Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS KEBIJAKAN TRANSPORTASI PEMERINTAH KOTA PADANG

DALAM MENGATASI KEMACETAN LALU LINTAS


Studi Kasus: Kawasan Bundaran Air Mancur Pasar Raya Padang
Diah Rahmawati
2210842023
Departemen Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Andalas

PENDAHULUAN
Transportasi adalah salah satu hal terpenting bagi masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini ditunjukkan oleh hampir seluruh aktivitas
dalam kehidupan masyarakat berkaitan dengan transportasi. Transportasi juga tumbuh
dan berkembang seiring dengan peradaban manusia. Perkembangan teknologi
transportasi ke arah yang lebih baru akan menyebabkan terjadinya perubahan bagi
penggunanya, yaitu masyarakat. Artinya, perubahan yang terjadi pada masyarakat
menyebabkan timbulnya kebutuhan terhadap perkembangan transportasi yang baru.
Hal ini menunjukkan hubungan sebab akibat. Le Grand, Julian dan Ray Robinson
menyampaikan pendapatnya bahwa ada empat aspek utama dalam melihat
permasalahan transportasi yaitu, ketersediaan (availability), kualitas (quality), akses
(accessibility), dan harga (price). Aspek pertama yang kita lihat adalah ketersediaan,
artinya sejauh mana sistem transportasi dapat memenuhi kebutuhan. Selanjutnya
adalah kualitas, hal ini bermaksud bahwa sejauh mana transportasi bisa menyediakan
layanan yang dapat memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat. Berikutnya adalah
akses, hal ini berarti sejauh mana transportasi mampu dijangkau oleh publik. Terakhir
adalah harga, berapa harga yang harus dibayar untuk memenuhi kualitas pelayanan
transportasi yang layak dan memenuhi. Semua aspek ini harus ada dalam kebijakan
yang dibuat, jika tidak maka akan terjadi kendala seperti terganggunya aktivitas
masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Dalam penggunaan transportasi di Indonesia masih dijumpai beberapa
masalah, salah satunya adalah kemacetan lalu lintas. Kawasan Bundaran Air Mancur
Pasar Raya Padang menjadi salah satu tempat yang paling sering terjadi kemacetan.
Untuk mengatasi hal ini Pemerintah Kota Padang mengkaji kebijakan transportasi
yang berfokus pada harga dan tidak hanya memperhatikan ketersediaan, kualitas, dan
aksesibilitas, serta melihat bagaimana perilaku birokrasi dan perebutan kekuasaan
antar pihak atau dinas yang terlibat.
ANALISIS DAN FORMULASI KEBIJAKAN
Dalam mengatasi masalah kemacetan lalu lintas yang terjadi di Bundaran Air
Mancur Pasar Raya Padang, Kota Padang kita bisa menganalisis kebijakan yang
diambil oleh pemerintah dengan menggunakan Paradigma Inkrementalis, Model
Anarki Terorganisir. Dalam model ini terdapat tiga aliran yang membentuk proses
pembuatan suatu kebijakan.
Pertama, aliran masalah
Pada aliran ini melibatkan pendefinisian masalah, memfokuskan perhatian pada
masalah, dan menyelesaikan masalah tersebut dengan kebijakan baru atau dibiarkan
masalah itu menghilang dengan sendirinya. Pada masalah kemacetan lalu lintas kita
mulai dari membahas aspek utama dalam melihat permasalahan transportasi. Seperti
yang dikemukakan oleh Le Grand, Julian, dan Ray Robinson ada empat aspek utama
dalam melihat permasalahan transportasi yaitu ketersediaan (availability), kualitas
(quality), akses (accessibility), dan harga (piece). Seluruh aspek ini harus ada dalam
kebijakan yang dibuat agar tidak menimbulkan kendala pada aktivitas publik, seperti
Kemacetan Lalu Lintas. Masalah kemacetan lalu lintas di Bundaran Air Mancur,
Pasar Raya Padang menjadi masalah utama yang mempengaruhi mobilitas
masyarakat, yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu ruas jalan yang tidak
sebanding dengan jumlah kendaraan, kurangnya kualitas sistem transportasi yang
memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat, kurangnya pengaturan lalu lintas yang
efektif, komitmen masyarakat yang minim dalam mengikuti aturan yang ada dan
terdapat penyalahgunaan wewenang serta pelemparan tanggung jawab antara Dinas
Pasar dengan Dinas Perhubungan. Masalah ini mempengaruhi aktivitas ekonomi dan
mobilitas masyarakat.
Kedua, aliran politik
Pada aliran ini daftar masalah harus diselesaikan atau dibentuk. Disini aktor-aktor
akan bernegosiasi untuk mencapai kesepakatan. Aktor- aktor terdiri dari kelompok
yang terlihat seperti eksekutif politik, legislator, dan pelobi. Pada permasalahan ini
terdapat penyalahgunaan dan perebutan wewenang antara Dinas Pasar dan Dinas
Perhubungan dalam mengatur Pedagang Kaki Lima (PKL) dan lahan parkir. Konflik
ini mencerminkan bahwa terdapat kurangnya koordinasi antara Dinas Pasar dan
Dinas Perhubungan. Pada kasus kemacetan lalu lintas di Bundaran Air Mancur Pasar
Raya Padang terlihat bahwa Dinas Perhubungan memiliki kekuasaan relatif otonom
untuk mengatur kebijakan transportasi di Kota Padang, namun terdapat
penyalahgunaan wewenang dan terlihat adanya pertarungan ego struktual antara
kedua dinas tersebut.
Konflik yang terjadi antara Dinas Pasar dan Dinas Perhubungan ini menghasilkan
kebijakan yang cenderung tidak konsisten dan tidak terkoordinasi dengan baik,
karena kedua aktor atau pemangku kepentingan tersebut berusaha mempertahankan
kepentingan, kemauan, dan keuntungannya sendiri tanpa memperhatikan kepentingan
publik atau masyarakat luas. Konflik yang terjadi ini mengakibatkan lemahnya sistem
birokrasi, penyalahgunaan wewenang dan lempar tanggung jawab antar kedua dinas
ini mengindikasikan adanya perilaku birokrasi yang tidak efektif dalam mengatasi
masalah kemacetan lalu lintas ini.
Ketiga, aliran kebijakan
Pada aliran ini agenda keputusan dirumuskan dan kemungkinan kebijakan yang dapat
menyelesaikan masalah. Pada permasalahan ini terlihat kurangnya koordinasi dan
konsistensi terhadap kebijakan transportasi yang diambil oleh Pemerintah Kota
Padang, kebijakan yang dibuat tidak mampu memberikan pelayanan seperti yang
diharapkan oleh masyarakat. Dinas Pasar dan Dinas Perhubungan tidak berupaya
mencari penyelesaian masalah internal mereka, sehingga kebijakan yang dihasilkan
cenderung tidak konsisten dan tidak terkoordinasi dengan baik. Pemerintah Kota
Padang mengeluarkan kebijakan kanalisasi lalu lintas yang memisahkan jalur
angkutan kota dengan kendaraan pribadi, kebijakan ini menjadi tanggung jawab
Dinas Perhubungan namun sering dilanggar oleh pengguna jalan raya sehingga tidak
efektif dalam mengatasi kemacetan lalu lintas di Bundaran Air Mancur Pasar Raya
Padang.
Dilihat dari aspek harga (price), maka kebijakan transportasi Pemko Padang telah
dibuat dalam bentuk Perda secara resmi. Kebijakan yang diambil oleh Pemerintah
Kota Padang dalam mengatasi kemacetan lalu lintas juga kurang koordinatif dan tidak
memperhatikan kepentingan masyarakat secara keseluruhan. Hal ini terlihat bahwa
tidak ada kebijakan khusus yang dikeluarkan untuk mengatas kemacetan di kawasan
Bundaran Air Mancur, hanya berpatokan pada pengaturan tentang lalu lintas yaitu
Undang-Undang No. 22 Tahun 2009. Dinas Perhubungan juga tidak mampu mengatur
lalu lintas dengan baik dan kurang memperhatikan apakah kebijakan yang diambil
mengakomodir kepentingan masyarakat.
Kebijakan yang sah yang diambil oleh Pemerintah Kota Padang hanya di sektor
sektor harga. Aspek lain seperti ketersediaan, aksesibilitas dan kualitas belum
menjadi perhatian serius oleh para pengambil kebijakan transportasi. Pemerintah
Kota Padang memberikan otonomi kepada Dinas Perhubungan untuk menertibkan
operasional masalah transportasi di Kota Padang termasuk di kawasan Bundaran Air
Mancur berdasarkan Peraturan Walikota Padang Nomor 31 tahun 2008, dimana Dinas
Perhubungan memiliki salah satu salah satu tugasnya adalah mengatur dan
merekayasa lalu lintas.
KESIMPULAN
Berdasarkan masalah kemacetan lalu lintas di kawasan Bundaran Air Mancur
Pasar Raya Padang identifikasi model yang digunakan oleh pemerintah adalah
pendekatan Paradigma Inkrementalis dengan teori anarki terorganisir yang terdiri dari
aliran masalah, aliran politik, dan aliran kebijakan. Dapat disimpulkan bahwa didalam
aliran masalah dijelaskan kemacetan lalu lintas disebabkan oleh ruang jalan tidak
sebanding dengan jumlah kendaraan, kurang efektinya pengaturan lalu lintas, dan
minimnya komitmen masyarakat dalam mengikuti aturan lalu lintas. Sedangkan di
aliran politik menunjukkan adanya penyalagunaan wewenang dan lempar tanggung
jawab antara Dinas Pasar dengan Dinas Perhubungan. Terakhir, di aliran kebijakan
menunjukkan kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Padang adalah
kebijakan kanalisasi yang memisahkan jalur angkutan kota dengan kendaraan pribadi.
Tidak ada kebijakan khusus yang dikeluarkan untuk mengatas kemacetan di kawasan
Bundaran Air Mancur, hanya berpatokan pada pengaturan tentang lalu lintas yaitu
Undang-Undang No. 22 Tahun 2009. Kurang spesifiknya kebijakan dan tidak
terkoordinasinya dengan baik menyebabkan kebijakan yang ada tidak efektif.

REFERENSI
Dahlan, D. (2019). Kebijakan Transportasi Pemerintah Kota Padang Dalam
Mengatasi Kemacetan Lalu Lintas di Kawasan Bundaran Air Mancur Pasar
Raya Padang. Alfuad: Jurnal Sosial Keagamaan, 3 (1), 27-40.
Undang-Undang No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Anda mungkin juga menyukai