Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah S.W.T., Tuhan Yang Maha Esa, pada akhirnya
makalah atau paper yang penulis susun dalam rangka memenuhi tugas yang kami beri judul: “
Efektivitas Implementasi kebijakan PSBB di Kampus IPDN Jatinangor”, telah dapat
diselesaikan.
Makalah ini disusun dengan mengacu pada beberapa sumber bacaan dan akses internet.
Tulisan ini sebagian besar hanyalah kutipan kutipan dari beberapa sumber, dengan beberapa
ulasan pribadi. Ulasan pribadi sifatnya hanyalah analisis dan sintesis dari beberapa kutipan yang
berasal dari bahan bacaan.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari sempurna dan mungkin beberapa
pandangan kami sedikitnya belum teruji kebenarannya. Namun, harapan kami semoga karya
yang sederhana ini ada setitik manfaatnya, terutama untuk kami dan teman-teman yang telah
membaca makalah ini.

Jatinangor, 26 April 2020


DAFTAR  ISI

KATA PENGANTAR……….......................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii

BAB. I.  PENDAHULUAN ………............................................................I-1


1.1. Latar Belakang...................................................................................I-1
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................I-1
1.3. Metodologi
BAB. II. Landasan teori…....................................................................................II-1
2.1 Teori Kepamongprajaan................................................................................II-2
2.1.1 10 Nilai Kepamongprajaan..........................................II-4
2.1.2 Diskresi....................................................II-5
2.1.3 12 Manfaat................................................................................II-2
2.1.4 5 Fungsi Pemerintahan..........................................II-4
2.2 Legalistik
2.2.1 UU NO.23 Tentang Kewenangan..........................................II-4
2.2.2 UU. NO.30 Tahun 2014....................................................II-5
2.2.3 PETADUPRA................................................................................II-2
2.2.4 PERGUB..........................................II-4
2.2.5 PERBUP....................................................II-5
2.2.6 PSBB................................................................................II-2
BAB. III. PEMBAHASAN…....................................................................................II-1
3.1 Pelaksanaan Lockdown Di IPDN................................................................................II-2
3.2 Tingkat Keberhasilan..........................................II-4

BAB. IV. PENUTUP....................................................................................III-1


4.1 Kesimpulan..........................................................................................III-2
4.2 Saran....................................................................................................III-3
4.3.Daftar Pustaka.....................................................................................III-4

BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar belakang
 Institut Pamarentahan Dalam Negeri) disingkat "IPDN" adalah Lembaga Pendidikan Tinggi Kedinasan
dalam lingkungan Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia, yang bertujuan mempersiapkan kader
pemerintah, baik di tingkat daerah maupun di tingkat pusat. Berdasarkan Keppres No. 87 Tahun 2004,
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memutuskan untuk menggabungkan Sekolah Tinggi Pemerintahan
Dalam Negeri (STPDN) dengan Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) menjadi IPDN.
Kampus IPDN di daerah tersebut berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun
2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja IPDN ditetapkan: Kampus IPDN Manado, Kampus IPDN
Kampus Makassar, Kampus IPDN Pekanbaru, dan Kampus IPDN Bukittinggi, yang selanjutnya
berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor: 892.1¬829 Tahun 2009 ditetapkan lokasi
pembangunan kampus IPDN di daerah yaitu: di Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara, di
Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan, di Kabupaten Bukit Tinggi Provinsi Sumatra Barat, di
Kabupaten Kubu Raya (Sementara) & Mempawah (Kampus Baru) Provinsi Kalimantan Barat, di Lombok
Timur di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan di Jayapura Provinsi Papua. Saat ini sedang dibangun juga
Kampus IPDN di Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh.
IPDN telah dibentuk 3 (tiga) Fakultas yaitu Fakultas Politik Pemerintahan yang terdiri dari 2
(dua) program studi (prodi) yaitu Prodi Kebijakan Pemerintahan dan Prodi Pemberdayaan Masyarakat;
Fakultas Manajemen Pemerintahan yang terdiri dari 4 (empat) program studi yaitu Prodi Manajemen
Sumber Daya Manusia Sektor Publik, Prodi Pembangunan Daerah, Prodi Keuangan Publik,; Fakultas
Hukum Tata Pemerintahan yang terdiri dari 3 (tiga) program studi yaitu Prodi Kependudukan dan
Pencatatan Sipil, Prodi Manajemen Keamanan dan Keselamatan Publik, dan Prodi Praktek Perpolisian
Tata Pamong

1.2        Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan lockdown di IPDN?
2. Sejauh mana efektivitas pelaksanaan Lockdown tersebut?

1.3 Metodologi

 Observasi parsipatori
 kualitatif deskriptf
 primer dan sekunder
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1             Teori Kepamongprajaan

2.1.1 Nilai dalam sistem Kepamongprajaan


1. Vooruit zien/visioner (memandang sejauh mungkin ke depan)
2. Conducting (membangun kinerja bersama melalui perilaku actor yang berbeda-beda)
3. Coordinating (membangun kinerja masing-masing melalui kesepakatan bersama yang
berbeda)
4. Peace Making (membangun kerukunan dan kebersamaan)
5. Residue-caring (mengelola sampah, sisa, yang beda, yang salah, dan yang terbuag)
6. Turbulence-serving (mengelola ledakan yang dianggap mendadak atau di luar
kemampuan/force majeure)
7. Fries Ermessen (keberanian bertindak untuk kemudian mempertanggungjawabkannya)
8. Generalist and Specialist Function (knowing less and less about more and more, and more
and more about less and less)
9. Omnipresence (terasa hadir dimana-mana)
10. Responsibility (menjawab dengan jelas dan jujur, men(t)anggung risiko secara pribadi
menurut etika otonom)
11. Magnanimous-thinking (-mind, berpemikiran besar dan kuat menerobos zaman membuat
sejarah)
12. Distinguished statesmanship (kenegarawan-utamaan, selama memangku masa jabatan public,
berdiri di atas semua kepentingan, tidak memihak, impartial).

2.1.2 Diskresi
merupakan keputusan dan/atau tindakan yang ditetapkan dan/atau dilakukan oleh pejabat
pemerintahan untuk mengatasi persoalan konkret yang dihadapi dalam penyelenggaraan
pemerintahan dalam hal peraturan perundang-undangan yang memberikan pilihan, tidak mengatur,
tidak lengkap atau tidak jelas, dan/atau adanya stagnasi pemerintahan. Namun, penggunaannya harus
oleh pejabat yang berwenang dan sesuai dengan tujuannya.

2.1.3 Manfaat Pamong Praja


1. Pamong praja sebagai kader pemerintahan sipil di lingkungan Kementrian Dalam Negeri dan
Pemerintah Daerah.

2. Pamong praja sebagai kader pemerintahan sipil diperlukan pada setiap jenjang administratif
pemerintahan. Strukturya mengerucut. Di tingkat Desa/Kelurahan diperlukan ribuan orang Pamong
Desa/Pamong Kelurahan, dan dipuncaknya Pamong Bangsa/Negara, yaitu Presiden.

 3. Pamong praja generalis yang mengetahui dan mengenal sedikit demi sedikit tentang semakin banyak
hal. Dalam hubungan ini, kepamongprajaan lebih sebagai seni (art) dan kreativitas ketimbang tekhnik
dan spesialisasi. Kualitas ini tidak dapat dipenuhi oleh perguruan tinggi umum yang cenderung
spesialistik.

4. Pamong praja adalah dinas karier. Kesinambungan, konsistensi, keselarasan, keseimbangan dan
keserasian program memberikan tenaga yang bebas dari pengaruh rezim politik lima tahunan seperti
yang terjadi selama ini. Hubungan antara pamong praja dengan politisi harus bersifat transformasional,
bukan transaksional. Selama ini masing- masing unsur struktur supra (trias politika) asik bertransaksi
antara mereka, sehingga stuktur infra terlupakan. Pamong praja sendiri harus selektif, bukan elektif.

5. Pamong praja memerlukan kecerdasan. Kecerdasan tidak dapat terbentuk melalui diklat jangka
pendek, doktrin, instruksional, dan rekrutmen berdasarkan spoil system, bersifat insidental, tetapi
melalui pendidikan formal berijazah dan pengalaman yang luas.

. 6. Pamong praja adalah tenaga pemikir dan perancang pemerintahan. Kemampuan berpikir teoritik dan
konseptual tidak dapat terbentuk rnelalui pendidikan profesional berprogram diploma atau spesialis.
Pendidikan seperti itu ditujukan pada profesi dan job tertentu yang ditawarkan pasar. Sebaliknya profesi
dan job pamong praja bersifat publik, sudah tersedia. Oleh sebab itu, kualitas pamong praja dibentuk
melalui program pendidikan akademik.

7. Pamong praja perlu dibekali dengan llmu Pemerintahan sebagai pedoman dalam menjalankan tugas-
tugasnya.

8. Pamong praja adalah profesional. Seorang profesional mengabdi pada profesi (pekerjaan), bukan
pada orang. Pengabdian tersebut bersumber pada pertimbangan- - pertimbangan ilmiah (teoritik), dan
karena ilmu yang menjadi andalan adalah Kybernologi, maka pertimbangan- pertimbangan itu demi
perlindungan kemanusiaan dan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat.

9. Pamong praja adalah kepala, manajer, pemirnpin, koordinator, conductor (dirigen), penyelamat, dan
pengelola sisa. Pemerintahan dapat dipandang sebagai organisasi, usaha, dan komunitas, yang terdiri
dari komponen yang berbeda-beda dengan kondisi yang berlain-lainan. Gerakan komponen- komponen
itu harus harmoni satu dengan yang lain agar bersama-sama menghasilkan kinerja optimal. Oleh sebab
itu, pamong praja harus memiliki kekepalaan, manajemen, dan kepemimpinan.

10. Pamomg praja sebagai kenegarawanan. Kualitas tertinggi kepamongprajaan adalah kenegarawanan.
Seorang negarawan menghasilkan pikiran-pikiran besar (magnanimous), memandang sejauh mungkin ke
depan, berwatak impartial, dan non partisan. Berperan menjalankan misi pemerintahan Indonesia yaitu
mengelola keunikan tiap mayarakat menjadi keuatan mata rantai nusantara, rnengurangi kesenjangan
vertical antar lapisan masyarakat dan mengurangi kesenjangan horizontal antar daerah secepatnya,
sehingga " the people who get the pain are the people who share the gain," dan memproses
kesebangsaan guna mewujudkan Bhinneka Tunggat lka, adalah Departemen Da1am Negeri.
11. Kepamong-prajaan dibentuk melalui pendidikan kedinasan di bawah Kementrian Dalam Negeri yaitu
lnstitut Pemerintahan Dalam Negeri (1PDN) rnelalui jenjang pendidikan D4, S1, S2 dan S3.

12. Kepamongprajaan adalah jiwa kerja korps yang berwawasan nusantara dan bersemangat
kesebangsaan.

2.1.4 Fungsi Pemerintahan

Rewansyah dalam (Mustafa, 2013) mengemukakan ada 5 (lima) fungsi utama pemerintah, yaitu sebagai
berikut:

1. Fungsi Pengaturan/Regulasi

Fungsi pengaturan/regulasi (penetapan kebijakan publik) adalah fungsi yang tak dapat di delegasikan,
dipindahkan ataupun diprivatisasikan kepada organisasi atau lembaga di luar pemerintahan. Fungsi
pengaturan oleh pemerintah tak lain adalah aturan hukum yang dibuat pemerintah untuk mengatur
agar kehidupan bersama berjalan dengan baik dan memberikan kebaikan ataupun kenyamanan bagi
setiap warga Negara. Oleh karena itu, peran pemerintah ke depan adalah membentuk/mengambil
kebijakan publik yang efisien, efektif, produktif dan dapat diimplementasikan.

2. Fungsi Pelayanan Kepada Masyarakat

Konsep pelayanan mengandung bermacam-macam arti, meliputi berbagai kegiatan, dan dipakai untuk


berbagai bidang studi. Sejauh ini padanan bahasa Indonesia kata pelayanan dalam bahasa Inggris ada
dua, yaitu administering dalam administration dan servicing dalam service  (public service and
civil service). Dalam konsep administration lebih menunjukkan sistem (struktur) dan proses ketimbangan
substansi kebutuhan manusia dan publik, sedangkan konsep service, sebaliknya.

3. Fungsi Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah fungsi yang berhubungan secara negatif dengan kondisi


ekonomi, politik, dan sosial warga masyarakat, dalam arti: semakin tinggi taraf hidup warga masyarakat,
semakin kuat posisi tawar (bargaining position), dan semakin integratif masyarakat. Semakin berkurang
fungsi pemberdayaan masyarakat, fungsi pemerintah berubah, dari rowing ke steering.

Pemberdayaan harus terus-menerus, komprehensif dan simultan, sampai ambang batas tercapainya
keseimbangan yang dinamik antara pemerintah dengan warga masyarakat. Menurut Ndraha (dalam
Mustafa, 2013) dalam hubungan itu diperlukan berbagai program pemberdayaan masyarakat antara
lain:

Pemberdayaan Politik, yang bertujuan meningkatkan bargaining position yang diperintah (rakyat)


terhadap pemerintah. Melalui bargaining tersebut yang diperintah mendapatkan apa yang merupakan
haknya dalam bentuk barang, jasa, layanan dan kepedulian, tanpa merugikan orang lain.

Pemberdayaan Ekonomi, dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan rakyat sebagai
konsumer.

Pemberdayaan Sosial Budaya, yang bertujuan meningkatkan kemampuan sumber daya manusia


melalui human investment, guna meningkatkan nilai manusia (human dignity), penggunaan manusia
(human utilization) dan perlakuan seadil-adilnya terhadap manusia.
Pemberdayaan Lingkungan, dimaksudkan sebagai program perawatan dan pelestarian lingkungan,
supaya antara masyarakat dengan lingkungannya terdapat hubungan yang saling menguntungkan.

4. Fungsi Pengelolaan Asset/Kekayaan Negara

Aset/kekayaan negara merupakan segala sesuatu yang bernilai ekonomi baik berupa fisik dan non fisik
maupun berupa uang, surat-surat berharga dan kekayaan alam yang terdapat di bumi
Nusantara. Sumber daya dapat didefinisikan sebagai kekayaan suatu bangsa yang menjadi modal bagi
kejayaan masa depannya. Sumber daya tersebut merupakan milik seluruh rakyat Indonesia yang
dikelola/diurus pemerintah.

5. Fungsi Keamanan, Ketertiban, Pengamanan dan Perlindungan

Ada yang berpendapat bahwa fungsi pemerintah di bidang pertahanan, keamanan, ketertiban umum,
pengamanan dan perlindungan sudah termasuk dan terkait dengan fungsi pemerintah di bidang
perumusan kebijakan (pengaturan), pelayanan, pemberdayaan dan fungsi pengelolaan
aset/kekeayaan negara. Misalnya, fungsi keamanan dan ketertiban umum merupakan tugas aparatur
kepolisian yang dapat juga dirumuskan sebgai fungsi pelayanan keamanan dan ketertiban umum oleh
kepolisian. Selain itu dapat diartikan juga melaksanakan fungsi pelayanan pengamanan dan
perlindungan warga masyarakat dari berbagai gangguan keamanan.

2.2 Legalistik

2.2.1 UU Nomor 23 Tahun 2014

Berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2014, kewenangan pemerintahan daerah meliputi hal-hal sebagai
berikut.

1. Pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya sesuai dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
2. Pemerintah daerah melaksanakan urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan oleh pemerintah
pusat menjadi dasar pelaksanaan otonomi daerah dengan berdasar atas asas tugas pembantuan.
3. Pemerintahan daerah dalam melaksanakan urusan pemerintahan umum yang menjadi kewenangan
presiden dan pelaksanaannya dilimpahkan kepada gubernur dan bupati/wali kota, dibiayai oleh APBN.
2.2.2 UU NOMOR 30 TAHUN 2014

Dengan hadirnya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan, dapat
menciptakan tertibnya penyelenggaraan administrasi pemerintahan, menciptakan kepastian hukum,
mencegah terjadinya penyalahgunaan wewenang, menjamin akuntabilitas badan dan/atau pejabat
pemerintahan, memberikan perlindungan hukum kepada warga masyarakat dan aparatur
pemerintahan, melaksanakan ketentuan peraturan peraturan perundang-undangan dan menerapkan
azas-azas umum pemerintahan yang baik (AUPB), dan memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya
kepada warga masyarakat.

   
Tujuan Undang-Undang tentang Administrasi Pemerintahan adalah:
  a. menciptakan tertib penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan;
 
  b. menciptakan kepastian hukum;
 
  c. mencegah terjadinya penyalahgunaan Wewenang;
 
  d. menjamin akuntabilitas Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan;
 
  e. memberikan pelindungan hukum kepada Warga Masyarakat dan aparatur
 
pemerintahan;
    f. melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan dan menerapkan AUPB;
dan
    g. memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada Warga Masyarakat.

2.2.3 Pergub Jawa Barat NO.30 Tahun 2020

Pergub Jabar Nomor 30 Tahun 2020 juga menekankan moda transportasi yang


boleh ataupun tidak boleh beroperasi selama PSBB berlaku. Semua layanan
transportasi udara, laut, kereta api, dan jalan raya diperbolehkan beroperasi dengan
pembatasan jumlah penumpang. Begitu juga dengan transportasi untuk layanan
kebakaran, layanan hukum, barang/logistik kesehatan, dan ketertiban.

Penggunaan mobil maupun sepeda motor dijelaskan secara rinci dalam Pergub.
Misal, penggunaan mobil maupun sepeda motor pribadi hanya untuk pemenuhan
kebutuhan pokok dan aktivitas yang diperbolehkan selama PSBB, melakukan
disinfeksi kendaraan, menggunakan masker, dan tidak berkendara jika sedang
mengalami suhu badan di atas normal atau sakit.
Pemenuhunan kebutuhan pokok yang dimaksud meliputi kegiatan penyediaan,
pengolahan, maupun pengiriman bahan pangan, energi, komunikasi dan teknologi,
keuangan atau perbankan dan sistem pembayaran, serta logistic. Khusus penggunaan
mobil pribadi, penumpang maksimal setengah dari kapasitas kendaraan. Itu dilakukan
agar PSBB di Bandung Raya berjalan optimal. Kami berharap semua masyarakat
mematuhi peraturan yang sudah dibuat agar PSBB yang diberlakukan dapat memutus
rantai penyebaran COVID-19,

Namun begitu, Pergub tetap memberikan kewenangan kepada bupati/wali kota


untuk membuat petunjuk teknis yang mengatur hak dan kewajiban penduduk
selama PSBB berlaku.

Aturan yang lebih spesifik dan teknis akan diatur serta harus mengikuti pada
peraturan walikota dan peraturan bupati

2.2.4 Perbup Sumedang NO.30 Tahun 2020

Adapun untuk aturan PSBB telah diatur dalam Perbup 30/2020 yang isinya memuat
tentang berbagai pembatasan kegiatan mulai dari pendidikan, keagamaan, sosial
budaya, dunia usaha, aktivias bekerja di tempat kerja, tempat atau fasilitas umum,
pergerakan orang dan barang, moda transportasi hingga pembatasan jam
operasional.

Dikonfirmasi, Bupati Sumedang Dr. H. Dony Ahmad Munir mengatakan, jelang


pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Bandung Raya, Pemerintah
Kabupaten Sumedang sedang sibuk mempersiapkan segalanya.

tujuan dari PSBB adalah untuk membatasi kegiatan tertentu dan pergerakan
orang/barang dalam menekan penyebaran Corona, meningkatkan antisipasi
perkembangan ekskalasi, memperkuat upaya peanganan kesehatan dan menangani
dampak sosial ekonomi dari penyebaran Covid-19.

Untuk mengoptimalkan PSBB, Sumedang membuat check point yang dibagi menjadi
3 bagian yaitu, check point A tersedia di 26 Kecamatan dibawah Koordinasi dengan
Forkopimcam. Untuk check point B oleh tim dari unsur Satpol PP bekerja sama TNI
dan Polri. Sedangkan untuk check point C pengawasan terhadap moda transportasi
yang digunakan diwilayah perbatasan

2.2.5 Pembatasan sosial berskala Besar (PSBB) 

Pembatasan sosial berskala Besar (PSBB) adalah istilah kekarantinaan kesehatan di


Indonesia yang didefinisikan sebagai "Pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam
suatu wilayah yang diduga terinfeksi penyakit dan/atau terkontaminasi sedemikian
rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran penyakit atau kontaminasi."[1] PSBB
merupakan salah satu jenis penyelenggaraan kekarantinaan kesehatan di wilayah,
selain karantina rumah, karantina rumah sakit, dan karantina wilayah.[2] Tujuan PSBB
yaitu mencegah meluasnya penyebaran penyakit kedaruratan kesehatan masyarakat
(KKM) yang sedang terjadi antarorang di suatu wilayah tertentu.[3] Pembatasan
kegiatan yang dilakukan paling sedikit meliputi peliburan sekolah dan tempat kerja,
pembatasan kegiatan keagamaan, dan/atau pembatasan kegiatan di tempat atau
fasilitas umum.[4] PSBB dilakukan oleh pemerintah daerah
tingkat provinsi maupun kabupaten/kota setelah mendapatkan persetujuan Menteri
Kesehatan melalui Keputusan Menteri

BAB III
PEMBAHASAN

3.1  Pelaksanaan Lockdown di IPDN

IPDN telah menerapkan standar prosedur protokol kesehatan, setelah penyebaran Covid-19
merebak di Indonesia.
IPDN telah melakukan sterilisasi terhadap sarana dan prasarana. Begitupula, siapapun yang
hendak masuk ke dalam kawasan kampus diawasi secara ketat.
 Sejak 14 Maret lalu, IPDN sudah mengkarantina praja. Selain itu melakukan penyemprotan
disinfektan ke setiap ruangan juga menyediakan Hand Sanitezer di pintu masuk dan di area dilingkungan
kampus. pihak IPDN telah mengambil keputusan untuk mengkarantina praja, dengan tidak
membolehkan praja ke luar kampus, supaya tidak berinteraksi dengan pihak luar.
Pintu masuk kampus ditutup dan melarang pihak luar untuk memasuki kampus terkecuali pihak-
pihak tertentu yang diizinkan seperti pengasuh. Semua kantin ditutup karena berhubungan dengan
pihak luar yang menjalankannya.
Pesiar praja ditiadakan agar tidak berinteraksi dengan pihak luar dan cuti lebaran praja juga
ditunda hingga waktu yang tidak ditentukan.
Praja melaksanakan perkuliahan dengan Work form Dorm atau diwisma.Upacara makan biasa
dilaksanakan digedung menza bersama ribuan praja lain, tetapi saat lockdown praja makan diwisma
masing-masing agar mencegah kerumunan.
Untuk meningkatkan imunitas, praja melaksanakan olahraga dan berjemur setiap harinya.

3.2  Tingkat keberhasilan


Sejauh ini tingkat keberhasilan lockdown di IPDN dapat dikatakan berhasil karena tidak ada
satupun praja yang positif corona. Padahal sumedang sudah termasuk zona merah dalam penyebaran virus
corona. Rapid test sudah dilakukan seluruh praja termasuk pengasuh meskipun ditemukan 4 praja putri
yang memiliki imunitas positif lemah tetapi setelah dilakukan swab tes praja tersebut negative. Seluruh
rekan satu asrama dengan praja putri  tersebut dalam pemeriksaan dinyatakan negatif (-) Covid-19. 
Namun sebagai langkah antisipasi penularan seluruh penghuni asrama tersebut dipindahkan ke asrama
khusus yang masih ada di lingkungan IPDN, untuk dilakukan isolasi mandiri internal kampus. Asrama
yang ditinggalkan akan dilakukan sterilisasi dengan penyemprotan disinfektan kembali untuk mencegah
Covid-19.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan   
Dalam menghadapi merebaknya pandemic COVID-19 IPDN melakukan lockdown kampus untuk
mengurangi interaksi praja dengan pihak luar . IPDN juga menerapkan standar prosedur protokol
kesehatan agar mengurangi penyebaran virus didalam kampus. Kegiatan-kegiatan praja didalam kampus
juga dibatasi agar tidak terjadi perkumpulan. Dapat dikatakan lockdown tersebut berhasil karena sampai
saat ini tidak ada praja yang positif covid-19.

4.2 Saran

Diperlukan pengawasan ketat didalam kampus dalam pelaksanaan seluruh kegiatan praja agar
pelaksanaan lockdown kampus berjalan lancar, dibutuhkan kesadaran praja dalam menjaga kebersihan
dan kesehatan serta untuk stay at dorm. Begitu pula dengan pengawasan terhadap pihak luar harus
dilakukan secara ketat karena kampus IPDN tersebut sudah berada di zona merah.

DAFTAR PUSTAKA

https://news.okezone.com/read/2020/04/09/525/2196809/terindikasi-positif-covid-19-empat-praja-
ipdn-bakal-jalani-tes-swab

https://id.wikipedia.org/wiki/Pembatasan_sosial_berskala_besar
https://www.sumedang.online/2020/04/mengapa-sumedang-lakukan-psbb-ini-penjelasan-bupati/
https://soppengkab.go.id/penjelasan-uu-nomor-23-tahun-2014-tentang-pemerintahan-daerah/
https://sumedang.radarbandung.id/berita-utama/2020/04/21/langgar-psbb-sumedang-siap-siap-
diumumkan-di-radio/
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt54b538f5f35f5/arti--tujuan--lingkup--dan-contoh-
diskresi/
https://jdih.bssn.go.id/arsip-hukum/uu-nomor-30-tahun-2014-tentang-administrasi-pemerintahan-2

Anda mungkin juga menyukai