Anda di halaman 1dari 86

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT


DIREKTORAT KESELAMATAN TRANSPORTASI DARAT

Bimbingan Teknis
Bidang Identifikasi Daerah Rawan Kecelakaan

DESAIN GEOMETRI JALAN

Prof. Dr. Ir. Budi Hartanto Susilo, M.Sc.

ELIZABETH HOTEL, AMBON


21 OKTOBER 2014
Pengertian

1. Desain Geometri adalah desain ukuran dan bentuk


jalan berdasarkan permukaan.
2. Berkeselamatan artinya jalan tersebut tidak
menyebabkan kecelakaan karena ukuran dan bentuk
desainnya sudah memenuhi tata cara yang berlaku dari
aspek teknik, lingkungan, dan sosial masyarakatnya.
3. Berkelanjutan artinya awet, tahan lama, dan tidak
mudah berubah.
4. Ramah lingkungan artinya desain geometri jalan itu
tidak merusak lingkungan alam dan tatanan kehidupan
masyarakat yang dilewatinya.
Strategi Peningkatan Keselamatan Jalan

Yes No
New Road
?

Yes No
Have acc.
data?
iRAP
BSM (Blackspot
RSA (Road Safety Management); RSI (Road Safety
Audit) NSM (Network Safety Inspection)
Management)

RSA Guidelines Road Safety Manuals RSI Guidelines


Jaminan Mutu Keselamatan Jalan
(Quality Assurance)

Blackspot
Road Safety Safety
Road Safety Road Inspections Managemnet
Impact Road Safety Assessment (RSI) (BSM) and
Assessment Audits (RSA) Program Road Network
(RIA) (iRAP) Safety
Management
(NSM)
PRO-
PRO-AKTIF (PENCEGAHAN) REAKTIF

DESAIN BARU JALAN EKSISTING


Lingkup Inspeksi Keselamatan Jalan

Inspeksi keselamatan jalan bertujuan untuk memeriksa


defisiensi dari :

1. Geometrik jalan; 6. Lansekap jalan;


2. Akses/persimpangan; 7. Marka jalan;
3. Kondisi fisik jalan; 8. Perambuan;
4. Bangunan pelengkap jalan; 9. Kondisi penerangan jalan;
5. Drainase jalan; 10. Pintu gerbang jalan tol.
Lingkup Pemeriksaan Geometrik

1. Konsistensi lebar jalan; 7. Jari-jari tikungan;


2. Lebar lajur jalan; 8. Elevasi pada tikungan;
3. Lebar median; 9. Kelandaian jalan;
4. Lebar bahu jalan; 10. Jarak pandang;
5. Lebar drainase Jalan; 11. Ruang bebas samping.
6. Lebar lajur tambahan
pada tikungan;
Prinsip Inspeksi Keselamatan Jalan

 Proaktif, mencegah potensi terjadinya kecelakaan;


 Tidak bergantung pada data kecelakaan lalu lintas;
 Dilakukan periodik dan dilaksanakan secara khusus
 Penanganan pencegahan lebih baik daripada
penanganan setelah kejadian baik dari segi efektifitas
maupun segi ekonomi.
Prinsip Dasar Desain Geometri Jalan

1. Memahami istilah teknik dan klasifikasi jalan.


2. Jarak pandang henti dan mendahului.
3. Penampang melintang jalan.
4. Alinemen Horizontal Vertikal dan kombinasinya.
Klasifikasi Jalan

KLASIFIKASI JALAN

Fungsi Kelas Medan Administrasi Konstruksi


Arteri Kelas I Datar Nasional Lentur
Kolektor Kelas II Bukit Provinsi Kaku
Lokal Kelas III Gunung Kota/Kabupaten
Desa
Khusus
Klasifikasi Jalan Menurut Fungsi Jalan
1. Jalan Arteri : Jalan yang melayani angkutan utama
dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-
rata tinggi & jumlah jalan masuk dibatasi secara
efisien.
2. Jalan Kolektor : Jalan yang melayani angkutan
pengumpul/pembagi dengan ciri-ciri perjalanan jarak
sedang, kecepatan rata-rata sedang & jumlah jalan
masuk dibatasi.
3. Jalan Lokal : Jalan yg melayani angkutan setempat
dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan
rata-rata rendah & jumlah jalan masuk tidak dibatasi
Klasifikasi Jalan Menurut Kelas Jalan

Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan


jalan untuk menerima beban lalulintas, dinyatakan dalam
muatan sumbu terberat (MST) dalam satuan ton.

Klasifikasi menurut kelas jalan & ketentuannya serta kaitannya


dengan klasifikasi menurut fungsi jalan :

Muatan Sumbu
Fungsi Kelas
Terberat, MST (ton)
I > 10
Arteri II A 10
II B 8
III A 8
Kolektor
III B <8
Klasifikasi Jalan Menurut Medan Jalan
 Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi
sebagian besar kemiringan medan yang diukur tegak
lurus garis kontur.
 Keseragaman kondisi medan yang diproyeksikan harus
mempertimbangkan keseragaman kondisi medan
menurut rencana trase jalan dengan mengabaikan
perubahan-perubahan pada bagian kecil dari segmen
rencana jalan tersebut.

No. Jenis Medan Notasi Kemiringan Medan (%)

1 Datar D 0–3
2 Bukit B 3 – 25
3 Gunung G > 25
Klasifikasi Jalan
Menurut Jenis Konstruksi Perkerasan

1. Perkerasan lentur (pengikat : aspal)


2. Perkerasan kaku (pengikat : Portland Cement)
Jarak Pandang

 Definisi : Suatu jarak yang diperlukan oleh seorang


pengemudi pada saat mengemudi sedemikian sehingga
jika pengemudi melihat sesuatu halangan yang
membahayakan, pengemudi dapat melakukan sesuatu
untuk menghindari bahaya tersebut dengan aman.
 Jarak pandang terdiri dari 2 macam, yaitu :
 Jarak Pandang Henti
 Jarak Pandang Mendahului
Jarak Pandang Henti

• Jarak Pandang Henti (Jh) adalah jarak minimum yang


diperlukan oleh setiap pengemudi untuk menghentikan
kendaraannya dengan aman begitu melihat adanya
halangan didepan. Setiap titik disepanjang jalan harus
memenuhi Jh
Jh = d1 + d2
• Jh diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata
pengemudi adalah 105 cm dan tinggi halangan 15 cm
diukur dari permukaan jalan.
Elemen Jh

Jh terdiri atas 2 elemen jarak, yaitu :


1. Jarak Tanggap (Jht) adalah jarak yang ditempuh oleh
kendaraan sejak pengemudi melihat suatu halangan
yang menyebebkan ia harus berhenti sampai saat
pengemudi menginjak rem  PIEV Time & Brake
Reaction Time
2. Jarak Pengereman (Jhr) adalah jarak yang dibutuhkan
untuk menghentikan kendaraan sejak pengemudi
menginjak rem sampai kendaraan berhenti.
PIEV Time & Brake Reaction Time

1. PIEV Time
 Perception : Pandangan terhadap rangsangan luar
melalui mata, telinga,badan.
 Intelection : proses pemikiran tehadap rangsangan
tersebut
 Emotion : Proses emosi terhadap rangsangan
tersebut.
 Volition : kemauan untuk mengambil tindakan sesuai
dengan pertimbangan yang diambil.
2. Brake reaction time : Waktu yang diperlukan untuk rem.
Formulasi
Piev Time & Brake Reaction Time

• Besarnya PIEV + Brake Reaction Time (d)= 0,5–4 detik,


untuk perencanaan diambil 2,5 detik.
• Faktor-faktor yang mempengaruhi jarak ini adalah :
cuaca, waktu, penerangan, kondisi badan, kondisi mental,
penyakit, dan kebiasaan
dimana :
d = 0,278 V.t d = jarak (m)
V = kecepatan (km/jam)
t = waktu (detik)
Jarak Pengereman (Jhr)

• Jarak Pengereman (Jhr) adalah jarak yang ditempuh


kendaraan dari menginjak rem smpai kendaraan
berhenti.
• Faktor-faktor yang mempengaruhi : ban dan sistem
pengereman
dimana :
dr = V2 / 254 fm dr = jarak pengereman (m)
V = kecepatan (km/jam)
fm = koefisien gesekan
Pengaruh Kelandaian Jalan & Pembagian
Jurusan Terhadap Jarak Pengereman

Kelandaian jalan (mendaki atau menurun) mempengaruhi


jarak pengereman sebagai berikut :

dr = V2 / 254( f ± L )
dimana :
L = besarnya landai jalan dalam desimal
(+) = pendakian
(-) = penurunan

Pembagian jurusan mempengaruhi jarak pengereman sebagai berikut :


• Untuk jalan 2 arah : jarak mengerem = jarak mengerem untuk jalan datar.
• Untuk jalan 1 arah : jarak mengerem = landai jalan yang ada.
Jarak Pandang Mendahului

1. Jarak Pandang Mendahului (Jd) adalah jarak yang


memungkinkan suatu kendaraan mendahului
kendaraan lain di depannya dengan aman sampai
kendaraan tersebut kembali kelajur semula.
Jd = d1 + d2 + d3 + d4
2. Jd diukur berdasarkan asumsi, tinggi mata pegemudi &
tinggi halangan = 105 cm.
3. Daerah mendahului harus disebar di sepanjang jalan
dengan jumlah panjang minimum 30% dari panjang
total ruas jalan tersebut.
Formulasi Jd
Jd, dalam satuan meter ditentukan sebagai berikut:
Jd = d1+d2+d3+d4
Dimana :
d1 = jarak yang ditempuh selama waktu tanggap (m),
d2 = jarak yang ditempuh selama mendahului sampai dengan kembali ke
lajur semula (m),
d3 = jarak antara kendaraan yang mendahului dengan kendaraan yang
datang dari arah berlawanan setelah proses mendahului selesai (m),
d4 = jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang datang dari arah
berlawanan, yang besarnya diambil sama dengan 213 d2 (m).
 Jd yang sesuai dengan VR ditetapkan dari tabel berikut :
Jarak Pandang Mendahului
Komponen jarak pandang menyiap :

- Jarak PIEV : d1 = 0,278 t1 (V – m + (a.t1 /2))


Dimana : ti = waktu PIEV (3,7 – 4,3 detik)

V = kecepatan rata-rata kendaraan yang menyiap (km/j)

m = beda kecepatan antar kendaraan menyiap dan


disiap (15km/jam)
a = percepatan rata-rata, km/jam/det (2,26 – 2,36)

- Jarak menyiap : d2 = 0,278 Vt2


Dimana : ti = waktu PIEV (3,7 – 4,3 detik)
V = kecepatan menyiap rata-rata (km/jam)
- Jarak bebas : d3 = 30 - 100 m Berdasarkan penelitian

- Jarak tempuh kendaraan berlawanan : d4 = 2/3 (d2)

Jd dalam satuan meter ditentukan sebagai berikut :

Jd = d1 + d2 + d3 + d4

Tabel Panjang Jarak Pandang Menyiap

VR (Km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20

Jd (m) 800 670 550 350 250 200 150 100


Penampang Melintang
Nama bagian dan fungsinya : Jalur lalulintas; Bahu jalan; Trotoar;
Selokan; Jalur hijau; Pagar batas.
Ruang kewenangan :
1. Ruang Manfaat Jalan (RUMAJA)
 Lebar antara batas ambang pengaman konstruksi jalan
dikedua sisi jalan,
 Tinggi 5 meter diatas permukaan perkerasan pada sumbu jalan
 Kedalaman ruang bebas 1,5 meter dibawah muka jalan
2. Ruang Milik Jalan (RUMIJA) : Dibatasi oleh lebar yang sama
dengan Rumaja ditambah ambang pengaman konstruksi jalan
dengan tinggi 5 meter dan kedalaman 1,5 meter.
3. Ruang Pengawasan Jalan (Ruwasja) : Ruang sepanjang jalan di
luar Rumaja yang dibatasi oleh tinggi & lebar tertentu, diukur dari
sumbu jalan : Jalan Arteri minimum 20 m; Jalan Kolektor minimum
15 meter; Jalan Lokal minimum 10 meter.
Penampang Melintang
Rumaja, Rumija, & Ruwasja
Ruang Bagian-bagian Jalan
Penampang Melintang Jalan Tipikal

Penampang Jalan Tipikal yang Dilengkapi Trotoar


Penampang Melintang Jalan Tipikal
yang Dilengkapi Median
Lebar Ideal dan Lebar Minimum Jalan
Berdasarkan VLHR dan Kelas Jalan

Arteri Kolektor Lokal


VLHR Lebar Lebar Lebar
Lebar Ideal Lebar Ideal Lebar Ideal
(smp/ Minimum Minimum Minimum
hari)
Jalur Bahu Jalur Bahu Jalur Bahu Jalur Bahu Jalur Bahu Jalur Bahu
(m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m)
<3.000 6,0 1,5 4,5 1,0 6,0 1,5 4,5 1,0 6,0 1,0 4,5 1,0
3000 –
7,0 2,0 6,0 1,5 7,0 1,5 6,0 1,5 7,0 1,5 6,0 1,0
10.000
10.0001–
7,0 2,0 7,0 2,0 7,0 2,0 **) **) - - - -
25.000
2nX3 2X7, 2nX3
> 25.000 2,5 2,0 2,0 **) **) - - - -
,5*) 0*) ,5*)

Keterangan :
**) = Mengacu pada persyaratan ideal
*) = 2 jalur terbagi, masing – masing n × 3, 5m, di mana n = Jumlah lajur per jalur
- = Tidak ditentukan
Jalur, Lajur, & Arah Lalulintas

Jalan 1 jalur – 2 lajur – 2 arah Jalan 1 jalur – 2 lajur – 1 arah Jalan 2 jalur – 4 lajur – 2 arah
(2/2 TB) (2/1 TB) (4/2 TB)
Lajur Lalulintas

 Definisi : Bagian jalur lalulintas yang memanjang, dibatasi oleh


marka lajur jalan, memiliki lebar yang cukup untuk dilewati suatu
kendaraan bermotor sesuai kendaraan rencana.
 Lebar jalur tergantung pada kecepatan dan kendaraan rencana,
yang dalam hal ini dinyatakan dengan fungsi dan kelas jalan
 Jumlah lajur ditetapkan dengan mengacu kepada MKJI
berdasarkan tingkat kinerja yang direncanakan, dimana untuk suatu
ruas jalan dinyatakan oleh nilai rasio antara volume terhadap
kapasitas yang nilainya tidak lebih dari 0,80
 Untuk kelancaran drainase permukaan, lajur lalulintas pada
alinyemen lurus memerlukan kemiringan melintang normal, yaitu:
a) 2 – 3 % untuk perkerasan aspal dan perkerasan beton
b) 4 – 5 % untuk perkerasan kerikil
Lebar Lajur Jalan Ideal
Lebar Lajur
Fungsi Kelas
Ideal (M)
I 3,75
Arteri
II, III A 3,50
Kolektor III A, III B 3,00
Lokal III c 3,00

Kemiringan Melintang Jalan Normal


Bahu Jalan

 Definisi : Bagian jalan yang terletak ditepi jalur lalulintas


dan harus diperkeras
 Fungsi :
– Lajur lalu lintas darurat, tempat berhenti sementara
dan atau tempat parkir darurat
– Ruang bebas samping bagi lalu lintas, dan
– Penyangga samping untuk kestabilan jalur lalu lintas
 Kemiringan bahu jalan normal antara 3 – 5 %.
 Lebar bahu jalan ditentukan berdasarkan VLHR dan kelas
jalan.
Penampang Melintang Bahu Jalan
Median (1)
 Definisi : Bagian bangunan jalan yang secara fisik
memisahkan dua jalur lalulintas yang berlawanan arah.
 Fungsi :
– Memisahkan dua aliran lalu lintas yang berlawanan arah
– Ruang lapak tungu penyeberang jalan
– Penempatan fasilitas jalan
– Tempat prasarana kerja sementara
– Penghijauan
– Tempat berhenti darurat (jika cukup luas)
– Cadangan lajur (jika cukup luas) dan
– Mengurangi silau dari sinar lampu kendaraan yang
berlawanan arah
Median (2)

 Jalan 2 arah dengan 4 lajur atau lebih perlu dilengkapi


dengan median.
 Median dapat dibedakan :
– Median direndahkan, terdiri dari jalur tepian dan bangunan
pemisah jalur yang direndahkan.
– Median ditinggikan, terdiri dari jalur tepian dan bangunan
pemisah jalur yang ditinggikan.
 Lebar minimum median terdiri dari jalur tepian 0,25 – 0,50
meter dan bangunan pemisah jalur.
 Perencanaan median yang lebih rinci mengacu pada standar
Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan, Direktorat
Jenderal Bina Marga, Maret 1992.
Lebar Minimum Median
Bentuk Median Lebar Minimum (m)
Median Ditinggikan 2,0
Median Direndahkan 7,0

Median Direndahkan dan Ditinggikan


A. MEDIAN DIRENDAHKAN
Jalur Lalu Lintas Jalur Lalu Lintas
6% 6%
6% - 15% 6% - 15%

Jalur Tepian Jalur Tepian


Median

B. MEDIAN DITINGGIKAN
Jalur Lalu Lintas Jalur Lalu Lintas
3% 3% 3%
Median
Jalur Tepian Jalur Tepian
Fasilitas Pejalan Kaki

 Berfungsi untuk memisahkan pejalan kaki dari jalur


lalulintas kendaraan guna menjamin keselamatan
pejalan kaki dan kelancaran lalulintas.

 Jika diperlukan maka perencanaannya mengacu kepada


standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan,
Direktorat Jenderal Bina Marga, Maret 1992.
Daerah Bebas Samping di Tikungan

 Daerah bebas samping di tikungan adalah ruang untuk


menjamin kebebasan pandang di tikungan sehingga Jh
dipenuhi.

 Daerah bebas samping dimaksudkan untuk memberikan


kemudahan pandangan di tikungan dengan
membebaskan objek-objek penghalang sejauh E (m),
diukur dari garis tengah lajur dalam sampai obyek
penghalang pandangan sehingga persyaratan Jh
dipenuhi.
Formulasi Daerah Bebas Samping di Tikungan

Daerah bebas samping di tikungan dihitung berdasarkan


rumus-rumus sebagai berikut:
(1) Jika Jh < Lt :

(2) Jika Jh > Lt :

di mana:
R = Jari jari tikungan (m)
Jh = Jarak pandang henti (m)
Lt = Panjang tikungan (m)
Jarak Pandang Henti: Kebebasan Samping
Tabel untuk menetapkan E,
untuk Jh < Lt, VR (km/jam) dan Jh (m)
Tabel untuk menetapkan E,
untuk Jh > Lt, VR (km/jam) dan Jh (m), di mana Jh – Lt = 25 m
Alinemen Horizontal

 Gaya sentrifugal : efek semu yang ditimbulkan ketika


sebuah benda melakukan gerak melingkar, sentrifugal
berarti menjauhi pusat putaran.
 Koefisien gesek kering (fm = 0,35); basah (fm = 0,15).
 Ban gundul, slip, aqua planning.
 Alinemen lurus perlu tikungan kejut (2,5 menit atau 2,5
km).
 Alinemen lengkung di tikungan (FC, SCS, SS).
 Superelevasi, pelebaran jalan di tikungan, kebebasan
samping di tikungan, stasioning dan kilometer.
Lengkung Lingkaran (Full Circle = FC)

Apa beda Circle dengan garis lurus ?


Rumus Full Circle

T = R x tg½ x ∆ ∆
Lc = 2πR
E = T x tg¼ x ∆ 360

Contoh : Lingkaran sederhana

V = 60 km/j; ∆ = 30°00’00”; R = 200 meter


Hitung T, E, L.
Jawab :
T = 200 x tg 15 = 115,47 meter
E = 115,47 x tg 7,5 = 15,20 meter
Lc = (30 / 360) x 2π x 200 = 104,72 meter
Stasioning FC

 Stasioning ialah pengukuran jarak alinyemen mulai dari


awal proyek sampai dengan akhir proyek.
 Diukur pada garis proyeksi dengan interval panjang yang
tetap misalnya 50 atau 100 meteran.
 Pada garis alinyemen tersebut dilengkapi dengan titik-
titik penting, seperti awal lengkung (TC), akhir lengkung
(CT) untuk lengkung FC.
 Titik penting lainnya adalah garis-garis potong alinyemen
yang disebut point of intersection (PI).
Metode Pencapaian Superelevasi pada
Tikungan FC
Tabel LS dan Superelevasi
Contoh Soal Diagram Superelevasi
Diketahui :
PI STA 0+600; ∆ = 30o; R = 350m; Vr = 70 km/jam; Lihat Tabel Ls dan E
Hitungan :
T = 93,78 m; E = 12,35 m; Lc = 183,26 m
Gambar diagram superelevasi!

TC = 0+506,22 CT = 0+609,48

STA = ? e=?

STA = ? e=?
e=?
STA = ?
STA = ?
e=?
Lengkung Spiral Circle Spiral (SCS)

Apa beda Spiral Rumus :


dengan Circle ?
Keterangan :
PI Titik perpotongan sumbu jalan
TSTitik tangen spiral
Sie Titik permulaan pencapaian
superelevasi
SC Titik peralihan spiral ke
lengkungan lingkaran
Ls Panjang Spiral, TS ke SC (m)
n Superelevasi manual (%)
e Superelevasi

Gambar
Metoda pencapaian superelevasi pada tikungan
tipe SCS
Metode Pencapaian Superelevasi Pada Tikungan SCS
Lengkung Spiral-Spiral (SS)

1. SC berimpit dengan CS
2. Lc = 0

3. θs =
2
Jadi urutan menghitung sbb:

πR
Ls = θs
900

P&K

T, E, L
 Pencapaian Superelevasi
– Superelevasi dicapai secara bertahap dari kemiringan
melintang normal pada bagian jalan yang lurus sampai
kekemiringan yang penuh (superelevasi) pada bagian
lengkung
– Pada tikungan SCS, Pencapaian superelevasi dilakukan
secara linier, diawali dari bentuk normal, sampai awal
lengkung peralihan (TS) pada bagian lurus jalan, lalu
dilanjutkan sampai superelevasi penuh pada akhir bagian
lengkung peralihan (SC)
– Pada tikungan FC, pencapaian superelevasi dilakukan
secara linier, diawali dari bagian lurus sepanjang 2/3 LS
sampai dengan bagian lingkaran penuh sepanjang 1/3
bagian panjang LS
– Pada tingkat S-S, pencapaian superelevasi seluruhnya
dilakukan pada bagian spiral
Tikungan Gabungan

 Ada 2 macam tikungan gabungan, yaitu :


– Tikungan gabungan searah, yaitu gabungan dua atau lebih
tikungan dengan arah putaran yang sama tetapi dengan jari-jari
yang berbeda.
– Tikungan gabungan balik arah, yaitu gabungan dua tikungan
dengan arah putaran yang berbeda.
 Penggunaan tikungan gabungan tergantung dari perbandingan R1 &
R2 :
– R1 / R2 > 2 / 3 , tikungan gabungan searah harus dihindarkan
– R1 / R2 < 2 / 3 , tikungan harus dilengkapi bagian lurus atau
clothoide
 Setiap tikungan gabungan balik arah harus dilengkapi dengan
bagian lurus diantara kedua tikungan tersebut sepanjang paling
tidak 30 m.
Tikungan Gabungan Searah
Tikungan Gabungan Searah Dengan Sisipan
Bagian Lurus Minimum Sepanjang 20 Meter
Tikungan Gabungan Balik
Tikungan Gabungan Balik Dengan Sisipan
Bagian Lurus Minimum Sepanjang 20 Meter
Desain Alinemen Vertikal

1. Aman dan Nyaman


- Menghindari broken back grade line
- Menghindari hidden dip
- Landai pendakian yang panjang dan tajam perlu
dilengkapi lajur pendakian.
2. Vrencana alinemen vertikal = Vrencana alinemen horisontal
3. Pentingnya pertimbangan topografi atas dasar biaya
dalam pekerjaan tanah dan pengembangan jalan.
4. Kebebasan vertikal jembatan terhadap muka air banjir
≥ 1 meter (standar bina marga)
Bentuk, Nama, dan Bagian-Bagian
Lengkung Parabola Sederhana untuk Alinemen Vertikal
PPV

Ev
y

PLV x PTV
L

g1 g2

PLV = Point lengkung vertikal (PVC)


PTV = Point tangent vertikal (PVT)
PPV = Point perpotongan vertikal (PVI)
Rumus Lengkung Parabola Sederhana
untuk Alinemen Vertikal

1 A  2 − Ax 2
y=−  x 
→ y =
2  100 L  200 L
2
1  A  L  AL2
Ev = −     → Ev = −
2  100 L  2  800

Dimana :
y = tinggi lengkung
x = panjang proyeksi lengkung dari tepi lengkung
L = panjang lengkung vertikal
Ev = tinggi ditengah lengkung
A = jumlah aljabar g1 – g2
Panjang Lengkung Vertikal Cembung & Cekung
Contoh Soal
Diketahui : g1 = +5%; g2 = -4%; Vr = 60 km/jam; PPV STA = 1+100 dengan elevasi
= +500 m dpl (diatas permukaan laut).
Hitung dan gambar desain alinemen vertikal tersebut.
Penyelesaian :
1. Lihat Grafik III : Vr = 60 km/jam; perbedaan aljabar kelandaian =
5 – (-4) = 9, A = 9  L = 120 m
2. AL2 0,09 ×120 2
Ev = − → Ev = = 1,62m(cembung)
800 800
3. Elevasi lengkung di STA 1+100 = +500 – 1,62 = +498,38 m
4. Elevasi di PLV STA 1+040 = +500 – ((120 / 2) x 0,05) = +497m
5. Elevasi di PTV STA 1+160 = +500 – ((120 / 2) x 0,04) = +497,6m
6. Elevasi di STA 1+050 = +500 – (50 x 0,05) = +497,5m – y = +497,54m
2
− Ax 2 − 5 + 4 × (1050 − 1040) − 900
y= 
→ y = = = −0,038m
200 L 200 × 120 24000
Kelandaian Maksimum

 Kelandaian maksimum dimaksudkan untuk


memungkinkan kendaraan bergerak terus tanpa
kehilangan kecepatan yang berarti.
 Kelandaian maksimum didasarkan pada kecepatan
truk yang bermuatan penuh yang mampu bergerak
dengan penurunan kecepatan tidak lebih dari separuh
kecepatan semula tanpa harus menggunakan gigi
rendah.

Kelandaian Maksimum yang Diizinkan


VR (km/jam) 120 110 100 80 60 50 40 < 40
Kelandaian
3 3 4 5 8 9 10 10
Maks (%)
Panjang Kritis

Panjang kritis yaitu panjang landai maksimum yang


harus disediakan agar kendaraan dapat
mempertahankan kecepatannya sedemikian sehingga
penurunan kecepatan tidak lebih dari separuh VR. Lama
perjalanan tersebut ditetapkan tidak lebih dari satu
menit.
Panjang Kritis
Kecepatan pada Kelandaian (%)
awal tanjakan
(km/jam) 4 5 6 7 8 9 10
80 630 460 360 270 230 230 200
60 320 210 160 120 110 90 80
Lengkung Vertikal

 Lengkung vertikal harus disediakan pada setiap lokasi yang


mengalami perubahan kelandaian dengan tujuan:
 mengurangi goncangan akibat perubahan kelandaian; dan
 menyediakan jarak pandang henti.
 Lengkung vertikal dalam tata cara ini ditetapkan berbentuk
parabola sederhana:
 jika jarak pandang henti lebih kecil dari panjang lengkung
vertikal cembung, panjangnya ditetapkan dengan rumus:
AS 2
L=
405
 jika jarak pandang henti lebih besar dari panjang lengkung
vertikal cekung, panjangnya ditetapkan dengan rumus:
405
L = 2S −
A
Panjang Minimum Lengkung Vertikal

Panjang minimum lengkung vertikal ditentukan dengan


rumus: 2
S
L = AY L=
405

di mana :
L = Panjang lengkung vertikal (m),
A = Perbedaan grade (m),
Jh = Jarak pandangan henti (m),
Y = Faktor penampilan kenyamanan, didasarkan pada
tinggi obyek 10 cm dan tinggi mata 120 cm.
Penentuan Faktor penampilan kenyamanan, Y
Kecepatan Rencana Faktor Penampilan
(km/Jam) Kenyamanan, Y
< 40 1,5
40 – 60 3
>60 8

Panjang Minimum Lengkung Vertikal


Kecepatan Perbedaan Kelandaian Panjang Lengkung
Rencana (km/Jam) Memanjang (%) (m)
< 40 1 20 – 30
40 – 60 0,6 40 – 80
>60 0,4 80 – 150
Lengkung Vertikal Cembung
Lengkung Vertikal Cekung
Lajur Pendakian (1)

 Lajur pendakian dimaksudkan untuk menampung


truk-truk yang bermuatan berat atau kend. lain yang
berjalan lebih lambat dari kend.-kend. lain pada
umumnya, agar kend. lain dapat mendahului kend.
lambat tersebut tanpa harus berpindah lajur atau
menggunakan lajur arah berlawanan.

 Lajur pendakian harus disediakan pada ruas jalan


yang memmpunyai kelandaian yang besar, menerus
dan volume lalu lintasnya relatif padat.
Lajur Pendakian (2)

 Penempatan lajur pendakian harus dilakukan dengan


ketentuan sebagai berikut :
− Disediakan pada jalan arteri atau kolektor
− Apabila panjang kritis terlampaui, jalan memilii VLHR >
15.000 SMP/ hari, dan persentase truk > 15%
– Lebar lajur pendakian sama dengan lebar lajur
rencana.
– Lajur pendakian dimulai 30 m dari awal perubahan
kelandaian dengan serongan sepanjang 45 m,
sesudah puncak kelandaian dengan serongan
sepanjang 45m
– Jarak minimum antara 2 lajur pendakian adalah
1,5 km
Lajur Pendakian Tipikal
Jarak Antara Dua Lajur Pendakian
Koordinasi Alinemen

 Alinemen Vertikal, Horizontal dan potongan melintang


jalan adalah elemen-elemen jalan sebagai keluaran
perencanaan harus dikoordinasikan sedemikian
sehingga menghasilkan suatu bentuk jalan yang baik
dalam arti memudahkan pengemudi mengemudikan
kendaraanya dengan aman dan nyaman.
 Bentuk kesatuan ketiga elemen jalan tersebut
diharapkan dapat memberikan kesan atau petunjuk
kepada pengemudi akan bentuk jalan yang akan dilalui
didepannya sehingga pengemudi dapat melakukan
antisipasi lebih awal.
Ketentuan Koordinasi Alinemen
Koordinasi alinemen vertikal dan alinemen horizontal harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a.Alinemen horizontal sebaiknya berimpit dengan alinemen
vertikal, dan secara ideal alinemen horizontal lebih panjang
sedikit melingkupi alinemen vertikal
b.Tikungan yang tajam pada bagian bawah lengkung vertikal
cekung atau pada bagian atas lengkung vertikal cembung harus
dihindarkan
c.Lengkung vertikal cekung pada kelandaian jalan lurus dan
panjang harus dihindarkan
d.Dua atau lebih lengkung vertikal dalam satu lengkung
horizontal harus dihindarkan dan
e.Tikungan yang tajam diantara 2 bagian jalan yang lurus dan
panjang harus dihindarkan
Koordinasi yang ideal antara alinyemen horizontal dan
alinyemen vertikal yang berimpit
Koordinasi yang harus dihindarkan, dimana alinyemen
vertikal menghalangi pandangan pengemudi pada saat
mulai memasuki tikungan pertama

Hindarilah Jalan “Ciluk ba”


Koordinasi yang harus dihindarkan, dimana pada
bagian yang lurus pandangan pengemudi terhalang
oleh puncak alinyemen vertikal sehingga pengemudi
sulit memperkirakan arah alinyemen dibalik puncak
tersebut
Survei, Latihan, dan Desain
1. Mengukur lebar jalan dan menggambar penampang
melintang jalan tertentu dan menyebutkan fungsi bagian-
bagiannya.
2. Mengukur superelevasi di tikungan.
3. Mengukur dan menghitung jarak pandang henti.
4. Mengukur dan menghitung jarak pandang mendahului.
5. Mengukur tanjakan dan turunan.
6. Menghitung alinemen horizontal dengan rumus-rumus.
7. Menghitung alinemen vertikal dengan rumus-rumus.
8. Memasang perlengkapan jalan seperti guard rail, rambu,
marka.
9. Menentukan kecepatan rencana.
10. Menghitung perkiraan volume lalulintas di masa mendatang.

Anda mungkin juga menyukai