporan ini akan dijelaskan mengenai
pengujian-pengujian yang semuanya berhubungan dengan aspal. Semoga laporan ini berguna bagi
pembaca. akhir kata saya ucapkan terima kasih.

Penulis

Octoviano M. J. Besin
BAB I

RENCANA CAMPURAN ASPAL AC WC GRADASI KASAR

1.1 Pendahuluan
Pembuatan rancangan campuran harus mengikuti ketentuan spesifikasi untuk menjamin agar
kadar aspal, rongga udara, stabilitas, kelendutan dan keawetan dapat dipenuhi.

1.1.1 Gambaran Umum Materi


a. Penentuan proporsi material
b. Penentuan kadar aspal rencana

1.2 Dasar teori


Campuran aspal beton panas adalah campuran antara aspal dan agregat dalam keadaan panas,
dengan atau tanpa bahan tambahan. Agregat dan aspal memiliki karakteristik yang berbeda yang
ditunjukan oleh parameter seperti berat jenis, penyerapan, gradasi, abrasi, penetrasi, duktilitas
dan lain sebagainya. Biasanya agregat diperoleh dari tempat yang dekat dengan lokasi
pencampuran. Kadangkala agregat yang digunakan merupakan campuran agregat yang diperoleh
dari tempat berbeda dan instalasi pencampurannya pun berbeda sehingga tidak ada satu formula
tetap untuk suatu jenis aspal beton yang diinginkan. Metode pencampuran yang digunakan di
indonesia adalah metode rancangan berdasarkan pengujian empiris menggunakan alat marshall.
Perancangan menggunakan metode marshall ditemukan oleh Marshall.
Metode ini terdiri dari dua tahap yakni :
a. Menguji sifat aspal dan agregat yang akan dipergunakan sebagai bahan dasar campuran.
Bahan dasar ini harus memenuhi spesifikasi yang dipilih.
b. Membuat rancangan campuran di laboratorium yang menghasilkan rumus campuran
rancangan yaitu DMF (design mix formula)
Persyaratan dari metode marshall konvesional adalah sifat campuran sesuai kondisi lalu lintas yang
akan dilewati. Misalnya untuk kondisi lalu lintas berat, metode marshall menetapkan pemadatan
benda uji 2 x 7 tumbukan dengan batas rongga dalam campuran 3% sampai 5%. Kondisi seperti ini
sulit untuk menjamin campuran tahan terhadap kerusakan alur plastis, oleh karena itu metode
marshall konvesional belum cukup menjamin kinerja campuran beraspal yang digunakan untuk
lalu lintas berat dan padat dengan suhu tinggi. Maka sejak tahun 1995 Bina Marga telah
menyempurnakan konsep spesifikasi campuran beraspal panas bersama dengan pusat Litbang
jalan. Dalam spesifikasi baru diperkenalkan perancangan campuran beraspal panas dengan
pendekatan kepadatan mutlak (No.23/T/BM/1999 dan spesifikasi depkimpraswil 2007), kepadatan
mutlak dimaksudkan sebagai kepadatan tinggi (maximum) yang dicapai sehingga campuran
tersebut praktis tidak dapat menjadi lebih padat lagi.
Tahap mix design:
a) Pemeriksaan bahan
b) Penentuan proporsi
c) Persiapan bahan
d) Pembuatan benda uji
e) Evaluasi
Hubungan suhu pemanasan terhadap:
1. Bahan
a. Jika suhu terlalu tinggi : maka film yang menyelimuti agregat terlalu tipis sehingga
menyebabkan ikatannya terlalu lemah
b. Jika suhu terlalu dingin : maka campuran aspal tidak homogen.
2. Campuran
a. Jika suhu terlalu panas ; ada beberapa sifat fisik aspal yang hilang, aspal terlalu encer
sehingga tidak dapat menyelimuti agregat secara merata, atau lapisan yang
menyelimuti agregat sangat tipis karena aspal tersebut akan bergerak kelapisan
yang paling rendah. Maka lapisan perkerasan tersebut tidak lagi homogeny.
b.Jika suhu terlalu rendah maka aspal tersebut sulit untuk dipadatkan dan keadaan
optimum tidak akan tercapai yang mengakibatkan turunnya stabilitas,
3. Pemadatan
Jika pada saat pemadatan suhu campuran terlalu tinggi akan mengakibatkan rongga
pada campuran tinggi
Jika pada saat pemadatan suhu campuran terlalu rendah akan mengakibatkan
lapisan tersebut tidak stabil ketika dipadatkan.

1.3 Langkah Perencanaan Campuran Aspal Panas


Beberapa hal yang harus disiapkan untuk memulai proses perencanaan campuran beraspal
panas, sebagai berikut :
a) Data-data hasil pengujian
a. Kumpulkan data hasil pengujian bahan, yaitu : agregat kasar, agregat halus, dan
bahan pengisi (bila diperlukan)
b. Siapkan data gradasi agregat kasar, gradasi agregat halus, dan bahan pengisi
b) Penyesuaian gradasi campuran
Gradasi agregat gabungan untuk Latasir dan Lataston disesuaikan dengan spesifikasi
gradasi agregat campuran, yang perencanaan gradasinya diusahakan pada
tengah-tengah amplop gradasi. Untuk laston, perencanaan dapat dimulai pada garis
gradasi yang diinginkan dengan cara menentukan sendiri gradasi diantara titik-titik
kontrol.
c) Penentuan gradasi agregat gabungan
Perencanaan campuran percobaan di laboratorium dilakukan dalam tiga tahap,
sebagai berikut :
a. Tentukan jenis campuran sesuai dengan yang diinginkan
b. Pilih beberapa fraksi agregat yang akan digunakan
c. Campuran masing-masing fraksi agregat dengan salah satu cara analitis, grafis,
dan komputer, misal kombinasi 2 fraksi agregat, 3 fraksi agregat atau lebih.

d) Hitung perkiraan kadar aspal rencana (Pb).


Kadar aspal total dalam campuran adalah kadar aspal efektif yang membungkus atau menyelimuti
butir-butir agregat, mengisi pori antara agregat, ditambah dengan kadar aspal yang akan terserap
masuk kedalam pori masing-masing butir agregat.

Dimana kadar aspal campuran telah ditetapkan dalam spesifikasi sifat campuran, maka untuk
rancangan campuran di laboratorium dipergunakan kadar aspal tengah/ideal dari rentang kadar
aspal dalam spesifikasi campuan.

Kadar aspal tengah dapat ditentukan dengan mempergunakan rumus atau persamaan, yaitu yang
dikenal dengan perkiraan kadar aspal rencana (Pb) dari persamaan :

Pb = 0,035 (%CA) + 0,045 (%FA) + 0,18 (%FF) + k

dimana :
Pb = kadar aspal rencana awal, adalah % terhadap berat campuran
CA = agregat kasar, adalah % terhadap agregat tertahan # no.8
FA = agregat halus, adalah % terhadap agregat lolos # no.8 dan tertahan # no. 200
FF = bahan pengisi (bila perlu)
K = Konstanta untuk Laston : 0,5 - 1,0, dan Lataston : 2,0 - 3,0.

Kadar aspal yang diperoleh dibulatkan mendekat angka 0,5 % yang terdekat. Misal dari
perhitungan didapat 6,3 %, maka dibulatkan menjadi 6,5 %, atau bila didapat 5,7 %, maka
dibulatkan menjadi 5,5 %.

e) Lakukan pembuatan benda uji dalam percobaan uji Marshall sesuai SNI 06-2489-1991
sehingga diperoleh hasil sesuai persyaratan dengan ketentuan :
a. Buat campuran pada tiga kadar aspal di atas dan dua kadar di bawah nilai Pb dengan perbedaan
masing-masing 0, 5%;

b. Jika hasil perhitungan diperoleh 5,7% maka dibulatkan menjadi 5,5% dan buat contoh uji pada
kadar aspal 4,5 %, 5,0 %, 5,5%, 6%, 6,5%, 7%

Dalam pembuatan benda uji atau briket, terlebih dahulu disiapkan agregat dan aspal sesuai jumlah
benda uji yang akan dibuat.
Untuk mendapatkan kadar aspal optimum dibuat kira-kira 18 buah benda uji dengan 6 variasi kadar
aspal aspal yang masing-masing berbeda 0,5 %, kadar aspal yang dipilih haruslah sedemikian rupa
sehingga dua kadar aspal yang kurang dari nilai kadar aspal tengah dan tiga kadar aspal yang lebih
besar dari nilai kadar aspal tengah.
Misal bila kadar aspal tengah adalah a %, maka benda uji dibuat untuk kadar aspal (a-1)%,
(a-0,5)%, a %, (a+0,5)%, (a+1,0)%, (a+1,5)%.
Masing-masing kadar aspal tersebut dibuat 3 benda uji, sehingga jumlah total benda uji 3 x 6 = 18
benda uji.
Kadar aspal maupun persen lolos saringan untuk agregat dihitung berdasarkan berat campuran.
Selain itu benda uji disiapkan pula untuk menentukan berat jenis maksimum campuran yang belum
dipadatkan (Gmm).

f) Lakukan pengujian dengan alat Marshall sesuai SNI 06-2489-1991, untuk memperoleh : kepadatan,
stabilitas, kelelehan (flow), hasil bagi Marshall persentase stabilitas sisa setelah perendaman.
Sesuai dengan prosedur pengujiannya, sebelumnya lakukan mulai dari penimbangan bahan,
pemanasan bahan di dalam oven, penambahan aspal ke dalam agregat yang telah dipanaskan dan
pengadukan campuran agregat dan aspal dalam alat pencampur mekanis atau manual.
g) Lakukan pengujian untuk memperoleh berat jenis maksimum campuran (Gmm) pada kadar aspal
tertentu sesuai dengan SNI 03-6757-2002 dan hitung dengan menggu-nakan persamaan berat jenis
efektif agregat (Gse) pada kadar aspal lainnya.
h) Kemudian hitung besaran volumetrik dari campuran, yaitu rongga diantara agregat (VMA), rongga
dalam campuran (VIM), dan rongga terisi aspal (VFA).
i) Untuk mencari nilai VIM pada kepadatan mutlak, buat minimum 3 (tiga) contoh uji tambahan
dengan kadar aspal, satu kadar aspal pada VIM 6 % (jika persyaratan VIM pada kepadatan mutlak
minimum 3 %) dan dua kadar aspal terdekat yang memberikan VIM di atas dan di bawah 6 %
dengan perbedaan kadar aspal masing-masing 0,5 %.
j) Padatkan sampai mencapai kepadatan mutlak, kemudian lakukan pengujian kepadatan mutlak PRD,
sesuai dengan tata cara penentuan kepadatan mutlak campuran beraspal (RSNI Bina Marga 1990)

k) Gambarkan grafik hubungan antara kadar aspal dengan hasil pengujian :


a. Kepadatan
b. Stabilitas
c. Kelelehan
d. VMA
e. VFA
f. VIM dari hasil pengujian Marshall
g. VIM dari hasil pengujian kepadatan mutlak PRD (Percentage Refusal Density).
Nilai VIM ini sebaiknya berkisar 2 sampai 3 % di bawah nilai VIM Marshall.
l) Untuk masing-masing parameter yang tercantum dalam persyaratan campuran, gambarkan
batas-batas spesifikasi kedalam grafik dan tentukan rentang kadar aspal yang memenuhi
persyaratan.
m) Pada grafik tersebut gambarkan rentang kadar aspal yang memenuhi persyaratan se-suai dengan
spesifikasi.
n) Periksa kadar aspal rencana yang diperoleh, biasanya berada dekat dengan titik tengah dari rentang
kadar aspal yang memenuhi seluruh persyaratan.
o) Pastikan bahwa campuran memenuhi seluruh kriteria dalam persyaratan spesifikasi.
p) Pastikan rentang kadar aspal campuran yang memenuhi seluruh kriteria harus melebihi 0,6 %
sehingga memenuhi toleransi produksi yang cukup realistis (toleransi penyimpangan kadar aspal
selama pelaksanaan adalah  0,3 %).
q) Gambarkan seluruh hasilnya.

1.4

Sifat Aspal untuk campuran beton aspal


nomor
saringan lolos kom. Material komposisi material gradasi

Bp. Bp. BP.3/4" Bp. 3/8" abu batu pasir

ASTM mm 3/4" 3/8" abu batu pasir 25% 31% 39% 5% gabungan ideal spesifikasi

3/4" 19.1 100 100 100 100 25 31 39 5 100 100 100

1/2" 12.7 80.9 100 100 100 20.225 31 39 5 95.225 95 90 - 100

3/8" 9.5 36.98 99.15 100 99.14 9.245 30.7365 39 4.957 83.9385 81 72 - 90

#4 4.75 1.52 28.85 99.78 95.14 0.38 8.9435 38.9142 4.757 52.9947 53 43 - 63

#8 2.36 0.05 1.69 78.31 92.34 0.0125 0.5239 30.5409 4.617 35.6943 33.55 28 - 39.1

#16 1.18 0.04 1.41 53.16 85.9 0.01 0.4371 20.7324 4.295 25.4745 22.3 19 - 25.6

#30 0.6 0.04 1.38 33.84 66.99 0.01 0.4278 13.1976 3.3495 16.9849 16.05 13 - 19.1

#50 0.3 0.04 1.37 21.93 36.94 0.01 0.4247 8.5527 1.847 10.8344 12.25 9 - 15.5

#100 0.15 0.04 1.34 15.54 5.18 0.01 0.4154 6.0606 0.259 6.745 9.5 6 - 13

#200 0.075 0 1.3 12.82 1.6 0 0.403 4.9998 0.08 5.4828 7 4 - 10


KADAR ASPAL RENCANA (%)

KOMPOSIS AGREGAT CAMPURAN (%) 4.5 5 5.5 6 6.5

BATU PECAH 3/4'' 25% 23.875 23.75 23.625 23.5 23.375

BATU PECAH 1/2'' 31% 29.605 29.45 29.295 29.14 28.985

ABU BATU 39% 37.245 37.05 36.855 36.66 36.465

PASIR 5% 4.775 4.75 4.725 4.7 4.675

TOTAL AGG DALAM CAMPURAN (%) 100% 100 100 100 100 100

TOTAL CAMPURAN (%)

KOMPOSISI CAMPURAN BERAT TIMBANGAN (GRAM)

KADAR ASPAL RENCANA (%) 4.5 5 5.5 6 6.5

BATU PECAH 3/4'' 262.625 261.25 259.875 258.5 257.125

BATU PECAH 1/2'' 325.655 323.95 322.245 320.54 318.835

ABU BATU 409.695 407.55 405.405 403.26 401.115

PASIR 52.525 52.25 51.975 51.7 51.425

BERAT AGREGAT CAMPURAN (GRAM) 1055 1050 1045 1040 1035

BERAT ASPAL DALAM CAMPURAN (GRAM) 49.5 55 60.5 66 71.5

BERAT RENCANA TOTAL CAMPURAN (GRAM) 1100 1100 1100 1100 1100

KOMPOSISI CAMPURAN komulatif BERAT TIMBANGAN KOMULATIF (%)

KADAR ASPAL RENCANA 4.5 5 5.5 6 6.5

BATU PECAH 3/4'' 262.625 261.25 259.875 258.5 257.125

BATU PECAH 1/2'' 588.28 585.2 582.12 579.04 575.96

ABU BATU 997.975 992.75 987.525 982.3 977.075

PASIR 1050.5 1045 1039.5 1034 1028.5

ASPAL 1100 1100 1100 1100 1100


BAB II.

PENGUJIAN BERAT JENIS ASPAL

2.1 Pendahuluan.

Aspal terdiri dari 2 jenis yaitu aspal alami dan aspal buatan. Aspal adalah suatu bahan
berbentuk padat atau setengah padat berwarna hitam yang bersifat perekat yang akan
meleleh dan mencair jika dipanasi begitu pula sebaliknya apabila didinginkan akan memadat
dan merupakan campuran hidrokarbon alami atau terdiri dari proses pemanasan minyak.
Menurut SNI 03 - 1737 - 1989 nilai berat jenis aspal dengan suhu 25o C untuk pen 60 dan
pen 80 minimal 1. Angka berat jenis yang tinggi dapat dicapai untuk aspal yang kasar / keras
sedangkan beratjenis rendah untuk aspal yang lebih cair. Karena aspal ini memiliki pemuaian,
maka berat jenis dapat dipengaruhi pula oleh suhu. Perubahan volume terjadi karena suhu
yang berubah
2.1.1 Gambaran Umum Materi
Pelaksanaan praktikum pengujian berat jenis aspal ini berisikan tentang :
a. Pengukuran volume
b. Pengukuran berat
c. Penentuan berat jenis aspal
Teori
Berkaitan dengan kekeaan aspal di lapangan, berat jenis aspal ini digunakan untuk
mengetahui volume aspal dalam 1 m2, sehingga kita dapat menghitung jumlah aspal
(volume aspal) yang digunakan dalam pelebaran jalan, selain itu berat jenis aspal
merupakan salah satu data yang diperlukan untuk menganalisa aspal
Berat jenis Aspal adalah perbandingan antara berat isi kering semen pada suhu kamar
dengan berat isi kering air suling pada 4oC yang isinya sama dengan isi aspal. Berat jenis
Aspal diisyaratkan oleh SNI adalah min. 1.0 Mg/m3.
Berat jenis aspal, dinyatakan dengan rumus :

Keterangan :

BJ = Berat jenis aspal


A = Berat piknometer (dengan penutup) (gram)
B = Berat piknometer berisi air suling (gram)
C = Berat piknometer beris aspal (gram
D = Berat piknometer berisi aspal dan air suling (gram)

2.3 Pelaksanaan Praktek


2.3.1. Peralatan yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
a) termometer (lihat Lampiran B);
b) bak perendam yang dilengkapi pengatur suhu dengan ketelitian (25oC ± 0,1oC);
c) piknometer 30 ml;
d) air suling sebanyak 1000 ml;
e) bejana gelas, kapasitas 1000 ml.
2.3.2. Benda Uji
Benda uji adalah contoh aspal padat sebagai ± 100 gram
2.3.3. Langkah kerja
Urutan cara pengujian ini adalah sebagai berikut :
a) isilah bejana dengan air suling sehingga diperkirakan bagian atas piknometer yang
tidak terendam 40 mm; kemudian rendam dan jepitlah bejana tersebut dalam bak
perendam sehingga perendam sekurang-kurangnya 100 mm; aturlah suhu bak
perendam pada suhu 25oC;
b) bersihkan, keringkan, dan timbanglah piknometer dengan ketelitian 1 mg; (A)
c) angkatlah bejana dari bak perendam dan isilah piknometer dengan air suling
kemudian tutuplah piknometer tanpa ditekan; letakkan piknometer ke dalam
bejana dan tekanlah penutup sehingga rapat; kembalikan bejana berisi piknometer
ke dalam bak perendam; diamkan bejana tersebut di dalam bak perendam selama
sekurang-kurangnya 30 menit, kemudian angkatlah dan keringkan dengan lap;
timbanglah piknometer dengan ketelitian 1 mg; (B)

d) panaskan contoh bitumen keras atau ter sejumlah 100 gram, sampai menjadi cair
dan aduklah untuk mencegah pemanasan setempat; pemanasan tidak boleh lebih
dari 30 menit pada suhu 111oC di atas titik lembek aspal;
e) tuangkan benda uji tersebut ke dalam piknometer yang telah kering hingga terisi ¾
bagian;

f) biarkan piknometer sampai dingin, selama tidak kurang dari 40 menit dan
timbanglah dengan penutupnya dengan ketelitian 1 mg; (C)

g) isilah piknometer yang berisi benda uji dengan air suling dan tutuplah tanpa ditekan,
diamkan agar gelembung-gelembung udara keluar;
h) angkatlah bejana dari bak perendam dan letakkan piknometer di dalamnya dan
kemudian tekanlah penutup hingga rapat; masukkan dan diamkan bejana ke dalam
bak perendam selama sekurang-kurangnya 30 menit; angkat keringkan, dan
timbanglah piknometer. (D)

2.4. Data percobaan

Pekerjaan : D
Tanggal Uji : Ta

nomor contoh
No. Contoh
pikno besar 100 ml 25 ml
berat piknomoter + benda uji (a) 1181.6 59.5 48.6
berat piknomoter (b) 625.4 37.2 31
berat benda uji (c = a-b) 556.2 22.3 17.6
berat piknomoter +air (d) 1818 135.8 53.7
berat piknometer + air + benda uji (e) 2143.1 138 54.3
volume benda uji f=(c+d)-e 231.1 20.1 17
berat jenis max campuran GMM = c/f 2.406750325 1.109453 1.035294
2.5. Keselamatan Kerja
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan praktikum dan serta
persiapan alat yang akan dipakai untuk menjamin keselamatan kerja antara lain :
a. Perhatikan dan baca standar pelaksanaan kegiatan (Standart Operating Procedur, SOP)
yang ada.
b.Perhatikan dengan seksama buku petunjuk pemakaian alat dan lembaran kerja serta
langkah-langkah kerjanya
c. Cek kondisi piknometer
d.Isi picnometer dengan aspal yang sudah terlebih dahulu dibentuk seperti bola dan
masukkan dalam oven
e. Pada saat keluarkan dari oven tempatkan piknometer diatas kain (jangan tempatkan
picnometer diatas tempat yang dingin seperti keramik saat piknometer dalam
keadaan panas)
f. Masukkan air setelah piknometer dingin
g. Semua peralatan tidak boleh digunakan untuk main-main dan tidak boleh diletakkan
dembarang.
h.Pakai sepatu, sarung tangan, masker dan pakaian kerja pada waktu praktek
i. Setelah selesai pekerjaan, kumpulkan dan bersihkan alat-alat.

Anda mungkin juga menyukai