Anda di halaman 1dari 19

1.

    Contoh Kebijakan Publik


Kemacetan di ibukota DKI Jakarta tidak dapat dihindari, terutama pada titik-titik
persimpangan baik di jalan-jalan protokol hingga di jalan lingkungan. Semakin hari,
kemacetan di Jakarta semakin parah. Menurut sebuah penelitian, kemacetan tersebut
membuat masyarakat Jakarta mengalami kerugian hingga Rp 48 triliun per tahun (Detik
News, 26 Nop 2008). Puncak kemacetan diperkirakan terjadi pada jam sibuk di pagi
hari (sekitar pukul 6.30-9.00 WIB) dan sore hari (sekitar pukul 16.30-19.30 WIB).
Kemacetan ini mengakibatkan stres yang tinggi pada pengguna jalan, meningkatnya
polusi udara kota, hingga terganggunya kegiatan bisnis.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta
untuk mengatasi masalah ini. Mulai dari diberlakukannya program three in one,
pembangunan jalan layang. namun, hasil yang diharapkan tidak dapat terlaksana.
Faktanya, Jakarta tetap menjadi kota dengan transportasi yang buruk. Sampai pada
tingkat dunia, Jakarta menjadi kota paling padat dan macet, setara dengan kepadatan
Kota Tokyo dan Bangkok. Hanya bedanya Kota Tokyo dan Bangkok mempunyai sistem
transportasi yang baik sehingga padatnya kendaraan tidak menjadikan masalah
kemacetan.
Masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Jakarta memang tidak terbiasa
menggunakan angkutan umum yang tersedia. Mereka lebih senang menggunakan
kendaraan pribadi dengan alasan lebih nyaman, aman dan cepat daripada angkutan
umum. Pemerintah memang yang bertanggung jawab atas kondisi yang rumit seperti
ini. Untuk itu, sebagai solusi dari masalah kemacetan yang semakin menjadi tersebut,
maka Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan salah satu solusi yaitu dengan
menyediakan sarana transportasi umum yang lebih efisien baik secara waktu maupun
biaya.
Sarana transportasi umum yang dibuat oleh pemerintah adalah penyediaan Bus
Trans Jakarta atau biasa disebut dengan Busway. Bus ini secara funsinya sama
dengan angkutan umum lainnya. Hanya saja, dengan kebijakan pemerintah Busway ini
mendapatkan ‘perlakuan’ khusus yaitu berupa jalur khusus yang tidak boleh dilewati
oleh kendaraan lain. Tujuannya adalah untuk mempersingkat waktu tempuh karena
kemacetan yang setiap waktu melanda Jakarta.
1.    Analisis Formulasi Kebijakan transportasi dijakarta
a.    Aktor-aktor Kebijakan
Aktor-aktor yang terlibat dalam sebuah kebijakan sangatlah berpengaruh dalam
proses perumusan kebijakan publik. Aktor-aktor disini tidak hanya sebagai pembuat
kebijakan agar dapat disahkan secara legal saja, namun juga pihak-pihak yang
berpengaruh ketika perencanaannya.
              I.        Inisiator kebijakan : Gubernur DKI Jakarta yaitu Fauzi Bowo.

            II.        Pembuat kebijakan dan legislator : DPRD  dan Gubernur DKI Jakarta

           III.        Pelaksana Kebijakan: Dalam pelaksanaannya, kebijakan ini bekerjasama dengan pihak

swasta yaitu perusahaan-perusahaan jasa yang mengelola transportasi busway ini


sehingga dapat beroperasi setiap hari.
          IV.        Kelompok sasaran adalah masyarakat karena kebijakan ini dibuat untuk mengatasi
kemacetan yang terjadi di Jakarta
           V.        Kelompok yang diuntungkan (Beneficiaries Group) Adapun pihak yang diuntungkan

adalah masyarakat sebagai sasaran utama dari kebijakan ini. Selain itu, ada pihak yang
juga diuntungkan yaitu perusahaan yang bekerjasama dengan Pemprov Jakarta dalam
pengoperasian busway ini.
          VI.        Kelompok Kepentingan: Masyarakat, Karen masyarkat yang mengalami dmapak

kemacetan ini Sehingga kebijakan ini dibuat dengan sasaran untuk mengurangi
kemacetan demi kepentingan masyarakat.
         VII.        Kelompok Penekan: Media massa, karena dengan pemberitaan dari media massa di

publik, maka pemerintah akan mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di dalam
masyarakat saat in
b.    Proses perumusan
ada empat tahap dalam perumusan kebijakan publik yaitu: perumusan masalah,
agenda kebijakan, pemilihan alternatif kebijakan untuk memcahkan masalah, dan tahap
penetapan kebijakan. Kebijakan ERP ini merupakan salah satu kebijakan publik yang
juga mengalami empat tahap tersebut. Agar lebih jelas, maka berikut akan dijelaskan
mengenai empat tahap tersebut dalam Kebijakan
i.      Tahap pertama: tahap perumusan masalah
Berawal dari masalah publik yang terjadi di Jakarta, yaitu kemacetan. Hampir
setiap hari ibukota Indonesia ini mengalami kemacetan yang parah. Masalah seperti
kemacetan ini merupakan masalah publik karena mengakibatkan kerugian bagi orang
banyak dan harus segera diselesaikan. Kemacetan di Jakarta diakibatkan oleh
padatnya jumlah kendaraan yang melintas tanpa diimbangi ruas jalan yang cukup,
sehingga laju kendaraan akan menjadi lambat. Lambatnya laju kendaraan inilah yang
menyebabkan kemacetan. Jadi ketika keadaan seperti ini masyarakat membutuhkan
sistem transportasi yang baik di Jakarta. Jika pemerintah ingin menambah panjang
jalan untuk menampung jumlah kendaraan. Sehingga dalam perumusan masalahnya
pemerintah ingin membuat suatu cara agar kemacetan di Jakarta dapat dikurangi
secara signifikan. Cara ini merupakan suatu hal yang belum pernah diterapkan
sebelumnya dan juga harus bisa mengakomodir kebutuhan masyarakat akan
kenyamanan dan keamanan saat bepergian
ii.    Tahap kedua: agenda kebijakan
Agenda kebijakan didefinisikan sebagai tuntutan-tuntutan agar para pembuat
kebijakan memilih atau merasa terdorong untuk melakukan tindakan tertentu (Budi
Winarno, 2008:80). Masalah publik masyarakat Jakarta mengenai kemacetan
merupakan masalah publik yang sudah pasti masuk ke dalam agenda kebijakan karena
tingkat ‘penting’nya masalah ini tergolong tinggi. Kemacetan di Jakarta telah dirasakan
warganya sudah lama dan menyebabkan kerugian bagi masyarakatnya, sehingga perlu
adanya penanganan yang serius dari pemerintah DKI Jakarta
iii.   Tahap ketiga: pemilihan alternatif kebijakan untuk memecahkan masalah
Adapun alternatif yang muncul dalam masalah ini adalah Pembangunan sistem
angkutan monorel, transportyasi busway, setelah melalui penilitian maka dipilih
transportyasi busway yang tidak mengeluarkan biaya yang terlalu besar.
iv.    Tahap keempat: tahap penetapan kebijakan
disetujui oleh Gubernur DKI Jakarta untuk dilegalkan sebagai kebijakan melalui
Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusu Ibukota Jakarta Nomor 110 tahun 2003
tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelola Trans Jakarta-
Busway Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
c.    Model Perumusan Kebijakan
Dari beberapa model perumusan kebijakan menurut para ahli, kebijakan
mengenai Busway termasuk dalam model rasional komprehensif. Berikut beberapa
alasannya:
                      I.        Kemacetan merupakan suatu masalah yang dianggap penting dan bermakna
dibandingkan dengan masalah lainnya.
                    II.        Berbagai alternatif untuk mengatasi masalah perlu diselidiki. Para pembuat kebijakan

Busway telah menyelidiki berbagai alternatif yang akan dikemukakan dalam


pembahasan. Pembuat keputusan memiliki alternatif beserta konsekuensinya yang
memaksimalkan pencapaian tujuan, nilai atau sasaran-sasaran yang hendak dicapai
(Budi Winarno 2008:100-101).
d.    Nilai-nilai yang Berpengaruh dalam Pembuatan Keputusan
ada lima nilai yang dapat membantu dalam mengarahkan perilaku para pembuat
keputusan, yaitu:
              i.        Nilai politik : Dalam sebuah proses pembuatan kebijakan tentu terdapat maksud-maksud

politis yang akan memberikan keuntungan bagi para pembuatnya yaitu pemerintah
Jakarta sendiri
            ii.        Nilai-nilai organisasi : Kebijakan Busway dikeluarkan dengan pertimbangan bisa

memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat.


           iii.        Nilai-nilai pribadi : Kebijakan Busway ini dilaksanakan dengan kerjasama antara

pemerintah dan pihak swasta sebagai penyedia layanan dan pengelolanya


           iv.        Nilai-nilai kebijakan : Kebijakan Busway ini juga dipengaruhi dengan pertimbangan moral

bahwa dengan adanya kebijakan ini akan bisa mengakomodir kepentingan masyarakat
akan sistem transportasi yang baik
Nilai-nilai ideology : Dalam kebijakan ini tidak begitu muncul nilai-nilai ideologi yang
keluar. Kemacetan di Jakarta merupakan masalah yang perlu penanganan yang
bersifat teknis.
HUKUM TATA PEMERINTAHAN
Banyak pelanggaran kasus terkait Hukum Tata Pemerintahan di Indonesia. Berikut ini saya paparkan
beberapa kasus HTP yang saya fahami dan teliti serta saya analisis dan saya komentari berdasarkan teori
yang saya ketahui.

Kebetulan banget dulu saya dapat tugas ini tuh matkul HUKUM TATA PEMERINTAHAN dan di doseni
oleh dosen pak Suhermanudin 

Mantapzzzz 😪

PERTI VERALITA 
IP/A-1
UNIVERSITAS LANGLANGBUANA 

SEMOGA BERMANFAAT GUYS 😊


Diposting oleh PERTI VERALITA di 23.25 Tidak ada komentar: 
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

CONTOH KASUS PELANGGARAN HUKUM TATA PEMERINTAHAN


PERTI VERALITA
IP/A-1

UNIVERSITAS LANGLANGBUANA

Tanah Masjid Agung KBB Ternyata Tanah Sengketa


Sumber : http://www.tribunnews.com/regional/2014/02/03

TRIBUNNEWS.COM, NGAMPRAH - Masalah terus saja bermunculan seputar pembangunan Masjid


Agung Kabupaten Bandung Barat (KBB). Kali ini bukan soal dugaan penyalahgunaan dana, tapi soal
lahan.
Anggota Komisi A DPRD KBB, Muhamad Dartiwa, mengatakan status lahan yang digunakan untuk
pembangunan Masjid Agung KBB masih dalam sengketa. Menurutnya, ahli waris pemilik lahan mengaku
masih sebagai pemilik sah lahan seluas 3.600 meter tersebut. Pihak ahli waris, ujarnya, kini
menggugatnya.

"Pihak ahli waris menggugat karena mereka merasa belum menerima pembayaran sepeser pun dari
Pemkab," kata Dartiwa saat ditemui wartawan di Ngamprah, Minggu (2/2/2014).
Informasi itu, ujarnya, ia dapatkan dari kuasa hukum ahli waris, Syaban Robiansyah. Beberapa waktu
lalu, kata Dartiwa,  Syaban mendatanginya untuk berkonsultasi soal ini. Menurut Dartiwa, sengketa lahan
bermula dari kesalahan penerbitan warkah tanah.
Lahan itu sebenarnya milik Wartadinata dengan istrinya yang ketiga yakni Ruyat. Namun pihak pemkab
justru melakukan pembayaran sebesar Rp 900 juta kepada ahli waris Ma Iking, istri pertama Wartadinata.

"Akibatnya, kelima anak Ruyat pun menempuh jalur hukum. Proses gugatannya sudah berjalan sejak
2012. Mereka (ahli waris) merasa, merekalah yang berhak menerima pembayaran," kata pria yang akrab
disapa Iwok ini.
Dartiwa mengaku memiliki berkas gugatan hukum yang dilayangkan kelima ahli waris pemilik lahan
tersebut. Namun, ia tidak berkenan memperlihatkan berkas gugatan itu dengan alasan belum mendapat
izin dari kuasa hukum ahli waris. "Nanti saya sampaikan dulu ke kuasa hukumnya," ujarnya.

Dengan adanya gugatan hukum serta belum jelasnya status lahan yang digunakan untuk Masjid Agung
KBB, ia meminta agar Pemkab Bandung Barat maupun panitia pembangunan tidak dulu melanjutkan
proyek pembangunan masjid hingga ada kejelasan mengenai status hukum lahan yang diatasnya akan
dibangun masjid.

Menurut dia, temuan mengenai sengketa lahan ini dapat menjadi bahan kajian Komisi A dan DPRD KBB
meskipun ahli waris pemilik lahan belum melaporkan hal tersebut ke DPRD. Sebab, kata dia, persoalan
pembangunan Masjid Agung KBB tengah disorot oleh berbagai pihak karena pembangunan dan
penggunaan dananya yang diduga bermasalah.

"Temuan ini bisa jadi bahan dewan untuk meminta panitia menghentikan dulu proses pembangunan," ujar
Dartiwa.
Sejauh ini, belum ada komentar resmi dari Pemkab Bandung Barat terkait gugatan soal lahan yang
digunakan untuk Masjid Agung KBB ini. Kepala Bagian (Kabag) Umum Setda Pemkab Bandung Barat,
Erlan Darmawan, hingga kemarin sore tidak dapat dihubungi. Walaupun ponselnya aktif, telepon dari
Tribun tidak diangkat. Pesan singkat yang dikirim Tribun pun, tidak mendapat balasan.

Namun dalam sebuah kesempatan, belum lama ini, Erlan sempat mengaku tidak tahu menahu soal proses
pembebasan lahan untuk kompleks Pemkab Bandung Barat di Desa Mekarsari, Kecamatan Ngamprah
tersebut. Pasalnya, urusan pembebasan lahan menjadi tanggung jawab pejabat Kabag Umum sebelumnya.

"Saya baru pindah setelah Kantor Pemkab selesai dibangun. Jadi (pembebasan lahan) enggak tahu," kata
Erlan saat itu.
Mantan Kabag Umum Setda Pemkab Bandung Barat, yang bertanggung jawab melakukan pembebasan
lahan Endang Rahmat, kini menjabat sebagai Camat Ngamprah. Namun, kemarin, ia juga tidak dapat
dihubungi karena ponselnya tidak aktif. Pesan singkat yang dikirim Tribun pun tak dibalas. (zam)

Analisis : Dalam kasus ini adalah masalah penggugatan lahan tanah seluas 3.600 meter yang dipakai oleh
sebuah Mesjid Agung tepatnya beralamatkan di Desa Mekarsari Kecamatan Ngamprah Kabupaten
Bandung Barat. Penggugat adalah  ahli waris atau anak dari Wartadinata (pemilik lahan tanah) yang
mempermasalahkan lahan tanah pembangunan mesjid Agung, mereka beranggapan belum menerima
pembayaran sepeser pun dari Pemerintah KBB. Namun ternyata pembayaran sudah  pernah dilakukan
kepada Ma Iking istri pertama dari Wartadinata ( pemilik lahan tanah tersebut) sebesar Rp.900.000.000 .
Tergugat mantan Kabag Umum Endang Rahmat  dia merupakan pihak yang  membebaskan lahan untuk
pembangunan Mesjid Agung tersebut. Namun sampai saat beliau masih belum bisa dihubungi dan
masalah sengketa lahan tanah tersebut masih di kaji oleh DPRD Komisi A  Kabupaten Bandung Barat.

Teori :  Hukum ahli waris menurut  Pasal 832 KUHPerdata prinsip dari pewarisan adalah :
Adanya hubungan darah antara pewaris dan ahli waris kecuali untuk suami isteri si pewaris.Dengan
ketentuan mereka masih terikat perkawinan ketika pewaris meningal dunia.
Artinya jika mereka sudah bercerai pada saat pewaris meninggal dunia maka suami/isteri tersebut bukan
merupakan ahli waris / pewaris.
Berdasarkan prinsip tersbut, maka yang berhak mewarisi hanyalah orang – orang yang mempunyai
hubungan darah dengan pewaris.Baik itu berupa keturunan langsung , maupun saudara, orang tua,
kakek/nenek,atau keturunan nya dari saudara – saudaranya.

Komentar : Seharusnya para ahli waris berlapang dada dan ikhlas karena lahan tersebut dipakai untuk
sebuah Mesjid Agung dan hal tersebut bisa menjadi sebuah lahan amal yang tidak akan ada putus – putus
nya. Dan apabila pembebasan lahan tersebut telah di bayarkan pada Ma iking seharusnya ditanyakan
terlebih dahulu dan di musyawarahkan sehingga bisa selesai dengan cara kekeluargaan.Karena
berdasarkan Undang Undang pun Ma Iking berhak atas uang tersebut dengan catatan  apabila Ma Iking
benar pada saat Wartadinata (suaminya) meninggal belum bercerai.

Jaga Iklim Investasi, Pemerintah Perlu Perbaiki Aturan Tambang

Sumber : http://www.liputan6.com/me/septian.deny
               Septian Deny 21 Mei 2017, 09:12 WIB

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah diminta untuk memperbaiki kualitas peraturan perundang-undangan


sektor pertambangan. Hal ini diperlukan untuk menjaga iklim investasi sektor tersebut.

Ahli Hukum Universitas Indonesia Fitriani Sjarief mengatakan, karakter khas sektor pertambangan yang
memiliki proses bisnis panjang dan manajemen resiko yang besar membutuhkan kepastian hukum. Ini
bisa terjadi bila ada perbaikan pada kualitas peraturan perundang-undangan di Indonesia.

"Pemerintah perlu memperbaiki konsistensi aturan soal perpajakan sektor pertambangan. Kualitas sistem
hukum dan lembaga peradilan pajak yang kurang baik akan membingungkan dan merugikan investor,"
ujar dia di Jakarta, Minggu (21/5/2017).
Selain itu, Fitriani menilai masih perlu dilakukan penataan aturan perundangan yang dijalankan di
perpajakan sektor tambang. Sebagai contol soal penerapan Surat Edaran (SE) Menteri Keuangan dalam
mengatur soal pengenaan PPh bagi wajib pajak badan yang memiliki Kontrak Karya (KK) dan Perjanjian
Karya Perusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B).

Sementara itu, Pengamat Perpajakan David Hamzah menyatakan, jumlah sengketa pajak yang besar dan
terus meningkat di Pengadilan Pajak mengindikasikan perlu adanya upaya pemerintah memperbaiki
kualitas peraturan, khususnya di sektor pertambangan.

"Lebih dari dua belas ribu kasus sengketa pajak dalam fase gugatan dan banding diterima di Pengadilan
pada 2015. Naik 15 persen dibanding tahun sebelumnya. Sedangkan putusan pengadilan di tahun sama
hanya mampu mencapai  sembilan ribu kasus, atau cuma naik sekitar dua persen," ungkap dia.

David menggarisbawahi hubungan kausalitas antara kualitas kepastian pajak dengan penerimaan negara.
Sebagai contoh, banyaknya sengketa soal pencatatan pajak sebagai prepaid oleh pengusaha tambang emas
sehingga dapat mengakui restitusi pajak. Namun kenyataannya, pengadilan mengatakan sebaliknya
sehingga restitusi tidak dapat dilaksanakan.

"Kepastian hukum pajak pertambangan akan meningkatkan penerimaan negara karena asumsi-asumsi
usaha yang dijalankan pelaku pasar menjadi tepat dan terlaksana. Akhirnya ketepatan tersebut menbuat
penerimaan negara dalam bentuk pajak akan lebih mudah dicapai," tandas David

Analisis : Pemerintah diminta untuk memberi kepastian hukum pajak pertambangan yang akan
meningkatkan penerimaan negara . Konsistensi aturan soal perpajakan sektor pertambangan dianggap
masih terlalu labil.Akibat kelabilan tersbut  lebih dari dua belas ribu kasus sengketa pajak dalam fase
gugatan dan banding diterima di Pengadilan pada 2015. Naik 15 persen dibanding tahun sebelumnya.
Sedangkan putusan pengadilan di tahun sama hanya mampu mencapai  sembilan ribu kasus, atau cuma
naik sekitar dua persen.

Teori : Penerapan SE 44P/PJ/2014 tentang  penegasan tarif pajak PPh Badan sektor pertambangan
tidaklah tepat. Bentuk SE seharusnya menjadi norma bagi aturan internal bukan untuk publik luas.
Kualitas sistem hukum dan lembaga peradilan pajak yang kurang baik akan membingungkan dan
merugikan investor. Akhirnya ketepatan tersebut membuat penerimaan negara dalam bentuk pajak akan
sulit dicapai

Komentar : Bagi pemerintah seharusnya lebih tegas dan jelas menganai kepastian hukum pajak
pertambangan yang akan meningkatkan penerimaan pajak negara. Karena pajk merupakan sumber dana
untuk membangun negri dan negara Indonesia tercinta ini.

Beri Izin Pembangunan Kandang Unggas, Wali Kota Bekasi Dituntut

Sumber : http://www.kompas.com

BEKASI, KOMPAS.com - Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi dituntut warga Rawalumbu, Bekasi, ke
Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Bandung. Warga menuntut karena Rahmat Effendi mengeluarkan
Izin Mendirikan Bangunan (IMB) untuk kandang unggas yang meresahkan warga.

"Kami mengajukan gugatan karena merasa dirugikan oleh adanya surat keputusan tersebut tentang IMB
Kandang Unggas tersebut," ujar Polaningsih, warga Rawalumbu yang mengajukan laporan, kepada
Kompas.com, Senin (12/05/2014).

Menurut Polaningsih, permasalahan kandang unggas tersebut sudah ada sejak Februari 2011. Warga
sering melihat adanya hewan-hewan langka yang dilindungi Undang-Undang di sana. Letak kandang itu
tidak jauh, hanya 3 meter dari rumah warga dan tempat ibadah.

Melihat hal tersebut, sejumlah warga sempat mengadu kepada pengurus RW setempat. Warga pun juga
mengadu ke Lurah Bojong Rawalumbu soal kandang unggas tersebut. Pertemuan dengan Lurah Bojong
Rawalumbu pun sempat terjadi.

Hasilnya, pemilik kandang unggas pun bersedia untuk menutup kandang unggas tersebut sesuai
permintaan warga. Selain itu, berdasarkan hasil rapat juga ditemukan bahwa penggunaan lahan kandang
unggas tersebut menyalahi aturan.

"Pelanggaran Pasal 2 ayat (2) dan Pasal 24 Undang-undang RI No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya, selain itu juga melanggar Maklumat Wali kota Bekasi nomor
524.31/2014-prakop/x/2008, kandang itu tidak ada izin berdinya bangunan kandang dari dinas tata kota,"
ujarnya.

Saat ini dirinya sudah mengajukan gugatan terhadap Wali Kota Bekasi pada 6 Mei lalu. Gugatan tersebut
berisi meminta Wali Kota Bekasi untuk membatalkan Keputusan Wali Kota Bekasi No 503/0242/I-
B/BPPT.I/2013 tentang Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Kandang Unggas pada 6 Desember 2013.

Analisis : Penggugatan untuk membatalkan keputusan Wali Kota Bekasi No 503/0242/I-B/BPPT.I/2013


tentang Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Kandang Unggas yang dilakukan oleh warga Rawa Lumbu ,
Bekasi ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Bandung dan tergugat adalah walikota Bekasi Rahmad
Effendi yang mengeluarkan Izin Mendirikan bangunan untuk kandang unggas. Warga melaporkan hal
tersebut karena warga sering melihat adanya hewan-hewan langka yang dilindungi Undang-Undang di
sana serta letak kandang itu tidak jauh, hanya 3 meter dari rumah warga dan tempat ibadah

Teori :   Hal tersebut dinilai telah melanggar Pasal 2 ayat (2) dan Pasal 24 Undang-undang RI No 5 Tahun
1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya, selain itu juga melanggar Maklumat
Wali kota Bekasi nomor 524.31/2014-prakop/x/2008, kandang itu tidak ada izin berdinya bangunan
kandang dari dinas tata kota.

Komentar : Seharusnya Wali Kota  lebih bijak dan berhati hati dalam memberikan keputusan apalagi
menyangkut lingkungan dan  orang banyak yang akan  merugikan warga baik secara moril maupun
materil. Butuh kajian yang matang dan sungguh-sungguh agar tidak menyalahi aturan yang berlaku
sehingga tidak salah dalam mengambil keputusan.
Untuk warga Rawa Lumbu – Bekasi patut diapresiapsi karena keterlibatan warga dalam melaporkan Wali
Kota tersebut menjadi salah satu bukti bentuk partisipasi warga dalam mengawal pemerintahan dan
menjaga lingkungan sekitar agar selalu aman dan  tidak menyalahi aturan yang berlaku sehingga
lingkungan tetap terjaga dan kehidupan warga pun sejahtera.

Kasasi Warga Kampung Pulo Ditolak, Ini Respons Djarot

Sumber : http://www.liputan6.com/me/ika.defianti
       Ika Defianti 09 Mar 2017, 08:50 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Gubernur nonaktif DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat puas terhadap
putusan Mahkamah Agung (MA) menolak kasasi warga Kampung Pulo, Jakarta Timur. Hal ini
dikarenakan sebagian dari mereka merupakan warga pendatang.
"Silakan saudara-saudara duduki bantaran sungai itu, biarkan kekumuhan terjadi. Sebagai pemimpin tidak
boleh seperti itu," kata Djarot di Jakarta Timur, Rabu 8 Maret 2017.
Selain itu, mantan Wali Kota Blitar ini menegaskan, tidak ingin permasalahan relokasi warga bantaran
kali menjadi bahan pilkada.
"Permasalahan di MA ini sudah lama banget dari tahun 2015. Jadi saya enggak mau untuk menarik suara
saat ini memperbolehkan mereka untuk melanggar aturan tetap tinggal di bantaran sungai," papar dia.
Mahkamah Agung (MA) telah mengeluarkan putusan gugatan kasasi yang diajukan warga Kampung Pulo
terkait relokasi permukiman oleh Pemprov DKI pada Agustus 2015. Dalam putusannya, MA menolak
permohonan kasasi warga Kampung Pulo.
Majelis menilai alasan-alasan kasasi dari para pemohon kasasi tersebut tidak dapat dibenarkan. Sebab,
putusan Judex Facti PTUN Jakarta yang menguatkan putusan PTUN dipandang sudah benar dan tidak
terdapat kesalahan dalam menerapkan hukum.
Dalam pertimbangannya, pengujian terhadap objek sengketa tidak lagi relevan karena pembongkaran
telah dilaksanakan. Selain itu, penerbitan objek sengketa sudah sesuai peraturan perundang-undangan dan
asas-asas umum pemerintahan yang baik.
Warga Kampung Pulo sebelumnya menolak putusan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) dan
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PT TUN). Putusan tersebut menyebut surat peringatan (SP) tahap
dua, tentang pengosongan rumah warga yang dikirim Satpol PP Jakarta Timur tidak menyalahi aturan.

Analisis : Kepuasan Wakil Gubernur nonaktif DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat terhadap putusan
Mahkamah Agung (MA) yang atas menolak kasasi yang diajukan warga Kampung Pulo, Jakarta Timur.
Dalam putusannya, MA menolak permohonan kasasi warga Kampung Pulo. Dengan alasan kasasi dari
para pemohon tersebut tidak dapat dibenarkan. Sebab, putusan Judex Facti PTUN Jakarta yang
menguatkan putusan PTUN dipandang sudah benar dan tidak terdapat kesalahan dalam menerapkan
hukum.
Teori :  Dalam kasus ini  terkait pada Undang Undang Nomor 26 Tahun 2017 Penataan Ruang Pasal 10  :
(1) Wewenang Pemerintah daerah Provinsi dalam penyelenggaraan penataan ruang meliputi :
a.Pengaturan,pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang wilayah provinsi, dan
kabupaten/kota ,serta terhadap pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis provinsi, kabupaten/kota.
Maka jelas berdasarkan Undang – Undang tersebut pemerintah berhak untuk mengatur, membina,
terhadap wilayah provinsi,dan kabupaten / kota.
Komentar : Seharusnya warga yang menempati sekitaran bantaran Kampung Pulo lebih mawas diri akan
keputusan penggusuran yang dilakukan oleh Pemprov DKI dan keputusan penolakan kasasi yang
dikeluarkan oleh MA karena warga jelas melanggar peraturan yang berlaku dan merupakan hal wajar
pemerintah untuk menertibkan warga yang sudah melanggar. Karena pemerintah melakukan hal tersebut
semata mata untuk kenyamaan bersama dan membangun kota yang lebih baik lagi.

Keluarkan Izin Hotel 14 Lantai, Walikota Bogor Digugat Warga

Sumber : http://www.detik.com/news
Tya Eka Yulianti - detikNews
Selasa, 30/04/2013 15:38 WIB

Jakarta – Walikota Bogor Diani Budiarto digugat ke Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung oleh
gabungan ormas, organisasi budayawan, dan organisasi mahasiswa yang tergabung dalam Koalisi
Masyarakat Peduli Tugu Kudjang.

Gugatan class action tersebut dilaporkan terkait dengan penerbitan izin pembangunan Hotel Amaroossa di
Bogor. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang terbit pada 3 Januari 2012 tersebut dinilai telah melanggar
sejumlah aturan. Gugatan yang diwakili oleh kuasa hukum Direktur Eksekutif LBH Keadilan Bogor Raya
Sugeng T Santoso itu tercatat dengan nomor perkara 45/g/2013/PTUN.Bdg. Objek gugatan yaitu IMB
No. 643.2-2-BPPTPM.

Gugatan tersebut dilakukan untuk mewakili warga Bogor yang merasa terganggu dengan pembangunan
Hotel Amaroossa Bogor yang dinilai telah menyinggung symbol Kota Bogor yaitu Tugu Kudjang yang
berada di Jalan Pajajaran. Hotel Amaroossa yang letaknya 50 meter dari Tugu Kudjang, saat ini telah
terbangun 14 lantai. Sementara tinggi tugu hanya sekitar 17 meter.

Masyarakat Bogor kecolongan dengan pembangunan hotel tersebut sebab sebelumnya mereka tak tahu
berapa lantai bangunan akan berdiri. Hingga sampai masyarakat menyadari ketinggiannya telah
melampaui tugu kebanggaan Bogor itu.

Sugeng menjelaskan, Pemkot Bogor seharusnya menggelar public hearing, supaya tidak menimbulkan
masalah seperti saat ini. Gugatan ini diajukan supaya Walikota Bogor merevisi atau menerbitkan IMB
baru agar ketinggian hotel tersebut tak melebihi ketinggian Tugu Kudjang atau setidaknya sesuai dengan
Koefisiensi Lantai Bangunan (KLB) di sekitar hotel tersebut yang rata-rata hanya 5 lantai.

“Kami ingin hotel itu dipangkas saja. Supaya pandangan ke Gunung Salak dari Tugu Kudjang tidak
terhalang,” tutur Sugeng. Setelah gugatan diajukan, Sugeng menunggu jadwal sidang dismisal digelar.

Analisis : Penggugatan warga terhadap Walikota Bogor Diani Budiarto yang dinilai telah menyalahi
aturan dan merasa kecolongan dengan pembangunan hotel tersebut sebab sebelumnya mereka tak tahu
berapa lantai bangunan akan berdiri , ia digugat ke Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung oleh
gabungan ormas, organisasi budayawan, dan organisasi mahasiswa yang tergabung dalam Koalisi
Masyarakat Peduli Tugu Kudjang dengan adanya  pembangunan Hotel Amaroossa Bogor yang dinilai
telah menyinggung symbol Kota Bogor yaitu Tugu Kudjang yang berada di Jalan Pajajaran. Hotel
Amaroossa sendiri yang terletak 50 meter dari Tugu Kudjang, saat ini telah terbangun 14 lantai.
Sementara tinggi tugu Kudjang  hanya sekitar 17 meter.

Teori : Dalam hal ini terkait dengan Undang- Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Pasal 13 Ayat (2):
(2) Pembinaan penataan ruang sebagiamana yang dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui:
a. Koordinasi penyelenggaran penataan ruang
b.Sosialisasi peraturan perundang – undangan dan sosialisasi pedoman bidang penataan ruang
c.Pemberian bimibingan,supervisi,dan konsultasi pelaksanaan penataan ruang
d.Pendidikan dan pelatihan
e.Penelitian dan pengembangan
f.Pengembangan sistem informasi dam komunikasi penataan ruang
g.Penyebarluasan informasi penataan ruang kepada masyarakat ; dan
h.Pengembangan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat
Berdasarkan Pasal di atas jelas bahwa perlu ada sosialisasi ,bimbingan dan pemberian informasi sejelas –
jelas nya kepada masyarakat serta bimbingan pelaksanaan penataan ruang untuk pengembangan
kesadaran masyakat.Jadi apabila dalam penataan ruang atau pembangunan suatu gedung atau apapaun
tidak ada sosialisasi yang dilakukan maka tentu telah melanggar pasal di atas.
Komentar : Sebagai pimpinan Kota atau Daerah seharunya Wali Kota Bogor lebih berhati – hati dalam
mengambil keputusan dan mengkaji dengan baik, apalagi menyangkut budaya dan ciri khas daerah nya
sendiri. Wajar saja warga dan budayaawan Bogor melaporkan Wali kota ke PTUN karena dinilai
mengancam keberlangsungan cir khas dari kota Bogor  sendiri yang menjadi daya tarik wisatawan.
Apalagi masyarakat tidak diberitahu dengan jelas dan terperinci soal pembangunan hotel tersebut
sehingga masyarakat merasa kecolongan dengan pembangunan hotel tersebut sebab sebelumnya mereka
tak tahu berapa lantai bangunan akan berdiri.
FUI Halangi Pembangunan Gereja St Stanislaus Kostka Kranggan

Sumber :http://www.beritasatu.com/megapolitan/173631-fui-halangi-pembangunan-gereja-st-stanislaus-
kostka-kranggan.html

Bekasi - Pascaputusan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) yang mengabulkan gugatan terhadap Surat
Izin Pelaksanaan Mendirikan Bangunan (SIPMB) Gereja Katolik St Stanislaus Kostka Kranggan,
Jatisampurna, Kota Bekasi, pengurus Forum Umat Islam Bekasi Raya, melayangkan tuntutan kepada
Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi.

"Sikap FUI tetap pada pokok permasalahan. Gugatan di PTUN dikabulkan dan mencabut SIPMB serta
pembangunan gereja dihentikan. Dengan ada putusan PTUN tersebut, kami anggap pembangunan gereja
menjadi ilegal," ujar Pengurus Harian FUI Bekasi Raya, Sulis, Selasa (25/3).

Menurut dia, meski pihak gereja dan wali kota akan melakukan upaya hukum banding, FUI Bekasi Raya
akan selalu siap mengawal dan mengerahkan massa hingga tingkat kasasi.
Sebelumnya, perwakilan FUI Bekasi Raya mendatangi Kantor Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi,
menuntut wali kota segera mengeluarkan surat pencabutan SIPMB, Senin (24/3) kemarin.

Namun, Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi masih menunggu masa "status quo" selesai untuk mencabut
SIPMB Gereja St Stanislaus Kostka Kranggan, Kota Bekasi.
Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi, mengatakan bahwa pihaknya akan segera menurunkan surat perintah
pencabutan SIPMB Gereja St. Stanislaus Kostka Kranggan, Kota Bekasi setelah menerima salinan
putusan PTUN.

"Kita masih menunggu salinan putusan dari PTUN. Sekarang kan masih masa status quo," ujar Rahmat
Effendi.
Rahmat menjelaskan bahwa saat ini panitia pembangunan Gereja St Stanislaus Kostka Kranggan masih
diberikan waktu selama 14 hari untuk mengajukan banding.

"FUI Bekasi Raya akan terus berkoordinasi dengan Pemkot Bekasi sampai tuntutan kami dipenuhi sesuai
dengan putusan pengadilan," sambung Sulis.

Sulis menambahkan jika memang terbukti bahwa pihak gereja memanipulasi data perizinan, FUI Bekasi
Raya meminta wali kota untuk merobohkan bangunan gereja.
Sementara itu, Ketua Panitia Pembangunan Gereja, Binarsunu, mengatakan pembangunan gereja telah
dihentikan sementara sejak Senin (24/3) hingga mempunyai kekuatan hukum tetap, pascaputusan PTUN
Bandung.

"Sesuai himbauan wali kota, untuk sementara pembangunan gereja dihentikan sampai ada keputusan yang
berkekuatan tetap," ujar Binarsunu, Selasa (25/3).
Namun begitu, penjagaan di sekitar lokasi pembangunan gereja tetap dijaga oleh sekuriti.
"Para pekerja di gereja mendapat intimidasi sehingga mereka banyak yang pulang dan saat ini tidak ada
aktivitas apapun di dalam lokasi gereja," imbuhnya.
Pihak gereja masih mengupayakan banding bersama dengan Pemkot Bekasi. "Kami masih menunggu
upaya hukum banding," kata Binarsunu.

Geraja Katolik Stanislaus Kostka Kranggan, yang beralamat di RT 04/RW 04 Kelurahan Jatisampuran,
Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi, Jawa Barat, hingga kini sudah menyelesaikan pembangunan
gedung sekitar 80 persen.

Pengerjaan pembangunan gereja sudah dilakukan sejak pertengahan April 2013, setelah mendapat Surat
Izin Pelaksanaan Mendirikan Bangunan (SIPMB) dan peletakan batu pertama pembangunan gereja oleh
Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi.
Namun putusan PTUN Bandung mengabulkan gugatan untuk pembatalan SIPMB gereja itu.

Analisis : Sengketa ini mengenai  gugatan Forum Umat Islam  (FUI) Bekasi Raya yang menggugat
Walikota Bekasi untuk mencabut Izin Pelaksanaan Pendirian gereja Katolik St Stanislaus Kostka
Kranggan. Mereka beranggapan dalam pembangunan tersebut terdapat manipulasi surat perizinan yang
telah dilakukan oleh pihak gereja.Pembangunan gereja ini sudah sampai 80% dengan  demikian putusan
PTUN Bandung mengabulkan gugatan untuk pembatalan SIPMB gereja tersebut.

Teori :  Kasus ini menyangkut UU Pasal 236  KUHPerdata Ayat (1)


“Barang siapa membuat suart palsu atau memalsukan surat,yang dapat menerbitkan suatu hak,sesuatu
perjanjian (kewajiban) atau sesuatu pembebasan utang, dengan maksud akan menggunakan atau
menyuruh orang lain menggunakan surat – surat itu seolah – olah surat itu asli dan tidak dipalsukan maka
kalau mempergunakan nya dapat mendatangkan suatu dihukum karena pemalsuan surat,dengan hukuman
penjara selama – lamanya enam tahun”

Komentar : Sangat disayangkan apabaila surat perizinan pembangunan gereja tersebut benar adanya di
manipulasi dan Walikota nya pun ikut terkait dalam kasus tersbeut. Maka wajar saja apabila Forum Umat
Islam melayangkan gugatan atas pembangunan tersebut bukan karena adanya perbedaan agama atau pun
apapun alasan nya namun jika dilihat alasan nya yang begitu jelas wajar rasanya FUI mengadukan dan
melaporkan ke PTUN.

1.    Contoh Kebijakan Publik


Kemacetan di ibukota DKI Jakarta tidak dapat dihindari, terutama pada titik-titik
persimpangan baik di jalan-jalan protokol hingga di jalan lingkungan. Semakin hari,
kemacetan di Jakarta semakin parah. Menurut sebuah penelitian, kemacetan tersebut
membuat masyarakat Jakarta mengalami kerugian hingga Rp 48 triliun per tahun (Detik
News, 26 Nop 2008). Puncak kemacetan diperkirakan terjadi pada jam sibuk di pagi
hari (sekitar pukul 6.30-9.00 WIB) dan sore hari (sekitar pukul 16.30-19.30 WIB).
Kemacetan ini mengakibatkan stres yang tinggi pada pengguna jalan, meningkatnya
polusi udara kota, hingga terganggunya kegiatan bisnis.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta
untuk mengatasi masalah ini. Mulai dari diberlakukannya program three in one,
pembangunan jalan layang. namun, hasil yang diharapkan tidak dapat terlaksana.
Faktanya, Jakarta tetap menjadi kota dengan transportasi yang buruk. Sampai pada
tingkat dunia, Jakarta menjadi kota paling padat dan macet, setara dengan kepadatan
Kota Tokyo dan Bangkok. Hanya bedanya Kota Tokyo dan Bangkok mempunyai sistem
transportasi yang baik sehingga padatnya kendaraan tidak menjadikan masalah
kemacetan.
Masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Jakarta memang tidak terbiasa
menggunakan angkutan umum yang tersedia. Mereka lebih senang menggunakan
kendaraan pribadi dengan alasan lebih nyaman, aman dan cepat daripada angkutan
umum. Pemerintah memang yang bertanggung jawab atas kondisi yang rumit seperti
ini. Untuk itu, sebagai solusi dari masalah kemacetan yang semakin menjadi tersebut,
maka Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan salah satu solusi yaitu dengan
menyediakan sarana transportasi umum yang lebih efisien baik secara waktu maupun
biaya.
Sarana transportasi umum yang dibuat oleh pemerintah adalah penyediaan Bus
Trans Jakarta atau biasa disebut dengan Busway. Bus ini secara funsinya sama
dengan angkutan umum lainnya. Hanya saja, dengan kebijakan pemerintah Busway ini
mendapatkan ‘perlakuan’ khusus yaitu berupa jalur khusus yang tidak boleh dilewati
oleh kendaraan lain. Tujuannya adalah untuk mempersingkat waktu tempuh karena
kemacetan yang setiap waktu melanda Jakarta.
1.    Analisis Formulasi Kebijakan transportasi dijakarta
a.    Aktor-aktor Kebijakan
Aktor-aktor yang terlibat dalam sebuah kebijakan sangatlah berpengaruh dalam
proses perumusan kebijakan publik. Aktor-aktor disini tidak hanya sebagai pembuat
kebijakan agar dapat disahkan secara legal saja, namun juga pihak-pihak yang
berpengaruh ketika perencanaannya.
              I.        Inisiator kebijakan : Gubernur DKI Jakarta yaitu Fauzi Bowo.

            II.        Pembuat kebijakan dan legislator : DPRD  dan Gubernur DKI Jakarta

           III.        Pelaksana Kebijakan: Dalam pelaksanaannya, kebijakan ini bekerjasama dengan pihak

swasta yaitu perusahaan-perusahaan jasa yang mengelola transportasi busway ini


sehingga dapat beroperasi setiap hari.
          IV.        Kelompok sasaran adalah masyarakat karena kebijakan ini dibuat untuk mengatasi

kemacetan yang terjadi di Jakarta


           V.        Kelompok yang diuntungkan (Beneficiaries Group) Adapun pihak yang diuntungkan

adalah masyarakat sebagai sasaran utama dari kebijakan ini. Selain itu, ada pihak yang
juga diuntungkan yaitu perusahaan yang bekerjasama dengan Pemprov Jakarta dalam
pengoperasian busway ini.
          VI.        Kelompok Kepentingan: Masyarakat, Karen masyarkat yang mengalami dmapak

kemacetan ini Sehingga kebijakan ini dibuat dengan sasaran untuk mengurangi
kemacetan demi kepentingan masyarakat.
         VII.        Kelompok Penekan: Media massa, karena dengan pemberitaan dari media massa di

publik, maka pemerintah akan mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di dalam
masyarakat saat in
b.    Proses perumusan
ada empat tahap dalam perumusan kebijakan publik yaitu: perumusan masalah,
agenda kebijakan, pemilihan alternatif kebijakan untuk memcahkan masalah, dan tahap
penetapan kebijakan. Kebijakan ERP ini merupakan salah satu kebijakan publik yang
juga mengalami empat tahap tersebut. Agar lebih jelas, maka berikut akan dijelaskan
mengenai empat tahap tersebut dalam Kebijakan
i.      Tahap pertama: tahap perumusan masalah
Berawal dari masalah publik yang terjadi di Jakarta, yaitu kemacetan. Hampir
setiap hari ibukota Indonesia ini mengalami kemacetan yang parah. Masalah seperti
kemacetan ini merupakan masalah publik karena mengakibatkan kerugian bagi orang
banyak dan harus segera diselesaikan. Kemacetan di Jakarta diakibatkan oleh
padatnya jumlah kendaraan yang melintas tanpa diimbangi ruas jalan yang cukup,
sehingga laju kendaraan akan menjadi lambat. Lambatnya laju kendaraan inilah yang
menyebabkan kemacetan. Jadi ketika keadaan seperti ini masyarakat membutuhkan
sistem transportasi yang baik di Jakarta. Jika pemerintah ingin menambah panjang
jalan untuk menampung jumlah kendaraan. Sehingga dalam perumusan masalahnya
pemerintah ingin membuat suatu cara agar kemacetan di Jakarta dapat dikurangi
secara signifikan. Cara ini merupakan suatu hal yang belum pernah diterapkan
sebelumnya dan juga harus bisa mengakomodir kebutuhan masyarakat akan
kenyamanan dan keamanan saat bepergian
ii.    Tahap kedua: agenda kebijakan
Agenda kebijakan didefinisikan sebagai tuntutan-tuntutan agar para pembuat
kebijakan memilih atau merasa terdorong untuk melakukan tindakan tertentu (Budi
Winarno, 2008:80). Masalah publik masyarakat Jakarta mengenai kemacetan
merupakan masalah publik yang sudah pasti masuk ke dalam agenda kebijakan karena
tingkat ‘penting’nya masalah ini tergolong tinggi. Kemacetan di Jakarta telah dirasakan
warganya sudah lama dan menyebabkan kerugian bagi masyarakatnya, sehingga perlu
adanya penanganan yang serius dari pemerintah DKI Jakarta
iii.   Tahap ketiga: pemilihan alternatif kebijakan untuk memecahkan masalah
Adapun alternatif yang muncul dalam masalah ini adalah Pembangunan sistem
angkutan monorel, transportyasi busway, setelah melalui penilitian maka dipilih
transportyasi busway yang tidak mengeluarkan biaya yang terlalu besar.
iv.    Tahap keempat: tahap penetapan kebijakan
disetujui oleh Gubernur DKI Jakarta untuk dilegalkan sebagai kebijakan melalui
Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusu Ibukota Jakarta Nomor 110 tahun 2003
tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelola Trans Jakarta-
Busway Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
c.    Model Perumusan Kebijakan
Dari beberapa model perumusan kebijakan menurut para ahli, kebijakan
mengenai Busway termasuk dalam model rasional komprehensif. Berikut beberapa
alasannya:
                      I.        Kemacetan merupakan suatu masalah yang dianggap penting dan bermakna
dibandingkan dengan masalah lainnya.
                    II.        Berbagai alternatif untuk mengatasi masalah perlu diselidiki. Para pembuat kebijakan

Busway telah menyelidiki berbagai alternatif yang akan dikemukakan dalam


pembahasan. Pembuat keputusan memiliki alternatif beserta konsekuensinya yang
memaksimalkan pencapaian tujuan, nilai atau sasaran-sasaran yang hendak dicapai
(Budi Winarno 2008:100-101).
d.    Nilai-nilai yang Berpengaruh dalam Pembuatan Keputusan
ada lima nilai yang dapat membantu dalam mengarahkan perilaku para pembuat
keputusan, yaitu:
i.
                       Nilai politik : Dalam sebuah proses pembuatan kebijakan tentu terdapat maksud-maksud
politis yang akan memberikan keuntungan bagi para pembuatnya yaitu pemerintah
Jakarta sendiri
            ii.        Nilai-nilai organisasi : Kebijakan Busway dikeluarkan dengan pertimbangan bisa

memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat.


           iii.        Nilai-nilai pribadi : Kebijakan Busway ini dilaksanakan dengan kerjasama antara

pemerintah dan pihak swasta sebagai penyedia layanan dan pengelolanya


           iv.        Nilai-nilai kebijakan : Kebijakan Busway ini juga dipengaruhi dengan pertimbangan moral

bahwa dengan adanya kebijakan ini akan bisa mengakomodir kepentingan masyarakat
akan sistem transportasi yang baik
Nilai-nilai ideology : Dalam kebijakan ini tidak begitu muncul nilai-nilai ideologi yang
keluar. Kemacetan di Jakarta merupakan masalah yang perlu penanganan yang
bersifat teknis.

Akhir-akhir ini di hampir semua media dihiasi dengan berbagai berita yang membuat kita merasa
meringgis, berbagai kasus korupsi yang melibatkan banyak pejabat public baik eksekutif maupun
legislative serta adanya konflik internal di salah satu partai politik yang menyeruak ke publik,
kerusuhan atar warga masyarakat maupun antar kelompok, perselisihan faham dari entitas nilai-
nilai ajaran suatu agama, tindakan-tindakan kriminalitas baik perampokan maupun pembunuhan
serta berbagai persoalan lainnya yang seyogyanya hal itu tidak terjadi dinegeri yang memiliki
nilai-nilai moralitas dan pranata social yang menjunjung etika peradaban yang tinggi.
Problematika social itu menunjukan rendahnya integritas kebangsaan, lemahnya entitas moral
yang beriringan dengan rendahnya kualitas sumberdaya manusia.
Fenomena pengangguran dan kemiskinan telah mendorong munculnya berbagai persoalan social,
hal ini sejalan dengan terjadinya kesenjangan social yang tinggi menimbulkan tingkat
disparitas ekonomi yang tinggi diantara strata social yang ada. Jika dilihat dari data Badan Pusat
Statisitik (BPS) mencatat jumlah angkatan kerja pada Februari 2011 mencapai 119,4 juta orang
atau bertambah sekitar 2,9 juta orang dibanding angkatan kerja Agustus 2010 sebesar 116,5 juta
orang. "Jumlah tersebut juga bertambah 3,4 juta orang dibandingkan Februari 2010 sebesar 116
juta orang," penduduk yang bekerja di Indonesia pada Februari 2011 mencapai 111,3 juta orang
atau bertambah sekitar 3,1 juta orang dibanding pada Agustus 2010 sebesar 108,2 juta orang.
"Jumlah tersebut bertambah 3,9 juta orang dibanding keadaan Februari 2010 sebesar 107,4 juta
orang," .Jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 8,12 juta orang atau menurun 470.000
orang dibandingkan Februari 2010 yang sebanyak 8,59 juta orang. "Tingkat pengangguran
terbuka pada Februari 2011 mencapai 6,8 persen dari total angkatan kerja atau menurun
dibandingkan Agustus 2010 sebesar 7,14 persen dan Februari 2010 sebesar 7,41 persen,".
Setahun terakhir pada Februari 2010 hingga Februari 2011, hampir semua sektor mengalami
kenaikan jumlah pekerja, kecuali pada sektor pertanian dan sektor transportasi. Masing-masing
mengalami penurunan jumlah pekerja sebesar 360.000 orang atau 0,84 persen dan 240.000 orang
atau 4,12 persen. "Sektor Pertanian, Perdagangan, Jasa Kemasyarakatan, dan Sektor Industri
secara berurutan menjadi penampung terbesar tenaga kerja pada Februari 2011,". Jumlah
penduduk yang bekerja sebagai buruh atau karyawan sebesar 34,5 juta orang atau 31,01 persen,
berusaha dibantu buruh tidak tetap sebesar 21,3 juta orang atau 19,15 persen, dan berusaha
sendiri sejumlah 21,1 juta orang atau 19,01 persen.Berdasarkan jumlah jam kerja pada Februari
2011, sebesar 77,1 juta orang atau 69,28 persen bekerja di atas 35 jam per minggu. Adapun
pekerja dengan jumlah jam kerja kurang dari 8 jam hanya sebesar 1,4 juta orang atau 1,23
persen. Selain itu, jumlah pekerja pada jenjang pendidikan SD ke bawah masih mendominasi,
yaitu 55,1 juta orang atau 49,53 persen. Adapun pekerja dengan pendidikan diploma sebesar 3,3
juta orang atau 2,98 persen, sedangkan pekerja berpendidikan sarjana hanya sebesar 5,5 juta
orang atau 4,98 persen.
Kalau kita mau jujur tentu kita akan mengakui bahwa pengangguran di negeri kita dari tahun ke
tahun bertambah besar, bukanlah mengalami penurunan. Belum lagi apa yang sudah sejak lama
kita kenal dengan istilah “disguised unemployement” atau pengangguran yang tidak nampak.
Birokrasi pemerintahan kita adalah contoh dari pengangguran tak kentara ini. Setiap hari di
kantor kantor pemerintah tidak nampak karyawan yang sibuk. Bahkan para boss mereka dengan
baik hati telah melengkapi kantor mereka dengan perangkat televisi yang boleh ditonton pada
jam kerja. Belum lagi penggunaan komputer yang acapkali kalau diperhatikan lebih banyak
digunakan untuk bermain “game” atau bahkan yang lebih canggih lagi untuk menelusuri situs-
situs internet yang tidak ada relevansinya dengan pekerjaan. Jadi dapat dibayangkan biaya besar
yang dikeluarkan oleh pemerintah lewat APBN dan APBD yang begitu besar baik untuk
membeli peralatan, membayar listrik dan telepon serta penyediaan ruang kerja nyaman telah
membuat pengangguran tidak kentara di sektor pemerintahan ini menjadi jauh lebih mahal
dibandingkan dengan yang terjadi di sektor pertanian di pedesaan.

Jika di sector birokrasi pemerintah menunjukan perilaku seperti itu sebuah fenomena
pengangguran tak kentara yang menyenangkan bagi mereka yang berada di tempat itu, hal ini
berbeda dengan di sektor - sektor yang lebih bersifat swasta atau rakyat. Sebagai contoh dapat
dikemukakan di Tempat Pembuangan (sampah) Akhir Bantar Gebang beberapa waktu yang lalu
juga mengungkapkan betapa semakin sulitnya bagi generasi muda kita untuk mencari pekerjaan
yang sesuai dengan bidang keahlian yang didapatkan dari pendidikan. Salah satu media ibukota
melaporkan bahwa diantara para pemulung di TPA Bantar Gebang itu ada yang sarjana. Sebuah
ironi yang sangat memilukan. Kita tidak tahu apakah ini ukuran kemajuan atau sebuah
kemunduran besar bangsa yang dialami bangsa Indonesia.
Pemerintah dan sektor swasta (mestinya termasuk koperasi) tidak mampu menciptakan lapangan
kerja yang layak bagi penghidupan anak bangsa. Bisa kita bayangkan betapa akan lebih hebatnya
kondisi pengangguran di Indonesia manakala tidak ada kesempatan bagi TKI untuk mencari
pekerjaan di luar negeri terutama setelah diberlakukannya moratorium TKI akibat kasus di Arab
Saudi yang telah melakukan kesewenang-wenangan terhadap para TKI Kita dan telah mencoreng
pemerintahan SBY. Beberapa Negara tujuan TKI seperti Singapura, Malaysia, Saudi
Arabia,Hongkong ,Taiwan dan Korea Selatan adalah tempat tempat yang menyenangkan untuk
mengais rejeki bagi para TKI kita. Tentu sebagian besar mereka adalah wanita yang lebih
terampil dan fleksibel dibandingakan para pria. Tidak mengherankan manakala disana sini terjadi
ekses maupun kasus lainnya karena begitu banyak wanita (yang sebagian besar datang dari
pedesaan) dengan pendidikan minim harus bekerja di manca negara dengan aturan, adat dan
budaya yang berbeda dengan tempat asal mereka. Para TKI ini mungkin lebih pantas disebut
sebagai “pahlawan tanpa tanda jasa” ketimbang para guru yang pada dewasa ini lagi
dipertanyakan jati diri eksistensinya.
Konon puluhan triliun rupiah telah mengalir ke pedesaan yang merupakan kiriman para TKI
kepada sanak keluarga mereka. Tidak ada kekurangan pangan dan anak -anak masih sekolah di
pedesaan . Hal ini bukan karena keberhasilan program pemerintah akan tetapi lebih karena hasil
cucuran keringat bercampur penderitaan dan keterhinaan para TKI. Pemerintahan siapapun boleh
menarik nafas lega karena sebagian besar tanggung jawabnya telah diambil alih oleh para wanita
yang dengan sadar mengorbankan diri mereka untuk keluarga. Pertanyaan kita adalah apakah
kondisi semacam ini akan kita pertahankan dan pelihara kedepan dan disyukuri sebagai rakhmat
Sang Pencipta atau kita ingin ada perubahan kearah yang lebih memberikan harkat dan martabat
kepada bangsa. Jawaban utamanya adalah terletak kepada kemampuan kita memperbaiki
penyelenggaraan pendidikan dan meningkatkan kualitas nya sekaligus. Pendidikan adalah segala
galanya. China,Korea Selatan,Singapura dan India sekali lagi membuktikan kepada dunia bahwa
dengan pendidikan yang baik mereka mampu menjadikan bangsa mereka menjadi pemenang dari
Perang Baratayuda abad millennium alias Globalisasi Dunia. Apakah bangsa Indonesia hanya
akan berteriak teriak menyalahkan dunia dan zaman tanpa berbuat apa apa? Lalu solusinya
bagaimana pasca pemberklakuan moratorium tersebut?

1. Atasi pengangguran dengan pendidikan yang Linked


“Orang yang beriman tidak akan menganggur”, ini memiliki nilai pilosofi yang luas, karena
dengan memiliki iman maka ia akan mendisiplinkan dirinya dan bekerja keras /Work hard, play
hard. Dalam Qur’an 13:11 tertulis, ”Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” Jadi jelas, persoalan
pengangguran dan kemiskinan itu karena kurang memiliki perenecanaan yang matang, berodalah
secara khusyuk, berusahalah dengan sekuat tenaga, dan serahkan hasilnya pada Tuhan dengan
cara bertawakkal. Sebagai ilustrasi ketika mewisuda lulusannya, salah seorang dekan business
school terkemuka di Amerika selalu berpidato, “Kita harus memberikan respek kepada mereka
yang mempunyai nilai A, karena mereka akan kembali ke almamater menjadi dosen dan
melupakan duniawi. Namun kita harus lebih membungkukkan kepala kepada mereka yang
mendapat nilai B dan C, karena mereka akan kembali lagi ke kampus dengan menyumbang
laboratorium, auditorium, serta menjadi penyandang dana.”Dari ilustrasi, data, dan fakta di atas,
kita bisa lihat betapa ”besarnya” kontribusi pendidikan terhadap terbukanya lapangan pekerjaan.
Negeri ini mungkin punya ribuan sarjana multi-jurusan yang diyakini bisa berpikir analitis,
mampu menciptakan perubahan dalam masyarakat, tetapi toh ternyata mereka belum mampu
membantu diri mereka sendiri. Ini belum termasuk opportunity cost yang keluar ketika
melanjutkan kuliah setamat SMU. Mengapa tidak menggunakan waktu dan biaya untuk
berwiraswasta saja?Seharusnya..Idealnya, kampus seharusnya bisa membangun linkage atau link
and match yang ideal antara lulusan sekolah menengah dengan lapangan pekerjaan di dunia
nyata. Bagi top-tier business school di dunia, ini bukan masalah. Mayoritas lulusan kerja mereka
sukses dan mendapatkan pekerjaan dengan gaji 2-3 kali dari jumlah yang mereka investasikan
untuk kuliah di business school tersebut.
Bagaimana di Indonesia?Sayangnya, di Indonesia, gap tersebut terasa begitu kentara. Ijazah
sarjana tidak lagi sakral saat ini. Hal ini juga didukung fakta bahwa banyak perguruan tinggi
negeri yang membuka kelas diploma, program ekstensi/swadaya, kelas malam, fast-track
program, dan seterusnya. Perguruan tinggi swasta juga bermunculan tak kalah banyaknya.
Akibatnya, ijazah sarjana semakin mudah (walau belum tentu murah) diperoleh. Kondisi ini
masih diperparah dengan perguruan tinggi “biasa-biasa saja” yang mengobral nilai, sementara
perguruan tinggi top justru dipenuhi dosen killer yang sulit memberi nilai A.
Selain dituntut menjadi linkage yang kokoh, kampus juga selayaknya bisa menjadi
inkubator bisnis yang kuat. Tidak banyak orang yang tahu bahwa Sun Microsystems adalah
kepanjangan dari Stanford University Network, karena memang perusahaan ini memulai
bisnisnya dari lingkungan kampus. Dan satu lagi, Google dan Yahoo!, juga sama-sama lahir dari
kegiatan intelektual di universitas. Malah, Google adalah hasil dari proyek disertasi kedua
pendirinya. Baik Google, Yahoo!, atau Sun Microsystems, masing-masing telah bertumbuh
menjadi perusahaan besar dengan tingkat profitabilitas yang luar biasa.Inilah salah satu bukti
bahwa kampus, selain menjadi linkage bagi lapangan pekerjaan di dunia nyata, juga bisa menjadi
inkubator yang hebat. Tanpa membunuh spirit dan mengekang kebebasan berpikir siswa
didiknya. Sayangnya, lagi-lagi di Indonesia belum memiliki perguruan tinggi yang cukup
mumpuni untuk menjadi inkubator bisnis yang handal.
2. Perlunya pembangunan ekonomi kreatif
Salahsatu kelebihan manusia yang diciptakan Alloh SWT dibanding makhluk lainnya adalah
diciptakannya akal, akal inilah yang menopang manusia untuk membangun unsur kreatifitas
yang dibungkus serta dikemas untuk memenuhi kebutuhannya, dengan akal maka timbulnya
ilmu pengetahuan dan alih technology,yang menjadi persoalan bangsa saat ini adalah rendahnya
kreatifitas yang dimiliki, artinya rendahnya penggunaan akal untuk membangun basis-basis
ekonomi secara kreatif.kreatif atau kreatifitas adalah membangun dan menciptakan suatu proses
dari ide-ide baru sebagai alternative yang dibutuhkan orang-orang. Ketika kebutuhan manusia itu
hadir maka munculah kreatifitas atau sejalan dengan hadirnya kreatifitas maka munculah
kebutuhan kebutuhan baru.
Persoalan kreatifitas dalam konteks ekonomi adalah mendorong daya saing masyarakat melalui
peran-perannya dalam berbagai aspek yang bisa mendorong pertumbuhan dan perkembangan
ekonomi kreatif, hal ini tentu melalui suatu preses analisa serta dorongan semua pihak untuk
memberikan stimulus ekonomi kreatif sehingga sekecil apapun potensi yang ada dibangun untuk
menjadi sesuatu yang besar.kesadaran kreatifitas ini muncul biasanya manakala adanya
keterjepitan atau kondisi pemenuhan suatu kebutuhan. Sesungguhnya ketika kreatifitas itu
muncul maka akan beriringan dengan timbulnya peluang-peluang baru yang bersifat dinamis
seiring dengan perkembangan kebutuhan manusia dan akan bersifat inovasi dan
berkesinambungan.kreatifitas berarti melahirkan dan atau membuat sesuatu yang terbarukan
sementara inovasi adalah pemaksimalan suatu bentuk dari hasil kreatifitas dengan
penyempurnaan-penyempurnaan dari suatu kebetuhan yang telah diciptakan dari hasil kreatif.
Pembangunan ekonomi kreatif ini sangat penting didasari berbagai factor antara lain.
a. Penciptaan usaha-usaha baru
Idealnya suatu bangsa yang memiliki dasar ketangguhan ekonomi adalah memiliki sedikitnya 7
% para pengusaha baru yang pada saat ini hanya memiliki 0,2 % dari seluruh potensi usaha yang
ada. Dorongan keberhasilan ini perlu peran aktif dari semua pihak terutama pemerintah maupun
kelompok-kelompok usahawan sukses untuk mendorong industry kreatif baik yang berbasis
kedaerahaan maupun industry kreatif yang bersifat nasional
b. Mendorong Partisipasi Ekonomi Kerakyatan
Ekonomi kerakyatan adalah ekonomi berbasis rakyat yang diorong semua pihak untuk
melakukan terobosan terobosan baru guna melakukan pemberdayaan potensinya secara
komprehensip dan merata. Banyaknya potensi ekonomi masyarakat yang belum di dorong secara
maksimal oleh pemerintah khususnya maupun dunia usaha misalnya aspek
pertanian,perdagangan, aspek kelautan -perikanan,aspek perkebunan, aspek potensial
kedaerahaan maupun aspek lainnya untuk memberikan stimulus pendorongan pemberdayaan
potensi ekonomi yang bias mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat dalam peningkatan
kesejahteraannya, sehingga kompetisi akan timbul di tingkat grassroot dan jelas akan mendorong
pengurangan angka pengangguran.

3. Penguasaan Skill dalam berbagai bidang


Tenaga kerja Philipina maupun dari India yang sama-sama bekerja di Hongkong di
komparasikan dengan TKI mereka memiliki profesi yang sama namun penghasilan maupun tata
kerjanya jauh berbeda, tentunya tenaga kerja dari Philipina maupun India mendapatkan gaji yang
lebih besar maupun pekerjaan yang lebih ringan disbanding dengan TKI, hal ini terjadi bukan
saja karena persoalan negosiasi pemerintah terhadap perlindungan kesejahteraan serta fungsi-
fungsi kerja terhadap Negara sahabat tersebut rendah, namun factor SDM dari TKI secara skill
mereka sangat rendah baik penguasaan bahasa, maupun operasionalisasi fungsi dari perangkat-
perangkat kerja. TKI yang di berangkatkan ke luar negeri biasanya dilakukan melalui agen-agen
penempatan yang secara administrative maupun tingkat kemampuan dimanipulasi oleh pihak
agen sehingga saat mereka bekerja tidak memiliki kompetensi maupun daya tawar. Hal ini lah
yang menjadi penyebab utama munculnya berbagai persoalan tersebut.
Skill merupakan sesuatu yang pokok manakala dihadapkan pada kompetisi, bahkan hampir fresh
graduate dari para sarjada rendah secara skill. Skill harus menjadi kurikulum pokok setiap
lembaga pendidikan baik setingkat kursus maupun universitas, ini untuk mendorong dan
memenuhi kebutuhan global. Dengan skill yang baik dan terukur maka akan beriringan dengan
kesejahteraan yang baik dan kemampuan seseorang dalam penguasaan terhadap skll tertentu
mendorong seseorang itu untuk melakukan kerja-kerja kreatif.dengan kemampuan skill yang
proporsional maka akan mendorong kesejahteraan ekonomi, produktifitas serta terkurangnya
angka pengangguran.

Kesimpulan
Pengangguran sesungguhnya tidak akan pernah ada jika setiap diri manusia memiliki iman yang
baik, manajemen iman itu akan mendorong semangat kreatifitas untuk menyadari dirinya sebagai
makhluk pilihan yang diberikan kelebihan oleh sang kholiq, dengan semangat kreatif dan
didasari skill yang baik, maka akan menumbuhkan semangat jiwa-jiwa usaha, semangat jiwa
usaha itu akan baik apabila didorang oleh pemerintah dan seluruh stake holders untuk bahu
membahu membangu bangsa yang maju, berkarakter dan siap melakukan kompetisi dan innovasi
baik nasional maupun internastional.

Anda mungkin juga menyukai