Anda di halaman 1dari 29

 

Hubungannya adalah karena social distancing merupakan bentuk tindakan dari


interaksi social yang dibatasi untuk menghindari dampak – dampak negative yang terjadi
akibat dari interaksi social yang intens hal ini merupakan tindakan pengendalian
infeksi nonfarmasi yang dimaksudkan untuk menghentikan atau memperlambat
penyebaran penyakit menular.

Tujuan dari pembatasan interaksi sosial adalah untuk mengurangi kemungkinan


kontak antara orang terinfeksi dan orang lain yang tidak terinfeksi, sehingga dapat
meminimalkan penularan penyakit.

Social distancing hanya merupakan serangkaian tindakan yang bersifat membatasi


sedangkan interaksi social tetap berjalan, tetapi dengan cara yang telah ditentukan agar
tidak terjadi kontak dekat atau langsung satu sama lain.

Pembatasan yang dimaksud berupa menjaga jarak satu sama lain dengan jarak 1
meter, mengganti etika berjabat tangan dengan tidak bersentuhan, mengurangi bahkan
meniadakan aktivitas berkumpul secara langsung , penutupan sekolah, penutupan tempat
kerja, termasuk penutupan bisnis dan layanan sosial yang tidak berperan dalam fungsi
utama masyarakat, isolasi, karantina, pembatalan pertemuan massal seperti acara
olahraga, film, atau pertunjukan musik, menutup atau membatasi transportasi umum,
penutupan fasilitas rekreasi (kolam renang komunitas, klub pemuda, gimnasium), tindakan
"melindungi diri" untuk individu termasuk membatasi kontak tatap muka, melakukan bisnis
melalui telepon atau dalam jaringan (daring), menghindari tempat umum dan mengurangi
perjalanan yang tidak perlu, tidak berjabat tangan saat menyapa orang lain.

Jadi, social distancing yang dilakukan tidak membuat orang yang melakukan
menjadi tidak berinteraksi social, tetapi dengan cara lain yang lebih aman. Namun social
distancing ini memiliki kerugian berupa kesepian, berkurangnya produktivitas, dan
hilangnya manfaat lain yang berkaitan dengan interaksi manusia.
https://kaltim.idntimes.com/news/indonesia/aldzah-fatimah-aditya/korea-selatan-sukses-tekan-
penyebaran-virus-corona-ini-rahasianya-regional-kaltim/full

1. Korea Selatan memberlalukan tes virus corona


secara cepat dan massal
Pemerintah Korea Selatan tidak main-main untuk melakukan pemeriksaan tes
virus corona kepada warganya. Korea Selatan tercatat sebagai negara yang
melakukan tes virus corona terbanyak di dunia.

Sebanyak 300.000 tes telah dilakukan tim medis Korea Selatan terhadap
warganya. Angka tersebut terhitung 40 kali lebih banyak dibandingkan
dengan tes yang dilakukan oleh Amerika Serikat.

"Pengujian itu penting karena mengarah pada deteksi dini, meminimalkan


penyebaran lebih lanjut dan dengan cepat mengobati yang ditemukan
terinfeksi virus," ujar Menteri Luar Negeri Korea Selatan Kang Kyung-wha.

2. Dinas Kesehatan menghubungi orang yang


melakukan kontak dengan pasien positif
elain itu, penanganan Pemerintah Korea Selatan yang secara menyeluruh
juga tercermin dari unggahan salah satu warga Korea Selatan di laman
Twitter @juwonreports. Dalam tweetnya, @juwonresport menjelaskan bahwa
saudara laki-lakinya dihubungi oleh Dinas Kesehatan setempat karena
diketahui melakukan kontak dengan orang positif virus corona.

Dinas Kesehatan itu bahkan menghubungi telepon genggam saudara laki-


lakinya dua kali dalam sehari. Telepon tak diangkat bisa dicari polisi.

"Saudara laki-lakiku sedang di karantina mandiri karena secara tidak sadar


melakukan kontak dengan pasien virus corona. Pada saat dia secara tidak
sengaja tidak mengangkat telepon dari Dinas Kesehatan setempat yang
menghubunginya dua kali, mereka seperti "jika kamu pergi meninggalkan
rumah, kami harus melakukan penelusuran dengan polisi kami.
Jawab teleponmu," tulis @juwonreports, pada Sabtu (21/3).

3. Dinas Kesehatan memberikan medical supplies


kepada orang yang kontak dengan pasien positif
COVID-19
Pada tweetnya @juwonreports juga mengatakan, saudara laki-laki dan ibunya
pada akhirnya harus melakukan karantina mandiri. Namun, bukan hanya itu
saja. Dinas Kesehatan setempat juga memberikan dua paket medical
supplies kepada keluarga @juwonreports.

Satu paket medical supplies tersebut terdiri dari thermometer, 15 masker


bedah, hand sanitizer, alcohol sanitizing spray, dan dua kertas penjelasan.

"Hanya beberapa jam, Dinas Kesehatan setempat mengirim dua paket virus
corona ke rumah kami. Paket itu isinya medical supplies seperti thermometer,
15 masker bedah, hand sanitizer, alcohol sanitizing spray dan dua kertas
penjelasan," katanya.

https://news.detik.com/berita/d-4946883/strategi-korea-selatan-pukul-mundur-corona-lacak-uji-obati

Dia mengatakan Korsel telah memproses tes Corona 18.000 tes per hari. Hal inilah
yang membuat Korsel bisa bertindak cepat.

"Korea telah memproses 18.000 tes per hari dari keseluruhan total yang telah dites
mencapai 280.000. Dengan tes diagnosis yang sangat cepat ini kami dapat
mengidentifikasi pasien dan juga bertindak segera untuk merawat pasien. Jadi itu untuk
mengontrol penularan," kata Ambassador Kim saat berbincang dengan detikcom.

Korsel dalam hal ini memiliki slogan '3T' dalam menangani penularan penyakit COVID-
19. "Lacak, uji, dan obati (trace, test, and treat). 3T, lacak, lacak infeksi dan uji
kasusnya dan rawat pasien," jelasnya.

Dia pun mengatakan partisipasi warga Korsel juga penting dalam penanganan virus ini.
Warga Korsel bisa turut andil dalam pemantauan melalui sebuah aplikasi peta sebaran.
"Partisipasi publik melalui keterbukaan dan transparansi dengan berbagai cara.
Misalnya kita memiliki aplikasi untuk memberi tahu orang-orang di mana infeksi virus ini
telah diidentifikasi. Aplikasi peta sebaran ini bisa diunduh di telepon seluler,"
ungkapnya.

Cara kerja aplikasi ini bisa menunjukkan warga tentang area mana saja yang menjadi
episentrum penyebaran virus. Dengan adanya aplikasi ini, warga Korsel bisa punya
gambaran untuk menghindari kawasan itu. Bukan hanya menunjukkan kawasan, tapi
juga bangunan.

Selanjutnya, Ambassador Kim menjelaskan soal metode tes Corona ala drive-thru yang


hendak ditiru Indonesia. Dia menjelaskan tes Corona ini bisa berbayar atau gratis.

"Tes ini sangat sederhana. Kamu hanya perlu melakukan registrasi di stasiun tes
Corona. Jika kamu datang tanpa gejala, kamu perlu membayar. Tapi, jika kamu datang
dengan gejala dan rekomendasi dokter, layanan ini gratis," ungkapnya.

Dia mengatakan saat ini ada 68 stasiun drive-thru test Corona di Korsel. Biasanya


bentuk stasiun ini seperti tenda dengan aliran listrik di beberapa alat, tergantung
lokasinya. Biasanya stasiun ini berada di lahan parkir atau lahan terbuka tanpa uang
sewa.

https://tirto.id/bagaimana-korsel-tekan-penyebaran-covid-19-tanpa-lockdown-eGsk

Pemerintah Korea merespons dengan melakukan pencegahan secara terkoordinasi


dan tetap menekankan transparansi dan meminta kerja sama publik sebagai pengganti
langkah-langkah lockdown.

Korea Selatan tidak membatasi pergerakan orang - bahkan di Daegu, kota tenggara di
pusat wabah negara itu tak diberlakukan lockdown.

Pihak berwenang fokus pada wajib karantina pada pasien yang terinfeksi Covid-19 dan
orang-orang yang telah melakukan kontak dekat.
Di samping itu, pemerintah juga menyarankan masyarakat untuk tetap tinggal di dalam
rumah, menghindari acara-acara publik, memakai masker dan mempraktikkan
kebersihan yang baik.

Dan saat banyak negara telah memberlakukan larangan perjalanan - termasuk AS,
yang telah menghadirkan pembatasan perjalanan dari Eropa - Seoul malah
memperkenalkan "special immigration procedures" untuk negara-negara yang sangat
terpapar Covid-19 seperti Cina.

Para pelancong diharuskan untuk menjalani pemeriksaan suhu, menyediakan verifikasi


informasi kontak hingga mengisi kuesioner kesehatan di Bandara Internasional
Incheon.

“Lebih dari satu minggu jumlah kasus yang cenderung menurun menunjukkan bahwa
pendekatan di Korea Selatan telah membalikkan epidemi,” kata Ian Mackay, seorang
ahli virologi di Universitas Queensland, Australia, dikutip dari South China Morning
Post.

"Pendekatan ini tampaknya lebih dapat digunakan oleh negara lain, dibandingkan
dengan yang digunakan di Cina. Jika tren ini berlanjut, mereka akan berhasil
menghentikan pertumbuhan epidemi mereka.”

Selain itu pemerintah Korsel juga menjalankan program pengujian yang telah
menskrining lebih banyak orang per kapita. Bahkan jumlah yang diperiksa lebih banyak
dibanding negara lainnya.

Korea Selatan mampu melakukan pemeriksaan hingga 15.000 tes per hari. Para tenaga
medis Korsel telah memeriksa sekitar 250.000 orang - sekitar satu dari setiap 200
warga Korea Selatan - sejak Januari.

Untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam pemeriksaan ini, pemerintah


menyatakan semua pemeriksaan terkait Covid-19 gratis untuk siapa saja yang dirujuk
oleh dokter atau menunjukkan gejala Covid-19.

Sementara mereka yang sehat dan ingin mengetahui risiko infeksi, pemerintah akan
memberlakukan biaya sebesar 160.000 won atau sekitar 235 dolar AS.

Baca juga:

 Update Informasi Coronavirus di Indonesia Lewat covid19.go.id


 Memburuknya Kasus DBD: Dihantui COVID-19?
Pengujian Covid-19 tersedia di ratusan klinik. Demi memudahkan pengujian,
pemerintah membangun 50 stasiun pengujian bersifat drive-through. Korea Selatan
dapat menyaring pasien yang dicurigai Covid-19 hanya dalam hitungan menit.

Semakin banyak warga yang diperiksa, memudahkan pemerintah dalam


mengelompokkan siapa saja yang wajib dikarantina dan melakukan desinfeksi.

Pemerintah juga akan mengirim pesan teks kepada publik untuk memberitahukan
tentang perjalanan atau pergerakan pasien Covid-19 mulai dari nama toko hingga
restoran yang dikunjungi.

Hal itu dilakukan agar warga waspada dan segera melaporkan jika pernah melakukan
kontak langsung atau mengunjungi lokasi yang dikunjungi pasien positif Covid-19.

Bahkan orang yang dipastikan terinfeksi virus corona dapat dilacak menggunakan GPS
dan peta yang langsung menunjukkan lokasinya. Hal itu dilakukan agar siapa saja bisa
menghindari kontak dengannya.

"Kemampuan Korea Selatan untuk deteksi dini virus telah berkembang pesat saat
melewati wabah influenza pada 2009 dan wabah Mers 2015," kata Kim Woo-joo,
seorang profesor kedokteran di Korea University’s College of Medicine.

Dikutip dari Washington Post, langkah agresif Korea dalam pemeriksaan Covid-19 itu
membuat jumlah kasus corona terus menurun dari 686 pada 2 Maret 2020 menjadi 131
kasus baru pada 3 Maret 2020.

“Pemerintah sekarang melancarkan respons cepat setelah meningkatkan peringatan


krisis ke level tertinggi,” demikian pernyataan Presiden Moon Jae-in pada 1 Maret 2020.

Pada 6 Maret 2020, Korea Selatan melaporkan hanya 110 kasus baru dan pada hari
yang sama, jumlah pasien yang pulih mencapai 177 orang, melebihi infeksi baru untuk
pertama kalinya.

Presiden Korea Selatan Moon Jae-in menyampaikan optimisme, dan harapan bahwa
Korea Selatan dapat segera memasuki "fase stabilitas" jika tren itu tetap kuat.

Warga Turun Aktif Perangi Corona

Respons cepat pemerintah Korea dalam mencegah COvid-19 tentu tak bisa berjalan
tanpa dukungan warganya. Masyarakat sipil Korea secara sukarela terlibat dalam
upaya menekan penyebaran corona.

Mereka membatalkan acara besar mulai dari konser hingga pertunjukan yang akan
menimbulkan banyaknya kerumunan orang.

Warga Korea juga memilih untuk beribadah di rumah. Ibadah di Geraja atau tempat
ibadah lainnya dilakukan secara online atau dengan menggunakan live streaming.

Warga juga mendengar bujukan pemerintah untuk menjauhi Daegu -tempat sebagian
besar kasus covid-19 sehingga pemerintah tak perlu mengubah seluruh kota menjadi
"penjara" karena lockdown.

Kerja sama antara pemerintah dan warga ini membuat kasus Covid-19 di Korea tetap
bertahan di angka 8.000an di saat negara lainnya seperti Italia, Iran, AS, Perancis,
Spanyol dan Jerman kini terus melonjak naik bahkan melampaui jumlah kasus di Korea
Selatan.

https://www.harianhaluan.com/news/detail/89655/5-trik-china-yang-bisa-ditiru-di-indonesia-untuk-
penanganan-corona
Kinerja pemerintah China dalam menangani wabah virus corona patut diapresiasi. China
berhasil menekan angka kematian pasien yang terjangkit virus corona, COVID-19.

Pada 15 Maret 2020, 842 orang dinyatakan sembuh dan jumlah kasus baru hanya mencapai 16
kasus.

Dikutip dari Viva.co.id, Selasa (17/3/2020), dua kota di China yang dinilai sigap menghadapi isu
pandemi ini adalah Zhejiang dan Hangzhou. Berikut ini merupakan 5 kebijakan pemerintah
provinsi setempat yang mungkin bisa ditiru dan diterapkan di Indonesia selama wabah virus
corona.

Kecepatan dan Akurasi

Hanya butuh waktu seminggu bagi China untuk mengidentifikasi virus corona yang tergolong
baru ini. Hasil yang mereka dapat pun segera dilaporkan ke WHO.

Sebagai perbandingan, butuh waktu berbulan-bulan untuk mengidentifikasi SARS pada 2003
silam. Bahkan diperlukan beberapa tahun untuk mengidentifikasi HIV pada 1980-an.

Proses identifikasi COVID-19 yang cepat membuat ilmuwan di berbagai penjuru dunia langsung
dapat bekerja untuk mengembangkan alat uji, treatment, hingga vaksin yang dapat digunakan
di kemudian hari.

Salah satu hal yang patut dicontoh dalam penanganan epidemik adalah metode deteksi yang
spesifik, terpercaya, akurat, dan cepat. Saat virus corona mewabah pertama kali dan
menjangkit Wuhan, alat uji yang tersedia masihlah tidak memadai. Administrasi Nasional
Produk Medis China kemudian mengambil langkah cepat untuk meningkatkan kinerja
perusahaan biotek guna mengembangkan alat uji. Pertama kali diperkenalkan pada 13 Januari
2020, pasokan alat uji dalam skala yang cukup mulai tersedia dua minggu setelahnya.

Keputusan Tepat di Waktu Tepat

Langkah-langkah yang diambil pemerintah China dan pakar kesehatan telah terbukti efektif
untuk menekan persebaran COVID-19. Berikut merupakan tindakan yang ditempuh pemerintah
Hangzhou:

Pertama, mulai dari menyediakan informasi dan arahan yang jelas tentang cakupan wilayah
yang mengalami lockdown. Kedua, mengawasi implementasi kebijakan hingga ke tingkat
individu, apartemen, perumahan, komunitas, organisasi, fasilitas publik, dan kota.

Ketiga, memastikan kebutuhan pokok dan pangan tetap tersedia melalui kebijakan pemerintah
yang terorganisir dan terkontrol. Keempat, menciptakan fasilitas kesehatan untuk memonitor,
mengisolasi, dan merawat pasien terjangkit viruc corona. Kelima, membuat
sistem tracking untuk menangani laporan yang bekerja 24/7/, lalu keenam Menciptakan pusat
pelaporan dan chanel komunikasi supaya masyarakat tetap mendapatkan informasi terkait
dengan situasi terkini.
Penggunaan Big Data dan Teknologi

Hangzhou menjadi kota pertama yang menggunakan big data untuk menangani persebaran
korona. Mereka menamai sistem tersebut dengan “Satu peta, satu QR code, dan satu indeks.”

Pertama, setiap orang harus memonitor dan mencatat temperatur mereka. Pembaruan berkala
dilakukan setiap hari untuk meninjau status kesehatan setiap individu.

Kedua, database kesehatan dikelola dan diawasi oleh Hangzhou’s Center for Disease Control
and Prevention ( Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Hangzhou)

Ketiga, QR code digunakan oleh semua orang, baik di dalam kota maupun yang hendak
memasuki kota. Kode hijau, tandanya dapat bergerak bebas. Kode kuning, harus menjalani
karantina selama tujuh hari. Kode merah, karantina selama 14 hari. Kode kuning dan merah
dapat berubah menjadi hijau pasca-karantina. Sistem ini sudah diterapkan di Provinsi Zhejiang
dan akan diimplementasikan di provinsi lainnya.

Kerja Sama Semua Pihak

Hangzhou, merupakan kota dengan 10 juta penduduk. Hal inilah yang membuat penanganan
pandemi harus dilakukan menyeluruh hingga ke seluruh sistem. Oleh karena itu, banyak bisnis,
organisasi, sekolah, dan universitas mulai menerapkan sistem belajar berbasis daring.

Selama grafik persebaran pandemi masih tinggi, lebih baik menjauhi kerumunan dan kontak
dengan banyak orang. China kemungkinan merugi miliaran dolar karena menerapkan sistem
ini, tapi setidaknya ini adalah keputusan yang tepat.

Keterbukaan Informasi

Pemerintah China bersikap transparan dalam menyediakan akses informasi bagi publik luas. Di
Hangzhou, media-media besar memberikan informasi terkait COVID-19 setiap hari, mulai dari
angka pasien yang terjangkit, hasil dari perawatan medis, rencana kebijakan yang akan
diterapkan, hingga prosedur dan imbauan untuk diikuti.

Selain itu, Universitas Zhejiang juga ikut serta dalam penanganan pandemi ini. Mereka
mengembangkan materi yang mudah dimengerti untuk murid dan publik luas tentang penyakit
COVID-19, lengkap dengan cara pencegahannya. Pihak universitas juga aktif menyuarakan isu
ini di televisi dan koran.

“Kami percaya, ini adalah tanggung jawab para ahli kesehatan untuk menyajikan informasi yang
faktual dan ilmiah bagi banyak orang dan memimpin mereka untuk memerangi penyakit ini,”
tutur perwakilan universitas. (*)
https://tirto.id/bagaimana-cina-menekan-corona-covid-19-dan-membantu-italia-eFKf

Kebijakan Cina Cina, tempat virus ini pertama kali hadir, sebenarnya mengalami keterpurukan,
tapi sudah berhasil mengontrol situasi. Keberhasilan itu ditunjukkan dengan kunjungan
Presiden Xi Jinping Selasa pekan lalu ke kota asal Corona, Wuhan. Cina mengonfirmasi ada 24
kasus positif Corona, per Rabu 11 Maret lalu. Angka ini turun drastis dibandingkan dengan dua
bulan pertama penyebaran COVID-19. Hingga Senin pekan lalu, jumlah kasus infeksi Corona di
Cina sebanyak 81.020 kasus dengan 3.217 kematian dan 67.843 orang sembuh. Angka
kesembuhan dari Corona di Wuhan terus naik sejak akhir Februari kemarin. Pada Sabtu 29
Februari, pemerintah Cina hanya mencatat 99 kasus baru, turun dari 2 ribuan kasus baru yang
tercatat pekan sebelumnya. Bahkan dari 24 kasus yang tercatat pada Rabu, 11 Maret lalu,
sekitar 40 persennya berasal dari luar negeri. Senin kemarin, Cina menyatakan 13 provinsi
sudah bebas dari pandemi Corona. Semua bermula dengan keputusan mengunci Wuhan oleh
otoritas Cina. Tepat pukul 10 pagi 23 Januari, lebih dari 60 juta orang di Hubei, provinsi tempat
Wuhan berada, dikarantina dan dikenakan larangan perjalanan. Hari kedua lockdown, sebuah
rumah sakit baru khusus untuk penanganan Corona dibangun di Wuhan, yang kelak bernama
Rumah Sakit Houshenshan, dengan kapasitas seribu dipan yang didesain khusus untuk pasien
COVID-19. Tak cukup karena penyebaran virus yang amat cepat, rumah sakit khusus kedua
dibangun dengan kapasitas 1.600 dipan. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengapresiasi
keputusan mengunci Wuhan. Usaha untuk mengontrol penyebaran virus “bukanlah jalan
(usaha) satu arah,” kata dokter Tedros Adhanom Ghebreyesus dari WHO, seperti dikutip dari
The New York Times. Usaha ini dianggap bahkan telah menyelamatkan ribuan orang dari
infeksi. Uji Klinis Obat Terus Berlanjut Meski Cina berhasil menekan angka positif COVID-19 di
negaranya dan bikin ribuan orang sembuh, obat untuk membunuh Corona masih belum
ditemukan dan masih terus diupayakan. Menurut data dari Clinical Trial Registry China, sejauh
ini telah ada 293 uji klinis pada beragam obat yang diduga bisa melawan COVID-19.

Baca selengkapnya di artikel "Bagaimana Cina Menekan Corona COVID-19 dan Membantu
Italia", https://tirto.id/eFKf
Di antara obat-obat itu, Remdesivir, obat antivirus yang diproduksi oleh perusahaan farmasa
Gilead, Amerika Serikat, adalah yang dinilai paling baik khasiatnya untuk melawan COVID-19.
“Hanya ada satu obat saat ini yang kami pikir mungkin memiliki khasiat nyata dan itu adalah
Remdesivir,” kata Asisten Direktur Jenderal WHO Bruce Aylward pada konferensi pers di
Beijing setelah mengunjungi Wuhan. Selain Remdesivir, dokter di China juga memasukkan
beberapa obat lain ke dalam uji klinis, termasuk kloroquin fosfat, obat anti-malaria, setelah
menemukan "kemanjuran" obat-obat itu dalam penanganan COVID-19. Obat anti-HIV seperti
Lopinavir atau Arbidor juga dimasukkan dalam diagnosis dan rencana pengobatan Cina.
Namun, belum ada obat yang bisa dipakai pasien secara universal karena proses pengukuhan
vaksinnya masih terus berlangsung. Bruce juga memuji keseriusan Cina menangani
penyebaran COVID-19. “Tak perlu dipertanyakan pendekatan berani Cina untuk menghentikan
penyebaran virs [COVID-19] yang amat cepat telah mengubah haluan yang harusnya dengan
cepat meningkat dan menjadi epidemi mematikan,” kata Bruce dengan mantap.

Baca selengkapnya di artikel "Bagaimana Cina Menekan Corona COVID-19 dan Membantu
Italia", https://tirto.id/eFKf
https://hot.liputan6.com/read/4206542/beda-cara-indonesia-dan-5-negara-di-asia-tenggara-tangani-
covid-19


Home
 Hot

Beda Cara Indonesia dan 5 Negara di Asia


Tenggara Tangani COVID-19

Mardella Savitri Murtisari

19 Mar 2020, 20:00 WIB





65
ilustrasi virus corona covid-19/copyright by diy13 (Shutterstock)

Liputan6.com, Jakarta Menjadi pandemi global, Virus Corona COVID-19 membuat banyak negara


meningkatkan tingkat kewaspadaan terhadap virus ini. Secara global, dilansir dari peta Coronavirus
COVID-19 Global Cases by Johns Hopkins CSSE kasus infeksi COVID-19 di dunia pada Kamis
(19/3/2020) telah mencapai 218.177 kasus. Untuk 84.112 di antaranya telah dinyatakan sembuh.

Tingkat kesembuhan tertinggi dipegang oleh negara China yang disusul oleh negara Iran pada
peringkat kedua. Meskipun demikian hal ini tidak lantas membuat negara lain lega, beberapa negara
di Asia Tenggara saat ini bahkan sedang mengalami lonjakan tajam atas kasus positif
infeksi COVID-19. Termasuk di Indonesia yang sudah melonjak hingga 309 pasien dinyatakan
positif corona pada Jumat (20/3/2020).

BACA JUGA

 Aksi 5 Artis Indonesia Bantu Lawan Corona, Ada yang Capai Rp 2 Miliar
 Kondisi Terbaru Dokter Handoko Gunawan yang Viral Tangani Virus Corona di Usia 80 Tahun
 5 Artis Ini Tunda Pesta Pernikahan karena Wabah Virus Corona

Dalam menangani lonjakan angka pasien virus corona, sejumlah negara di Asia Tenggara
menerapkan metode yang berbeda-beda. Langkah-langkah tersebut diambil pemerintah setempat
menyesuaikan dengan kondisi di negara tersebut. Sebagai contoh, pemerintah Malaysia menerapkan
kebijakan lockdown nasional. Hal ini dikarenakan social distancing tak lagi mampu membendung
tingginya persebaran virus menular ini.

Sedangkan di negara lain, ada pula yang menyerahkan penanganan virus corona terhadap alat
penemuan terbaru. Seperti halnya Vietnam dan Thailand, hal ini sebagai tindakan preventif agar
semakin sedikit orang yang berinteraksi langsung dengan COVID-19.

Penasaran seperti apa terkait penanganan virus corona di beberapa negara Asia Tenggara termasuk
Indonesia? Berikut selengkapnya dilansir dari berbagai sumber oleh Liputan6.com, Kamis
(19/3/2020).

2 dari 7 halaman

1. Malaysia Terapkan Kebijakan Lockdown Nasional

Sebuah kolam publik ditutup karena kekhawatiran penyebaran virus corona COVID-19 di Kuala Lumpur, Malaysia, Senin
(16/3/2020). Malaysia memberlakukan lockdown nasional dimulai pada 18 Maret hingga 31 Maret 2020. (Syaiful
REDZUAN/AFP)
Sejak mengalami lonjakan tajam pada kasus pasien positif virus corona, pemerintah Malaysia
menerapkan kebijakan lockdown nasional. Perdana Mentri Muhyiddin Yassin meminta warga
Malaysia untuk melakukan isolasi mandiri di rumah selama dua pekan. Kebijakan tersebut berlaku
mulai dari Rabu (18/3/2020) hingga Selasa (31/3/2020).

Hal ini merupakan langkah kebijakan yang sama seperti yang diambil oleh pemerintah China untuk
Provinsi Hubei (distrik Wuhan) dan Pemerintah Italia. Melihat tingkat keberhasilan yang tinggi di
kedua negara tersebut untuk menekan penyebaran virus corona, menjadi salah satu alasan pemerintah
Malaysia menempuh kebijakan ini.

3 dari 7 halaman

2. Singapura Tempuh Cara Transparansi Sekaligus


Intervensi.
Para wisatawan mengunjungi Taman Merlion di Singapura pada 6 Maret 2020. Tempat-tempat wisata utama di Singapura sepi
dari turis di tengah epidemi virus corona COVID-19. (Xinhua/Then Chih Wey)

Penanganan virus corona di Singapura telah mencuri perhatian khalayak mancanegara. Negara ini
begitu cepat dan tanggap dalam menghentikan persebaran COVID-19. Hingga saat ini pun, tak ada
korban meninggal dunia yang dilaporkan oleh negara ini. Hanya butuh 2 jam untuk pemerintah
Singapura mengungkap rincian tentang siapa pasien pertama dan riwayat orang disekitarnya yang
berinteraksi dengannya.

Di negara seribu larangan ini, warga negara pasrah terhadap intervensi yang dilakukan pemerintah
terhadap transparansi latar belakang yang dilakukan. Masyarakat juga sadar bahwa hal tersebut
adalah cara pemerintah untuk melindungi diri sendiri dan warga negara lain agar wabah ini tidak
semakin tersebar.

Singapura juga memperketat wisatawan asing yang masuk dan menutup akses wisatawan dari China
sejak Januari lalu.

4 dari 7 halaman
3. Vietnam Buat Bilik Disinfektan.

foto: Vietnamtimes

Di Vietnam, para peneliti menemukan Mobile Decontamination Chamber (MDC) atau bilik


disinfektan. yang dapat efektif dapat mencegah penyebaran virus corona. Bilik tersebut kini sedang
diproduksi secara massal dan akan terpasang di institusi penting di berbagai sektor di Vietnam.

Dilansir dari vnexpress, bilik tersebut diciptakan oleh tim peneliti dari Institut Institut Nasional
Kesehatan Kerja dan Lingkungan serta Universitas Sains dan Teknologi. Penemuan ini diklaim dapat
menyingkirkan 80% virus corona yang menempel pada permukaan kulit, pakaian, sepatu, dan lain
sebagainya.

5 dari 7 halaman
4. Thailand Kerahkan Robot untuk Perangi Virus Corona.

Mahasiswa menonfigurasi robot medis yang dimodifikasi untuk memeriksa pasien virus corona COVID-19 di Regional Center of
Robotics Technology, Chulalongkorn University, Bangkok, Thailand, Rabu (18/3/2020). Thailand mengerahkan robot ‘Ninja’
untuk membantu memerangi COVID-19. (LILLIAN SUWANRUMPHA/

Sejumlah langkah penanggulangan serta pencegahan telah dilakukan oleh pemerintah Thailand. Di
antaranya adalah menutup semua lembaga pendidikan termasuk sekolah lokal dan internasional,
universitas dan pusat pendidikan.

Penutupan fasilitas pendidikan di Negeri Gajah Putih itu dimulai 18 Maret hingga 31 Maret 2020.

Selain itu, tempat-tempat olahraga dan outlet hiburan di sekitar ibu kota Bangkok juga akan ditutup
selama periode ini.

Tal cuma itu, mereka juga mengerahkan teknologi canggih demi menangkal penyebaran virus
Corona. Pada Rabu (18/3/2020), Regional Center of Robotics Tecnology, Chulalongkam University,
Bangkok, Thailand merilis robot medis yang telah dimodifikasi untuk mendeteksi pasien virus
corona. Robot tersebut akan ditempatkan di rumah sakit di Thailand untuk membantu melawan dan
memerangi COVID-19.

6 dari 7 halaman
5. Filipina Terapkan Social Distancing dan Pembatasan
Aktivitas di Manila.

Pembeli berdiri dengan jarak yang aman di garis antrean yang ditempatkan di luar supermarket di Manila, Filipina, Selasa
(17/3/2020). Hingga Rabu siang, terdapat 187 positif Virus Corona Covid-19 di Filipina, dengan 12 orang meninggal dan lima
orang sembuh. (Maria TAN / AFP)

Di antara berbagai negara yang menerapkan social distancing, Filipina adalah salah satunya. Sejak
merebaknya kasus virus corona di Filipina, pemerintah pun mengeluarkan imbauan untuk
melakukan social distancing bagi warganya. Hal ini direspon baik oleh masyarakat dengan
mematuhi aturan secara tertib.

Nampak berbagai potret social distancing di Filipina sukses di berbagai sektor. Mulai dari restoran,
stasiun, hingga gereja.

Selain itu pemerintah Filipina juga memperketat aktivitas di ibu kota, Manila. Pada Kamis (12/3/)
lalu, Presiden Filipina, Rodrigo Duterte mengumumkan penghentian perjalanan darat, laut dan udara
domestik ke dan dari Manila, serta tindakan karantina masyarakat. Ini adalah upaya Filipina untuk
menangkal penyebaran virus corona.
Duterte menyetujui melakukan langkah-langkah pencegahan termasuk larangan pertemuan massal,
satu bulan penutupan sekolah, dan karantina masyarakat di lokasi yang terdeteksi kasus virus corona.
Selain itu, pemerintah Filipina menghentikan perjalanan domestik yang masuk dan keluar dari
Manila.

7 dari 7 halaman

6. Indonesia Pilih Terapkan Social Distancing dan Rapid


Test.

Seorang warga diperlihatkan petugas suhu tubuhnya setelah dites pakai alat sebagai langkah deteksi virus corona.
(Liputan6.com/M Syukur)

Setelah diumumkan kasus pertama pada awal Maret 2020, hingga kini pemerintah Indonesia telah
mengeluarkan beberapa imbauan. Di antaranya adalah untuk melakukan social distancing dan work
from home. Kedua imbauan tersebut diharapkan dapat menekan penyebaran virus corona karena
masyarakat mengurangi aktivitas di luar rumah.
Yang terbaru kini, Presiden Joko Widodo memilih rapid test untuk menangani COVID-19. Hal ini
dinilai lebih menguntungkan ketimbang harus menerapkan kebijakan lockdown nasional.  Rapid test
adalah tes kesehatan massal untuk mengetahui kondisi pasien melalui sampel darah dan urine

https://www.liputan6.com/global/read/4209145/ragam-strategi-dunia-tangani-pandemi-virus-
corona-covid-19

Ragam Strategi Dunia Tangani Pandemi Virus


Corona COVID-19

ABC Australia

23 Mar 2020, 18:00 WIB


76
Seorang pria berjalan di tepi East River mengenakan masker pelindung ketika Virus Corona COVID-19 menyebar ke seluruh
Amerika Serikat pada 22 Maret 2020 di New York City. (Cindy Ord/AFP)

 Melbourne - Pandemi Virus Corona


COVID-19 sudah menyebar di sekitar 173 negara. Pakar kesehatan internasional pun mengimbau dua
pendekatan utama yang bisa dilakukan, untuk menghentikan laju penyebaran Virus Corona jenis baru
itu.

Dalam beberapa hari terakhir, warga sudah mendengar istilah social distancing dan lockdown,


sebagai upaya pencegahan penyebaran.

BACA JUGA

 Peta Sebaran Corona COVID-19 di Surabaya pada 25 Maret 2020

Keduanya memiliki perbedaan arti yang harus dipahami, selain juga memiliki kelebihan dan
kelemahaannya dalam keberhasilan mengatasi Virus Corona COVID-19.

Social distancing adalah usaha untuk meminta warga tidak melakukan kontak fisik yang terlalu dekat
antara satu sama lain, karena kedekatan jarak berpotensi menyebarkan virus lewat tetesan air liur.
Pergeseran dari pendekatan social distancing ke lockdown terjadi di beberapa negara, di mana
menurut pakar hal ini dilakukan ketika kasus sudah mencapai 1.000, maka negara sudah harus
mempertimbangan dengan serius untuk kemungkinan lockdown.

Berikut ini adalah bagaimana langkah yang dilakukan sejumlah negara untuk mengatasi
peredaran Virus Corona COVID-19, dikutip dari ABC Indonesia, Senin (23/3/2020):

2 dari 9 halaman

1. Jepang

Pengunjung mengenakan masker wajah di tengah kekhawatiran akan penyebaran Virus Corona COVID-19 di hadapan pohon ceri
di Taman Ueno Tokyo Jepang pada 12 Maret 2020. (Philip FONG / AFP)

Di Jepang sejauh ini sudah terjadi 1.523 kasus corona termasuk, 696 kasus diantaranya tertular saat
berada di kapal pesiar Diamond Princess. 34 warga di Jepang meninggal karena terjangkit COVID-
19.
Sempat ada kekhawatiran setelah penyebaran di kapal pesiar tersebut, virus akan dengan cepat
merebak di kalangan warga lainnya, apalagi 25 persen penduduknya berusia 65 tahun ke atas, yang
masuk kelompok paling rentan meninggal terkena virus.

Jepang sejauh ini berhasil mencegah penyebaran, salah satunya setelah menutup sekolah sejak bulan
Februari

Mereka tidak menerapkan 'lockdown', tapi membatasi pergerakan warga, termasuk menghentikan
beberapa kegiatan.

3 dari 9 halaman

2. Singapura dan Hong Kong

Seorang pengunjung, yang mengenakan masker pelindung di tengah kekhawatiran tentang penyebaran Virus Corona COVID-19,
berjalan di sepanjang Merlion Park di Singapura pada 17 Februari 2020. (Roslan RAHMAN / AFP)

Sama seperti Jepang, Singapura dan Hong Kong juga hanya membatasi pergerakan warga.
Di Singapura per 17 Maret ada 243 kasus, belum ada lapioran yang meninggal dan lebih dari 100
orang dinyatakan sembuh.

Singapura mendapat pujian dari organisasi kesehatan dunia (WHO), karena dianggap telah berhasil
mengurangi penyebaran.

"Singapura berhasil mencegah penularan karena pendekatan yang dilakukan semua aspek
pemerintahan," kata Dirjen WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus.Di Hong Kong hingga kini
tercatat 157 kasus, enam di antaranya meninggal dan sekitar 88 dinyatakan sembuh.

Seperti halnya di Singapura, pemerintah Hong Kong dengan cepat berusaha menemukan kasus Virus
Corona COVID-19 yang ada di wilayah mereka.

Salah satunya adalah melakukan pelakacan terhadap siapa saja yang sudah melakukan dengan
mereka yang dinyatakan positif tertular COVID-19.

Isolasi dan karantina juga diberlakukan bagi mereka yang tertular.

4 dari 9 halaman

3. Korea Selatan
Pekerja memakai alat pelindung semprotan disinfektan untuk membantu mencegah penyebaran Virus Corona COVID-19, di
stasiun kereta bawah tanah di Seoul pada 12 Maret 2020. (YONHAP / AFP)

Negara ini memiliki pendekatan yang berbeda, yakni dengan melakukan tes COVID-19 dengan cepat
dan dalam jumlah besar.

Mereka juga menggunakan teknik baru, seperti menyediakan klinik bergerak, dimana warga bisa
datang tanpa harus datang ke rumah sakit atau klink yang berisi pasien lain.

Sempat menjadi negara dengan kasus terbanyak di luar China, Korea Selatan mencatat lebih dari
8.300 kasus positif dengan 75 kematian per 17 Maret.

Tapi tak seperti di China, mereka tidak menerapkan 'lockdown' sepenuhnya, karena menganggap
metode ini tak bisa dilakukan di sebuah negara yang demokrasi.

5 dari 9 halaman

4. China
Seorang wanita mengenakan masker di tengah kekhawatiran atas penyebaran Virus Corona COVID-19, berbicara dengan orang
lain ketika mereka mengenakan kostum Dinasti Tang di Century Park di Shanghai pada 22 Maret 2020. (Hector Retamal / AFP)

China sejauh ini sudah menunjukkan keberhasilan mengatasi Virus Corona COVID-19 dengan
melakukan 'lockdown' sepenuhnya, meski tidak secara nasional.

China menjadi negara yang melakukan karantina terbesar dalam sejarah dalam menangkal Virus
Corona COVID-19, dengan menutup 16 kota sejak akhir Januari.

'Lockdown' di Provinsi Hubei, dimana kota Wuhan berada dilakukan secara bertahap.

Sebelumnya warga masih diperbolehkan keluar, namun kemudian dibuat semakin ketat dengan
hanya beberapa perwakilan orang yang bisa membeli makanan atau ke apotik.

Saat mengantri pun dibuat jarak yang cukup jauh antar warga.

Jumlah kematian di China melebihi 3.200 orang, paling tinggi di dunia dengan total yang sembuh
68.777 orang.

Sampai Selasa siang 17 Maret, sudah ada lebih dari 81.000 kasus COVID-19 di China, dengan
kebanyakan terjadi di provinsi Hubei.

Dalam 24 jam terakhir, hanya ada 21 kasus baru di China dengan 13 kematian.
6 dari 9 halaman

5. Eropa

Outlet Shoppes of El Paso sebagian besar ditutup karena tindakan pencegahan terhadap penyebaran virus corona novel, COVID-
19, pada 21 Maret 2020 di El Paso, Texas. (Paul Ratje/AFP)

Italia kini menjadi negara kedua terburuk kasus Virus Corona COVID-19, setelah China, dengan
27.980 kasus, 2.158 kematian, di mana dalam 24 jam terakhir ada 349 orang yang meninggal per
Selasa 17 Maret.

Di Italia, 'lockdown' diberlakukan secara nasional mulai 10 Maret lalu, yang melarang hampir seluruh
kegiatan 60 juta warga.

Pelarangan termasuk membuka toko, restoran, mendatangi tempat ibadah, dan ke sejumlah tempat
lainnya.
Mengikuti Italia, Spanyol menjadi negara Eropa kedua yang menetapkan 'lockdown', sejak Sabtu
14 Maret.

Kemudian disusul dengan negara Prancis yang menutup seluruh bisnis yang dianggap tidak penting
bagi warga.

Mulai Senin 23 Maret, pemerintah mereka menerapkan 'lockdown' sepenuhnya, dengan melarang
pertemuan warga dan juga kegiatan di luar rumah.

Sementara Denmark menjadi negara Eropa pertama yang menutup perbatasan negaranya untuk
mencegah penyebaran Virus Corona COVID-19, yang akan berlaku hingga 13 April mendatang.

"Kami sadar sepenuhnya bahwa penutupan akan membawa dampak serius." kata PM Denmark Mette
Frederiksen dalam jumpa pers."Kita melihat situasi di Italia yang berkembang ke arah yang
mengerikan," katanya.

"Segala yang kami lakukan adalah guna memastikan kita mengatasi situasi ini dengan cara yang
lain."

Rusia sudah menutup perbatasan dengan Polandia dan Norwegia, setelah sebelumnya sudah menutup
perbatasan dengan China.

Dan mulai tanggal 18 Maret sampai 1 Mei, Rusia juga akan melarang semua warga asing untuk
masuk ke negara tersebut, kecuali diplomat dan awak pesawat dan sejumlah orang lainnya.

Hari Senin, Uni Eropa melarang perjalanan yang tidak penting dilakukan di wilayah tersebut selama
paling kurang 30 hari.Jerman juga menutup perbatasannya dengan Prancis, Swiss, Austria, Denmark
dan Luxembourg.

7 dari 9 halaman

6. El Savador
Salah satu negara di Amerika Latin, El Salvador, belum menemukan status Virus Corona COVID-19,
namun sudah mengaktifkan sejumlah darurat sudah menerapkan pengukuran darurat.

El Savador kini sudah menutup perbatasannya, melarang warganya berkumpul.

Sekolah ditutup selama tiga minggu dan warga yang baru datang dari luar negeri harus menjalani
karantina selama 30 hari.

"Saya tahu ini akan dikritik namun mari kita tempatkan diri seperti di Italia. Italia pasti berharap
mereka sudah melakukan ini sebelumnya," kata Presiden El Salvador Nayib Bukele pekan lalu.

"Sistem layanan kesehatan kita tidak setingkat dengan Italia. Juga tidak setingkat dengan Korea
Selatan."

Sementara itu negara lainnya, seperti Kanada, telah menutup perbatasannya bagi mereka yang bukan
warga negara tersebut, warga tetap atau warga negara Amerika Serikat.

8 dari 9 halaman

7. Kenya
Para murid sekolah dasar Kenya memegang plakat untuk mengekspresikan dukungan kepada China di Nairobi, ibu kota Kenya,
pada 19 Februari 2020. Banyak anak di seluruh dunia membuat lukisan sebagai wujud solidaritas terhadap perjuangan China
memerangi epidemi coronavirus baru. (Xinhua/Li Yan)

Kenya menjadi negara Afrika pertama yang menutup sekolah dan melarang masuk mereka yang
bukan warga negaranya.

Pada Rabu 18 Maret, Malaysia mulai melarang semua perjalanan dari dan ke negara tersebut dan
menutup semua bisnis yang dianggap tidak penting, kecuali pasar, industri media, bank, dan layanan
kesehatan.

Selama bulan April, Malaysia juga melarang pertemuan dalam jumlah besar.

"Kita tidak bisa menunggu lagi sampai situasi menjadi lebih buruk." kata Perdana Menteri Malaysia
yang baru Muhyiddin Yassin

Anda mungkin juga menyukai