PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.2 Impor
Perdagangan internasional atau bisnis internasional terutama
dilaksanakan melalui perjanjian jual beli. Perjanjian jual beli
internasional dikenal dengan sebutan perjanjian ekspor impor. Dalam
jual beli semacam ini kegiatan jual disebut elopor dan kegiatan beli
disebur impor. Pihak penjual disebut eksportir dan pihak pembeli
disebut importir. Secara ringkas kegiatan ini disebut ekspor impor.
2
Kata ekspor dipandang dari sudut bahasa Indonesia adalah
perbuatan mengirimkan barang ke luar Indonesia, sedangkan impor,
sebaliknya, yaitu memasukkan barang dari luar negeri ke dalam
Indonesia. Dipandang dari sudut jual beli perusahaan, perbuatan
ekspor impor adalah perikatan yang timbul dari perjanjian jual beli
perusahaan yang telah ditutup.
Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah
pabean. Perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan impor
tersebut disebut importir. Daerah pabean adalah wilayah Republik
Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, ruang udara di
atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan
landas kontinen.
3
dan minyak inti sawit atau Palm Kernel Oil (PKO). Kelapa
sawit ini banyak diekspor ke India, Cina dan Pakistan.
2.2.1.4 Produk Hasil Hutan
Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia merupakan
negara tropis yang memiliki banyak hutan sehingga industri
kayu di Indonesia pun sangat berkembang. Hasil hutan yang
diekspor berupa kayu dan pulp kertas.
2.2.1.5 Kakao
Indonesia menjadi negara produsen kakao ketiga terbesar di
dunia. Biji kakao ini sering digunakan sebagai bahan dasar
pembuatan cokelat dan bahan makanan lainnya. Biasanya
kakao yang diekspor berupa kakao bubuk yang telah
memenuhi Standar Nasional Indonesia.
4
2.3 Kondisi Neraca Perdagangan Indonesia
Neraca perdagangan Indonesia bisa dilihat dari sektor ekspor dari tahun
2005 hingga 2008 mengalami pertumbuhan yang konstan tetapi ekspor pada
tahun tersebut jauh lebih besar jumlahnya daripada impor, dengan selisih
pertambahan sebesar 15 – 23 juta USD per tahunnya. Pada tahun 2011
Indonesia mengalami peningkatan ekspor yang sangat drastis dari tahun
sebelumnya sebesar 33 juta USD dengan nilai ekspor 203.496 milyar USD.
Sejak tahun 2005 hingga 2013, sektor ekspor cenderung lebih tinggi
daripada sektor impor. Berarti masyarakat luar negeri masih percaya dan
menyukai produk Indonesia. Hal ini juga dikarenakan adanya kontribusi lebih
dari sektor pertambangan dan perikanan, hal ini disebabkan melonjaknya
harga barang tersebut di luar negeri. Hanya pada tahun 2012 dan 2013 saja
ekspor Indonesia lebih kecil daripada impor, hal ini menyebabkan neraca
perdagangan mengalami defisit.
Pada tahun 2013, dalam kondisi perekonomian global yang tidak menentu,
kontribusi ekspor mengalami penurunan drastis sebesar 57 juta USD, hal ini
diakibatkan permintaan global yang sedang menurun. Impor pada tahun 2013
lebih besar daripada ekspor, hal ini karena akan banyak realisasi dari
kesepakatan investasi kurun 2012-2013 seperti pembangunan pabrik (mesin,
bahan baku, bahan penolong dan lain-lain) yang masih berjalan hingga tahun
depan.
Berikut adalah presentase perubahan ekspor dan impor menurut tahun
(laporan: BPS 2014)
Tabel 1: Perubahan Ekspor dan Impor Indonesia 2005-2013
5
Siklus perdagangan di atas menunjukan bahwa neraca ekspor dan impor
sudah mulaimenunjukan ketidak seimbangan. Hal ini menunjukan angka
impor semakin lama semakin menunjukan peningkatan, diiringi pula
anjloknya nilai tukar rupiah sehingga nilai impor juga akan mengalami
peningkatan.
Adapun neraca perdagangan pada tahun 2014 akan dijabarkan pada tabel
di bawah ini:
Tabel 2: Perbandingan Ekspor Impor Tahun 2014
6
Jan-Sep*
NO Uraian 2014 2015 2016 2017 2018 TREND(%) 2014-2018 Perub.(%) 2019/2018
2018 2019
I EKSPOR 175.980,00 150.366,30 145.186,20 168.828,20 180.012,70 1,62 134.961,80 124.170,80 -8
- MI GA S 30.018,80 18.574,40 13.105,50 15.744,30 17.171,70 -12,04 12.606,70 9.421,30 -25,27
- NON M I G A S 145.961,20 131.791,90 132.080,80 153.083,90 162.840,90 3,76 122.355,10 114.749,50 -6,22
II I M P O R 178.178,80 142.694,80 135.652,90 156.985,60 188.711,20 2,13 138.776,90 126.115,80 -9,12
- MI GA S 43.459,90 24.613,20 18.739,30 24.316,00 29.868,40 -7,34 22.059,90 15.862,40 -28,09
- NON M I G A S 134.718,90 118.081,60 116.913,60 132.669,50 158.842,80 4,56 116.717,00 110.253,40 -5,54
III Total 354.158,80 293.061,10 280.839,10 325.813,70 368.723,90 1,88 273.738,70 250.286,60 -8,57
- MI GA S 73.478,70 43.187,50 31.844,80 40.060,30 47.040,10 -9,22 34.666,60 25.283,70 -27,07
- NON M I G A S 280.680,10 249.873,50 248.994,30 285.753,40 321.683,80 4,15 239.072,10 225.002,90 -5,88
IV NERACA -2.198,80 7.671,50 9.533,30 11.842,60 -8.698,60 -3.815,10 -1.945,00 49,02
- MI GA S -13.441,10 -6.038,80 -5.633,90 -8.571,70 -12.696,70 -9.453,20 -6.441,10 31,86
- NON M I G A S 11.242,30 13.710,30 15.167,20 20.414,30 3.998,10 -15,38 5.638,10 4.496,10 -20,26
7
dari subsidi ekspor adalah meningkatkan harga dinegara pengekspor
sedangkan di negara pengimpor harganya turun.
2.4.3 Pembatasan impor
Pembatasan impor (impor Quota) merupakan pembatasan langsung
atas jumlah barang yang boleh diimpor. Pembatasan ini biasanya
diberlakukan dengan memberikan lisensi kepada beberapa kelompok
individu atau perusahaan. Mislanya, Amerika Serikat membatasi
impor keju. Hanya perusahaan-perusahaan dagang tertentu yang
diizinkan mengimpor keju, masing-masing yang diberikan jatah untuk
mengimpor sejumlah tertentu seriap tahun, tak boleh melebihi jumlah
maksimal yang telah ditetapkan.
2.4.5 Pengekangan ekspor sukarela
Bentuk lain dari pembtasan impor adalah pengekangan sukarela
(Voluntary Export Restraint). VER adalah suatu pembatasan kuota
atas perdagangan yang dikenakan oleh pihak negara pengekspor dan
bukan pengimpor. Contoh yang paling dikenal adalah pembatasan atas
ekpor mobil ke Amerika Serikat yang dilaksanakan oleh Jepang sejak
1981. VER pada umumnya dilaksanakan atas permintaan negara
pengimpor dan disepakati oleh negara pengekspor untuk mencegah
pembatasan-pembatasan perdagangan lainnya. VER mempunyai
keuntungan-keuntungan politis dan legal yang memuatnya menjadi
perangkat kebijakan perdagangan yang lebih disukai dalam beberapa
tahun belakangan.
2.4.6 Persyaratan kandungan lokal
Persyaratan kandungan lokal (local content requitment) merupakan
pengaturan yang mensyaratkan bahwa bagian-bagian tertentu dari
unit-unit fisik, seperti kuota impor minyak AS di tahun 196-an.
Ketentuan kandungan lokal telah digunakan secara luas oleh negara
berkembang yang beriktiar mengalihkan baiss manufakturnya dari
perakitan kepada pengelolahan bahan-bahan antara (intermediate
goods.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perdagangan (Trading) luar negeri adalah kegiatan perdagangan antar
Negara, dimana diantara keduanya akan timbul saling tukar menukar produk
barang. Pengiriman barang ke suatu negara oleh satu negara karena ada
permintaan dari pembeli di negara tersebut atau tidak dinamakan perdagangan
ekspor. Dari penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa perdagangan
Ekspor adalah perdagangan dengan cara mengeluarkan atau mengirimkan
barang dari dalam wilayah pabean keluar wilayah suatu negara.
Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean.
Perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan impor tersebut disebut
importir. Daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi
wilayah darat, perairan, ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di
Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen. Adapun produk ekspor
Indonesia diantaranya karet, tekstil, kelapa sawit dan kako. Sedangkan produk
impor di Indonesia adalah bahan baku serta sektor pangan.
3.2 Saran
Dengan begitu banyaknya pihak dan lembaga yang terlibat dan
berpartisipasi dalam kegiatan ekspor impor, yang masing-masing mempunyai
aturan dan kebijakan yang harus sesuai satu sama lain, bisa dibayangkan
begitu kompleksnya permasalahan transaksi ekspor impor. Ada baiknya
pemerintah mengupayakan pelayanan untuk lebih menyederhanakan birokrasi
yang selama ini menghambat dan menciptakan inefisiensi biaya.
9
DAFTAR PUSTAKA
Hamdani, dan Haikal. 2012. Seluk Beluk Perdagangan Ekspor Impor Jilid I.
Jakarta: Bushindo
Sutedi, Adrian. 2014. Hukum Ekspor Impor. Jakarta: Raih Asa Sukses
10