Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KEPEMIMPINAN (Menurut Agama Islam)

TUGAS MATAKULIAH PENDIDIKAN AGAMA

KEPEMIMPINAN
(Menurut Agama Islam)

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam

Disusun Oleh :
1.      Aas Ashari
2.      Huri Herwoko
3.      Ade Isnanto
4.      Fitria Sintami
5.      Dede Suhendar

AKADEMI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER


KOMPUTERISASI AKUNTANSI
BINA SARANA INFORMATIKA
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
karuniaNya kami dapat menyelesaikan Makalah Pendidikan Agama “Kepemimpinan (Menurut
Agama Islam)”. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan kepada
pembaca di bidang agama Islam, khususnya dalam peran manusia sebagai khalifah di muka
bumi. Di samping itu, makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Agama.
Manusia, sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna harus sadar akan
keberadaan dirinya, tidak takut untuk mengubah kehidupannya untuk menjadi lebih baik, dan
tidak berhenti untuk terus menimba ilmu dalam kehidupan guna keluar dari kebodohan imannya
dan menuju peningkatan nilai dan kecerdasan takwa dirinya kepada Sang Maha Pencipta.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan ini. Dengan segala
kerendahan hati penulis mengharap kritik dan saran.
Tak ada gading yang tak retak, kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata.
Semoga makalah ini menjadi pelita bagi individu yang ingin mengembangkan kepribadian
dirinya. Amin.

Jakarta, 22 Oktober 2012

Penyusun

 
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .........................................................

B. Rumusan Masalah ..................................................................1

BAB II PENJELASAN KEPEMIMPINAN

A. Pengertian Kepemimpinan ........................................................2

B. Dasar dan Landasan Kepemimpinan.........................................3

C. Tujuan dan Hukum Kepemimpinan Dalam Islam ......................6

D. Ciri-Ciri Kepemimpinan Dalam Islam .........................................13

E. Prinsip Kepemimpinan Dalam Islam............................................

BAB III SUKSESI KEPEMIMPINAN DALAM SYARIAT ISLAM

A.           Pada Masa Rasulullah ................................................................15

B.            Pada Masa Khulafaur Rasyidin ..................................................16

C.            Kepemimpinan Bani Umayyah ..................................................17

D.           Kepemimpinan Bani Abbasiyah ..................................................18

BAB III ANALISIS SUKSESI KEPEMIMPINAN DALAM SYARIAT ISLAM

A.           Dasar Hukum Pemilihan Pemimpin (Suksesi Kepemipinan) .....19

BAB IV PENUTUP

A.           Kesimpulan .................................................................................20

B.            Saran ..........................................................................................20


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

“Setiap kamu adalah pemimpin. Dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas

kepemimpinannya.” Mungkin kata-kata tersebut yang paling cocok dan pas bagi setiap

orang muslim di seantero jagad raya ini. Kenapa tidak, manusia diturunkan di bumi ini

adalah sebagai khalifah yang memakmurkan dan menyemarakkan dunia. Mungkin kita

juga sepakat bahwa pada setiap individu manusia muslim adalah seorang pemimpin.

Yakni memimpin dirinya sendiri dan bertanggung jawab atas dirinya sendiri.

Berbicara tentang “kepemimpinan”, sungguh alangkah menumbuhkan jiwa

semangat bagi setiap muslim yang peduli akan iman yang diembannya. Jika kita

menoleh jauh ke belakang tentang sejarah awal Islam, tentulah kita akan menemukan

banyak pelajaran yang luar biasa apabila diaplikasikan dalam dunia modern sekarang,

khususnya dalam hal “kepemimpinan”. Bagaimana bentuk kepemimpinan Rasulullah

dan para sahabat-sahabatnya. Dan bagaimana cara pemilihan seorang pemimpin pada

saat itu.
B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas maka yang menjadi pokok

permasalahan dalam makalah ini adalah:

1. Apakah pengertian kepemimpinan menurut islam?

2. Apa dasar dan landasan kepemimpinan islam ?

3. Apa tujuan dan hukum kepemimpinan dalam Islam?


BAB II

KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM

Saat ini semakin ramai orang berlomba-lomba mengejar jabatan, berebut

kedudukan sehingga menjadikannya sebagai sebuah obsesi hidup. Pengertian  mereka

yang menganut paham atau prinsip ini, tidak lengkap rasanya selagi ada kesempatan,

kalau tidak pernah (meski sekali) menjadi orang penting, dihormati dan dihargai

masyarakat.

Pangkat dan kedudukan di negeri kita Indonesia dipandang sebagai sebuah

"aset", karena ia baik langsung maupun tidak langsung berkonsekwensi kepada

keuntungan, kelebihan, kemudahan, kesenangan, dan setumpuk keistimewaan lainnya.

Maka tidaklah heran banyak yang mencalonkan diri menjadi pejabat ekskutif maupun

legislatif dan sebagainya sebagai impian dan obsesi semua orang. Mulai dari kalangan

politikus, purnawirawan, birokrat, saudagar, tokoh masyarakat, artis bahkan sampai

kepada kondektur bus dan tukang ojek.

Mereka berebut mengejar jabatan tanpa mengetahui siapa sebenarnya dirinya,

bagaimana kemampuannya, dan layakkah dirinya memegang jabatan tersebut.

Parahnya lagi, mereka kurang (tidak) memiliki pemahaman yang benar tentang hakikat

pemimpin dan kepemimpinan itu sendiri. Karena menganggap jabatan adalah

keistimewaan, fasilitas, kewenangan tanpa batas, kebanggaan dan popularitas.

Padahal jabatan adalah tanggung jawab, pengorbanan, pelayanan, dan keteladanan

yang dilihat dan dinilai banyak orang.


A. Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan

Pemimpin ialah seseorang yang menggunakan kemampuannya, sikapnya,

nalurinya, dan ciri-ciri kepribadiannya yang mampu menciptakan suatu keadaan,

sehingga orang lain yang dipimpinnya dapat saling bekerja sama untuk mencapai

tujuan.

Manager (Management Leader) adalah seorang pemimpin dengan

melaksanakan tugas berdasarkan prinsip dasar manajemen, yaitu perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian sehingga mampu menciptakan

keadaan orang lain yang dipimpinnya saling bekerja sama untuk mencapai tujuan.

Seorang pemimpin harus mempunyai kreativitas yang tinggi, untuk memimpin

bawahannya.

Kepemimpinan adalah kemampuan seorang pemimpin untuk mengendalikan,

memimpin, mempengaruhi fikiran, perasaan atau tingkah laku orang lain untuk

mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Pendapat lain mengatakan

kepemimpinan adalah keterampilan dan kemampuan seseorang mempengaruhi

perilaku orang lain, baik yang kedudukannya lebih tinggi maupun lebih lebih rendah

daripada nya dalam berfikir dan bertindak agar perilaku yang semula mungkin

individualistik dan egosentrik berubah menjadi perilaku organisasional.


B. Dasar dan Landasan Kepemimpinan Islam

a. Dasar Kepemimpinan Islam

1. Dasar Tauhid

Dasar tauhid atau dasar menegakkan kalimat tauhid serta memudahkan

penyebaran islam kepada seluruh umat manusia. Dalam al–Qur’an dasar ini dijelaskan

dalam berbagai surat dan ayat,  diantaranya QS. Al-Ikhlas ayat  1- 4:

٤‫ َولَ ۡم َي ُكنلَّهُۥ ُكفُ ًواأَ َح ۢ ُد‬  ٣‫لَ ۡم َيل ِۡد َولَ ۡميُولَ ۡد‬  ٢‫ص َم ُد‬
َّ ‫ٱللَّهُٱل‬  ١‫قُ ۡله َُوٱللَّهُأ َ َح ٌد‬ 

Artinya: 1. Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa. 2. Allah adalah Tuhan yang

bergantung kepada-Nya segala sesuatu. 3. Dia tiada beranak dan tidak pula

diperanakkan. 4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia"

-QS. al-Baqarah ayat 163

١٦٣‫ِۖدٓاَّل إِ ٰلَ َهإِاَّل ه َُوٱلرَّ ۡح ٰ َم ُنٱلرَّ حِي ُم‬ٞ ‫ ٰ َوح‬ٞ‫ َوإِ ٰلَ ُه ُك ۡمإِ ٰلَه‬ 

Artinya: Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia

Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

-QS.  An-Nisa’ ayat 59

‫ِين َءا َم ُن ٓو ْاأَطِ يعُو ْاٱللَّ َه َوأَطِ يعُو ْاٱلرَّ سُولَ َوأ ُ ْولِيٱأۡل َ ۡم ِرمِن ُك ۡۖم َفإِن َت ٰ َن َز ۡع ُت ۡمفِي َش ۡي ٖء َف ُردُّوهُإِلَىٱللَّ ِه َوٱلرَّ ُسوإِل ِن ُكن ُت ۡم ُت ۡؤ ِم ُنو َن ِبٱللَّ ِه َو ۡٱل َي ۡومِٱأۡل ٓخ ۚ ِِر ٰ َذلِ َك َخ ۡي‬
َ ‫ٰ َٓيأ َ ُّي َهاٱلَّذ‬

٥٩ ‫ر َوأَ ۡح َس ُن َت ۡأ ِوياًل‬ٞ  

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil

amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka

kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-

benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama

(bagimu) dan lebih baik akibatnya.


2. Dasar Persamaan Derajat Sesama Umat Manusia.

Pada prinsip ini bahwa manusia memiliki derajat yang sama dimata Allah, hanya saja

yang membedakan adalah ketaqwaan kepada Allah SWT. Hal ini sesuai dalam ajaran

QS. Al-Hujurat: 13 :

١٣‫ير‬ٞ ‫ارفُ ٓو ۚ ْاإِ َّنأ َ ۡك َر َم ُك ۡمعِندَٱللَّ ِهأ َۡت َق ٰى ُك ۡۚمإِ َّنٱللَّ َه َعلِيم ٌَخ ِب‬
َ ‫ُوب َاو َق َبٓا ِئلَلِ َت َع‬ َ ‫ ٰ َٓيأ َ ُّي َهاٱل َّناسُإِ َّن‬ 
ُ ‫اخلَ ۡق ٰ َن ُكممِّن َذ َك ٖر َوأُن َث ٰى َو َج َع ۡل ٰ َن ُك ۡم‬
ٗ ‫شع‬

Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan

seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku

supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara

kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah

Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Islam tidak pernah mengistimewakan ataupun mendiskriminasikan individu atau

golongan. Semua sama dan tidak ada yang berbeda. Islam juga melindungi hak-hak

kemanusiaan siapapun dia, muslim atau non muslim, selama mau hidup bersama dan

taat terhadap pemimpin dan menjaga kesatuan dan persatuan.

3. Dasar Persatuan Islamiyyah  (Ukhuwah Islamiyah)

Prinsip ini untuk menggalang dan mengukuhkan semangat persatuan dan kesatuan

umat Islam. Hal ini didasarkan pada ajaran Islam dalam al-Qur’an Surat Ali Imran ayat

103:

‫ٱع َتصِ مُو ْا ِب َح ۡبٱِلللَّ ِه َجم ِٗيع َاواَل َت َفرَّ قُو ۚ ْا‬
ۡ ‫و‬ َ

Artinya: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah

kamu bercerai berai.


4. Dasar Musyawarah Untuk Mufakat atau Kedaulatan Rakyat

Islam selalu menganjurkan ada kesepakatan dari orang-orang terkait dalam

memutuskan suatu perkara yang berhungan dengan kemanusiaan baik dalam

kehidupan keluarga, lebih-lebih kehidupan berkelompok untuk menciptakan lingkungan

yang damai dan tentram dalam suatu masyarakat tersebut.

Dalam QS. Ali Imran ayat 159 Allah menegaskan tentang pentingnya bermusyawarah

dalam memutuskan suatu perkara:

َ ‫اع َز ۡم َت َف َت َو َّك ۡل َعلَىٱللَّ ۚ ِهإِ َّنٱللَّ َه ُي ِحب ُّۡٱل ُم َت َو ِّكل‬


١٥٩‫ِين‬ َ ‫او ۡره ُۡمفِيٱأۡل َ ۡم ۖ ِر َفإِ َذ‬
ِ ‫ َو َش‬ 

Artinya: dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila

kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya

Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya

Dan dalam QS. al-Syura ayat 38:

َ ُ‫َّار َز ۡق ٰ َنه ُۡميُنفِق‬


٣٨‫ون‬ َ ‫ور ٰى َب ۡي َنه ُۡم َو ِمم‬
َ ‫ش‬ُ ‫صلَ ٰو َة َوأَ ۡم ُره ُۡم‬
َّ ‫ٱس َت َجابُو ْال َِرب ِِّه ۡم َوأَ َقامُو ْاٱل‬
ۡ ‫ َوٱلَّذِي َن‬ 

Artinya: Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan

mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.

Assyuro atau musyawarah diartikan sebagai meminta pendapat kepada orang yang

berkompeten dalam urusannya, atau meminta pendapat umat atau orang-orang yang

diwakilinya dalam urusan-urusan umum yang berhubungan dengannya.

Dengan pengertian demikian maka umat Islam menjadikan musyawarah sebagai dasar

pijakan dalam mengambil keputusan dan menetapkan kaidah-kaidahnya. Dengan

musyawarah juga umat islam dapat memilih dan mencalonkan kandidat yang memiliki
sikap keadilan dan dianggap memiliki kompetensi dalam kepemimpinan untuk

mengurus kepentingan mereka.

5. Dasar Keadilan dan Kesejahteraan Bagi Seluruh Umat.

Atas dasar prinsip ini pemimpin harus menegakkan persamaan hak segenap warganya;

maksudnya seorang pemimpin memiliki kewajiban menjaga hak-hak rakyat dan harus

dapat merealisasikan keadilan diantara mereka secar keseluruhan tanpa terkecuali.

Prinsip ini didasari firman Allah swt. Pada Surat an-Nahl ayat 90:

َ ‫ِظ ُك ۡملَ َعلَّ ُك ۡم َت َذ َّكر‬


۞٩٠‫ُون‬ ۡ ‫ٓإيذ‬š ‫إ َّنٱللَّ َه َي ۡأ ُمرُب ۡٱل َع ۡدل َِوٱإۡل ۡح ٰ َسن َِوإي َت‬ 
ُ ‫ِيٱلقُ ۡر َب ٰى َو َي ۡن َه ٰى َعن ِۡٱل َف ۡح َشٓا ِء َو ۡٱلمُن َكر َو ۡٱل َب ۡغ ۚ ِي َيع‬
ِ ِِٕ ِ ِ ِ ِ

Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,

memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran

dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil

pelajaran.

Kelima prinsip atau dasar tersebut harus senantiasa dijadikan landasan dalam

menetapkan setiap kebijakan pemimpin sehingga tujuan kepemimpinan dalam Islam

akan dapat terwujud dengan sebaik-baiknya.

b. Landasan Kepemimpinan Islam

1. Surat Al-Baqarah ayat 30

‫خلِي َف ٗۖة‬ ِ ‫ل ِفيٱأۡل َ ۡر‬ٞ ‫ع‬


َ ‫ض‬ ِ ‫جا‬
َ ‫ةإِنِ ّي‬ َ ِ‫م ٰلَٓئ‬
ِ ‫ك‬ َ ‫كلِ ۡل‬
َ ُّ‫ َوإِ ۡذ َقالَ َرب‬ 

Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku

hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". 

2. Surat An- Nisa’ ayat 59


َ ‫ٰ َٓيأ َ ُّي َهاٱلَّذ‬
‫ِين َءا َم ُن ٓو ْاأَطِ يعُو ْاٱللَّ َه َوأَطِ يعُو ْاٱلرَّ سُو َل َوأ ُ ْولِيٱأۡل َ ۡم ِرمِن ُك ۡۖم َفإِن َت ٰ َن َز ۡع ُت ۡمفِي َش ۡي ٖء َف ُر ُّدوهُإِ َلىٱللَّ ِه َوٱلرَّ ُسوإِل ِن ُك‬

٥٩ ‫ر َوأَ ۡح َس ُن َت ۡأ ِوياًل‬ٞ ‫ن ُت ۡم ُت ۡؤ ِم ُنو َن ِبٱللَّ ِه َو ۡٱل َي ۡومِٱأۡل ٓخ ۚ ِِر ٰ َذلِ َك َخ ۡي‬ 

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil

amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka

kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-

benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama

(bagimu) dan lebih baik akibatnya.

3. Surat an-Nur ayat 55

ۡ‫اٱس َت ۡخلَ َفٱلَّذِي َنمِن َق ۡبل ِِهم‬ َّ ٰ ‫ِين َءا َم ُنو ْامِن ُك ۡم َو َع ِملُو ْاٱل‬
ۡ ‫صل ٰ َِح ِتلَ َي ۡس َت ۡخلِ َف َّنه ُۡمفِيٱأۡل َ ۡرضِ َك َم‬ َ ‫و َعدَٱللَّهُٱلَّذ‬ َ

Artinya: Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan

mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan

mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang

sebelum mereka berkuasa,

4. Surat Shad ayat 26

ِ ‫اج َع ۡل ٰ َن َك َخلِي َف ٗةفِيٱأۡل َ ۡر‬


‫ض‬ َ ‫ ٰ َيدَاوُ ۥ ُدإِ َّن‬ 

Artinya: Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka

bumi.

5. Surat An-Nahl ayat 89

َ ‫َو َي ۡو َم َن ۡب َع ُثفِي ُكأِّل ُمَّةٖ َش ِهي ًدا َعلَ ۡي ِهمم ِّۡنأَنفُسِ ِه ۡۖم َو ِج ۡئ َن ِاب َك َش ِه ًيدا َعلَ ٰى ٰ َٓهؤُ ٓاَل ۚ ِء َو َن َّز ۡل َن‬
šِ‫ل‬šš‫اعلَ ۡي َك ۡٱل ِك ٰ َت َبت ِۡب ٰ َي ٗنالِّ ُكلِّ َش ۡي ٖء َوه ُٗد َىو َر ۡح َم ٗة َوب ُۡش َر ٰىل ِۡلم ُۡس‬

٨٩‫ِين‬
َ ‫م‬ 

Artinya; (Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang

saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad)
menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al

Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar

gembira bagi orang-orang yang berserah diri.

6. Hadits Nabi saw. riwayat Imam Bukhari :

َّ ‫اَل َطا َع َةفِي َمعْ صِ َيةٍإِ َّن َم‬ 


ْ ‫االطا َع ُةف‬
ِ‫ِيال َمعْ رُوف‬

Artinya: Tidak boleh taat terhadap kemaksiatan, sesungguhnya ketaatan itu hanya

kepada kebajikan.

C. Tujuan dan Hukum Kepemimpinan dalam Islam

Pemimpin memang dibutuhkan oleh umat, baik masyarakat kecil, apalagi masyarakat

besar karena dengan adanya pemimpin umat akan lebih teratur dan menjadi

baik.Sebaliknya, tanpa pemimpin akan terjadi keresahan, kekacauan dan kehancuran.

Oleh sebab itu Islam selalu membimbing pemeluknya agar hidup bersama pemimpin,

misalnya imam shalat, imam safar, amil zakat, pemimpin haji, pemimpin rumah tangga,

pemimpin perang dan negara.

Dalilnya sebagaimana disebutkan ayat diatas, dan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi

wa sallam, sabdanya:

‫ع‬ ْ ‫ه َف ُكل ُّ ُك‬


ٍ ‫م َرا‬ ِ ‫ج َها َو َولَ ِد‬
ِ ‫ة َعلَىبَ ْيتِ َز ْو‬ ِ ‫م ْرأَ ُة َرا‬
ٌ َ‫عي‬ ْ َ‫ع َعلَىأ‬
َ ‫هلِبَ ْيتِ ِه َوا ْل‬ ٍ ‫ج ُل َرا‬
ُ ‫الر‬
َّ ‫ع َو‬ ُ ‫عيَّتِ ِه َواأْل َ ِم‬
ٍ ‫ير َرا‬ ِ ‫س ُئول ٌ َع ْن َر‬
ْ ‫م‬ ْ ‫ع َو ُكل ُّ ُك‬
َ ‫م‬ ْ ‫ُكل ُّ ُك‬
ٍ ‫م َرا‬

‫ه‬ ِ ‫س ُئول ٌ َع ْن َر‬


ِ ِ‫عيَّت‬ ْ ‫م‬ ْ ‫ َو ُكل ُّ ُك‬ 
َ ‫م‬

Artinya: "Setiap kalian adalah pemimpin. Dan setiap kalian akan dimintai

pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya. Seorang Amir adalah pemimpin.

Seorang suami juga pemimpin atas keluarganya. Seorang wanita juga pemimpin atas
rumah suaminya dan anak-anaknya. Maka setiap kalian adalah pemimpin dan setiap

kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya." (HR. Bukhari)

Pemimpin ideal yang memiliki ciri kepemimpinan Islam merupakan dambaan bagi

setiap orang. Sebab pemimpin itulah yang akan membawa maju-mundurnya suatu

organisasi, lembaga, negara dan bangsa. Oleh karenanya, pemimpin mutlak

dibutuhkan demi tercapainya kemaslahatan umat. 

Imam Al-Mawardi dalam Al-Ahkam Al-Sulthoniyah menyinggung mengenai hukum dan

tujuan menegakkan kepemimpinan. beliau mengatakan bahwa menegakkan

kepemimpinan dalam pandangan Islam adalah sebuah keharusan dalam kehidupan

bermasyarakat. Lebih lanjut, beliau mengatakan bahwa keberadaan pemimpin dalam

kepemimpinannya sangat penting. Artinya antara lain karena kepemimpinan

mempunyai dua tujuan: 

1. Likhilafati an-Nubuwwah fi-Harosati ad-Din, yakni sebagai pengganti misi

kenabian untuk menjaga agama. 

2. Wa Siyasati ad-Dun-yaa, untuk memimpin atau mengatur urusan dunia. Dengan

kata lain bahwa tujuan suatu kepemimpinan adalah untuk menciptakan rasa aman,

keadilan, kemasylahatan, menegakkan amar ma'ruf nahi munkar, mengayomi rakyat,

mengatur dan menyelesaikan problem-problem yang dihadapi masyarakat.

Berbicara masalah hukum dalam kepemimpinan islam, Al-Mawardi menulis bahwa

kepemimpinan hukumnya wajib. Akan tetapi para pakar masih berbeda pendapat

tentang apakah itu wajib secara rasional atau secara syar’i. sebagian kelompok

berpendapat bahwa itu hukumnya wajib secara rasio karena memang akal menyeru

untuk menghilangkan kezhaliman, kerusakan dan perpecahan yang timbul dari sebuah
kelompok atau masyarakat. Sebagian yang lain berpendapat bahwa hukumnya wajib

secara syar’i karena pemimpin dalam kepemimpinannya secara langsung terkonstruk

oleh syara’sebagaimana tercantum dalam QS. An-Nisa’ ayat 59.

 Ciri-ciri Pemimipinan Menurut Islam

Pemimpin dalam islam mempunyai beberapa ciri-ciri, diantaranya : 

a) Niat yang ikhlas 

b) Laki-laki 

c) Tidak meminta jabatan 

d) Berpegang dan konsistan pada hukum Allah 

e) Memutuskan perkara dengan adil 

f) Senentiasa ada ketika diperlukan 

g) Menasehati rakyat 

h) Tidak menerima hadiah 

i) Mencari pemimpin yang baik 

j) Lemah lembut 

k) Tidak meragukan rakyat 

l) Terbuka untuk menerima idea dan kritikan[6] 

Sejarah Islam telah membuktikan pentingnya masalah kepemimpinan ini setelah

wafatnya Baginda Rasul. Para sahabat telah memberi penekanan dan keutamaan

dalam melantik pengganti beliau dalam memimpin umat Islam. Umat Islam tidak
seharusnya dibiarkan tanpa pemimpin. Sayyidina Umar R.A pernah berkata, “Tiada

Islam tanpa jamaah, tiada jamaah tanpa kepemimpinan dan tiada kepemimpinan tanpa

taat”. 

Pentingnya pemimpin dan kepemimpinan ini perlu dipahami dan dihayati oleh

setiap umat Islam di negeri yang mayoritas warganya beragama Islam ini, meskipun

Indonesia bukanlah negara Islam. Allah SWT telah memberi tahu kepada manusia,

tentang pentingnya kepemimpinan dalam islam, sebagaimana dalam Al-Quran kita

menemukan banyak ayat yang berkaitan dengan masalah kepemimpinan. “Ingatlah

ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak

menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau

hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan

padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji

Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: 

“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (Al Baqarah: 30) 

Ayat ini mengisyaratkan bahwa khalifah (pemimpin) adalah pemegang mandate

Allah SWT untuk mengemban amanah dan kepemimpinana langit di muka bumi. Ingat

komunitas malaikat pernah memprotes terhadap kekhalifahan manusia 

dimuka bumi. ”Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah SWT dan ta`atilah Rasul

(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah SWT (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya),

jika kamu benar-benar beriman kepada Allah SWT dan hari kemudian. Yang demikian

itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS An-Nisa: 59) Ayat ini

menunjukan ketaatan kepada ulil amri (pemimpin) harus dalam rangka ketaatan kepada

Allah SWT dan rasulnya.[7] 

 Prinsip Kepemimpinan Menurut Islam

Islam dalam mengatur sistem negara hanya mengenal “kedaulatan Tuhan”

sebagai kedaulatan tertinggi dalam negara. Ketentuan ini tertuang dalam firman-Nya

yang berbunyi : 

[10](1) ‫دِي ٌر‬šššššššššššššššš‫يْ ٍء َق‬šššššššššššššššš‫ ِّل َش‬šššššššššššššššš‫و َعلَى ُك‬ššššššššššššššššُ


َ ُ šššššššššššššššš‫ ِد ِه ْالم ُْل‬šššššššššššššššš‫ك الَّذِي ِب َي‬
‫ك َوه‬ ‫ َت َب‬ 
َ ‫ار‬šššššššššššššššš
َ

Artinya: “Maha suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa

atas segala sesuatu”. (QS. Al Mulk: 1) [11] 

 Konsep kepemimpinan Islam

Konsep merupakan cara pandang yang menjadi dasar landasan pemikiran.

Konsep kepemimpinan adalah konsep yang dimiliki oleh ajaran islam dalam

memandang kepemimpinan, kepemimpinan dalam islam memandang dan mencakup

beberapa Aspek: 
a) Aspek pengaruh.

Dalam ajaran islam, pemimpin yang tidak memiliki pengaruh akan menyebabkan

hilangnya kepercayaan umat pada pemimpin tersebut. Bisa menjadi contoh yaki

kholifah Abu Bakar, Umar Bin khattab, Utsman Bin Affan, Ali Bin Abi Tholib. 

b) Aspek Kerohanian,

Selain sebagai pemimpin umat, seorang pemimpin juga memilki kedudukan

sebagai pemimpin agama, hal demikian ini bisa ditunjukkan bagaimana Nabi

Muhammad SAW, beliau adalah seorang pemimpin rakyat dilain sisi beliau juga

seorang pemimpin Agama. 

c) Aspek karasteristik.

Aspek yang digunkan untuk menilai kepemimpinan seseorang, meliputi karakter

pemimpin baik maupun buruk.[9] 

  
BAB III

SUKSESI KEPEMIMPINAN DALAM SYARIAT ISLAM

A. Pada Masa Rasulullah

Setelah tiba dan diterima penduduk Yatsrib (Madinah), Nabi resmi menjadi

pemimpin penduduk kota itu. Babak baru dalam sejarah Islam pun dimulai. Berbeda

dengan periode Mekkah, pada periode Madinah, Islam merupakan kekuatan politik.

Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah.

Nabi mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai

kepala negara. Dengan kata lain, dalam diri nabi terkumpul dua kekuasaan, kekuasaan

spiritual dan duniawi. Kedudukannya sebagai rasul secara otomatis merupakan kepala

Negara.

Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan negara baru itu (Madinah), maka

beliau segera meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat. Dasar-dasar tersebut

antara lain:

1.      Pembagunan masjid, selain sebagai tempat ibadah masjid juga digunakan

sebagai pusat pemerintahan.

2.      Ukhuwah Islamiyah, Nabi mempersaudarakan antara golongan Muhajirin dan

Anshar.

3.      Hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lainyang tidak beragama Islam.

Dari perjalanan sejarah Nabi ini, dapat disimpulkan bahwa Nabi Muhammad

SAW, di samping sebagai pemimpin agama, juga seorang negarawan, pemimpin politik
dan administrasi yang cakap. Hanya dalam sebelas tahun menjadi pemimpin politik,

beliau berhasil menundukkan seluruh jazirah Arab ke dalam kekuasaannya.

B. Pada Masa Khulafaur Rasyidin

Dalam sejarah Islam dikenal berbagai mekanisme penetapan kepala negara,

yakni pada masa Khulafaur Rasyidin; Abu Bakar ditetapkan berdasarkan pemilihan

dengan musyawara terbuka, Umar ibn Khattab ditetapkan berdasarkan penunjukan

kepala negara terdahulunya, Usman ibn Affan ditetapkan berdasarkan pemilihan dalam

suatu dewan formatur, dan Ali ibn Abi Thalib ditetapkan berdasarkan pemilihan

musyawarah dalam pertemuan terbuka.

1. Khalifah Abu Bakar

Nabi Muhammad SAW tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan

menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Beliau

nampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum muslimin sendiri untuk

menentukannya. Karena itulah, tidak lama setelah beliau wafat belum lagi jenazahnya

dimakamkan, sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar berkumpul di balai kota Bani

Sai’dah, Madinah. Mereka memusyawarahkan siapa yang akan menjadi pemimpin.

Musyawarah itu berjalan cukup alot karena masing-masing pihak, baik Muhajirin

maupun Anshar, sama-sama merasa berhak menjadi pemimpin umat Islam. Namun,

dengan semangat yang tinggi, akhirnya, Abu Bakar terpilih. Rupanya, semangat

keagamaan Abu Bakar mendapat penghargaan yang tinggi dari umat Islam.
2. Khalifah Umar ibn Khattab

Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, beliau bermusyawarah

dengan para pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar sebagai gantinya dengan

maksud untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di

kalangan umat Islam.

3. Usman Ibn Affan

Untuk menentukan penggantinya, Umar tidak menempuh jalan yang dilakukan

Abu Bakar. Dia menunjuk enam orang sahabat dan meminta kepada mereka untuk

memilih salah seorang di antaranya menjadi khalifah. Enam orang tersebut adalah

Usman, Ali, Thalhah, Zubair, Sa’ad ibn Abi Waqqas, dan Abdurrahman ibn Auf. Setelah

Umar wafat, tim ini bermusyawarah dan berhasil menunjuk Usman sebagai khalifah,

melaui persaingan yang agak ketat dengan Ali ibn Abi Thalib.

4. Ali ibn Abi Thalib

Setelah Usman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali ibn Abi Thalib

sebagai khalifah. Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya,

ia menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikitpun pada pemerintahannya

yang dapat dikatakan stabil. Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali memecat gubernur

yang diangkat oleh Usman. Dia yakin pemberotakan-pemberontakan terjadi karena

keteledoran mereka. Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Usman kepada

penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada Negara, dan memakai

kembali sistem distribusi pajak tahunan di antara orang-orang Islam sebagaimana

pernah diterapkan Umar.


C. Kepemimpinan Bani Umayyah

Memasuki kekuasaan Muawiyah yang menjadi awal kekuasaan Bani Umayyah,

pemerintahan yang bersifat demokratis berubah menjadi monarchiheridetis (kerajaan

turun temurun). Kekhalifahan Muawiyah diperolaeh melalui kekerasan, diplomasi dan

tipu daya, tidak dengan suara pemilihan atau suara terbanyak. Suksesi kepemimpinan

secara turun temurun dimulai ketika Muawiyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk

menyatakan setia terhadap anaknya, Yazid. Muawiyah bermaksud mencontoh

monarchi di Persia dan bizantium. Dia memang tetap menggunakan istilah khalifah,

namun dia member interpretasi baru dari kata-kata itu untuk mengagungkan jabatan

tersebut. Dia menyebutnya “khalifah Allah” dalam pengertian “penguasa” yang diangkat

oleh Allah.

D. Kepemimpinan Bani Abbasiyah

Kekuasaan Bani Abbas, atau khilafah Abbasiyah, merupakan kelanjutan dari

kekuasaan dinasti Bani Umayyah. Dinamakan khilafah Abbasiyah karena para pendiri

dan penguasa dinasti ini adalah keturunan al-Abbas paman Nabi Muhammad saw.

Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhamad ibn Ali ibn Abdullah

ibn al-Abbas. Kekuasaanya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun

132 H (750 M) s.d. 656 H (1258 M). selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan

yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan oerubahan politik, sosial, dan budaya.
BAB IV

ANALISIS SUKSESI KEPEMIMPINAN DALAM SYARIAT ISLAM

A. Dasar Hukum Pemilihan Pemimpin (Suksesi Kepemipinan)

Berkaitan dengan kehidupan bernegara, al-Qur’an dalam batas-batas tertentu,

tidak memberikan pemberian. Tetapi al-Qur’an hanya memaktubkan tata nilai. Demikian

pula as-Sunnah. Nabi tidak menetapkan peraturan secara rinci mengenai prosedur

pergantian kepemimpinan umat dan kualifikasi pemimpin umat. Dalam bab ini akan

dikemukakan beberapa Firman Allah dan Sabda Nabi yang berkaitan dengan

pembahasan.

1.       Dasar al-Qur’an

a.        Kemestian mewujudkan persatuan dan kesatuan umat.

Sesungguhnya (agama Tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan

aku adalah Tuhanmu, Maka bertakwalah kepada-Ku. (QS. Al-Mu’minun: 52)

b.       Kemestian bermusyawarah dalam menyelesaikan dan menyelenggarakan

masalah yang bersifat ijtihadiyah.

َ‫ورى َب ْي َن ُه ْم َو ِم َّما َر َز ْق َنا ُه ْم ُي ْنفِقُون‬


َ ‫ش‬ُ ‫صاَل َة َوأَ ْم ُر ُه ْم‬
َّ ‫اس َت َجا ُبوا ل َِر ِّب ِه ْم َوأَ َقا ُموا ال‬
ْ َ‫َوالَّذِين‬

Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan

shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antar mereka. (QS.

asy-Syura [42]: 38)


BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap, dan

gaya yang baik untuk mengurus atau mengatur orang lain. Kepemimpinan adalah

kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan

sesuatu sesuai tujuan bersama.

Menyatakan bahwa dalam menjadi pemimpin di muka bumi maka manusia harus

bisa menjalankan apa yang telah diamanatkan oleh Allah dan di setiap langkah sebagai

seorang pemimpin, Allah akan memberikan peringatan bagi kaum Muslimin agar selalu

berhati-hati tentang apa yang akan dilakukan sebagai khalifah Allah di bumi.

B. SARAN

Dalam makalah singkat ini penulis ingin menyarankan kepada rekan mahasiswa

hendaknya kita membuat tugas yang dibebankan oleh dosen pengasuh kita yang

berupa makalah khususnya mata kuliah pendidikan agama islam, kita membuat sendiri

agar kedepannya kita menjadi mahasiswa yang benar-benar siap pakai di kalangan

masyarakat maupun dunian kerja.


DAFTAR PUSTAKA

Bukhari, Muhammad bin Ismail Abu Abdillah al-. Shahih Al-Bukhari, Berut: Dar Ibnu

Katsir, 1987-1407

Mar’at, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: Ghalis Indonesia, 1983. hal 20

Mawardy, Al-.  Al-Ahkam As-Sulthaniyyah. Mawqi’u Al-Islam (Al-Maktabah Al-Syamilah)

Nawawi, Hadari. Kepemimipinan Menurut Islam. Yogyakarta: GAMA University Press,

1993

Terry, George R. Dasar-Dasar Manajemen. Alih Bahasa : G.A Ticoalu, Jakarta : Bina

Aksara, 2003

[7] Kepemimpinan dalam Islam Menurut Al Quran dan Hadist _ Sip Online.htm 

[8] http://hanierahanif.blogspot.co.id/2014/06/kepemimpinan-menurut-pandangan-

agama.html 

[9] http://hanierahanif.blogspot.co.id/2014/06/kepemimpinan-menurut-pandangan-

agama.html 

[10]http://www.tafsir.web.id/2013/04/tafsir-al-mulk-ayat-1-11.html [11]

http://kepemimpinandalamislam.blogspot.co.id/

Anda mungkin juga menyukai